PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT docx

PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT

1.

Deskripsi Dinamika Masyarakat Indonesia

Sumber-sumber masalah seperti rendahnya kesadaaran multikultural, penafsiran otonomi daerah
yang masih lemah, kurangnya sikap kreatif dan produktif serta rendahnya kesadaran moral dan
hukum menyebabkan perilaku massa yang sangat mudah menjurus ke arah anarkisme, sifat
kedaerahan, tidak tertib hukum, dan korupsi merajalela.
Di sisi lain, konstruk masa depan yang berbasis Bhimeka Tunggal Ika, sistem sosial yang
mengakar pada masyarakat, ekonomi yang berorientasi terhadap pasar global serta perlunya
moralitas hukum yang dijunjung tinggi mengindikasikan orientasi pembangunan yang
mengutamakan kepentingan yang berimplikasi pada peningkatan sumber daya manusia, aktivitas
ekonomi, serta pengembangan kreativitas, produktivitas, dan hati nurani. Untuk itu, kita
membutuhkan strategi yang tepat untuk menyentuh aspek-aspek struktural dan kultural serta
dinamika perkembangan masyarakat.
Lingkungan nasional masih ditandai dengan dua fenomena seperti masih berlangsungnya krisis
multi dimensional, kuatnya tuntutan reformasi di bidang ekonomi, politik, hukum, sosial budaya,
dan kehidupan beragama. Sehingga pendidikan dituntut untuk membantu krisis yang dialami oleh

negara ini. Untuk itulah karakter bangsa harus dipertahankan dan pendidikan harus mengacu pada
tolok ukur global, sehingga, bangsa Indonesia siap dalam mengantisipasi perannya dalam
menghadapi persaingan global.
GBHN juga melakukan perbaikan sistem pendidikan nasional dengan cara merumuskan
perencanaan misi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk misi jangka
pendek pendidikan nasional adalah penuntasan wajib belajar sembilan tahun, pengembangan
lembaga kependidikan, dan pengembangan iptek. Misi jangka menengah meliputi membangun
sistem, iklim dan proses pendidikan nasional yang demokratis dan memperdulikan mutu.
Sedangkan misi jangka panjang merupakan kelanjutan dari misi jangka menengah yang
menekankan pada pembudayaan yang bukan hanya berupa konservasi budaya, melainkan sebuah
proses yang aktif, kreatif, dan berkelanjutan yang selaras dengan perkembangan lingkungan.

2.

Perkiraan Perkembangan Masyarakat Masa Depan

Istilah “masyarakat Indonesia Baru” digunakan untuk menggambarkan suatu masyarakat
yang dicita-citakan bangsa Indonesia setelah era reformasi. Teori globalisasi menyatakan bahwa
budaya global terjadi karena berbagi perkembangan sosial budaya. Bahkan globalisasi juga bisa


diartikan sebagai kesadaran yang tumbuh pada tingkat global yang terbangun secara
berkelanjutan.
Menurut Sastrapratedja, masyarakat Indonesia baru merupakan suatu visi yang memuat kritik
atas situasi yang ada dan gambaran alternatif mengenai masyarakat tanpa aspek-aspek negatif .
Jadi, visi masyarakat baru yang dicita-citakan itu biasanya muncul pada saat timbul situasi
ketidakpuasan akan situasi yang ada dan dirasakan perlunya perubahan, reformasi, dan revolusi.
Komponen kebutuhan masyarakat Indonesia baru adalah kebutuhan untuk terus menguasai
lingkungannya, kebutuhan komunikasi dan lepas dari berbagai penghambat aktualisasi dirinya.

3.

Alternatif Pemdidikan dalam Kaitannya dengan Perkembangan Masyarakat

Pada dasarnya hubungan antara individu dan dengan masyarakatnya berkisar pada suatu
model atau hubungan antara penguasa, yang dikuasai, cara untuk mencapai tujuan bersama, dan
tujuan itu sendiri. Dalam konsep ini potensi individu harus dikembangkan, tanpa mengembangkan
potensi yang ada penguasa tidak akan dapat menciptakan keadilan yang dicita-citakan.
Manusia dalam berkelompok menginginkan delapan nilai, yaitu: kekuasaan, pendidikan,
kekayaan, kesehatan, ketrampilan, kasih sayang, kejujuran, dan keseganan. Di dalam
mengembangkan kehidupan yang demokratis kita ingin membangun sistem hukum yang nasional

yang terbuka bagi tatanan global, mengakomodasikan hukum adat, hukum agama yang berlaku
serta menormalisasikan hokum ketatanegaraan yang berlaku dengan menjunjung tinggi supremasi
hukum.
Ciri-ciri masyarakat Indonesia yang dicita-citakan meliputi prinsip mengembangkan dan
menegakan kedaulatan rakyat. hukum dan keadilan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pluralisme masyarakat masyarakat urban dan industry, masyarakat berwawasan lingkungan, dan
mengembangkan masyarakat berketuhanan Yang Maha Esa.
Pada awal pertumbuhannya, pendidikan diartikan sebagai proses sosialisasi, yang berupa proses
transfer nilai dan pengetahuan dan dalam perkembangannya pendidikan dimaknai sebagai proses
persekolahan, maka titik fokus studi pendidikan adalah kegiatan proses belajar mengajar.
Pendidikan haruslah bersinergi dengan bidang-bidang kehidupan, politik, ekonomi, hukum, dan
budaya dalam arti terbatas.

4.

Pendidikan Multikultural di Indonesia

Keragaman entitas budaya dalam suatu komunitas merupakan modal pemberdayaan
terutama dalam proses pendidikan. Pendidikan yang dibutuhkan bagi bangsa ini adalah pendidikan
kebangsaan yang terintregrasi untuk memupuk semangat persatuan dan cinta tanah air dan


memiliki semangat kebangsaan,
Beberapa kecenderungan dari sistem pendidikan nasional yang selama ini berlaku
menunjukkan beberapa fenomena yang tidak menguntungkan bagi pembentukan proses kultural
tersebut antara lain :
a.
Pendidikan nasional bersifat monolitik cultural, etnosentrisme dengan menempatkan
budaya induk sebagai acuan superioritas.
b.

Sistem pendidikan barat dikembangkan dengan acuan sistem ekonomi internasional.

c.
Ke-Indonesia-an tidak cukup dibangun dengan identitas sub-nasional dengan basis ras,
etnik, budaya, kelas social, agama dan pengelompokan lainnya.
d.

Persekolahan di Indonesia cenderung bersifat elitis.

Pola pendidikan di Indonesia selama ini memilih kultur yang dibawa oleh birokrasi yang

dikendalikan elit pemerintah yang harus dilaksanakan dan dipatuhinya. Dengan belajar dari
Negara-negara yang telah berhasil melaksanakan model pendidikan multikultural, ada lima jenis
pendekatan pendidikan multicultural, yaitu:
a)
Menitik beratkan perubahan kultural dalam pengajaran yang diberikan kepada mereka yang
berbeda budaya.
b)
Mendoronng siswa agar memiliki perasaan positif, mengembangkan konsep diri dan
toleransi.
c)

Menciptakan arena belajar dalam satu kelompok budaya.

d)

Upaya untuk mendorong persamaan struktur sosial dan pluralisme kultural.

e)
Rekontruksi social untuk menyiapkan setiap warga negara aktif mengusahakan persamaan
struktur social.