Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Penyebab Technostress terhadap Kinerja Pegawai dengan Dukungan Organisasi sebagai Moderating Variabel T2 912013035 BAB IV
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Deskriptif
4.1.1 Deskripsi Tingkat Pengembalian Kuesioner
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Salatiga. Pegawai
yang bekerja di KPP Pratama Salatiga berjumlah 75 orang
yang terbagi dalam beberapa seksi meliputi sub bagian
umum, seksi pengolahan data dan informasi, seksi
pelayanan, seksi penagihan, seksi ekstensifikasi, seksi
pemeriksaan dan kepatuhan internal, seksi pengawas dan
konsultasi, dan fungsional pemeriksa. Seluruh pegawai
KPP Pratama Salatiga menggunakan teknologi informasi
sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Setiap
pegawai memiliki login dan password yang hanya dapat
digunakan untuk membuka bagian pekerjaan mereka,
seperti pegawai bagian pelayanan hanya dapat membuka
menu pelayanan.
Kuesioner dalam penelitian ini menjelaskan tentang
pengaruh dalam penggunaan teknologi informasi terhadap
pegawai. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai
dengan menyerahkan surat izin penelitian dari PPs MM
UKSW pada tanggal 28 April 2015 kepada kepala kantor
34
KPP Pratama Salatiga. Setelah mendapat persetujuan
kemudian mengirimkan berkas yang berisi surat izin
penelitian dari PPs MM UKSW tertanggal 6 Mei 2015,
surat pernyataan, proposal tesis, dan kuesioner kepada
Direktur P2 Humas Kantor Pusat DJP yang berlokasi di
Jakarta. Pada tanggal 22 Mei 2015 setelah mendapat
surat keputusan dari Direktorat Penyuluhan, Pelayanan
dan Hubungan Masyarakat Kantor Pusat DJP yang
berupa izin untuk melakukan penelitian di KPP Pratama
Salatiga maka pada tanggal 29 Mei 2015 kuesioner
dititipkan kepada kepala subbag umum sebanyak 75
kuesioner dan diambil kembali pada tanggal 5 Juni 2015
pada subbag umum dengan jumlah kuesioner yang
kembali sebanyak 63 kuesioner.
4.1.2 Deskripsi Responden
Berdasarkan
data
kuesioner
yang
telah
dikumpulkan maka dapat dilihat profil responden pegawai
KPP Pratama Salatiga berdasarkan jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, dan lama bekerja seperti pada tabel
4.1 berikut.
35
Tabel 4.1
Deskripsi Responden
Keterangan
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Jumlah
Persentase
33
30
52,4
47,6
Usia
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
> 50 tahun
18
22
17
6
28,6
34,9
27,0
9,5
Tingkat Pendidikan
SMA
Diploma
S1
S2
S3
6
20
29
8
0
9,5
31,7
46,1
12,7
0
13
50
20,6
79,4
Lama Bekerja
1-5 tahun
> 5 tahun
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa KPP Pratama Salatiga memiliki proporsi pegawai
pria dan wanita yang hampir sama. Sedangkan jika dilihat
dari segi usia hanya terdapat enam responden (9,5%) yang
berusia lebih dari 50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas pegawai pajak masih dalam kategori usia
produktif. Pada tingkat pendidikan, proporsi terbesar
yaitu pegawai dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 46%
dan
hanya
enam
pegawai
36
(9,5%)
dengan
tingkat
pendidikan SMA, sehingga dapat diartikan bahwa para
pegawai pajak memiliki pendidikan yang baik karena DJP
ingin terus meningkatkan kualitas SDM sehingga banyak
disediakan
fasilitas
bagi
para
pegawai
yang
ingin
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Selanjutnya, mayoritas dari responden memiliki masa
kerja lebih dari lima tahun, hal ini mengindikasikan
bahwa para pegawai telah memiliki pengalaman yang
cukup dibidangnya.
4.1.3 Deskripsi Jawaban Responden
Analisis
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan
gambaran atau deskripsi dari data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini. Jenis statistik deskriptif yang
digunakan yaitu distribusi frekuensi untuk menentukan
nilai rata-rata dari setiap variabel dengan perhitungan:
Nilai terbesar
Nilai terkecil
Range =
Jumlah kelas
5
1
=
5
= 0,80
37
Penilaian diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Penilaian Analisis Deskriptif
Rata-rata
Kategori
1,00
1,79
Sangat rendah
1,80
2,59
Rendah
2,60
3,39
Sedang
3,40
4,19
Tinggi
4,20
5,00
Sangat tinggi
Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan
statistik deskriptif dengan jumlah responden 63 dimana
masing-masing variabel tersebut adalah techno-overload,
techno-invasion,
techno-complexity,
techno-insecurity,
techno-uncertainty, dukungan organisasi, dan kinerja.
Berikut statistik deskriptif dari variabel-variabel yang
telah diuji.
Tabel 4.3
Deskripsi Variabel Techno-overload
Pernyataan
1. Hadirnya sistem
komputerisasi
meningkatkan beban
pekerjaan saya
2. Memasukkan data ke
dalam sistem komputer
lebih banyak menyita
waktu.
3. Hadirnya sistem
komputerisasi membuat
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
Ratarata
3
10
6
29
15
2,32
0
10
6
37
10
2,25
4
20
14
20
5
2,97
38
saya harus bekerja lebih
cepat dalam waktu yang
terbatas.
Rata-rata variabel
2,51
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-overload memiliki rata-rata variabel 2,51
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan ketiga dengan nilai rata-rata
sebesar
2,97
yang
menunjukkan
bahwa
responden
menilai indikator ketiga menjadi faktor utama penyebab
terjadinya techo-overload.
Tabel 4.4
Deskripsi Variabel Techno-invasion
Pernyataan
1. Saya merasa terhubung
dengan pekerjaan meskipun
berada di luar jam kantor.
2. Saya merasa terhubung
dengan pekerjaan meskipun
pada hari libur.
3. Saya merasa terhubung
dengan pekerjaan sehingga
mengganggu waktu pribadi
saya.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
0
6
17
32
8
2,33
0
3
22
32
6
2,35
1
6
15
35
6
2,38
Rata-rata variabel
RataRata
2,35
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-invasion memiliki rata-rata variabel 2,35
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan ketiga dengan nilai rata-rata
39
sebesar 2,38 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
faktor
utama
penyebab
terjadinya techo-invasion.
Tabel 4.5
Deskripsi Variabel Techno-complexity
Pernyataan
1. Sistem elektronik/
teknologi komputerisasi
yang harus digunakan sulit
dan rumit sehingga sering
membingungkan.
2. Banyak istilah yang saya
tidak mengerti dalam
penggunaan sistem
elektronik/ aplikasi
pekerjaan.
3. Saya membutuhkan waktu
lama untuk mempelajari
teknologi/ sistem baru.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
1
9
12
33
8
2,40
2
4
16
33
8
2,35
3
4
13
37
6
2,38
Rata-rata variabel
RataRata
2,37
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-complexity memiliki rata-rata variabel 2,37
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan pertama dengan nilai rata-rata
sebesar 2,40 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
terjadinya techo-complexity.
40
faktor
utama
penyebab
Tabel 4.6
Deskripsi Variabel Techno-insecurity
Pernyataan
1. Saya harus terus mengupdate kemampuan
teknologi saya karena takut
jika digantikan oleh rekan
kerja yang lain.
2. Saya merasa kurangnya
berbagi pengetahuan antar
rekan kerja karena takut jika
rekan lain lebih menguasai
teknologi baru.
3. Saya merasa cemas dengan
hadirnya pegawai baru yang
lebih menguasai teknologi.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
5
10
16
29
3
2,76
1
2
10
44
6
2,17
2
2
2
46
11
2,02
Rata-rata variabel
2,32
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-insecurity memiliki rata-rata variabel 2,32
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan pertama dengan nilai rata-rata
sebesar 2,76 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
terjadinya techo-insecurity.
41
faktor
utama
penyebab
Tabel 4.7
Deskripsi Variabel Techno-uncertainty
Pernyataan
1. Sering adanya
perkembangan baru dalam
sistem/aplikasi yang harus
saya gunakan di kantor
sehingga membingungkan.
2. Sering adanya upgrade
dalam jaringan komputer
sehingga menghambat
pekerjaan saya.
3. Seringnya pergantian
aplikasi tanpa adanya
pelatihan membuat saya
merasa kesulitan.
4. Adanya penggantian
hardware seperti perangkat
komputer baru tanpa adanya
pelatihan membuat saya
merasa kesulitan.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
1
13
16
29
4
2,65
1
10
10
35
7
2,41
5
16
13
27
2
2,92
2
8
16
31
6
2,51
Rata-rata variabel
2,62
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-uncertainty memiliki rata-rata variabel
2,62 sehingga dikategorikan sedang. Rata-rata tertinggi
terdapat pada pernyataan ketiga dengan nilai rata-rata
sebesar 2,92 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
terjadinya techo-uncertainty.
42
faktor
utama
penyebab
Tabel 4.8
Deskripsi Variabel Dukungan Organisasi
Pernyataan
1. Instansi tempat saya
bekerja
memberikan
pelatihan
sebelum
menerapkan
sistem/
aplikasi baru.
2. Pelatihan memudahkan
saya
mempelajari
sistem/ aplikasi baru.
3. Instansi tempat saya
bekerja
menyediakan
peralatan
seperti
perangkat komputer dan
fasilitas
lain
yang
memadai dan mudah
digunakan (user friendly)
4. Fasilitas yang memadai
membuat
saya
lebih
nyaman bekerja.
5. Instansi tempat saya
bekerja
menyediakan
tim khusus IT (Operator
Consule) yang akan siap
membantu jika terjadi
masalah.
6. Kehadiran tim khusus
IT (Operator Consule)
membantu saya dalam
menyelesaikan masalah
dan meringankan beban
pekerjaan.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
7
35
15
5
1
3,67
14
44
5
0
0
4,14
13
39
10
1
0
4,02
17
41
5
0
0
4,19
18
39
5
2
0
4,17
21
36
4
2
0
4,21
Rata-rata variabel
4,07
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa deskriptif
variable dukungan organisasi memiliki rata-rata variabel
4,07 sehingga dikategorikan tinggi. Rata-rata tertinggi
43
terdapat pada pernyataan keenam dengan nilai rata-rata
sebesar 4,21 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
faktor
utama
variabel
dukungan organisasi.
Tabel 4.9
Deskripsi Variabel Kinerja
Pernyataan
1. Penggunaan teknologi
komputerisasi akan
menambah fleksibilitas
dalam pelaksanaan
tugas.
2. Saya dapat mengetahui
dengan mudah data
yang dibutuhkan dari
data base yang
tersedia.
3. Hadirnya sistem
komputerisasi akan
menambah jenis
pekerjaan yang dapat
saya lakukan.
4. Hadirnya sistem
komputerisasi
membantu saya
mencapai hasil yang
diharapkan.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
18
38
4
3
0
4,13
19
40
2
2
0
4,21
12
45
3
1
2
4,02
13
42
6
2
0
4,05
Rata-rata variabel
4,10
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa deskriptif
variable kinerja memiliki rata-rata variabel 4,10 sehingga
dikategorikan tinggi. Rata-rata tertinggi terdapat pada
pernyataan kedua dengan nilai rata-rata sebesar 4,21
44
yang berarti responden menilai bahwa indikator tersebut
menjadi faktor utama variabel kinerja.
4.2
Uji Kualitas Data
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
Product Momen Pearson Correlation. Berdasarkan uji
validitas yang telah dilakukan dari kedelapan variabel
menunjukkan pearson correlation di atas 0,30 sehingga
seluruh variabel dinyatakan valid.
Tabel 4.10
Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen
Pearson
Variabel
Item
Hasil Uji
Correlation
P1
0,783
Valid
P2
0,764
Valid
Techno-overload
P3
0,733
Valid
P4
0,847
Valid
P5
0,840
Valid
Techno-invasion
P6
0,770
Valid
P7
0,902
Valid
TechnoP8
0,879
Valid
complexity
P9
0,805
Valid
P10
0,845
Valid
TechnoP11
0,807
Valid
insecurity
P12
0,785
Valid
P13
0,761
Valid
TechnoP14
0,778
Valid
uncertainty
P15
0,877
Valid
45
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
Dukungan
Organisasi
Kinerja
0,875
0,727
0,704
0,764
0,753
0,758
0,762
0,821
0,812
0,783
0,878
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer diolah, 2015
4.2.2 Uji Reliabilitas
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Jumlah
Variabel
Alpha
Hasil Uji
Item
Techno-overload
3
0,626
Reliable
Techno-invasion
3
0,748
Reliable
Techno-complexity
3
0,828
Reliable
Techno-insecurity
3
0,727
Reliable
Techno-uncertainty
4
0,842
Reliable
Dukungan Organisasi
6
0,831
Reliable
Kinerja
4
0,837
Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2015
Perhitungan
dilakukan
dengan
reliabilitas
dalam
menggunakan
penelitian
teknik
ini
analisis
Cronbach s Alpha. Berdasarkan perhitungan diperoleh
seluruh hasil reliabilitas item diatas 0,60 sehingga
instrument penelitian ini dapat dikatakan reliable.
46
4.3
Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak.
Dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirov.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
63
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
0E-7
Std. Deviation
2.10283971
Absolute
.141
Positive
.123
Negative
-.141
Kolmogorov-Smirnov Z
1.121
Asymp. Sig. (2-tailed)
.162
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data residual
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,121 dengan
tingkat
signifikansi
0,162.
Dikarenakan
tingkat
signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data
residual terdistribusi secara normal.
47
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.13
Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Techno-overload
0,731
1,367
Techno-invasion
0,258
3,880
Techno-complexity
0,201
4,973
Techno-insecurity
0,919
1,088
Techno-uncertainty
0,532
1,881
Dukungan Organisasi
0,724
1,381
Sumber: Data primer diolah, 2015
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua nilai
tolerance untuk masing-masing variabel bebas > 0,10
yang artinya tidak terjadi multikolinearitas terhadap data
yang diuji. Selain itu, dari hasil pengujian dapat dilihat
bahwa nilai VIF untuk setiap variabel bebas < 10. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan
dalam
model
regresi
multikolinearitas
yang
penelitian
berarti
ini
dapat
bebas
dari
dipercaya
dan
objektif.
4.3.3 Uji Heterokedastisitas
Pengujian
heterokedastisitas
dilakukan
untuk
menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk
setiap pengamatan. Penelitian ini menggunakan cara
korelasi
Glejser
dengan
48
hasil
pengujian
yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari setiap variabel
bebas > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi
dalam
penelitian
ini
tidak
terjadi
heterokedastisitas.
Tabel 4.14
Ringkasan Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel
Sig.
Techno-overload
0,968
Techno-invasion
0,601
Techno-complexity
0,888
Techno-insecurity
0,068
Techno-uncertainty
0,464
Dukungan Organisasi
0,286
Sumber: Data primer diolah, 2015
4.4
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui
signifikan
atau
tidaknya
pengaruh
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen sesuai dengan
yang telah dihipotesiskan. Pengambilan keputusan dalam
penelitian ini akan menggunakan taraf signifikansi 10%
yang berarti bahwa tingkat kepercayaan atau resiko
kesalahan dalam penelitian ini sebesar 90% (Azwar,
2005).
Berdasarkan
hasil
pengujian
sebagai berikut:
49
diperoleh
hasil
Tabel 4.15
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficients
a
Model
(Constant)
technooverload
technoinvasion
1
technocomplexity
technoinsecurity
technouncertainty
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
31.365
1.829
-.298
.110
.144
Beta
t
Sig.
17.144
.000
-.346
-2.709
.009
.319
.097
.451
.654
-.178
.297
-.145
-.600
.551
-.037
.159
-.026
-.233
.816
-.237
.137
-.260
-1.734
.088
a. Dependent Variable: kinerja
Uji Hipotesis 1
Pengujian hipotesis pertama (H1) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-overload terhadap
kinerja. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung -2,709
dan nilai signifikansi 0,009 < 0,10 yang berarti hipotesis
pertama (H1) diterima. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi faktor techno-overload maka kinerja pegawai akan
semakin menurun.
50
Uji Hipotesis 2
Pengujian hipotesis kedua (H2) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-invasion terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung
0,451 dan nilai signifikansi 0,654 > 0,10 yang berarti
hipotesis kedua (H2) ditolak. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda positif yang mengindikasikan bahwa
semakin
tinggi
faktor
techno-invasion
maka
kinerja
pegawai akan semakin meningkat.
Uji Hipotesis 3
Pengujian hipotesis ketiga (H3) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-complexity terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung 0,600 dan nilai signifikansi 0,551 > 0,10 yang berarti
hipotesis ketiga (H3) ditolak. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa
semakin tinggi faktor techno-complexity maka kinerja
pegawai akan semakin menurun.
Uji Hipotesis 4
Pengujian hipotesis keempat (H4) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-insecurity terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung 0,233 dan nilai signifikansi 0,816 > 0,10 yang berarti
51
hipotesis keempat (H4) ditolak. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa
semakin tinggi faktor techno-insecurity maka kinerja
pegawai akan semakin menurun.
Uji Hipotesis 5
Pengujian hipotesis kelima (H5) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-uncertainty terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung 1,734 dan nilai signifikansi 0,088 < 0,10 yang berarti
hipotesis kelima (H5) diterima. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa
semakin tinggi faktor techno-uncertainty maka kinerja
pegawai akan semakin menurun.
Uji Hipotesis 6
Pengujian
hipotesis
mengetahui
apakah
berpengaruh
untuk
keenam
faktor
dilakukan
dukungan
meminimalisir
untuk
organisasi
dampak
faktor
penyebab technostress terhadap kinerja pegawai. Hasil
pengujian
pengujian
variabel
moderasi
Moderated
dengan
Regression
ditunjukkan dalam tabel 4.16.
52
menggunakan
Analysis
(MRA)
Tabel 4.16
Ringkasan Hasil Uji Variabel Moderasi
Variabel
Moderat1
t
0,508
Sig.
0,614
Moderat2
3,516
0,001
Moderat3
2,260
0,028
Moderat4
-0,078
0,938
Moderat5
1,322
0,191
Sumber: Data primer diolah, 2015
Uji Hipotesis 6.1
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-overload
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 0,614
dengan nilai signifikansi 0,614. Dikarenakan nilai Sig.
0,614 > 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.1) ditolak. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-overload akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.2
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-invasion
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 3,516
53
dengan nilai signifikansi 0,001. Dikarenakan nilai Sig.
0,001 < 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.2) diterima. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-invasion akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.3
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-complexity
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 2,260
dengan nilai signifikansi 0,028. Dikarenakan nilai Sig.
0,028 < 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.3) diterima. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-complexity akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.4
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-insecurity
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar -0,078
dengan nilai signifikansi 0,938. Dikarenakan nilai Sig.
0,938 > 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.4) ditolak. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa semakin
54
tinggi dukungan organisasi maka techno-complexity akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.5
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-uncertainty
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 1,322
dengan nilai signifikansi 0,191. Dikarenakan nilai Sig.
0,191 > 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.5) ditolak. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-complexity akan
semakin menurun.
4.5
Pembahasan
Pada hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
faktor techno-overload
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ini diterima dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 (p <
0,10). Hal ini menunjukkan bahwa faktor techno-overload
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai,
sehingga semakin tinggi tingkat techno-overload maka
kinerja pegawai akan semakin menurun. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Suharti dan Susanto (2014);
Okebaram dan Moses (2013) dan Ayyagari (2012) yang
55
menyebutkan
bahwa
terjadinya
overload
pekerjaan
sebagai akibat penggunaan sistem informasi dan teknologi
komputerisasi
meningkatkan
beban
kerja
pegawai
sehingga menurunkan kinerja.
Overload pekerjaan juga terjadi pada pegawai pajak
khususnya pada waktu-waktu tertentu seperti pada masa
pelaporan SPT tahunan. Hal ini ditunjukkan dengan
cukup
tingginya
indikator
jawab
pernyataan
responden
ketiga
bahwa
yang
menyetujui
hadirnya
sistem
komputerisasi membuat para pegawai harus bekerja lebih
cepat dalam waktu yang terbatas. Oleh sebab itu pada
masa SPT tahunan para pegawai harus bekerja lembur
yang berarti bahwa para pegawai harus semakin lama
menggunakan perangkat komputer. Ketika para pegawai
harus menggunakan peralatan komputer dalam waktu
lama dampak fisik yang sering dirasa para pegawai
sebagaimana hasil penelitian Dyer dan Moris (1990);
Harper (2000) bahwa dampak fisik dari technostress yaitu
terjadinya berbagai gangguan kesehatan seperti mata
kemerahan, pandangan kabur, mudah merasa lelah dan
ngantuk, terasa sakit dibeberapa bagian tubuh seperti
leher, bahu, pinggang dan pergelangan tangan.
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa faktor
techno-invasion berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini ditolak.
dengan nilai signifikansi sebesar 0,654 (p > 0,10) yang
56
berarti bahwa faktor techno-invasion tidak berpengaruh
terhadap kinerja pegawai. Selain nilai signifikansi, nilai
rata-rata dari ketiga indikator pada variabel technoinvasion juga berada pada kategori rendah dengan
komposisi jawaban responden terbanyak yaitu jawaban
tidak setuju sehingga dapat dikatakan bahwa technoinvasion tidak terjadi pada pegawai KPP Pratama Salatiga.
Berdasarkan penuturan dari responden, technoinvasion tidak terjadi pada pegawai pajak dikarenakan
para pegawai memiliki jam kerja yang pasti sehingga
pekerjaan kantor hanya diselesaikan pada jam kerja.
Namun, memang ada beberapa seksi yang harus selalu
terkoneksi dengan media komunikasi karena pada bagian
tersebut para pegawai harus selalu siap untuk menjawab
pertanyaan maupun menanggapi keluhan dari para wajib
pajak baik melalui email, sms, telepon bahkan melalui
jejaring sosial. Akan tetapi
teror
teknologi tersebut
hanya dialami pada waktu tertentu sehingga hal tersebut
tidak sampai mengganggu waktu pribadi para pegawai.
Sehingga hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Ayyagari
(2011)
yang
menyatakan
bahwa
kemajuan
teknologi memaksa para pegawai untuk selalu terhubung
dengan organisasi dimana mereka harus selalu megikuti
perkembangan organisasi dan pekerjaan kapanpun dan
dimanapun melalui media komunikasi yang mereka
miliki.
57
Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa faktor
techno-complexity berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini ditolak.
Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,551 (p > 0,10). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadinya kompleksitas teknologi yang dialami oleh
pegawai pajak sehingga tidak berpengaruh terhadap
kinerja pegawai. Variabel techno-complexity juga memiliki
nilai rata-rata variabel yang rendah karena berdasarkan
hasil analisa statistik deskriptif dapat dilihat mayoritas
pegawai menjawab tidak setuju pada ketiga indikator.
Hal ini terjadi karena menurut pemaparan beberapa
pegawai,
dalam mengerjakan pekerjaan
ada banyak
aplikasi yang harus digunakan, namun aplikasi-aplikasi
tersebut disajikan dalam bahasa dan langkah-langkah
yang cukup mudah dipahami. Jika terjadi kesulitan
karena adanya aplikasi yang belum dipahami para
pegawai biasanya saling bertanya terhadap rekan dalam
satu bagian atau bisa meminta bagian khusus IT. Namun,
hal ini juga menimbulkan masalah bagi beberapa pihak
yang merasa terganggu dengan keluhan, pertanyaan atau
permintaan
bantuan
rekan
lain
terlebih
jika
load
pekerjaan sedang tinggi.
Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa faktor
techno-insecurity berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini ditolak.
58
Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,816 (p > 0,10) sehingga dapat dikatakan bahwa faktor
techno-insecurity
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
pegawai. Dari ketiga indikator variabel techno-insecurity
mayoritas
responden
mengindikasikan
menjawab
bahwa
tidak
hadirnya
setuju
yang
teknologi
tidak
memberikan dampak negatif terhadap pekerjaan dan karir
mereka pada masa mendatang. Namun, indikator pertama
memiliki
rata-rata
tertinggi
menunjukkan
bahwa
para
meningkatkan
kemampuan
dimana
indikator
pegawai
harus
teknologi
mereka
ini
terus
karena
takut jika digantikan oleh rekan kerja lain yang lebih
menguasasi teknologi sehingga pegawai harus terus meng
upgrade pengetahuan mereka tentang teknologi atau
aplikasi baru.
Berasarkan
hadirnya
TIK
pemaparan
justru
bagian
memberikan
kepegawaian,
kemudahan
bagi
pegawai untuk mengerjakan pekerjaanya karena para
pegawai
dapat
mengakses
data
yang
dibutuhkan
kapanpun dan dimanapun. Hadirnya TIK juga tidak
membuat risau para pegawai jika suatu saat pekerjaan
mereka tergantikan oleh teknologi yang semakin canggih
karena sebagian besar pegawai pajak merupakan PNS
sehingga karir mereka akan tetap terjamin sampai masa
purna tugas. Hal lain juga ditunjukkan oleh DJP yang
sampai saat ini masih mengalami kekurangan pegawai
59
sehingga
hadirnya
teknologi
bukan
menjadi
suatu
ancaman bagi para pegawai.
Hipotesis kelima yaitu faktor techno-uncertainty
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai,
dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini diterima
dengan nilai signifikansi sebesar 0,088 (p < 0,10). Jika
dilihat dari jawaban responden, indikator ke tiga memiliki
nilai
rata-rata
tertinggi
yang
mengindikasi
bahwa
pelatihan diperlukan sebelum organisasi menerapkan
aplikasi baru. Berdasarkan kondisi dilapangan, banyak
pegawai yang mengeluhkan terlalu banyaknya aplikasi
yang harus digunakan dan juga terlalu seringnya update
software
sehingga
Kurangnya
terhadap
seringkali
pembekalan
pegawai
atau
sebelum
menggangu
pekerjaan.
pemberian
pelatihan
mengimplementasikan
teknologi baru juga sering kali menimbulkan masalah
karena menyebabkan terlalu seringnya update patch.
Selain itu seringnya mutasi internal atau rolling
antar seksi yang menyebabkan pegawai harus cepat
beradaptasi dan mempelajari aplikasi baru dimana setiap
bagian memiliki SOP yang berbeda sehingga tingkat
serbuan teknologi yang dirasakan pegawai pada setiap
bagian
juga
tidak
sama.
Terdapat
seksi
yang
berhubungan erat dengan teknologi dimana perubahan
teknologi sangat dinamis, misalnya Seksi Pelayanan,
60
namun juga terdapat Seksi yang perubahan teknologinya
statis, misalnya Seksi Pemeriksaan.
Hipotesis yang terakhir yaitu dukungan organisasi
sebagai
variabel
moderasi
antara
faktor
penyebab
technostress dan kinerja pegawai. Berdasarkan data
jawaban
responden
memiliki
nilai
dukungan
pegawai
variabel
rata-rata
organisasi
dalam
dukungan
tinggi
yang
diperlukan
mengatasi
berarti
untuk
masalah
organisasi
bahwa
membantu
teknis
yang
berhubungan dengan teknologi. Pada H6.1, H6.4, dan
H6.5 berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut
ditolak. Hal ini terjadi karena faktor techno-overload lebih
disebabkan karena terjadinya peningkatan beban kerja
sehingga pegawai harus dapat bekerja lebih cepat,
sedangkan dalam hal ini pihak organisasi telah berupaya
menyediakan fasilitas teknologi yang baik dan menunjang
pekerjaan.
Pada faktor techno-insecurity dukungan organisasi
tidak signifikan karena pegawai pajak tidak mengalami
terjadinya techno-insecurity. Lain halnya dengan faktor techno-uncertainty,
variabel
ini
secara
signifikan
berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai. Namun,
dukungan organisasi menjadi tidak signifikan untuk
meminimalisir
dampak
techno-uncertainty
terhadap
kinerja pegawai karena berdasarkan statistik deskriptif
pada indikator kedua dan ketiga mayoritas responden
61
menyatakan tidak setuju dengan seringnya upgrade
software dan hardware menjadi suatu kendala dalam
mengerjakan pekerjaan. Pada H6.2 dan H6.3 dukungan
organisasi mampu meminimalisir dampak techno-invasion
dan techno-complexity terhadap kinerja pegawai sehingga
pemberian pelatihan, penyediaan fasilitas yang memadai
dan mudah digunakan, menyediakan tim khusus IT
sangat
dibutuhkan
pegawai
kinerja
62
untuk
memaksimalkan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Deskriptif
4.1.1 Deskripsi Tingkat Pengembalian Kuesioner
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Salatiga. Pegawai
yang bekerja di KPP Pratama Salatiga berjumlah 75 orang
yang terbagi dalam beberapa seksi meliputi sub bagian
umum, seksi pengolahan data dan informasi, seksi
pelayanan, seksi penagihan, seksi ekstensifikasi, seksi
pemeriksaan dan kepatuhan internal, seksi pengawas dan
konsultasi, dan fungsional pemeriksa. Seluruh pegawai
KPP Pratama Salatiga menggunakan teknologi informasi
sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Setiap
pegawai memiliki login dan password yang hanya dapat
digunakan untuk membuka bagian pekerjaan mereka,
seperti pegawai bagian pelayanan hanya dapat membuka
menu pelayanan.
Kuesioner dalam penelitian ini menjelaskan tentang
pengaruh dalam penggunaan teknologi informasi terhadap
pegawai. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai
dengan menyerahkan surat izin penelitian dari PPs MM
UKSW pada tanggal 28 April 2015 kepada kepala kantor
34
KPP Pratama Salatiga. Setelah mendapat persetujuan
kemudian mengirimkan berkas yang berisi surat izin
penelitian dari PPs MM UKSW tertanggal 6 Mei 2015,
surat pernyataan, proposal tesis, dan kuesioner kepada
Direktur P2 Humas Kantor Pusat DJP yang berlokasi di
Jakarta. Pada tanggal 22 Mei 2015 setelah mendapat
surat keputusan dari Direktorat Penyuluhan, Pelayanan
dan Hubungan Masyarakat Kantor Pusat DJP yang
berupa izin untuk melakukan penelitian di KPP Pratama
Salatiga maka pada tanggal 29 Mei 2015 kuesioner
dititipkan kepada kepala subbag umum sebanyak 75
kuesioner dan diambil kembali pada tanggal 5 Juni 2015
pada subbag umum dengan jumlah kuesioner yang
kembali sebanyak 63 kuesioner.
4.1.2 Deskripsi Responden
Berdasarkan
data
kuesioner
yang
telah
dikumpulkan maka dapat dilihat profil responden pegawai
KPP Pratama Salatiga berdasarkan jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, dan lama bekerja seperti pada tabel
4.1 berikut.
35
Tabel 4.1
Deskripsi Responden
Keterangan
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Jumlah
Persentase
33
30
52,4
47,6
Usia
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
> 50 tahun
18
22
17
6
28,6
34,9
27,0
9,5
Tingkat Pendidikan
SMA
Diploma
S1
S2
S3
6
20
29
8
0
9,5
31,7
46,1
12,7
0
13
50
20,6
79,4
Lama Bekerja
1-5 tahun
> 5 tahun
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa KPP Pratama Salatiga memiliki proporsi pegawai
pria dan wanita yang hampir sama. Sedangkan jika dilihat
dari segi usia hanya terdapat enam responden (9,5%) yang
berusia lebih dari 50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas pegawai pajak masih dalam kategori usia
produktif. Pada tingkat pendidikan, proporsi terbesar
yaitu pegawai dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 46%
dan
hanya
enam
pegawai
36
(9,5%)
dengan
tingkat
pendidikan SMA, sehingga dapat diartikan bahwa para
pegawai pajak memiliki pendidikan yang baik karena DJP
ingin terus meningkatkan kualitas SDM sehingga banyak
disediakan
fasilitas
bagi
para
pegawai
yang
ingin
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Selanjutnya, mayoritas dari responden memiliki masa
kerja lebih dari lima tahun, hal ini mengindikasikan
bahwa para pegawai telah memiliki pengalaman yang
cukup dibidangnya.
4.1.3 Deskripsi Jawaban Responden
Analisis
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan
gambaran atau deskripsi dari data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini. Jenis statistik deskriptif yang
digunakan yaitu distribusi frekuensi untuk menentukan
nilai rata-rata dari setiap variabel dengan perhitungan:
Nilai terbesar
Nilai terkecil
Range =
Jumlah kelas
5
1
=
5
= 0,80
37
Penilaian diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Penilaian Analisis Deskriptif
Rata-rata
Kategori
1,00
1,79
Sangat rendah
1,80
2,59
Rendah
2,60
3,39
Sedang
3,40
4,19
Tinggi
4,20
5,00
Sangat tinggi
Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan
statistik deskriptif dengan jumlah responden 63 dimana
masing-masing variabel tersebut adalah techno-overload,
techno-invasion,
techno-complexity,
techno-insecurity,
techno-uncertainty, dukungan organisasi, dan kinerja.
Berikut statistik deskriptif dari variabel-variabel yang
telah diuji.
Tabel 4.3
Deskripsi Variabel Techno-overload
Pernyataan
1. Hadirnya sistem
komputerisasi
meningkatkan beban
pekerjaan saya
2. Memasukkan data ke
dalam sistem komputer
lebih banyak menyita
waktu.
3. Hadirnya sistem
komputerisasi membuat
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
Ratarata
3
10
6
29
15
2,32
0
10
6
37
10
2,25
4
20
14
20
5
2,97
38
saya harus bekerja lebih
cepat dalam waktu yang
terbatas.
Rata-rata variabel
2,51
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-overload memiliki rata-rata variabel 2,51
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan ketiga dengan nilai rata-rata
sebesar
2,97
yang
menunjukkan
bahwa
responden
menilai indikator ketiga menjadi faktor utama penyebab
terjadinya techo-overload.
Tabel 4.4
Deskripsi Variabel Techno-invasion
Pernyataan
1. Saya merasa terhubung
dengan pekerjaan meskipun
berada di luar jam kantor.
2. Saya merasa terhubung
dengan pekerjaan meskipun
pada hari libur.
3. Saya merasa terhubung
dengan pekerjaan sehingga
mengganggu waktu pribadi
saya.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
0
6
17
32
8
2,33
0
3
22
32
6
2,35
1
6
15
35
6
2,38
Rata-rata variabel
RataRata
2,35
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-invasion memiliki rata-rata variabel 2,35
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan ketiga dengan nilai rata-rata
39
sebesar 2,38 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
faktor
utama
penyebab
terjadinya techo-invasion.
Tabel 4.5
Deskripsi Variabel Techno-complexity
Pernyataan
1. Sistem elektronik/
teknologi komputerisasi
yang harus digunakan sulit
dan rumit sehingga sering
membingungkan.
2. Banyak istilah yang saya
tidak mengerti dalam
penggunaan sistem
elektronik/ aplikasi
pekerjaan.
3. Saya membutuhkan waktu
lama untuk mempelajari
teknologi/ sistem baru.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
1
9
12
33
8
2,40
2
4
16
33
8
2,35
3
4
13
37
6
2,38
Rata-rata variabel
RataRata
2,37
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-complexity memiliki rata-rata variabel 2,37
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan pertama dengan nilai rata-rata
sebesar 2,40 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
terjadinya techo-complexity.
40
faktor
utama
penyebab
Tabel 4.6
Deskripsi Variabel Techno-insecurity
Pernyataan
1. Saya harus terus mengupdate kemampuan
teknologi saya karena takut
jika digantikan oleh rekan
kerja yang lain.
2. Saya merasa kurangnya
berbagi pengetahuan antar
rekan kerja karena takut jika
rekan lain lebih menguasai
teknologi baru.
3. Saya merasa cemas dengan
hadirnya pegawai baru yang
lebih menguasai teknologi.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
5
10
16
29
3
2,76
1
2
10
44
6
2,17
2
2
2
46
11
2,02
Rata-rata variabel
2,32
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-insecurity memiliki rata-rata variabel 2,32
sehingga
dikategorikan
rendah.
Rata-rata
tertinggi
terdapat pada pernyataan pertama dengan nilai rata-rata
sebesar 2,76 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
terjadinya techo-insecurity.
41
faktor
utama
penyebab
Tabel 4.7
Deskripsi Variabel Techno-uncertainty
Pernyataan
1. Sering adanya
perkembangan baru dalam
sistem/aplikasi yang harus
saya gunakan di kantor
sehingga membingungkan.
2. Sering adanya upgrade
dalam jaringan komputer
sehingga menghambat
pekerjaan saya.
3. Seringnya pergantian
aplikasi tanpa adanya
pelatihan membuat saya
merasa kesulitan.
4. Adanya penggantian
hardware seperti perangkat
komputer baru tanpa adanya
pelatihan membuat saya
merasa kesulitan.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
1
13
16
29
4
2,65
1
10
10
35
7
2,41
5
16
13
27
2
2,92
2
8
16
31
6
2,51
Rata-rata variabel
2,62
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa deskriptif
variable techno-uncertainty memiliki rata-rata variabel
2,62 sehingga dikategorikan sedang. Rata-rata tertinggi
terdapat pada pernyataan ketiga dengan nilai rata-rata
sebesar 2,92 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
terjadinya techo-uncertainty.
42
faktor
utama
penyebab
Tabel 4.8
Deskripsi Variabel Dukungan Organisasi
Pernyataan
1. Instansi tempat saya
bekerja
memberikan
pelatihan
sebelum
menerapkan
sistem/
aplikasi baru.
2. Pelatihan memudahkan
saya
mempelajari
sistem/ aplikasi baru.
3. Instansi tempat saya
bekerja
menyediakan
peralatan
seperti
perangkat komputer dan
fasilitas
lain
yang
memadai dan mudah
digunakan (user friendly)
4. Fasilitas yang memadai
membuat
saya
lebih
nyaman bekerja.
5. Instansi tempat saya
bekerja
menyediakan
tim khusus IT (Operator
Consule) yang akan siap
membantu jika terjadi
masalah.
6. Kehadiran tim khusus
IT (Operator Consule)
membantu saya dalam
menyelesaikan masalah
dan meringankan beban
pekerjaan.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
7
35
15
5
1
3,67
14
44
5
0
0
4,14
13
39
10
1
0
4,02
17
41
5
0
0
4,19
18
39
5
2
0
4,17
21
36
4
2
0
4,21
Rata-rata variabel
4,07
Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa deskriptif
variable dukungan organisasi memiliki rata-rata variabel
4,07 sehingga dikategorikan tinggi. Rata-rata tertinggi
43
terdapat pada pernyataan keenam dengan nilai rata-rata
sebesar 4,21 yang berarti responden menilai bahwa
indikator
tersebut
menjadi
faktor
utama
variabel
dukungan organisasi.
Tabel 4.9
Deskripsi Variabel Kinerja
Pernyataan
1. Penggunaan teknologi
komputerisasi akan
menambah fleksibilitas
dalam pelaksanaan
tugas.
2. Saya dapat mengetahui
dengan mudah data
yang dibutuhkan dari
data base yang
tersedia.
3. Hadirnya sistem
komputerisasi akan
menambah jenis
pekerjaan yang dapat
saya lakukan.
4. Hadirnya sistem
komputerisasi
membantu saya
mencapai hasil yang
diharapkan.
SS
(5)
S
(4)
N
(3)
TS
(2)
STS
(1)
RataRata
18
38
4
3
0
4,13
19
40
2
2
0
4,21
12
45
3
1
2
4,02
13
42
6
2
0
4,05
Rata-rata variabel
4,10
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa deskriptif
variable kinerja memiliki rata-rata variabel 4,10 sehingga
dikategorikan tinggi. Rata-rata tertinggi terdapat pada
pernyataan kedua dengan nilai rata-rata sebesar 4,21
44
yang berarti responden menilai bahwa indikator tersebut
menjadi faktor utama variabel kinerja.
4.2
Uji Kualitas Data
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
Product Momen Pearson Correlation. Berdasarkan uji
validitas yang telah dilakukan dari kedelapan variabel
menunjukkan pearson correlation di atas 0,30 sehingga
seluruh variabel dinyatakan valid.
Tabel 4.10
Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen
Pearson
Variabel
Item
Hasil Uji
Correlation
P1
0,783
Valid
P2
0,764
Valid
Techno-overload
P3
0,733
Valid
P4
0,847
Valid
P5
0,840
Valid
Techno-invasion
P6
0,770
Valid
P7
0,902
Valid
TechnoP8
0,879
Valid
complexity
P9
0,805
Valid
P10
0,845
Valid
TechnoP11
0,807
Valid
insecurity
P12
0,785
Valid
P13
0,761
Valid
TechnoP14
0,778
Valid
uncertainty
P15
0,877
Valid
45
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
Dukungan
Organisasi
Kinerja
0,875
0,727
0,704
0,764
0,753
0,758
0,762
0,821
0,812
0,783
0,878
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data primer diolah, 2015
4.2.2 Uji Reliabilitas
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Jumlah
Variabel
Alpha
Hasil Uji
Item
Techno-overload
3
0,626
Reliable
Techno-invasion
3
0,748
Reliable
Techno-complexity
3
0,828
Reliable
Techno-insecurity
3
0,727
Reliable
Techno-uncertainty
4
0,842
Reliable
Dukungan Organisasi
6
0,831
Reliable
Kinerja
4
0,837
Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2015
Perhitungan
dilakukan
dengan
reliabilitas
dalam
menggunakan
penelitian
teknik
ini
analisis
Cronbach s Alpha. Berdasarkan perhitungan diperoleh
seluruh hasil reliabilitas item diatas 0,60 sehingga
instrument penelitian ini dapat dikatakan reliable.
46
4.3
Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak.
Dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirov.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
63
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
0E-7
Std. Deviation
2.10283971
Absolute
.141
Positive
.123
Negative
-.141
Kolmogorov-Smirnov Z
1.121
Asymp. Sig. (2-tailed)
.162
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data residual
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,121 dengan
tingkat
signifikansi
0,162.
Dikarenakan
tingkat
signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data
residual terdistribusi secara normal.
47
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.13
Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Techno-overload
0,731
1,367
Techno-invasion
0,258
3,880
Techno-complexity
0,201
4,973
Techno-insecurity
0,919
1,088
Techno-uncertainty
0,532
1,881
Dukungan Organisasi
0,724
1,381
Sumber: Data primer diolah, 2015
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua nilai
tolerance untuk masing-masing variabel bebas > 0,10
yang artinya tidak terjadi multikolinearitas terhadap data
yang diuji. Selain itu, dari hasil pengujian dapat dilihat
bahwa nilai VIF untuk setiap variabel bebas < 10. Maka
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan
dalam
model
regresi
multikolinearitas
yang
penelitian
berarti
ini
dapat
bebas
dari
dipercaya
dan
objektif.
4.3.3 Uji Heterokedastisitas
Pengujian
heterokedastisitas
dilakukan
untuk
menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk
setiap pengamatan. Penelitian ini menggunakan cara
korelasi
Glejser
dengan
48
hasil
pengujian
yang
menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari setiap variabel
bebas > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi
dalam
penelitian
ini
tidak
terjadi
heterokedastisitas.
Tabel 4.14
Ringkasan Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel
Sig.
Techno-overload
0,968
Techno-invasion
0,601
Techno-complexity
0,888
Techno-insecurity
0,068
Techno-uncertainty
0,464
Dukungan Organisasi
0,286
Sumber: Data primer diolah, 2015
4.4
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui
signifikan
atau
tidaknya
pengaruh
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen sesuai dengan
yang telah dihipotesiskan. Pengambilan keputusan dalam
penelitian ini akan menggunakan taraf signifikansi 10%
yang berarti bahwa tingkat kepercayaan atau resiko
kesalahan dalam penelitian ini sebesar 90% (Azwar,
2005).
Berdasarkan
hasil
pengujian
sebagai berikut:
49
diperoleh
hasil
Tabel 4.15
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficients
a
Model
(Constant)
technooverload
technoinvasion
1
technocomplexity
technoinsecurity
technouncertainty
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
31.365
1.829
-.298
.110
.144
Beta
t
Sig.
17.144
.000
-.346
-2.709
.009
.319
.097
.451
.654
-.178
.297
-.145
-.600
.551
-.037
.159
-.026
-.233
.816
-.237
.137
-.260
-1.734
.088
a. Dependent Variable: kinerja
Uji Hipotesis 1
Pengujian hipotesis pertama (H1) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-overload terhadap
kinerja. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung -2,709
dan nilai signifikansi 0,009 < 0,10 yang berarti hipotesis
pertama (H1) diterima. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi faktor techno-overload maka kinerja pegawai akan
semakin menurun.
50
Uji Hipotesis 2
Pengujian hipotesis kedua (H2) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-invasion terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung
0,451 dan nilai signifikansi 0,654 > 0,10 yang berarti
hipotesis kedua (H2) ditolak. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda positif yang mengindikasikan bahwa
semakin
tinggi
faktor
techno-invasion
maka
kinerja
pegawai akan semakin meningkat.
Uji Hipotesis 3
Pengujian hipotesis ketiga (H3) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-complexity terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung 0,600 dan nilai signifikansi 0,551 > 0,10 yang berarti
hipotesis ketiga (H3) ditolak. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa
semakin tinggi faktor techno-complexity maka kinerja
pegawai akan semakin menurun.
Uji Hipotesis 4
Pengujian hipotesis keempat (H4) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-insecurity terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung 0,233 dan nilai signifikansi 0,816 > 0,10 yang berarti
51
hipotesis keempat (H4) ditolak. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa
semakin tinggi faktor techno-insecurity maka kinerja
pegawai akan semakin menurun.
Uji Hipotesis 5
Pengujian hipotesis kelima (H5) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor techno-uncertainty terhadap
technostress. Dari hasil pengujian diperoleh hasil thitung 1,734 dan nilai signifikansi 0,088 < 0,10 yang berarti
hipotesis kelima (H5) diterima. Pada hipotesis ini nilai
koefisien bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa
semakin tinggi faktor techno-uncertainty maka kinerja
pegawai akan semakin menurun.
Uji Hipotesis 6
Pengujian
hipotesis
mengetahui
apakah
berpengaruh
untuk
keenam
faktor
dilakukan
dukungan
meminimalisir
untuk
organisasi
dampak
faktor
penyebab technostress terhadap kinerja pegawai. Hasil
pengujian
pengujian
variabel
moderasi
Moderated
dengan
Regression
ditunjukkan dalam tabel 4.16.
52
menggunakan
Analysis
(MRA)
Tabel 4.16
Ringkasan Hasil Uji Variabel Moderasi
Variabel
Moderat1
t
0,508
Sig.
0,614
Moderat2
3,516
0,001
Moderat3
2,260
0,028
Moderat4
-0,078
0,938
Moderat5
1,322
0,191
Sumber: Data primer diolah, 2015
Uji Hipotesis 6.1
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-overload
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 0,614
dengan nilai signifikansi 0,614. Dikarenakan nilai Sig.
0,614 > 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.1) ditolak. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-overload akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.2
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-invasion
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 3,516
53
dengan nilai signifikansi 0,001. Dikarenakan nilai Sig.
0,001 < 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.2) diterima. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-invasion akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.3
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-complexity
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 2,260
dengan nilai signifikansi 0,028. Dikarenakan nilai Sig.
0,028 < 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.3) diterima. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-complexity akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.4
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-insecurity
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar -0,078
dengan nilai signifikansi 0,938. Dikarenakan nilai Sig.
0,938 > 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.4) ditolak. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda negatif yang mengindikasikan bahwa semakin
54
tinggi dukungan organisasi maka techno-complexity akan
semakin menurun.
Uji Hipotesis 6.5
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh bahwa nilai
thitung pada variabel moderasi antara techno-uncertainty
dengan dukungan organisasi (moderat) sebesar 1,322
dengan nilai signifikansi 0,191. Dikarenakan nilai Sig.
0,191 > 0,10 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
enam (H6.5) ditolak. Pada hipotesis ini nilai koefisien
bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin
tinggi dukungan organisasi maka techno-complexity akan
semakin menurun.
4.5
Pembahasan
Pada hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
faktor techno-overload
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ini diterima dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 (p <
0,10). Hal ini menunjukkan bahwa faktor techno-overload
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai,
sehingga semakin tinggi tingkat techno-overload maka
kinerja pegawai akan semakin menurun. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Suharti dan Susanto (2014);
Okebaram dan Moses (2013) dan Ayyagari (2012) yang
55
menyebutkan
bahwa
terjadinya
overload
pekerjaan
sebagai akibat penggunaan sistem informasi dan teknologi
komputerisasi
meningkatkan
beban
kerja
pegawai
sehingga menurunkan kinerja.
Overload pekerjaan juga terjadi pada pegawai pajak
khususnya pada waktu-waktu tertentu seperti pada masa
pelaporan SPT tahunan. Hal ini ditunjukkan dengan
cukup
tingginya
indikator
jawab
pernyataan
responden
ketiga
bahwa
yang
menyetujui
hadirnya
sistem
komputerisasi membuat para pegawai harus bekerja lebih
cepat dalam waktu yang terbatas. Oleh sebab itu pada
masa SPT tahunan para pegawai harus bekerja lembur
yang berarti bahwa para pegawai harus semakin lama
menggunakan perangkat komputer. Ketika para pegawai
harus menggunakan peralatan komputer dalam waktu
lama dampak fisik yang sering dirasa para pegawai
sebagaimana hasil penelitian Dyer dan Moris (1990);
Harper (2000) bahwa dampak fisik dari technostress yaitu
terjadinya berbagai gangguan kesehatan seperti mata
kemerahan, pandangan kabur, mudah merasa lelah dan
ngantuk, terasa sakit dibeberapa bagian tubuh seperti
leher, bahu, pinggang dan pergelangan tangan.
Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa faktor
techno-invasion berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini ditolak.
dengan nilai signifikansi sebesar 0,654 (p > 0,10) yang
56
berarti bahwa faktor techno-invasion tidak berpengaruh
terhadap kinerja pegawai. Selain nilai signifikansi, nilai
rata-rata dari ketiga indikator pada variabel technoinvasion juga berada pada kategori rendah dengan
komposisi jawaban responden terbanyak yaitu jawaban
tidak setuju sehingga dapat dikatakan bahwa technoinvasion tidak terjadi pada pegawai KPP Pratama Salatiga.
Berdasarkan penuturan dari responden, technoinvasion tidak terjadi pada pegawai pajak dikarenakan
para pegawai memiliki jam kerja yang pasti sehingga
pekerjaan kantor hanya diselesaikan pada jam kerja.
Namun, memang ada beberapa seksi yang harus selalu
terkoneksi dengan media komunikasi karena pada bagian
tersebut para pegawai harus selalu siap untuk menjawab
pertanyaan maupun menanggapi keluhan dari para wajib
pajak baik melalui email, sms, telepon bahkan melalui
jejaring sosial. Akan tetapi
teror
teknologi tersebut
hanya dialami pada waktu tertentu sehingga hal tersebut
tidak sampai mengganggu waktu pribadi para pegawai.
Sehingga hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian
Ayyagari
(2011)
yang
menyatakan
bahwa
kemajuan
teknologi memaksa para pegawai untuk selalu terhubung
dengan organisasi dimana mereka harus selalu megikuti
perkembangan organisasi dan pekerjaan kapanpun dan
dimanapun melalui media komunikasi yang mereka
miliki.
57
Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa faktor
techno-complexity berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini ditolak.
Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,551 (p > 0,10). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadinya kompleksitas teknologi yang dialami oleh
pegawai pajak sehingga tidak berpengaruh terhadap
kinerja pegawai. Variabel techno-complexity juga memiliki
nilai rata-rata variabel yang rendah karena berdasarkan
hasil analisa statistik deskriptif dapat dilihat mayoritas
pegawai menjawab tidak setuju pada ketiga indikator.
Hal ini terjadi karena menurut pemaparan beberapa
pegawai,
dalam mengerjakan pekerjaan
ada banyak
aplikasi yang harus digunakan, namun aplikasi-aplikasi
tersebut disajikan dalam bahasa dan langkah-langkah
yang cukup mudah dipahami. Jika terjadi kesulitan
karena adanya aplikasi yang belum dipahami para
pegawai biasanya saling bertanya terhadap rekan dalam
satu bagian atau bisa meminta bagian khusus IT. Namun,
hal ini juga menimbulkan masalah bagi beberapa pihak
yang merasa terganggu dengan keluhan, pertanyaan atau
permintaan
bantuan
rekan
lain
terlebih
jika
load
pekerjaan sedang tinggi.
Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa faktor
techno-insecurity berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini ditolak.
58
Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,816 (p > 0,10) sehingga dapat dikatakan bahwa faktor
techno-insecurity
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
pegawai. Dari ketiga indikator variabel techno-insecurity
mayoritas
responden
mengindikasikan
menjawab
bahwa
tidak
hadirnya
setuju
yang
teknologi
tidak
memberikan dampak negatif terhadap pekerjaan dan karir
mereka pada masa mendatang. Namun, indikator pertama
memiliki
rata-rata
tertinggi
menunjukkan
bahwa
para
meningkatkan
kemampuan
dimana
indikator
pegawai
harus
teknologi
mereka
ini
terus
karena
takut jika digantikan oleh rekan kerja lain yang lebih
menguasasi teknologi sehingga pegawai harus terus meng
upgrade pengetahuan mereka tentang teknologi atau
aplikasi baru.
Berasarkan
hadirnya
TIK
pemaparan
justru
bagian
memberikan
kepegawaian,
kemudahan
bagi
pegawai untuk mengerjakan pekerjaanya karena para
pegawai
dapat
mengakses
data
yang
dibutuhkan
kapanpun dan dimanapun. Hadirnya TIK juga tidak
membuat risau para pegawai jika suatu saat pekerjaan
mereka tergantikan oleh teknologi yang semakin canggih
karena sebagian besar pegawai pajak merupakan PNS
sehingga karir mereka akan tetap terjamin sampai masa
purna tugas. Hal lain juga ditunjukkan oleh DJP yang
sampai saat ini masih mengalami kekurangan pegawai
59
sehingga
hadirnya
teknologi
bukan
menjadi
suatu
ancaman bagi para pegawai.
Hipotesis kelima yaitu faktor techno-uncertainty
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai,
dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini diterima
dengan nilai signifikansi sebesar 0,088 (p < 0,10). Jika
dilihat dari jawaban responden, indikator ke tiga memiliki
nilai
rata-rata
tertinggi
yang
mengindikasi
bahwa
pelatihan diperlukan sebelum organisasi menerapkan
aplikasi baru. Berdasarkan kondisi dilapangan, banyak
pegawai yang mengeluhkan terlalu banyaknya aplikasi
yang harus digunakan dan juga terlalu seringnya update
software
sehingga
Kurangnya
terhadap
seringkali
pembekalan
pegawai
atau
sebelum
menggangu
pekerjaan.
pemberian
pelatihan
mengimplementasikan
teknologi baru juga sering kali menimbulkan masalah
karena menyebabkan terlalu seringnya update patch.
Selain itu seringnya mutasi internal atau rolling
antar seksi yang menyebabkan pegawai harus cepat
beradaptasi dan mempelajari aplikasi baru dimana setiap
bagian memiliki SOP yang berbeda sehingga tingkat
serbuan teknologi yang dirasakan pegawai pada setiap
bagian
juga
tidak
sama.
Terdapat
seksi
yang
berhubungan erat dengan teknologi dimana perubahan
teknologi sangat dinamis, misalnya Seksi Pelayanan,
60
namun juga terdapat Seksi yang perubahan teknologinya
statis, misalnya Seksi Pemeriksaan.
Hipotesis yang terakhir yaitu dukungan organisasi
sebagai
variabel
moderasi
antara
faktor
penyebab
technostress dan kinerja pegawai. Berdasarkan data
jawaban
responden
memiliki
nilai
dukungan
pegawai
variabel
rata-rata
organisasi
dalam
dukungan
tinggi
yang
diperlukan
mengatasi
berarti
untuk
masalah
organisasi
bahwa
membantu
teknis
yang
berhubungan dengan teknologi. Pada H6.1, H6.4, dan
H6.5 berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut
ditolak. Hal ini terjadi karena faktor techno-overload lebih
disebabkan karena terjadinya peningkatan beban kerja
sehingga pegawai harus dapat bekerja lebih cepat,
sedangkan dalam hal ini pihak organisasi telah berupaya
menyediakan fasilitas teknologi yang baik dan menunjang
pekerjaan.
Pada faktor techno-insecurity dukungan organisasi
tidak signifikan karena pegawai pajak tidak mengalami
terjadinya techno-insecurity. Lain halnya dengan faktor techno-uncertainty,
variabel
ini
secara
signifikan
berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai. Namun,
dukungan organisasi menjadi tidak signifikan untuk
meminimalisir
dampak
techno-uncertainty
terhadap
kinerja pegawai karena berdasarkan statistik deskriptif
pada indikator kedua dan ketiga mayoritas responden
61
menyatakan tidak setuju dengan seringnya upgrade
software dan hardware menjadi suatu kendala dalam
mengerjakan pekerjaan. Pada H6.2 dan H6.3 dukungan
organisasi mampu meminimalisir dampak techno-invasion
dan techno-complexity terhadap kinerja pegawai sehingga
pemberian pelatihan, penyediaan fasilitas yang memadai
dan mudah digunakan, menyediakan tim khusus IT
sangat
dibutuhkan
pegawai
kinerja
62
untuk
memaksimalkan