HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN EFEKTI

HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN EFEKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTO BORROMEUS
Sr. Sofia Gusnia Saragih CB.,BSN.,M.Kep *
Ns. Friska Sinaga.,S.Kep **
Neta Bonita Sinaga ***
xvii + 79 halaman, 12 tabel, 2 skema, 12 Lampiran
ABSTRAK
Lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa Penelitian ini dilatarbelakangi oleh 6 dari 10 mahasiswa yang diwawancara
mengatakan tidak bersikap terbuka kepada orang tua mengenai masalah pelajaran kuliah, mereka
cenderung bercerita kepada teman, canggung bila berbicara dengan dosen, apabila teman-teman tidak
belajar mereka pun mengikutinya, hanya belajar ketika ada kuis ataupun ujian akhir dan tidak
mengulangi pelajaran di rumah atau di kos.
Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi hubungan antara lingkungan sosial dengan efektivitas
belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus.
Metode Penelitian: Metode kuantitatif dan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan Crosssectional, menggunakan analisa data uji Chi Square dan regresi logistik. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner. Sampel dengan 171 mahasiswa dengan teknik stratified random sampling.
Hasil penelitian: Ada hubungan antara lingkungan sosial: keluarga dengan efektivitas belajar (p-value
0,008), sekolah dengan efektivitas belajar (p-value 0.001) dan masyarakat dengan efektivitas belajar
(p-value 0.045). Lingkungan sekolah paling berhubungan dengan efektivitas belajar dengan OR=2.668

yang berarti lingkungan sekolah mempunyai 2.668 kali lebih baik dalam efektivitas belajar.
Manfaat Penelitian: untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial dengan efektivitas belajar

Kata Kunci
: Lingkungan sosial, Efektivitas belajar
Daftar Pustaka : 18 Buku (1987-2013), 5 Skripsi, 2 Jurnal, 1 Tesis

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu pilar
kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan
faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam
membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Menyadari
akan hal tersebut, pemerintah sangat serius
menangani bidang pendidikan, sebab dengan
sistem pendidikan yang baik diharapkan
muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri
untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara (Handoko, 2012).
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (UU No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan
definisi pendidikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa inti pelaksanaan pendidikan adalah
belajar dan proses pembelajaran dalam
pendidikan yang mencakup peserta didik,
pendidik dan keluarga, dimana ketiganya
saling berkaitan erat.
Penyelenggaraan
pendidikan
dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidikan
sekolah atau yang disebut dengan pendidikan
formal dan jalur pendidikan luar sekolah yang
dikenal dengan pendidikan nonformal dan
pendidikan informal. Jalur pendidikan formal
diselenggarakan di sekolah dan jalur
pendidikan nonformal diselenggarakan di
lingkungan keluarga. Jalur pendidikan di

Indonesia meliputi: Pendidikan
Dasar
(Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain
yang sederajat serta Sekolah Menengah
pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
(MTs) atau bentuk lain yang sederajat,
Pendidikan Menengah (pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah jurusan
seperti: SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk
lain yang sederajat dan Pendidikan Tinggi

(Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas) (UU No. 20 Tahun 2003).
Perguruan
Tinggi
adalah
satuan
pendidikan formal yang mengelola pendidikan
tinggi berupa Perguruan Tinggi Negeri yang
didirikan dan diselenggrakan oleh Pemerintah
serta Perguruan Tinggi Swasta yang didirikan
dan diselenggarakan oleh masyarakat (RUU
Pendidikan Tinggi Pasal 1). Program
pendidikan pada lembaga pendidikan tinggi
diandalkan untuk pembentukan kompetisi
pribadi dan wawasan kebangsaan, dalam
penelitian ini yaitu bidang keperawatan dan
kesehatan. Melalui program kuliah diharapkan
mahasiswa mendapat bekal dalam hal
menjalankan praktek dalam bidang kesehatan.

Keberhasilan
program
pendidikan
khususnya dalam bidang kesehatan ditandai
adanya perubahan perilaku mahasiswa baik
dari
aspek
kognitif,
afektif
dan
psikomotoriknya sesuai dengan tujuan
kurikuler.
Perubahan
perilaku
dalam
pembelajaran pada umumnya tercermin dari
hasil belajar yang diperoleh mahasiswa.
Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2010:2).
Proses belajar mengajar dialami oleh
semua mahasiswa, proses ini dipengaruhi oleh
dua faktor penting dan saling mendukung satu
sama lainnya. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efektivitas belajar yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang terdapat dari individu itu sendiri
seperti faktor psikologis dan fisiologis.
Berikutnya adalah faktor eksternal terdiri dari
faktor eksternal sosial dan non-sosial. Faktor
sosial meliputi lingkungan sosial masyarakat,
lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial
sekolah.

Lingkungan
sosial
ialah

semua
orang/manusia yang mempengaruhi individu.
Penelitian Hertati (2009:21) mengatakan
bahwa
lingkungan
sosial
merupakan
lingkungan
pergaulan
antar
manusia,
pergaulan antar pendidik dengan peserta didik
serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam
interaksi pendidikan. Pengaruh lingkungan
sosial ada yang diterima secara langsung dan
ada yang tidak langsung. Pengaruh langsung
seperti dalam pergaulan sehari-hari, seperti
keluarga, teman-teman, kawan sekolah dan
sepekerjaan dan sebagainya (Dalyono, 2010)
Keluarga adalah lembaga pendidikan

yang pertama dan utama. Lingkungan keluarga
sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, dan hubungan yang harmonis antar
anggota keluarga akan membantu siswa
melakukan aktivitas yang baik. Hasil
penelitian Wulandari (2010) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara kontribusi
orangtua terhadap efektivitas belajar siswa,
jika kontribusi orangtua yang diberikan untuk
menunjang belajar anak di rumah sudah
dimanfaatkan oleh anak dengan maksimal,
berarti sudah efektif. Cara orang tua mendidik
anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya di sekolah.
Sekolah adalah tempat belajar bagi
siswa dan teman-temannya untuk memperoleh
ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik.
Menurut Syah (2009:154) lingkungan sosial

sekolah seperti para guru, para tenaga
kependidikan dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti
dosen, administrasi dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah. Hubunganhubungan pribadi saling aksi dan mereaksi,
penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama
dengan teman-teman sekelompok akan
menentukan perasaan puas dan rasa aman di
sekolah. Hal-hal ini sangat berpengaruh pada
kelakuan dan efektivitas belajarnya. Siswa
sebagai manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa lepas
dari masyarakat tempat ia tinggal.
Masyarakat adalah lingkungan yang
dapat
mempengaruhi

tingkah
laku,
pertumbuhan dan perkembangan atau life

process. Lingkungan sosial masyarakat adalah
semua manusia yang berada di luar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi diri
orang tersebut, baik secara langsung maupun
tidak langsung (Slameto;2003). Lingkungan
sosial masyarakat memiliki pengaruh yang
sangat penting dalam aktivitas belajarnya. Jika
lingkungan sosial masyarakat baik maka akan
berdampak baik bagi aktivitas belajar anak
didik.
Penelitian yang dilakukan Yuliani (2013)
tentang hubungan lingkungan sosial dengan
motivasi
belajar
menyatakan
terdapat

hubungan antara lingkungan sosial dengan
motivasi belajar dengan hasil rhitung > rtabel baik
tingkat kepercayaan 95% (0,374) maupun
tingkat kepercayaan 99% (0,478). Penelitian
yang dilakukan Kristianto (2012) tentang
hubungan lingkungan pendidikan dengan
prestasi belajar siswa menyatakan lingkungan
sekolah memiliki hubungan yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa sedangkan
lingkungan masyarakat memiliki hubungan
yang terlemah dengan prestasi belajar.
STIKes Santo Borromeus merupakan
salah satu institusi penyelenggara pendidikan
yang berperan aktif untuk menghasilkan
tenaga keperawatan dan tenaga informasi
kesehatan yang profesional dan handal. Proses
belajar mengajar dialami oleh semua
mahasiswa STIKes Santo Borromeus. Peneliti
melakukan studi pendahuluan dengan cara
menyebarkan angket kepada 10 mahasiswa
pernyataannya adalah pengajar datang tepat
waktu, pengajar mengakhiri tepat waktu,
metode pembelajaran yang digunakan baik,
mencapai sasaran atau tujuan yang ditetapkan,
mengulangi pelajaran di rumah atau di kos,
nilai IPK meningkat setiap semester dan
setelah proses belajar berlangsung mahasiswa
menjadi termotivasi. Hasil dari angket tersebut
7 dari 10 mahasiswa didapatkan mereka
kurang mencapai sasaran dan tujuan yang
mereka buat sebelum proses belajar
berlangsung, nilai IPK cenderung menurun
setiap semester, pengajar terkadang tidak
mengakhiri pelajaran tepat waktu, dan mereka
tidak mengulangi pelajaran yang telah dibahas
di rumah atau di kos.
Peneliti juga melakukan wawancara
kepada 10 mahasiswa, 6 dari 10 mahasiswa
mengatakan mereka tidak bersikap terbuka
kepada orang tua mengenai masalah pelajaran
kuliah, mereka cenderung bercerita kepada
teman, suasana tempat belajar saat ini juga

kurang tenang karena lingkungan sekitar
ribut, mereka canggung bila berbicara dengan
dosen, mereka juga mengatakan apabila
teman-teman mereka tidak belajar mereka pun
mengikutinya dan hanya belajar ketika ada
kuis
ataupun
ujian
akhir
semester.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada
dan studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan
Lingkungan Sosial dengan Efektivitas Belajar
Mahasiswa STIKes Santo Borromeus”
TINJAUAN PUSTAKA
1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu aktivitas yang
menimbulkan
perubahan
yang
relatif
permanen sebagai akibat dari upaya-upaya
yang dilakukan (Suparno, 2000: 2). Slameto
(2003:2) menyatakan bahwa belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sehubungan dengan
hal tersebut Biggs dalam Syah (2005:67)
mendefinisikan belajar dalam tiga macam
rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan
institusional dan rumusan kualitatif. Penelitian
menurut Suryabrata (2004: 232) dalam
mendefinisikan belajar, terdapat beberapa hal
pokok, yaitu belajar membawa perubahan
(behavioral changes), dalam perubahan
tersebut
pada
dasarnya
mendapatkan
kecakapan baru dan perubahan tersebut terjadi
karena usaha.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Belajar
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi
faktor
fisiologis
dan
psikologis.
b. Faktor-faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau
faktor-faktor endogen, faktor-faktor

eksternal juga dapat mempengaruhi
proses belajar siswa. Syah (2003)
menjelaskan bahwa faktor eksternal
yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan Sosial
a) Lingkungan sosial masyarakat.
Lingkungan masyarakat dimana
warga memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup, terdapat
lembaga-lembaga pendidikan dan
sumber-sumber belajar didalamnya
akan
memberikan
pengaruh
pengaruh terhadap semangat dan
perkembangan
belajar
siswa
(Sukmadinata: 2004). Menurut
Sertain yang dikutip oleh Suryadi
(2002) masyarakat (environment)
ialah meliputi semua kondisikondisi dalam dunia yang dalam
cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan dan
perkembangan atau life process.
Masyarakat yang aktual hanyalah
faktor-faktor dalam dunia sekeliling
kita
yang
benar-benar
mempengaruhi kita. Pada kutipan
yang sama, Sertain juga membagi
masyarakat menjadi dua bagian
yaitu;
a.
Masyarakat lingkungan alam
adalah segala sesuatu yang ada
dalam dunia ini yang bukan
manusia, seperti rumah, tumbuhtumbuhan, hewan dan sebagainya
b.
Lingkungan
masyarakat
adalah semua orang atau manusia
yang mempengaruhi kita (Suryadi,
2002:133)
Salah satu teori belajar Kurt
Lewin memandang masing-masing
individu berada dalam suatu medan
kekuatan yang bersifat psikologis
yang
mencakup
masyarakat
misalnya
orang-orang
yang
dijumpai, objek material yang di
hadapi, serta fungsi jiwa yang ia
miliki (Sunarto dan Hartono. 2002).
Menurut Woodworth yang dikutip
oleh Suryadi (2002), cara-cara
individu
berhubungan
dengan
masyarakatnya dapat dibedakan

menjadi empat macam yaitu:
individu
bertentangan
dengan
masyarakatnya,
individu
menggunakan
masyarakatnya,
individu berpartisipasi dengan
masyarakatnya
dan
individu
menyesuaikan
diri
dengan
masyarakatnya. Kondisi lingkungan
maasyarakat tempat tinggal siswa
akan mempengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengangguran dan anak
terlantar juga dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya
b) Lingkungan sosial keluarga.
Cara orang tua mendidik anaknya
besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan
dipertegas oleh (Sutjipto Wirodjojo
dan Dimyati dan Mudjiono (2002)
dengan
pernyataannya
yang
menyatakan bahwa: keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Keluarga yang sehat
besar artinya untuk pendidikan
dalam ukuran kecil, tetapi bersifat
menentukan
untuk pendidikan
dalam
ukuran
besar
yaitu
pendidikan bangsa, negara dan
dunia. Melihat pernyataan di atas,
dapatlah
dipahami
betapa
pentingnya peranan keluarga di
dalam pendidikan anaknya. Cara
orangtua mendidik putera-puterinya
akan
berpengaruh
terhadap
belajarnya. Lingkungan keluarga
mencakup keadaan rumah dan
ruangan tempat belajar, sarana dan
prasarana belajar yang ada, suasana
dalam
rumah
dan
suasana
lingkungan di sekitar rumah,
keutuhan keluarga, iklim psikologis,
iklim belajar, dan hubungan antar
anggota keluarga. Suasana rumah
dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian
yang
sering
terjadi dalam keluarga dimana anak
berada dan belajar. Suasana rumah
juga merupakan faktor penting.

Suasana rumah yang gaduh dan
ramai
tidak
akan
memberi
ketenangan kepada anak yang
belajar. Suasana tersebut dapat
terjadi pada keluarga yang besar
yang terlalu banyak penghuninya.
Suasana rumah yang tegang, ribut
dan
sering
terjadi
cekcok,
pertengkaran antar anggota keluarga
membuat anak merasa jenuh berada
di rumah (Sukmadinata, 2004)
Rumah yang sering digunakan
untuk keperluan-keperluan misalnya
resepsi, pertemuan, pesta-pesta,
upacara keluarga dan lain-lain dapat
mengganggu belajar anak. Rumah
yang bising dengan suara radio,
tape recorder atau TV pada waktu
belajar juga menggangu belajar
anak,
terutama
untuk
berkonsentrasi.
Semua
contoh
tersebut adalah suasana rumah yang
memberi pengaruh negatif terhadap
belajar anak selanjutnya agar anak
dapat
belajar
dengan
baik
diperlukan suasana rumah yang
tenang dan tenteram. Suasana
rumah yang tenang akan membuat
anak nyaman dan dapat belajar
dengan baik (Slameto, 1995).
Lingkungan
ini
sangat
mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga,
orangtua, anak, kakak atau adik
yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
c) Lingkungan sosial sekolah
Sekolah adalah tempat belajar bagi
siswa dan teman-temannya untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dari
tenaga pendidik. Menurut Sumitro,
dkk (2006:81) “Sekolah adalah
lingkungan yang mengembangkan
dan meneruskan pendidikan anak
menjadi warga negara yang cerdas,
terampil dan bertingkah laku baik”.
Sekolah merupakan satu faktor yang
turut mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak terutama

seperti guru, administrasi dan
kecerdasannya (Dalyono, 2006).
Lingkungan sekolah seperti para
guru, staf administrasi, dan temanteman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Para guru
yang menunjukkan sikap dan
perilaku
yang
simpatik,
memberikan dukungan dan motivasi
kepada siswa dan memperlihatkan
teladan yang baik, serta rajin
khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan
berdiskusi dapat menjadi daya
dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.
Teman-teman
sekelas
dapat
mempengaruhi
proses
belajar
seorang siswa. Hubungan yang
harmonis antara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik di sekolah. Maka
para pendidik, orangtua, dan guru
perlu memerhatikan dan memahami
bakat yang dimiliki oleh anaknya
atau peserta didiknya, antara lain
dengan
mendukung,
ikut
mengembangkan
dan
tidak
memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan
bakatnya.
B. Efektivitas Belajar
1.Pengertian
Efektivitas berarti berusaha untuk dapat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai
pula dengan rencana, baik dalam penggunaan
data, sarana, maupun waktunya atau berusaha
melalui aktivitas tertentu baik secara fisik
maupun non fisik untuk memperoleh hasil
yang maksimal baik secara kuantitatif maupun
kualitatif (Said, 2000).
Menurut Purwadarminta (1999) “di
dalam pengajaran efektivitas berkenaan
dengan pencapaian tujuan, dengan demikian
analisis tujuan merupakan kegiatan pertama
dalam perencanaan pengajaran”.
Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah
yang memiliki pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau
tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat
dari tercapai tidaknya tujuan instruksional
khusus yang telah dicanangkan. Metode

pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan
instruksional khusus yang dicanangkan lebih
banyak tercapai.
2.Ciri-ciri efektivitas
Firman (1999) mengatakan keefektifan
program pembelajaran ditandai dengan ciriciri sebagai berikut:
a.Berhasil
menghantarkan
siswa
mencapai tujuan-tujuan instruksional
yang telah ditetapkan
b.Memberikan pengalaman belajar
yang atraktif, melibatkan siswa
secara aktif sehingga menunjang
pencapaian tujuan intruksional
c. Memilki
sarana-sarana
yang
menunjang proses belajar mengajar
Berdasarkan ciri program pembelajaran
efektif seperti yang digambarkan diatas,
keefektifan program pembelajaran tidak hanya
ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja,
melainkan harus pula ditinjau dari segi proses
dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi
tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah
mengikuti program pembelajaran yang
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Aspek proses meliputi pengamatan
terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon,
kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan
pada penggunaan media, waktu serta teknik
pemecahan masalah yang ditempuh siswa
dalam menghadapi kesulitan pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek
sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan
terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi efektivitas belajar
mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei
2014 (n=171)
Efektivitas
N
%
Belajar
Efektif
89
52.0
Tidak Efektif
82
48.0
Total
171
100.0

Kriteria keefektifan dalam penelitian
ini mengacu pada:
a. Model pembelajaran dikatakan efektif
meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar
siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal
dengan
pemahaman
setelah
pembelajaran
(peningkatan
yang
signifikan)
b.Model pembelajaran dikatakan efektif
jika dapat meningkatkan minat dam
motivasi apabila setelah pembelajaran
siswa menjadi lebih termotivasi untuk
belajar lebih giat dan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik, serta siswa
belajar
dalam
keadaan
yang
menyenangkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dan desain analitik korelasional dengan
pendekatan
Cross-sectional.
Peneliti
menggunakan kuesioner untuk melihat
hubungan antara lingkungan sosial dengan
efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo
Borromeus. Kuesioner terdiri dari 23 item
pertanyaan untuk kuesioner lingkunga sosial
dan 20 pertanyaan menggunakan efektivitas
belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus,
menggunakan skala Likert. Kuesioner yang
akan dibagikan kepada sebanyak 168 siswa
yang telah dipilih dengan menggunakan simple
random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat
a. Efektivitas belajar mahasiswa STIKes
Santo Borromeus

yang diperlukan siswa dalam proses belajar
mengajar seperti ruang kelas, laboratorium,
media pembelajaran dan buku-buku teks.

Tabel 4.3 diatas menunjukkan data bahwa
lebih dari setengahnya mahasiswa (52%)
efektif belajar di kelas.

3.Kriteria Efektivitas
Efektivitas
metode
pembelajaran
merupakan suatu ukuran yang berhubungan
dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran

Oemar Hamalik (2001:23), belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku
perubahan individu melalui interaksi melalui
lingkungan. Berdasarkan pengertian ini belajar
merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan

dan bukan suatu hasil atau tujuan, yang
menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan
hasil latihan melainkan perubahan tingkah
laku. Belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran
yang
bermutu
yang
berlangsung
menyenangkan dan mencerdaskan peserta
didik.
Hasil penelitian ini mengenai efektivitas
belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus
menyatakan kurang dari setengahnya (48%)
mahasiswa proses belajar dikelas tidak efektif.
Dari sebaran item pertanyaan, peneliti
menemukan bahwa banyak pernyataan yang
setuju tentang suasana kelas yang tidak
nyaman sehingga mereka tidak dapat
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran di
kelas. Kondisi lingkungan yang padat, sesak,
bising merupakan lingkungan yang kurang
nyaman bagi manusia. Karena lingkungan
yang seperti itu menyebabkan menurunkan
kesehatan baik secara fisik maupun mental dan
juga menurunnya tingkat kenyamanan
manusia yang ada di lingkungan tersebut
(Sarwono, 2000)
b. Faktor Lingkungan Sosial Keluarga
Tabel 4.4 menunjukkan data bahwa lebih dari
setengahnya (55%) menyatakan lingkungan
keluarga baik.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi faktor lingkungan sosial
sekolah
mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei 2014
(n=171)
Lingkungan Sekolah
n
%
Baik
101
59.0
Tidak Baik
70
41.0
Total
171
100.0

Menurut (Gunarsono, 1985) bahwa dalam
bidang pendidikan keluarga merupakan
sumber pendidikan utama karena segala
pengetahuan dan kecerdasan intelektual
manusia diperoleh pertama-tama dari orangtua
dan keluarga sendiri. Dari sebaran item
pertanyaan dalam penelitian ini responden
banyak menjawab orang tua mereka sangat
sering
memberikan
semangat
dalam
pendidikan mereka. Hal ini didukung oleh
Mudjiono (2002) yang menyatakan bahwa

cara orangtua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya, orangtua
yang kurang atau tidak memperhatian
pendidikan anaknya seperti bersikap acuh tak
acuh, tidak mengetahui kesulitan-kesulitan
yang
dialami
putera-puterinya
akan
menyebabkan anak tidak berhasil dalam
belajarnya.
Hasil penelitian menyatakan kurang dari
setengahnya (45%) mahasiswa STIKes Santo
Borromeus menyatakan lingkungan sosial
keluarga tidak baik. Analisis kuesioner
responden menyatakan mereka tidak meminta
saran kepada orangtua mengenai masalah yang
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi faktor lingkungan sosial
keluarga
mahasiswa STIKes Santo Borromeus (n=171)
Mei 2014
Lingkungan Keluarga
n
%
Baik
94
55.0
Tidak Baik
77
45.0
Total
171
100.0

mereka hadapi di kampus.
Komunikasi orangtua dengan anak, pergaulan
antara orangtua dan anak serta rasa dan
penerimaan tanggung jawab orangtua terhadap
anaknya akan membawa dampak di masa kini
dan juga di hari tua. Demikian pula dengan
anak ketika memasuki dunia pendidikan,
orangtua masih tetap dibutuhkan lewat
bimbingan belajar kepada anak. Hubungan
anak dan orangtua harus terjalin komunikasi
yang efektif. Faktor keterbukaan, dukungan
sifat positif, dan empati harus terjalin dalam
komunikasi anak dan orangtua (Delly
Mustafa)

c. Faktor Lingkungan Sosial Sekolah

Tabel 4.5 menunjukkan data bahwa lebih dari
setengahnya (59%) menyatakan lingkungan
sosial sekolah baik. Menurut Sumitro, dkk
(2006:81) “Sekolah adalah lingkungan yang
mengembangkan dan meneruskan pendidikan
anak menjadi warga negara yang cerdas,
terampil dan bertingkah laku baik”. Sekolah
merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak terutama
seperti guru, administrasi dan kecerdasannya
(Dalyono, 2006).

Lingkungan sekolah seperti tenaga pengajar, staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa. Tenaga
pengajar yang menunjukkan sikap dan perilaku
yang simpatik, memberikan dukungan dan
motivasi kepada siswa dan memperlihatkan
Tabel 4.7
Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Keluarga
Dengan Efektivitas Belajar mahasiswa
STIKes Santo Borromeus Mei 2014 (n=171)
Efektivitas Belajar
Total
Tidak
Lingkunga
PEfektif
Efektif
n Keluarga
value
F
%
F
%
F
%
Baik
58
61,7
36 38,3
94
100
Tidak Baik
31
40,3
46 59,7
77
100
0.008
Total
89
52,0
82 48.0
171
100

teladan yang baik, serta rajin khususnya dalam
hal belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar siswa.
Lingkungan sekolah sebagai lingkungan kedua
setelah keluarga mempunyai peran dalam
pertumbuhan dan perkembangan bagi siswa
dalam pendidikan baik pengetahuan, nilai-nilai,
maupun keterampilan yang didukung dengan
sarana dan fasilitas pendidikan. Faktor-faktor
yang menjadi penghambat dan pendukung
dalam pengelolaan lingkungan belajar adalah
tempat belajar yang baik, media belajar yang
tersedia, kedisiplinan belajar, kebersihan
lingkungan kelas dan sekolah serta ketertiban
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
(Rahayu, 2010)
d. Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat
Tabel 4.6 menunjukkan data bahwa lebih dari
setengahnya (59,6%) menyatakan lingkungan
sosial masyarakat baik.
Analisis kuesioner dalam peneltian ini
masyarakat merasa aman tinggal di sekitar
tempat
tinggal
mereka.
Lingkungan
masyarakat dimana warga memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup, terdapat
lembaga-lembaga pendidikan dan sumbersumber belajar didalamnya akan memberikan
pengaruh pengaruh terhadap semangat dan
perkembangan belajar siswa (Sukmadinata:
2004). Menurut Sertain yang dikutip oleh
Suryadi (2002) masyarakat (environment)
ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam
dunia yang dalam cara-cara tertentu

mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan
dan perkembangan atau life process.
Kondisi lingkungan maasyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar
siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling
tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alatalat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

2.

Analisa Bivariat

a. Lingkungan sosial keluarga dengan
efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo
Borromeus
Tabel 4.7 diatas menunjukkan hasil analisis
bahwa hubungan faktor lingkungan sosial
keluarga dengan efektivitas belajar mahasiswa
STIKes Santo Borromeus didapatkan data
61,7% menyatakan lingkungan sosial kelurga
baik dan efektif dalam belajar. Pentingnya
pendidikan anak di lingkungan keluarga
menjadikan keluarga mempunyai pengaruh
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi faktor lingkungan sosial
masyarakat
mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei 2014
(n=171)
Lingkungan
N
%
Masyarakat
Baik
102
59.6
Tidak Baik
69
40.4
Total
171
100.0

yang besar terhadap keberhasilan anak. Cara
orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orangtua dan latar
kebudayaan juga akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Hal ini didukung oleh
penelitian Mizan Ibnu Khajar (2011) tentang
pengaruh lingkungan keluarga terhadap
prestasi belajar yang mempunyai hasil
penelitian ada pengaruh yang signifikan antara
lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar,
semakin mendukung lingkungan keluarga
maka semakin tinggi pula prestasi belajar dan
sebaliknya semakin
tidak
mendukung
lingkungan keluarga maka semakin rendah
pula prestasi belajar.
Dwi Siswoyo (2007) menyebutkan bahwa
keluarga mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perkembangan kepribadian anak,
lingkungan keluarga berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Belajar sebagai suatu tahapan
perubahan sekuruh tingkah laku individu yang
relativ menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif (Muhibbin Syah 2010:90)
Hampir sebagian besar waktu yang dimiliki
Tabel 4.9
Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat Dengan
Efektivitas Belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus
Mei 2014 (n=171)
Efektivitas Belajar
Total
Tidak
Lingkungan
Efektif
P-value
Efektif
Masyarakat
F
%
F
%
F
%
Baik
60
58,8
42
41,2 102 100
Tidak Baik
29
42,0
40
58,0
69
100
0.045
Total
89
52,0
82
48.0 171 100

siswa berada di lingkungan keluarga. Orang
tua sudah sepatutnya memberi semangat,
bimbingan dan memberi teladan yang baik
kepada anaknya. Perlu hubungan dan
komunikasi yang baik antara orangtua dengan
anak-anaknya. Selain itu orangtua harus
memberikan perhatian yang cukup terhadap
anaknya.
b. Faktor lingkungan sosial sekolah dengan
efektivitas belajar mahasiswa stikes santo
borromeus
Tabel 4.8 diatas menunjukkan hasil analisis
bahwa hubungan faktor lingkungan sosial
sekolah dengan efektivitas belajar mahasiswa
STIKes Santo Borromeus didapatkan data
63,4% menyatakan lingkungan sosial sekolah
baik dan efektif dalam belajar. M. Dalyono
(2006:59) menyatakan bahwa keadaan sekolah
tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Kualitas pengajar,
metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum
dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas
atau perlengkapan di sekolah, pelaksanaan tata
tertib sekolah, keadaan ruangan dan jumlah
murid per kelas semua ini mempengaruhi
keberhasilan siswa.
Muhibbin Syah (2002:173) pun menyatakan
bahwa lingkungan sekolah seperti para
pengajar, staf administrasi dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
mahasiswa. Para pengajar yang menunjukkan
sikap dan perilaku simpatik, memberikan
dukungan dan motivasi kepada mahasiswa dan

memperlihatkan teladan yang baik serta rajin
khususnya dalam hal belajar akan menjadi
daya dorong positif bagi kegiatan belajar
mahasiswa di kelas.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelpa Fitri
Yuliani (2013) tentang hubungan antara
lingkungan sosial dengan motivasi belajar
memiliki hasil hubungan yang signifikan
antara lingkungan sosial sekolah dengan
motivasi belajar. Pada penelitian tersebut
didapatkan kesimpulan lingkungan sosial
pendidikan yang terdiri dari tenaga pendidik
dan teman sebaya sesama mahasiswa
mempengaruhi kegiatan belajar.

c. Faktor lingkungan sosial masyarakat
dengan efektivitas belajar mahasiswa
STIKes Santo Borromeus
Tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil analisis
Tabel 4.8
Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Sekolah
Dengan Efektivitas Belajar mahasiswa
STIKes Santo Borromeus
Mei 2014 (n=171)
Efektivitas Belajar
Total
Tidak
PLingkunga
Efektif
Efektif
value
n Sekolah
F
%
F
%
F
%
Baik
64
63,4 37 36,6
101
100
Tidak Baik
25
35,7 45 64,3
70
100
0,001
Total
89
52,0 82 48.0
171
100

bahwa hubungan faktor lingkungan sosial
masyarakat dengan
efektivitas belajar
mahasiswa
STIKes
Santo
Borromeus
didapatkan
data
58,8%
menyatakan
lingkungan sosial masyarakat baik dan efektif
dalam belajar. Lingkungan sosial masyarakat
memiliki pengaruh yang sangat penting dalam
memberikan motivasi ditengah lingkungan
tempat mahasiswa tinggal, lingkungan sosial
masyarakat dapat dilihati dari segi pendidikan
dan budaya masyarakat. Bila lingkungan
sekitar marupakan lingkungan yang baik dan
kondusif untuk belajar, maka dengan
sendirinya masyarakat penghuni lingkungan
tersebut akan terpanggil/terpengaruhi untuk
belajar dengan baik (Ubaiyah:2008). Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Gusnita (2013) tentang pengaruh lingkungan
sosial masyarkat terhadap motivasi belajar.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
teman sekelas, teman sejawat atau orang

sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan
sosial masyarakat yang bersifat langsung yang
dapat memperngaruhi belajar seseorang.
Slameto (2003) menyatakan lingkungan sosial
masyarakat adalah semua manusia yang
berada diluar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3. Analisa Multivariat
Hasil analisis multivariate diatas diperoleh
bahwa variabel lingkungan sosial sekolah
memiliki p value (sig) 0,03 kurang dari nilai
0,05 yang memiliki makna lingkungan sosial
sekolah merupakan faktor yang paling
berhubungan secara signifikan dengan
efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo
Borromeus dengan OR=2.668 yang berarti
lingkungan sosial sekolah mempunyai 2.668
kali lebih baik dalam efektivitas belajar secara
tepat dibandingkan dengan lingkungan sosial
keluarga.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Faktor
lingkungan
sosial
keluarga
mahasiswa STIKes Santo Borromeus
dinyatakan sudah baik berdasarkan hasil
statistik 94 mahasiswa (55%) menyatakan
demikian.
2. Faktor
lingkungan
sosial
sekolah
mahasiswa STIKes Santo Borromeus
dinyatakan sudah baik berdasarkan hasil
statistik 101 mahasiswa (59%) menyatakan
demikian.
3. Faktor lingkungan sosial masyarakat
mahasiswa STIKes Santo Borromeus
dinyatakan sudah baik berdasarkan hasil
statistik
102
mahasiswa
(59,6%)
menyatakan demikian.
4. Proses belajar di kelas mahasiswa STIKes
Santo Borromeus sudah efektif dinyatakan
oleh 89 mahasiswa dengan presentase 52%
5. Ada hubungan antara faktor lingkungan
sosial keluarga dengan efektivitas belajar
mahasiswa STIKes Santo Borromeus (p
value = 0,008)
6. Ada hubungan antara faktor lingkungan
sosial sekolah dengan efektivitas belajar
mahasiswa STIKes Santo Borromeus (p
value = 0,001)
7. Ada hubungan antara faktor lingkungan
sosial masyarakat dengan efektivitas

belajar
mahasiswa
STIKes
Santo
Borromeus (p value = 0,045)
8. Faktor yang paling berhubungan dengan
efektivitas belajar mahasiswa STIKes
Santo Borromeus adalah faktor lingkungan
sekolah (OR=2.668)
Tabel 4.13
Hasil analisis regresi logistic tahap akhir antara lingkungan sosial
dan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus
n=171
95% C.I.for EXP(B)
Subvariabel
B
Sig.
OR
Lower
Upper
Keluarga
.644 0.051
1.904
0.997
3.637
Sekolah
.981 0.003*
2.668
1.385
5.139

Saran
1. Bagi Institusi STIKes Santo Borromeus
a. Ciptakan suasana yang kondusif
sehingga
mahasiswa
dapat
berkonsentrasi dengan baik.
b. Gunakan metode pembelajaran yang
menarik dan tidak membosankan.
2. Mahasiswa
a. Komunikasikan setiap masalah yang
terjadi di kampus pada orang tua dan
dosen pembimbing akademik.
b. Lebih aktif dan atraktif dalam berbagai
kegiatan pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu
pendekatan praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Budiman.2011.
Penelitian
kesehatan.
Bandung: Refika Aditama
Dalyono. M. 2009. Psikologi pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Dirga Krisma, Nagari. 2013. Hubungan
Faktor Lingkungan Non-Sosial
dengan Efektivitas Belajar. Skripsi.
Bandung: STIKes Santo Borromeus
Firman, Harry. 1987. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: Penerbit ITB
Gusnita. 2013. Pengaruh Lingkungan Sosial
Masyarakat terhadap Motivasi

Belajar.
Jurnal.
Pendidikan
Geografi: Sekolah Tinggi Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Padang
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Handoko,

Bagyo.
2012.
Pendidikan
poleksosbud dan ideology dalam
membangun karakter bangsa

Hertati, Diana. 2009. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
potus
studi
mahasiswa
universitas
pembangunan nasional veteran
Jatim. Surabaya: JIPTUPN
Kristianto, Adi. 2012. Hubungan Lingkungan
Pendidikan
dengan
Prestasi
Belajar. Skripsi. Fakultas Teknik:
Universitas Negeri Yogyakarta
Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Parjiyono, 2008. Korelasi faktor keluarga dan
lingkungan sosial dengan prestasi
belajar kelas IX SMP Negeri 4
Kudus. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Saadi,

Fransiska.
2012.
Peningkatan
efektivitas belajar peserta didik
dalam
pembelajaran
ilmu
pengetahuan sosial menggunakan
media tepat guna di kelas IV SDN
02 Toha. Skripsi. Pontianak:
Universtitas Tanjung Pura

Siswoyo,

Dwi. 2007. Ilmu
Yogyakarta: UNY

Pendidikan.

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhi. Rev. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabet

Sumitro,

dkk. 2006. Pengantar ilmu
pendidikan. Yogyakarta: UNY

Sunarto dan Hartono. 2002. Perkembangan
peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf LN