this PDF file PERJANJIAN PENGADAAN TANAH KAS DESA SEBAGAI LAHAN KAWASAN INDUSTRI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | Anggriani | Jurnal Media Hukum 1 PB
DOI: 10.18196/ jmh.2017.0093.172-180
VOL. 2 4 N O. 2 / DESEM B ER 2 0 1 7
Perjanjian Pengadaan Tanah Kas Desa
Sebagai Lahan Kaw asan Indust ri Di Daerah
Ist im ew a Yogyakart a
Reni Anggriani
DATA NASKAH
M asuk: 27 Septem ber 2017
Diterim a: 16 Novem ber 2017
Terbit: 1 Desem ber 2017
KORESPONDEN PENULIS:
Fakultas Hukum Universitas
M uham m adiyah Yog yakarta
Jalan lingkar selatan Tam antirto,
Bantul, Yog yakarta
ang griani@um y.ac.id
ABSTRACT:
Special Region of Yogyakarta wants to increase the investment, there are some
method that is quite effective in investor, one of them is by developing industrial
area. Government Regulation Number 24 of 2009 concerning on Industrial
Area explained that industrial area is where the central of Industrial activity
that equipped with facilities and infrastructures supported and managed by industrial estate Company which already have Industrial Business License. With
that fact, the researcher interest to research on industrial area. Most of the land in
Yogyakarta is Sultan Ground and land of village cash, so to organize the investment program, a model of agreement is needed that can guarantee the parties in
developing the investment, especially in the Special Region of Yogyakarta. The
Methods of this research is literature Legal approach that examines legal materials and other legal materials, with the aim of the existence of guidelines or regulations concerning the procurement of land for industrial area which is Sultan
Ground or land of village cash.
Keywords: Agreement, Sultan Ground, land of village cash, Special Region of
Yogyakarta
ABSTRAK:
Daerah Istimewa Yogyakarta ingin meningkatkan investasi, diantaranya
terdapat beberapa metode yang cukup efektif dalam mengundang investor, salah satunya adalah dengan membangun kawasan industri. Peraturan
Pemerintah Nomor: 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, kawasan
industri adalah Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang
telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai kawasan industri ini.
172
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
Kebanyakan tanah yang berada di Daerah Istimewa
Yogyakarta ini adalah tanah kraton dan tanah kas desa,
maka untuk menyelenggarakan program investasi,
diperlukan suatu model perjanjian yang dapat menjamin
para pihak dalam mengembangkan investasi, khususnya
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode Penelitian ini
adalah studi pustaka yang mengkaji bahan hukum dan
bahan hukum sekunder lainnya, dengan tujuan adanya
pedoman atau aturan terhadap pengadaan tanah untuk
kawasan industri yang merupakan tanah kas desa atau
tanah kraton.
Kata kunci: Perjanjian, Tanah Kas Desa, Daerah
Istimewa Yogyakarta
Tujuan dari suatu peraturan adalah adanya keteraturan
dan adanya harmoni diantara pihak yang berkepentingan.
Secara prinsip, set iap at uran m em iliki t ujuan unt uk
m engorganisasikan, mem adukan dan m enyinergikan
beberapa pihak yang berkepent ingan. M enurut ahli
khususnya aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau
organisasi yang menfasilitasi koordinasi antar anggotanya
untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap
orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan
(Ruttan dan Hayami, 1984:34).
Unt uk m encap ai t ujuan yang leb ih id eal dalam
pengelolaan kaw asan industri, maka diperlukan penataan
I.
PENDAHULUAN
kelem bagaan. Dalam pengelolaan kaw asan indust ri,
Investasi merupakan bagian penting dari pembangunan
membutuhkan prasyarat yang khusus dan sangat dibatasi
ekonomi suat u daerah. Berdasarkan teori Klasik, untuk
oleh sifat dan tujuan pengelolaan, misalnya seperti diatur
meningkatkan produksi dan nilai tambah, diperlukan tiga
dalam Undang-Undang Nom or 3 Tahun 2014 tent ang
faktor produksi utama, yaitu land (tanah atau ruang), labor
Perindustrian, dan berbagai aturan yang t erkait dengan
(tenaga kerja), dan capital (modal). Untuk meningkatkan
Undang-Undang tersebut. Selain itu, kompleksitas cakupan
akumulasi modal harus dilakukan dengan m enam bah
kelem bagaan yang t erdiri at as unsur-unsur t ert ent u
investasi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, peningkatan
hendaknya dipertimbangkan.
investasi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan dalam
pembangunan ekonomi.
Untuk meningkatkan investasi di suatu wilayah, terdapat
beberapa metode yang cukup efektif dalam mengundang
investor, salah satunya adalah dengan membangun kawasan
industri. Sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2009 Tent ang
Kawasan Industri, Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin
Dasar hukum pengaturan kawasan industri di Indonesia
mengikuti beberapa peraturan perundangan sebagai berikut:
1. Und ang-Und ang Nom or 3 Tahun 20 14 t ent ang
Perindustrian;
2. Undang-Undang Nom or 23 Tahun 2014 t ent ang
Pemerintah Daerah;
3. Und ang-Und ang Nom or 2 Tahun 20 14 t ent ang
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum;
4. Peraturan Pemerintah Nom or 24 Tahun 2009 tentang
Kaw asan Industri;
Usaha Kawasan Industri. Sementara pengertian dari industri
5. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 05 M -Ind.2014;
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
6. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2010;
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi
7. Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2007.
menjadi barang dengan nilai yang lebih t inggi untuk
Khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, pengaturan
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
dit ambah dengan Peraturan Gubernur Daerah Istim ew a
perekayasaan industri. Dari pengertian ini, maka kaw asan
Yogyakarta No. 65 Tahun 2013, tent ang Tanah Kas Desa.
industri merupakan kawasan yang dikelola oleh suatu badan
Berdasarkan peraturan perundangan-undangan tersebut,
usaha untuk dijual atau disew akan pada pelaku industri
tujuan pembangunan Kawasan Industri sebagaimana diatur
dengan berbagai fasilitas sesuai peraturan yang berlaku. Oleh
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 adalah
karena itu, kaw asan industri sering pula disebut sebagai in-
sebagai berikut:
dustrial park atau industrial estate.
a. M ew ujudkan Indust ri nasional sebag ai pilar dan
173
penggerak perekonomian nasional;
Sesuai rencana pembangunan daerah, Pem erint ah
b. M ewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
Provinsi Daerah Ist imew a Yogyakarta berencana akan
c. M ewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
membangun kaw asan indust ri di Kecamat an Sentolo,
maju serta Industri Hijau;
Kabupaten Kulonprogo. Tujuan pembangunan kaw asan
d. M ewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,
industri ini tidak saja untuk menata lokasi industri, namun
serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh
juga untuk meningkatkan investasi sehingga meningkatkan
sat u kelompok atau perseorangan yang m erugikan
kinerja ekonomi Daerah Istim ew a Yogyakarta. Selain itu,
masyarakat;
karena lokasi kawasan industri direncanakan di Kabupaten
e. M em b uka kesem p at an berusaha dan p erluasan
kesempatan kerja;
f. M ew ujudkan pemerat aan pembangunan Industri ke
Kulonprogo, pembangunan kaw asan industri sekaligus
mengatasi kesenjangan ekonomi antar Kabupaten/Kota di
Daerah Istimew a Yogyakarta.
seluruh w ilayah Indonesia guna m emperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan
g. M eni ng kat kan kem akm uran d an kesejaht eraan
masyarakat secara berkeadilan.
II.
RUM USAN M ASALAH
1. Bagaimanakah pengaturan pengadaan tanah untuk
kaw asan industri yang berasal dari tanah kas desa ?
Sedangkan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor
2. Bagaimanakah model perjanjian sew a tanah kas desa
24 Tahun 2009 tentang Kaw asan Industri, tujuan dari
untuk kaw asan Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta?
Pembangunan Kawasan Industri adalah untuk:
Adanya pengaturan atau pedoman dalam pengadaan
a. M engendalikan pemanfaatan ruang;
tanah untuk kaw asan industri yang berasal dari tanah kas
b. M eningkat kan upaya pem bangunan indust ri yang
desa sehingga terdapat model perjanjian sewa tanah untuk
berwawasan lingkungan;
Kawasan Industri di Daerah Istimew a Yogyakarta.
c. M empercepat pertumbuhan industri di daerah;
d. M eningkatkan daya saing industri;
III.
e. M eningkatkan daya saing investasi; dan
Penelit ian ini m erupakan penelitian hukum normat if.
f. M emberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan
M ETODE PENELITIAN
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sektor terkait.
sekunder (Soerjono Soekanto dan Sri M amudji, 2006: 13-
Berdasarkan tujuan dari pembangunan Kawasan Industri
14). Penelitian untuk mengetahui kaw asan industri yang
tersebut maka Pemerintah dalam hal ini sebagaimana telah
diperkirakan akan diadakan pada tanah yang merupakan kas
diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009,
desa ini dimulai dari mengumpulkan beberapa dokumen
tentang Kawasan Industri, dalam pasal 6 yang berbunyi:
terkait dengan peraturan perundang-undangan terutama
Dalam rangka optimalisasi pemanfaat an Kaw asan
mengenai otonomi daerah dan kaw asan industri strategis
Industri, gubernur atau bupati/walikota memberikan:
dan dari perencanaan kawasan industri Sentolo serta RTRW
a. Insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan
Kabupaten Kulonprogo.
peraturan perundang-undangan;
b. Kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahan pada
Dalam penelitian hukum normatif, penelitian dilakukan
dengan studi pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan
wilayah daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan
hukum ini diambil dari bahan kepust akaan yang berupa
Kaw asan Industri;
bahan hukum primer, maupun dari bahan hukum sekunder.
c. Pengarahan kegiatan industri ke dalam Kawasan Industri;
dan/atau
d. Pelayanan terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
174
Bahan hukum primer merupakan bahan pustaka yang
berisikan peraturan perundangan yang meliputi peraturan
perundangan tentang Kawasan Industri, Pemerintah daerah
dan Pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum;
2. Und ang-Undang Nom or 3 Tahun 2 014, t ent ang
Perindustrian;
salah satu daerah yang dapat dijadikan untuk menjadi
kaw asan industri. Pada bagian akhir juga akan ditentukan
siapa pengelola dan juga aspek kelembagaan yang tepat
untuk mengelola kaw asan industri di Sentolo.
3. Undang-Undang Nom or 23 Tahun 2014 t ent ang
Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nom or 24 Tahun 2009 tentang
Kaw asan Industri;
IV.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Kaw asan Industri
Yang Berasal Dari Tanah Kas Desa.
5. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 05 M -Ind.2014;
Pengaturan pengadaan tanah untuk kaw asan industri
6. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010;
yang berasal dari t anah kas desa, untuk menget ahui
7. Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007;
bagaimana pengaturan pengadaan tanah yang berasal dari
8. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
kas desa, maka ada peraturan perundangan yang akan dikaji,
65 Tahun 2013, tentang Tanah Kas Desa.
diantaranya adalah:
Bahan hukum sekunder, m erup akan Buku-buku
1. Und ang-Und ang Nom or 2 Tahun 20 14 t ent ang
mengenai Hukum Perjanjian dan Pemerintahan Daerah.
Penelitian empiris, dilakukan dengan mencari data
primer. Data prim er dicari dengan penelit ian lapangan
dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan yang sudah disiapkan
terlebih dahulu secara terstruktur. Dari jaw aban yang
diperoleh, akan didalami dengan pertanyaan lanjutan untuk
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum;
2. Und ang-Undang Nom or 3 Tahun 2 014, t ent ang
Perindustrian;
3. Undang-Undang Nom or 23 Tahun 2014 t ent ang
Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nom or 24 Tahun 2009 tentang
Kaw asan Industri;
memperoleh informasi atau keterangan yang lebih lengkap.
5. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 05 M -Ind.2014;
Pengambilan data ini didapatkan dengan melakukan Focus
6. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010;
Group Discussion (FGD) yang diadakan sebanyak dua kali
7. Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007;
di mana pada FGD pertama mengundang SKPD Kabupaten
8. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
Kulonprogo dan pada pertemua kedua mengundang para
65 Tahun 2013, tentang Tanah Kas Desa.
pelaku industri di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu,
Berdasarkan tujuan dari pembangunan Kawasan Industri
terdapat juga survei lokasi untuk melakukan validasi data-
tersebut maka Pemerintah dalam hal ini sebagaimana telah
dat a yang sudah diperoleh sert a mem berikan gambaran
diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009,
langsung tentang keadaan di lokasi.
tentang Kawasan Industri, dalam pasal 6 yang berbunyi:
Selanjutnya adalah menganalisis data prim er dan
Dalam rangka optimalisasi pemanfaat an Kaw asan
sekunder. Kajian kelembagaan kawasan industri ini menggu-
Industri, gubernur atau bupati/walikota memberikan:
nakan data primer berdasarkan survei lapangan dan juga
a. Insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan
waw ancara stakeholder sedangkan data sekunder berdasar
peraturan perundang-undangan.
pada data-data yang bersumber dari BPS, BAPPEDA serta
b. Kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahan pada
beberapa instansi di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkait
wilayah daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan
perencanaan kaw asan industri. Dari data yang diperoleh
secara umum yaitu bagaim ana kem ungkinan Daerah
Istimewa Yogyakarta dijadikan sebagai kawasan industri dan
setelah melakukan identifikasi terkait kelengkapan sarana
Kaw asan Industri;
c. Pengarahan kegiatan industri ke dalam Kawasan Industri;
dan/atau
d. Pelayanan terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
serta estimasi pembiayaan, dan juga mengindentifikasi aspek
perundang-undangan.
kelembagaan yang tepat, maka daerah Sentololah menjadi
Berdasarkan peraturan perundangan, yaitu dalam pasal
175
10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009, dinyatakan
perincian t ent ang akt or/Dinas t erkait yang t erlibat /
bahw a luas lahan untuk Kaw asan Industri adalah paling
kelembagaan baru yang perlu dibentuk serta perincian
rendah 50 (lima puluh) hektar dalam satu hamparan.
penugasan yang perlu dilakukan sebagai upaya untuk
Dengan pengat uran yang menet apkan luasan lahan
memfasilitasi kegiatan lebih lanjut.
untuk Kaw asan Industri tersebut, maka pengadaan lahan
atau tanah bagi kawasan industri merupakan hal yang mutlak
Pengadaan/ pembebasan lahan:
haru s d ilaku kan . Unt uk m end ap at kan luas l ah an
Dengan status tanah SG, tanah kas desa dan tanah milik
sebagaimana yang telah disyaratkan oleh perundangan
masyarakat diperlukan pendekatan yang berbeda, sebab
tersebut maka pembebasan lahan atau pengadaan lahan
masing-masing membutuhkan solusi dan kebijakan yang
merupakan hal yang sangat perlu dilakukan mengingat luas
berbeda. Tanah dengan status SG memerlukan pendekatan
lahan yang diperlukan sangat luas dan harus ada dalam satu
d eng an inst it usi kerajaan “ kerat on Nyayog yokart o
ham paran. Oleh sebab itu, peranan pemerintah sangat
Hadiningrat” , dengan tanah kas desa perlu kebijakan sewa
diperlukan agar tujuan dari adanya kawasan industri dapat
m enyew a yang sesuai d engan Perat uran Gub ernur,
terlaksana.
sedangkan tanah milik masyarakat perlu pembebasan sesuai
Ada tiga kaw asan industri yang disiapkan Pemerintah
dengan harga yang disepakat i dan tidak menimbulkan
Provinsi Daerah Istimew a Yogyakarta, masing-m asing
konflik. Secara spesifik kondisi kepemilikan dan status lahan
mem iliki perm asalahan yang berbeda. Namun demikian
di tiga lokasi tersebut terlihat pada Tabel 1.
t erd ap at p erm asalahan um um , diant aranya ad alah
Penyediaan lahan. Pembebasan lahan cukup rumit. Hal ini
berkaitan dengan penjaminan secara legal, dimana kawasan
Tabel 1. Status dan Kepemilikan Lahan di tiga Kawasan
Industri
industri bukan termasuk prasarana umum, sehingga tidak
NO
bisa memaksa pemilik lahan untuk membebaskan lahannya
1.
2.
3.
guna pem bangunan kaw asan indust ri. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam menyediakan luasan mini-
KAWASAN
INDUSTRI
Sentolo
Pajangan
Piyungan
SG
V
V
Sewa
sewa
KAS DESA
MASYARAKAT
v
v
v
v
v
v
Sewa
Sewa
sewa
Pembebasan
Pembebasan
Pembebasan
mal 50 hekt ar dalam satu hamparan. Pembebasan lahan
berupa Sultan Ground (SG) dan tanah Kas Desa harus
Dari ket iga lokasi mem iliki variasi status kepemilikan
mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini akan
lahan, yait u: Sentolo tanah SG dan milik masyarakat;
berpengaruh dalam pengelolaan kavling kaw asan. Tanah
Pajangan tanah tanah kas desa dan tanah milik masyarakat
milik penduduk akan lebih mudah dikelola.
sedangkan Piyungan berupa tanah SG, kas desa dan
Kelembagaan yang perlu dibentuk untuk merealisasikan
masyarakat. Diant ara ketiga lokasi Piyungan dan Sentolo
kaw asan industri di tiga lokasi yang telah direncanakan
memiliki variasi yang paling kompleks. Namun permasalahan
diperlukan pertimbangkan tentang beberapa permasalahan
di Pajangan juga m embut uhkan perhatian yang sangat
yang dihadapi. Permasalahan stat us lahan SG, t anah kas
penting, karena karakteristik mata pencaharian masyarakat
desa serta miliki masyarakat, memerlukan pendekatan serta
dan sistim budaya yang memiliki keterikatan yang erat dan
kebijakan yang berbeda-beda. Sedangkan kapasit as
sangat em osional t erhadap lahan (w arisan). Hal ini
pemerintah dalam penyediaan fasilitas memerlukan upaya
menimbulkan pola permukiman yang terpencar sesuai
kerjasama yang memadai. M enentukan pengelola kawasan
dengan lahan garapan. Setiap 4000 m2 terdapat rumah,
yang tepat memerlukan pertimbangan kesesuaian kebutuhan
yang tent unya ini m enimbulkan perm asalahan dalam
p erencanaan jenis indust ri, kond isi eksist ing , sert a
pembebasan lahan, karena resistensi penduduk relatif tinggi.
ket ersediaan sum b erdaya p endukung d an f asilit as.
Dengan status dan kepemilikan lahan tersebut, maka untuk
Pembebasan tanah memerlukan tim pembebasan tanah, dan
pengadaan lahan untuk kawasan industri harus menempuh
untuk operasionalisasi kelembagaan ini maka diperlukan
teknik yang berbeda pula.
176
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
Khususnya pemakaian lahan berstatus SG dan tanah kas
kelembagaan yang mengatur dan menyediakan infastruktur
desa hanya dapat dilakukan dengan m odel sew a lahan,
menuju kaw asan industri adalah pemerintah, sedangkan
dengan m engacu pada Peraturan M enteri Desa tent ang
inf rastruktur dalam kaw asan disediakan oleh pengelola
Pedoman Kew enangan Hak Asal-Usul dan Kew enangan
kawasan. Infrastruktur menuju kawasan industri merupakan
Lokal berskala Desa Nomor 1 Tahun 2015 pengelolaan tanah
insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada pengelola
kas desa. Di samping itu Peraturan Gubernur semula Nomor
kaw asan sehingga menjadi daya t arik invest or untuk
11 Tahun 2012 t ent ang Pedom an Pengelolaan dan
menanamkan modal di dalam kaw asan industri yang telah
Pemanfaatan Tanah Kas Desa, Peraturan Gubernur Nomor
dit entukan pemerintah. Bertolak dari pem bagian ranah
65 Tahun 2013 tentang Tanah Kas Desa, dan Peraturan
penyediaan infrastruktur maka diperlukan kelembagaan yang
M enteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang
sesuai dengan fungsi dan perannya. Kesimpulannya sebuah
Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa.
kelem bagaan unt uk kaw asan indust ri secara khusus
Lahan milik masyarakat dapat dilakukan pembebasan
hendaknya memperhatikan ranah yang perlu dikelola yang
dengan memperhatikan nilai harga yang disepakati kedua
mencakup penyediaan lahan yang memenuhi, minimal 50
belah pihak. Pembebasan lahan ini dapat dilakukan oleh
hektar sebagai sebuah hamparan, oleh pemerintah.
pemerintah maupun oleh calon pengusaha kaw asan. Jika
Wujud kaw asan industri merupakan kota mandiri yang
pembebasan lahan oleh pemerintah dapat dengan menggu-
di dalamnya ada sistem manajemen yang bersifat otonom.
nakan skema bank tanah. Dalam rangka pembebasan tanah
Pengelolaan di dalam kawasan ini menjadi kewenangan dari
ini diperlukan tim yang sebaiknya berada di level kabupaten.
pengelola kawasan yang telah ditunjuk oleh pemerintah dari
Tim tersebut sebaiknya terdiri atas Pemerintah Daerah
para peminat yang disesuaikan dengan persyaratan formal
Istimew a Yogyakarta yang terdiri atas Badan Pertanahan,
sebagai pengelola kawasan. Permasalahan bagaimana bila
Bappeda (Bagian Tata Pemerintahan), Setda, Pemerintah
lahan yang secara pribadi tidak tersedianya yang ada adalah
Kabupaten yaitu Badan Pertanahan, Bappeda (Bagian Tata
tanah desa.
Pemerintahan), Setda, bekerjasama dengan pemerintah Desa
dan Kecamatan. Tim ini secara intensif berhubungan dengan
Model Perjanjian Sewa Tanah Kas Desa
pemerintah Kecamatan dan Desa yang secara operasional
untuk Kawasan Industri Di Daerah Istimewa
sangat dekat dan berhadapan dengan para pemilik tanah.
Yogyakarta
Tim ini merupakan organisasi yang berbentuk adhocracy,
Perjanjian pengadaan lahan untuk kawasan industri yang
yang bekerja secara sem ent ara karena dibentuk dan
berasal dari kas desa, yang menjadi para pihak adalah pihak
dibubarkan sesuai kebutuhan.
pem erint ah dalam hal ini desa dan pihak investor, harus
Sesuai dengan hakikat dan teori pembangunan ekonomi,
diketahui terlebih dahulu hal-hal yang akan disepakati oleh
serta visi dan misi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta
para pihak, dan transaksi ini juga harus dilandasi dengan
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
kausa yang halal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
(RPJP) maupun Rancangan Pembangunan Jangka M enangah
dari syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:
(RPJM ), maka tujuan pembangunan kawasan industri Daerah
1.
Istimew a Yogyakarta adalah untuk mendukung pengem-
Di dalam suatu perjanjian selalu ada dua pihak atau lebih.
bangan investasi, dimana peranan kawasan industri adalah
Yang dalam hal ini adalah pihak pemerintah dan investor.
sebagai sarana menarik investasi masuk ke Daerah Istimewa
Para-pihak yang terlibat di dalam suatu perjanjian tidak lepas
Yogyakarta. Selain itu, pengembangan kawasan industri juga
dari identitasnya. Selain identitas dari para pihak, perlu juga
bertujuan unt uk menata lokasi perusahaan di Daerah
meneliti lebih lanjut dua hal pokok dari pihak-pihak tersebut,
Istimew a Yogyakarta agar letaknya lebih tertata.
yakni kecakapan dan kewenangan.
Pemenuhan masing-masing kebutuhan fasilit as infra-
Para Pih ak
Pemangku atau pengemban hak dan kewajiban adalah
struktur memerlukan kelembagaan yang sesuai. Semestinya
177
subjek hukum dan karena itu juga berwenang secara hukum.
atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum, yaitu
Sebagai subjek hukum seseorang dianggap m emiliki
suatu perbuat an yang akan menimbulkan akibat hukum,
kewenangan hukum sepanjang hukum positif mengakuinya
yang dalam kont eks ini perbuatan hukum nya berupa
sebagai subjek hukum. Pihak-pihak yang akan m ew akili
membuat kontrak (M uhammad Syaifuddin, 2012:123).
melaksanakan perjanjian tersebut haruslah orang yang
Dalam hal ini yang bertindak selaku pihak investor bisa
cakap. Pada umumnya setiap orang cakap m elakukan
orang pribadi atau badan hukum. Badan hukum didalam
tindakan hukum sepanjang t idak ditentukan lain oleh
bertindak harus diw akili oleh seseorang yang benar-benar
undang-undang, dem ikian ket entuan pasal 1329 Kitab
mempunyai kewenangan untuk dapat bertindak mewakili
Undang-Undang Hukum Perdata. Setiap subjek hukum yang
badan hukum tersebut, demikian juga pihak pemerintah desa
b erw en ang m el aku kan t in d akan h uk um m em i li ki
dalam hal melakukan perjanjian sewa lahan yang bertindak
kewenangan untuk melakukan tindakan hukum. Siapa yang
haruslah benar-benar orang yang memang m empunyai
dapat dan boleh bertindak dan m engikatkan diri adalah
kew enangan untuk m ew akili pemerintah desa di dalam
mereka yang cakap bertindak dan mam pu melakukan
melakukan perbuatan hukum tersebut.
tindakan hukum yang memiliki akibat hukum.
Istilah yang digunakan undang-undang mengenai
2.
Ob je k Tran saksi
kecakapan dan ketidakcakapan memiliki makna yang berbeda
Arti dari objek transaksi di sini adalah sesuatu atau barang
dan artian umum yang dirujuk dalam percakapan sehari-
yang akan dijadikan sebagai objek dalam perjanjian. Objek
hari dan tidak menunjuk pada sif at ilmiah. Tidak cakap
perjanjian ini akan tercermin di dalam judul perjanjian, dari
menurut hukum adalah mereka yang oleh undang-undang
judul, m aka kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang
dilarang melakukan tindakan hukum, terlepas dari secara
termuat dalam perjanjian. Dan dalam membuat isi perjanjian,
faktual ia mampu m emahami konsekuensi tindakannya.
para pihak harus mempunyai wawasan yang luas mengenai
M ereka yang digolongkan kepada tidak cakap adalah orang
objek yang akan diperjanjikan tersebut. Dalam hal ini objek
yang belum dew asa atau anak-anak di baw ah umur dan
perjanjiannya adalah mengenai tanah kas desa.
mereka yang ditempatkan di bawah pengampuan (curatele)
yang tanpa seizing dari orang tua atau wali mereka, menurut
undang-undang tidak dapat melakukan tindakan hukum
bisnis (Budiono Kusumohamidjojo, 1998:245-246).
3.
Po ko k-Po ko k Pe rjan jian
M enentukan pokok perjanjian berarti menentukan pokok
kepentingan para pihak yang diharapkan akan menjadi pokok
Doktrin membedakan orang menjadi orang yang cakap
dari suatu perjanjian. Pokok perjanjian harus dapat diru-
dan berw enang. Orang yang cakap adalah mereka yang
muskan dengan cermat dan akurat karena rumusan tersebut
secara umum boleh melakukan tindakan hukum. Orang yang
menentukan ketentuan pelaksanaannya. Penentuan hak dan
berwenang adalah mereka yang boleh melakukan tindakan
kew ajiban para pihak harus dapat ditetapkan secara adil,
hukum tertentu. Kew enangan seseorang harus didukung
seimbang dan masuk akal. Keadaan yang tidak seimbang
dengan bukti-bukti formil berlandaskan kebenaran materiil.
dapat mengakibatkan terjadinya keadaan yang merugikan
M enurut Annalisa Yahanan, M uhammad Syarifuddin,
at au t idak membaw a manfaat bagi salah satu pihak.
dan Yunial Laili M utiari, persyaratan kecakapan para pihak
M enyusun suatu perjanjian dengan motivasi semata-mata
yang menbuat kontrak sangat diperlukan, karena hanya or-
mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi salah satu
ang yang cakap yang mampu memahami, melaksanakan,
pihak hanya akan membaw a kegagalan belaka (Budiono
dan mem pertanggungjaw abkan akibat hukum kont rak
Kusumohamidjojo, 1998: 246-247).
(Annalisa Yahanan, M uhammad Syarifuddin, et.al., 2009:
Pelaksanaan asas kebebasan berkontrak dan kasus posisi
21). Jadi, cakap membuat suatu kontrak artinya para pihak
masing-masing kasus kontrak, juga berkontribusi terhadap
yang membuat kont rak harus cakap menurut hukum,
keanekaragaman ketentuan pendukung daya kerja kontrak,
maksudnya orang atau badan hukum mempunyai kecakapan
sehingga logikanya tidak akan ada ketentuan pendukung
178
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
daya kerja kontrak yang persis sama antara akta kont rak
untuk dihindari tetapi paling tidak dapat diminimalisir.
yang satu dengan yang lain. Namun demikian, dalam praktik
Perjanjian sew a tanah kas desa ini diharapkan dapat
hukum kontrak dapat ditem ukan sejumlah kesamaan
mengurangi terjadinya permasalahan atau sengketa diantara
cakupan isi akta kont rak (meskipun tidak persis sama
para pihak yang melakukan perjanjian sehubungan dengan
rumusan norma-norma hukumnya), sebagai berikut:
berakhirnya masa jabatan kepala desa yang menadatangani
a) Tempat tinggal atau domisili yang dipilih oleh para pihak;
perjanjian berakhir, yang tentu saja sangat merugikan para
b) Jaminan oleh para pihak untuk melaksanakan kew ajiban
p i hak. Den g an ad anya p erj an ji an in i d i harap k an
hukum kontraktualnya, yang dapat berupa jaminan
permasalahan atau sengketa pada sewa tanah kas desa dapat
kebend aan dan jam inan p erseorangan, jam inan
diminimalisasi.
kebendaan pemilik benda/barang yang dijadikan objek
Tu g as- t u g as yang d il ak uk an u nt uk m el ak uk an
hukum kontrak, atau jaminan untuk melakukan atau tidak
pembebasan tanah ini adalah untuk melakukan cek lapangan
melakukan suatu perbuatan hukum atas benda/barang
ham paran tanah yang merupakan perunt ukan kaw asan
yang menjadi objek;
industri, membuat taksiran harga tanah yang memadai/laik,
c) Keadaan memaksa (overmacht ) yang mengakibatkan tidak
melakukan checking status tanah hingga persil yang jelas,
terlaksananya kewajiban hukum kontraktual oleh salah
melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada pemerintah
satu pihak dan tanggungjaw ab hukum atas resiko yang
setempat dan masyarakat, melakukan bargaining dengan
timbul akibat keadaan memaksa;
pihak Kraton, dan masyarakat, dan atau mendampingi swasta
d) Wanprestasi oleh para pihak, berikut akibat-akibat hukum
yang ditimbulkan;
yang tertarik untuk membebaskan tanah secara langsung,
hingga disepakat i harga yang sesuai, m enyusun RAB
e) Sanksi keperdataan yang dapat berupa denda, ganti rugi
pembebasan tanah dan mengajukan ke dalam perencanaan
d an/at au p em ut usan kont rak d alam hal t erjad i
APBD/berusaha menaw arkan kepada pengelola kaw asan
wanprestasi;
untuk membebaskan tanah, merealisasi pembebasan tanah,
f) Persyaratan meteril (subtant if ) dan formil (procedural)
m em enuhi p ersyarat an d an p rosed ur ad m inist rasi
p em u t u san ko n t rak secara sep i h ak , t er m asu k
pembebasan tanah secara lengkap dan sah/memfasilitasi
p en yam p i n g an
penyewaan tanah SG dan atau tanah kas desa.
n o r m a- n o r m a
ho kum
yan g
mengharuskan perkara diselesaikan di pengadilan (vide
pasal 1266 KUHPerdata), dalam hal satu pihak di antara
V. KESIM PULAN DAN SARAN
dua pihak hendak memutuskan kontak secara sepihak;
A. Kesimpulan
g) Bentuk dan mekanism e penyelesaian sengketa hukum
Dalam mewujudkan kawasan industri di tiga lokasi secara
kontrak, yang dapat berupa penyelesaian sengketa di
umum telah dirumuskan kelembagaan sebagai berikut:
pengadilan atau penyelesaian sengketa diluar pengadilan
1. Pengadaan tanah.
(arbit rase d an alt ernat if p enyelesaian seng ket a)
Belum ada t im ad hoc untuk m em bant u investor
(M uhammad Syaifuddin, 2012:195).
peng elola dalam p engad aan lahan, yang sesuai
Perjanjian sew a tanah kas desa sebagai lahan kaw asan
sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2009.
ind ust ri m erupakan hal yang sangat pent ing unt uk
2. Belum adanya konsep perjanjian yang sesuai dengan
diperhatikan karena dalam perjanjian sewa inilah hal-hal yang
peraturan local yang berlaku di daerah atau w ilayah
mengatur tentang bagaimana hak dan kewajiban para pihak.
setempat.
Per jan ji an sew a t an ah kas d esa d ib u at un t u k
meminimalisir terjadinya sengket a antara para pihak.
Perjanjian yang aman dan menjamin kepastian hukum yang
bagaimana dapat dilihat dari perjanjian kerjasama yang
B. Saran
1. Perlu adanya tim ad hoc untuk membantu investor
peng elola dalam p engad aan lahan, yang sesuai
selama ini telah ada, tetapi kadang memang sengketa sulit
179
sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2009.
2. Perlu adanya adanya konsep perjanjian yang sesuai
dengan peraturan lokal yang berlaku di daerah atau
wilayah setempat supaya perjanjian tersebut benar-benar
dapat dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
B udiono Herlien, 20 08 , K umpula n Tulisa n Hukum
Perdata di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
______, 2009, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan
Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung.
B udiono Kusumohamidj oj o, 19 9 8 , Da sa r-da sa r
Merancang Kontrak, Grasindo, Jakarta.
J.S atrio, 19 9 3 , H ukum Perik a ta n, Perik a ta n Pa da
Umumnya , Bandung, Alumni.
Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian
Hukum Normatif, Bayu Media, Bandung.
Muhammad Syaifuddin, S.H.,M.Hum, Dr. H ukum
Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat,
Teori, Dogmatik, dan Prakti Hukum (Seri Pengayaan
Hukum Perikatan), 2012, Mandar Maju, Bandung.
Purwadi Patrik, 1986, Asas Itikad Baik dan Kepatutan
dalam Perjanjian, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
R .S etiawan, 19 8 6 , Pokok-Pokok H ukum Perika ta n ,
Bandung, Binacipta.
Ridwan Khairandy, 2004, Iktikad Baik dalam Kebebasan
Berkontrak, Jakarta, Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
Rony Hanitio S oemitro, 19 8 3 , Metode Penelitia n
Hukum,Ghalia Indonesia,Jakarta.
Soedjono Dirjosisworo, 2 0 0 3, K ontra k Bisnis, C V
Mandar Maju, Bandung.
Subekti dan Tjitrosudibio, 1989, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata , PT. Pradnya
Subekti, 1986, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional,
Bandung.Alumni.
______,1987, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta.
______,1992, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan
Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam
Perjanjian Kredit di Indonesia , Jakarta, Institut Bankir
180
Indonesia.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto, 2005, Pengantar Penelitian Hukum,
UI Press, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2 0 0 5 , Penelitia n H ukum ,
Kencana, Jakarta.
Laporan akhir Kajian Kawasan Industri Daerah Istimewa
Yogyakarta 2015.
Peraturan perundang-undangan:
1. Undang-Undang Nomor: 2 Tahun 2014 tentang
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum.
2 . Undang-Undang Nomor: 3 Tahun 2014, tentang
Perindustrian.
3 . Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2014, tentang
Pemerintah Daerah.
4 . Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 2 00 9,
tentang Kawasan Industri.
5 . Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 0 5MInd.2014 .
6 . Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 35, tahun
2 010 .
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 4, tahun
2 0 07.
8 . Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.
65, tahun 2013, tentang Tanah Kas Desa.
VOL. 2 4 N O. 2 / DESEM B ER 2 0 1 7
Perjanjian Pengadaan Tanah Kas Desa
Sebagai Lahan Kaw asan Indust ri Di Daerah
Ist im ew a Yogyakart a
Reni Anggriani
DATA NASKAH
M asuk: 27 Septem ber 2017
Diterim a: 16 Novem ber 2017
Terbit: 1 Desem ber 2017
KORESPONDEN PENULIS:
Fakultas Hukum Universitas
M uham m adiyah Yog yakarta
Jalan lingkar selatan Tam antirto,
Bantul, Yog yakarta
ang griani@um y.ac.id
ABSTRACT:
Special Region of Yogyakarta wants to increase the investment, there are some
method that is quite effective in investor, one of them is by developing industrial
area. Government Regulation Number 24 of 2009 concerning on Industrial
Area explained that industrial area is where the central of Industrial activity
that equipped with facilities and infrastructures supported and managed by industrial estate Company which already have Industrial Business License. With
that fact, the researcher interest to research on industrial area. Most of the land in
Yogyakarta is Sultan Ground and land of village cash, so to organize the investment program, a model of agreement is needed that can guarantee the parties in
developing the investment, especially in the Special Region of Yogyakarta. The
Methods of this research is literature Legal approach that examines legal materials and other legal materials, with the aim of the existence of guidelines or regulations concerning the procurement of land for industrial area which is Sultan
Ground or land of village cash.
Keywords: Agreement, Sultan Ground, land of village cash, Special Region of
Yogyakarta
ABSTRAK:
Daerah Istimewa Yogyakarta ingin meningkatkan investasi, diantaranya
terdapat beberapa metode yang cukup efektif dalam mengundang investor, salah satunya adalah dengan membangun kawasan industri. Peraturan
Pemerintah Nomor: 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, kawasan
industri adalah Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang
telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai kawasan industri ini.
172
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
Kebanyakan tanah yang berada di Daerah Istimewa
Yogyakarta ini adalah tanah kraton dan tanah kas desa,
maka untuk menyelenggarakan program investasi,
diperlukan suatu model perjanjian yang dapat menjamin
para pihak dalam mengembangkan investasi, khususnya
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode Penelitian ini
adalah studi pustaka yang mengkaji bahan hukum dan
bahan hukum sekunder lainnya, dengan tujuan adanya
pedoman atau aturan terhadap pengadaan tanah untuk
kawasan industri yang merupakan tanah kas desa atau
tanah kraton.
Kata kunci: Perjanjian, Tanah Kas Desa, Daerah
Istimewa Yogyakarta
Tujuan dari suatu peraturan adalah adanya keteraturan
dan adanya harmoni diantara pihak yang berkepentingan.
Secara prinsip, set iap at uran m em iliki t ujuan unt uk
m engorganisasikan, mem adukan dan m enyinergikan
beberapa pihak yang berkepent ingan. M enurut ahli
khususnya aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau
organisasi yang menfasilitasi koordinasi antar anggotanya
untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap
orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan
(Ruttan dan Hayami, 1984:34).
Unt uk m encap ai t ujuan yang leb ih id eal dalam
pengelolaan kaw asan industri, maka diperlukan penataan
I.
PENDAHULUAN
kelem bagaan. Dalam pengelolaan kaw asan indust ri,
Investasi merupakan bagian penting dari pembangunan
membutuhkan prasyarat yang khusus dan sangat dibatasi
ekonomi suat u daerah. Berdasarkan teori Klasik, untuk
oleh sifat dan tujuan pengelolaan, misalnya seperti diatur
meningkatkan produksi dan nilai tambah, diperlukan tiga
dalam Undang-Undang Nom or 3 Tahun 2014 tent ang
faktor produksi utama, yaitu land (tanah atau ruang), labor
Perindustrian, dan berbagai aturan yang t erkait dengan
(tenaga kerja), dan capital (modal). Untuk meningkatkan
Undang-Undang tersebut. Selain itu, kompleksitas cakupan
akumulasi modal harus dilakukan dengan m enam bah
kelem bagaan yang t erdiri at as unsur-unsur t ert ent u
investasi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, peningkatan
hendaknya dipertimbangkan.
investasi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan dalam
pembangunan ekonomi.
Untuk meningkatkan investasi di suatu wilayah, terdapat
beberapa metode yang cukup efektif dalam mengundang
investor, salah satunya adalah dengan membangun kawasan
industri. Sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2009 Tent ang
Kawasan Industri, Kawasan Industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin
Dasar hukum pengaturan kawasan industri di Indonesia
mengikuti beberapa peraturan perundangan sebagai berikut:
1. Und ang-Und ang Nom or 3 Tahun 20 14 t ent ang
Perindustrian;
2. Undang-Undang Nom or 23 Tahun 2014 t ent ang
Pemerintah Daerah;
3. Und ang-Und ang Nom or 2 Tahun 20 14 t ent ang
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum;
4. Peraturan Pemerintah Nom or 24 Tahun 2009 tentang
Kaw asan Industri;
Usaha Kawasan Industri. Sementara pengertian dari industri
5. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 05 M -Ind.2014;
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
6. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 35 tahun 2010;
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi
7. Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2007.
menjadi barang dengan nilai yang lebih t inggi untuk
Khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, pengaturan
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
dit ambah dengan Peraturan Gubernur Daerah Istim ew a
perekayasaan industri. Dari pengertian ini, maka kaw asan
Yogyakarta No. 65 Tahun 2013, tent ang Tanah Kas Desa.
industri merupakan kawasan yang dikelola oleh suatu badan
Berdasarkan peraturan perundangan-undangan tersebut,
usaha untuk dijual atau disew akan pada pelaku industri
tujuan pembangunan Kawasan Industri sebagaimana diatur
dengan berbagai fasilitas sesuai peraturan yang berlaku. Oleh
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 adalah
karena itu, kaw asan industri sering pula disebut sebagai in-
sebagai berikut:
dustrial park atau industrial estate.
a. M ew ujudkan Indust ri nasional sebag ai pilar dan
173
penggerak perekonomian nasional;
Sesuai rencana pembangunan daerah, Pem erint ah
b. M ewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;
Provinsi Daerah Ist imew a Yogyakarta berencana akan
c. M ewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan
membangun kaw asan indust ri di Kecamat an Sentolo,
maju serta Industri Hijau;
Kabupaten Kulonprogo. Tujuan pembangunan kaw asan
d. M ewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat,
industri ini tidak saja untuk menata lokasi industri, namun
serta mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh
juga untuk meningkatkan investasi sehingga meningkatkan
sat u kelompok atau perseorangan yang m erugikan
kinerja ekonomi Daerah Istim ew a Yogyakarta. Selain itu,
masyarakat;
karena lokasi kawasan industri direncanakan di Kabupaten
e. M em b uka kesem p at an berusaha dan p erluasan
kesempatan kerja;
f. M ew ujudkan pemerat aan pembangunan Industri ke
Kulonprogo, pembangunan kaw asan industri sekaligus
mengatasi kesenjangan ekonomi antar Kabupaten/Kota di
Daerah Istimew a Yogyakarta.
seluruh w ilayah Indonesia guna m emperkuat dan
memperkukuh ketahanan nasional; dan
g. M eni ng kat kan kem akm uran d an kesejaht eraan
masyarakat secara berkeadilan.
II.
RUM USAN M ASALAH
1. Bagaimanakah pengaturan pengadaan tanah untuk
kaw asan industri yang berasal dari tanah kas desa ?
Sedangkan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor
2. Bagaimanakah model perjanjian sew a tanah kas desa
24 Tahun 2009 tentang Kaw asan Industri, tujuan dari
untuk kaw asan Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta?
Pembangunan Kawasan Industri adalah untuk:
Adanya pengaturan atau pedoman dalam pengadaan
a. M engendalikan pemanfaatan ruang;
tanah untuk kaw asan industri yang berasal dari tanah kas
b. M eningkat kan upaya pem bangunan indust ri yang
desa sehingga terdapat model perjanjian sewa tanah untuk
berwawasan lingkungan;
Kawasan Industri di Daerah Istimew a Yogyakarta.
c. M empercepat pertumbuhan industri di daerah;
d. M eningkatkan daya saing industri;
III.
e. M eningkatkan daya saing investasi; dan
Penelit ian ini m erupakan penelitian hukum normat if.
f. M emberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan
M ETODE PENELITIAN
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sektor terkait.
sekunder (Soerjono Soekanto dan Sri M amudji, 2006: 13-
Berdasarkan tujuan dari pembangunan Kawasan Industri
14). Penelitian untuk mengetahui kaw asan industri yang
tersebut maka Pemerintah dalam hal ini sebagaimana telah
diperkirakan akan diadakan pada tanah yang merupakan kas
diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009,
desa ini dimulai dari mengumpulkan beberapa dokumen
tentang Kawasan Industri, dalam pasal 6 yang berbunyi:
terkait dengan peraturan perundang-undangan terutama
Dalam rangka optimalisasi pemanfaat an Kaw asan
mengenai otonomi daerah dan kaw asan industri strategis
Industri, gubernur atau bupati/walikota memberikan:
dan dari perencanaan kawasan industri Sentolo serta RTRW
a. Insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan
Kabupaten Kulonprogo.
peraturan perundang-undangan;
b. Kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahan pada
Dalam penelitian hukum normatif, penelitian dilakukan
dengan studi pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan
wilayah daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan
hukum ini diambil dari bahan kepust akaan yang berupa
Kaw asan Industri;
bahan hukum primer, maupun dari bahan hukum sekunder.
c. Pengarahan kegiatan industri ke dalam Kawasan Industri;
dan/atau
d. Pelayanan terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
174
Bahan hukum primer merupakan bahan pustaka yang
berisikan peraturan perundangan yang meliputi peraturan
perundangan tentang Kawasan Industri, Pemerintah daerah
dan Pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum;
2. Und ang-Undang Nom or 3 Tahun 2 014, t ent ang
Perindustrian;
salah satu daerah yang dapat dijadikan untuk menjadi
kaw asan industri. Pada bagian akhir juga akan ditentukan
siapa pengelola dan juga aspek kelembagaan yang tepat
untuk mengelola kaw asan industri di Sentolo.
3. Undang-Undang Nom or 23 Tahun 2014 t ent ang
Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nom or 24 Tahun 2009 tentang
Kaw asan Industri;
IV.
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Kaw asan Industri
Yang Berasal Dari Tanah Kas Desa.
5. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 05 M -Ind.2014;
Pengaturan pengadaan tanah untuk kaw asan industri
6. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010;
yang berasal dari t anah kas desa, untuk menget ahui
7. Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007;
bagaimana pengaturan pengadaan tanah yang berasal dari
8. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
kas desa, maka ada peraturan perundangan yang akan dikaji,
65 Tahun 2013, tentang Tanah Kas Desa.
diantaranya adalah:
Bahan hukum sekunder, m erup akan Buku-buku
1. Und ang-Und ang Nom or 2 Tahun 20 14 t ent ang
mengenai Hukum Perjanjian dan Pemerintahan Daerah.
Penelitian empiris, dilakukan dengan mencari data
primer. Data prim er dicari dengan penelit ian lapangan
dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan yang sudah disiapkan
terlebih dahulu secara terstruktur. Dari jaw aban yang
diperoleh, akan didalami dengan pertanyaan lanjutan untuk
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum;
2. Und ang-Undang Nom or 3 Tahun 2 014, t ent ang
Perindustrian;
3. Undang-Undang Nom or 23 Tahun 2014 t ent ang
Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nom or 24 Tahun 2009 tentang
Kaw asan Industri;
memperoleh informasi atau keterangan yang lebih lengkap.
5. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 05 M -Ind.2014;
Pengambilan data ini didapatkan dengan melakukan Focus
6. Peraturan M enteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010;
Group Discussion (FGD) yang diadakan sebanyak dua kali
7. Peraturan M enteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007;
di mana pada FGD pertama mengundang SKPD Kabupaten
8. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
Kulonprogo dan pada pertemua kedua mengundang para
65 Tahun 2013, tentang Tanah Kas Desa.
pelaku industri di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu,
Berdasarkan tujuan dari pembangunan Kawasan Industri
terdapat juga survei lokasi untuk melakukan validasi data-
tersebut maka Pemerintah dalam hal ini sebagaimana telah
dat a yang sudah diperoleh sert a mem berikan gambaran
diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009,
langsung tentang keadaan di lokasi.
tentang Kawasan Industri, dalam pasal 6 yang berbunyi:
Selanjutnya adalah menganalisis data prim er dan
Dalam rangka optimalisasi pemanfaat an Kaw asan
sekunder. Kajian kelembagaan kawasan industri ini menggu-
Industri, gubernur atau bupati/walikota memberikan:
nakan data primer berdasarkan survei lapangan dan juga
a. Insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan
waw ancara stakeholder sedangkan data sekunder berdasar
peraturan perundang-undangan.
pada data-data yang bersumber dari BPS, BAPPEDA serta
b. Kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahan pada
beberapa instansi di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkait
wilayah daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan
perencanaan kaw asan industri. Dari data yang diperoleh
secara umum yaitu bagaim ana kem ungkinan Daerah
Istimewa Yogyakarta dijadikan sebagai kawasan industri dan
setelah melakukan identifikasi terkait kelengkapan sarana
Kaw asan Industri;
c. Pengarahan kegiatan industri ke dalam Kawasan Industri;
dan/atau
d. Pelayanan terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
serta estimasi pembiayaan, dan juga mengindentifikasi aspek
perundang-undangan.
kelembagaan yang tepat, maka daerah Sentololah menjadi
Berdasarkan peraturan perundangan, yaitu dalam pasal
175
10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009, dinyatakan
perincian t ent ang akt or/Dinas t erkait yang t erlibat /
bahw a luas lahan untuk Kaw asan Industri adalah paling
kelembagaan baru yang perlu dibentuk serta perincian
rendah 50 (lima puluh) hektar dalam satu hamparan.
penugasan yang perlu dilakukan sebagai upaya untuk
Dengan pengat uran yang menet apkan luasan lahan
memfasilitasi kegiatan lebih lanjut.
untuk Kaw asan Industri tersebut, maka pengadaan lahan
atau tanah bagi kawasan industri merupakan hal yang mutlak
Pengadaan/ pembebasan lahan:
haru s d ilaku kan . Unt uk m end ap at kan luas l ah an
Dengan status tanah SG, tanah kas desa dan tanah milik
sebagaimana yang telah disyaratkan oleh perundangan
masyarakat diperlukan pendekatan yang berbeda, sebab
tersebut maka pembebasan lahan atau pengadaan lahan
masing-masing membutuhkan solusi dan kebijakan yang
merupakan hal yang sangat perlu dilakukan mengingat luas
berbeda. Tanah dengan status SG memerlukan pendekatan
lahan yang diperlukan sangat luas dan harus ada dalam satu
d eng an inst it usi kerajaan “ kerat on Nyayog yokart o
ham paran. Oleh sebab itu, peranan pemerintah sangat
Hadiningrat” , dengan tanah kas desa perlu kebijakan sewa
diperlukan agar tujuan dari adanya kawasan industri dapat
m enyew a yang sesuai d engan Perat uran Gub ernur,
terlaksana.
sedangkan tanah milik masyarakat perlu pembebasan sesuai
Ada tiga kaw asan industri yang disiapkan Pemerintah
dengan harga yang disepakat i dan tidak menimbulkan
Provinsi Daerah Istimew a Yogyakarta, masing-m asing
konflik. Secara spesifik kondisi kepemilikan dan status lahan
mem iliki perm asalahan yang berbeda. Namun demikian
di tiga lokasi tersebut terlihat pada Tabel 1.
t erd ap at p erm asalahan um um , diant aranya ad alah
Penyediaan lahan. Pembebasan lahan cukup rumit. Hal ini
berkaitan dengan penjaminan secara legal, dimana kawasan
Tabel 1. Status dan Kepemilikan Lahan di tiga Kawasan
Industri
industri bukan termasuk prasarana umum, sehingga tidak
NO
bisa memaksa pemilik lahan untuk membebaskan lahannya
1.
2.
3.
guna pem bangunan kaw asan indust ri. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam menyediakan luasan mini-
KAWASAN
INDUSTRI
Sentolo
Pajangan
Piyungan
SG
V
V
Sewa
sewa
KAS DESA
MASYARAKAT
v
v
v
v
v
v
Sewa
Sewa
sewa
Pembebasan
Pembebasan
Pembebasan
mal 50 hekt ar dalam satu hamparan. Pembebasan lahan
berupa Sultan Ground (SG) dan tanah Kas Desa harus
Dari ket iga lokasi mem iliki variasi status kepemilikan
mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini akan
lahan, yait u: Sentolo tanah SG dan milik masyarakat;
berpengaruh dalam pengelolaan kavling kaw asan. Tanah
Pajangan tanah tanah kas desa dan tanah milik masyarakat
milik penduduk akan lebih mudah dikelola.
sedangkan Piyungan berupa tanah SG, kas desa dan
Kelembagaan yang perlu dibentuk untuk merealisasikan
masyarakat. Diant ara ketiga lokasi Piyungan dan Sentolo
kaw asan industri di tiga lokasi yang telah direncanakan
memiliki variasi yang paling kompleks. Namun permasalahan
diperlukan pertimbangkan tentang beberapa permasalahan
di Pajangan juga m embut uhkan perhatian yang sangat
yang dihadapi. Permasalahan stat us lahan SG, t anah kas
penting, karena karakteristik mata pencaharian masyarakat
desa serta miliki masyarakat, memerlukan pendekatan serta
dan sistim budaya yang memiliki keterikatan yang erat dan
kebijakan yang berbeda-beda. Sedangkan kapasit as
sangat em osional t erhadap lahan (w arisan). Hal ini
pemerintah dalam penyediaan fasilitas memerlukan upaya
menimbulkan pola permukiman yang terpencar sesuai
kerjasama yang memadai. M enentukan pengelola kawasan
dengan lahan garapan. Setiap 4000 m2 terdapat rumah,
yang tepat memerlukan pertimbangan kesesuaian kebutuhan
yang tent unya ini m enimbulkan perm asalahan dalam
p erencanaan jenis indust ri, kond isi eksist ing , sert a
pembebasan lahan, karena resistensi penduduk relatif tinggi.
ket ersediaan sum b erdaya p endukung d an f asilit as.
Dengan status dan kepemilikan lahan tersebut, maka untuk
Pembebasan tanah memerlukan tim pembebasan tanah, dan
pengadaan lahan untuk kawasan industri harus menempuh
untuk operasionalisasi kelembagaan ini maka diperlukan
teknik yang berbeda pula.
176
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
Khususnya pemakaian lahan berstatus SG dan tanah kas
kelembagaan yang mengatur dan menyediakan infastruktur
desa hanya dapat dilakukan dengan m odel sew a lahan,
menuju kaw asan industri adalah pemerintah, sedangkan
dengan m engacu pada Peraturan M enteri Desa tent ang
inf rastruktur dalam kaw asan disediakan oleh pengelola
Pedoman Kew enangan Hak Asal-Usul dan Kew enangan
kawasan. Infrastruktur menuju kawasan industri merupakan
Lokal berskala Desa Nomor 1 Tahun 2015 pengelolaan tanah
insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada pengelola
kas desa. Di samping itu Peraturan Gubernur semula Nomor
kaw asan sehingga menjadi daya t arik invest or untuk
11 Tahun 2012 t ent ang Pedom an Pengelolaan dan
menanamkan modal di dalam kaw asan industri yang telah
Pemanfaatan Tanah Kas Desa, Peraturan Gubernur Nomor
dit entukan pemerintah. Bertolak dari pem bagian ranah
65 Tahun 2013 tentang Tanah Kas Desa, dan Peraturan
penyediaan infrastruktur maka diperlukan kelembagaan yang
M enteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang
sesuai dengan fungsi dan perannya. Kesimpulannya sebuah
Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa.
kelem bagaan unt uk kaw asan indust ri secara khusus
Lahan milik masyarakat dapat dilakukan pembebasan
hendaknya memperhatikan ranah yang perlu dikelola yang
dengan memperhatikan nilai harga yang disepakati kedua
mencakup penyediaan lahan yang memenuhi, minimal 50
belah pihak. Pembebasan lahan ini dapat dilakukan oleh
hektar sebagai sebuah hamparan, oleh pemerintah.
pemerintah maupun oleh calon pengusaha kaw asan. Jika
Wujud kaw asan industri merupakan kota mandiri yang
pembebasan lahan oleh pemerintah dapat dengan menggu-
di dalamnya ada sistem manajemen yang bersifat otonom.
nakan skema bank tanah. Dalam rangka pembebasan tanah
Pengelolaan di dalam kawasan ini menjadi kewenangan dari
ini diperlukan tim yang sebaiknya berada di level kabupaten.
pengelola kawasan yang telah ditunjuk oleh pemerintah dari
Tim tersebut sebaiknya terdiri atas Pemerintah Daerah
para peminat yang disesuaikan dengan persyaratan formal
Istimew a Yogyakarta yang terdiri atas Badan Pertanahan,
sebagai pengelola kawasan. Permasalahan bagaimana bila
Bappeda (Bagian Tata Pemerintahan), Setda, Pemerintah
lahan yang secara pribadi tidak tersedianya yang ada adalah
Kabupaten yaitu Badan Pertanahan, Bappeda (Bagian Tata
tanah desa.
Pemerintahan), Setda, bekerjasama dengan pemerintah Desa
dan Kecamatan. Tim ini secara intensif berhubungan dengan
Model Perjanjian Sewa Tanah Kas Desa
pemerintah Kecamatan dan Desa yang secara operasional
untuk Kawasan Industri Di Daerah Istimewa
sangat dekat dan berhadapan dengan para pemilik tanah.
Yogyakarta
Tim ini merupakan organisasi yang berbentuk adhocracy,
Perjanjian pengadaan lahan untuk kawasan industri yang
yang bekerja secara sem ent ara karena dibentuk dan
berasal dari kas desa, yang menjadi para pihak adalah pihak
dibubarkan sesuai kebutuhan.
pem erint ah dalam hal ini desa dan pihak investor, harus
Sesuai dengan hakikat dan teori pembangunan ekonomi,
diketahui terlebih dahulu hal-hal yang akan disepakati oleh
serta visi dan misi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta
para pihak, dan transaksi ini juga harus dilandasi dengan
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
kausa yang halal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
(RPJP) maupun Rancangan Pembangunan Jangka M enangah
dari syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:
(RPJM ), maka tujuan pembangunan kawasan industri Daerah
1.
Istimew a Yogyakarta adalah untuk mendukung pengem-
Di dalam suatu perjanjian selalu ada dua pihak atau lebih.
bangan investasi, dimana peranan kawasan industri adalah
Yang dalam hal ini adalah pihak pemerintah dan investor.
sebagai sarana menarik investasi masuk ke Daerah Istimewa
Para-pihak yang terlibat di dalam suatu perjanjian tidak lepas
Yogyakarta. Selain itu, pengembangan kawasan industri juga
dari identitasnya. Selain identitas dari para pihak, perlu juga
bertujuan unt uk menata lokasi perusahaan di Daerah
meneliti lebih lanjut dua hal pokok dari pihak-pihak tersebut,
Istimew a Yogyakarta agar letaknya lebih tertata.
yakni kecakapan dan kewenangan.
Pemenuhan masing-masing kebutuhan fasilit as infra-
Para Pih ak
Pemangku atau pengemban hak dan kewajiban adalah
struktur memerlukan kelembagaan yang sesuai. Semestinya
177
subjek hukum dan karena itu juga berwenang secara hukum.
atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum, yaitu
Sebagai subjek hukum seseorang dianggap m emiliki
suatu perbuat an yang akan menimbulkan akibat hukum,
kewenangan hukum sepanjang hukum positif mengakuinya
yang dalam kont eks ini perbuatan hukum nya berupa
sebagai subjek hukum. Pihak-pihak yang akan m ew akili
membuat kontrak (M uhammad Syaifuddin, 2012:123).
melaksanakan perjanjian tersebut haruslah orang yang
Dalam hal ini yang bertindak selaku pihak investor bisa
cakap. Pada umumnya setiap orang cakap m elakukan
orang pribadi atau badan hukum. Badan hukum didalam
tindakan hukum sepanjang t idak ditentukan lain oleh
bertindak harus diw akili oleh seseorang yang benar-benar
undang-undang, dem ikian ket entuan pasal 1329 Kitab
mempunyai kewenangan untuk dapat bertindak mewakili
Undang-Undang Hukum Perdata. Setiap subjek hukum yang
badan hukum tersebut, demikian juga pihak pemerintah desa
b erw en ang m el aku kan t in d akan h uk um m em i li ki
dalam hal melakukan perjanjian sewa lahan yang bertindak
kewenangan untuk melakukan tindakan hukum. Siapa yang
haruslah benar-benar orang yang memang m empunyai
dapat dan boleh bertindak dan m engikatkan diri adalah
kew enangan untuk m ew akili pemerintah desa di dalam
mereka yang cakap bertindak dan mam pu melakukan
melakukan perbuatan hukum tersebut.
tindakan hukum yang memiliki akibat hukum.
Istilah yang digunakan undang-undang mengenai
2.
Ob je k Tran saksi
kecakapan dan ketidakcakapan memiliki makna yang berbeda
Arti dari objek transaksi di sini adalah sesuatu atau barang
dan artian umum yang dirujuk dalam percakapan sehari-
yang akan dijadikan sebagai objek dalam perjanjian. Objek
hari dan tidak menunjuk pada sif at ilmiah. Tidak cakap
perjanjian ini akan tercermin di dalam judul perjanjian, dari
menurut hukum adalah mereka yang oleh undang-undang
judul, m aka kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang
dilarang melakukan tindakan hukum, terlepas dari secara
termuat dalam perjanjian. Dan dalam membuat isi perjanjian,
faktual ia mampu m emahami konsekuensi tindakannya.
para pihak harus mempunyai wawasan yang luas mengenai
M ereka yang digolongkan kepada tidak cakap adalah orang
objek yang akan diperjanjikan tersebut. Dalam hal ini objek
yang belum dew asa atau anak-anak di baw ah umur dan
perjanjiannya adalah mengenai tanah kas desa.
mereka yang ditempatkan di bawah pengampuan (curatele)
yang tanpa seizing dari orang tua atau wali mereka, menurut
undang-undang tidak dapat melakukan tindakan hukum
bisnis (Budiono Kusumohamidjojo, 1998:245-246).
3.
Po ko k-Po ko k Pe rjan jian
M enentukan pokok perjanjian berarti menentukan pokok
kepentingan para pihak yang diharapkan akan menjadi pokok
Doktrin membedakan orang menjadi orang yang cakap
dari suatu perjanjian. Pokok perjanjian harus dapat diru-
dan berw enang. Orang yang cakap adalah mereka yang
muskan dengan cermat dan akurat karena rumusan tersebut
secara umum boleh melakukan tindakan hukum. Orang yang
menentukan ketentuan pelaksanaannya. Penentuan hak dan
berwenang adalah mereka yang boleh melakukan tindakan
kew ajiban para pihak harus dapat ditetapkan secara adil,
hukum tertentu. Kew enangan seseorang harus didukung
seimbang dan masuk akal. Keadaan yang tidak seimbang
dengan bukti-bukti formil berlandaskan kebenaran materiil.
dapat mengakibatkan terjadinya keadaan yang merugikan
M enurut Annalisa Yahanan, M uhammad Syarifuddin,
at au t idak membaw a manfaat bagi salah satu pihak.
dan Yunial Laili M utiari, persyaratan kecakapan para pihak
M enyusun suatu perjanjian dengan motivasi semata-mata
yang menbuat kontrak sangat diperlukan, karena hanya or-
mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi salah satu
ang yang cakap yang mampu memahami, melaksanakan,
pihak hanya akan membaw a kegagalan belaka (Budiono
dan mem pertanggungjaw abkan akibat hukum kont rak
Kusumohamidjojo, 1998: 246-247).
(Annalisa Yahanan, M uhammad Syarifuddin, et.al., 2009:
Pelaksanaan asas kebebasan berkontrak dan kasus posisi
21). Jadi, cakap membuat suatu kontrak artinya para pihak
masing-masing kasus kontrak, juga berkontribusi terhadap
yang membuat kont rak harus cakap menurut hukum,
keanekaragaman ketentuan pendukung daya kerja kontrak,
maksudnya orang atau badan hukum mempunyai kecakapan
sehingga logikanya tidak akan ada ketentuan pendukung
178
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
daya kerja kontrak yang persis sama antara akta kont rak
untuk dihindari tetapi paling tidak dapat diminimalisir.
yang satu dengan yang lain. Namun demikian, dalam praktik
Perjanjian sew a tanah kas desa ini diharapkan dapat
hukum kontrak dapat ditem ukan sejumlah kesamaan
mengurangi terjadinya permasalahan atau sengketa diantara
cakupan isi akta kont rak (meskipun tidak persis sama
para pihak yang melakukan perjanjian sehubungan dengan
rumusan norma-norma hukumnya), sebagai berikut:
berakhirnya masa jabatan kepala desa yang menadatangani
a) Tempat tinggal atau domisili yang dipilih oleh para pihak;
perjanjian berakhir, yang tentu saja sangat merugikan para
b) Jaminan oleh para pihak untuk melaksanakan kew ajiban
p i hak. Den g an ad anya p erj an ji an in i d i harap k an
hukum kontraktualnya, yang dapat berupa jaminan
permasalahan atau sengketa pada sewa tanah kas desa dapat
kebend aan dan jam inan p erseorangan, jam inan
diminimalisasi.
kebendaan pemilik benda/barang yang dijadikan objek
Tu g as- t u g as yang d il ak uk an u nt uk m el ak uk an
hukum kontrak, atau jaminan untuk melakukan atau tidak
pembebasan tanah ini adalah untuk melakukan cek lapangan
melakukan suatu perbuatan hukum atas benda/barang
ham paran tanah yang merupakan perunt ukan kaw asan
yang menjadi objek;
industri, membuat taksiran harga tanah yang memadai/laik,
c) Keadaan memaksa (overmacht ) yang mengakibatkan tidak
melakukan checking status tanah hingga persil yang jelas,
terlaksananya kewajiban hukum kontraktual oleh salah
melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada pemerintah
satu pihak dan tanggungjaw ab hukum atas resiko yang
setempat dan masyarakat, melakukan bargaining dengan
timbul akibat keadaan memaksa;
pihak Kraton, dan masyarakat, dan atau mendampingi swasta
d) Wanprestasi oleh para pihak, berikut akibat-akibat hukum
yang ditimbulkan;
yang tertarik untuk membebaskan tanah secara langsung,
hingga disepakat i harga yang sesuai, m enyusun RAB
e) Sanksi keperdataan yang dapat berupa denda, ganti rugi
pembebasan tanah dan mengajukan ke dalam perencanaan
d an/at au p em ut usan kont rak d alam hal t erjad i
APBD/berusaha menaw arkan kepada pengelola kaw asan
wanprestasi;
untuk membebaskan tanah, merealisasi pembebasan tanah,
f) Persyaratan meteril (subtant if ) dan formil (procedural)
m em enuhi p ersyarat an d an p rosed ur ad m inist rasi
p em u t u san ko n t rak secara sep i h ak , t er m asu k
pembebasan tanah secara lengkap dan sah/memfasilitasi
p en yam p i n g an
penyewaan tanah SG dan atau tanah kas desa.
n o r m a- n o r m a
ho kum
yan g
mengharuskan perkara diselesaikan di pengadilan (vide
pasal 1266 KUHPerdata), dalam hal satu pihak di antara
V. KESIM PULAN DAN SARAN
dua pihak hendak memutuskan kontak secara sepihak;
A. Kesimpulan
g) Bentuk dan mekanism e penyelesaian sengketa hukum
Dalam mewujudkan kawasan industri di tiga lokasi secara
kontrak, yang dapat berupa penyelesaian sengketa di
umum telah dirumuskan kelembagaan sebagai berikut:
pengadilan atau penyelesaian sengketa diluar pengadilan
1. Pengadaan tanah.
(arbit rase d an alt ernat if p enyelesaian seng ket a)
Belum ada t im ad hoc untuk m em bant u investor
(M uhammad Syaifuddin, 2012:195).
peng elola dalam p engad aan lahan, yang sesuai
Perjanjian sew a tanah kas desa sebagai lahan kaw asan
sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2009.
ind ust ri m erupakan hal yang sangat pent ing unt uk
2. Belum adanya konsep perjanjian yang sesuai dengan
diperhatikan karena dalam perjanjian sewa inilah hal-hal yang
peraturan local yang berlaku di daerah atau w ilayah
mengatur tentang bagaimana hak dan kewajiban para pihak.
setempat.
Per jan ji an sew a t an ah kas d esa d ib u at un t u k
meminimalisir terjadinya sengket a antara para pihak.
Perjanjian yang aman dan menjamin kepastian hukum yang
bagaimana dapat dilihat dari perjanjian kerjasama yang
B. Saran
1. Perlu adanya tim ad hoc untuk membantu investor
peng elola dalam p engad aan lahan, yang sesuai
selama ini telah ada, tetapi kadang memang sengketa sulit
179
sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2009.
2. Perlu adanya adanya konsep perjanjian yang sesuai
dengan peraturan lokal yang berlaku di daerah atau
wilayah setempat supaya perjanjian tersebut benar-benar
dapat dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
B udiono Herlien, 20 08 , K umpula n Tulisa n Hukum
Perdata di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
______, 2009, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan
Penerapannya di Bidang Kenotariatan, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung.
B udiono Kusumohamidj oj o, 19 9 8 , Da sa r-da sa r
Merancang Kontrak, Grasindo, Jakarta.
J.S atrio, 19 9 3 , H ukum Perik a ta n, Perik a ta n Pa da
Umumnya , Bandung, Alumni.
Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian
Hukum Normatif, Bayu Media, Bandung.
Muhammad Syaifuddin, S.H.,M.Hum, Dr. H ukum
Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat,
Teori, Dogmatik, dan Prakti Hukum (Seri Pengayaan
Hukum Perikatan), 2012, Mandar Maju, Bandung.
Purwadi Patrik, 1986, Asas Itikad Baik dan Kepatutan
dalam Perjanjian, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
R .S etiawan, 19 8 6 , Pokok-Pokok H ukum Perika ta n ,
Bandung, Binacipta.
Ridwan Khairandy, 2004, Iktikad Baik dalam Kebebasan
Berkontrak, Jakarta, Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
Rony Hanitio S oemitro, 19 8 3 , Metode Penelitia n
Hukum,Ghalia Indonesia,Jakarta.
Soedjono Dirjosisworo, 2 0 0 3, K ontra k Bisnis, C V
Mandar Maju, Bandung.
Subekti dan Tjitrosudibio, 1989, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata , PT. Pradnya
Subekti, 1986, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional,
Bandung.Alumni.
______,1987, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta.
______,1992, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan
Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam
Perjanjian Kredit di Indonesia , Jakarta, Institut Bankir
180
Indonesia.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto, 2005, Pengantar Penelitian Hukum,
UI Press, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2 0 0 5 , Penelitia n H ukum ,
Kencana, Jakarta.
Laporan akhir Kajian Kawasan Industri Daerah Istimewa
Yogyakarta 2015.
Peraturan perundang-undangan:
1. Undang-Undang Nomor: 2 Tahun 2014 tentang
Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum.
2 . Undang-Undang Nomor: 3 Tahun 2014, tentang
Perindustrian.
3 . Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2014, tentang
Pemerintah Daerah.
4 . Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 2 00 9,
tentang Kawasan Industri.
5 . Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 0 5MInd.2014 .
6 . Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 35, tahun
2 010 .
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 4, tahun
2 0 07.
8 . Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.
65, tahun 2013, tentang Tanah Kas Desa.