ETIKA ADMINISTRASI DAN PEMBANGUNAN pdf

ETIKA ADMINISTRASI DAN PEMBANGUNAN

ABSTRAK
Pembangunan sangat relevan dengan etika, disamping sebagai core value
pembangunan, juga menjadi bagian dari prgram pembangunan. Proses pembangunan
bagaimanapun juga tidak boleh dipisahkand ari etika. Etika harus terbangun dalam
konteks perencanaan, pelaksanaan dan realisasi dari pembangunan itu sendiri. Hasil
pembangunan perlu memperoleh legitimasi dari masyarakat sehingga pelaskananya
didasarkan pada norma-norma moral. Legitimasi masyarakat terhadap pembangunan
dapat diperoleh jika masyarakat memiliki kebebasan, persamaan, demokrasi dan
Partisipasi serta keadilan sosial dan pemerataan dalam memprakarsai, merencanakan
dan melaksanakan proses pembangunan
PENDAHULUAN
Konsep-konsep tentang nilai

moral

dan etika dalam administrasi

pembangunan dirumuskan dan diterapkan dalam kehidupan kenegaraan dan llingkup
administrasi pembangunan, khsusnya dalam rangka memutuskan dan menetapkan

kebijakan serta implementasi kebijakan yang telah dibuat. Hal tersebut menjadi
sangat penting sehingga betul-betul dapat dirasakan bahwa sesungguhnya peran etika
dalam administrasi pembangunan menjadi suatu hal yang mutlak. Kemanfaatan
konsepsi etika tersebut hanya akan terasa apabila menjadi bagian dari dinamika
administrasi. Pada prinsipnya etika administrasi negara merupakan salah satu cabang
etika terapan. Beberapa teori dan konsep yang membahas tenang kaidah normatif
yang terdapat di atara penguasa negara, wakil rakyat, pelaksana admnistrasi dan
warga engara. Demikian pula konsep seperti keadilan, kedaulatan rakyat dan norma
kebijaksanaan dan sebagainya. (Wahyudi, 2001)
Supaya proses admiistrasi dan playanan publik dapat dilaksanakan dengan
baik maka para pembuat keputusan dalam rangka pelaksanaan pembangunan harus
memiliki landasan yang tetap dalam pengambilan kebijakan dan keputusan tersebut.
Salah satu hal yang harus dijadikan pertimbangan mutlak adalah pertimbangan
berdasarkan nilai-nilai moral. Beberapa kaidah umum berkaitan dengan aturan

ormatif tersebut menurut Wahyudi (2001) adalah: (1) Pertimbangan normatif
hendaknya menuju kepada kebaikan bersama, (2) Selalu mawas diri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dalam rangka mengangkat harkat dan marrtabat
kemanusiaan, (3) memiliki pola prilaku, jujur, adil, ramah, cerdas, bertanggung jawab
dan sebagainya.

Secara khusus bahwa para administrator diharapkan dapat melaksanakan
proses pembangunan secara efektif dan efesien serta memiliki komitmen yang kuat
dalam pencapain tujuan pembangunan baik dalam perumusan kebijakan maupun
implementasi kebijakan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka pada makalah
ini akan kami bahs tentang masalah yang berkaitan dengan etika administrasi dan
pelaksanaan pembangunan.

ETIKA ADMINISTRASI DAN PEMBANGUNAN
Hakikat Etika
Etika dalam konteks tertentu terkadang dipersamakan dengan moral atau
moralitas. Dalam banyak tulisan penggunaan istilah tersebut terkadang tidak
konsisten. Terkadang menggunakan kedua istilah tersebut secara bersamaan dengan
makna yang sama yaitu moral dan etika. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”
yang berarti kebiasaan atau watak, sementara “moral” berasal dari bahasa Latin “mos
(mores) yang berarti cara hidup atau kebiasaan.
Moral dan moralitas sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. Moralitas
dalam pengertian sesungguhnya adalah berfokus opada hukum-hukum prisif, abstrak,
bebas, tak berhubungan dengan orang-orang secara khusus (Robert, 1987). Orang
akan melakukan tindakan-tindakan


menurut prinsif-prinsif, mengerti prinsif dan

berbuat demi prinsif tersebut.. Sementara moral adalah sesuatu yang menkankan pada
karakter dan sifat individu yang khusus, bukan pada aturan dan ketaatan (Robert,
1987). Tingakh laku dalam pengertian ini bersifat spontan. Moral yang didasarkan
pada karakter cenderung berfous pada apa yang istimewa pada seseorang, yang
mementingkan memperlakukaan semua orang sama.

Dalam Konteks prilaku administrator salah satu faktor penting dalam
pengembangan diri adalah kemampuan memikirkan isu-isu moral (Harmon, 1980).
Memikirkan isu moral (moral rasoning) berarti proses melakukan

pertimbangan

moral (moral judgment) terhadap aturan formal, nilai-nilai yang mendasari keputusan
dan dampak keputusan yang diambilnya (Margono, 2001).Dari penelitian yang
dilakukan akuntabuilitas moral adalah

kemampuan pejabat publik


untuk

menjelaskan pertimbangan moral yang mendasari keputusan yang dibuatnya
menyangkut pertimbangan terhadap nilai-nilai yang di akui oleh konstitusi dan
peraturan sosial yang telah mapan. Dalam klasifikasi Kearn (1994) akuntabilitas bisa
menyangkut standar nilai yang eksplisit seperti keteraturan hukum dan aturan formal
lain dapat juga standar implisit semacam kepercayaan dan nilai yang diagungkan
masyarakat
Nilai atau standar yang dipertimbangkan pembuat keputusan berisi tentang
hal-hal yang diagungkan oleh pembuat keputusan. Bentangan nilai mulai darinilai
pribadi, nilai organisasi, nilai politik, nilai ideologis, hingga nilai kemanusiaan
(Abdul wahab, 1997). Produk organisasi hendaknya mampu memberi kepuasan bagi
konsumen. Ini bisa terjadi apabila setiap orang dalam organisasi menghindari
tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsif-prinsif etika (Salusu, 1996).
Satu unsur kunci dalam moralitas adalah

sifatnya yang tidak memihak

(Robert, 1987) Jadi memutuskan kebijkan tertentu tidak didasari oleh pengaruh
kepurtusan pribadi atau posis, tidak memihak berdasarkan pertimbangan pribadi.

Keputusan bermoral adalah keputusan yang diambil karena bukan unsur pemihakan,
kepentingan pribadi atau keegoisan pengambil keputusan. Menurut Kant, bermoral
adalah menghargai orang sebagai insan yang otonom yang mempunyai hak dan
tanggung jawab untuk memeutuskan apa yang benar untuk dilakukan. Moralitas yang
dipertentangkan dengan kebijakan dan keegoisan

mengenai apa yang harus

dilakukan, bertingkah laku menurut tata cara tertentu dan mentaati prisip tertentu,
menjadi dasar pertimbangan moralitas
tindakan tersebut (Robert 1987).

dalam melakukan pembenaran terhadap

PEMBAHASAN
Etika Administrasi dan Pembangunan
Dari pembahasan tersebut di atas merupakan suatu pembahasan tentang
dasar-dasar pengandaian normatif yang terdapat dalam etika secara umum. Jika hal
tersebut dikaitkan dengan konsep-konsep yang berkaitan dengan administrasi dan
pembangunan, maka tidak akan lepas dari pembahasan tentang telaha etis tentang

perumusan kebijkasanaan dan implementasi kebijaksanaan pembangunan. Untuk
memahami hal tersebut menurut Wahyudi (2001) harus didasarkan pada konsepkonsep administrasi negara.
Konsep administrasi secara umum dan administrasi negara dan administrasi
pembanguan tentu tidak lepas dari upaya untuk mencapai keberhasilan pembangunan.
Pembangunan adalah merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu
negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dalam rangka
pembangunan tersebut maka Administrasi Negara dan Administrasi Pembangunan
menjadi suatu proses yang berfokus proses pembangunan yang diselenggarakan oleh
suatu negara dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita tertentu, termasuk caracara ilmiah yang digunakan dalam pemecahan masalah, menghadapi tantangan,
memanfaatkan peluang dan menyingkirkan ancaman. (Bintoro, 1988)
Dengan demikian, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
tersebut hal penting yang tidak dapat dihindari adalah hal yang berkaitan dengan etika
administrasi. Dalam artian bahwa pelaksanaan adminsitrasi negara dan administrasi
pembangunan tidak hanya didasarkan pada prinsip efesiensi, ekonomi dan
administrasi, tetapi juga terkait dengan moralitas.(Nicolas, 1988). Hal tersebut berarti
bahwa dalam konteks administrasi pembangunan maka dalam proses pembuatan
keputusan dan kebijaksanaan serta implementasi kebijaksanaan tersebut harus
didasarkan pada pertimbangan moral.


Pembuatan keputusan tersebut tidak hanya mempertimbangkan persoalan
yang terkait dengan pertimbangan ekonomi dan efesiensi serta produktifitas, akan
tetapi juga didasari oleh pertimbangan psikologis. Simon berpendapat bahwa
pertimbangan faktor-faktor sosial dan psikologis yang mempunyai pengaruh penting
terhadap keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pemuat keputusan (Nicolas,
1988)
Pertimbangan moral dalam pembuatan keputusan menjadi penting karena
pembuatan keputusan merupakan penopang utama kegiatan administrasi. Wahyudi
(2001) mengemukakan bahwa sebagian besar proses administrasi berupa rangkaian
pemilihan alternatif tindakan atau pengambilan keputusan

dan kebijakan dalam

proses pembangunan.
Administrasi pembangunan yang berfokus pada proses pembangunan yang
diselenggarakan oleh suatu negara dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita
tertentu, termasuk cara-cara ilmiah yang digunakan dalam pemecahan masalah,
menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang dan menyingkirkan ancaman maka
menurut Wahyudi (2001) harus didasarkan pada:
1. Kebebasan individu dan kelompok misalnya kebebasan mengeluarkan

pendapat, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan beragama,
2. Persamaan, dimana nilai-nilai moral yang terkandung dalam gerak
pembangunan ditentukan oleh sejauh mana

proses pembagunan tersebut

menciptakan persamaan baik persamaan dalam hukum, pemerintahan,
kesempatan memperoleh pendidikan dan sebagainya.
3. Demokrasi dan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal
penting untuk menjadi perhatian dalam merumuskan dan menentukan
kebijakan pembangunan.
4. Keadilan Sosial dan Pemerataan dalam meprakarsai, merencanakan dan
melaksanakan proses pembangunan.
Jika hal tersebut tidak dijadikan landasan dan pedoman maka proses
pembangunan tersebut tidak akan dapat mencapai tujuan secara maksimal.

Berdasarkan hal tersebut maka pelaksanaan administrasi negara senantiasa menutut
pertanggung jawaban etis. Oleh karena itu maka etika adminsitrasi negara harus
menempatkan kaidah-kaidah


moral dalam menghadapi berbagai persoalan yang

terkait dengan pelaksanaan pembangunan.

PENUTUP
Etika administrasi merupakan hal yag tidak dapat dipisahkan dengan
pelaksanaan pembangunan pada suatu negara. Pembangunan sebagai merupakan
suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan

pertumbuhan dan perubahan secara

terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa, harus didasarkan pada norma-norma moral dalam
pelaksanaannya, sehingga pembangunan yang dilaksanakan mendapat legitimasi dari
masyarakat.
Legitimasi dari masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan dapat
diperoleh jika masyarakat memiliki kebebasan, persamaan, demokrasi dan Partisipasi
serta keadilan sosial dan pemerataan dalam memprakarsai, merencanakan dan
melaksanakan proses pembangunan.


DAFTAR PUSTAKA
Handayaningrat, Soewarno, 1989, Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan
Nasional, Jakarta, Haji Masagung.
Riggs, Fred, W. 1996. Administrasi Pembangunan, Sistem Administrasi dan
Birokrasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Siagian, Sondang P. 2000. Administrasi Pembangunan, Konsep Dimensi dan
Strateginya . Jakarta: Bumi Aksara
Siagian, Sondang P. 2000. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi,. Jakarta: Rineka Cipta
Kumorotomo, Wahyudi, 2001. Etika Administrasi Negara,. Jakarta: Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1976. Pengantar Administrasi Pembangunan,. Jakarta:
LP3S