PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING T

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
Yahya Muhammad Mukhlis
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA UPI
yahya_mukhlis@yahoo.com

Drs.Waslaluddin, M.T.
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA-UPI
waslaluddin@yahoo.com

Drs. Enjang Ali Nurdin, M. Kom
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA-UPI
enjang_67@yahoo.com

ABSTRAK
Project Based Learning adalah sebuah model pembelajaran

yang tepat untuk memenuhi kebutuhan ini, dimana peserta
didik dilibatkan langsung dalam memecahkan permasalahan
yang ditugaskan, mengijinkan para peserta didik untuk aktif
membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat
menjadikan peserta didik yang realistis [4].

Project Based Learning merupakan model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa antara
siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah
diterapkannya model Project Based Learning pada mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen,
dengan
desain
Pre-Eksperimental
menggunakan model One-Group Pretest-Posttest Design .

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 36 orang siswa kelas XII-IPA-5 SMA Negeri 24
Bandung. Berdasarkan hasil penilitian dan analisis data,
didapatkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
uji ANOVA satu jalur, menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel,
3,625 > 3,28 artinya H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar
siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah
diterapkannya model Project Based Learning pada mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

2. KAJIAN TEORITIS
2.1. Konsep
Dasar
Belajar
Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
karena interaksi individu dengan lingkungan dan
pengalaman [9]. Salah satu tanda seseorang telah belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan
pengetahuan (koginitif), keterampilan (psikomotor), dan
nilai sikap (afektif).
Pembelajaran (instruction ) adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik [9]. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang
manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Kata kunci
Model Project Based Learning, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, One-Group Pretest-Postest Design, ANOVA
satu jalur.

1.

dan


2.2. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan
merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang
sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalaman atau lingkungannya.
Oleh karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan
yang mengundang, atau merangsang perkembangan
otak/kognitif peserta didik [9].
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori
konstruktivisme adalah : a) membangun interpretasi peserta

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1,

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).

1

memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang
sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Evaluasi pengalaman belajar siswa
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta
didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan
dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.

didik berdasarkan pengalaman belajar, b) menjadikan
pembelajaran sebagai proses aktif dalam membangun
pengetahuan tidak hanya sebagai proses komunikasi
pengetahuan, c) kegiatan pembelajaran bertujuan untuk
pemecahan masalah (problem solving ), d) pembelajaran

bertujuan pada proses pembelajaran itu sendiri, bukan pada
hasil pembelajaran, e) pembelajaran berpusat pada peserta
didik, f) mendorong peserta didik dalam mencapai tingkat
berpikir yang lebih tinggi (high order thingking ).

2.3. Model Project Based Learning
2.4. Hasil Belajar

Project based learning/ Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di
kelas dengan melibatkan kerja proyek [10 . Kerja proyek
memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada
pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat
menantang, dan menuntut siswa untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja secara mandiri [10]. Tujuannya adalah
agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan
tugas yang dihadapinya.


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Benyamin
S.Bloom, dkk [1] hasil belajar dapat dikelompokkan
kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen yaitu sebuah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan[8].
Bentuk desain penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian
ini
adalah
Pre-experimental
design ,
menggunakan one-group pretest-postest design . Desain ini
hanya melibatkan satu kelompok saja. Tujuannya adalah

untuk mengetahui hasil dari penerapan Project Based
Learning (X) pada kelompok tersebut.

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based
Leraning sebagaimana yang dikembangkan oleh The
George Lucas Educational Foundation [2] terdiri dari :
a. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia
nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing
pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide siswa mengenai
tema proyek yang akan diangkat.
b. Perencanaan aturan pengerjaan proyek
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat
dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
c. Membuat jadwal aktifitas

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal
ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Memonitoring perkembangan proyek siswa
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor
terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan
proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap proses.
e. Penilaian hasil kerja siswa
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam
mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik,

3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII
SMA Negeri 24 Bandung. Sampel diambil dengan cara
random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XII IPA-5 SMA Negeri 24 Bandung
sebanyak 36 orang siswa sebagai kelas eksperimen.


3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Test
Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes formatif
dengan teknik pilihan ganda (multiple choice). Tes dalam
penelitian ini terdiri dari tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) dengan jumlah soal masing-masing sebanyak 20.
2. Non Test
Angket siswa digunakan untuk mengukur sikap dan
tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang sedang
dikembangkan. Model angket yang digunakan adalah skala
Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak
setuju (STS).

2




3.4. Teknik Analisis Data



3.5.1. Uji Normalitas



Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa
keabsahan/normalitas sampel. Pada penelitian ini, uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus uji
kecocokan Chi kuadrat (X2) sebagai berikut:

Kelompok atas adalah kelompok siswa yang memiliki
nilai murni lebih besar dari :
Kelompok tengah adalah kelompok siswa yang
memiliki nilai murni diantara :
dan
Kelompok bawah adalah kelompok siswa yang
memiliki nilai murni lebih kecil dari :
Tabel 1. Rancangan ANOVA satu jalur
Kelompok Siswa
Kelompok atas
Kelompok tengah
Kelompok bawah

[6][7]

Perlakuan Model
Project Based Learning
PBLA
PBLB
PBLC

Oi = frekuensi hasil pengamatan;

Jenis ANOVA yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ANOVA satu jalur. Perbedaan rerata dengan uji cara
ANOVA dapat ditulis sebagai berikut [6]:

Ei = frekuensi yang diharapkan
Adapun langkah-langkah dalam menghitung normalitas ini
adalah:
Dengan taraf nyata 99%, kriteria pengujiannya adalah
apabila nilai xhitung < xtabel, maka hasil test terdistribusi
normal.

Dengan keterangan :
RJKa = Variansi antar kelompok (Rerata Jumlah Kuadrat
antar)
RJKi = Variansi kekeliruan pemilihan sampel (Rerata
Jumlah Kuadrat inter)

3.4.2. Uji Gain Ternormalisasi
Uji gain ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah
pembelajaran. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir (gain)
diasumsikan efek dari treatment[3].

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf
= 0,05, dengan kriteria pengujian sebagai
signifikansi
berikut :
Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, dan
Fhitung > Ftabel , maka H1 diterima dan H0 ditolak.
3.4.4.
Analisis Angket
Berdasarkan hasil analisis angket setelah dihitung dan
ditabulasikan dari seluruh jawaban siswa yang memilih
setiap indikator.
Rata-rata skor terhadap pernyataan angket dengan
menggunakan skala Likert, adalah sebagai berikut[5]:

3.4.3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis Nol (H0) = Tidak terdapat perbedaan rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas,
tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject
Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK).
Hipotesis Kerja (H1) = Terdapat perbedaan rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas,
tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject
Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK).

Untuk menghitung presentase hasil angket menggunakan
rumus sebagai berikut[5] :

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus
ANOVA. ANOVA adalah suatu cara untuk melihat
perbedaan rerata melalui pengetesan variansinya[6]. Adapun
yang diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah nilai
gain ternormalisasi. Sebelum melakukan penghitungan uji
ANOVA data yang sudah ada dibagi kedalam 3 kelompok
yaitu kelompok atas, tengah dan bawah berdasarkan nilai
murni mata pelajaran TIK pada semester sebelumnya
dengan kriteria sebagai berikut :

4.

EKSPERIMEN

Tahapan model Project Based Learning yang diterapkan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tema proyek
Peneliti mengambil tema proyek yang sesuai dengan realitas
dan ketertarikan siswa pada tema tersebut. Tema proyek
yang diangkat dalam penelitian ini adalah Pembuatan web
statis sederhana sebagai media informasi dan promosi objek

3

proyek yang akan diangkat harus bisa menarik bagi siswa,
mudah dalam pencarian informasi, serta proyek yang
dikerjakan harus mampu memenuhi indikator yang akan
dicapai pada proses pembelajaran. Untuk itu peniliti
mengangkat tema mengenai obyek wisata agar siswa bisa
mencari informasi yang dibutuhkan sambil berekreasi.

wisata. Skenario penyampain tema ini tidak disampaikan
secara langsung, agar bisa menarik perhatian,
keingintahuan, serta pendapat-pendapat siswa mengenai
tema yang akan dijadikan proyek.
2. Menyusun aturan pengerjaan proyek
Aturan ini dibuat agar apa yang dikerjakan siswa tidak
melenceng dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Aturan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi
antara peserta didik dan pendidik (peneliti). Aturan – aturan
pengerjaan proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang.
b. Tiap kelompok bisa memperoleh informasi dari mana
saja, tetapi diusahakan untuk mengunjungi langsung
objek wisata yang dijadikan tema proyek.
c. Kelompok mencari informasi dan gambar yang
dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Dari data yang diperoleh tiap kelompok membuat
rangkuman hasil kunjungan berupa artikel yang berisi
informasi dan gambar. Minimal terdapat 3 informasi
utama yang diperoleh, misalnya tentang sejarah objek
wisata tersebut, lokasi objek wisata, fasilitas yang ada
pada objek wisata tersebut dan sebagainya.

Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan model Pr oject
Based Learning adalah kurangnya waktu dan fasilitas yang
tersedia di tempat penilitian. Hal ini mengakibatkan kurang
efektifnya evaluasi dan pemberian umpan balik dari apa
yang telah dikerjakan siswa. Lab komputer yang tidak
terhubung dengan internetpun cukup menghambat siswa
dalam pencarian informasi untuk menyelesaikan proyek.
Untuk memfasilitasi ini peneliti menyediakan media
pembelajaran yang berbasis web (localhost) di tiap
komputer.

5. HASIL PENELITIAN
5.1. Data Nilai Pretest dan Posttest
Dalam penelitian ini data pokok yang diperoleh adalah hasil
belajar siswa pada domain kognitif dalam mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Data ini
diperoleh melalui instrumen pretest dan posttest yang
diberikan kepada seluruh siswa yang dijadikan objek
penelitian.

3. Menyusun jadwal aktivitas dalam pengerjaan proyek
Pendidik (peneliti) dan peserta didik secara kolaboratif
menyusun jadwal aktivitas dalam pengerjaan proyek. Disini
peneliti merancangnya dalam bentuk kalender proyek yang
akan selesai dalam waktu 3 minggu. Aktivitas dalam
pengerjaan proyek meliputi kunjungan ke objek wisata,
pembuatan artikel, pembuatan dokumen HTML,
perancangan web site sederhana, pembuatan web site,
presentasi, hingga evaluasi pembelajaran.

Tabel 2. Nilai pretest dan posttest

4. Memonitoring hasil kerja siswa
Pada tahap ini pendidik (peneliti) berperan untuk melakukan
pengawasan terhadap aktivitas siswa dalam menyelesaikan
proyek. Disini peneliti berperan sebagai fasilitator siswa
pada setiap proses pengerjaan proyek. Pelaksanaan
pengawasan ini dilakukan tiap pertemuan. Pada pertemuan
kedua yang dibahas adalah hasil kunjungan siswa serta
pembuatan dan penulisan dokumen html. Pada pertemuan
ketiga yang dibahas adalah pembuatan layout atau tampilan
web menggunakan tabel.

Test

Rerata

Nilai
Terkecil

Nilai
Terbesar

Pretest

8,89

5

13

Posttest

15,53

12

19

Gambaran rata-rata tingkat hasil belajar siswa dapat
ditunjukkan dengan grafik berikut :

20
10

5. Presentasi hasil karya siswa
Pada tahapan ini tiap kelompok siswa menampilkan hasil
proyek yang telah dibuat. Pada presentasi ini siswa yang
tampil diposisikan sebagai orang yang sedang
mempromosikan web yang dibuat. Setelah presentasi selesai
kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya
langsung mengenai web kelompok yang tampil.

0
Pretest

Posttest

Gambar 1. Grafik Hasil Pretest dan Posttest

5.2. Uji Normalitas

6. Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek
yang sudah dilaksanakan.
Pada akhir proses pembelajaran siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek.

Setelah melakukan uji normalitas dengan menggunakan
rumus Chi kuadrat pada data nilai pretest dan posttest
didapatkan hasil analisis normalitas pretest = 9,509 dan
hasil analisis normalitas posttest = 6,466.

Kesulitan yang dihadapi peneliti dalam pelaksanaan model
Project Based Learning adalah ketika menentukan
rancangan proyek yang akan dikerjakan siswa, dimana tema

4

bahwa nilai mean ketiga kelompok tersebut berbeda. Nilai
mean terbesar ditunjukkan pada kelompok 3 yaitu kelompok
siswa bawah sebesar 0,71. Apabila nilai mean tersebut
diinterpretasikan ke dalam interpretasi nilai normalized gain
menurut Hake (1998), maka termasuk kedalam kategori
tinggi.

Tabel 3. Hasil analisis normalitas data
Hasil

x hitung

x tabel

Pretest

9,509

Posttest

6,466

Kesimpulan
Terdistribusi Normal

11,35

Terdistribusi Normal

Hal ini terjadi karena dengan diterapkannya Project Based
Learning, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam memahami
materi pelajaran dengan mencari sendiri informasi-informasi
yang dibutuhkan, serta siswa dituntut untuk terlibat secara
langsung menyelesaikan tugas yang menghasilkan sebuah
produk nyata (proyek). Siswapun dituntut untuk bisa
berkolaborasi dan bekerja sama dalam sebuah kelompok,
sehingga siswa yang termasuk dalam kelompok bawah bisa
terbantu dengan anggota kelompoknya untuk lebih
memahami materi yang sedang diajarkan. Jadi peneliti dapat
menyimpulkan bahwa model Project Based Learning baik
untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan
pada kelompok bawah.

Dengan membandingkan x hitung dengan x tabel pada taraf
signifikansi =0,01 diperoleh xhitung < xtabel, maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil pretest dan posttest diatas
terdistribusi normal.

5.3. Uji gain ternormalisasi
Hasil perhitungan dengan menggunakan gain ternormalisasi
< g> diperoleh rerata sebesar 0,61. Nilai < g> ini selanjutnya
diinterpretasikan ke dalam kriteria nilai < g> , yaitu sedang.
Persentase nilai menunjukkan bahwa 25% siswa
mengalami peningkatan hasil belajar dengan kriteria tinggi,
72,2% siswa mengalami peningkatan hasil belajar sedang,
dan 2,8% siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar
rendah.

Model project based learning sangat cocok diterapkan pada
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi,
karena dengan menerapkan model ini pembelajaran tidak
akan membosankan, dan siswa akan memiliki peran aktif
untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

5.4. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil penghitungan uji ANOVA terhadap data
peningkatan hasil belajar siswa (gain ternormalisasi)
menggunakan software SPSS, maka didapat nilai Fhitung =
3,625.
Untuk
mengambil
keputusan,
diperlukan
pembandingan dengan F tabel pada taraf signifikansi = 0,05
yaitu 3,28.
Tabel 4. Oneway ANOVA
Sum of
Squares
Between Groups
Within Groups
Total

.141
.640
.781

Mean
Df Square
2
33
35

F

5.5. Hasil Angket
Dari hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa,
diperoleh hasil sebagai berikut : 2 pernyataan termasuk
kedalam kategori tinggi sekali, 13 pernyataan termasuk
kategori tinggi, dan 1 pernyataan termasuk kategori cukup.
Dengan nilai persentase rata-rata sebesar 76% maka
sebagian besar siswa berpendapat bahwa siswa menyukai
pelajaran TIK, siswa merasa tertarik dan antusias mengikuti
pembelajaran TIK, siswa sangat senang apabila belajar
dalam sebuah kelompok, dan siswa lebih memahami materi
pelajaran dengan menggunakan model project based
learning .

Sig.

.070 3.625 .038
.019

Dari hasil penghitungan ANOVA satu jalur setelah
dibandingkan antara Fhitung dengan Fabel dengan hasil Fhitung >
Ftabel atau 3,625 > 3,28 artinya H0 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas,
tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject
Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK).

6. KESIMPULAN
Project Based Learning merupakan model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Tahapan model Project Based Learning yang diterapkan
oleh peneliti melalui 6 tahap, yaitu :
1.
Menetapkan tema proyek
2.
Merancang aturan pengerjaan proyek
3.
Menyusun jadwal aktifitas dalam pengerjaan proyek
4.
Memonitoring hasil kerja siswa
5.
Presentasi hasil karya siswa
6.
Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek
yang sudah dilaksanakan.

Tabel 5. Oneway Descriptive

1
2
3
Total

N

Mean

6
24
6
36

.6917
.5688
.7100
.6128

Std.
Deviation Minimum
.16241
.13882
.11384
.14933

.45
.20
.57
.20

Maximum
.86
.89
.88
.89

Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan
rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas,
tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject
Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK).

Perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa ini dapat
dilihat dari tabel oneway descriptive, dimana bisa dilihat

5

7. REFERENSI
[1]Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran . Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
[2]Lucas, George .(2005). Instructional Module Pr oject
Based Learning . http://www.edutopia. org/modules/
PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.
[3]Panggabean, Luhut. (1996). Penelitian Pendidikan .
Depdikbud : Bandung.
[4]Purnawan, Yudi. (2007).
Pengenalan
PBL
(Pembelajaran
Berbasis
Proyek).
http://yudipurnawan.
wordpress.com
/2007/11/17/pengenalan-pbl/. Diakses tanggal 16
Februari 2010.
[5]Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan
dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
[6]Ruseffendi. (1992). Statistika Dasar untuk Penelitian
Pendidikan. Depdikbud: Bandung.
[7]Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan
Penilaian Pendidikan . Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
[8]Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta.
[9]Warsita , Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran
Landasan dan Aplikasinya . Jakarta : Rineka Cipta.
[10]Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer
(Suatu
Tinjauan
Konseptual
Operasional). Jakarta : Bumi Aksara.

6

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62