Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perempuan dan Rokok: Perilaku Konsumen Perempuan Usia 17 – 25 Tahun T2 912013032 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang
masalah yang memicu dilakukannya penelitian ini,
kemudian diikuti dengan masalah penelitian, persoalan
penelitian,

tujuan

penelitian

serta

manfaat

dari

penelitian ini.
1.1

Latar Belakang Masalah

Rokok

mulai

dikenal

oleh

masyarakat

Indonesia secara luas kurang lebih sekitar tahun
1940.

Pada

perusahaan

tahun
yang


tersebut,

memproduksi

perusahaanrokok,

seperti

Nojorono, Djamboe bol, Djarum dan Sukun mulai
bermunculan satu persatu. Perkembangan industri
rokok ini pun mulai didukung dengan kegiatan
periklanan.

Sehingga

secara

tidak

langsung,


mendorong masyarakat untuk meyakini bahwa
kegiatan merokok merupakan kegiatan yang biasa
saja, terlebih pada masa tersebut belum banyak
penelitian

mengenai

dampak

negatif

yang

dihasilkan oleh konsumsi rokok.
Jika dilihat dari jenis produknya, menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2003,
rokok

merupakan


hasil

olahan

tembakau

terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum,
Nicotiana Rustica dan jenis tumbuhan lainnya atau
sintetisnya

yang

mengandung
1

nikotin

dan


tar

dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan
nikotin pada rokok menimbulkan sifat adiktif yang
menimbulkan

ketergantungan

jika

dikonsumsi

secara terus menerus.
Namun, seiring dengan perkembangan waktu,
penelitian yang dilakukan untuk melihat dampakdampak yang dihasilkan oleh kegiatan konsumsi
rokok mulai banyak dilakukan. Salah satunya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), melalui
Riset


Kesehatan

dilaksanakan
Riskesdas

Dasar

secara

pada

(Riskesdas)

rutin.

tahun

Hasil


2013,

yang

penelitian

secara

umum

menyebutkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia
dalam 30 tahun terakhir meningkat tajam. Dari 33
miliar batang per tahun pada 1970 menjadi 230
miliar

batang

pada

2006.


Rata-rata

kegiatan

merokok di kalangan orang dewasa juga meningkat
menjadi 26,9% pada tahun 1995 dan meningkat lagi
menjadi 35% pada 2004.
Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hasil penelitian
WHO

tahun

2008

lalu

menyebutkan


bahwa

Indonesia merupakan negara urutan ketiga, dari 10
negara di dunia dengan jumlah perokok terbanyak.
Selain itu disebutkan pula bahwa disamping jumlah
perokok laki-laki yang menempati urutan jumlah
perokok terbanyak, 10% dari perempuan juga
merupakan perokok.
2

Sementara itu, bertepatan dengan Hari Tanpa
Tembakau

Sedunia

pada

tahun

2010


yang bertema Tobacco Free Youth, Koalisi untuk
Indonesia

Sehat

(KUIS)

penelitiannya

yang

motivasi

perokok

memaparkan

menyangkut


jumlah

di

hasil
dan

Indonesia.

KUIS mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja dan
perempuan merokok dengan tujuan mengurangi
ketegangan dan stres. Lainnya beralasan untuk
bersantai

29,36%,

dilakukan

oleh

lalu

para

merokok

lelaki

sebagaimana

sebanyak

12,84%,

pertemanan 2,29% dan agar dapat diterima dalam
suatu kelompok sebanyak 0,92%. Sebagian besar
remaja melihat iklan rokok di televisi 92,86% dan
poster

70,63%.

Sebanyak

70%

remaja

dan

perempuan juga mengaku melihat promosi rokok
pada acara pentas musik, olahraga dan kegiatan
sosial. Sebanyak 10,22% perempuan berusia 13-15
tahun dan 14,53% perempuan berusia 16-15 tahun
pemah ditawari sampel rokok gratis.
Maka, tidak mengherankan jika Depkes RI
secara makro menyebutkan bahwa pada tahun
2010, pengeluaran pemerintah dan masyarakat
terkait tembakau di Indonesia mencapai Rp. 231.27
trilyun rupiah. Pengeluaran ini terdiri dari Rp. 138
trilyun untuk pembelian rokok, Rp. 2,11 trilyun
untuk biaya perawatan medis rawat inap dan rawat
jalan, serta Rp. 91.16 trilyun untuk kehilangan
produktivitas

karena

kematian

morbiditas-disabilitas.

Kehilangan
3

prematur

dan

produktivitas

karena kematian prematur dan morbitas-disabilitas
ini kebanyakan dialami oleh perempuan, baik
umumnya sebagai perokok pasif maupun terkhusus
sebagai

perokok

aktif.

Penyakit-penyakit

yang

umumnya menimbulkan hilangnya produktivitas ini
antara

lain

adalah

kanker,

serangan

jantung,

gangguan peredaran darah, bayi lahir dengan berat
badan rendah, bayi meninggal mendadak dari ibu
yang merokok, gangguan haid bahkan sampai
kepada

gangguan

alat-alat

reproduksi

yang

disebabkan oleh kandungan nikotin yang terdapat
pada rokok.
Berbekal

penelitian

terhadap

berbagai

dampak yang ditimbulkan dari konsumsi rokok,
serta

adanya

data

ekonomi

makro

mengenai

pengeluaran pemerintah dan masyarakat hingga
mencapai Rp. 231.27 trilyun rupiah ini. Pemerintah
terdorong

untuk

mengeluarkan

Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 109, Tahun 2012 mengenai
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.
PP Nomor 109, Tahun 2012 ini merupakan
wujud dari sikap pemerintah yang ditujukan untuk
melindungi kesehatan perseorangan, keluarga dan
masyarakat,

dari

mengkonsumsi

minimnya

rokok

dan

informasi

pengaruh

akibat

tingginya

aktivitas pemasaran pada industri rokok yang ada
di

Indonesia.

Wujud

sikap

pemerintah

ini

ditunjukkan melalui perubahan kemasan dengan
4

menambahkan

informasi

mengkonsumsi

rokok,

mengenai

akibat

sebagaimana

dari

tercantum

dalam pasal 14 sampai dengan pasal 24, dalam PP
Nomor 109, tahun 2012.
Akan tetapi, setelah dikeluarkan pada tahun
2012 lalu, jumlah perokok di Indonesia masih
belum

mengalami

mengalami

penurunan.

kenaikan,

Bahkan

sehingga

terus

Indonesia

menempati posisi negara dengan jumlah perokok
tertinggi

kedua

Riskesdas

di

tahun

dunia

2013.

berdasarkan

Dengan

data

adanya

hasil

penerapan peraturan pemerintah yang dinilai belum
maksimal tersebut.

Maka keluarlah Peraturan

menteri kesehatan (Permenkes) Nomor 28, Tahun
2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan
dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk
Tembakau, yang mulai diberlakukan pada 24 Juni
2014 lalu.
Permenkes

ini

dikeluarkan

untuk

memperjelas dan menguatkan PP Nomor. 109,
Tahun 2012. Permenkes Nomor 28, Tahun 2014 ini
memuat peraturan penjelas dari peraturan yang
tercantum pada pasal 14 sampai dengan pasal 24
dalam PP Nomor. 109, Tahun 2012.
Berikut salah satu pasal dalam Permenkes Nomor
28, Tahun 2014 :
Pasal 5
(1) Pencantuman Peringatan Kesehatan pada
Kemasan berbentuk kotak persegi panjang

5

harus

memenuhi

persyaratan

sebagai

berikut:
a.Dicantumkan pada bagian atas Kemasan
sisi lebar bagian depan dan belakang
masing-masing seluas 40% (empat puluh
persen);
b.Dalam hal Kemasan memiliki sisi lebar
yang sama maka Peringatan Kesehatan
dicantumkan pada sisi depan dan sisi
belakang Kemasan;
c.Pada bagian atas gambar terdapat tulisan
“PERINGATAN”

dengan

menggunakan

jenis huruf arial bold berwarna putih di
atas dasar hitam dengan ukuran huruf
10 (sepuluh) atau proporsional dengan
Kemasan;
d.Gambar

dicetak

kombinasi

4

berwarna

(empat)

dengan

warna

(Cyan,

Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit
300 dot per inch (dpi);
e.Dibagian

bawah

gambar

dicantumkan

tulisan berwarna putih dengan dasar
hitam sesuai dengan makna gambar
sebagaimana tercantum dalam lampiran;
f.Dicetak dengan jelas dan mencolok baik
gambar ataupun tulisannya; dan
g.Tidak mudah rusak, lepas, dan luntur
baik karena pengaruh sinar ataupun
udara.
(2) Pencantuman Peringatan Kesehatan pada
Kemasan

berbentuk

silinder

memenuhi

persyaratan sebagai berikut:
a.Dicantumkan

dengan

ukuran

sebesar

40% dari luas permukaan sisi badan
silinder, yang dihitung mulai dari bagian

6

atas

sisi

samping

tutup

kemasan

silinder;
b.Menggunakan

2

(dua)

Peringatan

Kesehatan yang sama;
c.Pada bagian atas gambar terdapat tulisan
“PERINGATAN”

dengan

menggunakan

jenis huruf arial bold berwarna putih di
atas dasar hitam dengan ukuran huruf
10 (sepuluh) atau proporsional dengan
kemasan;
d.Gambar

dicetak

kombinasi

4

berwarna

(empat)

warna

dengan
(Cyan,

Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas
gambar resolusi tinggi atau paling sedikit
300 dot per inch (dpi);
e.Di bagian bawah gambar dicantumkan
tulisan berwarna putih dengan dasar
hitam sesuai dengan makna gambar
sebagaimana

tercantum

dalam

Lampiran;
f.Dicetak dengan jelas dan mencolok baik
gambar ataupun tulisannya;
g.Tidak mudah rusak, lepas, dan luntur
baik karena pengaruh sinar ataupun
udara; dan
h.Rasio

dan

komposisi

warna

gambar

sesuai dengan Lampiran dan tidak boleh
diubah.

Pemberlakuan peraturan-peraturan tersebut,
yang juga merupakan peraturan turunan dari
Undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009,
yang secara tidak langsung telah menimbulkan
perubahan yang cukup signifikan terhadap kegiatan
pemasaran rokok sebagai hasil dari industri produk
7

tembakau di Indonesia, terutama pada tampilan
kemasan rokok saat ini.
Sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan
oleh

Menteri

mengatakan,

kesehatan,
pemerintah

Soerojo

(2014)

juga

mencantumkan

lima

gambar peringatan akan bahaya merokok. Gambar
tersebut dipasang di 40% bagian kemasan rokok.
Jenis peringatan kesehatan tersebut terdiri atas
gambar kanker mulut, gambar perokok dengan
asap yang membentuk tengkorak, gambar kanker
tenggorokan, gambar orang merokok dengan anak
di dekatnya dan gambar paru-paru menghitam
karena kanker yang disertai dengan penjelasan
berupa teks tertulis mengenai gambar tersebut.
Pernyataan yang diungkapkan oleh Soerojo tersebut
merupakan gambaran singkat mengenai perubahan
kemasan

dengan

pencantuman

lima

gambar

peringatan akan bahaya merokok. Dalam lampiran
Permenkes Nomor 28, Tahun 2014, dicantumkan
lebih jelas mengenai bagaimana visualisasi dari
masing-masing gambar tersebut, tambahan teks
tertulis yang dicantumkan pada kedua sisi samping
kemasan

rokok,

serta

bagaimana

tata

cara

penerapan dari berbagai visualisasi tersebut kepada
kemasan rokok.
Menurut peneliti, dari lima gambar peringatan
tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama
kategori gambar dengan pesan yang tajam, gambar
peringatan

tersebut

adalah
8

gambar

kanker

tenggorokan, kanker mulut, serta gambar kanker
paru-paru dan bronkhitis kronis). Serta kategori
kedua, yaitu gambar dengan pesan yang lebih halus
(merokok

dengan

membunuhmu).

anak

Secara

dan

visual,

merokok

kelima

gambar

tersebut ingin memperlihatkan dampak yang terjadi
terhadap konsumen jika mereka mengkonsumsi
rokok tersebut. Berikut adalah visualisasi dari lima
gambar

peringatan

dan

teks

tertulis

pada

Permenkes Nomor 28, Tahun 2014.
Tabel 1.1
Lima Jenis Gambar Peringatan Bahaya
Merokok
No
1

Gambar Peringatan

Penjelasan

Merokok

Pada gambar peringatan

membunuhmu

merokok membunuhmu,
unsur pesan yang
disampaikan tidak terlalu
tajam secara visual. Gambar
tersebut menunjukan lelaki
yang sedang merokok dan dua
tengkorak berbentuk asap,
dengan teks merokok
membunuhmu berlatar hitam
pekat dan bentuk tulisan
kapital (latar tulisan dan
bentuk tulisan sama untuk
semua gambar peringatan).
Gambar ini seolah-olah
mengatakan, jika kamu
merokok, maka kamu akan
dihantui dan diincar oleh
berbagai dampak negatif (yang

9

dilambangkan dengan
tengkorak yang terbuat dari
asap).yang dihasilkan oleh
konsumsi rokok tersebut.
2

Merokok dekat

Gambar peringatan ini

anak berbahaya

merupakan gambar

bagi mereka

peringatan dengan kategori
pesan yang lebih halus.
Gambar ini memuat laki-laki
yang sedang merokok sambil
menggendong anaknya
dengan kepulan asap rokok
tebal. Peringatan ini ingin
menunjukan kepada
konsumen bahwa kegiatan
merokok yang mereka
lakukan, disamping
menjadikan anak tersebut
sebagai perokok pasif, gambar
anak-anak disini juga secara
tidak langsung mengingatkan
pentingnya keberlangsungan
generasi penerus, terutama
kesehatan pada anak dan
orang tuanya.

3

Merokok

Gambar peringatan merokok

sebabkan kanker

ini termasuk kedalam kategori

mulut

pesan yang tajam secara
visual. Gambar ini
menunjukan bibir yang rusak
menghitam dengan gigi yang
ompong yang dikarenakan
kanker mulut. Gambar ini
menyiratkan kepada
konsumen bahwa dengan

10

mengkonsumsi rokok yang
mengandung berbagai zat
yang berbahaya, dapat
memungkinkan konsumen
lainnya untuk terkena
penyakit kanker mulut.
4

Merokok

Pada gambar peringatan

sebabkan kanker

merokok sebabkan kanker

tenggorokan

tenggorokan ini, menampilkan
rusaknya tenggorokan hingga
menimbulkan luka berlubang
dengan benjolan kanker.
Gambar tersebut merupakan
visualisasi peringatan rokok
dengan pesan yang tajam.
Gambar ini memuat lebih
jelas bagaimana kanker
tenggorokan terjadi pada
konsumen yang
mengkonsumsi rokok.

5

Merokok

Gambar peringatan merokok

sebabkan kanker

menyebabkan kanker paru-

paru-paru dan

paru dan bronkhitis ini

bronkhitis

menampilkan kondisi paruparu dari hasil otopsi
konsumen rokok yang terkena
kanker paru-paru. Terlihat
jelas bahwa paru-paru
tersebut menghitam, padahal
paru-paru yang sehat
berwarna merah pekat. Hal ini
menimbulkan kesan pesan
yang tajam kepada konsumen
rokok lainnya, sehingga
diharapkan mereka tidak

11

akan membeli rokok tersebut.

(Sumber: Permenkes Nomor 28, Tahun 2014).

Selain
Perubahan

lima

gambar

kemasan

peringatan

tersebut

tersebut.

mengharuskan

produsen rokok untuk mencantumkan pula dua
jenis teks peringatan berupa informasi singkat pada
kedua sisi kemasan tersebut. Teks tersebut masingmasing berbunyi Dilarang menjual / memberi pada
anak usia dibawah 18 thn dan perempuan hamil,
pada sisi satunya dan Tidak ada batas aman!
Mengandung lebih darii 4000 zat kimia berbahaya,
43 zat penyebab kanker, pada sisi yang lain.

Gambar 1.1. Tata Letak Gambar dan Teks
Peringatan.
Sumber: Permenkes Nomor 28, Tahun 2014.

12

Teks peringatan tersebut jika dimaknai satu
persatu, menjadi seperti berikut. Teks pertama
yaitu Dilarang menjual / memberi pada anak usia
dibawah 18 thn dan perempuan hamil, memberikan
informasi berupa peringatan terhadap penjual rokok
untuk tidak menjual kepada anak usia dibawah 18
tahun dan perempuan hamil. Penekanan terhadap
kata-kata

anak

dibawah

usia

18

tahun

dan

perempuan hamil ini, secara tersirat menunjukan
bahwa pemerintah menaruh perhatian lebih kepada
perlindungan anak dibawah usia 18 tahun dan
perempuan.
konsumen

Perhatian
ini

kemungkinan

tidak

terhadap
lain

dampak

dua

segmen

karena

adanya

morbiditas-disabilitas

terhadap demografi negara dalam jangka panjang,
serta adanya hasil penelitian yang mengatakan
bahwa usia 15 – 18 tahun adalah usia perokok
mulai mencoba mengkonsumsi rokok.
Teks yang kedua, yaitu Tidak ada batas
aman! Mengandung lebih dari 4000 zat kimia
berbahaya, 43 zat penyebab kanker, menjadi suatu
teks

peringatan

keras

yang

menginformasikan

kandungan zat berbahaya yang terkandung dalam
rokok. Teks kedua ini secara sepintas menjadi
informasi komposisi singkat, yang memperjelas
tekanan pada gambar berbagai penyakit yang
terdapat pada kemasan tersebut.
Beredarnya
mengandung

rokok

lima

dengan

gambar
13

dan

kemasan
teks

yang

tertulis

mengenai informasi peringatan kesehatan tersebut,
telah menimbulkan berbagai fenomena baru di
seputar

lingkungan

kegiatan

pemasaran.

Diantaranya, adanya penurunan penjualan rokok
sebesar 10% dari total penjualan pada umumnya,
yang di muat oleh media online Tribun News pada
Rabu, 13 Agustus 2014.
Selain itu, berdasarkan pra penelitian acak
yang

Peneliti

lakukan

terhadap

pramusaji

di

beberapa toko pengecer dalam kurun waktu Juli Agustus 2014, menyatakan bahwa dari beberapa
konsumen yang datang untuk membeli rokok,
sebagian besar konsumen yang menerima rokok
dengan

kemasan

yang

mencantumkan

gambar

dengan pesan yang tajam, seperti gambar kanker
mulut, gambar kanker tenggorokan atau gambar
paru-paru menghitam karena kanker. Meminta
pramusaji

untuk

dengan

rokok

menukarkan
dengan

rokok
kemasan

tersebut
yang

mencantumkan gambar dengan pesan yang lebih
halus, yaitu gambar perokok dengan asap yang
membentuk tengkorak atau gambar orang merokok
dengan anak di dekatnya.
Berbeda lagi dengan hasil pra penelitian yang
Peneliti lakukan terhadap karyawan, mahasiswa
dan pelajar sekolah menengah atas di Kota Salatiga.
Untuk pra penelitian dengan kelompok karyawan,
dengan usia dewasa (25 – 35 tahun), mereka
menyatakan bahwa mereka tidak terpengaruh sama
14

sekali dengan perubahan kemasan rokok pada saat
ini. Beda lagi dengan kelompok mahasiswa dan
pelajar sekolah menengah atas yang termasuk
dalam kategori usia muda (17 - 25 tahun). Mereka
memberikan jawaban yang cukup bervariasi, yaitu
jika mereka terpaksa mendapatkan rokok dengan
kemasan

yang

mencantumkan

gambar

yang

menyeramkan, ada beberapa hal yang mereka
lakukan, diantaranya yaitu, mereka akan menyobek
bagian gambar pada bungkus tersebut, menutupi
bagian gambar tersebut dengan lakban hitam atau
stiker, membeli rokok dengan kemasan khusus
yang tidak ada gambarnya, membeli rokok secara
eceran, memindahkan rokok tersebut ke dalam
tempat isi ulang dan bahkan tidak jadi membeli
rokok tersebut.
Akan

tetapi,

selain

beberapa

tersebut, ada juga sebagian

perilaku

mahasiswa yang

menyatakan bahwa adanya perubahan kemasan
tersebut

tidak

berpengaruh

pada

mereka,

melainkan hanya akan menjadi suatu motivasi
untuk

memberanikan

mengkonsumsi

rokok,

diri
karena

untuk
mereka

terus
semakin

merasa tertantang untuk mengkonsumsi rokok
tersebut.
Adanya

dua

arah

pendapat

ini,

memperlihatkan adanya perubahan persepsi yang
mempengaruhi
proses

perilaku

konsumen,

pengidentifikasian
15

dari

kebutuhan,

mulai
sampai

kepada proses pembelian konsumen. Sesuai dengan
hasil penelitian dari Lazarus dkk. (Duhachek dan
Iacobucci, 2005), yang menawarkan proses-proses
penilaian kognitif ketika konsumen berada dalam
tekanan

tertentu.

penilaian

kognitif

Proses

ini,

konsumen

dimulai

dengan

mengenai

apakah

tekanan tersebut sebagai hal yang positif atau
negatif. Ketika konsumen menilai tekanan tersebut
sebagai suatu hal yang positif atau sesuai dengan
tujuannya, maka yang muncul adalah perasaan
tertantang

yang

dicirikan

dengan

perasaan

bersemangat, penuh harapan, dan percaya diri.
Sementara

ketika

konsumen

menilai

tekanan

tersebut negatif, maka yang timbul adalah perasaan
terancam. Perasaan terancam semacam ini akan
menumbuhkan perasaan gelisah dan ketakutan.
Kedua proses penilaian kognitif konsumen ini,
berpengaruh terhadap pola perilaku konsumen dan
keputusan pembelian konsumen. Karena konsep
pengambilan

keputusan

pembelian

konsumen

merupakan rangkaian proses yang tidak statis,
dinamika proses pengambilan keputusan konsumen
ini banyak ditentukan melalui persepsi dan motivasi
konsumen.
Persepsi dan motivasi konsumen ini menurut
Adkinson, dkk. (2014) dipengaruhi pula oleh unsurunsur yang terdapat dalam kemasan tembakau.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa unsurunsur

kemasan

tembakau

(termasuk

label

peringatan kesehatan, deskripsi karakteristik dan
16

corporate

branding),

berhubungan

dengan

pengetahuan tentang risiko kesehatan dan daya
tarik produk dengan rokok, yang menyebabkan
adanya perubahan kognitif, afektif dan psikomotor
dari

konsumennya.

dilakukan

oleh

Penelitian
Dieterich

lainnya

yang

(2012)

yaitu

mengeksplorasi efektivitas grafis, label peringatan
paket rokok non-grafis dan memeriksa proses
mediasi potensial antara perokok sesekali dan
perokok

yang

dilakukan

baru

Dieterich

memulai.
(2012)

ini

Penelitian
pada

yang

akhirnya

menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada efek
langsung yang signifikan dari grafik label peringatan
(dibandingkan dengan label non-grafis) dari sikap
eksplisit, sikap implisit, dan niat untuk tidak
merokok

ditemukan.

Hasil

penelitian

juga

menunjukkan bahwa label peringatan grafis yang
terkait dengan peningkatan relevansi pribadi yang
dirasakan dan reaksi afektif negatif dibandingkan
dengan

label

peringatan

non-grafis.

Relevansi

pribadi juga ditemukan memediasi keterhubungan
antara kondisi label peringatan dan sikap implisit
negatif.
Berdasarkan uraian pra penelitian dan hasil
penelitian terdahulu. Peneliti menaruh ketertarikan
untuk mempelajari perilaku konsumen terhadap
perubahan

kemasan

rokok

yang

sedang

berlangsung saat ini. Peneliti mengambil subjek
penelitian konsumen pada usia 17 – 25 tahun di
Kota Salatiga. Usia 17 – 25 tahun dipilih oleh
17

peneliti

karena

adanya

kecenderungan

bahwa

rentang usia tersebut merupakan periode peralihan
psikologis manusia. Dimana pada rentang usia
tersebut, mereka ada yang sudah mengenal dirinya
sendiri, membentuk pola hidupnya, serta ada pula
yang sedang mengalami penyesuaian diri terhadap
pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang
baru. Selain kecenderungan psikologis tersebut,
berdasarkan

data

Badan

Pusat

Statistik

Kota

Salatiga tahun 2014, secara demografis usia ini
memiliki jumlah presentase terbesar dibanding
rentang usia lainnya.
Ling (2002), mengatakan bahwa rentang usia
17 – 25 tahun juga merupakan target pasar dari
perusahaan

rokok.

Hal

ini

dikarenakan

usia

tersebut relatif lebih mudah untuk dipengaruhi oleh
iklan. Usia 17 – 25 tahun ini juga pada umumnya
belum sepenuhnya matang mandiri secara finansial,
karena kebanyakan dari mereka masih berstatus
sebagai siswa sekolah menengah atas maupun
mahasiswa.

Hal

tersebut

memunculkan

kecenderungan akan kemauan dan kemampuan
mereka

sebagai

konsumen

untuk

melakukan

perilaku pembelian yang masih belum stabil. Akan
tetapi

sebagai

konsumen

rokok

yang

sudah

terpapar oleh sifat adiktif dari produk tersebut,
mereka

ingin

dihasilkan

dari

mendapatkan
mengkonsumsi

kepuasan
rokok

secara nyaman dan berkesinambungan.

18

yang

tersebut

Selain menaruh perhatian pada konsumen
rokok

usia

17



25

tahun,

peneliti

juga

mengerucutkan lagi penelitian ini kepada konsumen
rokok perempuan. Perhatian pemerintah yang lebih
besar dibandingkan laki-laki terhadap perlindungan
kepada perokok perempuan, berbanding terbalik
dengan
perokok

jarangnya

penelitian

perempuan,

seta

yang
jumlah

melibatkan
perokok

perempuan yang terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun (Riskesdas, 2013). Disamping itu,
adanya aspek psikologis perempuan yang lebih unik
dibandingkan laki-laki, juga memicu peneliti untuk
melihat bagaimana perilaku konsumsi mereka,
khususnya pada rentang usia 17 – 25 tahun,
terhadap perubahan kemasan rokok.
1.2

Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang
tersebut, maka masalah penelitian dalam penelitian
ini adalah perilaku konsumsi perokok perempuan
usia 17 – 25 tahun terhadap perubahan isi pesan
pada kemasan produk rokok.

1.3

Persoalan Penelitian
Berkaitan dengan masalah penelitian yang

ada, maka ada beberapa persoalan penelitian yang
diangkat pada penelitian ini yaitu :

19

1. Mengapa perempuan merokok?
2. Apa persepsi perokok perempuan usia 17 – 25
tahun, mengenai perubahan isi pesan pada
kemasan produk rokok?
3. Bagaimana

pengaruh

persepsi



perempuan usia 17

perokok

25 tahun, mengenai

perubahan isi pesan pada kemasan produk
rokok, terhadap aspek kognitif perokok?
4. Bagaimana

pengaruh

persepsi



perempuan usia 17

perokok

25 tahun, mengenai

perubahan isi pesan pada kemasan produk
rokok, terhadap aspek afektif perokok?
5. Apa

perilaku

konsumsi

yang

muncul

pada

perokok perempuan usia 17 – 25 tahun terhadap
perubahan isi pesan pada kemasan produk rokok
tersebut?
1.4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan persoalan penelitian yang telah

dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk

menelisik

dan

memahami

apa

yang

menyebabkan perempuan merokok.
2. Untuk

menggambarkan

perempuan

usia

17



25

persepsi

perokok

tahun

mengenai

perubahan isi pesan pada kemasan produk
rokok.
3. Untuk
perokok

mengetahui

pengaruh

perempuan

usia

17

dari


25

persepsi
tahun,

mengenai perubahan isi pesan pada kemasan

20

produk rokok, terhadap aspek kognitif perokok
tersebut.
4. Untuk
perokok

mengetahui

pengaruh

perempuan

usia

17

dari


25

persepsi
tahun,

mengenai perubahan isi pesan pada kemasan
produk rokok, terhadap aspek afektif perokok
tersebut.
5. Untuk menemukan dan menggambarkan pola
perilaku konsumsi perokok perempuan usia 17 –
25 tahun, terhadap perubahan isi pesan pada
kemasan produk rokok.
6. Membangun sebuah teori mini berdasarkan hasil
penelitian.
1.5

Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat

memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis
maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan
menghasilkan suatu teori mini dalam kajian
perilaku konsumen, terutama berkaitan dengan
perubahan kemasan produk terhadap perilaku
konsumsi.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan
dapat menyediakan informasi mengenai perilaku
konsumsi perokok perempuan usia 17 – 25 tahun
21

terhadap perubahan kemasan produk rokok,
sehingga

dapat

memberikan

kegiatan penelitian selanjutnya.

22

referensi

bagi