PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang professional. Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam bisnis
menyebabkan dunia perdagangan menuntut etika dalam berbisnis segera dibenahi
agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Dengan memetakan pola hubungan
dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud
dalam sutu pola hubungan yang bersifat interaktif. Seiring dengan munculnya
masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan dunia perdagangan menuntut
etika dalam berbisnis segera dibenahi agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik.
Kode Etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika
telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan
besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan
adanya kode etik, secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang
sama, sehingga akan mefigambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus

sejenis yang timbul. Kode Etik, dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan
kelabu) dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak,
kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup). Kode etik menjelaskan
bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya. Kode Etik, menyediakan
bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untukmengatur diri
sendiri (self regulation). Soal untuk dikerjakan dan dikumpulkan.

1

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
A. Apa Pengertian Profesi ?
B. Bagaimana Bisnis Sebagai Profesi ?
C. Apa Prinsip-prinsip Etika Bisnis ?
D. Bagaimana Etika Lingkungan Hidup ?
E. Bagaimana Paradigma Etika Lingkungan ?
F. Bagaimana Kode Etik di Tempat Kerja ?
G. Bagaimana Perbandingan Kode Etik ?

2


BAB II
PEMBAHASAN

PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS
A. PENGERTIAN PROFESI
Pengertian :
Definisi yang sangat luas, profesi adalah sebuah pekerjaan yang secara khusus
dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa menyebut
kalau dia memang berprofesi di bidang tersebut.
Definisi lebih sempit, profesi adalah pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan
dan keterampilan khusus. Sedangkan definisi yang lebih khusus lagi, profesi ditandai
oleh tiga unsur penting yaitu pekerjaan, pendidikan atau keterampilan khusus, dan
adanya komitmen moral/nilai-nilai etis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
“Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran, dan sebagainya tertentu”
Menurut Sonny Keraf (1998) :
“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan tinggi dan dengan melibatkan pribadi

(moral) yang mendalam.
Menurut Hidayat Nur Wahid:
“Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah
‘pekerjaan’ yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, ditekuni secara
konsisten, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang
3

tersebut. Sedangkan profesional yang memayungi profesi tersebut adalah semangat,
paradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus menerus
secara dewasa, secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka”
Ciri-ciri Profesi :
1. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
2. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
tinggi.
3. Pengetahuan, keahlian dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal,
pelatihan dan praktik/pengalaman langsung.
4. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
5. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
6. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi
untuk hidup layak.

7. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan
program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan,
menegakkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi
tersebut.
8. Ada ijin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.
B. BISNIS SEBAGAI PROFESI
Salah satu pengertian profesi adalah “suatu pekerjaan sebagai penunjang nafkah
hidup”, dari susut pandang ini maka semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai
profesi. Bisnis dapat menentukan pertumbuhan investasi, produksi dan peningkatan
pendapatan nasional. Namun sebaliknya bisnis dapat menimbulkan suatu krisis
ekonomi jika tidak dikelola secara profesional. Oleh karena itu sesuai dengan ciri-ciri
profesi tersbut diatas maka, bisnis adalah suatu profesi karena dalam bisnis terdapat
banyak pekerjaan, menuntut ilmu untuk mengelola dan para manajemen dituntut
bermoral tinggi dan harus dikelola secara profesional.
Bisnis dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri
suatu profesi, yaitu :
4

1.
2.

3.
4.

Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan.
Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis.

Adanya pro & kontra apakah Bisnis bisa disebut Sebagai profesi/ tidak?.
Pandangan yang mengganggap bisnis itu adalah Amoral. Bisnis tidak ada
hubungannya dengan etika. Yang lemah akan kalah, yang kuat akan unggul.
Banyaknya pandangan bisnis amoral ini akan ditinggalkan karena saat Ini dan dimasa
yang akan datang makin banyak yang menyadari bahwa dalam berbisnis pun
diperlukan komitmen moral yang tinggi.

C. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
1. Menurut Caux Round :
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari stakeholders ke stakeholders
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.

d. Sikap menghormati aturan
e. Dukungan bagi perdagangan multilateral
f. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
g. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis
2. Menurut Weiss :
a. martabat/hak
b. Kewajiban
5

c. Kewajaran
d. Keadilan
3. Menurut Sonny Keraf :
a. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya
baik untuk dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian
dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan
harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu

perusahaan.
c. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
D. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP
Isu Lingkugan Hidup:
Masalah etika tidak hanya dipahami sebatas pengaruh perilaku manusia
terhadap manusia lainnya, tetapi juga mempelajari hubungan dan keterkaitan antara
6

manusia dengan alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan
lingkungan. Dari pertumbuhan ekonomi secara global, saat ini telah memunculkan
enam persoalan lingkungan hidup yaitu :
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Akumulasi bahan beracun
Efek rumah kaca
Perusakan lapisan ozon
Hujan asam
Deforestasi dan penggurunan
Serta kematian bentuk-bentuk kehidupan (keanekaragaman hayati)

Contoh Kasus :
Hujan Asam (Acid Rain )
Perlombaan pendirian pabrik-pabrik di banyak kawasan industri oleh hamper
semua negara demi memacu pertumbuhan ekonomi tanpa disertai program
pengendalian limbah asap telah mengakibatkan banyaknya volume asap hitam pekat
yang terus menerus dimuntahkan dari cerobong-cerobong pabrik tsb. Asap tebal
hitam pekat ini kemudian menyatu dengan udara dan awan yang pada gilirannya
menurunkan hujan asam (Acid Rain) ke bumi sekitar awan tsb. Sejak beberapa

dekade terakhir ini, terutama di kawasan industri padat negara-negara maju seperti
AS, Kanada, Jerman, Belanda dsb. Hujan asap ini ternyata berbahaya bagi kehidupan
di bumi. Bila ini terus berlangsung, maka hujan asam itu dapat merusak hutan,
mencemari air, bahkan merusak gedung-gedung.

E. PARADIGMA ETIKA LINGKUNGAN
Berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat lagi diabaikan bila ingin
memahami dan menyadari bahwa perilaku manusia juga berpengaruh terhadap
keberadaan bumi beserta seluruh isinya, bukan hanya menentukan keberadaam umat
manusia saja. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa paradigm (cara pandang/pola

7

pikir) yang berkembang dalam memahami etika dalam kaitannya dengan isu
lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu
keputusan dan tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan
umat manusia pada generasi saat ini saja, tetapi juga kepentingan umat
manusia pada generasi-generasi mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari

sudut pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora,
fauna, dan benda bumi nonorganisme) sebagai satu kesatuan sistem
lingkungan.
3. Etika ekosistem, menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya
(bumi dan seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam
jagat raya) dianggap sebagai moral patients.

F. KODE ETIK DI TEMPAT KERJA
Kode Etik Sumber Daya manusia :
Enam dimensi program etik agar kode etik dapat dipenuhi :
1. Kode etik formal : Kode etik yang dirumuskan/ditetapkan secara resmi oleh
suatu organisasi profesi, suatu lembaga/entitas tertentu dsb.
2. Kode Etika : Entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan,
menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika : Cara untuk mensosialisasikan kode etik dan
perubahannya, termasuk isu-isu dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah
4. Pejabat etika : Pihak yang mengkoordinasikan kebijakan, memberikan
pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika
5. Program pelatihan etika : Program yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etika

8

6. Proses penetapan disiplin : dalam hal terjadi perilaku tidak etis.
Kode Etik Pemasaran :
American Marketing Association (AMA)
1. Tanggung

jawab

(responsibilities),



pelaku

pemasaran

harus

bertanggungjawab atas konsekuensi aktivitas mereka dan selalu berusaha agar
keputusan, rekomendasi dan fungsi tindakan mereka mengidentifikasi,
melayani, dan memuaskan masyarakat (publik) yang relevan : para pelanggan,
organisasi dan masyarakat.
2. Kejujuran dan kewajaran (honesty and fairness), pelaku pemasaran harus
menjaga dan mengembangkan integritas, kehormatan dan martabat profesi
pemasaran.
3. Rights and duties of parties (Hak (Rights) dan Kewajiaban (Duties), pihakpihak).
4. Organizational relationships (Hubungan Organisasi)
Kode Etik Akuntansi :
Insitute of Management Accountants
1. Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang
sepantasnya, mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat
laporan yang jelas dan lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya
dan relevan. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk :
● Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
● Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis
yang berlaku.

9

● Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang
relevan serta dapat diandalkan.
2. Kerahasiaan
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan
informasi rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk
melakukan hal tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
● Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang
diperoleh dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar
kewajiban hukum.
● Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi
yang diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini
dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
● Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
3. Integritas
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka
dalam menjunjung etika. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
● Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar
terhindar dari potensi konflik.
● Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tugas secara etis.
● Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
● Menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam
pencapaian tujuan organisasi.

10

● Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala
lain yang dapat menghalangi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu
kegiatan.
● Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
● Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi.
4. Objektivitas
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara
wajar dan objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua
informasi relevan yang diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user
terhadap pelaporan, komentar dan rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi
manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk :
● Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan
objektif.
● Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat
memberikan pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
5. Resolusi atas Etis
Dalam menerapkan standar kode etik, praktisi akuntansi manajemen dan
manajemen

keuangan

mungkin

menghadapi

masalah

dalam

mengidentifikasikan perilaku tidak etis atau di dalam memecahkan suatu
konflik etis.
Kode Etik Keuangan :
Association for Investment Management and Research (AIMR)
1. Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat dan bertindak etis
dalam berhubungan dengan publik dst.

11

2. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan professional.
3. Berusaha keras untuk memeliharan dan meningkatkan kompetensi dan
kompetensi pihak lain.
4. Menerapkan kehati-hatian

dan

menjalankan

penilaian

yang

bersifat

independen.
Standar-standar perilaku professional juga meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Tanggung jawab fundamental
Hubungan dan tanggung jawab atas profesi
Hubungan dan tanggung jawab pada atasan
Hubungan dan tanggung jawab pada pelanggan dan calon pelanggan
Hubungan dan tanggung jawab kepada publik

Kode Etik Teknologi Informasi :
Association for Computing Machinary
Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota
(anggota yang mempunyai hak suara, anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari
Association for Computing Machinary. Kode ini mencakup 24 keharusan yang
dirumuskan sebagai pernyataan tentang tanggung jawab pribadi, mengidentifikasi
unsur-unsur seperti komitmen.
Kode Etik Fungsi Lainnya :
Setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang
lainnya yang akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun
peran yang dimainkan oleh setiap elemen tersebut. Misalnya bagian produksi di suatu
perusahaan. Walaupun bagian produksi tidak berhubungan langsung dengan
pelanggan, namun kualitas produk yang dihasilkan sangat menentukan kinerja fungsi
pemasaran.

12

G. PERBANDINGAN KODE ETIK

American Marketing
Association (AMA)

Tanggung jawab
Kejujuran dan
Kewajaran

Hak dan Kewajiban

Hubungan organisasi

Association for

Institute of
Management
Accountants

Investment

Association for Computing

Management and

Machine (ACM)

Research (AIMR)

Kompetensi

Kompetensi
Integritas,

Integritas

Martabat(dignity)
Kerahasiaan,

Kerahasiaan,

Objektivitas,

Objektivitas

Resolusi atas
konflik etis

Independensi

Tanggung jawab dan
komitmen
Jujur dan dapat dipercaya

Kerahasiaan, Menghormati
hak kekayaan intelektual

Kehati-hatian; Larangan Adil dan tidak diskriminatif;
menggunakan informasi

Menghormati privasi orang

nonpublik

lain

Sehubungan dengan hal tersebut dibawah ini akan diulas beberapa konsep yang biasa
muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi :
1. Integritas
Banyak yang mengitepretasikan integritas sama dengan keujujuran, meski
sebenarnya konsep integritas lebih luas dari konsep kejujuran. Kejujuran hanya
13

merupakan salah satu unsur yang membangun integritas seseorang. Menurut Cloud,
Pengertian integritas bukan hanya sekedar berarti jujur, tetapi juga menyiratkan
adanya sifat utuh, tidak terbagi, menyatu, kokoh, serta konsisten. Pandangan lain
dikemukakan oleh Julian M dan Alfred yang mengatakn bahwa integritas merujuk
pada segala hal yang membuat seseorang bisa dipercaya.
Dengan menyimak kedua pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa
integritas menyiratkan pengertian keutuhan atau keseimbangan, menjadi dasar atau
pondasi untuk membangun kepercayaan, meliputi banyak atribut atau kualitas terkait
untuk membangun karakter atau pribadi utuh.
2. Whistleblowing
Menurut Sonny Keraf, Whistleblowing dalam konteks etika adalah tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan
kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.
3. Kompetensi
Dalam arti luas, Kompetensi mencakup penguasaan ilmu atau pengetehuan
dan keterampilan atau skill yang mencukupi, seta mempunyai sikap dan perilaku
yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan atau profesinya. Bila kompetensi
mencakup ketuga unsure ini, pegetahuan, ketampilan, sikap dan perilaku, maka orang
yang kompeten sama artinya dengan orang yang professional.
4. Objektifitas dan Independensi
Objektif Berarti sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu
didasarkan atas fakta, atau bukti yang mendukung. Konsep ini menyiratkan bahwa
segala sesuatu diungkapkan apa adanya, tidak menyembunyikan sesuatu, jujur dan
wajar. Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah
pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan atau tindakan.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut :Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip Saling
Menguntungkan (Mutual Benefit Principle),Prinsip Integritas Moral ;
Prinsip etika lingkungan hidup dirumuskan dengan tujuan untuk dapat dipakai
sebagai pegangan dan tuntutan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan
alam.
Prinsip dan isu etika untuk beberapa fungsi, seperti fungsi sumber daya
manusia (SDM), pemasaran, akuntansi, keuangan, teknologi informasi, dan fungsifungsi lainnya.
3.2 Saran
Tugas ini masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Adanya Kritik konstruktif, saran dan usulan yang
relevan dapat membantu menyempurnakan sajian makalah ini.

15

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. Etika Bisnis dan Profesi:Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya - Jakarta : Salemba Empat, 2009
Rindjin, Ketut. Etika Bisnis dan Implementasinnya. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2004
Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, 2009
Etika bisnis perbankan / H.As. Mahmuddin. Cetakan 1. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1994
Ernawan, Erni. 2011. Business Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung
Kanter, E.Y 2001. Etika Profesi Hukum : Sebuah Pendekatan Sosio-Religius. Jakarta:
Storia Grafika
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis : Tuntutan dan Relivansinya. Yogyakarta : Kanisius

16