HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA DALAM STUDI TE

MAKALAH
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA DALAM STUDI TENTANG HAK
KAUM SYIAH DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
R ZAKI ALVISSYAHRI

C100150066

FAHRI AZHAR YASA

C100150063

MUHAMMAD ABDUL GHONI S

C100150043

KARUMA FAIZ HARRY WIBAWA C100150042

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap individu dalam satu masyarakat selalu berinteraksi antara yang satu
dengan yang lain membentuk satu kesatuan dengan berpedoman kepada tata
aturan yang kuat. Dalam hal ini agama berperan mengatur kehidupan masyarakat
sehingga mereka bisa hidup berdampingan dan saling membutuhkan. Begitu pula
dengan negara yang merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah
memberikan tata aturan kepada masyarakat dengan membentuk satu tujuan
bersama.Agama dan negara memang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat
karena untuk mewujudkan cita-cita bersama masyarakat perlu memahami nilainilai yang terkandung dalam agama dan negara sehingga menuntut masyarakat
menndalami apa itu agama dan apa itu negara dalam segala peran dan fungsinya
lebih-lebih di zaman yang serba modern ini.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat uraian singkat diatas dapat kita tarik beberapa poin pemasalahan yang
perlu kita rumuskan antara lain:
1.

Apa pengertian syiah ?

2.


Apa pengertian negara ?

3.

Apa pengertian agama ?

4.

Bagaimana hubungan antara agama dan negara ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Pengertian Syi’ah :
Syi’ah (Bahasa Arab: ‫شيعة‬, Bahasa Persia: ‫ )شیعه‬ialah sekte dengan jumlah penganut
terbesar kedua dalam agama Islam, setelah Sunni. Sekitar 90% umat Muslim sedunia
merupakan penganut Sunni, dan 10% penganut Syi'ah.[1] Madzhab Dua Belas Imam
atau Itsna Asyariyyah merupakan yang terbanyak jumlah penganutnya dalam sekte
ini, dan istilah Syi'ah secara umum sering dipakai merujuk pada mazhab ini. Pada
umumnya, Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah pertama, seperti juga

Sunni menolak Imamah Syi'ah setelah Ali bin Abi Thalib. Madzhab Syi'ah Zaidiyyah
termasuk Syi'ah yang tidak menolak kepemimpinan tiga Khalifah sebelum Ali bin
Abi Thalib. Secara bahasa, kata "Syi'ah" adalah bentuk tunggal, sedangkan bentuk
jamak-nya adalah "Syiya'an" (‫)ششييععا‬. Syī`ī (Bahasa Arab: ‫شيعي‬.) menunjuk kepada
pengikut dari sekte tersebut. Berikut ciri-ciri pengikut kaum syiah ;
1. Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang
dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang
Arab hanya saja warnanya hitam.
2. Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung
berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia
mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat
raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali
bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.

3. Pengikut Syi’ah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam
yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali
4. Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima
waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
5. Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu
batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika

sujud, bila mereka shalat tidak didekat orang lain.
6. Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya
sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
7. Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah
Ahlus Sunnah.
8. Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait;
Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum. Dzikir mereka tidak lagi
menyebut nama Allah, tapi menyebut nama Husain atau Fatimah atau ahlul bait
lainnya.
9. Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar,
Utsman, mayoritas sahabat radhiyallahu anhum dan para istri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah
Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka
puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka
berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat
tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah).

11. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara
satu kelompok kaum muslimin dengan kelompok lainnya, sementara itu mereka

mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan sunni. Ini tentu tidak
benar.
12. seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang
sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar
menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu
kedatangannya.
13. Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan
di hari tersebut.
14.Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para
mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk
memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila
nantinya mereka menerima agama Syi’ah.
15.Orang-orang Syi’ah juga mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri,
dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa
dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan
sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang
ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis
telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah.
Pengertian Negara :
Istilah negara diterjemahkan dari kata-kata asing yaitu staat” (bahasa belanda dan

jerman) “state” (bahasa inggris) “etat” (bahasa prancis) kata “staat”(state,etat) itu
diambil dari kata bahasa latin yaitu “status” atau statum, yang artinya keadaan yang
tegak dan tetap atau suatu yang memiliki sifat yang tegak dan tetap.

Negara merupakan integrasi dari kekuatan politk, ia adalah organisasi pokok dari
kekuasaan politik negara adalah agency (alat) dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat
Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaanlainnya dan yang dapat
menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu negara menetapkan cara-cara
dan batas-batas sampai dimana kekuasaan itu dapat digunakan dalam kehidupan
bersama itu, baik oleh individu maupun golongan atau asosiasi, ataupun juga oleh
negara sendiri.

Pengertian Agama :
Secara Etimologi :
Pengertian agama secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa sangsekerta, yang
berasal dari akar kata gam artinya pergi, kemudian dari kata gam tersebutmendapat
awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya,

jalan mencapai kebahagiaan. Di samping itu terdapat pendapat yang menyatakan
bahwa kata agama berasal dari bahasa sangsekerta yang akar katanya adalah a dan
gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, arti kata agama adalah tidak
kacau atau teratur. Kata religi - religion dan religio, secara etimologi menurut winker
paris dalam algemene encyclopaedie mungkin sekali dari bahasa latin, yaitu dari kata
religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang
yang bereligi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang
dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati hati,
maka dimaksudkanbahwa orang yang bereligi itu adalah orang yang senantiasa

bersikap hati hati dengan sesuatu yang dianggap suci. Dari etimologis ketiga kata di
atas maka dapat diambil pengertian bahwa agama (religi,din) :
(1)merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan
kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera;
(2) bahwa jalan hidup tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur
kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang
harus diikuti dan ditaati.
(3) aturan tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya
Secara Terminologi :

Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan
atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.
Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan Istilah ini merupakan istilah bawaan
dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan
universal. Artinya konsep yang ada pada istilah Seharusnya mencakup makna-makna
yang ada pada istilah agama dan religi.
Hubungan Agama dengan Negara
Dikalangan kaum muslimin, terdapat kesepakatan bahwa eksistensi Negara adalah
suatu keniscayaan bagi berlangsungnya kehidupan bermasyarakat negara dengan
otoritasnya mengatur hubungan yang diperlukan antara masyarakat, sedangkan
agama mempunyai otoritas untuk megatur hubungan manusia dengan tuhannya.
Hubungan antara agama dan negara menimbulkan perdebatan yang terus
berkelanjutan dikalangan para ahli. Pada hakekatnya Negara merupakan suatu
persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai mahluk
individu dan makhluk sosial oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia tersebut
merupakan sifat dasar negara pula sehingga negara sebagai manifestasi kodrat

manusia secara horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia lain untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan demikian negara mempunyai sebab akibat
langsung dengan manusia karena manusia adalah pendiri negara itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas konsep hubungan negara dan agama sangat ditentukan
oleh dasar ontologis manusia masing masing keyakinan manusia sangat
mempengaruhi konsep hubungan agama dan negara dalam kehidupan manusia
berikut di uraikan beberapa perbedaan konsep hubungan agama dan negara menurut
beberapa aliran atau paham antara lain sebagai berikut:
a. Hubunghan agama dan negara menurut paham teokrasi.
Dalam paham teokrasi hubungan agama dan negara digambarkan sebagai dua hal
yang tidak dapat dipisahkan, negara menyatu dengan agama karena pemerintahan
menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman- firman Tuhan segala tata
kehidupan masyarakat bangasa dan negara dilakukan atas titah Tuhan dengan
demikian urusan kenegaraan atau politik dalam paham teokrasi juga diyakinkan
sebagai manifestasi Tuhan.
Sistem pemerintahan ini ada 2 yaitu teokrasi langsung dan tidak langsung. Sistem
pemerintahan teokrasi langsung adalah raja atau kepala negara memerintah sebagai
jelmaan Tuhan adanya negara didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan oleh
karena itu yang memerintah Tuhan pula.sedangkan sistem pemerintahan teokrasi
tidak langsung yang memerintah bukan tuhan sendiri melainkan raja atau kepala
negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Raja atau kepala negara memerintah
atas kehendak Tuhan dengan demikian dapat dikatakan bahwa negara menyatu
dengan agama .agama dengan negara tidak dapat dipisahkan.


b. Hubungan agama dan negara menurut islam
Tentang hubungan agama dan negara dalam islam adalah agama yang paripurna yang
mencakup segalagalanya termasuk masalah negara oleh karena itu agama tidak dapat
dipisahkan dari negara dan urusan negara adalah urusan agama serta sebaliknya
aliran kedua mengatakan bahwa islam tidak ada hubungannya dengan negara karena
islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan menurut aliran ini Nabi
Muhammad tidak mempunyai misi untuk mendirikan negara.
Aliran ketiga berpendapat bahwa islam tidak mencakup segala-galanya

tapi

mencakup seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bermasyarakat
termasuk bernegara.
Sementara itu “Hussein Mohammad” menyebutkan bahwa dalam islam ada dua
model hubungan agama dan negara.
- Hubungan integralistik dapat diartikan sebagai hubungan totalitas dimana agama
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipasahkan keduanya merupakan dua
lembaga yang menyatu.
- Hubungan simbiosis mutualistik bahwa antara agama dan negara terdapat hubungan

yang saling membutuhkan sebab tanpa agama akan terjadi kekacauan dan amoral
dalam negara.
Ibnu taimiyah (tokoh sunni salafi) berpendapat bahwa agama dan negara benar benar
berkelindahan tanpa tanpa kekuasaan negara yang bersifat memaksa agama berada
dalam bahaya sementara itu tanpa disiplin hukum wahyu pasti menjadi sebuah
organisasi yang tiranik.
Selanjutnya al-Ghazali dalam bukunya “Aliqtishad fi Ali’tiqat” mengatakan bahwa
agama dan negara adalah dua anak kembar agama adalah dasar dan
penguasa/kekuasaaan negara adalah penjaga segala sesuatu yang tidak memiliki
dasar akan hancur dan sesuatu yang tidak memeiliki penjaga akan sia-sia.

Mengingat kompleksitas politis dan historis negara bangsa Indonesia sejauh
menyangkut kehidupan agama dan umat beragama dan juga political and social
repercussions yang bias muncul pada masa sekarang ini dalam masa masa transisi
mendatang maka jelas masih sangat sulit mencari format yang tepat dan accep table
bagi banyak pihak dalam “reposisi”hubungan agama dan negara.
Akan tetapi agaknya satu hal sangat jelas bahwa akan sulit dibayangkan jika reposisi
itu dimaksudkan untuk menyisihkan begitu saja peran pemerintah dalam mengatur
kehidupan warga negara termasuk dalam kehidupan beragama,khususnya dalam
aspek administrasi keagamaan bukan aspek teologis masing masing agama dan akan
lebih sulit lagi jika reposisi itu dimaksudkan untuk memisahkan agama dan negara
melalui pemisahan kedap air(Waterlight separation)dengan kata lain mengubah
Indonesia menjadi negara sekuler setidaknya sebagian besar umat islam belum siap
untuk menerima perubahan itu.

KESIMPULAN