Analisis Pengaruh January Effect Terhadap Return Saham Pada Indeks Sektoral Di Bursa Efek Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tinjauan Pustaka
2.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan
obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh
Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah
berlangsung sejak 1880. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sekitar awal abad ke19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besarbesaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung
yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orangorang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi
dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial
waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya
berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta)
pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de Effectenhandel
(bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia
tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop
& Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa.
16
Universitas Sumatera Utara
A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D.
Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa.
Cruyff dan Fa. Gebroeders. Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham
dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia,
obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham
perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di
negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar
modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya.
Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya
dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Pada awal tahun 1939 terjadi
gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia.
Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, pemerintah Kolonial
Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di Semarang yang kemudian
memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Namun pada tanggal 17 Mei 1940
secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan
yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang
ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut
sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat
pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja.
Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan perseorangan ragu dan
tidak mau menanam modal di Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan,
pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas pasar modal pada
zaman penjajahan Belanda dan kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi
17
Universitas Sumatera Utara
terhenti. Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari
pemerintah Hindia-Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-undang darurat
No. 13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali bursa efek di Indonesia. Sejak
itu bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan
sebelum PD II. Pada saat itu pialang sangat aktif melakukan perdagangan,
kabarnya mereka mengunjungi kantor praktek dokter untuk menjual sahamnya
setelah dokter menyelesaikan pekerjaan prakteknya. Walaupun Presiden Soekarno
telah mengesahkan Undang-Undang Darurat tentang bursa, namun belum ada
langkah pemerintah lebih lanjut dalam penetapan keputusan yang lebih
berorientasi kepada pengembangan kegiatan bursa karena situasi politik dan
masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di
Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Dan pada tahun
1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa.
Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur
Bank Sentral. Dengan didirikannya Bapepam dan PT Danareksa serta adanya
Keputusan Presiden tahun 1976, maka untuk pertama kalinya Pemerintah
Republik Indonesia menciptakan kebijakan dan kelembagaan khususnya untuk
pendirian Pasar Modal dalam system perekonomian. Pada tanggal 10 Agustus
1977, Presiden RI secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang
ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong. Penutupan bursa efek saat itu
berlatar belakang politis, terutama agar sistem perekonomian nasional lebih
mengarah ke sistem sosial.
18
Universitas Sumatera Utara
Dengan go public, perusahaan-perusahaan dapat menarik dana yang
relative murah dan berjangka panjang dari masyarakat. Dan ini sangat
menguntungkan. Faktor-faktor pajak , kesempatan menilai aktiva tetap, penetapan
pajak rampung misalnya adalah keuntungan- keuntungan lain yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan yang belum go public dan yang
mempunyai struktur keuangan dengan modal kerja hasil pinjaman dari bank. Para
pembeli saham umumnya berorientasi ke deviden yang cukup menarik
dibandingkan dengan tingkat bunga deposito berjangka. Ini tentu saja merupakan
beban tambahan bagi perusahaan yang kan go public untuk memenuhi mentalitas
tersebut. Bursa efek pun mulai berkembang. Pemerintah memberi beberapa
kemudahan yang mengatur operasional tentang pelaksanaan bursa efek. Namun
demikian masalah yang timbul pada tahun 1976/1977 terletak pada kekuatan PT
Danareksa yang jauh lebih besar dalam menangani kegiatan pasar modal. Dengan
melihat peranan PT Danareksa sebagai lembaga dan kebijakan yang membatasi
gerakan harga saham, menjadi penyebab kelesuan Bursa Efek Indonesia. Dari
tahun 1976/1977 hingga di keluarkan kelompok keputusan kebijkan yang kedua,
hanya ada 24 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek dan perdagangan
berlangsung pada tingkat yang minim dan tercatat 21 perusahaan yang go public
yaitu 18 perusahaan menjual saham dan 3 perusahaan menjual obligasi masingmasing bernilai Rp 171 milyar dan Rp 55 milyar.
Kemudian kebijakan moneter 1 Juni 1983 juga telah memberikan
hambatan terhadap perkembangan pasar modal. Hal ini dikarenakan kebijakan
tersebut memberikan ruang gerak yang lebih luas terhadap bank-bank pemerintah
19
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan sendiri tingkat bunga deposito. Dengan di bebaskannya mereka
menentukan tingkat bunga mereka hal itu merupakan saingan berat bagi pasar
modal. Para investor lebih tertarik menanam modalnya dalam bentuk deposito
berjangka karena tingkat bunga nettonya akan lebih tinggi dan mantap
dibandingkan dengan besarnya keuntungan saham. Terakhir, pemerintah bersamasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyusun Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Dengan lahirnya Undang-undang ini,
mekanisme
transaksi
bursa
efek
Indonesia
beserta
lembaga-lembaga
penunjangnya memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan misinya. Bahkan
pemerintah dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan efek telah melakukan
perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995, tentang penyelenggaraan
kegiatan dibidang pasar modal, dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2004, pada tanggal 2 Maret 2004. Perkembangan pasar modal
Indonesia setelah tahun 1988 menunjukkan jumlah perkembangan yang sangat
signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan
bursa berkembang tercepat di dunia, meskipun hal tersebut belum pernah
dibuktikan secara empiris. Kemudian pemerintah mengeluarkan berbagai
deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket
Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket
Kebijaksanaan Desember 198 untuk mendorong bangkitnya pasar modal.
Beberapa kebijakan penting dalam deregulasi pasar modal yang dibuat pada tahun
1987 dan 1988 yang mendorong bangkit adalah sebagai berikut:
a
Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakdes 1987)
20
Universitas Sumatera Utara
Isi dari pakdes 1987 ialah menghapus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel dan penyederhanaan persyaratan
proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut
oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula
kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total
emisi.
b
Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88)
Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan
pengenaan pajak atas bunga deposito yang di peruntukkan bagi sektor perbankan.
Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal.
Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan
yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
c
Paket Kebijkan Desember 1988 (Pakdes 88)
Memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa yaitu dengan
menetapkan harga perdana aham diserahkan kepada emiten dan underwriter dan
harga saham pun diserahkan kepada kekuatan supply dan demand serta
menerapkan company Listing yaitu perusahaan diwajibkan untuk mencatat semua
jumlah saham yang disetor kepada bursa efek. Dengan company Listing maka kita
dapat mengetahui ukuran besar atau kecil suatu perusahaan yang tercatat di Bursa.
Di samping itu para pendiri perusahaan sewaktu-waktu juga dapat menjual
sebahagian atau seluruh saham yang dimiliki kepada investor di bursa efek tanpa
harus izin terlebih dahulu, apabila pendiri membutuhkan dana.
21
Universitas Sumatera Utara
Deregulasi
pada
intinya
adalah
melakukan
penyederhanaan
dan
merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan
kemudahan-kemudahan bagi investor sehingga adanya kebijakan deregulasi
tersebut membuat pasar modal di tahun 1988 menjadi berkembang dan aktif
kembali hingga sekarang.
Pasar modal saat ini berada dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
beralih dari Bapepam. Hal ini terjadi sebagaimana dikeluarkannya UU Nomor 21
Tahun 2011 pasal 4 tentang Otoritas Jasa Keuangan , dimana disebutkan salah
satu tujuan dari dibentuknya OJK adalah melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat terhadap pelanggaran atas Undang-Undang dan peraturan di sektor
keuangan yang berada di bawah kewenangan OJK. Adapun pihak- pihak yang di
awasi OJK adalah emiten dan perusahaan public, reksa dana, wakil perusahaan
efek, profesi penunjang, lembaga penunjang pasar modal, dan sebagainya.
Pendelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
2.1.2. Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek (Sunariyah, 2000 : 4). Pasar modal dapat dikatakan juga dengan pasar
22
Universitas Sumatera Utara
abstrak. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak karena yang di perjual belikan
adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi
lebih dari satu tahun (Sawidji Wioatmodjo 2009). Sedangkan menurut Hamdi
Hassyarbaini (2012), pasar modal merupakan pasar yang mempertemukan pihak
yang membutuhkan dana jangka panjang dan pihak yang membutuhkan sarana
investasi pada instrument finansial ( saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain)
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
memberikan pengertian Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Usman
(1990:62), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang
bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama
obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham.
Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan
hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari
perusahaan. Dengan adanya pasar modal kita yang mempunyai kelebihan dana
(surplus funds) dapat melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan
oleh emiten. Sebaliknya perusahaan (entities) yang membutuhkan dana
23
Universitas Sumatera Utara
menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan
otoritas di pasar modal sebagai emiten. Selain itu transaksi dalam pasar modal
juga tidak di batasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat melakukan transaksi kapan
pun dan dimanapun kita berada. Oleh karena itu pasar modal mengalami
perkembangan
yang
pesat
dikarenakan
proses
nya
yang
cepat
dan
menguntungkan. Pasar modal banyak dipilih masyarakat dalam mengalokasikan
dana nya daripada alternative lainnya seperti menabung di bank, membeli emas
dan sebagainya.
2.1.3. Pelaku dan Manfaat Pasar Modal
2.1.3.1 Pelaku Pasar Modal
Para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang
yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai
berikut Kasmir(2001 : 183-189) :
1.
Emiten
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau
melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten
memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS), antara lain :
a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk
meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan
modal asing.
24
Universitas Sumatera Utara
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham
lama kepada pemegang saham baru
2.
Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan
yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang
ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu.
Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan
analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain :
a. Memperoleh deviden
Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga yang
dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.
b. Kepemilikan perusahaan
Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar pengusahaan
(menguasai) perusahaan
c. Berdagang
Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya adalah pada
saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya.
3.
Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta mendukung
beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor
25
Universitas Sumatera Utara
dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga
penunjang yang memegang peranan penting di dalam mekanisme pasar modal
adalah sebagai berikut :
a. Penjamin emisi (underwriter)
Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu
tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.
b. Perantara perdagangan efek (broker / pialang)
Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si penjual (emiten)
dengan si pembeli (investor).
c. Penanggung (guarantor)
Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan dengan si penerima
kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan
dananya.
d. Wali amanat
Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor)
4.
Perusahaan surat berharga (securities company)
Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di
bursa efek.
5.
Perusahaan pengelola dana (investment company)
Mengelola surat-surat berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan
keinginan investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan
dana.
26
Universitas Sumatera Utara
6.
Kantor administrasi efek
Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka
memperlancar administrasinya.
2.1.3.2 Manfaat Pasar Modal
Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di
dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
lender ke borrower. Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan
adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi
borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan
usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya. Di dalam
keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan
para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil. Selain itu
di negara yang sudah maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam
pembangunan perekonomiannya. Negara maju tidak terlalu membutuhkan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), tetapi butuh usaha swasta yang professional yang
tercermin dalam pasar modal.
Perusahaan perkebunan, telekomunikasi, transportasi, perbankan, pesawat
terbang, pesawat tempur, semuanya dianggap penting serta menyangkut
kepetingan publik itupun dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta, tetapi
persyaratan penjualan diatur oleh perundangan yang sangat ketat. Pendapatan
negara yang berasal dari pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin untuk pegawai negeri, angkatan bersenjata, badan sosial, pendidikan,
27
Universitas Sumatera Utara
bencana alam, rumah sakit umum, dan pembangunan bagi kepentingan umum
lainnya dimana pihak swasta tidak tertarik untuk melaksanakannya. Negara tidak
membiayai pembangunan ekonominya dengan cara meminjam dana dari pihak
asing, karena akan selalu membebani APBN yang pada akhirnya akan dibebankan
kepada rakyat melalui pungutan pajak. Lebih dari 100 negara di dunia ini
mengandalkan pembangunan ekonominya melalui kegiatan pasar modal dan
ternyata mengalami kesuksesan yang luar biasa.
2.1.4. Saham
Saham adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan
oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanam
diperusahaan tersebut. Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh
perusahaan yang go public. Secara sederhana saham dapat di defenisikan sebagai
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
(Sawidji Widoatmodjo:2009:100). Saham terdiri dari saham biasa dan saham
preferen. Saham biasa ialah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi
paling junior dalam pembagian dividen dan hak kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa adalah yang paling dikenal di
kalangan masyarakat
Saham biasa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
a. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperolah laba.
b. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham.
28
Universitas Sumatera Utara
c. Memiliki hak terakhir (junior) dalam pembagian kekayaan perusahaan tersebut
dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiaban perusahaan dilunasi.
d. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap kalim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya. Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan
terlebih dahulu.
Sedangkan saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristk gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap,
tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Saham preferen sering juga disebut sebagai saham istimewa. Dikatakan istimewa
karena memang memiliki keistimewaan disbanding dengan saham biasa.
Keistimewaan saham preferen ini bisa berbagai macam, misalnya mendapat
deviden tetap, didahulukan pembayaran devidennya, dikumulatifkan pembayaran
dividennya jika perusahaan tidak membayar dividen dalam kurun waktu tertentu
dan masih banyak lagi. Namun sayang , meski memiliki keistimewaan saham
preferen jarang ditransaksikan di pasar modal Indonesia.
Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana saham tersebut telah beredar
(outstanding securities). Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan
dalam indeks. Dengan menggunakan indeks saham dapat dihindari kesalahan
analisis walaupun tanpa koreksi.
Saat ini terdapat 5 jenis indeks saham di Bursa Efek Indonesia,yaitu;
a. Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks ini digunakan sebagai indikator
pergerakan saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
29
Universitas Sumatera Utara
b. Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk ke dalam masingmasing sektor. Indeks sektoral merupakan sub indeks dari IHSG. Indeks sektoral
mulai diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks 100
untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995.
Indeks sektoral terdiri dari 9 sektor yaitu sektor pertanian, pertambangan, dasar
kimia, aneka industry, konsumsi, property, energy, keuangan dan perdagangan.
c. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui
beberapa macam seleksi. Indeks LQ 45 merupakan indeks harga dari 45 saham
yang terpilih. Setelah melalui beberapa kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri
atas saham-saham dengan likuiditas tinggi dan mempertimbangkan kapitalisasi
pasar saham tersebut.
d. Indeks saham/ Indeks Syari’ah, indeks ini terdiri dari 30 jenis saham yang
dipilih berdasarkan aturan Syari’ah Islam.
e. Indeks Harga Saham Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya.
2.1.5. Return Saham
Return saham adalah upah atau timbal balik yang didapatkan oleh para
investor atas keputusannya menanamkan modal pada perusahaan tertentu
(Jogiyanto, 2008:195). Return ialah hasil yang kita peroleh dari investasi. Return
dapat penunberupa return realisasi yaitu yang kita peroleh atau return ekspekstasi
yaitu yang kita harapkan di masa yang akan datang. Return realisasi adalah return
yang sudah terjadi dan diperoleh beradasarkan data historis. Sedangkan return
ekspektasi ialah return yang diharapkan dimasa datang dan sifatnya belum terjadi.
30
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, return yang diambil ialah return realisasi dimana return
tersebut diperoleh dari selisih return saham pada bulan ini di kurangkan dengan
return bulan sebelumnya dan dibagi dengan return saham bulan sebelumnya.
Secara sistematis, dapat dirumuskan dengan:
Dimana:
IHSBt = Harga saham bulanan pada bulan ke-t
IHSBt-1 = Harga saham bulanan pada bulan t-1
Apabila harga saham bulan sekarang lebih tinggi dari harga saham bulan
lalu maka kita akan memperoleh capital gain (keuntungan) namun sebaliknya
apabila harga saham bulan lalu lebih tinggi daripada harga saham bulan sekarang
maka akan memperoleh capital loss (kerugian).
2.1.6. Efisiensi Pasar
Menurut Jogiyanto (2003), secara umum efisiensi pasar (market efficiency)
didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas
dengan informasi. Konsep efisiensi pasar lebih menjurus ke aspek akurasi dan
return ekspektasi investor, ketersediaan informasi dan kecepatan pasar dalam
menyerap informasi tersebut. Menurut Fama (1970), ada 3 macam bentuk utama
dari efisiensi pasar berdasarkan 3 macam bentuk dari informasi, yaitu informasi
masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat.
Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar tersebut yaitu Efisiensi Pasar
bentuk lemah (Weak Form), Efisiensi Pasar bentuk setengah kuat (Semistrong
Form), dan Efisiensi Pasar bentuk kuat (Strong Form). Efisiensi pasar bentuk
31
Universitas Sumatera Utara
lemah yaitu pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritasnya tercermin secara
penuh ( fully reflect) informasi masa lalu. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat
yaitu pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritasnya secara penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan dan efisiensi
pasar bentuk kuat (strong form) yaitu pasar dikatakan efisien jika harga-harga
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang
tersedia termasuk informasi yang privat.
2.1.7. Anomali Pasar
Anomali pasar merupakan penyimpangan terhadap teori pasar modal
efisien artinya kejadian atau peristiawa yang tidak diantisipasi dan yang
menawarkan investor peluang untuk memperoleh abnormal return. Anomali pasar
muncul pada semua jenis efisiensi pasar mulai dari pasar bentuk lemah, setengah
kuat dan kuat. Beberapa penyebab anomali harga saham yang terjadi di pasar
modal ialah antara lain:
1. Ukuran perusahaan
Menurut Manulu (2005), saham-saham dalam perusahaan yang berskala
kecil ternyata memberikan return yang relative lebih besar bila dibandingkan
dengan yang berkapitalisasi besar di NYSE.
2. Pengaruh Hari Perdagangan dan Keberadaan Holiday Effect
Walaupun tidak terlalu besar, sampai sekarang fenomena ini sulit
dijelaskan dalam kerangka (frame work) pasar modal yang efisien. Selain itu
adanya gejala anomali pada saat libur nasional, atau dikenal dengan gejala holiday
effect juga turut memberikan pengaruh terhadap return.
32
Universitas Sumatera Utara
3. January Effect
January Effect merupakan kecenderungan kenaikan return saham pada
bulan januari pecan pertama dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Anomali
January Effect atau disebut juga year end effect adalah pengaruh secara kalender,
dimana saham terutama saham berkapitalisasi kecil cenderung naik harganya pada
bulan Januari. Yang seharusnya pada pasar efisien hal ini tidak terjadi.
Kecenderungan return yang tinggi secara konsisten pada bulan tertentu
merupakan bukti empiris adanya anomali dari efisiensi pasar karena jika investor
mengetahui adanya informasi tersebut, maka mereka dapat memanfaatkannya
untuk memperolah keuntungan. Sehingga melalui mekanisme pasar yang secara
efektif akan menghilangkan pola musiman tersebut dan return akan kembali
berfluktuasi secara random atau acak. Ada 3 penyebab yang memungkinkan
terjadinya anomali harga saham pada bulan Januari menurut Sharpe (1995) dan
Manulu (2005) yaitu:
a. Tax Loss Selling
Bila ada perusahaan yang mempunyai kinerja yang buruk maka ada kemungkinan
untuk menjual saham, tentu dengan harga yang turun. Pada akhir tahun investor
akan mengevaluasi saham-saham portofolio yang dengan kecendurungan untuk
menjual bila kinerja buruk. Suatu usaha untuk menjelaskan fenomena ini
mengatakan bahwa January effect terjadi karena tax-loss selling. Pada akhir
tahun, saham yang harganya rendah akan mengalami tekanan menurun sehingga
investor melepaskan saham tersebut untuk menghindari pajak. Kemudian pada
awal tahun, harga tersebut akan mengalami koreksi menuju harga “wajar”. Pada
33
Universitas Sumatera Utara
bulan Januari saham-saham perusahaan kecil memiliki tingkat resiko yang lebih
tinggi sehingga risk adjusted returnnya juga tinggi.
b. Window Procesing
Sama dengan Tax-loss selling yaitu terjadinya aksi jual saham-saham yang
mempunyai kinerja yang buruk di akhir tahun. Perbedaanya hal ini dilakukan
manager keuangan dengan tujuan agar laporan kinerja portofolio saham yang
dilaporkan pada akhir tahun nanti akan tampak bagus kinerjanya. Harga saham
akan kembali normal di bulan Januari setelah berakhir aksi jual beli saham.
c. Small Stock Beta
Ada pendapat analisis keuangan yang menyatakan bahwa pada bulan
Januari saham-saham kecil memiliki faktor resiko yang lebih besar daripada
bulan-bulan sebelumnya, jika pernyataan analisis itu benar maka tentunya pada
bulan Januari small stock beta tersebut akan memiliki rata-rata return yang lebih
tinggi daripada sebelumnya
2. 2
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai January Effect sudah banyak dilakukan di beberapa
negara. Salah satunya ialah Keim (1983) menguji gabungan efek “small
firm/January effect” dengan menggunakan return saham untuk periode 19631979. Dia menemukan return saham bulan January mengalami penurunan secara
monoton dengan ukuran perusahaan; dan return bulan February sampai Desember
adalah sama untuk semua ukuran perusahaan. Begitu pula penelitian yang
34
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Laura.T Starks, Li Yong dan Lu Zheng dengan judul Tax-Loss
Selling and the January Effect: Evidence from Municipal Bond Closed-End Funds
menyimpulkan bahwa terdapat January Effect yang disebabkan karena tax-loss
selling. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh penelitian Krishna dan
Charmen Loh dengan judul penelitian Risk and The January Effect in the Market
for The U.S Dollar yang menyatakan bahwa adanya permintaan dollar yang naik
dan resiko yang besar terhadap Dollar pada bulan January dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya. Penelitian oleh Dongcheoul Kim (2006) mengamati tentang
informasi resiko tidak pasti dan January Effect. Dia menggunakan two-factor
model (market risk and common risk factor) dan mengambil data sample
perusahaan yang terdaftar di NYSE dan AMEX periode 1972-2003 yang
kemudian di rangkum dalam porofolio. Penelitian pada NYSE, AMEX, dan
NASDAQ tentang penurunan efek dari January dilakukan oleh Easterday, Sen,
dan Stephan (2006) menemukan bahwa memang terdapat sedikit penurunan pada
January, pelaku pasar sudah mempelajari anomali ini dan jarang bisa mendapat
abnormal return darinya. Tetapi menurut penelitian ditemukan masih terdapat
January Effect di NASDAQ, dengan return dan firm size yang saling
berhubungan dalam arah yang diekspektasikan. Sedangkan perbedaan kekuatan
dari return di bulan January antara NYSE, AMEX, dan NASDAQ ini dipengaruhi
oleh firm size.
Sedangkan untuk Bursa Efek Indonesia sendiri, penelitian juga sudah
dilakukan oleh Luluk As’adah (2009) mengenai pengaruh January effect
terhadap abnormal return dan volume perdagangan pada saham di JII dengan
35
Universitas Sumatera Utara
menggunakan metode paired Sample T-test yang menyatakan bahwa tidak
terdapat January effect baik dilihat dari abnormal return maupun volume
perdagangannya. Hadi, Dinnul dan Rini (2012) pun meneliti hal yang sama
mengenai Analisis January Effect pada sektor manufaktur di BEI memperoleh
hasil yang sama yaitu tidak terdapat January effect di sektor manufaktur dengan
menggunakan metode uji normalitas, Descriptive Statistics, dan Paired-Samples T
Test. Namun Dina Astuti dan Herman Legowo menemukan bahwa terdapat
January Effect dan return saham di bulan January yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bulan lainnya pada BEJ.
Penelitian yang dilakukan oleh Niken Hayati Mufida (2009) dengan judul
Abnormal Return Saham di Bursa Efek Jakarta Sebelum dan Sesudah Peristiwa
Peledakan Bom di Bali 12 oktober 2002, juga menambah daftar penelitian dengan
studi kasus yang mirip dengan January Effect. Pada penelitian tersebut
menyatakan bahwa terdapat abnormal return saham atas peristiwa peledakan bom
di Bali, namun tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham antara
sebelum dan sesudah peristiwa tersebut. Kemudian penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Fitri Handayani (2005) dengan judul Analisis fenomena Efek Idul
Fitri di Bursa Efek Jakarta yang menyimpulkan bahwa secara global tidak
terdapat perbedaan keuntungan atau return sebelum Idul Fitri dengan keuntungan
setelah Idul Fitri. Dengan kata lain, Efek Idul Fitri (Idul Fitri Effect) tidak
ditemukan dalam pasar modal Indonesia. Ukuran perusahaan (size firm) tidak
berpengaruh terhadap keuntungan saham setelah Idul Fitri. Efek Idul Fitri tidak
36
Universitas Sumatera Utara
terjadi, maka investor dapat melakukan tindakan apapun atau menjual dan
membeli saham baik sebelum maupun setelah Idul Fitri.
Penelitian yang dilakukan terhadap saham yang listing di BEJ (Bursa Efek
Jakarta) oleh Husnan (1993) menemukan bahwa BEJ sebagai pasar bentuk
setengah kuat dan lemah. Sedangkan penelitian Prayoga (2000) mengenai Day of
The Week menemukan tidak adanya Day of the Week effect yang berarti BEJ tidak
termasuk kedalam pasar bentuk lemah.
No
1
Nama Peneliti
LiYong,Lu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun
Judul Penelitian
2006
Tax-Loss Selling
and the January
Zheng
Effect: Evidence
Hasil Penelitian
Terdapat January
Effek yang
disebabkan oleh taxselling.
from Municipal
Bond Closed-End
Funds
2
Khrisna,
Charmen Loh
1993
Risk And The
adanya January
January Effect In
Effect yang dilihat
The Market For
dari permintaan
The U.S. Dollar
dollar yang naik dan
resiko yang besar
terhadap Dollar pada
bulan January
dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya.
37
Universitas Sumatera Utara
3
Luluk As’adah
2009
Pengaruh January
Dengan
Effect Terhadap
menggunakan
Abnormal Return
metode paired
dan Volume
Sample T-test yang
Perdagangan Pada
menyatakan bahwa
Saham di JII
tidak terdapat
January effect baik
dilihat dari abnormal
return maupun
volume
perdagangannya.
4
Hadi, Dinnul,
2012
Rini
Analisis January
tidak terdapat
Effect pada sektor
January effect di
manufaktur di BEI
sektor manufaktur
dengan
menggunakan uji
normalitas,
Descriptive
Statistics, dan
Paired-Samples T
Test
2. 3
Kerangka Konseptual
38
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan return pasar setiap indeks sektoral sebagai
variabel dependen dan return saham pada bulan-bulan lainnya sebagai variabel
independent. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu
menurut peneliti dalam penelitian ini adalah pada bulan January atau awal tahun
ialah dimana banyak pihak yang berekspektasi terhadap berbagai kejadian yang
akan mempengaruhi terhadap permintaan dan penawaran saham sehingga terjadi
yang disebut fenomena January Effect. Sebagai contoh pada bulan Desember
merupakan akhir tahun pajak dan Januari sebagai awal tahun pajak. Meskipun
laporan keuangan akan diterbitkan tidak pada akhir bulan Desember atau awal
bulan Januari namun pada akhir tahun biasanya perusahaan melakukan
pembayaran pajak, sehingga para investor lebih suka melepas sahamnya yang
nilainya turun untuk menghindari kerugian pajak. Pada awal tahun investor akan
kembali membeli saham yang akan mempengaruhi kenaikan kembali harga
saham. Atau banyak pengusaha yang menjual saham nya untuk berlibur dan
sebagainya sehingga akan menimbulkan terjadinya fenomena January Effect.
Adapun gambar kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
VARIABEL
January Effect
Bulan Januari
Tinggi/Rendah
Bulan Lainnya
Variabel
Return
Saham
39
Universitas Sumatera Utara
Abnormal
Return
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
2. 4
Hipotesis
Berdasarkan uraian konseptual di kemukakan di atas diketahui bahwa
adanya hubungan antara January Effect terhadap return saham pada indeks
sektoral di pasar modal dan diperoleh pula adanya perbedaan-perbedaan
kesimpulan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
beberapa penelitian sebelumnya mengindikasikan adanya January effect pada
beberapa pasar modal dan ada pula yang tidak terjadi fenomena tersebut. Maka
berdasarkan uraian diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak ada fenomena January Effect pada setiap indeks sektoral yang terdapat
di Bursa Efek Indonedia selama periode 2009-2013.
H1: Terdapat fenomena January Effect pada setiap indeks sektoral di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2013.
40
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tinjauan Pustaka
2.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan
obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh
Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah
berlangsung sejak 1880. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Sekitar awal abad ke19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besarbesaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung
yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orangorang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi
dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial
waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya
berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta)
pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de Effectenhandel
(bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia
tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop
& Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa.
16
Universitas Sumatera Utara
A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D.
Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa.
Cruyff dan Fa. Gebroeders. Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham
dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia,
obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham
perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di
negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar
modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya.
Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya
dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Pada awal tahun 1939 terjadi
gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia.
Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, pemerintah Kolonial
Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di Semarang yang kemudian
memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Namun pada tanggal 17 Mei 1940
secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan dikeluarkan peraturan
yang menyatakan bahwa semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang
ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut
sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, dan berakibat
pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja.
Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan perseorangan ragu dan
tidak mau menanam modal di Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan,
pecahnya Perang Dunia II menandai berakhirnya aktivitas pasar modal pada
zaman penjajahan Belanda dan kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi
17
Universitas Sumatera Utara
terhenti. Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari
pemerintah Hindia-Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-undang darurat
No. 13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali bursa efek di Indonesia. Sejak
itu bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan
sebelum PD II. Pada saat itu pialang sangat aktif melakukan perdagangan,
kabarnya mereka mengunjungi kantor praktek dokter untuk menjual sahamnya
setelah dokter menyelesaikan pekerjaan prakteknya. Walaupun Presiden Soekarno
telah mengesahkan Undang-Undang Darurat tentang bursa, namun belum ada
langkah pemerintah lebih lanjut dalam penetapan keputusan yang lebih
berorientasi kepada pengembangan kegiatan bursa karena situasi politik dan
masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di
Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Dan pada tahun
1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa.
Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur
Bank Sentral. Dengan didirikannya Bapepam dan PT Danareksa serta adanya
Keputusan Presiden tahun 1976, maka untuk pertama kalinya Pemerintah
Republik Indonesia menciptakan kebijakan dan kelembagaan khususnya untuk
pendirian Pasar Modal dalam system perekonomian. Pada tanggal 10 Agustus
1977, Presiden RI secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang
ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong. Penutupan bursa efek saat itu
berlatar belakang politis, terutama agar sistem perekonomian nasional lebih
mengarah ke sistem sosial.
18
Universitas Sumatera Utara
Dengan go public, perusahaan-perusahaan dapat menarik dana yang
relative murah dan berjangka panjang dari masyarakat. Dan ini sangat
menguntungkan. Faktor-faktor pajak , kesempatan menilai aktiva tetap, penetapan
pajak rampung misalnya adalah keuntungan- keuntungan lain yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan yang belum go public dan yang
mempunyai struktur keuangan dengan modal kerja hasil pinjaman dari bank. Para
pembeli saham umumnya berorientasi ke deviden yang cukup menarik
dibandingkan dengan tingkat bunga deposito berjangka. Ini tentu saja merupakan
beban tambahan bagi perusahaan yang kan go public untuk memenuhi mentalitas
tersebut. Bursa efek pun mulai berkembang. Pemerintah memberi beberapa
kemudahan yang mengatur operasional tentang pelaksanaan bursa efek. Namun
demikian masalah yang timbul pada tahun 1976/1977 terletak pada kekuatan PT
Danareksa yang jauh lebih besar dalam menangani kegiatan pasar modal. Dengan
melihat peranan PT Danareksa sebagai lembaga dan kebijakan yang membatasi
gerakan harga saham, menjadi penyebab kelesuan Bursa Efek Indonesia. Dari
tahun 1976/1977 hingga di keluarkan kelompok keputusan kebijkan yang kedua,
hanya ada 24 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek dan perdagangan
berlangsung pada tingkat yang minim dan tercatat 21 perusahaan yang go public
yaitu 18 perusahaan menjual saham dan 3 perusahaan menjual obligasi masingmasing bernilai Rp 171 milyar dan Rp 55 milyar.
Kemudian kebijakan moneter 1 Juni 1983 juga telah memberikan
hambatan terhadap perkembangan pasar modal. Hal ini dikarenakan kebijakan
tersebut memberikan ruang gerak yang lebih luas terhadap bank-bank pemerintah
19
Universitas Sumatera Utara
untuk menentukan sendiri tingkat bunga deposito. Dengan di bebaskannya mereka
menentukan tingkat bunga mereka hal itu merupakan saingan berat bagi pasar
modal. Para investor lebih tertarik menanam modalnya dalam bentuk deposito
berjangka karena tingkat bunga nettonya akan lebih tinggi dan mantap
dibandingkan dengan besarnya keuntungan saham. Terakhir, pemerintah bersamasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyusun Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Dengan lahirnya Undang-undang ini,
mekanisme
transaksi
bursa
efek
Indonesia
beserta
lembaga-lembaga
penunjangnya memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan misinya. Bahkan
pemerintah dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan efek telah melakukan
perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995, tentang penyelenggaraan
kegiatan dibidang pasar modal, dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2004, pada tanggal 2 Maret 2004. Perkembangan pasar modal
Indonesia setelah tahun 1988 menunjukkan jumlah perkembangan yang sangat
signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan
bursa berkembang tercepat di dunia, meskipun hal tersebut belum pernah
dibuktikan secara empiris. Kemudian pemerintah mengeluarkan berbagai
deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket
Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket
Kebijaksanaan Desember 198 untuk mendorong bangkitnya pasar modal.
Beberapa kebijakan penting dalam deregulasi pasar modal yang dibuat pada tahun
1987 dan 1988 yang mendorong bangkit adalah sebagai berikut:
a
Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakdes 1987)
20
Universitas Sumatera Utara
Isi dari pakdes 1987 ialah menghapus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel dan penyederhanaan persyaratan
proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut
oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula
kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total
emisi.
b
Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88)
Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan
pengenaan pajak atas bunga deposito yang di peruntukkan bagi sektor perbankan.
Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal.
Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan
yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
c
Paket Kebijkan Desember 1988 (Pakdes 88)
Memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa yaitu dengan
menetapkan harga perdana aham diserahkan kepada emiten dan underwriter dan
harga saham pun diserahkan kepada kekuatan supply dan demand serta
menerapkan company Listing yaitu perusahaan diwajibkan untuk mencatat semua
jumlah saham yang disetor kepada bursa efek. Dengan company Listing maka kita
dapat mengetahui ukuran besar atau kecil suatu perusahaan yang tercatat di Bursa.
Di samping itu para pendiri perusahaan sewaktu-waktu juga dapat menjual
sebahagian atau seluruh saham yang dimiliki kepada investor di bursa efek tanpa
harus izin terlebih dahulu, apabila pendiri membutuhkan dana.
21
Universitas Sumatera Utara
Deregulasi
pada
intinya
adalah
melakukan
penyederhanaan
dan
merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan
kemudahan-kemudahan bagi investor sehingga adanya kebijakan deregulasi
tersebut membuat pasar modal di tahun 1988 menjadi berkembang dan aktif
kembali hingga sekarang.
Pasar modal saat ini berada dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
beralih dari Bapepam. Hal ini terjadi sebagaimana dikeluarkannya UU Nomor 21
Tahun 2011 pasal 4 tentang Otoritas Jasa Keuangan , dimana disebutkan salah
satu tujuan dari dibentuknya OJK adalah melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat terhadap pelanggaran atas Undang-Undang dan peraturan di sektor
keuangan yang berada di bawah kewenangan OJK. Adapun pihak- pihak yang di
awasi OJK adalah emiten dan perusahaan public, reksa dana, wakil perusahaan
efek, profesi penunjang, lembaga penunjang pasar modal, dan sebagainya.
Pendelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
2.1.2. Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek (Sunariyah, 2000 : 4). Pasar modal dapat dikatakan juga dengan pasar
22
Universitas Sumatera Utara
abstrak. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak karena yang di perjual belikan
adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi
lebih dari satu tahun (Sawidji Wioatmodjo 2009). Sedangkan menurut Hamdi
Hassyarbaini (2012), pasar modal merupakan pasar yang mempertemukan pihak
yang membutuhkan dana jangka panjang dan pihak yang membutuhkan sarana
investasi pada instrument finansial ( saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain)
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
memberikan pengertian Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Usman
(1990:62), umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang
bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama
obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham.
Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan
hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari
perusahaan. Dengan adanya pasar modal kita yang mempunyai kelebihan dana
(surplus funds) dapat melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan
oleh emiten. Sebaliknya perusahaan (entities) yang membutuhkan dana
23
Universitas Sumatera Utara
menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan
otoritas di pasar modal sebagai emiten. Selain itu transaksi dalam pasar modal
juga tidak di batasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat melakukan transaksi kapan
pun dan dimanapun kita berada. Oleh karena itu pasar modal mengalami
perkembangan
yang
pesat
dikarenakan
proses
nya
yang
cepat
dan
menguntungkan. Pasar modal banyak dipilih masyarakat dalam mengalokasikan
dana nya daripada alternative lainnya seperti menabung di bank, membeli emas
dan sebagainya.
2.1.3. Pelaku dan Manfaat Pasar Modal
2.1.3.1 Pelaku Pasar Modal
Para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang
yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai
berikut Kasmir(2001 : 183-189) :
1.
Emiten
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau
melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten
memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS), antara lain :
a. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk
meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
b. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan
modal asing.
24
Universitas Sumatera Utara
c. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham
lama kepada pemegang saham baru
2.
Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan
yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang
ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu.
Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan
analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain :
a. Memperoleh deviden
Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga yang
dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.
b. Kepemilikan perusahaan
Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar pengusahaan
(menguasai) perusahaan
c. Berdagang
Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya adalah pada
saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya.
3.
Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta mendukung
beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor
25
Universitas Sumatera Utara
dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga
penunjang yang memegang peranan penting di dalam mekanisme pasar modal
adalah sebagai berikut :
a. Penjamin emisi (underwriter)
Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu
tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.
b. Perantara perdagangan efek (broker / pialang)
Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si penjual (emiten)
dengan si pembeli (investor).
c. Penanggung (guarantor)
Lembaga penengah antara si pemberi kepercayaan dengan si penerima
kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan
dananya.
d. Wali amanat
Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor)
4.
Perusahaan surat berharga (securities company)
Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di
bursa efek.
5.
Perusahaan pengelola dana (investment company)
Mengelola surat-surat berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan
keinginan investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan
dana.
26
Universitas Sumatera Utara
6.
Kantor administrasi efek
Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka
memperlancar administrasinya.
2.1.3.2 Manfaat Pasar Modal
Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di
dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
lender ke borrower. Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan
adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi
borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan
usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya. Di dalam
keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan
para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil. Selain itu
di negara yang sudah maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam
pembangunan perekonomiannya. Negara maju tidak terlalu membutuhkan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), tetapi butuh usaha swasta yang professional yang
tercermin dalam pasar modal.
Perusahaan perkebunan, telekomunikasi, transportasi, perbankan, pesawat
terbang, pesawat tempur, semuanya dianggap penting serta menyangkut
kepetingan publik itupun dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta, tetapi
persyaratan penjualan diatur oleh perundangan yang sangat ketat. Pendapatan
negara yang berasal dari pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
rutin untuk pegawai negeri, angkatan bersenjata, badan sosial, pendidikan,
27
Universitas Sumatera Utara
bencana alam, rumah sakit umum, dan pembangunan bagi kepentingan umum
lainnya dimana pihak swasta tidak tertarik untuk melaksanakannya. Negara tidak
membiayai pembangunan ekonominya dengan cara meminjam dana dari pihak
asing, karena akan selalu membebani APBN yang pada akhirnya akan dibebankan
kepada rakyat melalui pungutan pajak. Lebih dari 100 negara di dunia ini
mengandalkan pembangunan ekonominya melalui kegiatan pasar modal dan
ternyata mengalami kesuksesan yang luar biasa.
2.1.4. Saham
Saham adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan
oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanam
diperusahaan tersebut. Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh
perusahaan yang go public. Secara sederhana saham dapat di defenisikan sebagai
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
(Sawidji Widoatmodjo:2009:100). Saham terdiri dari saham biasa dan saham
preferen. Saham biasa ialah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi
paling junior dalam pembagian dividen dan hak kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa adalah yang paling dikenal di
kalangan masyarakat
Saham biasa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
a. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperolah laba.
b. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham.
28
Universitas Sumatera Utara
c. Memiliki hak terakhir (junior) dalam pembagian kekayaan perusahaan tersebut
dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiaban perusahaan dilunasi.
d. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap kalim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya. Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan
terlebih dahulu.
Sedangkan saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristk gabungan
antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap,
tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Saham preferen sering juga disebut sebagai saham istimewa. Dikatakan istimewa
karena memang memiliki keistimewaan disbanding dengan saham biasa.
Keistimewaan saham preferen ini bisa berbagai macam, misalnya mendapat
deviden tetap, didahulukan pembayaran devidennya, dikumulatifkan pembayaran
dividennya jika perusahaan tidak membayar dividen dalam kurun waktu tertentu
dan masih banyak lagi. Namun sayang , meski memiliki keistimewaan saham
preferen jarang ditransaksikan di pasar modal Indonesia.
Harga saham adalah nilai bukti penyertaan modal pada perseroan terbatas
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana saham tersebut telah beredar
(outstanding securities). Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan
dalam indeks. Dengan menggunakan indeks saham dapat dihindari kesalahan
analisis walaupun tanpa koreksi.
Saat ini terdapat 5 jenis indeks saham di Bursa Efek Indonesia,yaitu;
a. Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks ini digunakan sebagai indikator
pergerakan saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
29
Universitas Sumatera Utara
b. Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk ke dalam masingmasing sektor. Indeks sektoral merupakan sub indeks dari IHSG. Indeks sektoral
mulai diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks 100
untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995.
Indeks sektoral terdiri dari 9 sektor yaitu sektor pertanian, pertambangan, dasar
kimia, aneka industry, konsumsi, property, energy, keuangan dan perdagangan.
c. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui
beberapa macam seleksi. Indeks LQ 45 merupakan indeks harga dari 45 saham
yang terpilih. Setelah melalui beberapa kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri
atas saham-saham dengan likuiditas tinggi dan mempertimbangkan kapitalisasi
pasar saham tersebut.
d. Indeks saham/ Indeks Syari’ah, indeks ini terdiri dari 30 jenis saham yang
dipilih berdasarkan aturan Syari’ah Islam.
e. Indeks Harga Saham Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya.
2.1.5. Return Saham
Return saham adalah upah atau timbal balik yang didapatkan oleh para
investor atas keputusannya menanamkan modal pada perusahaan tertentu
(Jogiyanto, 2008:195). Return ialah hasil yang kita peroleh dari investasi. Return
dapat penunberupa return realisasi yaitu yang kita peroleh atau return ekspekstasi
yaitu yang kita harapkan di masa yang akan datang. Return realisasi adalah return
yang sudah terjadi dan diperoleh beradasarkan data historis. Sedangkan return
ekspektasi ialah return yang diharapkan dimasa datang dan sifatnya belum terjadi.
30
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, return yang diambil ialah return realisasi dimana return
tersebut diperoleh dari selisih return saham pada bulan ini di kurangkan dengan
return bulan sebelumnya dan dibagi dengan return saham bulan sebelumnya.
Secara sistematis, dapat dirumuskan dengan:
Dimana:
IHSBt = Harga saham bulanan pada bulan ke-t
IHSBt-1 = Harga saham bulanan pada bulan t-1
Apabila harga saham bulan sekarang lebih tinggi dari harga saham bulan
lalu maka kita akan memperoleh capital gain (keuntungan) namun sebaliknya
apabila harga saham bulan lalu lebih tinggi daripada harga saham bulan sekarang
maka akan memperoleh capital loss (kerugian).
2.1.6. Efisiensi Pasar
Menurut Jogiyanto (2003), secara umum efisiensi pasar (market efficiency)
didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas
dengan informasi. Konsep efisiensi pasar lebih menjurus ke aspek akurasi dan
return ekspektasi investor, ketersediaan informasi dan kecepatan pasar dalam
menyerap informasi tersebut. Menurut Fama (1970), ada 3 macam bentuk utama
dari efisiensi pasar berdasarkan 3 macam bentuk dari informasi, yaitu informasi
masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat.
Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar tersebut yaitu Efisiensi Pasar
bentuk lemah (Weak Form), Efisiensi Pasar bentuk setengah kuat (Semistrong
Form), dan Efisiensi Pasar bentuk kuat (Strong Form). Efisiensi pasar bentuk
31
Universitas Sumatera Utara
lemah yaitu pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritasnya tercermin secara
penuh ( fully reflect) informasi masa lalu. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat
yaitu pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritasnya secara penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan dan efisiensi
pasar bentuk kuat (strong form) yaitu pasar dikatakan efisien jika harga-harga
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang
tersedia termasuk informasi yang privat.
2.1.7. Anomali Pasar
Anomali pasar merupakan penyimpangan terhadap teori pasar modal
efisien artinya kejadian atau peristiawa yang tidak diantisipasi dan yang
menawarkan investor peluang untuk memperoleh abnormal return. Anomali pasar
muncul pada semua jenis efisiensi pasar mulai dari pasar bentuk lemah, setengah
kuat dan kuat. Beberapa penyebab anomali harga saham yang terjadi di pasar
modal ialah antara lain:
1. Ukuran perusahaan
Menurut Manulu (2005), saham-saham dalam perusahaan yang berskala
kecil ternyata memberikan return yang relative lebih besar bila dibandingkan
dengan yang berkapitalisasi besar di NYSE.
2. Pengaruh Hari Perdagangan dan Keberadaan Holiday Effect
Walaupun tidak terlalu besar, sampai sekarang fenomena ini sulit
dijelaskan dalam kerangka (frame work) pasar modal yang efisien. Selain itu
adanya gejala anomali pada saat libur nasional, atau dikenal dengan gejala holiday
effect juga turut memberikan pengaruh terhadap return.
32
Universitas Sumatera Utara
3. January Effect
January Effect merupakan kecenderungan kenaikan return saham pada
bulan januari pecan pertama dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Anomali
January Effect atau disebut juga year end effect adalah pengaruh secara kalender,
dimana saham terutama saham berkapitalisasi kecil cenderung naik harganya pada
bulan Januari. Yang seharusnya pada pasar efisien hal ini tidak terjadi.
Kecenderungan return yang tinggi secara konsisten pada bulan tertentu
merupakan bukti empiris adanya anomali dari efisiensi pasar karena jika investor
mengetahui adanya informasi tersebut, maka mereka dapat memanfaatkannya
untuk memperolah keuntungan. Sehingga melalui mekanisme pasar yang secara
efektif akan menghilangkan pola musiman tersebut dan return akan kembali
berfluktuasi secara random atau acak. Ada 3 penyebab yang memungkinkan
terjadinya anomali harga saham pada bulan Januari menurut Sharpe (1995) dan
Manulu (2005) yaitu:
a. Tax Loss Selling
Bila ada perusahaan yang mempunyai kinerja yang buruk maka ada kemungkinan
untuk menjual saham, tentu dengan harga yang turun. Pada akhir tahun investor
akan mengevaluasi saham-saham portofolio yang dengan kecendurungan untuk
menjual bila kinerja buruk. Suatu usaha untuk menjelaskan fenomena ini
mengatakan bahwa January effect terjadi karena tax-loss selling. Pada akhir
tahun, saham yang harganya rendah akan mengalami tekanan menurun sehingga
investor melepaskan saham tersebut untuk menghindari pajak. Kemudian pada
awal tahun, harga tersebut akan mengalami koreksi menuju harga “wajar”. Pada
33
Universitas Sumatera Utara
bulan Januari saham-saham perusahaan kecil memiliki tingkat resiko yang lebih
tinggi sehingga risk adjusted returnnya juga tinggi.
b. Window Procesing
Sama dengan Tax-loss selling yaitu terjadinya aksi jual saham-saham yang
mempunyai kinerja yang buruk di akhir tahun. Perbedaanya hal ini dilakukan
manager keuangan dengan tujuan agar laporan kinerja portofolio saham yang
dilaporkan pada akhir tahun nanti akan tampak bagus kinerjanya. Harga saham
akan kembali normal di bulan Januari setelah berakhir aksi jual beli saham.
c. Small Stock Beta
Ada pendapat analisis keuangan yang menyatakan bahwa pada bulan
Januari saham-saham kecil memiliki faktor resiko yang lebih besar daripada
bulan-bulan sebelumnya, jika pernyataan analisis itu benar maka tentunya pada
bulan Januari small stock beta tersebut akan memiliki rata-rata return yang lebih
tinggi daripada sebelumnya
2. 2
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai January Effect sudah banyak dilakukan di beberapa
negara. Salah satunya ialah Keim (1983) menguji gabungan efek “small
firm/January effect” dengan menggunakan return saham untuk periode 19631979. Dia menemukan return saham bulan January mengalami penurunan secara
monoton dengan ukuran perusahaan; dan return bulan February sampai Desember
adalah sama untuk semua ukuran perusahaan. Begitu pula penelitian yang
34
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Laura.T Starks, Li Yong dan Lu Zheng dengan judul Tax-Loss
Selling and the January Effect: Evidence from Municipal Bond Closed-End Funds
menyimpulkan bahwa terdapat January Effect yang disebabkan karena tax-loss
selling. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh penelitian Krishna dan
Charmen Loh dengan judul penelitian Risk and The January Effect in the Market
for The U.S Dollar yang menyatakan bahwa adanya permintaan dollar yang naik
dan resiko yang besar terhadap Dollar pada bulan January dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya. Penelitian oleh Dongcheoul Kim (2006) mengamati tentang
informasi resiko tidak pasti dan January Effect. Dia menggunakan two-factor
model (market risk and common risk factor) dan mengambil data sample
perusahaan yang terdaftar di NYSE dan AMEX periode 1972-2003 yang
kemudian di rangkum dalam porofolio. Penelitian pada NYSE, AMEX, dan
NASDAQ tentang penurunan efek dari January dilakukan oleh Easterday, Sen,
dan Stephan (2006) menemukan bahwa memang terdapat sedikit penurunan pada
January, pelaku pasar sudah mempelajari anomali ini dan jarang bisa mendapat
abnormal return darinya. Tetapi menurut penelitian ditemukan masih terdapat
January Effect di NASDAQ, dengan return dan firm size yang saling
berhubungan dalam arah yang diekspektasikan. Sedangkan perbedaan kekuatan
dari return di bulan January antara NYSE, AMEX, dan NASDAQ ini dipengaruhi
oleh firm size.
Sedangkan untuk Bursa Efek Indonesia sendiri, penelitian juga sudah
dilakukan oleh Luluk As’adah (2009) mengenai pengaruh January effect
terhadap abnormal return dan volume perdagangan pada saham di JII dengan
35
Universitas Sumatera Utara
menggunakan metode paired Sample T-test yang menyatakan bahwa tidak
terdapat January effect baik dilihat dari abnormal return maupun volume
perdagangannya. Hadi, Dinnul dan Rini (2012) pun meneliti hal yang sama
mengenai Analisis January Effect pada sektor manufaktur di BEI memperoleh
hasil yang sama yaitu tidak terdapat January effect di sektor manufaktur dengan
menggunakan metode uji normalitas, Descriptive Statistics, dan Paired-Samples T
Test. Namun Dina Astuti dan Herman Legowo menemukan bahwa terdapat
January Effect dan return saham di bulan January yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bulan lainnya pada BEJ.
Penelitian yang dilakukan oleh Niken Hayati Mufida (2009) dengan judul
Abnormal Return Saham di Bursa Efek Jakarta Sebelum dan Sesudah Peristiwa
Peledakan Bom di Bali 12 oktober 2002, juga menambah daftar penelitian dengan
studi kasus yang mirip dengan January Effect. Pada penelitian tersebut
menyatakan bahwa terdapat abnormal return saham atas peristiwa peledakan bom
di Bali, namun tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham antara
sebelum dan sesudah peristiwa tersebut. Kemudian penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Fitri Handayani (2005) dengan judul Analisis fenomena Efek Idul
Fitri di Bursa Efek Jakarta yang menyimpulkan bahwa secara global tidak
terdapat perbedaan keuntungan atau return sebelum Idul Fitri dengan keuntungan
setelah Idul Fitri. Dengan kata lain, Efek Idul Fitri (Idul Fitri Effect) tidak
ditemukan dalam pasar modal Indonesia. Ukuran perusahaan (size firm) tidak
berpengaruh terhadap keuntungan saham setelah Idul Fitri. Efek Idul Fitri tidak
36
Universitas Sumatera Utara
terjadi, maka investor dapat melakukan tindakan apapun atau menjual dan
membeli saham baik sebelum maupun setelah Idul Fitri.
Penelitian yang dilakukan terhadap saham yang listing di BEJ (Bursa Efek
Jakarta) oleh Husnan (1993) menemukan bahwa BEJ sebagai pasar bentuk
setengah kuat dan lemah. Sedangkan penelitian Prayoga (2000) mengenai Day of
The Week menemukan tidak adanya Day of the Week effect yang berarti BEJ tidak
termasuk kedalam pasar bentuk lemah.
No
1
Nama Peneliti
LiYong,Lu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun
Judul Penelitian
2006
Tax-Loss Selling
and the January
Zheng
Effect: Evidence
Hasil Penelitian
Terdapat January
Effek yang
disebabkan oleh taxselling.
from Municipal
Bond Closed-End
Funds
2
Khrisna,
Charmen Loh
1993
Risk And The
adanya January
January Effect In
Effect yang dilihat
The Market For
dari permintaan
The U.S. Dollar
dollar yang naik dan
resiko yang besar
terhadap Dollar pada
bulan January
dibandingkan dengan
bulan-bulan lainnya.
37
Universitas Sumatera Utara
3
Luluk As’adah
2009
Pengaruh January
Dengan
Effect Terhadap
menggunakan
Abnormal Return
metode paired
dan Volume
Sample T-test yang
Perdagangan Pada
menyatakan bahwa
Saham di JII
tidak terdapat
January effect baik
dilihat dari abnormal
return maupun
volume
perdagangannya.
4
Hadi, Dinnul,
2012
Rini
Analisis January
tidak terdapat
Effect pada sektor
January effect di
manufaktur di BEI
sektor manufaktur
dengan
menggunakan uji
normalitas,
Descriptive
Statistics, dan
Paired-Samples T
Test
2. 3
Kerangka Konseptual
38
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan return pasar setiap indeks sektoral sebagai
variabel dependen dan return saham pada bulan-bulan lainnya sebagai variabel
independent. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu
menurut peneliti dalam penelitian ini adalah pada bulan January atau awal tahun
ialah dimana banyak pihak yang berekspektasi terhadap berbagai kejadian yang
akan mempengaruhi terhadap permintaan dan penawaran saham sehingga terjadi
yang disebut fenomena January Effect. Sebagai contoh pada bulan Desember
merupakan akhir tahun pajak dan Januari sebagai awal tahun pajak. Meskipun
laporan keuangan akan diterbitkan tidak pada akhir bulan Desember atau awal
bulan Januari namun pada akhir tahun biasanya perusahaan melakukan
pembayaran pajak, sehingga para investor lebih suka melepas sahamnya yang
nilainya turun untuk menghindari kerugian pajak. Pada awal tahun investor akan
kembali membeli saham yang akan mempengaruhi kenaikan kembali harga
saham. Atau banyak pengusaha yang menjual saham nya untuk berlibur dan
sebagainya sehingga akan menimbulkan terjadinya fenomena January Effect.
Adapun gambar kerangka konseptual pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
VARIABEL
January Effect
Bulan Januari
Tinggi/Rendah
Bulan Lainnya
Variabel
Return
Saham
39
Universitas Sumatera Utara
Abnormal
Return
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
2. 4
Hipotesis
Berdasarkan uraian konseptual di kemukakan di atas diketahui bahwa
adanya hubungan antara January Effect terhadap return saham pada indeks
sektoral di pasar modal dan diperoleh pula adanya perbedaan-perbedaan
kesimpulan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
beberapa penelitian sebelumnya mengindikasikan adanya January effect pada
beberapa pasar modal dan ada pula yang tidak terjadi fenomena tersebut. Maka
berdasarkan uraian diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak ada fenomena January Effect pada setiap indeks sektoral yang terdapat
di Bursa Efek Indonedia selama periode 2009-2013.
H1: Terdapat fenomena January Effect pada setiap indeks sektoral di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2013.
40
Universitas Sumatera Utara