Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja dan permasalahannya menjadi isu penting saat ini karena era
globalisasi memiliki yang berpengaruh besar terhadap perkembangan remaja.
(Santrock, 2003, hal. 26). Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung
kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Berdasarkan penelitian Harahap
(2004, hlm.43) bahwa sekitar 57,1 % remaja SMP kota Medan memilki perilaku
kesehatan reproduksi remaja dalam kategori kurang. Sedangkan berdasarkan
penelitian Normanita (2008, hlm.35) bahwa sekitar 18,89% remaja SMK Kebumen
memiliki perilaku kesehatan reproduksi remaja kategori kurang baik.
Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi januari s/d juni
2008 menyimpulkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film
porno, 93,7% remaja SMA pernah ciuman, genital stimulation dan oral seks.
Berdasarkan Laporan Assement (2003, hal. 27-39) bahwa dari 1379 remaja terdapat
1066 (77%) remaja pernah berpacaran dan mulai berpacaran pada umur 15 -17 tahun.
Hampir setengah dari jumlah responden (1.379 orang), yaitu sebanyak 665 orang
(48,22%) pernah melakukan onani. Onani/masturbasi sebagian besar dilakukan oleh
responden laki-laki. Dan 850 orang (61,64%) pernah menggunakan media pornografi
dari 1.379 remaja. Hal diatas menunjukkan bahwa perilaku kesehatan reproduksi

remaja (KRR) saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.
Perubahan perilaku remaja tersebut mengakibatkan berbagai masalah
kesehatan reproduksi pada remaja (TRIAD KRR) diantaranya adalah meningkatnya
1
Universitas Sumatera Utara

2

kasus Seksualitas (kehamilan yang tidak diinginkan, abortus tidak aman, PMS),
Napza dan HIV/AIDS.(SDKI, 2007 dalam BKKBN. 2009.hal.1).
Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) pada remaja
mengalami peningkatan. Menurut Mitra Citra Remaja (MCR) Bandung, terdapat
pada tahun 2000 terdapat 54 kasus, sementara pada tahun 2001 terdapat 79 kasus.
Survei fact sheet secara nasional memperlihatkan sebesar 58 persen dari 2.558 kasus
aborsi dilakukan oleh remaja usia 14-19 tahun (Anas, 2010, hal 3). Berdasarkan
laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau
ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang
terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah
tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930
orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah

remaja dan orang muda. (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I dalam
kartika.hal.6). Hasil SKRRI 2002 – 2003 menunjukkan bahwa sekitar 6 dari 10
remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun merokok setiap hari. Sedangkan sekitar 15 – 24
tahun pernah mengkonsumsi alkohol dan 8 % pernah menggunakan narkoba
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah
melakukan berbagai pendekatan. BKKBN dalam hal ini sebagai salah satu instansi
pemerintah melakukan pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014, merespon melalui
program PIK-KRR (BKKBN, 2009, hal.7).
PIK-KRR merupakan upaya pelayanan untuk membantu remaja memiliki
status kesehatan reproduksi yang baik melalui : pemberian informasi, pelayanan
konseling, dan pendidikan keterampilan hidup (BKKBN, 2009, hal.13). Tujuan dari

Universitas Sumatera Utara

3

program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membentuk agar remaja
memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat
dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kesehatan reproduksi.

Sasaran program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah agar seluruh remaja
dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku kesehatan
reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun
2015 (Pinem, 2009, hal.305)
Pembentukan PIK-KRR merupakan wadah kegiatan pemberdayaan remaja
dalam pengenalan pendidikan kesehatan reproduksi. Pembentukan PIK-KRR di
wilayah NTB sudah dimulai sejak tahun 2009 dan mencapai 222 unit di Sekolah
Menengah Umum (SMU) dan tersebar di berbagai kabupaten/kota di Provinsi NTB.
Di Jakarta Utara sejak tahun 2005 telah terbentuk PIK-KRR dengan jumlah 30 PIKKRR dan 7 sekolah telah memiliki PIK-KRR. Provinsi Bali pada tahun 2009 telah
terbentuk PIK-KRR dengan jumlah 54 PIK-KRR, pembentukan PIK-KRR tersebut
di sekolah menengah umum (SMU) yang tersebar di delapan kabupaten/kota Bali.
Penyuluhan dilakukan di SMA disebabkan remaja SMA merupakan masa
remaja lanjut yang berusia 16-19 tahun. Pada usia ini remaja mampu berfikir abstrak,
lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri dan bangkitnya dorongan
seksual. Menurut survei Indikator KB Nasional/SIPI(2003), menyatakan bahwa
dikalangan remaja, teman sebaya menduduki peran penting dalam membicarakan
KRR hampir 83 % laki- laki dan perempuan usia 10-24 tahun membicarakan KRR
dengan teman sebaya. (Pinem,2009, hal.310)


Universitas Sumatera Utara

4

Dari Survei pendahuluan oleh peneliti di kantor Pemberdayaan Perempuan
dan BKKBN Perlindungan Anak di Kota Medan tahun 2012 bahwa terdapat 150
buah PIK-KRR yang tersebar di seluruh kota Medan yang terbentuk di sekolahsekolah, Karang Taruna dan Universitas. Salah satunya SMAN 13 Medan merupakan
sekolah yang telah memiliki PIK-KRR dan telah berjalan dalam waktu yang cukup
lama yaitu lebih kurang 2 tahun. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
hernaningrum Ristina Fauzi (2013. Hal.52) di Karang Taruna Gibita desa Rempoah
Kabupaten Banyumas bahwa pemanfaatan PIK-KRR oleh remaja dalam kategori
cukup sebanyak 8 orang (23,6%) dari 34 orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan karena belum dilakukannya
penelitian tentang pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi
siswa, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana hubungan
pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13
Medan.

B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimanakah “Hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku
kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 MEDAN”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku
Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 MEDAN”.

Universitas Sumatera Utara

5

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan PIK-KRR
b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku kesehatan reproduksi siswa

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PIK-KRR
Dapat dijadikan informasi dan acuan dalam meningkatkan minat siswa
untuk memanfaatkan PIK-KRR sebagai sumber informasi yang tepat

sehingga terbentuklah perilaku kesehatan reproduksi yang lebih terarah.
2. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai pemanfaatan PIK-KRR dan
perilaku kesehatan reproduksi siswanya.
3. Bagi Orang tua
Dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai perilaku kesehatan reproduksi
anaknya
4. Bagi peneliti berikutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam untuk
mengembangkan

aspek

kajiannya pada

bidang-bidang

lain.

Universitas Sumatera Utara