Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

BAB II
PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP
Di dalam kitab undang-undang pidana (KUHP) sebelum lahirnya undangundang no.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan
orang KUHP juga mengatur masalah perdagangan orang, KUHP yang berlaku
pada tahun 1918 menunjukan bahwa pada masa penjajahan pun perdagangan
orang dianggap sebagai perbuatan yang tidak manusiawi yang layak mendapatkan
sanksi pidana bagi setiap pelakunya, adapun beberapa Pasal dalam KUHP yang
mengatur tentang perdagangan orang:
1. Pasal 296 KUHP.
Seperti telah di sebutkan di atas, Pasal 296 berbunyi “barang siapa dengan
sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan
orang lain, dan menjadikanya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling
banyak lima belas ribu rupiah”32. Didalam Pasal ini jelas menyatakan bagi
seseorang yang menjadikan pencarian atau kebiasaanya memudahkan perbuatan
cabul oleh orang lain dengan orang lain.
Dalam arti pencarian pelaku memudahkan perbuatan cabul karena menjadi
pencariannya sebagai orang yang memudahkan perdagangan orang, dan
menjadikan hal tersebut menjadi kebiasaan nya.


32

Soebroto Sunarto, kitab undang-undang hukum pidana dan kitab undang-undang
hukum acara pidana, Rajawali pers, Jakarta, 2011, Halaman 180.
Universitas Sumatera Utara

2. Pasal 297 KUHP.
Pasal 297 secara tegas melarang dan mengancam dengan pidana perbuatan
memperdagangankan perempuan dan anak laki-laki. Ketentuan tersebut secara
lengkap berbunyi “perdagangan wanita dan perdagangan laki-laki yang belum
dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”.33
Namun dengan lahirnya Undang-undang no.21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang maka pasal 297 KUHP ini
tidak berlaku lagi.
3. Pasal 301 KUHP.
Pasal ini mengatur tentang menyerahkan anak kepada orang lain dengan
maksud untuk maksud untuk di eksploitasi, adapun isi dari Pasal ini adalah “
barang siapa memberi atau menyerahkan kepada orang lain seorang anak yang
dibawah kekuasaanya yang sah dan yang umurnya kurang dari dua belas tahun,

padahal diketahui bahwa anak itu akan dipakai untuk dan diwaktu melakukan
pengemisan atau untuk pekerjaan yang berbahaya, atau yang dapat merusak
kesehatanya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.34
Pasal ini mengatur khusus tentang perdangan orang tentang anak yang
umurnya dibawah 12 tahun dengan kekuasaan yang sah, untuk dipakai atau
dipekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang harus diterimanya sehingga
dapat merusak kesehatan dari pada anak tersebut.

33
34

Ibid, Halaman 180.
Soebroto Sunarto, Op. Cit, Halaman 183.

Universitas Sumatera Utara

4. Pasal 324 KUHP.
Di dalam Pasal ini mengatur tentang menjalankan perniagaan budak
adapun isi dari Pasal ini adalah “barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya
orang lain menjalankan perniagaan budak atau melakukan perbuatan perniagaan

budak atau dengan sengaja turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam
salah satu perbuatan tersebut diatas, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun”.35
Pasal ini mengatur tentang bagaimana orang yang memang pekerjaan nya
menjalankan perniagaan budak dengan biaya sendiri ataupun biya orang lain maka
diancam pidana paling lama 12 tahun.
Namun dengan adanya Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang menegaskan bahwa pasal 324
KUHP ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
5. Pasal 328 KUHP.
Pasal ini berbunyi “barang siapa membawa pergi seseorang dari tempat
kediamanya atau temat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan
orang itu secara melawan hukum dibawah kekuasaanya atau kekuasaan orang lain,
atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengsara, diancam karena penculikan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun,”36
Perbuatan yang dilarang dalam Pasal ini adalah melarikan atau menculik
orang. Pada waktu melarikan atau menculik itu sipelaku harus mempunyai
35
36


Ibid, Halaman 201.
Ibid, Halaman 202.

Universitas Sumatera Utara

maksud untuk membawa korban dengan melawan hak dibawah kekuasanya
sendiri atau kekuasaan orang lain atau menjadikanya terlantar, maka dari itu
perbuatan seperti ini melarikan atau menculik merupakan salah satu dari
perdagangan orang.
6. Pasal 329 KUHP.
Pasal ini berbunyi “barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum
mengangkut orang kedaerah lain, padahal orang itu telah membuat perjanjian
untuk bekerja di suatu tempat tertentu, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun”.37 Jika Pasal ini di kaitkan dengan masalah perdagangan orang.
Maka unsur yang terpenting adalah penipuanya itu karena pada awalnya pasti
telah ada persetujuan dari korban untuk dibawa bekerja ke suatu tempat. Hal ini
perlu diperhatikan karena pada dasarnya perdagangan orang tanpa harus
persetujuan korban.
7. Pasal 331 KUHP.
Pasal ini berbunyi “barang siapa dengan sengaja menyembuyikan orang

yang belum dewasa yang ditarik atau menarik sendiri dari kekuasaan yang
menurut undang-undang ditentukan atas dirinya, atau dari pengawasan orang yang
berwenang untuk itu, atau dengan sengaja menariknya dari pengusutan pejabat
kehakiman atau kepolisian, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, atau jika anak itu berumur dibawah dua belas tahun dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun”.38
8. Pasal 332 KUHP.
37
38

Ibid, Halaman 202.
Ibid, Halaman 203.

Universitas Sumatera Utara

Pasal ini mengancam dengan pidana pejara selama-lamanya 7 tahun, orang
yang melarikan perempuan yang belum dewasa tanpa persetujuan orang tua atau
walinya, tetapi dengan kemauan perempuan itu dengan maksud memiliknya
dengan atau tanpa nikah. Ancaman pidananya menjadi 9 tahun bila perbuatan itu
dilakukan terhadap perempuan melalui tipu, kekerasab atau ancaman kekerasan.

Perbuatan yang dilarang dalam Pasal ini adalah melarikan perempuan
9. Pasal 333 KUHP.
Pasal ini menetapkan sanksi pidana penjara selama-lamanya 8 tahun bagi
orang yang merampas kemerdekaan orang lain, dan yang memberikan tempat
menahan orang itu. Perbuatan yang dilarag dalam Pasal ini adalah dengan sengaja
(1) merampas kemerdekaan seseorang atau (2) meneruskan penahanan atau (3)
memberikan tempat untuk menahan, dengan melawan hak.
Perbuatan merampas kemerdekaan seseorang atau meneruskan penahanan
(yang berarti menyembunyikan) merupakan perbuatan yang masuk dalam lingkup
perdagangan orang, bila dilakukan untuk tujuan eksploitasi dan dilakukan dengan
cara ancaman kekerasan, kekerasan, paksaan, penipuan, penyalahgunaan
kekekuasaan atau posisi rentan.
Perbuatan memberikan tempat untuk menahan, berarti dala, hal ini dapat
dikategorikan membantu perdagangan manusia, karena ia memberikan sarana
untu terjadinya tindak pidana itu. Dalam Pasal ini orang yang membantu
melakukan tindak pidana diancam sama dengan pelaku yang melakukan tindak
pidana itu sendiri yaitu dengan ancaman pidana penjara selama-lamanya 8 tahun.
Disini terjadi penyimpangan terhadap asas pembantuan.

Universitas Sumatera Utara


Maka dari uraian yang ada diatas penulis maka dapat diketahui pengaturan
hukum tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang yang diatur di dalam KUHP,
Adapun bentuk-bentuk Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut KUHP, yaitu
sebagai berikut:
a. Menjadi pencarian dan kebiasaan dengan cara memudahkan perbuatan
cabul antara orang lain dengan orang lain terdapat dalam Pasal 296 KUHP.
b. Memperniagakan anak perempuan dan anak laki-laki untuk tujuan
prostitusi terdapat dalam Pasal 297.
c. Menyerahkan anak untuk di eksploitasi dalam Pasal 301 KUHP.
d. Menjalankan perniagaan budak Pasal 324 KUHP.
e. Melarikan orang terdapat dalam Pasal 328 KUHP.
f. Dengan melawan dan membawah orang ketempat lain dai yang dijanjikan
untuk melakukan suatu pekerjaan pada tempat tertentu, terdapat dalam
Pasal 329 KUHP.
g. Menyembuyikan orang dewasa yang dicabut dari kuasanya yang sah
terdapat dalam Pasal 331 KUHP.
h. Melarikan wanita (belum dewasa dan sudah dewasa) dalam Pasal 332
KUHP.
i. Merampas kemerdekaan orang atau meneruskan penahanan dengan

melawan hukum, diatur dalam Pasal 333 KUHP
j. Merampas kemerdekaan orang atau meneruskan penahanan dengan
melawan hukum diatur dalam Pasal 335 KUHP.

Universitas Sumatera Utara

k. Menjanjikan wanita tersebut mendapat pekerjaan, tetapi ternyata
diserahkan kepada orang lain untuk melakukan perbuatan cabul, pelacuran
atau perbuatan melanggar kesusilaan pidana diatur dalam Pasal 433 ayat
(2) KUHP.
B. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Diluar KUHP.
1.

Menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Lahirnya Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak

pidana perdagangan orang ini mencakup pelanggaran pidana perdagangan orang
yang diawali tindakan perekrutan-perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,

penggunaan

kekerasan,

penculikan,

penyekapan,

pemalsuan,

penipuan,

penyalahgunan kekuasaan dan posisi rentan penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan didalam negara
maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tersebut
tereksploitasi. Setiap pelanggaran perdagangan orang diberikan sanksi pidana
penjara dan pidana denda. Sehingga mampu menjerat dan menghukum yang
sepadan para pelaku kejahatan perdagangan orang, agar pelaku perorangan
maupun korporasi dapat efek jera agar tidak akan mengulanginya lagi.

Undang-undang no 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang ini terdiri dari 9 Bab yang didalamnya terdapat 97 Pasal,

Universitas Sumatera Utara

Didalam keseluruhan undang-undang ini membahas tentang beberapa aspek yang
terkandung di dalam Pasal-Pasal berikut ini:39
a. Aspek tindak pidana perdagangan orang
Garis-garis besar didalam Pasal ini memuat berbagai macam dan cara serta
jenis-jenis dari tindak pidana perdagangan orang yang dimulai dari perekrutan,
pengangkutan hingga nantinya dipekerjakan baik itu di dalam negeri maupun
diluar negeri dengan unsur penipuan, pembujukan, pemanfaatan ataupun
kekerasan bahkan yang dilakukan secara korporasi yang mana semuanya itu
teerdapat dalam Pasal 2 sampai Pasal 18 Undang-undang No.21 tahun 2007
tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang ini. Di dalam Pasal 2
sampai Pasal 18 Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak
pidana perdagangan orang ini mengatur ketentuan-ketentuan pidana yang
dijatuhkan terhadap tindak pidana perdagangan orang baik itu pidana penjara
maupun pidana denda. Bagi para pelaku human trafficking yang melakukan tindak
pidana perdagangan orang ini yang mengakibatkan mengalami eksploitasi, dengan

cara melakukan kegiatan perdagangan orang yang dimulai dari percobaan,
pemanfaatan, pengiriman bahkan korporasi terhadap tindak pidana perdagangan
orang akan dijatuhkan pidana denda paling sedikit 120 juta rupiah dan paling
banyak 600 juta rupiah, dan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama
seumur hidup.

39

Undang-undang No. 21 Tahun 2007, pemberantasan tindak pidana perdagangan

orang.

Universitas Sumatera Utara

b. Aspek lain yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang.
Aspek ini mengatur tentang adanya orang-orang yang berusaha
menghalangi, mencegah, merintangi dan bahkan mengagalkan suatu penyidikan
dan persidangan pengadilan terhadap tersangka tindak pidana perdagangan orang
ini. Aspek ini juga mengatur tentang berbagai tindak pidana lain yang terjadi yang
dimana tindak pidana itu mendukung tindak pidana perdagangan orang ini, aspek
ini diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 27 Undang-undang No.21 tahun
2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.
Di dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa berbagai tindak pidana
yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang ataupun mendukung
tindak pidana perdagangan orang dan bahkan bersifat menghalangi penyidikan
dari pada kasus tindak pidana perdagangan orang ini di pidana dengan pidana
denda paling sedikit 40 juta rupiah dan paling banyak 600 juta rupiah dan pidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 10 tahun.
c. Aspek penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidanng pengadilan.
Aspek ini berisikan mengenai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
siding pengadilan dalam perkara tindak pidana perdagangan orang termasuk
didalamnya pemeriksaan alat bukti, saksi dan korban aspek ini dimulai dari Pasal
28 sampai dengan Pasal 42 Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang
pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.
d. Aspek perlindungan saksi dan korban.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak
pidana perdagangan orang ini korban dan saksi mendapatkan perlindungan
sebagaimana yang tercantum:
1) Ruang pelayanan khusus (diatur dalam Pasal 45).
2) Pusat pelayanan terpadu (diatur dalam Pasal 46).
3) Mekanisme pembayaran restitusi (diatur dalam Pasal 48-50).
4) Rehabilitasi untuk pemulihan korban (diatur dalam Pasal 51).
5) Rumah perlindungan sosial/pusat trauma (diatur dalam Pasal 52).
Disini terlihat betapa khususnya undang-undang ini melindungi korban
dan saksi dan juga diperlukan peran dari masyarakat untuk melindungi korban
dari trauma yang dalam dan saksi agar tetap terlindung. Aspek ini meliputi Pasal
43 hingga Pasal 55 Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang.
e. Aspek pencegahan dan penanganan.
Adapun aspek pencegahan didalam undang-undang ini adalah
1) Program pencegahan (diatur dalam Pasal 56 – 57).
2) Pembentukan gugus tugas (diatur dalam Pasal 58).
f. Aspek kerjasama international dan peran serta masyarakat.
Dalam aspek ini berisikan tentang peran pemerintah bekerja sama dengan
negara internasional dalam berbagai upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang ini. Dan juga mengatur tentang peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
perdagangan orang ini. Aspek ini diatur dalam Pasal 59 sampai dengan Pasal 63

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana
perdagangan orang.
g. Aspek lainya yang meliputi.
1) Ketentuan umum (diatur dalam Pasal 1).
2) Ketentuan peralihan (diatur dalam Pasal 64).
3) Ketentuan penutup (diatur dalam Pasal 65-67).
2. Undang-undang lain yang berkaitan.40
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahum 1984 Tentang
Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan.
b. Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1998 tentang Pengesahan
Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain
yang Kejam, Tidak manusiawi, atau Merendahkan Mertabat Manusia.
c. Undang-undang

Republik

Indonesia

No.9

tahun

1992

tentang

tahun

1999

tentang

Keimigrasian jo, Undang-undang No.6 tahun 2011.
d. Undang-undang

Republik

Indonesia

No.20

Pengesahan Konvensi ILO No.138 Mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Kerja.
e. Undang-undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
f. Undang-undang

Republik

Indonesia

No.13

tahun

2003

tentang

ketenagakerjaan.
40

Chairul Badriah, aturan-aturan Hukum Trafficking, Usu Press, Medan, 2005, Halaman

10.

Universitas Sumatera Utara

g. Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 2009 tentang Pengesahan
Konvensi

Perserikatan

Bangsa-bangsa

Menentang

Tindak

Pidana

Trasnasional yang terorganisir.
h. Undang-undang Republik Indonesia No.14 tahun 2009 tentang pengesahan
Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan
Orang, Terutama Perempuan dan Anak-anak, melengkapi Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Tindak Pidana Tranasional yang
terorganisir.
i. Peraturan Pemerintah No.9 tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme
Pusat Pelayanan Terpadu Bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
j.

Peraturan Presiden No. 69 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

k.

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia
No. 01 tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Terpadu
bagi Saksi / Korban tindak pidana perdagangan orang.
Peraturan-peraturan ini adalah Undang-undang yang dapat berkaitan erat

dengan tindak pidana perdagangan orang ini, peraturan ini bukan hanya masuk
dalam lingkup pidana materil saja, tetapi juga hukum pidana formil, karena
diantara beberapa peraturan tersebut juga mengatur tentang cra hak negara dalam
melakukan eksekusi kebijakan administrasi. Dengan dikeluarkan nya Undangundang No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan

Universitas Sumatera Utara

orang bertujuan untuk melakukan pemberantasan, pencegahan dan penegakan
hukum yang merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana.
3.

Peraturan Daerah Sumatera Utara Nomor 6 tahun 2004 tentang
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak.
Tepat pada tanggal 6 juli tahun 2004, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

telah melahir kan suatu peraturan daerah yang mengatur tentang perdagangan
orang, oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu T. Rizal Nurdin dan diundangkan
pada tanggal 26 juli 2004. Perda ini menilai perdagangan orang merupakan
tindakan yang sangat bertentangan pada hukum dan harkat martabat manusia,
sehingga menjadikan perdagangan orang ini sebagai ancaman yang sangat besar
kepada masyarakat terutama masyarakat Sumatera Utara.
Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maka dari itu perlulah
kiranya dijaga, dilindungi harga diri dan martabatnya dari segala bentuk
eksploitasi dari orang lain, serta dijaminya hak hidupnya untuk tumbuh
berkembang sesuai dengan kodratnya, karena itu lah segala bentuk perlakuan
apapun yang menggangu dan merusak hak-hak dasarnya dalam berbagai bentuk
pemanfaatan dan eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan harus secepatnya
dihentikan.
Dalam kenyataan hidup sekarang ini sangat banyak orang yang sangat tega
memperlakukan seorang perempuan untuk dijadikan lahan bisnis, tanpa
memperdulikan kesehatan dan martabat perempuan tersebut, bisnis yang
dilakukan ini yakni perdagangan orang (human trafficking), perempuan yang
lemah dijadikan sebagai korban dari pada perdagangan orang, korban
diperlakukan seperti halnya barang yang bebas diperjual belikan bahkan sampai

Universitas Sumatera Utara

beresiko kematian, melalui Perda Provinsi Sumatera Utara ini kita berharap agar
perdagangan orang seharusnya dihentikan.
Adapun Hal-hal yang penting dalam Perda Nomor 6 tahun 2004 yakni
sebagai berikut:
a. Pasal 3 yaitu, bertujuan untuk pencegahan, rehabilitasi, dan reintegrasi
perempuan dan anak korban perdagangan orang;
b. Pasal 4 yaitu, perempuan yang akan bekerja diluar wilayah desa/kelurahan
wajib memiliki Surat Izin Bekerja Perempuan (SIBP) yang dikeluarkan
oleh Kepala Desa atau Lurah dan di administrasi oleh Camat setempat;
c. Pasal 11 yaitu, perlu mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan
pencegahan perlu dibentuk gugus tugas Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak;
d. Pasal 17 yaitu, masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya
untuk berperan serta membantu upaya pencegahan dan penghapusan
perdagangan perempuan dan anak.
e. Pasal 28 yaitu, sanksi pidana setiap orang yang melakukan, mengetahui,
melindungi, menutup informasi dan membantu secara langsung maupun
tidak langsung terjadinya perdagangan perempuan dan anak dengan tujuan
untuk melakukan eksploitasi baik dengan cara persetujuan untuk
pelacuran, kerja atau pelayanan, perbudakan atau praktik serupa dengan
perbudakan atau praktik serupa dengan perbudakan, pemindahan atau
transplantasi organ tubuh atau segala tindakan yang melibatkan pemerasan
dan pemanfaatan, seksual, tenaga dan kemampuan seseorang pihak lain

Universitas Sumatera Utara

dengan secara sewenang-wenang untuk mendapatkan keuntungan baik
secara materil maupun non materil dihukum sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.41
Perdagangan orang merupakan perbudakan modern di abad 21 ini, banyak
korban Trafficking menderita dan dampak negatif dari kegiatan itu. Oleh karena
itu harus segera dihapuskan karena:
a. Trafficking melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
b. Trafficking untuk industry seks selain menimbulkan dampak kemanusiaan,
biaya sosial maupun ekonomi yang tinggi juga menyebabkan penyakit
yang sangat mematikan yaitu HIV/AIDS.
c. Trafficking untuk tujuan pelacuran perempuan dan anak dapat merusak
masa depan SDM.
d. Trafficking sering terjadi karena dokumen imigrasinya tidak lengkap,
dipalsukan, dirampas agen atau majikan, korbanya mendapat perlakuan
hukuman.
e. Trafficking banyak memalsukan migrant yang kurang berkualitas.
f. Perempuan dan anak banyak menjadi korban trafficking.
Pemerintah, keluarga, masyarakat, kepolisian, organisasi masyarakat,
tokoh agama, dan organisasi lainya, dapat membantu pencegahan dan
penangulangan perdagangan perempuan yang dilaksanakan secara bersama-sama
dan terpadu.

41

Chairul Badriah, Op. Cit, Halaman 49.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kriminologi Dan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penggelapan Mobil Rental (Analisis 4 Putusan Hakim Pengadilan Negeri)

13 165 94

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Analisa Hukum Pidana Terhadap Putusan Banding Pengadilan Tinggi Medan Tentang Membantu Melakukan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Analisa Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :743/pid/2008/PT-Mdn)

0 71 97

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi di Pengadilan Negeri Medan)

1 78 149

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 1 8

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

0 0 1

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

0 1 23

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan) Chapter III V

0 1 51

Analisis Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Wanita) Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

0 0 3