PENGARUH KOROSI TULANGAN BAJA TERHADAP K
Ngudiyono
Pengaruh Korosi Tulangan Baja Terhadap Kuat Lekat…
PENGARUH KOROSI TULANGAN BAJA TERHADAP KUAT LEKAT BALOK
BETON BERTULANG
Influence Corrosion of Steel Reinforcement to Bond Strength Reinforced
Concrete Beam
Ngudiyono
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat
Telpon. (0370) 636126, Fax. (0370) 636523
Email : [email protected]
ABSTRAK
Baja telah digunakan sejak lama sebagai tulangan beton karena mempunyai lekatan yang
baik dengan beton pada kondisi normal. Namun demikian pada lingkungan yang agresif, baja dapat
berkorosi karena pengaruh lingkungan luar. Kasus seperti ini dapat terjadi dimana-mana, bukan
hanya pada tempat yang dekat dengan laut tetapi juga pada semua tempat yang dibiarkan
dipengaruhi lingkungan luar. Kasus yang menjadi objek yang dimodelkan dalam penelitian ini
adalah proyek yang dihentikan karena kekurangan biaya sehingga proyek tersebut dihentikan untuk
waktu yang tidak bisa ditentukan. Tulangan yang sudah terpasang pada beton yang belum selesai
dikerjakan dapat saja dipengaruhi oleh lingkungan luar yang akhirnya menyebabkan korosi. Korosi
yang terjadi diduga dapat menurunkan kuat lekat antara beton dengaan tulangannya..
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sejauhmana pengaruh korosi yang sudah
ada pada tulangan terhadap lekatan antara beton dengan tulangannya. Benda uji dibuat dalam
bentuk balok untuk uji lekatan dan selinder untuk mengetahui kuat tekan. Testing dilakukan dengan
menggunakan Alat Uji Tekan. Ada 12 benda uji buah balok yang diuji selama penelitian
berlangsung dan 6 silinder untuk uj kuat tekan. Sementara varabelnya ada dua, yaitu keadaan
tulangan; tidak berkorosi dan berkorosi dan tebal selimut beton; 30, 40 dan 50 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan rata-rata beton sampel adalah 23,27 Mpa.
Hasil ini lebih tinggi dari kuat tekan rencana, yakni 20 MPa. Korosi yang sudah ada pada tulangan
berpengaruh secara signifikan pada kuat lekat antara beton dengan tulangannya. Kenyataan ini
dapat dilihat dari data yang diperoleh selama penelitian. Rata-rata kuat lekat pada benda uji yang
menggunakan tulangan tidak berkorosi adalah 1,298 MPa, sementara korosi pada tulangan
menurunkan nilai ini sampai 1,082 MPa. Selain itu, juga diketahui bahwa tebal selimut beton tidak
berpengaruh secara signifikan pada kuat lekat. Singkatnya, ada dua kesimpulan yang bisa ditarik
melalui penelitian ini, yaitu: satu; korosi yang ada pada tulangan berpengaruh secara signifikan
terhadap lekatan, dan kedua; selimut beton tidak berpengaruh terhadap lekatan antara beton
dengan tulangannya.
Kata Kunci : beton, tulangan baja, korosi, kuat lekat,
ABSTRACT
Steel has been used for a long time as a reinforced of concrete. It has a good bond strength
characteristic in a normal condition. In aggressive circumstances, however, steel can be correded
due to eksternal environmental influences. This case could be occurred elsewhere, not onlyat the
place which near to the sea but also at the place which permitted influenced by exsternal circum
stances. The case involved in this study was the project that stopped due to the lack of cost when it
carried out. The rest project then cabcelled for uncertain time. The reinforced that already exist in
concrete may have influenced by eksternal circumstances which lead to corrosion. The existing
corrosion is supposed could be decreasing bong strength between steel and concrete
80
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
The aim of this study is to investigate the significance of existing corrosion to influence the
bond strength between steel and concrete. The samples were arranged in the form of beams for
bonding test and cylinder for compression test. Testing were using Compression Testing Machine.
Ther were 12 beams tested during the study carriedout as well as 6 cylinders to obtain the average
compression strength. There are two variables of this study, i.e., firstly, the condition of reinforced
steel; uncorroded and corroded reinforced steel. Secondly, the depth of cover; it was about 30, 40
and 50 mm.
The result shows that the average compression strength was about 23,270 Mpa. This result
was higher then predicted compression strength, i.e. 20 Mpa. The existing corrosion on the
reinforced steel was significantly influenced the bond strength between steel and concrete. This fact
can be seen from the data obtained during the investigation. The average bong strength of concrete
that reinforced with uncorroded steel was about 1,298 MPa, whilst corroded steel decreased this
value to 1,082 Mpa. In addition, there is no significant influennce of cover depth. Except for samples
with the cover depth of 30 mm of uncorroded steel, the rest samples give the same result for
different cover depth. Inshort, there are two conclusions that can be drawn form this study. Firstly,
the existing corrosion is significantly influence the bond strength between concrete and reinforced
steel, and secondly, there is no significant effect of cover depth to the bond strength.
Key words : concrete, steel reinforcement, corrosion, bond strength
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada
proyek-proyek
terbengkalai,
terutama sekali yang terhenti pada saat
pengerjaan bagian portal bangunan yang
terbuat dari beton bertulang pada bagian
balok dan kolom, seringkali tulangan baja
dibiarkan tersisa dalam keadaan tanpa
pelindung dengan maksud ketika sudah ada
dana
lagi,
tulangan
tersebut
tinggal
disambung dan dicor dengan beton. Selama
tenggang waktu menunggu proyek dilanjutkan
lagi, tentunya tulangan baja akan mengalami
perkorosian
(korosi)
akibat
pengaruh
lingkungan sekitarnya. Berawal dari asumsi
bahwa korosi (korosi) dapat menurunkan kuat
lekat antara tulangan baja pada beton, maka
pemeliharaan selama proyek dilaksanakan,
ataupun ketika proyek terhenti untuk
sementara karena masalah non teknis
hendaknya menjadi perhatian serius bagi
kontraktor atau pemilik proyek.
Korosi (korosi) yang terjadi pada
tulangan ini diduga mempunyai pengaruh
terhadap kinerja beton apabila tulangan
tersebut langsung dicor, terutama kuat lekat
antara baja tulangan dengan beton. Untuk itu
pentingnya melakukan tinjauan mengenai kuat
lekat antara tulangan yang telah mengalami
perkorosian dengan beton melalui sebuah
penelitian dilaboratorium.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh korosi pada tulangan
dan pengaruh tebal selimut beton terhadap
kuat lekat yang terjadi antara tulangan dengan
beton.
TINJAUAN PUSTAKA
Kuat lekat
Sebuah baja tulangan yang tertanam
dengan baik dalam beton yang mengeras
akan merekat sedemikian rupa sehingga
diperlukan gaya yang kuat untuk menariknya
keluar. Gejala ini disebut lekatan yang
memungkinkan kedua bahan tersebut dapat
saling bekerjasama secara struktural (
Kusuma,1997 ).
Lebih lanjut Kusuma, menyatakan
bahwa lekatan yang baik serta kesamaan
muai merupakan suatu alasan utama bahwa,
beton dan baja tulangan adalah suatu
kombinasi teknis yang baik. Kerjasama kedua
material ini masing-masing melaksanakan
fungsi yang paling sesuai yaitu baja melawan
tegangan tarik dan beton melawan tegangan
tekan.
Agar beton bertulang dapat berfungsi
dengan baik komposit dimana batang baja
tulangan saling bekerjasama sepenuhnya
dengan beton maka perlu diusahakan supaya
terjadi penyaluran gaya yang baik dari satu
bahan ke bahan lain ( Kusuma, 1997 ).
Kekuatan lekatan yang merupakan
hasil berbagai parameter seperti adhesi antara
81
Ngudiyono
Pengaruh Korosi Tulangan Baja Terhadap Kuat Lekat…
beton dengan permukaan tulangan baja dan
tekanan beton kering terhadap tulangan atau
kawat baja adalah akibat susut pengeringan
pada beton. Selain itu saling bergeseknya
permukaan baja dan beton di sekitarnya, yang
disebabkan oleh mikro tarik menyebabkan
meningkatnya tahanan gelincir. Efek total ini
disebut sebagai lekatan (Nawy, 1990 ).
Ada banyak hal yang mempengaruhi
kuat lekat antara baja dengan beton.
(Nawi,1990 ) menyatakan bahwa paling tidak
ada lima hal yang berpengaruh terhadap kuat
lekatan ini yaitu adhesi antara elemen beton
dan tulangan baja,efek griping (memegang )
sebagai akibat susut pengeringan beton
disekeliling permukaaan baja dan saling geser
antara tulangan dengan beton sekitarnya,
tahanan gesekan ( friksi ) terhadap gelincir
dan saling mengunci pada saat elemen
penguat atau tulangan mengalami tegangan
tarik, efek kwalitas beton dan kekuatan tarik
dan tekannya, diameter, bentuk dan jarak
tulangan karena kesemuannya mempengaruhi
pertumbuhan retak.
saja. Sedangkan setengahnya lagi adalah
proses yang harus ada agar korosi dapat
berlangsung.
Kaitannya dengan kuat lekat, menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulaimani
dkk (1990), sampai kira-kira 0,5 % tulangan
berkorosi, kuat lekat meningkat seiring dengan
meningkatnya persentase korosi yang terjadi.
Hal ini bisa terjadi karena pada proses awal
perkorosian, justeru akan meningkatkan
kekasaran
permukaan
tulangan
yang
cenderung meningkatkan kemampuan lekat
tulangan. Namun demikian, ketika proses
perkorosian berlanjut kuat melekat menurun
secara konsisten dengan bertambahnya
porsentase korosi yang terjadi.
Korosi.
Korosi adalah reaksi kimia antara
logam dan lingkungannya yang berakibat
mengalirnya arus listrik. Definisi korosi
menurut Threthwey dan chamberlain korosi
adalah penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dan lingkungannya.
Penyebab korosi yang jauh lebih serius
pada tulangan baja adalah adanya klorida
dalam beton, yang merubah kwalitas
perlindungan disekeliling baja tulangan. Ion
klorida merupakan penghancur yang spesifik
dari lapisan oksida pelindung dari baja
tulangan. (Murdock dan Broock, 1991 dalam
Sudi W, 2002).
Sheir 1976, (dalam Thretway dan
Chamberlain, 1991), meneliti tentang laju
korosi pada lempengan baja akibat pengaruh
atmosfir di beberapa lokasi. Ketika logam
masih telanjang laju korosi memang tinggi.
Tetapi laju itu kemudian turun secara konstan
sesudah setahun pertama.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat pengkorosian atmosfir adalah jumlah
zat pencemar di udara, suhu, kelembaban
kritis, arah dan kecepatan angin, radiasi
matahari,jumlah curah hujan. Korosi berkaitan
dengan logam, tetapi yang bisa disebut
dengan korosi sejati hanyalah setengah reaksi
82
LANDASAN TEORI
Kuat Lekat.
Tegangan lekat pasti timbul ketika
tegangan atau gaya didalam sebatang baja
tulangan berubah dari titik ke titik sepanjang
batang tersebut. Hal ini digambarkan dengan
sebuah free body diagram pada Gambar 1.
Bila
fs2 > fs1 , tegangan lekat (µ ) harus
bekerja pada permukaan batang untuk
menjaga
kesetimbangan.
Dengan
menjumlahkan semua gaya yang sejajar
dengan batang, maka tegangan lekat rata-rata
(µarg ) adalah :
µavg =
∆.f s db
…….......……………………...(1)
4l
Bila l diambil dalam bentuk piasan, dx,
persamaan ini dapat ditulis sebagai
df s 4µ
………………….…...............….(2)
=
dx db
Dengan µ adalah tegangan lekat
murni yang bekerja sepanjang dx
Tegangan rata-rata dalam sebuah balok.
Dalam sebuah balok gaya dalam
sebatang baja yang retak dapat dinyatakan
sebagai :
T=
M
..………………….………………....(3)
jd
Dengan jd adalah lengan momen dan
M adalah momen yang bekerja pada balok
tersebut. Bila kita mempertimbangkan panjang
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
Sehingga
Dari free body diagram dalam Gambar 1,
dapat dilihat bahwa ∆m = V∆Χ atau
∆m
=V
∆Χ
∆T = (πdb ) µ avg ∆Χ . ………..…………… (4)
∆T
= ( πdb)µ avg
∆Χ
Sehingga
dimana db adalah diameter tulangan, atau
db
T1 = f S1A b
∆m
jd
∆m
= (πdb) µ avg jd
∆Χ
Tetapi ∆T =
balok diantara dua buah retakan seperti yang
ditunjukkan Gambar 2, maka momen yang
bekerja pada kedua retakan adalah M1 dan
M2. Bila balok diberi tulangan dengan sebuah
tulangan dengan diameter db, maka gayagaya pada batang baja seperti ditunjukkan
pada Gambar 2. Penjumlahan gaya-gaya
horintal memberikan:
µ avg =
V
……………………………...(5)
(πdb) jd
µ
T2 = f S2 A b
l
fS2 = f S1+ ∆ f S
Gambar 1 Hubungan antara perubahan tegangan dalam tulangan dengan tegangan lekat
P
1
2
∆x
M2=M1+∆M
M1
µ
T1
T2=T1+∆T
V
M2=M1+∆M
∆x
Gambar 2 Bagian balok antara bagian 1 dan 2
83
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
Bila
jari-jari
rerata
tulangan
dilambangkan dengan r, sedangkan panjang
lekatan dilambangkan dengan L, maka luas
tulangan yang bersentuhan dengan beton
dapat dirumuskan dengan persamaan:
Α = 2πrL ……………………....…………….(6)
Besar gaya yang menyebabkan
terjadinya kegagalan dilambangkan dengan F,
maka kuat lekat rata-rata saat kegagalan
dirumuskan sebagai persamaan;
P
f b = 2 ………....…………………………(7)
2πrL
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan secara
eksperimen
dengan
tahapan
yaitu
pengkorosion tulangan baja yang dilakukan
cara direndam dengan air laut selama 3 bulan,
selanjutnya diletakkan pada udara terbuka
hingga terjadi korosi, kemudian pemeriksaan
material meliputi pemeriksaan gradasi berat
jenis, berat volume, berat jenis pasir dan
kerikil serta kandungan lumpur pasir.
Untuk mendapatkan kuat tekan beton
yang digunakan dalam penelitian ini, maka
dibuat selinder beton dengan diameter 15 cm
tinggi 30 cm sebanyak 6 (enam) buah dengan
menggunakan faktor air semen (f.a.s 0,5),
yang diuji pada umur 28 hari.
Untuk mengetahui kuat lekat beton,
dibuat benda uji balok beton bertulangan baja
dibuat 12 (dua belas) buah dengan 3 (tiga)
variasi tebal selimut beton dan variasi kondisi
bajanya. Untuk lebih jelas variasi benda ujinya
dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Variasi benda uji
Balok
Kode
Selimut beton
b d ji
b d
30
40
50
mm
mm
mm
Non
NK
2
2
2
Korosi
Korosi
KR
2
2
2
Campuran beton yang digunakan
dalam pembuatan benda uji menggunakan
perbandingan 1 : 1.4 : 2.2 untuk semen, pasir
dan kerikil dengan faktor air semen 0,48.
Cetakan sama ukurannya yaitu 15 × 15 × 50
cm. Perawatan benda uji dilakukan dengan
cara merendam benda uji selama 28 hari.
Pengujian kuat tekan pada benda uji
berukuran 150 x 300 mm berdasarkan ASTM
C 39-72 yang menggunakan alat Compression
Testing Machine. Setelah ditimbang , benda
uji diletakkan pada alas pembebanan mesin
uji kuat tekan beton (compression testing
machine). Kemudian pembebanan diberikan
secara berangsur- angsur sampai benda uji
tersebut mencapai beban maksimum.
Untuk
mengetahui
kuat
lekat
menggunakan alat uji Hidraulik concrete Beam
Testing dan dial gauge untuk mengukur
pergeseran dan lendutan yang terjadi. Benda
uji diletakkan diatas perletakan pada rangka
pembebanan yang telah disediakan, pada
balok beton dipasang dua dial gauge. Dial
gauge 1 dipasang searah beban pada tengah
bentang untuk mencatat lendutan balok beton
sedangkan dial gauge 2 dipasang pada sisi
kiri balok, untuk mengukur pergeseran yang
terjadi, set-up pengujian kuat lekat dapat
dilihat pada Gambar 3.
2 φ 4 mm
P
A
15 cm
Dial gauge
A
Dial gauge
φ 8 mm
50 cm
15 cm
15 cm
POT. A-A
Gambar 3. Set-up Pengujian Kuat Lekat
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
Pengaruh Korosi Terhadap Kuat Lekat
Pengujian daya lekat balok dengan
Selimut beton 30 mm memberikan hasil
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3
dan Gambar 4, selimut beton 40 mm pada
Tabel 4 dan Gambar 5 dan selimut beton 50
mm dapat disajikan pada Tabel 5 dan Gambar
6.
Kuat Tekan Beton
Kuat tekan yang diperoleh dari
pengujian berkisar antara (22,081-24,345
MPa), dengan nilai kuat tekan rerata sebesar
23,270 MPa. Dengan demikian maka kuat
tekan selinder beton yang didapatkan melebihi
kuat tekan rencana yang ditetapkan
sebelumnya yaitu sebesar 20 MPa.
Tabel 3. Kuat Lekat Balok dengan Selimut Beton 30 mm
Benda uji
Beban Maks.( kN)
Kuat Lekat (Mpa)
Slip (x10-2 mm)
25,5
30
25
25
1,104
1,298
1,082
1,082
70
72
71
69
NK-1
NK-2
KR-1
KR-2
Non Korosi
Korosi
Tabel 4. Kuat Lekat Balok dengan Selimut Beton 40 mm
Benda Uji
Non Korosi
NK-1
NK-2
KR-1
KR-2
Korosi
Beban Maks.( kN)
Kuat Lekat( MPa )
Slip (x10-2 mm)
30
30
25
25
1,298
1,298
1,082
1,082
73
75
70
72
Tabel 5. Kuat Lekat Balok dengan Selimut Beton 50 mm
Benda Uji
Non Korosi
Beban Maks.( kN)
Kuat Lekat( MPa )
30
30
25
25
1,298
1,298
1,082
1,082
NK-1
NK-2
KR-1
KR-2
Korosi
35
75
74
72
72
2
y = -0,0048x + 0,7642x
NK 30
2
30
Kuat Lekat Rerata MPa
Slip (x10-2 mm)
R = 0,9871
K 30
25
tren-korosi 30 m m
20
tren-non korosi 30
mm
2
y = -0,0066x + 0,7672x
15
2
R = 0,9633
10
5
0
0
10
20
30
40
50
60
70
S lip R erata (x10-2 m m )
Gambar 3. Hubungan Beban dengan Slip Rerata Balok Tulangan NK 30 dan KR 30.
35
NK 40
30
K 40
Beban (kN)
25
20
15
10
y = -0,0055x 2 + 0,7779x
R2 = 0,9702
1
tren-korosi 40 mm
tren-non korosi 40
mm
y = -0,0048x 2 + 0,6513x
R2 = 0,9415
Ngudiyono
Pengaruh Korosi Tulangan Baja Terhadap Kuat Lekat…
Gambar 5. Hubungan Beban dengan Slip Rerata Balok Tulangan NK 40 dan KR 40.
30
NK 50
Beban (kN)
25
y = -0,0061x 2 + 0,8176x
R2 = 0,972
K 50
tren-korosi 50 mm
20
y = -0,0044x 2 + 0,6291x
R2 = 0,9344
tren-nonkorosi 50 mm
15
10
5
0
0
20
40
60
80
Slip Re rata (x10-2 m m )
Gambar 6. Hubungan Beban dengan Slip Rerata Balok Tulangan NK 50 dan KR 50.
Berdasarkan ketiga analisis data
mengenai hubungan antara kuat lekat dengan
selimut beton dan korosi yang terjadi diatas
dapat disimpulkan bahwa ketebalan selimut
beton tidak memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap kuat lekat yang terjadi. Hal
ini bisa dilihat dari nilai beban maksimum yang
terjadi tidak berbeda secara signifikan baik
pada beton dengan ketebalan 30, 40 maupun
50 mm. Hal ini bisa terjadi karena memang
selimut beton tidak secara efektif menahan
beban yang bekerja pada beton. Selimut
beton lebih berperan dalam hal melindungi
beton dari pengaruh lingkungan luar.
Berbeda halnya dengan hubungan
antara kuat lekat dengan tebal selimut,
berdasarkan data yang dapat dilihat pada
ketiga tabel diatas, korosi pada tulangan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap daya lekat. Pada beton dengan
ketebalan 30 mm, penurunan yang terjadi
86
berkisar 10 %, sementara pada ketebalan 40
dan 50 mm penurunan yang terjadi mencapai
17%. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut;
dengan mengecilnya volume atau diameter
tulangan maka berkurang pula luas bidang
kontak antara tulangan dengan beton. Karena
daya dipengaruhi oleh luas bidang kontak
maka dengan menurunnya luas bidang kontak
maka daya lekat antara beton dengan
tulangan juga ikut mengalami penurunan.
Selain itu, kemungkinan faktor lain yang
berpengaruh menurunnya kuat tarik baja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
1. Semakin bertambah tebal selimut beton
maka beban yang akan diterima tidak
menunjukan perbedaan yang berarti
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
sesuai dengan yang diharapkan. Akan
tetapi Hasil pengujian balok tulangan
memberikan beban maksimum berturutturut sebesar, 27,75 kN, 30 kN, 30 kN
Untuk balok Non Korosi selimut 30 mm,
selimut 40 mm, selimut 50 mm.
Sedangkan balok tulangan korosi besar
beban maksimum sama yaitu 25 kN
(untuk berbagai variasi tebal selimut).
2. Korosi dapat menurunkan kuat lekat
tulangan baja pada beton. Korosi pada
tulangan tersebut memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kuat lekat dapat
disebabkan mengecilnya luas bidang
kontak dari tulangan dengan beton
sehingga kuat lekatnya menurun. Dari
hasil pengujian didapatkan kuat lekat ratarata untuk balok tulangan yang Non
Korosi dengan tebal selimut 30 mm
sebesar 1,201 MPa dan yang korosi kuat
lekat rata-rata sebesar 1,082 Mpa atau
mengalami penurunan sebesar 9,93 %.
Untuk tebal selimut 40 mm, 50 mm kuat
lekat rata-rata yang Non Korosi dan
Korosi sama, yaitu sebesar 1,298 dan
1,082 Mpa.
3. Besar slip pada saat terjadi kegagalan
lekatan untuk tulangan Non Korosi
sebesar 71.10 -2 mm, 74.10-2 mm, 74,5.102
m ( dengan tebal selimut 30 mm, 40 mm,
50 mm). Untuk tulangan Korosi 70.10-2
mm. 71.10-2 mm dan 72.10 -2 mm (dengan
tebal selimut 30mm, 40 mm, 50 mm).
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai lekatan tulangan baja yang
berkorosi dengan jenis tulangan, diameter
tulangan,
porsentas
korosi,
lamanya
pengkorosian, media yang dipakai untuk
mempercepat proses pangkorosian maupun
metode pengujian yang digunakan sehingga
didapatkan
perbandingan
yang
lebih
bervariasi.
Ucapan terima kasih disampaikan
terima kasih kepada saudari Nurmala, ST,
yang telah membantu dan berperan aktif pada
penelitian ini dan Laboratorium Struktur dan
Bahan Fakultas Teknik Universitas Mataram
yang telah memberikan fasilitas selama
penelitan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, SNI 03-2834-1992, Tata Cara
Pelaksanaan Campuran Beton
Normal, Departemen Pekerjaan
Umum
RI,
Yayasan
LPMB,
Bandung.
Anonim,
Panduan
Praktikum
Beton,
Fakultas
Teknik
Universitas
Mataram, Mataram.
G. J. Al-Sulaimani, M. Kalemullah, I. A.
Basunbul, dan Rasheeduzzafar.
Influence of Corossion and
Cracking on Bond Behavior and
Strength Of Reinforced Concrate
Members,
87-S23
in
ACI
Structural Journal.
Murdock,L.J. dan Brooks,K.M., 1999, Bahan
dan Praktek Beton (terjemahan
Hindarko,S)
Edisi
keempat,
Erlangga Jakarta
Kusuma G., Vis, W.C., 1997, Dasar-dasar
Perencanaan Beton Bertulang
berdasarkan SK SNI T-15-199103, Erlangga Jakarta.
Nawy, E. G., 1990, Beton Bertulang, Erosco
Bandung.
Sri
Widharto,
1999,
Korosi
dan
Pencegahannya,
PT.
Pradnya
Paramita, Jakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1996, Teknologi Beton
Naviri, Yogyakarta.
Trethway, Kr. Chamberlain, 1991, Korosi
untuk
Mahasiswa
dan
Rekayasawan., Gramedia Utama
Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH
87
Pengaruh Korosi Tulangan Baja Terhadap Kuat Lekat…
PENGARUH KOROSI TULANGAN BAJA TERHADAP KUAT LEKAT BALOK
BETON BERTULANG
Influence Corrosion of Steel Reinforcement to Bond Strength Reinforced
Concrete Beam
Ngudiyono
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat
Telpon. (0370) 636126, Fax. (0370) 636523
Email : [email protected]
ABSTRAK
Baja telah digunakan sejak lama sebagai tulangan beton karena mempunyai lekatan yang
baik dengan beton pada kondisi normal. Namun demikian pada lingkungan yang agresif, baja dapat
berkorosi karena pengaruh lingkungan luar. Kasus seperti ini dapat terjadi dimana-mana, bukan
hanya pada tempat yang dekat dengan laut tetapi juga pada semua tempat yang dibiarkan
dipengaruhi lingkungan luar. Kasus yang menjadi objek yang dimodelkan dalam penelitian ini
adalah proyek yang dihentikan karena kekurangan biaya sehingga proyek tersebut dihentikan untuk
waktu yang tidak bisa ditentukan. Tulangan yang sudah terpasang pada beton yang belum selesai
dikerjakan dapat saja dipengaruhi oleh lingkungan luar yang akhirnya menyebabkan korosi. Korosi
yang terjadi diduga dapat menurunkan kuat lekat antara beton dengaan tulangannya..
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sejauhmana pengaruh korosi yang sudah
ada pada tulangan terhadap lekatan antara beton dengan tulangannya. Benda uji dibuat dalam
bentuk balok untuk uji lekatan dan selinder untuk mengetahui kuat tekan. Testing dilakukan dengan
menggunakan Alat Uji Tekan. Ada 12 benda uji buah balok yang diuji selama penelitian
berlangsung dan 6 silinder untuk uj kuat tekan. Sementara varabelnya ada dua, yaitu keadaan
tulangan; tidak berkorosi dan berkorosi dan tebal selimut beton; 30, 40 dan 50 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan rata-rata beton sampel adalah 23,27 Mpa.
Hasil ini lebih tinggi dari kuat tekan rencana, yakni 20 MPa. Korosi yang sudah ada pada tulangan
berpengaruh secara signifikan pada kuat lekat antara beton dengan tulangannya. Kenyataan ini
dapat dilihat dari data yang diperoleh selama penelitian. Rata-rata kuat lekat pada benda uji yang
menggunakan tulangan tidak berkorosi adalah 1,298 MPa, sementara korosi pada tulangan
menurunkan nilai ini sampai 1,082 MPa. Selain itu, juga diketahui bahwa tebal selimut beton tidak
berpengaruh secara signifikan pada kuat lekat. Singkatnya, ada dua kesimpulan yang bisa ditarik
melalui penelitian ini, yaitu: satu; korosi yang ada pada tulangan berpengaruh secara signifikan
terhadap lekatan, dan kedua; selimut beton tidak berpengaruh terhadap lekatan antara beton
dengan tulangannya.
Kata Kunci : beton, tulangan baja, korosi, kuat lekat,
ABSTRACT
Steel has been used for a long time as a reinforced of concrete. It has a good bond strength
characteristic in a normal condition. In aggressive circumstances, however, steel can be correded
due to eksternal environmental influences. This case could be occurred elsewhere, not onlyat the
place which near to the sea but also at the place which permitted influenced by exsternal circum
stances. The case involved in this study was the project that stopped due to the lack of cost when it
carried out. The rest project then cabcelled for uncertain time. The reinforced that already exist in
concrete may have influenced by eksternal circumstances which lead to corrosion. The existing
corrosion is supposed could be decreasing bong strength between steel and concrete
80
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
The aim of this study is to investigate the significance of existing corrosion to influence the
bond strength between steel and concrete. The samples were arranged in the form of beams for
bonding test and cylinder for compression test. Testing were using Compression Testing Machine.
Ther were 12 beams tested during the study carriedout as well as 6 cylinders to obtain the average
compression strength. There are two variables of this study, i.e., firstly, the condition of reinforced
steel; uncorroded and corroded reinforced steel. Secondly, the depth of cover; it was about 30, 40
and 50 mm.
The result shows that the average compression strength was about 23,270 Mpa. This result
was higher then predicted compression strength, i.e. 20 Mpa. The existing corrosion on the
reinforced steel was significantly influenced the bond strength between steel and concrete. This fact
can be seen from the data obtained during the investigation. The average bong strength of concrete
that reinforced with uncorroded steel was about 1,298 MPa, whilst corroded steel decreased this
value to 1,082 Mpa. In addition, there is no significant influennce of cover depth. Except for samples
with the cover depth of 30 mm of uncorroded steel, the rest samples give the same result for
different cover depth. Inshort, there are two conclusions that can be drawn form this study. Firstly,
the existing corrosion is significantly influence the bond strength between concrete and reinforced
steel, and secondly, there is no significant effect of cover depth to the bond strength.
Key words : concrete, steel reinforcement, corrosion, bond strength
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada
proyek-proyek
terbengkalai,
terutama sekali yang terhenti pada saat
pengerjaan bagian portal bangunan yang
terbuat dari beton bertulang pada bagian
balok dan kolom, seringkali tulangan baja
dibiarkan tersisa dalam keadaan tanpa
pelindung dengan maksud ketika sudah ada
dana
lagi,
tulangan
tersebut
tinggal
disambung dan dicor dengan beton. Selama
tenggang waktu menunggu proyek dilanjutkan
lagi, tentunya tulangan baja akan mengalami
perkorosian
(korosi)
akibat
pengaruh
lingkungan sekitarnya. Berawal dari asumsi
bahwa korosi (korosi) dapat menurunkan kuat
lekat antara tulangan baja pada beton, maka
pemeliharaan selama proyek dilaksanakan,
ataupun ketika proyek terhenti untuk
sementara karena masalah non teknis
hendaknya menjadi perhatian serius bagi
kontraktor atau pemilik proyek.
Korosi (korosi) yang terjadi pada
tulangan ini diduga mempunyai pengaruh
terhadap kinerja beton apabila tulangan
tersebut langsung dicor, terutama kuat lekat
antara baja tulangan dengan beton. Untuk itu
pentingnya melakukan tinjauan mengenai kuat
lekat antara tulangan yang telah mengalami
perkorosian dengan beton melalui sebuah
penelitian dilaboratorium.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh korosi pada tulangan
dan pengaruh tebal selimut beton terhadap
kuat lekat yang terjadi antara tulangan dengan
beton.
TINJAUAN PUSTAKA
Kuat lekat
Sebuah baja tulangan yang tertanam
dengan baik dalam beton yang mengeras
akan merekat sedemikian rupa sehingga
diperlukan gaya yang kuat untuk menariknya
keluar. Gejala ini disebut lekatan yang
memungkinkan kedua bahan tersebut dapat
saling bekerjasama secara struktural (
Kusuma,1997 ).
Lebih lanjut Kusuma, menyatakan
bahwa lekatan yang baik serta kesamaan
muai merupakan suatu alasan utama bahwa,
beton dan baja tulangan adalah suatu
kombinasi teknis yang baik. Kerjasama kedua
material ini masing-masing melaksanakan
fungsi yang paling sesuai yaitu baja melawan
tegangan tarik dan beton melawan tegangan
tekan.
Agar beton bertulang dapat berfungsi
dengan baik komposit dimana batang baja
tulangan saling bekerjasama sepenuhnya
dengan beton maka perlu diusahakan supaya
terjadi penyaluran gaya yang baik dari satu
bahan ke bahan lain ( Kusuma, 1997 ).
Kekuatan lekatan yang merupakan
hasil berbagai parameter seperti adhesi antara
81
Ngudiyono
Pengaruh Korosi Tulangan Baja Terhadap Kuat Lekat…
beton dengan permukaan tulangan baja dan
tekanan beton kering terhadap tulangan atau
kawat baja adalah akibat susut pengeringan
pada beton. Selain itu saling bergeseknya
permukaan baja dan beton di sekitarnya, yang
disebabkan oleh mikro tarik menyebabkan
meningkatnya tahanan gelincir. Efek total ini
disebut sebagai lekatan (Nawy, 1990 ).
Ada banyak hal yang mempengaruhi
kuat lekat antara baja dengan beton.
(Nawi,1990 ) menyatakan bahwa paling tidak
ada lima hal yang berpengaruh terhadap kuat
lekatan ini yaitu adhesi antara elemen beton
dan tulangan baja,efek griping (memegang )
sebagai akibat susut pengeringan beton
disekeliling permukaaan baja dan saling geser
antara tulangan dengan beton sekitarnya,
tahanan gesekan ( friksi ) terhadap gelincir
dan saling mengunci pada saat elemen
penguat atau tulangan mengalami tegangan
tarik, efek kwalitas beton dan kekuatan tarik
dan tekannya, diameter, bentuk dan jarak
tulangan karena kesemuannya mempengaruhi
pertumbuhan retak.
saja. Sedangkan setengahnya lagi adalah
proses yang harus ada agar korosi dapat
berlangsung.
Kaitannya dengan kuat lekat, menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulaimani
dkk (1990), sampai kira-kira 0,5 % tulangan
berkorosi, kuat lekat meningkat seiring dengan
meningkatnya persentase korosi yang terjadi.
Hal ini bisa terjadi karena pada proses awal
perkorosian, justeru akan meningkatkan
kekasaran
permukaan
tulangan
yang
cenderung meningkatkan kemampuan lekat
tulangan. Namun demikian, ketika proses
perkorosian berlanjut kuat melekat menurun
secara konsisten dengan bertambahnya
porsentase korosi yang terjadi.
Korosi.
Korosi adalah reaksi kimia antara
logam dan lingkungannya yang berakibat
mengalirnya arus listrik. Definisi korosi
menurut Threthwey dan chamberlain korosi
adalah penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dan lingkungannya.
Penyebab korosi yang jauh lebih serius
pada tulangan baja adalah adanya klorida
dalam beton, yang merubah kwalitas
perlindungan disekeliling baja tulangan. Ion
klorida merupakan penghancur yang spesifik
dari lapisan oksida pelindung dari baja
tulangan. (Murdock dan Broock, 1991 dalam
Sudi W, 2002).
Sheir 1976, (dalam Thretway dan
Chamberlain, 1991), meneliti tentang laju
korosi pada lempengan baja akibat pengaruh
atmosfir di beberapa lokasi. Ketika logam
masih telanjang laju korosi memang tinggi.
Tetapi laju itu kemudian turun secara konstan
sesudah setahun pertama.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tingkat pengkorosian atmosfir adalah jumlah
zat pencemar di udara, suhu, kelembaban
kritis, arah dan kecepatan angin, radiasi
matahari,jumlah curah hujan. Korosi berkaitan
dengan logam, tetapi yang bisa disebut
dengan korosi sejati hanyalah setengah reaksi
82
LANDASAN TEORI
Kuat Lekat.
Tegangan lekat pasti timbul ketika
tegangan atau gaya didalam sebatang baja
tulangan berubah dari titik ke titik sepanjang
batang tersebut. Hal ini digambarkan dengan
sebuah free body diagram pada Gambar 1.
Bila
fs2 > fs1 , tegangan lekat (µ ) harus
bekerja pada permukaan batang untuk
menjaga
kesetimbangan.
Dengan
menjumlahkan semua gaya yang sejajar
dengan batang, maka tegangan lekat rata-rata
(µarg ) adalah :
µavg =
∆.f s db
…….......……………………...(1)
4l
Bila l diambil dalam bentuk piasan, dx,
persamaan ini dapat ditulis sebagai
df s 4µ
………………….…...............….(2)
=
dx db
Dengan µ adalah tegangan lekat
murni yang bekerja sepanjang dx
Tegangan rata-rata dalam sebuah balok.
Dalam sebuah balok gaya dalam
sebatang baja yang retak dapat dinyatakan
sebagai :
T=
M
..………………….………………....(3)
jd
Dengan jd adalah lengan momen dan
M adalah momen yang bekerja pada balok
tersebut. Bila kita mempertimbangkan panjang
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
Sehingga
Dari free body diagram dalam Gambar 1,
dapat dilihat bahwa ∆m = V∆Χ atau
∆m
=V
∆Χ
∆T = (πdb ) µ avg ∆Χ . ………..…………… (4)
∆T
= ( πdb)µ avg
∆Χ
Sehingga
dimana db adalah diameter tulangan, atau
db
T1 = f S1A b
∆m
jd
∆m
= (πdb) µ avg jd
∆Χ
Tetapi ∆T =
balok diantara dua buah retakan seperti yang
ditunjukkan Gambar 2, maka momen yang
bekerja pada kedua retakan adalah M1 dan
M2. Bila balok diberi tulangan dengan sebuah
tulangan dengan diameter db, maka gayagaya pada batang baja seperti ditunjukkan
pada Gambar 2. Penjumlahan gaya-gaya
horintal memberikan:
µ avg =
V
……………………………...(5)
(πdb) jd
µ
T2 = f S2 A b
l
fS2 = f S1+ ∆ f S
Gambar 1 Hubungan antara perubahan tegangan dalam tulangan dengan tegangan lekat
P
1
2
∆x
M2=M1+∆M
M1
µ
T1
T2=T1+∆T
V
M2=M1+∆M
∆x
Gambar 2 Bagian balok antara bagian 1 dan 2
83
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
Bila
jari-jari
rerata
tulangan
dilambangkan dengan r, sedangkan panjang
lekatan dilambangkan dengan L, maka luas
tulangan yang bersentuhan dengan beton
dapat dirumuskan dengan persamaan:
Α = 2πrL ……………………....…………….(6)
Besar gaya yang menyebabkan
terjadinya kegagalan dilambangkan dengan F,
maka kuat lekat rata-rata saat kegagalan
dirumuskan sebagai persamaan;
P
f b = 2 ………....…………………………(7)
2πrL
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan secara
eksperimen
dengan
tahapan
yaitu
pengkorosion tulangan baja yang dilakukan
cara direndam dengan air laut selama 3 bulan,
selanjutnya diletakkan pada udara terbuka
hingga terjadi korosi, kemudian pemeriksaan
material meliputi pemeriksaan gradasi berat
jenis, berat volume, berat jenis pasir dan
kerikil serta kandungan lumpur pasir.
Untuk mendapatkan kuat tekan beton
yang digunakan dalam penelitian ini, maka
dibuat selinder beton dengan diameter 15 cm
tinggi 30 cm sebanyak 6 (enam) buah dengan
menggunakan faktor air semen (f.a.s 0,5),
yang diuji pada umur 28 hari.
Untuk mengetahui kuat lekat beton,
dibuat benda uji balok beton bertulangan baja
dibuat 12 (dua belas) buah dengan 3 (tiga)
variasi tebal selimut beton dan variasi kondisi
bajanya. Untuk lebih jelas variasi benda ujinya
dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Variasi benda uji
Balok
Kode
Selimut beton
b d ji
b d
30
40
50
mm
mm
mm
Non
NK
2
2
2
Korosi
Korosi
KR
2
2
2
Campuran beton yang digunakan
dalam pembuatan benda uji menggunakan
perbandingan 1 : 1.4 : 2.2 untuk semen, pasir
dan kerikil dengan faktor air semen 0,48.
Cetakan sama ukurannya yaitu 15 × 15 × 50
cm. Perawatan benda uji dilakukan dengan
cara merendam benda uji selama 28 hari.
Pengujian kuat tekan pada benda uji
berukuran 150 x 300 mm berdasarkan ASTM
C 39-72 yang menggunakan alat Compression
Testing Machine. Setelah ditimbang , benda
uji diletakkan pada alas pembebanan mesin
uji kuat tekan beton (compression testing
machine). Kemudian pembebanan diberikan
secara berangsur- angsur sampai benda uji
tersebut mencapai beban maksimum.
Untuk
mengetahui
kuat
lekat
menggunakan alat uji Hidraulik concrete Beam
Testing dan dial gauge untuk mengukur
pergeseran dan lendutan yang terjadi. Benda
uji diletakkan diatas perletakan pada rangka
pembebanan yang telah disediakan, pada
balok beton dipasang dua dial gauge. Dial
gauge 1 dipasang searah beban pada tengah
bentang untuk mencatat lendutan balok beton
sedangkan dial gauge 2 dipasang pada sisi
kiri balok, untuk mengukur pergeseran yang
terjadi, set-up pengujian kuat lekat dapat
dilihat pada Gambar 3.
2 φ 4 mm
P
A
15 cm
Dial gauge
A
Dial gauge
φ 8 mm
50 cm
15 cm
15 cm
POT. A-A
Gambar 3. Set-up Pengujian Kuat Lekat
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
Pengaruh Korosi Terhadap Kuat Lekat
Pengujian daya lekat balok dengan
Selimut beton 30 mm memberikan hasil
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3
dan Gambar 4, selimut beton 40 mm pada
Tabel 4 dan Gambar 5 dan selimut beton 50
mm dapat disajikan pada Tabel 5 dan Gambar
6.
Kuat Tekan Beton
Kuat tekan yang diperoleh dari
pengujian berkisar antara (22,081-24,345
MPa), dengan nilai kuat tekan rerata sebesar
23,270 MPa. Dengan demikian maka kuat
tekan selinder beton yang didapatkan melebihi
kuat tekan rencana yang ditetapkan
sebelumnya yaitu sebesar 20 MPa.
Tabel 3. Kuat Lekat Balok dengan Selimut Beton 30 mm
Benda uji
Beban Maks.( kN)
Kuat Lekat (Mpa)
Slip (x10-2 mm)
25,5
30
25
25
1,104
1,298
1,082
1,082
70
72
71
69
NK-1
NK-2
KR-1
KR-2
Non Korosi
Korosi
Tabel 4. Kuat Lekat Balok dengan Selimut Beton 40 mm
Benda Uji
Non Korosi
NK-1
NK-2
KR-1
KR-2
Korosi
Beban Maks.( kN)
Kuat Lekat( MPa )
Slip (x10-2 mm)
30
30
25
25
1,298
1,298
1,082
1,082
73
75
70
72
Tabel 5. Kuat Lekat Balok dengan Selimut Beton 50 mm
Benda Uji
Non Korosi
Beban Maks.( kN)
Kuat Lekat( MPa )
30
30
25
25
1,298
1,298
1,082
1,082
NK-1
NK-2
KR-1
KR-2
Korosi
35
75
74
72
72
2
y = -0,0048x + 0,7642x
NK 30
2
30
Kuat Lekat Rerata MPa
Slip (x10-2 mm)
R = 0,9871
K 30
25
tren-korosi 30 m m
20
tren-non korosi 30
mm
2
y = -0,0066x + 0,7672x
15
2
R = 0,9633
10
5
0
0
10
20
30
40
50
60
70
S lip R erata (x10-2 m m )
Gambar 3. Hubungan Beban dengan Slip Rerata Balok Tulangan NK 30 dan KR 30.
35
NK 40
30
K 40
Beban (kN)
25
20
15
10
y = -0,0055x 2 + 0,7779x
R2 = 0,9702
1
tren-korosi 40 mm
tren-non korosi 40
mm
y = -0,0048x 2 + 0,6513x
R2 = 0,9415
Ngudiyono
Pengaruh Korosi Tulangan Baja Terhadap Kuat Lekat…
Gambar 5. Hubungan Beban dengan Slip Rerata Balok Tulangan NK 40 dan KR 40.
30
NK 50
Beban (kN)
25
y = -0,0061x 2 + 0,8176x
R2 = 0,972
K 50
tren-korosi 50 mm
20
y = -0,0044x 2 + 0,6291x
R2 = 0,9344
tren-nonkorosi 50 mm
15
10
5
0
0
20
40
60
80
Slip Re rata (x10-2 m m )
Gambar 6. Hubungan Beban dengan Slip Rerata Balok Tulangan NK 50 dan KR 50.
Berdasarkan ketiga analisis data
mengenai hubungan antara kuat lekat dengan
selimut beton dan korosi yang terjadi diatas
dapat disimpulkan bahwa ketebalan selimut
beton tidak memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap kuat lekat yang terjadi. Hal
ini bisa dilihat dari nilai beban maksimum yang
terjadi tidak berbeda secara signifikan baik
pada beton dengan ketebalan 30, 40 maupun
50 mm. Hal ini bisa terjadi karena memang
selimut beton tidak secara efektif menahan
beban yang bekerja pada beton. Selimut
beton lebih berperan dalam hal melindungi
beton dari pengaruh lingkungan luar.
Berbeda halnya dengan hubungan
antara kuat lekat dengan tebal selimut,
berdasarkan data yang dapat dilihat pada
ketiga tabel diatas, korosi pada tulangan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap daya lekat. Pada beton dengan
ketebalan 30 mm, penurunan yang terjadi
86
berkisar 10 %, sementara pada ketebalan 40
dan 50 mm penurunan yang terjadi mencapai
17%. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut;
dengan mengecilnya volume atau diameter
tulangan maka berkurang pula luas bidang
kontak antara tulangan dengan beton. Karena
daya dipengaruhi oleh luas bidang kontak
maka dengan menurunnya luas bidang kontak
maka daya lekat antara beton dengan
tulangan juga ikut mengalami penurunan.
Selain itu, kemungkinan faktor lain yang
berpengaruh menurunnya kuat tarik baja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
1. Semakin bertambah tebal selimut beton
maka beban yang akan diterima tidak
menunjukan perbedaan yang berarti
Jurnal Teknik REKAYASA, Vol. 12 No 1 Juni 2011
sesuai dengan yang diharapkan. Akan
tetapi Hasil pengujian balok tulangan
memberikan beban maksimum berturutturut sebesar, 27,75 kN, 30 kN, 30 kN
Untuk balok Non Korosi selimut 30 mm,
selimut 40 mm, selimut 50 mm.
Sedangkan balok tulangan korosi besar
beban maksimum sama yaitu 25 kN
(untuk berbagai variasi tebal selimut).
2. Korosi dapat menurunkan kuat lekat
tulangan baja pada beton. Korosi pada
tulangan tersebut memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kuat lekat dapat
disebabkan mengecilnya luas bidang
kontak dari tulangan dengan beton
sehingga kuat lekatnya menurun. Dari
hasil pengujian didapatkan kuat lekat ratarata untuk balok tulangan yang Non
Korosi dengan tebal selimut 30 mm
sebesar 1,201 MPa dan yang korosi kuat
lekat rata-rata sebesar 1,082 Mpa atau
mengalami penurunan sebesar 9,93 %.
Untuk tebal selimut 40 mm, 50 mm kuat
lekat rata-rata yang Non Korosi dan
Korosi sama, yaitu sebesar 1,298 dan
1,082 Mpa.
3. Besar slip pada saat terjadi kegagalan
lekatan untuk tulangan Non Korosi
sebesar 71.10 -2 mm, 74.10-2 mm, 74,5.102
m ( dengan tebal selimut 30 mm, 40 mm,
50 mm). Untuk tulangan Korosi 70.10-2
mm. 71.10-2 mm dan 72.10 -2 mm (dengan
tebal selimut 30mm, 40 mm, 50 mm).
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai lekatan tulangan baja yang
berkorosi dengan jenis tulangan, diameter
tulangan,
porsentas
korosi,
lamanya
pengkorosian, media yang dipakai untuk
mempercepat proses pangkorosian maupun
metode pengujian yang digunakan sehingga
didapatkan
perbandingan
yang
lebih
bervariasi.
Ucapan terima kasih disampaikan
terima kasih kepada saudari Nurmala, ST,
yang telah membantu dan berperan aktif pada
penelitian ini dan Laboratorium Struktur dan
Bahan Fakultas Teknik Universitas Mataram
yang telah memberikan fasilitas selama
penelitan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, SNI 03-2834-1992, Tata Cara
Pelaksanaan Campuran Beton
Normal, Departemen Pekerjaan
Umum
RI,
Yayasan
LPMB,
Bandung.
Anonim,
Panduan
Praktikum
Beton,
Fakultas
Teknik
Universitas
Mataram, Mataram.
G. J. Al-Sulaimani, M. Kalemullah, I. A.
Basunbul, dan Rasheeduzzafar.
Influence of Corossion and
Cracking on Bond Behavior and
Strength Of Reinforced Concrate
Members,
87-S23
in
ACI
Structural Journal.
Murdock,L.J. dan Brooks,K.M., 1999, Bahan
dan Praktek Beton (terjemahan
Hindarko,S)
Edisi
keempat,
Erlangga Jakarta
Kusuma G., Vis, W.C., 1997, Dasar-dasar
Perencanaan Beton Bertulang
berdasarkan SK SNI T-15-199103, Erlangga Jakarta.
Nawy, E. G., 1990, Beton Bertulang, Erosco
Bandung.
Sri
Widharto,
1999,
Korosi
dan
Pencegahannya,
PT.
Pradnya
Paramita, Jakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1996, Teknologi Beton
Naviri, Yogyakarta.
Trethway, Kr. Chamberlain, 1991, Korosi
untuk
Mahasiswa
dan
Rekayasawan., Gramedia Utama
Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH
87