TIKET MASUK DAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
ASIDI ALKALIMETRI

NAMA

:

NIM

:

KELAS

:

KELOMPOK

:

JURUSAN


:

ASISTEN

:

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A. PRE-LAB
1.Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?
Analisis volumetri adalah analisis kuantitatif, dimana kadar dan komposisi sampel
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji, hingga
komponen yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Analisis
volumetri juga merupakan cabang kimia analitik di mana pengukuran volume adalah
operasi utama dan terakhir (Pahari, 2006).
2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?

Asidimetri merupakan penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan
baku asam sedangkan alkalimetri merupakan penentuan konsentrasi larutan asam dengan
menggunakan larutan baku basa. Jadi asidi-alkalimetri merupakan teknik analisis kimia
berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa
(Sukarti, 2008).
3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti
melalui pembuatan langsung. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila
memenuhi persyaratan sebagai berikut, mempunyai kemurnian yang tinggi, mempunyai
rumus molekul yang pasti, tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang, larutannya
harus bersifat stabil, mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi (Wiryawan, 2007).
4.Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya tidak diketahui secara
tepat karena kondisinya yang tidak dari zat murni. Untuk menentukan konsentrasi larutan
ini deilakukan dengan pembakuan menggunakan larutan primer (Cairns. 2009).
5. Apa yang dimaksud dengan standarisasi/pembakuan larutan?
Larutan baku merupakan larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan biasanya
dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas) (Rohman, 2007).
6. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH?
reaksinya!


Tuliskan persamaan

Dalam pembakuan / standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan:
1. Asam Oksalat
C2H4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq)
 Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)
2. Asam asetat
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)
 CH3COOH(aq) + H2O(aq)
(Sumardjo, 2009).

7. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi HCl? Tuliskan persamaan reaksinya!
Boraks (Na2B4O7.10 H2O) dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl,
indikator yang digunakan adalah metil orange (Sumardjo, 2009).
Persamaan reaksinya :
Na2B4O7.10 H2O + 2H2O
4B(OH)3 + 2NaCl + 5H2O
(Sumardjo, 2009).
8. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan persamaan

reaksinya dengan NaOH!
Asam asetat atau asam etanoat merupakan jenis asam yang paling dominan pada asam
cuka. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan (Watson, 2007).
Persaman reaksinya:
NaOH (aq) + CH3COOH (aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Watson, 2007).

B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Prinsip dasar titrasi
Prisip dasar titrasi ialah memperoleh larutan baru dengan cara mereaksikan
sejumlah volume tertentu larutan standar yang diketahui konsentrasinya ke larutan lain
dengan menambahkan larutan standar dan memerlukan indikator untuk melihat
hasilnya (Syamsuni, 2006).
b. Pengertian Asidi Alkalimetri
Asidimetri merupakan Adalah sebuah metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan prinsip titrasi asam-basa yang berfungsi untuk menentukan kadar asambasa larutan secara analisa volumetri (Syamsuni, 2006).
c. Pengertian larutan standar primer dan sekunder (beserta contohnya)
Larutan standar primer merupakan larutan yang mengandung zat padat murni
yang konsentrasinya diketahui dengan cara perhitungan massa dan dapat digunakan

untuk metetapkan konsentrasi larutan lain yang tidak diketahui konsentrasinya
(Cairns. 2009).
Contoh: Na2CO3, C8H5O4K, AS2O3
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya tidak diketahui
secara tepat karena kondisinya yang tidak dari zat murni. Untuk menentukan

konsentrasi larutan ini deilakukan dengan pembakuan menggunakan larutan primer
(Cairns. 2009).
Contoh: H2SO4, NaOH, HCl
d. Fungsi bahan dalam praktikum
- Asam cuka berfungsi sebagai larutan yang diuji atau penirat (Widihati, 2008).
- NaOH berfungsi sebagai pemberi suasana basa (Widihati, 2008).
- HCl berfungsi sebagai larutan sampel keadaan normal (Widihati, 2008).
- Boraks berfungsi larutan yang diuji atau penitrat (Widihati, 2008).
- Asam Oksalat berfungsi sebagai larutan yang di uji atau penitrat (Widihati,
2008).
- Aquades berfungsi sebagai pelarut Kristal (Widihati, 2008).
- Fenolftalin berfungsi sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai
jika tidak ada warna menunjukkan netral sedangkan warna merah muda berarti
keadaan basa dengan pH 8 – 10 (Widihati, 2008).

- Metil Jingga berfungsi sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai
jika warna kuning berarti keadan netral dengan pH 3,1 - 4,4 (Widihati, 2008).
e. Aplikasi titrasi Asam-Basa dalam bidang teknologi pertanian
Pengaplikasian titrasi asam basa salah satunya adalah pupuk. Titrasi dapat
digunakan untuk membuat pupuk Kalium Klorida yang pembentukannya diperlukan
MgO yang dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi. Bisa juga
digunakan dalam penentuan sulfite dalam minuman Anggur menggunakan Iodine yang
merupakan asam (Doran, 2013).

C. DIAGRAM ALIR
a. Pembuatan Larutan Standar HCL 0,1 M
HCl Pekat

Dihitung konsentrasinya

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Aquades

Dihomogenkan


Hasil

b. Standardisasi Larutan HCL
Na2B4O.10H2O

Ditimbang sebanyak 1,9 gram
Diletakan dalam gelas beker
Aquades

Dilarutkan
Dipindahkan ke labu ukur 100 mL
Dihomogenkan
Diambil 10 mL

Aquades

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Indikator metil orange
Ditambahkan 1-2 tetes metil orange
Dititrasi dengan HCl

Diamati hingga perubahan warna
Dilakukan duplo
Dihitung M HCl
Hasil

c. Pembuatan Larutan Standar NaOH 0,1 M
NaOH
NaOH
Ditimbang sebanyak 0,4 gram dengan timbangan analitik
Dimasukkan ke dalam gelas beker
Dilarutkan

Aquades

Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
Dihomogenkan

Aquades

Hasil

d. Standardisasi Larutan NaOH
Asam Oksalat 0,05 M

Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer

Indikator PP
Ditambahkan 1-2 tetes
Dititrasi dengan NaOH
Diamati hingga terjadi perubahan warna
Dilakukan duplo
Dihitung M NaOH
Hasil
e. Penggunaan Larutan Standar Asam dan Basa Untuk menetapkan Kadar Asam Asetat
Pada Cuka
Asam Cuka

Diambil sebanyak 10 mL
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Dihomogenkan


Aquades

Diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Indikator PP
Ditambahkan 2-3 tetes
Dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret
Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer
Dilakukan duplo
Dihitung kadar asam asetat
Hasil

D. DATA HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M
BJ HCl

: 1,19

Kadar HCl

: 32%


Volume HCl yang dibutuhkan

: 0,96 ml

Perhitungan:
m1 . V1= m2 . V2

ρ x x 10
Mr

M=
=

10,4329 . V = 0,1 . 100

1,19 x 32 x 10
36,5

V = 0,96 mL

= 10,4329 M

Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?
Karena apa bila berat jenis yang digunakan tidak sama atau standar, akan
menyebabkan ketidak akuratan pada proses titrasi. Karena berat jenis dapat mempengaruhi
konsentrasi pada pembuatan larutan HCl.
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M
Volume HCl

:

Molaritas HCl

:

Volume boraks

:

BM boraks

:

Molaritas larutan
standarisai

HCl

hasil : 0,034 M

Perhitungan:
Titrasi 1
M a. Va . Val a=Mb . Vb .Val b

M . 14,3 . 1 = 0,05 . 1 . 10
M asam = 0,035 M
Ḿ =

0,035+0,033
2

Titrasi 2
Ma . Va . Val a = Mb . Vb . Val b
M . 15 . 1 = 0,05 . 10 . 1
M asam = 0,0333 M

¿ 0,034 M
Mengapa asam boraks digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl?
Karena larutan Boraks dan HCL dapat bereaksi sempurna sehingga dapat
menghasilkan garam yang bersifat asam. Itu dikarenakan HCL yang bersifat asam dan
Borak bersifat basa.
Selain itu boraks merupakan sebuah basa lemah dan bersifat stabil, selain itu boraks
juga tidak bersifat korosif serta mudah larut dalam air.
3. Pembuatan larutan standar NaOH
Berat NaOH

: 0,44 gram

Volume larutan NaOH

: 100 ml

Molaritas larutan NaOH

: 0,1 M

Perhitungan : membuat NaOH 0,1 M dari kristal NaOH
M

NaOH

gr 1000
x
Mr
V

=
gr =
=

MNaOH . Mr . V
1000
0,1. 40 . 100
1000

= 0,4 gram
Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?
Standarisasi NaOH dilakukan untuk memastikan ketepatan konsentrasi dari NaOH
yang akan digunakan sebagai larutan standar, dan juga untuk membuktikan apakah larutan
NaOH bisa bereaksi baik dengan asam lemah maupun asam kuat.

4. Standarisasi larutan standar NaOH
Berat Na-oksalat

:

BM Na-oksalat

: 90 gr/mol

Volume oksalat

: 100 ml

Volume larutan NaOH 0,1 M

: 100 ml

Molaritas larutan NaOH

: 0,0975 M

Perhitungan:
Titrasi 1

Titrasi 2

Ma . Val . Va = Mb . Val . V NaOH

Ma . Val . Va = Mb . Val . VNaOH
0,05 . 2 . 10 = M . 1 . 10,5

0,05 . 2 . 10 = M . 1 . 10

M NaOH = 0,095 M

M NaOH = 0,1 M

Ḿ =

0,1+0,095
2

¿ 0,975 M
a. Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?
Karena Na-oksalat dan NaOH dapat bereaksi sempurna. Reaksi tersebut akan lebih
mudah mengamati titik akhirnya. Selain itu Na-oksalat juga asam lemah yang tidak mudah
menguap. Asam oksalat juga merupakan unsur yang stabil.
b. Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?
Karena indikator pp memiliki jarak pH 8,5-10, mendekati jarak pH basa yang
dihasilkannya. Sehingga titik akhirnya dapat dilihat dan dapat terjadi perubahan warna.
Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator
ini 8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan, maka
dengan indikator ini dapat menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk
dan ditunjukan dengan perubahan warna.

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Volume larutan asam cuka

:10 ml

Volume NaOH (titrasi)

:

Molaritas NaOH

:0,0975 M

BM asam organik dominan

:

Persamaan reaksi

: NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

Kadar total asam (% b/v)

: 20%

Perhitungan:
Titrasi 1 = 4,5 ml

Titrasi 2 = 2,3 ml

Mb . Vb . Fp . Val = Ma . Va . Val
0,0975 . 4,5 . 100 . 1 = M . 10 . 1

Mb . Vb . Val . Fp = Ma . Va . Val
0,0975 . 4,5 . 1. 100 = Ma . 10 . 1
M asam = 2,2425 M

M asam = 4,3875 M
Ḿ =

M=

4,3875+2,2425
=3,315 M
2

gr 1000
x
Mr
V

3,315 =

Kadar (% b/v) =

gr 1000
x
60
10

2
10

× 100%

= 20%

gr = 1,989 gram ≈ 2 gram
Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk
pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!
Prinsip tersebut dapat digunakan untun menentukan keasaman suatu produk pangan.
Keasaman sangat dekat dengan kadar total asam. Semakin tinggi total asam, semakin
tinggi pula kadar asam suatu produk tersebut.
Contoh pengaplikasiannya untuk menentukan kadar vitamin C pada buah-buahan
seperti nanas, belimbing, jeruk dan buah buah asam lainnya. Pertama melarutkan,
menghomogenkan sampel yang diinginkan. selanjutnya sampel tersebut ditetesi indikator
pp. Setelah itu lakukan titrasi dan lakukan duplo supaya akurat.
E. ANALISA PROSEDUR
1. Membuat larutan standar HCL 0,1 M
Hitung terlebih dahulu mol HCL yang dibutuhkan dengan rumus persen mol.
M=

ρ x x 10
Mr

=

1,19 x 32 x 10
36,5

= 10,43 M
Setelah itu hitung volume HCL yang dibutuhkan dengan rumus pengenceran.
m1 . V1 = m2 . V2
10,43 . V = 0,1 . 100
V = 0,96 mL
Ambil HCL sebanyak 0,96 ml menggunakan pipet volume 1 ml dan
memasukkannya kedalam labu ukur. Tambahkan aquades hingga tanda batas. Tutup
labu ukur lalu homogenkan larutan sebanyak 12 kali. Telah didapat larutan HCL
standar 0,1 M. Setelah itu masukkan kedalam buret hingga batas skala buret.
2. Standarisasi larutan HCL 0,1 M dengan 0,05 M boraks
Masukkan larutan boraks ke dalam erlenmeyer, lalu
tambahkan indikator metil orange sebanyak 1 sampai 2 tetes. Titrasi
larutan boraks dengan HCL 0,1 M yang telah dimasukkan kedalam
buret. Lakukan titrasi secara perlahan agar dapat melihat perubahan
warna boraks yang bewarna orange menjadi orange keungu unguan.
Setelah berubah, catat volume dan lakukan duplo agar bisa mencari
volume rata rata HCL yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan
boraks. Hitung konsentrasi HCL. Telah didapat HCL yang telah
terstandarisasi.
3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Hitung terlebih dahulu berat NaOH yang dibutuhkan dengan rumus
molaritas.
gr
1000
×
M=
Mr volume
gr 1000
×
0,1 =
40 100
gr = 0,4 gram
Timbang NaOH sebanyak 0,4 gram dengan menggunakan
timbangan analitik. Perlu diperhatikan saat menimbang agar tidak
ada udara atau partikel yang masuk sehingga dapat membuat hasil
tidak akurat. Setelah ditimbang, masukkan kedalam gelas beker dan
ditambakan aquades lalu diaduk hingga tidak NaOH yang terlihat.
Masukkan kedalam labu ukur menggunakan corong. Tambahkan
aquades hingga tanda batas. Lalu Homogenisaskan sebanyak 12
kali. Terlah siap larutan standar NaOH NaOH 0,1 M. Setelah itu
masukkan kedalam buret.
4. Standarisasi Larutan Standar NaOH dengan 0,05 M asam oksalat

Pertama ambil asam oksalat sebanyak 10 ml menggunakan pipet volume.
Masukkan kedalam erlenmeyer dan ditambah indikator pp sebanyak 1 sampai 2 tetes.
Titrasi asam oksalat dengan NaOH yang telah dibuat sebelumnya. Lakukan titrasi
secara perlahan agar dapat terlihat perubahan warna, dari bening kewarna peach.
Lakukan duplo untuk mencari volume rata-rata NaOH yang ditambahkan kedalam
asam oksalat. Hitung M NaOH dan telah didapat NaOH yang telah terstandarisasi.
5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
Ambil cuka sebanyak 10 ml dengan menggunkan pipet volume dan masukkan
kedalam labu ukur. Tambahkan aquades hingga tanda batas. Tutup labu ukur lalu
homogenisasikan sebanyak 12 kali. Setelah itu masukkan kedalam erlenmeyer
sebanyak 10 ml dan ditambahkan indikator pp sebanyak 1 - 2 tetes. Titrasi secara
perlahan asam cuka dengan NaOH yang telah kita buat sebelumnya. Perhatikan
perubahan warnanya, dari warna bening ke warna ungu muda atau pink. lakukan duplo
untuk mengetahui volume rata - rata cuka.
Hitung mol cuka
Titrasi 1 = 4,5 ml

Titrasi 2 = 2,3 ml

Mb . Vb . Fp . Val = Ma . Va . Val
0,0975 . 4,5 . 100 . 1 = M . 10 . 1
M asam = 4,3875 M
Ḿ =

4,3875+2,2425
=3,315 M
2

M=

Lalu hitung massa cuka
gr 1000
x
Mr
V

3,315 =

gr 1000
x
60
10

gr = 1,989 gram ≈ 2 gram


Hitung kadar

Kadar total asam =

2
x 100
10

= 20%

Mb . Vb . Val . Fp = Ma . Va . Val
0,0975 . 4,5 . 1. 100 = Ma . 10 . 1
M asam = 2,2425 M

F. ANALISA HASIL
1. Pembuatan larutan standar HCL 0,1 M
Dalam pembuatan larutan HCL 0,1 M ini digunakan rumus persen mol dan
pengenceran
ρ x x 10
Mr

M=

1,19 x 32 x 10
36,5

=

m1 . V1 = m2 . V2
10,43 . V = 0,1 . 100
V = 0,96 mL

= 10,43 M

Pada pratikum ini kami mendapatkan 0,96 ml HCL. Hasil tersebut sesuai dengan
literatur dikarenakan kami teliti dalam melakukan pengenceran (Nugroho dan Rahayu,
2016).
2. Standarisasi larutan HCL dengan boraks
Dalam melakukan standarisasi HCL dengan boraks digunakan rumus
Titrasi 1
Ma . Va . Val a = Mb . Vb . Val b

Ma . Va . Val a = Mb . Vb . Val b

M . 14,3 . 1 = 0,05 . 1 . 10

M . 15 . 1 = 0,05 . 10 . 1

M asam = 0,035 M

Ḿ =

Titrasi 2

M asam = 0,0333 M

0,035+0,033
2

¿ 0,034 M
Dalam melakukan hal ini, kami medapatkan kesalahan. Hal ini terjadi karena
kurang hati-hatinya kami dalam melakukan titrasi, sehingga hasil yang didapat tidak
akurat. Warna yang seharusnya orange bening malah menjadi orange pekat (Masterton
dan Hurley, 2008).

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M
Untuk membuat larutan, hitung berat dengan menggunakan rumus molaritas

M

NaOH

=

gr =

gr 1000
x
Mr
V

MNaOH . Mr . V
1000

=

0,1. 40 . 100
1000

= 0,4 gram
Pada pembuatan larutan ini, kami mendapat hasil yang baik
walaupun terdapat kelebihan berat NaOH sebanyak 0,04 gram pada
saat penimbangan. Hal ini terjadi karena sulitnya memotong NaOH
serta cepatnya larutan tersebut menghisap air yang membuat NaOH
mencair. Hal ini tidak begitus sesuai dengan literatur yang kami
gunakan (Wegner, 2008).
4. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
Dalam pembuatan larutan ini kami menghitung mol NaOH dengan rumus
Titrasi 1
Ma . Val . Va = Mb . Val . V NaOH
0,05 . 2 . 10 = M . 1 . 10

Titrasi 2
Ma . Val . Va = Mb . Val . VNaOH
0,05 . 2 . 10 = M . 1 . 10,5
M NaOH = 0,095 M

M NaOH = 0,1 M

Ḿ =

0,1+0,095
2
¿ 0,975 M

Menurut literatur konsentrasi tersebut kurang tepat. Hal ini tidak sesuai dengan
yang kami dapatkan yaitu 0,975 M. Ini dikarenakan kurang telitinya dan kecermatan
kami dalam melakukan titrasi. Namun, Hasil berikut merupakan hasil yang baik
karena pada warna larutan yang kamibuat tidak jauh berbeda (Wegner, 2008)

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka
untuk mencari kadar asam dilakukan perhitungan dengan rumus
Perhitungan:
Titrasi 1 = 4,5 ml

Titrasi 2 = 2,3 ml

Mb . Vb . Fp . Val = Ma . Va . Val
0,0975 . 4,5 . 100 . 1 = M . 10 . 1

Mb . Vb . Val . Fp = Ma . Va . Val
0,0975 . 4,5 . 1. 100 = Ma . 10 . 1
M asam = 2,2425 M

M asam = 4,3875 M
Ḿ =

4,3875+2,2425
=3,315 M
2

M=

gr 1000
x
Mr
V

3,315 =

gr 1000
x
60
10

Kadar (% b/v) =

2
10

× 100%

= 20%

gr = 1,989 gram ≈ 2 gram
Pada pratikum kali kami mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, kadar
asam yang kami dapatkan adalah 20%

tidak sesuai dengan literatur yang kami

gunakan. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat titrasi kami mengalami kelebihan
NaOH dikarenakan kurang teliti dan sabar dalam melakukan titrasi (Hong dkk, 2016).

G. KESIMPULAN
Pada pratikum kali kali ini dapat disimpulkan bahwa titrasi adalah memperoleh
larutan baru dengan cara mereaksikan sejumlah volume tertentu larutan standar yang
diketahui konsentrasinya ke larutan lain dengan menambahkan larutan standar dan
memerlukan indikator untuk melihat hasilnya (Khopkar, 2008).
Tujuan pratikum ini adalah membuat larutan standar HCl 0,1 M,
membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer
H2C2O4, melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M
serta menggunakan larutan standar NaOH 0,1 untuk menetapkan
kadar asam asetat cuka perdagangan.
Dalam percobaan didapatkan larutan standar HCL 0,1 M dengan
volume 0,96 ml. Untuk standarisasi HCL dengan boraks didapatkan
konsentrasi boraks sebesar 0,034 M. Pembuatan larutan standar
NaOH diperoleh massa 0,44 gram. Untuk standarisasi larutan NaOH
diperoleh konsentrasi 0,975 M dan untuk kadar asam asetat pada
cuka adalah 20%.

DAFTAR PUSTAKA
Cairns, Donald. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC
Doran, Pauline. 2013. Bioprocess Enginerring Principle. Oxford: Elsevier
Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications
Rohman, Haryanto. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sukarti, Tati. 2008. Kimia Analitik. Bandung: Widya Padjadjaran
Sumardjo, Damin. 2009. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata
1 Fakultas Biosekta. Jakarta: EGC
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC
Watson, David G. 2007. Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited
Widihati, I Gede. 2008. Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan
Tersalut. Denpasar: Pustaka Ilmu
Wiryawan, Ahmad. 2007. Kimia Analitik. Malang: Universitas Negeri Malang

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Hong, Seung dkk. 2016. Methods in Biotechnology. Canada: John Wiley and Sons
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press
Masterton, William L dan Hurley, Cecile N. 2008. Chemistry: Principles and Reaction.
Washington DC: Cengage Learning
Nugroho, Endik Deni dan Rahayu, Dwi Anggorowati. 2016. Penuntun Pratikum
Bioteknologi. Yogyakarta: Deepublish
Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : John Wiley &
Sons