Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Pada Pt. Telkom Indonesia Divisi Enterprise Service Medan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

survei eksplanasi, dimana penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatnya yang
didasarkan kepada tujuan objeknya. Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk
ke dalam asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih
untuk melihat pengaruh antara variabel yang terumus pada hipotesis penelitian,
yaitu variabel (X) yang terdiri dari variabel kepemimpinan (X1), konflik (X2)
terhadap variabel stres kerja karyawan (Y)

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Telkom yang berlokasi di Jalan Puteri Hijau
Medan. Waktu penelitian dilaksanakan penulis mulai dari bulan Januari 2013
sampai Maret 2013

3.3 Batasan Operasional

1. Variabel Independen (Variabel X) terdiri dari kepemimpinan (X1) dan
Konflik (X2) pada karyawan PT. Telkom Medan.
2. Variabel Dependen (Variabel Y) adalah stres kerja pada karyawan PT.
Telkom Medan.

3.4

Defenisi Operasional
Defenisi

operasional

variabel

adalah

unsur

penelitian


yang

memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini
variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependen variable). Defenisi
operasional untuk masing – masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan (X1)
Kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi perilaku karyawan
PT. Telkom baik perorangan maupun kelompok dalam tujuan yang pasti untuk
mencapai tujuan bersama.
2. Konflik (X2)
Adanya perselisihan, pertentangan, yang terjadi antara apa yang diharapkan
oleh karyawan PT. Telkom terhadap dirinya, orang lain dan organisasi dengan
kenyataan apa yang diharapkannya.
3. Stres Kerja (Y)
Suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik
dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi karyawan
PT. Telkom.

Variabel

Kepemimpinan
(X1)

Konflik
(X2)

Stres Kerja (Y)

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Defenisi variable
Dimensi
Variabel
Suatu
proses
dalam Sikap
mempengaruhi perilaku pemimpin
karyawan PT. Telkom
baik perorangan maupun Kemampuan
kelompok dalam tujuan dalam

yang
pasti
untuk memimpin
mencapai tujuan bersama

Adanya
perselisihan,
pertentangan,
yang
terjadi antara apa yang
diharapkan
oleh
karyawan PT. Telkom
terhadap dirinya, orang
lain
dan
organisasi
dengan kenyataan apa
yang diharapkannya.


Indikator
1. Jujur
2. Objektif

likert

3. Memotivasi
karyawan
4. Mengarahkan
karyawan
5. Terampil
Berkomunikasi
6. Pengambilan
Keputusan

Struktur
pekerjaan

1. Pembagian
tugas

2. Ketergantungan
dalam tugas

Komunikasi
yang tidak
baik

3. Bahasa sulit
dimengerti

Hubungan
dengan
rekan kerja
Suatu kondisi ketegangan Kondisi
yang
menciptakan pekerjaan
adanya
ketidakseimbangan fisik Situasi di
dan
psikis,

yang dalam
mempengaruhi
emosi, perusahaan
proses
berfikir,
dan
kondisi karyawan PT.
Telkom.

Skala

Likert

4. Kepribadian

1. Beban Kerja
2. Waktu kerja
3. Hubungan
diantara rekan
kerja

4. Hubungan
dengan
pimpinan

Sumber : Supardi (2002), Kartono (2005), Robin (2008): data diolah

Likert

3.5

Skala Pengukuran Variabel
Menurut Sugiyono (2008:131), skala pengukuran merupakan kesepakatan

yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini,
maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan
dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Skala
likert menggunakan 5 (lima) tingkatan jawaban yang dapat dilihat dari tabel 3.2
berikut ini:


No
1
2
3
4
5

3.6

Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
Pertanyaan
Skor
Sangat setuju (SS)
5
Setuju (S)
4
Kurang Setuju (KS)
3

Tidak Setuju (TS)
2
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Sumber : Sugiyono (2008)

Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:72), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Telkom
Divisi Enterprise Service yang berjumlah 70 orang.

2. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh.
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 70
responden

3.7


Jenis Data
Peneliti menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian untuk
membantu memecahkan masalah, yaitu :
3

Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung di
lokasi peneliti melalui kuesioner dan wawancara mengenai variabel yang
diteliti.

4

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berisikan informasi dan teori-teori yang
digunakan untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data
sekunder dari literatur, buku dan internet.

3.8

Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara berikut :
1. Angket/kuesioner
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada
responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban itu ditentukan skornya
dengan menggunakan Skala Likert.

2. Wawancara
Wawancara dengan para karyawan dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan variabel yang ditetiti.
3. Dokumen
Dokumentasi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan photo dan
penyimpanan photo. Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan informasi
dalam bidang pengetahuan. Kumpulan bahan atau dokumen yang dapat
digunakan sebagai asas bagi sesuatu kejadian, penghasilan sesuatu terbitan.

3.9

Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2008:172), bahwa valid berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen penelitian yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas
dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen
penelitian atau tidak.
3.9.1

Uji Validitas

Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang telah didapat
setelah penelitian yang merupakan data yang valid dengan alat ukur yang
digunakan yaitu kuesioner. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner
dapat menjawab tujuan penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows, dengan kriteria sebagai berikut:
a) Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid.
b) Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid

Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada karyawan
PT Telkom Indonesia di luar sampel Divisi Enterprise Service Medan yang
berjumlah 30 orang.
3.9.2

Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2006:110). Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawabanjawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah uji
validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for windows dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Jika ralpha positif atau > rtabel, maka pertanyaan reliabel
b. Jika ralpha negatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel

3.10

Teknis Analisis

3.10.1 Uji Asumsi Klasik
1.

Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng. data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke
kanan. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian kita bisa
digeneralisasikan dengan baik (Situmorang et al, 2011: 100)

2.

Uji Heteroskedastisitas
Analisis regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar peranan variabel
bebas terhadap variabel terikat. Dalam setiap persamaan regresi pasti
memunculkan residu, yaitu variable-variabel lain yang terlibat akan tetapi
tidak termuat di dalam model sehingga residu adalah variable tidak diketahui
sehingga diasumsikan bersifat acak. (Situmorang et al, 2011:107).

3.

Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas variabel independen yang satu dengan yang lain dalam
model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau
mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas
dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor) melalui program SPSS.
Tolerance mengukur variabelitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Nilai umumnya yang biasa dipakai adalah nilai
Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas
(Situmorang et al, 2011: 133)

3.10.2. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode regresi linier berganda digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh
variabel bebas yaitu kepemimpinan dan konflik terhadap variabel terikat yaitu
stres kerja yang dapat dilihat sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 +e

Dimana :
Y

= Stres Kerja

a

= Konstanta

b1,b2

= Koefisien regresi berganda

X1

= Kepemimpinan

X2

= Konflik

e

= Standar Error

3.10.3 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan
data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan,
penyusunan, dan penganalisisan data sehingga dapat diketahui gambaran data
penelitian yang sedang diteliti.
3.10.4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan model regresi yang sudah memenuhi syarat
asumsi klasik, kemudian dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1.

Uji Signifikansi Simultan (uji-F)
Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
H0 : b1,b2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2) yaitu berupa kepemimpinan,
konflik terhadap stres kerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).

H1 : b1,b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1,X2) yaitu kepemimpinan, konflik terhadap
stres kerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
2.

Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel secara individual
terhadap variabel terikat.
H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2) yaitu berupa kepemimpinan,
konflik terhadap stress kerja karyawan sebagai variabel terikat (Y).
H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1,X2) yaitu berupa kepemimpinan, konflik
terhadap stres karyawan sebagai variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%

3.

Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa kemampuan
model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati
satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) adalah
besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan

semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti
terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R² semakin kecil (mendekati nol)
maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) terhadap
variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak
kuat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Telkom
Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah perusahaan swasta yang
bergerak dalam bidang pelayanan jasa ekspedisi surat-menyurat dan telegrap
internasional pada tahun 1984. Jasa telepon mulai ada pada tahun 1882, dan
perusahaan swasta mendapat lisensi/izin selama 25 tahun dari pemerintah kolonial
Belanda sebagai penyelenggara jasa Pos dan Telekomunikasi hingga 1906.
Selanjutnya pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1906 membentuk
departemen untuk mengawasi seluruh kegiatan jasa Pos dan Telekomunikasi di
Indonesia.
Pada tahun 1961, perusahaan yang menyelenggarakan jasa Pos dan
Telekomunikasi untuk wilayah Sumatera didirikan oleh pemerintah dalam bentuk
perusahaan pemerintah pertama. Pemerintah kemudian memisahkan jasa Pos dan
Telekomunikasi pada tahun 1965 menjadi dua perusahaan milik Negara, yaitu
Perusahaan Negara (PN) Pos & Giro dan Perusahaan Negara (PN)
Telekomunikasi. Sejalan dengan perkembangan bisnis telekomunikasi di
Indonesia, pada tahun 1974 PN Telekomunikasi dbagi menjadi dua oleh
Pemerintah yakni Perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) dan PT.
Industri Telekomunikasi Indonesia.

Pada tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipisahkan dari
PERUMTEL, dan selanjutnya diselenggarakan oleh PT. Indonesia Satelit
(INDOSAT) yang juga berbentuk perusahaan milik Negara. Untuk dapat bergerak
lebih lincah, PERUMTEL berubah bentuk menjadi persero PT. Telekomunikasi
Indonesia dengan akte notaries Imas Fatimah, SH Nomor 128 di Jakarta, tanggal
24 September 1991. Perseroan mendapatkan persetujuan dari menteri Kehakiman
dengan Nomor : C2-6870.HT.01.01.TH91, tanggal 19 November1991. Demikian
secara singkat berdirinya perushaan PT. Telekomunikasi Indonesia yang saat ini
sudah menjadi perusaan yang sudah go public, dengan penawaran saham perdana
(initial public offering) pada 14 November 1995.
4.1.2 Visi dan Misi PT. Telkom
4.1.2.1 Visi PT.Telkom
Visi PT TELKOM adalah “To become a leading Telecomunication, Information,
Media, Edutainment, Service (TIMES) player in the region”.
Dengan visi ini diharapkan TELKOM menjadi perusahaan yang unggul di
kawasan regional dalam bisnis informasi dan komunikasi, yaitu melalui
performansi operasi dan financial yang tinggi. “Region” yang dimaksudkan di
sini adalah kawasan Asia, dan dilanjutkan ke kawasan Asia Pasifik.
4.1.2.2 Misi PT. Telkom
Misi PT TELKOM adalah:
1. To provide TIMES with excellent quality and competitive price
2. To be role model as the best Managed Indonesian Corporation

Dengan misi tersebut ditetapkan arah dalam melakukan pengelolaan perusahaan
dengan prinsip sebagai berikut :
a. Proses bisnis diarahkan untuk mendukung penyediaan layanan satu pintu bagi
setiap segmen customer.
b. Kualitas layanan dan pelayanan dikembangkan berdasarkan TELKOM quality
System yang berbasis standar internasional.
c. Berbagai produk, sevice maupun paket bundling/solusi dirancang khusus
untuk memberikan value paling optimal dengan pricing yang kompetitif bagi
setiap segmen pelanggan.
d. Telkom melakukan pengelolaan bisnis dengan menggunakan metoda dan alat
bantu terbaik yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia
sehingga diharapka dapat menjadi perusahaan terbaik di Indonesia dan
menjadi role model bagi perusahaan lainnya.
4.1.3 Struktur Organisasi
Dalam pengelolaan bisnis untuk pelanggan Corporate Customer, PT
TELKOM memiliki struktur organisasi yang dinamakan Divisi Enterprise Service
Adapun organisasi dari Divisi Enterprise terdiri atas :
1. Pimpinan Divisi Enterprise, yaitu :
a. Executive General Manager (EGM),
b. Deputy EGM,
2. Penyelenggaraan dan pengelolaan pelanggan Corporate Customer untuk
dukungan managemen, adalah sebagai berikut :

a. GM Enterprise
b. Bidding Management
c. Service Delivery
d. Corporate Customer Care (C2Care)
3. Penyelenggara pengelolaan fungsi Corporate Customer Care sebagai berikut :
a. Sub Divisi Corporate Customer care Center (C4),
b. Quality of Service Management.
Pada unit C2Care, subunit yang bertugas dalam pengawalan gangguan adalah sub
unit Corporate Customer Contact Center (C4). Proses pengawalan gangguan
dimonitor pada aplikasi Telkom Trouble Ticket Monitoring System atau T3 Online.
Struktur Organisasi PT. Telkom Medan dapat dilihat pada gambar 4.1.
EGM
Divisi Enterprise

Deputy
EGM

GM
Enterprise

Support Area

Bidding
Management

3. Bidding & Offering
4. Business Legal &
Compliance
5. Outbond Logistic

Service
Delivery

Corporate
Customer Care

1. Corporate Customer Care Center
(C4)
2. Quality of Service Management

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Telkom Divisi Enterprise Service Medan

4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1

Deskriptif Responden
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar-daftar

pernyataan berupa kuesioner. Jumlah seluruh pernyataan terdiri dari 18 butir
pernyataan yang terdiri dari 6 butir pernyataan untuk variabel kepemimpinan
(X1), 6 butir pernyataan untuk konflik (X2) dan 6 butir pernyataan untuk variable
stres kerja karyawan (Y) dengan jumlah seluruh responden penelitian sebanyak 70
orang karyawan PT. Telkom pada Divisi Enterprise Service Medan.
Kuesioner penelitian berisikan deskripsi responden dan jawaban atas
pernyataan yang diberikan. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki-Laki
45
64,3
Perempuan
25
35,7
Total
70
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 apat dilihat bahwa karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 45 orang (64,3%) berjenis kelamin laki-laki
dan sebanyak 25 orang (35,7%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa PT. Telkom Divisi Enterprise Service Medan lebih banyak
memperkerjakan karyawan laki-laki dibandingkan karyawan perempuan.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah Karyawan Persentase (%)
20 – 30 Tahun
34
48,6
31 – 40 Tahun
13
18,6
41 – 50 Tahun
15
21,4
51 Tahun keatas
8
11,4
Total
70
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (diolah)

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan usia
terdiri dari 34 orang (48,6%) berusia antara 20 – 30 tahun, sebanyak 13 orang
(18,6%) berusia antara 31 – 40 tahun, sebanyak 15 orang (21,4%) berusia antara
41 – 50 tahun dan sisanya sebanyak 8 orang (11, 4%) berada pada rentang usia 51
tahun ke atas. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa hampir separuh dari
karyawan yang bekerja di PT. Telkom Medan berada pada rentang usia matang
yaitu antara usia 20 – 30 tahun. Pada rentang usia ini karyawan sudah memiliki
kemampuan mengendalikan stres yang lebih baik.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Jumlah Karyawan
Persentase
SMA
3
4,3
D3
14
20
S1
47
67,1
S2
6
8,6
Total
70
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (diolah)

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir jumlah terbesar responden adalah lulusan S1 yaitu sebanyak
47 orang atau 67,1% disusul oleh lulusan D3 sebanyak 14 orang atau 20%,

lulusan S2 sebanyak 6 orang atau 8,6% dan lulusan SMA sebanyak 3 orang
(4,3%). Dari data yang tersaji pada tabel 4.3 di simpulkan bahwa lebih dari
separuh karyawan yang bekerja di perusahaan mengenyam pendidikan sampai
dengan S1 dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum karyawan yang
bekerja masuk dalam kategori berpendidikan tinggi, sehingga dapat dikatakan
juga bahwa karyawan memiliki pengetahuan yang cukup luas.
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
Jumlah Karyawan Persentase (%)
1 – 5 Tahun
29
41,4
6 – 10 Tahun
14
20
> 10 Tahun
27
38,6
Total
70
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (diolah)

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan lama
bekerja, persentase yang tertinggi berada pada rentang waktu 1-5 tahun sebanyak
29 orang atau 41,4% disusul oleh lama bekerja di atas 10 tahun sebanyak 27 orang
atau 38,6% dan lama bekerja 6-10 tahun sebanyak 14 orang atau 20%. Tabel ini
menunjukkan sebagian besar karyawan memiliki pengalaman kerja yang cukup,
kemampuan inovasi dan kreativitas dalam melaksanakan tugas.

4.2.2

Deskriptif Variabel

a. Variabel Kepemimpinan sebagai X1
Berdasarkan kuisioner yang disebar kepada responden, maka jawaban
responden atas variabel kepemimpinan (X1) dapat dideskripsikan pada tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5
Data Variabel Kepemimpinan
No

Indikator Pertanyaan

SS

S

F

%

F

KS
%

TS

STS

F

%

F

%

F

%

1

Kejujuran seorang
pemimpin

31

44,3

34 48,6

5

7,1

0

0

0

0

2

Pemimpin yang objektif

26

37,1

34 48,6

6

8,6

4

5,7

0

0

3

Pemimpin memberikan
motivasi dalam bekerja

14

20,0

25 35,7 26

37,1

5

7,1

0

0

4

Pemimpin memberikan
arahan dalam bekerja

4

5,7

48 68,6 18

25,7

0

0

0

0

42,9

35 50,0

5

7,1

0

0

0

0

8,6

11 15,7 41

58,6

12

17,1

0

0

Pemimpin terampil
30
berkomunikasi
Pemimpin melibatkan
6 karyawan dalam
6
pengambilan keputusan
Sumber: Data primer (2013) diolah
5

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa :
4.

Pada pertanyaan butir 1 (Pimpinan saya adalah orang yang jujur dalam
memberikan informasi terhadap anggotanya), sebanyak 31 orang responden
(44,3%) menjawab sangat setuju dan 34 orang responden (48,6%) menjawab
setuju. Ada sebanyak 5 orang responden (7,1%) menjawab kurang setuju.
Tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa Pemimpin PT. Telkom memiliki kejujuran yang
tinggi dalam memberikan informasi terhadap anggotanya.

5.

Pada pertanyaan butir 2 (pimpinan saya menilai kinerja saya secara objektif
melalui evaluasi kerja). Sebanyak 26 orang responden (37,1%) menjawab
sangat
setuju dan 34 orang responden (48,6%) menjawab setuju. Ada sebanyak 6
orang responden (8,6%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 4 orang
responden (5,7%) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden setuju bahwa pimpinannya menilai kinerja
karyawan secara objektif melalui evaluasi kerja.

6.

Pada pertanyaan butir 3 (Pimpinan saya memberikan dorongan untuk
semangat dalam bekerja). Sebanyak 14 orang responden (20,0%) menjawab
sangat setuju, 25 orang responden (35,7%) menjawab setuju. Sebanyak 26
orang responden (37,1%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 5 orang
responden (7,1%) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian

responden

menyetujui

bahwa

pemimpinannya

memberikan

dorongan untuk semangat dalam bekerja tetapi ada cukup banyak responden
yang kurang setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
7.

Pada pertanyaan butir 4 (Pimpinan saya memberikan arahan kepada
anggotanya dalam bekerja). Sebanyak 4 orang responden (5,7%) menjawab
sangat setuju, 48 orang responden (68,6%) menjawab setuju. Ada sebanyak
18 orang responden (25,7%) yang menjawab kurang setuju. Tidak ada
responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Hal ini

menunjukkan bahwa pemimpin PT. Telkom sudah memberikan arahan
kepada anggotanya dalam bekerja.

8.

Pada pertanyaan butir 5 (Pemimpin saya mampu berkomunikasi dengan baik
kepada anggotanya maupun dengan mitra kerja). Sebanyak 30 orang
responden (42,9%) menjawab sangat setuju, 35 orang responden (50%)
menjawab setuju. Ada sebanyak 5 orang responden (7,1%) yang menjawab
kurang setuju. Tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden menyetujui
pemimpinannya

mampu berkomunikasi dengan baik kepada anggotanya

maupun dengan mitra kerja.
9.

Pada pertanyaan butir 6 (Pimpinan saya melibatkan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan). Sebanyak 6 orang responden (8,6%) menjawab
sangat setuju, 11 orang responden (15,7%) menjawab setuju, sebanyak 41
orang responden (58,6%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 12 orang
responden (17,1) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merasa bahwa pemimpin PT. Telkom tidak
melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

b. Variabel Konflik X2
Distribusi jawaban responden terhadap 6 butir pertanyaan mengenai variabel
konflik (X2) dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6
Data Variabel Konflik
No

1
2
3
4
5

Indikator Pertanyaan

Tugas yang diberikan
terlalu banyak
Pembagian tugas
yang tidak jelas
Rekan-rekan kerja
sulit dihubungi
Waktu perbaikan
gangguan tidak sesuai
Bahasa sulit
dimengerti

SS

S

KS

TS

STS

F

%

F

%

F

%

F

0

0

9

12,9

32

45,7

29

41,4 0 0

0

0

24

34,3

33

47,1

13

18,6 0 0

40

57,1

30

42,9

0

0

0

0

0 0

36

51,4

27

38,6

7

10,0

0

0

0 0

0

0

25

35,7

30

42,9

15

41

58,6

10

14,3

0

Upaya menghindari
konflik dengan rekan
19 27,1
kerja
Sumber: Data primer (2013) diolah
6

%

%

21,4 0 0
0

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa :
4.6.1.1 Pada

F

pertanyaan butir 1 (Tugas yang diberikan kepada saya terlalu

banyak). Tidak ada responden yang menjawab sangat setuju. Sebanyak 9
orang responden (12,9%) menjawab setuju, sebanyak 32 orang responden
(45,7%) menjawab kurang setuju dan 29 orang responden (41,4%) menjawab
tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa
bahwa tugas yang diberikan kepadanya tidak terlalu banyak, tetapi ada juga
karyawan yang merasa tugas yang diberikan kepadanya terlalu banyak.
4.6.1.2 Pada pertanyaan butir 2 (Saya merasa tugas yang diberikan kepada saya
tidak jelas). Tidak ada responden yang menjawab sangat setuju dan sangat

0 0

tidak setuju. Sebanyak 24 orang responden (34,3%) menjawab setuju,
sebanyak 33 orang responden (47,1%) menjawab kurang setuju dan sebanyak
13 orang responden (18,6) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar karyawan PT. Telkom merasa tugas yang diberikan
kepadanya cukup jelas.
4.6.1.3 Pada pertanyaan butir 3 (Pengecekan laporan gangguan terkendala rekanrekan yang terkait sulit dihubungi). Sebanyak 40 orang responden (57,1%)
menjawab sangat setuju, sebanyak 30 orang responden (42,9%) menjawab
setuju. Tidak ada responden yang menjawab kurang setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menyetujui bahwa pengecekan gangguan terkendala karena rekan yang terkait
dalam pengecekan tersebut sulit dihubungi.
4.6.1.4 Pada pertanyaan butir 4 (Perbaikan gangguan tidak sesuai dengan waktu
yang ditentukan karena membutuhkan bantuan dari rekan kerja yang lain).
Sebanyak 36 orang responden (51,4%) menjawab sangat setuju, sebanyak 27
orang responden (38,6%) menjawab setuju dan ada sebanyak 7 orang
responden (10%) yang menjawab kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden sangat setuju bahwa dalam penanganan perbaikan
gangguan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan karena para karyawan
membutuhkan bantuan dari rekan kerja yang lain.
4.6.1.5 Pada pertanyaan butir 5 (Saya sulit mengerti informasi yang diberikan
petugas di lapangan kepada saya). Tidak ada responden yang menjawab sangat
setuju dan sangat tidak setuju. Sebanyak 25 orang responden (35,7%)

menjawab setuju, sebanyak 30 orang responden (42,9%) menjawab kurang
setuju dan sebanyak 15 orang responden (21,4) yang menjawab tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan PT. Telkom cukup
mengerti informasi yang diberikan oleh petugas di lapangan.
4.6.1.6 Pada Pada pertanyaan butir 6 (Saya berupaya menghindari konflik dengan
rekan kerja yang dapat menghambat dalam menyelesaikan pekerjaan).
Sebanyak 19 orang responden (27,1%) menjawab sangat setuju, sebanyak 41
orang responden (58,6%) menjawab setuju dan sebanyak 10 orang responden
(14,3%) yang menjawab kurang setuju. Tidak ada responden yang menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar karyawan PT. Telkom berupaya menghindari konflik dengan rekan
kerja yang dapat menghambat dalam menyelesaikan pekerjaan.

c. Variabel Stres Kerja (Y)
Tabel 4.7
Data Variabel Stres Kerja
No

1

Indikator Pertanyaan

Tugas dalam jumlah
yang banyak

SS

S

KS

TS

STS

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

4

5,7

15

21,4

31

44,3

20

28,6

0

0

20

38,6

30

42,9

20

28,6

0

0

32

45,7

4

5,7

16

22,9

0

0

39

55,7

6

8,6

0

0

0

0

25

35,7

27

38,6

18

25,7

0

0

13

18,6

36

51,4

20

28,6

0

0

Tugas dalam jumlah
0
0
yang banyak
Pekerjaan dituntut
3 selesai dengan waktu
18 25,7
yang ditentukan
Konflik dengan rekan
4
25 35,7
kerja
Persaingan tidak sehat
5
0
0
diantara rekan kerja
Pimpinan melakukan
6
1
1,4
pengawasan yang ketat
Sumber: Data primer diolah (2013) diolah
2

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa :
1. Pada pertanyaan butir 1 (Tugas dalam jumlah yang banyak membuat saya
mudah sakit). Sebanyak 4 orang responden (5,7%) menjawab sangat setuju, 15
orang responden (21,4%) menjawab setuju, sebanyak 31 orang responden
(44,3%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 20 orang responden (28,6%)
yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan merasa bahwa tugas dalam jumlah yang banyak tidak akan
membuat mereka mudah sakit.
2. Pada pertanyaan butir 2 (Saya diberi banyak tugas pada saat yang bersamaan
sehingga susah mengaturnya). Tidak ada responden yang menjawab sangat
setuju. Sebanyak 20 orang responden (38,6%) menjawab setuju. Sebanyak 30
orang responden (42,9%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 20 orang

responden (28,6%) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
masih cukup banyak karyawan yang merasa kesulitan diberi banyak tugas
pada saat yang bersamaan.
3. Pada pertanyaan butir 3 (Pekerjaan dituntut harus selesai dengan waktu yang
ditentukan). Sebanyak 18 orang responden (25,7%) menjawab sangat setuju,
sebanyak 32 orang responden (45,7%) menjawab setuju. Ada sebanyak 4
orang responden (5,7%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 16 orang
responden (22,9%) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
pekerjaan dituntut harus selesai dengan waktu yang ditentukan.
4. Pada pertanyaan butir 4 (Saya sering menghadapi konflik dengan rekan kerja
sehingga membuat saya tertekan). Sebanyak 25 orang responden (35,7%)
menjawab sangat setuju, sebanyak 39 orang responden (55,7%) menjawab
setuju dan sebanyak 6 orang responden (8,6%) yang menjawab kurang setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan merasa tertekan karena
sering menghadapi konflik dengan rekan kerjanya.
5. Pada pertanyaan butir 5 (Saya merasa resah, terdapat persaingan tidak sehat
diantara rekan kerja saya.). Tidak ada responden yang menjawab sangat setuju
dan sangat tidak setuju. Sebanyak 25 orang responden (35,7%) menjawab
setuju, sebanyak 27 orang responden (38,6%) menjawab kurang setuju dan
ada sebanyak 18 orang responden (25,7%) yang menjawab tidak setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan tidak merasa resah
menghadapi persaingan tidak sehat diantara rekan kerjanya.

6. Pada pertanyaan butir 6 (Pimpinan saya melakukan pengawasan yang ketat

dalam bekerja). Ada 1 orang responden yang menjawab sangat setuju,
sebanyak 13 orang responden (18,6% ) menjawab setuju, sebanyak 36 orang
responden (51,4%) menjawab kurang setuju dan sebanyak 20 orang responden
(28,6%) yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar karyawan merasa bahwa pimpinannya tidak melakukan pengawasan
yang ketat dalam bekerja.
4.3 Uji Asumsi Klasik.
4.3.1 Uji Normalitas data.
Uji Normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi
distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola
seperti distribusi normal, yakni distribusi tersebut tidak menceng ke kiri atau
menceng ke kanan. Dalam pandangan statistik sifat dan karakteristik populasi
adalah terdistribusi secara normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah data
bersdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan pendekatan grafik dan pendekatan
Kolmogorv-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka
asymp. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% (0.05) artinya variabel residual
berdistribusi normal.

1. Pendekatan Histrogram

Gambar 4.2 Histogram Uji Normalitas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2013)

Pada gambar 4.2 terlihat bahwa residual data berdistribusi normal. Hal ini
ditunjukkan oleh distribusi data yang berbentuk lonceng dan tidak melenceng ke
kiri atau ke kanan.

2. Pendekatan Grafik

Gambar 4.3. Normal P-P plot
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Pada gambar 4.3 titik-titik distribusi berada disekitar garis lurus diagonal
maka distribusi frekuensi pengamatan sama dengan distribusi uji yang berarti data
terdistribusi secara normal. Dari grafik terlihat titk-titik distribusi terletak disekitar
garis lurus diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi stres
sesuai dengan distribusi uji. Dengan kondisi demikian dapat disimpulkan yang
diperoleh adalah bahwa penyebaran stres mengikuti distribusi normal.

3. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Pendekatan ini dilakukan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis
diagonal berdistribusi normal, dengan melihat residualnya apakah berdistribusi
normal atau tidak.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Pendekatan

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,478 dan diatas
nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti residual data berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi

yang

baik

adalah

yang

homoskedastisitas

atau

tidak

terjadi

heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan 2 cara,
yakni dengan pendekatan grafik dan pendekatan grafik.
1. Metode Pendekatan Grafik
Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas,
sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.4 Scatter Plot
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Berdasarkan plot data yang diproses dari hasil perhitungan SPSS pada gambar
terlihat bahwa sebaran data tidak mengumpul pada satu sudut bagian saja
melainkan sebaran data

menyebar

pada

keseluruhan bagian. Maka dapat

disimpulkakn bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada data, sehingga dapat
dikatakan bahwa data penelitian ini homogen.
2. Metode Pendekatan Statistik (Uji Glejser)

Tabel 4.9
Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Pada Tabel 4.9 terlihat variabel independent (kepemimpinan dan konflik) yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent absolut Ut (absUt).
Hal ini terlihat dari nilai probabilitas X1 dan X2 signifikannya 0.543 dan 0,542 di
atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), jadi dapat disimpulkan regresi tidak
mengarah adanya heteroskedastisitas.

4.3.3 Uji Multikolinearitas.

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur besaran variabel
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tabel 4.10
Uji Nilai Tolerance dan VIF

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa:
1.

Nilai VIF dari nilai kepemimpinan dan konflik lebih kecil atau di bawah 5
(VIF Ftabel pada α = 5%
Tabel 4.12
Hasil Uji – F

Sumber : Hasil Pengujian SPSS (2013)
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa:
1. Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F pada Tabel diatas
memperlihatkan nilai F-hitung sebesar 7.930 dengan Sig adalah 0,01. Dengan
mencari pada Tabel F, dengan dfl=2 dan df2=67, diperoleh nilai F-tabel 3,13.
Dengan kondisi dimana F-hitung lebih besar daripada F-tabel (7,930 > 3,13)
dengan nilai Sig yang lebih kecil dari alpha (0,01 > 0,05), maka kesimpulan
dapat diambil adalah menolak H0 yang berarti koefisien korelasi signifikan
secara statistik, kepemimpinan dan konflik secara bersama-sama berpengaruh
terhadap stres kerja karyawan.
2. Kolom pertama dari uji ANOVA yaitu kolom regresi, adalah jumlah kuadrat
dari varians yang dihasilkan oleh model persamaan regresi, yaitu sebesar
12,917 sedangkan kolom kedua yaitu residual adalah jumlah kuadrat varians
yang tidak dihasilkan dari model persamaan regresi yaitu sebesar 54,568
4.4.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel secara individual
terhadap variabel terikat.
H0:b1=0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa kepemimpinan dan konflik
terhadap stress kerja karyawan yang ditulis sebagai variabel terikat (Y).
Ha:b1≠0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa kepuasan kerja dan kerja disiplin kerja
karyawan yang ditulis sebagai variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%
Tabel 4.13
Hasil Uji – t

Sumber : Hasil Pengujian SPSS (2013)

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Variabel kepemimpinan

berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan

terhadap stres kerja karyawan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,086
lebih besar dari 0,05. Nilai thitung

(1,745)

> ttabel

(1,66)

artinya jika ditingkatkan

variabel kepemimpinan sebesar satu satuan maka stres karyawan (Y) tidak
akan meningkat sebesar 0,189 satuan.
2. Variabel konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja
karyawan, hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,00 lebih kecil dari 0,05.
Nilai thitung (3,690) > ttabel (1,66) artinya jika ditingkatkan variabel konflik sebesar
satu satuan maka stres kerja karyawan (Y) akan meningkat sebesar 0.369
satuan.

3. Konstanta sebesar 16.382, artinya walaupun variabel bebas bernilai nol maka
stres kerja karyawan tetap sebesar 16.382
4. Berdasarkan hasil uji t maka rumus persamaan regresinya adalah :
Y = 16.382 - 0,189X1 + 0,369X2

4.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar
(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2)
adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan
semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap
variabel terikat. Sebaliknya, jika R² semakin kecil (mendekati nol) maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y)
semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat.

Tabel 4.14
Pengujian Koefisien Determinasi

Model

Sumber : Hasil Pengujian SPSS (2013)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai R sebesar 0,438, berarti hubungan antara kepemimpinan (X1) dan konflik
(X2) terhadap variabel stres kerja karyawan (Y) pada PT. Telkom Medan
sebesar 43,8 %. Artinya hubungannya cukup erat.
2. Adjusted R Square sebesar 0,167 berarti 16,7 % variabel stres kerja dapat
dijelaskan oleh variabel

kepemimpinan dan variabel konflik sedangkan

sisanya sebesar 83,3% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
3. Standard Error of Estimated (Standar Deviasi) artinya mengukur variasi dari
nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar 0,90247.
Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Stres Kerja Karyawan
Kepemimpinan berpengaruh secara negatif terhadap stres kerja. Hal ini
menunjukkan hubungan yang tidak searah, artinya

apabila

kepemimpinan

ditingkatkan maka akan berpengaruh terhadap penurunan stres kerja karyawan.
Berdasarkan

distribusi

kepemimpinan diketahui

jawaban

responden

terhadap

variabel

jawaban dominan setuju pada pernyataan keempat

(Pimpinan saya memberikan

dorongan untuk semangat dalam bekerja) dan

pernyataan kelima (Pemimpin saya mampu berkomunikasi dengan baik kepada
anggotanya maupun dengan mitra kerja). Namun ada beberapa karyawan yang
menjawab kurang setuju dengan pernyataan tersebut dikarenakan karyawan
merasa bahwa pimpinan belum memberikan pengarahan dalam bekerja kepada
anggotanya dan karyawan mengharapkan pimpinan mahir mengintegrasikan

berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan
keseimbangan.
Kemudian berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel
kepemimpinan diketahui jawaban dominan kurang setuju dan tidak setuju pada
pernyataan ketiga (Pimpinan saya memberikan dorongan untuk semangat dalam
bekerja) dan pada pernyataan keenam (Pimpinan saya melibatkan bawahan dalam
proses pengambilan keputusan). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan merasa pimpinan PT. Telkom tidak melibatkan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Pimpinan menganggap bawahan hanya sebagai pelaksana
tugas dan tidak perlu dilibatkan dalam mengambil keputusan.
4.5.2 Pengaruh Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan
Konflik bisa menimbulkan stres terhadap pihak yang terlibat konflik
sehingga mempengaruhi interaksi konflik. Konflik berpengaruh positif terhadap
stres kerja karyawan. Hal ini menunjukkan hubungan yang searah, artinya apabila
konflik meningkat maka stres kerja karyawan akan meningkat.
Berdasarkan variabel konflik diketahui jawaban dominan sangat setuju
terdapat pada pernyataan ketiga (Pengecekan laporan gangguan terkendala rekanrekan yang terkait sulit dihubungi) dan keempat (Perbaikan gangguan tidak sesuai
dengan waktu yang ditentukan karena membutuhkan bantuan dari rekan kerja
yang lain). Berdasarkan distribusi jawaban responden terhadap variabel stres
kerja diketahui bahwa jawaban dominan setuju terdapat pada pertanyaan keempat
(Saya merasa bosan menghadapi laporan gangguan yang berulang-ulang).
Kemudian berdasarkan distribusi variabel konflik diketahui jawaban

dominan kurang setuju pada pernyataan kedua (Saya merasa tugas yang diberikan
kepada saya tidak jelas). Hal ini menyatakan bahwa sebagian besar karyawan PT.
Telkom melaksanakan tugas yang sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Berdasarkan distribusi variabel konflik diketahui jawaban dominan tidak setuju
pada pernyataan kelima (Saya sulit mengerti informasi yang diberikan petugas di
lapangan

kepada saya). Sebagian besar karyawan PT. Telkom merasa tidak

mengalami kesulitan untuk dapat mengerti informasi yang disampaikan oleh
petugas di lapangan.
Berdasarkan distribusi variabel konflik diketahui jawaban dominan kurang
setuju dan tidak setuju pada pernyataan pertama (Tugas yang diberikan kepada
saya terlalu banyak), kemudian pada pada pertanyaan kedua (Saya merasa tugas
yang diberikan kepada saya tidak jelas) dan pada pernyataan kelima (Saya sulit
mengerti informasi yang diberikan petugas di lapangan kepada saya)
Hasil penelitian secara serentak menunjukkan bahwa kepemimpinan dan
konflik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan
PT. Telkom Medan. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa
kepemimpinan berpengaruh secara negatif terhadap stres kerja karyawan PT.
Telkom Medan. Pada variabel kepemimpinan menunjukkan hubungan yang tidak
searah, artinya apabila kepemimpinan ditingkatkan maka akan berpengaruh
terhadap penurunan stres kerja karyawan. Hasil penelitian untuk variabel konflik
menunjukkan bahwa

konflik

berpengaruh

secara

positif dan

signifikan

terhadap stres kerja karyawan PT. Telkom Medan.
Hasil penelitian ini juga didukung dan sejalan dengan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Harefa (2011) yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan dan
Konflik terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Bibit Baru Medan” yang
menyatakan bahwa kepemimpinan dan konflik secara bersama-sama berpengaruh
terhadap stres kerja karyawan pada PT. Bibit Baru Medan. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Wiranata (2011)
melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja
dan Stres Karyawan pada CV. Mertanadi. Hasil perhitungan diperoleh hubungan
antara kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan dengan tingkat hubungan
sedang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Variabel kepemimpinan dan Konflik secara bersama-sama berpengaruh
terhadap stres kerja karyawan (Y) pada PT. Telkom Medan Berdasarkan
uji-F diperoleh F-hitung lebih besar daripada F-tabel (7,930 > 3,13)
dengan nilai Sig yang lebih kecil dari alpha (0,01 > 0,05)
2. Berdasarkan Uji-t variabel kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap stres kerja karyawan PT. Telkom Medan. Variabel
konflik kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja
karyawan PT. Telkom Medan.
3. Hasil pengujian kofisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,167 (16,7%)
berarti variabel dependen (stres) dapat dijelaskan oleh kepemimpinan dan
konflik sebesar (16,7%) sedangkan sisanya 83,3% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2.

Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan perlu meningkatkan kepemimpinan yang diterapkan agar dapat
mengurangi stres kerja karyawan sehingga pimpinan dapat melakukan
pendekatan dalam hal mengatasi stres kerja karyawan pada PT. Telkom
Medan.
2. Pimpinan sebaiknya meningkatkan dalam memberikan dorongan untuk
semangat bekerja kepada karyawan.
3. Perusahaan

perlu

memperhatikan

faktor-faktor

lain

yang

dapat

menyebabkan terjadinya konflik diantara karyawan sehingga mampu
mengurangi tingkat stres kerja karyawan pada PT. Telkom Medan.
4. Bagi para peneliti selanjutnya yang akan mengkaji lebih dalam tentang
penelitian yang sama diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi
salah satu informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Dan baiknya peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain di samping
variabel yang telah diteliti sebelumnya.