Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Morfologi
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis atau biasa dikenal dengan binahong
merupakan tanaman menjalar yang bersifat perennial (berumur lama). Panjang
tanaman bisa mencapai 5 meter, batang lunak, bentuk silindris, saling membelit,
berwarna merah, dan bagian dalam solid dengan permukaan halus serta memiliki
akar tunggang berdaging lunak dan berwarna cokelat kotor. Memiliki daun
tunggal, tangkai pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung,
panjang daun 5-10 cm, lebar daun 3-7 cm, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi
rata, dan permukaannya licin (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
2.1.2 Habitat dan penyebaran
Tumbuhan binahong berasal dari Amerika Selatan. Tumbuhan ini mudah
tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Banyak ditanam di dalam pot
sebagai tanaman hias dan obat. Berkembang secara generatif (biji), namun lebih
sering dikembangkan secara vegetatif melalui akar rimpangnya (Hidayati, 2009).
2.1.3 Sistematika tumbuhan
Sistematika dari tumbuhan binahong (BPOM, 2008) adalah sebagai
berikut:

Divisi

: Spermatophyta

Sub divsi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Caryophyllales

7
Universitas Sumatera Utara

Suku


: Basellaceae

Marga

: Anredera

Jenis

: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

2.1.4 Sinonim
Sinonim dari tumbuhan binahong adalah Boussingaultia cordifolia (Ten),
Boussingaultia gracilis Miers, Boussingaultia basselloides, Boussingaultia
pseudobasselloides Haum (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
2.1.5 Nama asing
Nama asing dari tumbuhan binahong adalah Hearthleaf Maderavine
(Inggris) dan Dheng Shan Chi (Cina) (Hariana, 2013).
2.1.6 Nama daerah
Nama daerah dari tumbuhan binahong adalah gandola (Sunda); gendola

(Bali), lembayung (Minangkabau); genjerot, gedrek, uci-uci (Jawa); kandula
(Madura), tatabuwe (Sulawesi Utara); poiloo (Gorontalo); kandola (Timor)
(Hariana, 2013).
2.1.7 Manfaat
Tumbuhan Binahong dipercaya memiliki khasiat untuk membantu
pengobatan luka, tipus, maag, radang usus, ambeien, pembengkakan, pembekuan
darah, rematik, luka memar, asam urat, stroke, dan diabetes mellitus. Binahong
mampu mengatasi berbagai penyakit degeneratif. Binahong memiliki potensi
dalam mengatasi diabetes mellitus dan menurunkan kolesterol darah, dan diduga
bahwa kandungan triterpenoid saponin dalam binahong yang berperan
menurunkan kadar gula darah dan kolesterol (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Daun binahong ampuh dalam menurunkan gula darah. Diketahui bahwa
persentase penurunan gula darah setelah mengkonsumsi air rebusan daun

8
Universitas Sumatera Utara

binahong setara dengan persentase penurunan gula darah setelah meminum obat
penurun gula darah. Zat yang berperan untuk menurunkan kadar gula darah adalah
flavonoida (Utami dan Puspaningtyas, 2013). Flavonoida dapat menurunkan kadar

glukosa darah dengan kemampuannya sebagai zat antioksidan. Antioksidan dapat
mengikat radikal bebas sehingga dapat mengurangi resistensi insulin. Antioksidan
dapat menurunkan Reactive Oxygen Spesies (ROS), dimana dalam pembentukan
ROS, oksigen akan berikatan dengan elektron bebas. Antioksidan pada flavonoida
dapapat menyumbangkan atom hidrogennya. Flavonoida akan teroksidasi dan
berikatan dengan radikal bebas menjadi senyawa yang lebih stabil (Ajie, 2015).
Ekstrak daun binahong dapat menghambat pertumbuhan polibakteri dari
Stomatitis Aftose Rekuren (SAR). Hal ini diduga karena adanya kandungan
flavonoida, terpenoid, saponin dalam daun binahong. Ekstrak daun binahong juga
memiliki

kemampuan

membunuh

bakteri

Staphylococcus

aureus


dan

Pseudomonas aureginosa. Daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Senyawa aktif yang
bertanggung jawab sebagai antibakteri Staphylococcus epidermidis diduga adalah
senyawa saponin, fenol, dan flavonoida. senyawa flavonoida bertanggung jawab
terhadap perkembangan Propionibacterium acnes. Daun binahong berperan
mengurangi peradangan sel dan mempercepat penyembuhan luka, flavonoida
berperan mengurangi peradangan (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
2.1.8 Kandungan kimia
Tumbuhan binahong memiliki kandungan senyawa alkaloid, polifenol,
fenolik flavonoida, saponin, streroid, triterpenoid, tanin (Astuti, 2012;
Balitbangkes, 2006; Fauziah, dkk., 2014; Jazilah, dkk., 2014; Kumalasari dan
Sulisyani, 2011).

9
Universitas Sumatera Utara

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi
yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan
senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada polaritas
senyawa yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga polar, sering
disebut dengan ekstraksi bertingkat. Tujuan ekstraksi adalah menarik atau
memisahkan senyawa dari campurannya atau simplisia. Pemilihan metode
dilakukan dengan memerhatikan antara lain sifat senyawa, suhu dan tekanan
merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi. Beberapa
metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks,
soxhletasi, infudasi, dekok, destilasi, lawan arah (countercurrent), ultrasonik
gelombang mikro (microwave assisted extraction, MAE), dan ekstraksi gas
superkritis (supercritical gas extraction, SGE) (Hanani, 2015).
2.2.1 Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam pelarut
pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit dapat
diminimalisasi. Maserasi terjadi proses keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar dan di dalam sel sehingga diperlukan penggantian pelarut secara berulang.
Kinetik adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan
pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi yang dilakukan pada suhu

yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-60oC (Hanani, 2015).
2.2.2 Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi simplisia menggunakan pelarut yang
selalu baru, dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia hingga senyawa tersari

10
Universitas Sumatera Utara

sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak.
Perkolasi yang sempurna diketahui dengan cara perkolat diuji adanya metabolit
dengan pereaksi yang spesifik (Hanani, 2015).
2.2.3 Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Hasil penyarian lebih baik atau sempurna, refluks
umumnya dilakukan berulang-ulang (3-6 kali) terhadap residu pertama. Cara ini
memungkinkan terjadinya penguraian senyawa yang tidak tahan panas (Hanani,
2015).
2.2.4 Soxhletasi
Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada suhu

didih dengan alat soxhlet. Simplisia dan ekstrak berada pada labu berbeda.
Pemanasan mengakibatkan pelarut menguap, dan uap masuk dalam labu
pendingin. Hasil kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga ekstraksi
berlangsung terus-menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini
dikenal sebagai ekstraksi sinambung (Hanani, 2015).
2.2.5 Infudasi
Infudasi adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada
suhu 96-98oC selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96oC tercapai). Cara ini
sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga dan daun (Hanani, 2015).
2.2.6 Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infudasi, hanya saja
waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai titik didih air
(Hanani, 2015).

11
Universitas Sumatera Utara

2.2.7 Destilasi uap
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa
yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Proses pendinginan, senyawa dan

uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang
diekstraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari tumbuhan
(Hanani, 2015).
2.2.8 Lawan arah (counter current)
Cara ekstraksi ini serupa dengan cara perkolasi, tetapi simplisia bergerak
berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara ini banyak digunakan
untuk ekstraksi herbal dalam skala besar (Hanani, 2015).
2.2.9 Ultrasonik
Ekstraksi ultrasonik melibatkan penggunaan gelombang ultrasonic
dengan frekuensi 20-2000 kHz sehingga permeabilitas dinding sel meningkat dan
isi sel keluar. Frekuensi getaran memengaruhi hasil ekstraksi (Hanani, 2015).
2.2.10 Gelombang mikro (microwave assisted extraction, MAE)
Ekstraksi menggunakan gelombang mikro (2450 MHz) merupakan
ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk senyawa yang memiliki dipol polar.
Cara ini dapat menghemat waktu ekstraksi dibandingkan dengan cara
konvensional seperti maserasi dan menghemat pelarut (Hanani, 2015).
2.2.11 Ekstraksi gas superkritis (supercritical gas extraction, SGE)
Metode ekstraksi dilakukan menggunakan CO2 dengan tekanan tinggi,
dan banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri atau senyawa yang bersifat
mudah menguap atau termolabil. Penggunaan karbodioksida (CO 2) lebih disukai

karena bersifat inert toksisitasnya rendah, aman bagi lingkungan, harga relatif
murah, dan tidak mudah terbakar pada kondisi superkritisnya (Hanani, 2015).

12
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kolesterol dan Hiperkolesterolemia
2.3.1 Kolesterol

Gambar 2.1 Struktur kolesterol
Kolesterol, yang formulanya diperlihatkan dalam gambar 2.1, terdapat
dalam diet semua orang, dan dapat dibasorpsi dengan lambat dari saluran
pencernaan ke dalam saluran limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam lemak
tetapi hanya sedikit larut dalam air. Kolesterol secara spesifik mampu membentuk
ester dengan lemak. Hampir 70 persen kolesterol dalam lipoprotein plasma
memang dalam bentuk ester kolesterol (Guyton dan Hall, 2007).
2.3.1.1 Pembentukan kolesterol
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol selurunya dibentuk
dari molekul asetil-KoA. Inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai
samping untuk membentuk (1) kolesterol, (2) asam kolat, yang merupakan dasar

dari asam empedu yang dibentuk dihati, dan (3) beberapa hormon steroid penting
yang diekskresi oleh korteks adrenal, ovarium, dan testis (Guyton dan Hall, 2007).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap:
1. Sintesis mevalonat dari asetil-KoA
2. Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat melalui pengeluaran CO 2
3. Kondensasi enam unit isoprenoid untuk membentuk skualen
4. Siklisasi skualen menghasilkan steroid induk, lanosterol
5. Pembentukan kolesterol dari lanosterol (Botham dan Mayes, 2014).

13
Universitas Sumatera Utara

2.3.1.2 Metabolisme kolesterol
Kolesterol dan trigliserida ditranspor dalam aliran darah membentuk
kompleks bersama dengan fosfolipid dan protein (apoprotein) dalam partikel yang
disebut lipoprotein. Apoprotein berperan sebagai molekul atau enzim pemberi
sinyal dan memegang peran sangat penting dalam mengendalikan transport lipid.
Terdapat beberapa golongan lipoprotein yang mentranspor lipid antara jaringan
yang berbeda dan mempunyai komposisi lipid dan apoprotein khas. Prinsipnya
kolesterol dimetabolisme dihati. Kadar kolesterol dalam darah dikendalikan oleh
keseimbangan antara ambilan (uptake) dalam darah, produksi kolesterol (aktivitas
jalur biosintesis kolesterol), dan ekskresi dari saluran pencernaa (asam empedu)
(Davey, 2005).
2.3.2 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan suatu kondisi dimana kolesterol dalam
tubuh sudah melebihi kadar normal dalam darah. Kadar kolesterol yang berlebih
akan mengendap di saluran peredaran darah sehingga mempersempit saluran
aliran darah dan mengganggu sistem peredaran darah normal (Wirawan, 2013).
Klasifikasi Frederickson/WHO mengidentifikasi enam fenotipe hiperlipidemik,
tipe I, IV, dan V meliputi terutama hipertrigliserida, di mana kadar VLDL
dan/atau kilomikron meningkat. Tipe IIa meliputi hiperkolesterolemia dengan
peningkatan kolesterol LDL namun trigliserida normal. Tipe IIb dan III,
hiperkolesterolemia dengan hipertrigliseridemia, baik kolesterol dan trigliserida
meningkat. Pengobatan hiperlipidemia bertujuan menurunkan kolesterol LDL
dan/atau trigliserida, serta meningkatkan kolesterol HDL. Kedua efek tersebut
dapat memperlambat atau membalikan progresi lesi aterosklerosis (Aaronson dan
Ward, 2010).

14
Universitas Sumatera Utara

2.3.2.1 Klasifikasi hiperkolesterolemia
A. Hiperkolesterolemia familial
Hiperkolesterolemia familial adalah sekelompok gangguan gen tunggal
yang mempengaruhi reseptor low-density lipoprotein (LDL) dan menyebabkan
berkurang atau tidak adanya ambilan partikel LDL, sehingga terakumulasi dalam
aliran darah. Homozigot (1/1.000.000) memiliki kadar kolesterol yang sangat
tinggi (10-25 mmol/L) dan penyakit jantung koroner pada usia remaja atau 20-an.
Heterozigot (1/500) memiliki kolesterol yang cukup tinggi (7-12 mmol/L) dan
berisiko mengidap penyakit jantung koroner (PJK) dini. Pasien bisa memiliki
arkus kornea, xantelasma, dan xantoma tendon (Davey, 2005).
B. Hiperkolesterolemia poligenik
Hiperkolesterolemia poligenik adalah keadaan yang diturunkan (1/300600) ditandai oleh kadar kolesterol yang agak meningkat (7-12 mmol/L) dengan
atau tanpa kadar trigliserida yang tinggi, tidak disebabkan oleh kelainan tunggal,
walaupun pada beberapa kasus nampaknya diturunkan secara dominan autosomal.
Merupakan penyebab yang sangat penting pada peningkatan risiko aterosklerosis
dalam populasi. Kadar trigliserida yang sangat tinggi bisa menyebabkan
pankreatitis (Davey, 2005).
2.3.2.2 Hubungan hiperkolesterol dengan aterosklerosis
Penelitian membuktikan bahwa kenaikan kolesterol plasma merupakan
faktor risiko penting berkembangnya penyakit jantung koroner:
1. Kadar kolesterol total > 6,5 mmol/L melipatgandakan risiko PJK yang
mematikan: > 7,8 mmol/L meningkatkan risiko sampai empat kali lipat.
2. Penurunan kadar kolesterol total sebesar 20% akan menurunkan risiko koroner
sebesar 10%.

15
Universitas Sumatera Utara

3. Hubungan yang paling erat adalah dengan kolesterol-LDL, sedangkan
kolesterol high density lipoprotein (HDL) bersifat protektif. Salah satu
indikator yang bisa digunakan adalah rasio LDL : HDL, risiko tinggi bila rasio
mencapai > 4.
Kenaikan kadar kolesterol (terutama LDL teroksidasi) merusak
endothelium dini pada proses aterosklerosis dan dibawa oleh makrofag (sel busa)
ke dalam ini lipid dari plak yang telah terbentuk. Menurunkan kadar kolesterolLDL dapat mengurangi deposisi kolesterol menjadi plak aterosklerotik dan bisa
membalikkan proses ini. Menurunkan kadar kolesterol sangat penting karena akan
menstabilkan plak, menurunkan risiko rupture plak akut (Davey, 2005).
2.3.2.3 Obat penurun kolesterol
Pada saat ini dikenal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat memperbaiki
profil lipid serum yaitu bile acid sequestran, HMG-CoA reductase inhibitor
(statin), derivat asam fibrat, asam nikotinik, ezetimibe, dan asam lemak omega-3.
Selain obat tersebut, pada saat ini telah dipasarkan obat kombinasi dua jenis
penurun lipid dalam satu tablet seperti Advicor (lofastatin dan niaspan), Vytorin
(simvastatin dan ezetimibe) (Adam, 2006).
A. Bile acid sequestran
Terdapat tiga jenis bile acid sequestrans yaitu cholestryramin, colestipol
dan colesevelam. Obat ini tidak diserap diusus, dan bekerja mengikat asam
empedu di usus halus dan akan dikeluarkan dengan tinja, sehingga asam empedu
yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan memacu hati memecahkan
kolesterol lebih banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke
usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke hati sehingga
kolesterol serum menurun.

16
Universitas Sumatera Utara

Dosis untuk kolestiramin adalah 8 – 16 g/hari, colestipol 10 – 20 g/hari
(keduanya dalam bentuk granul), dan 6,5 g/hari colesevelam. Obat golongan resin
ini dapat menurunkan kadar kolesterol-LDL sebesar 15 – 30%. Obat ini
digunakan untuk pasien dengan hiperkolesterolemia saja (isolated high
hypercholesterolemia). Sejak diperkenalkannya obat HMG-CoA reductase
inhibitor, obat bile acid sequestrants semakin jarang digunakan (Adam, 2006).
B. HMG-CoA reductase inhibitor
Saat ini telah dipasarkan enam jenis yaitu lofastatin, simvastatin,
pravastatin, fluvastatin, atrovastatin, dan rosuvastatin. Obat ini bekerja mencegah
kerja enzim HMG-CoA reductase yaitu suatu enzim di hati yang berperan pada
sintesis kolesterol, dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan
menurunkan sintesis Apo B100, disamping itu meningkatkan reseptor LDL pada
permukaan hati, sehingga demikian kadar kolesterol-LDL darah akan ditarik ke
hati, dan akan menurunkan kadar kolesterol-LDL, dan juga VLDL.
Efek samping yang sering terjadi ialah adanya miositis yang ditandai
dengan nyeri otot dan meningkatnya kadar chreatin phophokinase. Efek samping
yang paling ditakutkan adalah terjadinya rhabdomyolisis yang dapat mematikan.
Efek samping lainnya ialah terjadinya gangguan fungsi hati. Oleh karena itu
penting sekali untuk memantau fungsi hati, karena terlihat ada korelasi antara efek
samping dengan dosis obat, makin tinggi dosis makin besar kemungkinan
terjadinya efek samping obat (Adam, 2006).
C. Derivat asam fibrat
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, cipofibrat, dan
fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserida plasma, selain menurunkan sintesis
trigliserid di hati. Obat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang

17
Universitas Sumatera Utara

kerjanya memecahkan trigliserid. Obat ini meningkatkan kadar kolesterol-HDL
yang diduga melalui peningkatan apoprotein A-I dan A-II. Saat ini banyak
dipasarkan di Indonesia adalah gemfibrozil dan fenofibrat (Adam, 2006).
D. Asam nikotinik
Asam nikotinik merupakan obat penurun lipid yang pertama kali
diperkenalkan. Oleh karena bentuk yang lama yaitu asam asam nikotinik serap
cepat mempunyai efek samping yang cukup, maka obat ini tidak banyak dipakai,
dengan diperkenalkannya asam nikotinik yang lepas lambat (Niaspan) sehingga
absorpsi di usus berjalan lambat, maka efek samping menjadi lebih kurang
(Adam, 2006).
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di
jaringan adipose, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas.
Diketahui bahwa asam lemak ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati
dan akan menjadi sumber pembentukkan VLDL, dengan menurunnya sintesis
VLDL di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserid, dan juga
kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam nikotinik ternyata juga meningkatkan
kadar kolesterol-HDL, bahkan merupakan obat yang terbaik untuk meningkatkan
kolesterol-HDL. Oleh karena menurunkan trigliserid, menurunkan kolesterolHDL, dan meningkatkan kolesterol-HDL maka disebutkan juga sebgai broad
spectrum lipid lowering agent (Adam, 2006).
Efek samping yang paling sering terjadi adalah flushing yaitu perasaan
panas pada muka bahkan di badan. Mencegah hal tersebut, pada penggunaan asam
nikotinik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan,
misalnya selama satu minggu 375 mg/hari kemudian ditingkatkan secara bertahap
sampai mencapai dosis maksimal sekitar 1500 – 2000 mg/hari. Asam nikotinik
18
Universitas Sumatera Utara

yang baru yaitu lepas lambat (Niaspan) efek samping sangat berkurang. Hasil
yang sangat baik didapatkan bila dikombinasikan dengan golongan HMG-CoA
reductase inhibitor (Adam, 2006).
E. Ezetimib
Ezetimib tergolongan obat penurun lipid yang terbaru dan bekerja
sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol baik yang berasal dari
makanan maupun dari asam empedu di usus halus. Umumnya obat ini tidak
digunakan secara tunggal, tetapi dikombinasikan dengan obat penurun lipid lain
misalnya HMG-CoA reductase inhibitor (Adam, 2006).
F. Asam lemak omega-3
Minyak

ikan,

kaya

akan

asam

lemak

omega-3

yaitu

asam

eicosapentaenoic (EPA) dan asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ikan
menurunkan sintesis VLDL, dengan demikian dapat juga menurunkan kadar
kolesterol. Obat ini dipasarkan dalam bentuk kapsul dengan dosis yang tergantung
dari jenis asam lemak omega-3. Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam
lemak. Sebagai contoh Maxepa yang terdiri atas 18% asam eicosapentaenoic dan
12% asam docasahexaenoic diberikan dengan dosis 10 kapsul sehari (Adam,
2006).

19
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

4 24 95

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

0 0 16

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

0 0 2

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

0 2 6

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot Chapter III V

0 0 24

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

0 0 4

Uji Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Serum Darah Marmot

0 0 30