Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Penyebab Technostress terhadap Kinerja Pegawai dengan Dukungan Organisasi sebagai Moderating Variabel T2 912013035 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Abad 21 atau sering disebut dengan abad informasi,
memberikan
ruang
bagi
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) untuk mengubah wajah dunia karena
hampir seluruh aktivitas mulai dari aktivitas personal
hingga
pemerintah
pemberdayaan
dan
tidak
lepas
dari
pemanfaatan,
pengimplementasian
TIK
(Jurnal
Kajian Lemhannas RI, 2013). Dengan semakin besarnya
pengaruh TIK terhadap kehidupan manusia kemudian
muncul istilah masyarakat informasi. Ratna et al. (2004)
menyebutkan bahwa pada masyarakat informasi semua
kegiatan
hampir
tidak
lepas
dari
komputer
dan
telekomunikasi karena informasi menjadi suatu hal yang
sangat penting.
Perkembangan TIK tidak hanya dimanfaatkan oleh
masyarakat umum karena dewasa ini hampir semua
instansi pemerintah maupun swasta telah melakukan
modernisasi dalam pelayanan dan pengelolaan data
menggunakan
sistem
komputerisasi.
Menurut
Bank
Dunia (dalam Ratna et al., 2004) pemanfaatan TIK di
lingkungan instansi pemerintah atau yang sering disebut
e-government dimaksudkan untuk mendukung pelayanan
publik yang lebih baik, meningkatkan hubungan antara
1
pemerintah
dengan
bisnis
dan
industri,
serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam peningkatan
efisiensi manajemen pemerintah.
Salah satu instansi pemerintahan yang gencar
melakukan modernisasi yaitu Direktorat Jenderal Pajak
(DJP). Bagi pemerintah Indonesia, pajak merupakan
sumber utama penerimaan negara di mana berdasarkan
APBN
tahun
2013
penerimaan
pajak
menyumbang
73,23% dan tahun 2014 menyumbang 76,19% dari total
pendapatan
negara
(www.pajak.go.id).
Data
tersebut
menunjukkan bahwa pajak memiliki peran yang sangat
penting sehingga kesinambungan penerimaan negara dari
sektor pajak sangat diperlukan (Hutagaol, Winarno &
Pradipta, 2007).
DJP sebagai instansi yang mengelola perpajakan
terus berupaya melakukan perbaikan sistem tata kelola
perpajakan guna memberikan pelayanan yang lebih baik
sesuai dengan visinya yaitu Menjadi institusi pemerintah
penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia
Tenggara . Seperti yang diungkapkan Wilkinson dan
Cerullo (1997), pembaruan sistem informasi yang berbasis
komputer dapat melakukan fungsinya secara lebih cepat
dan tepat, serta pemrosesan data akan lebih murah bila
dibandingkan dengan sistem manual. Dalam hal ini, DJP
telah melakukan modernisasi dalam penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) yang merupakan pusat kegiatan
2
DJP melalui media elektronik seperti pelaporan pajak
secara elektronik melalui e-filing, pendaftaran Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP)
melalui e-registration, dan
pembayaran secara online dengan e-billing yang dapat
diakses melalui www.pajak.go.id.
Penggunaan
teknologi
komputerisasi
dalam
pengolahan sistem perpajakan merupakan sebuah cara
untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak karena
sebuah organisasi perlu melakukan perbaikan pelayanan
agar dapat berkembang lebih baik (Kreiter & Kinicki,
2014:273).
Sistem
memberikan
online
kemudahan
menurut
bagi
Wajib
Doly
(2014)
Pajak
dalam
melaporkan SPT dengan biaya yang lebih murah, proses
yang lebih cepat, lebih akurat karena Wajib Pajak
merekam sendiri SPTnya, lebih transparan dan dapat
meminimalisasi
penyimpangan
segala
dalam
kecurangan,
penerimaan
kebocoran
pajak.
dan
Pendapat
Saraswati dan Kiswara (2013) tentang keuntungan sistem
elektronik yaitu dapat menghemat biaya administrasi
laporan pajak menggunakan kertas (paperless).
Akan tetapi, hadirnya teknologi sebagai upaya
memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak mengharuskan
para pegawai untuk dapat bekerja lebih cepat dan lebih
efisien. Tjhai (2003) mengemukakan, agar TI dapat
dimanfaatkan secara efektif maka pegawai harus dapat
menggunakan TI dengan baik. Oleh sebab itu sangat
3
penting bagi setiap anggota untuk mengerti kegunaan
sistem tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap hasil kerjanya. Dengan kata lain penggunaan
sistem elektronik perlu diimbangi dengan manajemen
yang baik dan disertai dengan fasilitas yang memadai
untuk meminimalisir munculnya kesulitan yang dapat
menghambat pekerjaan para pegawai atau bahkan bisa
memicu terjadinya stres.
Ketidakmampuan
dengan
teknologi
dampak
negatif
technostress.
seseorang
komputer
bagi
Istilah
untuk
sehingga
pengguna
beradaptasi
menimbulkan
dikenal
technostress
pertama
dengan
kali
diperkenalkan oleh Brod pada tahun 1984 dan mulai
populer di era 90-an ketika manusia mulai menggunakan
teknologi komputer untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Menurut Wang (2008) dan Sinha (2012), technostress
merupakan perasaan cemas yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap pikiran, perilaku, sikap dan kondisi
tubuh seseorang.
Menurut Tarafdar et al. (2007), Ragu-Nathan et al.
(2008), dan Norulkamar et al. (2014) ada lima faktor yang
menyebabkan
terjadinya
technostress,
yaitu:
techno-
overload di mana para pegawai merasakan bahwa beban
pekerjaan mereka menjadi semakin banyak,
techno-
invasion di mana para pegawai selalu merasa terhubung
4
dengan pekerjaan mereka dimanapun dan kapanpun,
techno-complexity di mana para pegawai merasa bahwa
kemampuan mereka tidak sesuai dengan perkembangan
teknologi, techno-insecurity di mana para pegawai merasa
takut
jika
pekerjaan
mereka
akan
digantikan
oleh
teknologi yang semakin canggih atau orang lain yang lebih
menguasai teknologi dan techno-uncertainty di mana para
pegawai merasa tidak nyaman karena teknologi yang
digunakan selalu berubah.
Stres
yang
diakibatkan
karena
penggunaan
teknologi jika terus dibiarkan akan berpengaruh terhadap
kondisi pegawai. Berdasarkan penelitian Weill dan Rosen
(1997) teknologi dapat menimbulkan perubahan terhadap
perilaku, pemikiran dan sikap baik secara langsung
maupun tidak langsung. Padahal jika kondisi pegawai
tidak baik maka akan berpengaruh terhadap kinerja
mereka. Sedangkan bagi organisasi, kinerja pegawai
merupakan salah satu hal yang penting untuk mencapai
tujuannya (Hameed & Waheed, 2011).
Rivai (2004:307) berpendapat, salah satu faktor
utama dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai yaitu
dengan
adanya
Bentuk
dukungan
menurut
dengan
Mathis
dukungan
yang
dan
pemberian
organisasi
dapat
Jackson
pelatihan
yang
optimal.
dilakukan
organisasi
(2001:84)
diataranya
untuk
meningkatkan
kemampuan pegawai. Selain itu juga perlu adanya
5
dukungan berupa peralatan kerja yang memadai sehingga
para pegawai dapat bekerja lebih efektif dan efisien.
Menurut John (2007) keberhasilan suatu organisasi salah
satunya
dipengaruhi
dengan
adanya
pegawai
yang
mampu dan terampil serta mempunyai semangat kerja
yang tinggi sehingga dapat diharapkan suatu hasil kerja
yang memuaskan.
Beberapa
penelitian
tentang
technostress
menunjukkan bahwa technostress menimbulkan berbagai
dampak
negatif
organisasi.
baik
Hasil
bagi
individu
penelitian
Akhtari
maupun
et
al.
bagi
(2013);
Okebaram dan Moses (2013); Suharti dan Susanto (2014)
menyebutkan dampak negatif bagi individu dan organisasi
seperti
terjadinya
gangguan
kesehatan,
terjadinya
psychological distress, meningkatnya kesalahan yang
dilakukan
pegawai,
dan
ketidakhadiran pegawai yang
meningkatkan
jumlah
pada akhirnya semua itu
akan menurunkan kinerja pegawai. Oleh sebab itu
technostress yang terjadi harus segera diminimalisir agar
tidak mengganggu kinerja pegawai.
Tiemo dan Ofua (2010) menyebutkan bahwa untuk
meminimalisir technostress yang terjadi, pihak organisasi
perlu memberikan dukungan berupa penyediaan software
dan
hardware
yang
user
friendly
sehingga
mudah
digunakan oleh para pegawai, menyediakan training
sebelum menerapkan sistem atau teknologi baru dan
6
menyediakan teknisi IT dan troubleshooter jika terjadi
permasalahan dengan teknologi atau perangkat yang
digunakan.
Lebih
lanjut
penelitian
Ayyagari
(2012)
menunjukkan bahwa semakin sesuai teknologi yang
digunakan maka akan semakin menurunkan technostress
yang terjadi.
Penelitian
diantaranya
tentang technostress telah dilakukan
tentang
faktor
penyebab
terjadinya
technostress oleh Akhtari et al. (2013); Ayyagari (2012;
Prabhakaran dan Mishra (2012); Tiemo dan Ofua (2010),
dan Ragu-Nathan et al. (2008). Penelitian tentang dampak
technostress dilakukan oleh Suharti dan Susanto (2014;
Norulkamar
et
sebelumnya,
al.
(2009).
penelitian
ini
Berbeda
dari
penelitian
menguji
apakah
faktor
penyebab technostress berdampak pada kinerja pegawai?
Penelitian
ini
juga
akan
menguji
faktor
dukungan
organisasi yang dipergunakan sebagai variabel moderasi
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya dalam
memperkuat atau memperlemah dampak faktor penyebab
technostress terhadap kinerja pegawai.
1.2
Rumusan Masalah
Berbagai
terobosan
dalam
bidang
teknologi
informasi apabila tidak dikelola dengan baik maka akan
berpotensi
menimbulkan
terjadinya
7
stres
bagi
para
pegawai.
Berdasarkan
hal
tersebut
maka
masalah
penelitian yang dirumuskan adalah:
1. Apakah faktor techno-overload berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
2. Apakah faktor techno-invasion berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
3. Apakah faktor techno-complexity berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
4. Apakah faktor techno-insecurity berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
5. Apakah faktor techno-uncertainty berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
6. Apakah dukungan organisasi mampu meminimalisir
dampak dari faktor penyebab technostress terhadap
kinerja pegawai pajak?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis
pengaruh
variabel
techno-overload
variabel
techno-invasion
terhadap variabel kinerja.
2. Menganalisis
pengaruh
terhadap variabel kinerja.
3. Menganalisis pengaruh variabel
techno-complexity
terhadap variabel kinerja.
4. Menganalisis
pengaruh
terhadap variabel kinerja.
8
variabel
techno-insecurity
5. Menganalisis pengaruh variabel techno-uncertainty
terhadap variabel kinerja.
6. Menganalisis pengaruh variabel dukungan organisasi
terhadap variabel faktor penyebab technostress dan
variabel kinerja pegawai.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen
sumber daya manusia khususnya tentang mengelola
stres
yang
dialami
pegawai
akibat
perubahan
teknologi.
2. Agar para pegawai pajak yang mengalami kesulitan
bekerja dengan serbuan teknologi dapat mengetahui
dan memahami stres yang mungkin dialami dengan
mengetahui gejala-gejalanya serta faktor apa saja
yang menjadi penyebab technostress sehingga dapat
melakukan upaya pencegahan.
3. Memberikan masukan kepada pimpinan terhadap
potensi terjadinya technostress sehingga instansi
terkait
dapat
mencegah
technostress yang terjadi.
9
atau
meminimalisir
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Abad 21 atau sering disebut dengan abad informasi,
memberikan
ruang
bagi
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi (TIK) untuk mengubah wajah dunia karena
hampir seluruh aktivitas mulai dari aktivitas personal
hingga
pemerintah
pemberdayaan
dan
tidak
lepas
dari
pemanfaatan,
pengimplementasian
TIK
(Jurnal
Kajian Lemhannas RI, 2013). Dengan semakin besarnya
pengaruh TIK terhadap kehidupan manusia kemudian
muncul istilah masyarakat informasi. Ratna et al. (2004)
menyebutkan bahwa pada masyarakat informasi semua
kegiatan
hampir
tidak
lepas
dari
komputer
dan
telekomunikasi karena informasi menjadi suatu hal yang
sangat penting.
Perkembangan TIK tidak hanya dimanfaatkan oleh
masyarakat umum karena dewasa ini hampir semua
instansi pemerintah maupun swasta telah melakukan
modernisasi dalam pelayanan dan pengelolaan data
menggunakan
sistem
komputerisasi.
Menurut
Bank
Dunia (dalam Ratna et al., 2004) pemanfaatan TIK di
lingkungan instansi pemerintah atau yang sering disebut
e-government dimaksudkan untuk mendukung pelayanan
publik yang lebih baik, meningkatkan hubungan antara
1
pemerintah
dengan
bisnis
dan
industri,
serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam peningkatan
efisiensi manajemen pemerintah.
Salah satu instansi pemerintahan yang gencar
melakukan modernisasi yaitu Direktorat Jenderal Pajak
(DJP). Bagi pemerintah Indonesia, pajak merupakan
sumber utama penerimaan negara di mana berdasarkan
APBN
tahun
2013
penerimaan
pajak
menyumbang
73,23% dan tahun 2014 menyumbang 76,19% dari total
pendapatan
negara
(www.pajak.go.id).
Data
tersebut
menunjukkan bahwa pajak memiliki peran yang sangat
penting sehingga kesinambungan penerimaan negara dari
sektor pajak sangat diperlukan (Hutagaol, Winarno &
Pradipta, 2007).
DJP sebagai instansi yang mengelola perpajakan
terus berupaya melakukan perbaikan sistem tata kelola
perpajakan guna memberikan pelayanan yang lebih baik
sesuai dengan visinya yaitu Menjadi institusi pemerintah
penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia
Tenggara . Seperti yang diungkapkan Wilkinson dan
Cerullo (1997), pembaruan sistem informasi yang berbasis
komputer dapat melakukan fungsinya secara lebih cepat
dan tepat, serta pemrosesan data akan lebih murah bila
dibandingkan dengan sistem manual. Dalam hal ini, DJP
telah melakukan modernisasi dalam penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) yang merupakan pusat kegiatan
2
DJP melalui media elektronik seperti pelaporan pajak
secara elektronik melalui e-filing, pendaftaran Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP)
melalui e-registration, dan
pembayaran secara online dengan e-billing yang dapat
diakses melalui www.pajak.go.id.
Penggunaan
teknologi
komputerisasi
dalam
pengolahan sistem perpajakan merupakan sebuah cara
untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak karena
sebuah organisasi perlu melakukan perbaikan pelayanan
agar dapat berkembang lebih baik (Kreiter & Kinicki,
2014:273).
Sistem
memberikan
online
kemudahan
menurut
bagi
Wajib
Doly
(2014)
Pajak
dalam
melaporkan SPT dengan biaya yang lebih murah, proses
yang lebih cepat, lebih akurat karena Wajib Pajak
merekam sendiri SPTnya, lebih transparan dan dapat
meminimalisasi
penyimpangan
segala
dalam
kecurangan,
penerimaan
kebocoran
pajak.
dan
Pendapat
Saraswati dan Kiswara (2013) tentang keuntungan sistem
elektronik yaitu dapat menghemat biaya administrasi
laporan pajak menggunakan kertas (paperless).
Akan tetapi, hadirnya teknologi sebagai upaya
memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak mengharuskan
para pegawai untuk dapat bekerja lebih cepat dan lebih
efisien. Tjhai (2003) mengemukakan, agar TI dapat
dimanfaatkan secara efektif maka pegawai harus dapat
menggunakan TI dengan baik. Oleh sebab itu sangat
3
penting bagi setiap anggota untuk mengerti kegunaan
sistem tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap hasil kerjanya. Dengan kata lain penggunaan
sistem elektronik perlu diimbangi dengan manajemen
yang baik dan disertai dengan fasilitas yang memadai
untuk meminimalisir munculnya kesulitan yang dapat
menghambat pekerjaan para pegawai atau bahkan bisa
memicu terjadinya stres.
Ketidakmampuan
dengan
teknologi
dampak
negatif
technostress.
seseorang
komputer
bagi
Istilah
untuk
sehingga
pengguna
beradaptasi
menimbulkan
dikenal
technostress
pertama
dengan
kali
diperkenalkan oleh Brod pada tahun 1984 dan mulai
populer di era 90-an ketika manusia mulai menggunakan
teknologi komputer untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Menurut Wang (2008) dan Sinha (2012), technostress
merupakan perasaan cemas yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap pikiran, perilaku, sikap dan kondisi
tubuh seseorang.
Menurut Tarafdar et al. (2007), Ragu-Nathan et al.
(2008), dan Norulkamar et al. (2014) ada lima faktor yang
menyebabkan
terjadinya
technostress,
yaitu:
techno-
overload di mana para pegawai merasakan bahwa beban
pekerjaan mereka menjadi semakin banyak,
techno-
invasion di mana para pegawai selalu merasa terhubung
4
dengan pekerjaan mereka dimanapun dan kapanpun,
techno-complexity di mana para pegawai merasa bahwa
kemampuan mereka tidak sesuai dengan perkembangan
teknologi, techno-insecurity di mana para pegawai merasa
takut
jika
pekerjaan
mereka
akan
digantikan
oleh
teknologi yang semakin canggih atau orang lain yang lebih
menguasai teknologi dan techno-uncertainty di mana para
pegawai merasa tidak nyaman karena teknologi yang
digunakan selalu berubah.
Stres
yang
diakibatkan
karena
penggunaan
teknologi jika terus dibiarkan akan berpengaruh terhadap
kondisi pegawai. Berdasarkan penelitian Weill dan Rosen
(1997) teknologi dapat menimbulkan perubahan terhadap
perilaku, pemikiran dan sikap baik secara langsung
maupun tidak langsung. Padahal jika kondisi pegawai
tidak baik maka akan berpengaruh terhadap kinerja
mereka. Sedangkan bagi organisasi, kinerja pegawai
merupakan salah satu hal yang penting untuk mencapai
tujuannya (Hameed & Waheed, 2011).
Rivai (2004:307) berpendapat, salah satu faktor
utama dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai yaitu
dengan
adanya
Bentuk
dukungan
menurut
dengan
Mathis
dukungan
yang
dan
pemberian
organisasi
dapat
Jackson
pelatihan
yang
optimal.
dilakukan
organisasi
(2001:84)
diataranya
untuk
meningkatkan
kemampuan pegawai. Selain itu juga perlu adanya
5
dukungan berupa peralatan kerja yang memadai sehingga
para pegawai dapat bekerja lebih efektif dan efisien.
Menurut John (2007) keberhasilan suatu organisasi salah
satunya
dipengaruhi
dengan
adanya
pegawai
yang
mampu dan terampil serta mempunyai semangat kerja
yang tinggi sehingga dapat diharapkan suatu hasil kerja
yang memuaskan.
Beberapa
penelitian
tentang
technostress
menunjukkan bahwa technostress menimbulkan berbagai
dampak
negatif
organisasi.
baik
Hasil
bagi
individu
penelitian
Akhtari
maupun
et
al.
bagi
(2013);
Okebaram dan Moses (2013); Suharti dan Susanto (2014)
menyebutkan dampak negatif bagi individu dan organisasi
seperti
terjadinya
gangguan
kesehatan,
terjadinya
psychological distress, meningkatnya kesalahan yang
dilakukan
pegawai,
dan
ketidakhadiran pegawai yang
meningkatkan
jumlah
pada akhirnya semua itu
akan menurunkan kinerja pegawai. Oleh sebab itu
technostress yang terjadi harus segera diminimalisir agar
tidak mengganggu kinerja pegawai.
Tiemo dan Ofua (2010) menyebutkan bahwa untuk
meminimalisir technostress yang terjadi, pihak organisasi
perlu memberikan dukungan berupa penyediaan software
dan
hardware
yang
user
friendly
sehingga
mudah
digunakan oleh para pegawai, menyediakan training
sebelum menerapkan sistem atau teknologi baru dan
6
menyediakan teknisi IT dan troubleshooter jika terjadi
permasalahan dengan teknologi atau perangkat yang
digunakan.
Lebih
lanjut
penelitian
Ayyagari
(2012)
menunjukkan bahwa semakin sesuai teknologi yang
digunakan maka akan semakin menurunkan technostress
yang terjadi.
Penelitian
diantaranya
tentang technostress telah dilakukan
tentang
faktor
penyebab
terjadinya
technostress oleh Akhtari et al. (2013); Ayyagari (2012;
Prabhakaran dan Mishra (2012); Tiemo dan Ofua (2010),
dan Ragu-Nathan et al. (2008). Penelitian tentang dampak
technostress dilakukan oleh Suharti dan Susanto (2014;
Norulkamar
et
sebelumnya,
al.
(2009).
penelitian
ini
Berbeda
dari
penelitian
menguji
apakah
faktor
penyebab technostress berdampak pada kinerja pegawai?
Penelitian
ini
juga
akan
menguji
faktor
dukungan
organisasi yang dipergunakan sebagai variabel moderasi
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya dalam
memperkuat atau memperlemah dampak faktor penyebab
technostress terhadap kinerja pegawai.
1.2
Rumusan Masalah
Berbagai
terobosan
dalam
bidang
teknologi
informasi apabila tidak dikelola dengan baik maka akan
berpotensi
menimbulkan
terjadinya
7
stres
bagi
para
pegawai.
Berdasarkan
hal
tersebut
maka
masalah
penelitian yang dirumuskan adalah:
1. Apakah faktor techno-overload berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
2. Apakah faktor techno-invasion berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
3. Apakah faktor techno-complexity berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
4. Apakah faktor techno-insecurity berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
5. Apakah faktor techno-uncertainty berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai pajak?
6. Apakah dukungan organisasi mampu meminimalisir
dampak dari faktor penyebab technostress terhadap
kinerja pegawai pajak?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis
pengaruh
variabel
techno-overload
variabel
techno-invasion
terhadap variabel kinerja.
2. Menganalisis
pengaruh
terhadap variabel kinerja.
3. Menganalisis pengaruh variabel
techno-complexity
terhadap variabel kinerja.
4. Menganalisis
pengaruh
terhadap variabel kinerja.
8
variabel
techno-insecurity
5. Menganalisis pengaruh variabel techno-uncertainty
terhadap variabel kinerja.
6. Menganalisis pengaruh variabel dukungan organisasi
terhadap variabel faktor penyebab technostress dan
variabel kinerja pegawai.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen
sumber daya manusia khususnya tentang mengelola
stres
yang
dialami
pegawai
akibat
perubahan
teknologi.
2. Agar para pegawai pajak yang mengalami kesulitan
bekerja dengan serbuan teknologi dapat mengetahui
dan memahami stres yang mungkin dialami dengan
mengetahui gejala-gejalanya serta faktor apa saja
yang menjadi penyebab technostress sehingga dapat
melakukan upaya pencegahan.
3. Memberikan masukan kepada pimpinan terhadap
potensi terjadinya technostress sehingga instansi
terkait
dapat
mencegah
technostress yang terjadi.
9
atau
meminimalisir