Deskripsi pembukaan diri para frater yunior kepada pembimbing rohani kongregasi frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih [CMM] provinsi Indonesia tahun 2007/2008 - USD Repository
DESKRIPSI PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA
PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH (CMM) PROVINSI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Paulus Paji Keban
NIM : 021114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
J U R U S A N I L M U P E N D I D I K A N
F A K U L T A S K E G U R U A N D A N I L M U P E N D I D I K A N
U N I V E R S I T A S S A N A T A D H A R M A
Y O G Y A K A R T A
2 0 0 9
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
“Hidup yang berharga adalah hidup yang menghidupi Orang lain” “Mansuete Et Fortiter”
(Mgr.Joannes Zwijsen) Skripsi ini kupersembahkan untuk : Para Frater CMM di Provinsi Indonesia,
Serta seluruh keluargaku terkasih
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Paulus Paji KebanNomor Mahasiswa : 021114020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah berjudulDESKRIPSI PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR
KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA
PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH PROVINSI INDONESIA
TAHUN 2007/2008
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis,
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini
yang saya buat dengan sebenarnya.Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 28 Januari 2009. Yang menyatakan,
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 28 Januari 2009 Penulis ABSTRAK DESKRIPSI PEMBUKAAN DIRI PARA FRATER YUNIOR KEPADA PEMBIMBING ROHANI KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA BERBELASKASIH PROVINSI INDONESIA TAHUN 2007/2008
Oleh : Paulus Paji Keban
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2008 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembukaan diri para frater yunior kongregasi frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih provinsi
Indonesia tahun 2007/2008 kepada pembimbing rohaninya. Masalah yang diteliti adalah bagaimana pembukaan diri para frater Yunior CMM kepada pembimbing rohani Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih (CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008?
Penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode survei. Subyek penelitian adalah 66 frater yunior CMM Provinsi Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian populasi karena seluruh responden dijadikan subyek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subyek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item skala. (2) Menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. (3) Menentukan penggolongan kualifikasi pembukaan diri berdasarkann Azwar
(1999:108) yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. (4) Membuat distribusi frekuensi pembukaan diri
Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut : di antara para frater yunior CMM provinsi Indonesia ada 1 orang frater yang sangat tinggi pembukaan dirinya, 9 orang frater yang tinggi pembukaan dirinya, 34 orang frater cukup/sedang pembukaan dirinya, 18 orang frater yang rendah pembukaan dirinya, dan 1 orang frater sangat rendah pembukaan dirinya. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah : Tingkat pembukaan diri para frater Yunior kepada pembimbing Rohani, kongregasi frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008 cukup/sedang.
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF SELF-DISCLOSURE OF THE JUNIOR BROTHERS
ON THE SPIRITUAL GUIDE OF CONGREGATION BROTHERS OF OUR LADY MOTHER OF MERCY IN INDONESIAN PROVINCE OF 2007/2008
By: Paulus Paji Keban
Sanata Dharma University - Yogyakarta The research was intended to describe the self- disclosure of junior brothers of
Congregation Brothers of Our Lady Mother of Mercy of 2007/2008 to their spiritual guide. The problems of the research was“ what was the self-disclosure of the CMM Junior Brothers on their spiritual guide of Congregation Brothers of Our Lady Mother of Mercy (CMM) in Indonesian Province of 2007/2008?”
The research was a description research and used survey method. The subject of the research consisted of sixty six (66) CMM Junior Brothers in all Indonesian Province. The research was a population research because all of the respondent became the subject. The technic analysis data that was used for the research included: 1) Determinining the scores of every answered alternative had given by subject and made a scored tabulation for every item scales. 2). Caunting the total score from every research subject and total scoring for every item. 3) Determining the self- disclosure qualified classify based on Azwar (1999:108) that was: very low, low, medium, high and very high. 4) Making the frequency distribution of the self – disclosured.
The result of the research was: there was one (1) brother who had very high score of his self-disclosured amongst them, nine (9) CMM Junior Brothers who had score of self-disclosured and one (1) brother who had very low scrore of the self disclosured. So, the conclusion of the research was: Self - Disclosured Grade of Junior Brothers to their Spiritual Guide of Congregation Brothers of Our Lady Mother of Mercy of 2007/2008 was included in medium category.
KATA PENGANTAR
Penulis menghaturkan terima kasih dan puji syukur selimpahnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan-Nya dalam seluruh proses perjuangan jatuh bangun dari awal semester hingga penulisan skripsi ini. Penulis menyadari banyak pihak telah terlibat memberikan sumbangsi selama penulisan skripsi ini. Maka pantaslah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pembimbing, yang telah membimbing, mengajari, memotivasi dan mendorong penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Panitia penguji skripsi yang memberi kesempatan kepada penulis untuk mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan penuh kesabaran mendidik, membimbing saya selama menempuh kuliah sehingga saya bisa mendapatkan harta berharga: ilmu.
5. Fr. Martinus Leni, CMM., Provinsial Frater CMM Provinsi Indonesia yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
6. Para Dewan Pimpinan Frater CMM Provinsi Indonesia yang juga memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
7. Fr. Lukas Mandagi (Mantan Provinsial) yang memberikan dukungan bagi peneliti.
8. Fr. Nikodemus Tala, Fr.Yoseph Bille, Fr. Martinus Magundap, Fr. Silvino Belo, yang setia meluangkan waktu mendampingi para frater yunior di Malino-Makassar.
9. Para Frater pemimpin komunitas CMM yang memberikan bantuan dan memotivasi para frater muda untuk mengisi kuesioner.
10. Teman-teman frater yunior yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam pengisian kuesioner.
11. Teman-teman komunitas : Fr.Martin, Fr.Dion, Fr.Max, Fr.Gusti, Fr.Richard, Fr.Doni, Fr.Blas, Fr.Wilem, Fr. Kardi, Fr. Goris, Fr.Wifridus yang selalu memberikan waktu untuk berbagi pengalaman dan selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Saudara Juster Donald Sinaga, yang mengizinkan penulis menggunakan dan memodifikasi kuesioner.
13. Teman-teman BK : Petrus Gunarto, Trias Noviandary, Hayu, Bertus, Dewi, Sr. Vero OSU, Sr. Kornelia, FSE, Paula, Brigita Ari, Oncu, Lopes, Vera, Hani, Elsintha yang membantu wawasan bagi penulis dalam mengolah data.
14. Teman-teman PPL dari Taman Dewasa Jetis, SMA GAMA dan Panti Harapan Bawen-Ambarawa : Mbak Surmi, Mas Wahyu, Yessi, Nona Venny, dan Bertha yang turut berproses bersama.
15. Teman-teman di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang selalu memberikan salam hangat dan memberikan waktu untuk berbagi pengalaman di Prodi BK.
16. Keluarga tercinta : Bapak Dominikus Uran-Keban, Mama Agnes Kean, Kak Sipri sek., Kak Berta sek., Kak Agus sek., Kak Ma sek., Kak Toni, Ade Vero sek., Oncu Rina sek., Arif, Nita, Ade, Rosa, Theo, Rio, Novan dan keluarga Bapak Matius Kean.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga berkat Tuhan selalu beserta kita.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Terima kasih.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACK
.......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7 E. Batasan Istilah ........................................................................................ 7 BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................. 10 A. Kongregasi Frater CMM ...................................................................... 10 1. Gambaran Umum Tentang Kongregasi Frater CMM .................. 10 2. Gambaran Belaskasih Mgr. Joannes Zwijsen ............................... 13 3. Belaskasih Spiritualitas Kongregasi Frater CMM ......................... 14
4. Gambaran Umum Pembinaan Frater Yunior CMM .................... 32 B . Pembukaan Diri ...................................................................................... 38
Uji Coba Alat ............................................................................... 64
2. Teknik Analisis Data ........................................................................... 72
1. Tahap Persiapan .................................................................................. 71
E. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 71
3. Reliabilitas Alat Ukur .......................................................................... 69
2. Uji Daya Beda ..................................................................................... 66
1. Validitas Alat Ukur ............................................................................. 65
D. Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 65
3. Penentuan skor ............................................................................... 64 4.
1. Pengertian Pembukaan Diri ......................................................... 38
2. Kisi-kisi Kuesioner Pembukaan Diri ........................................... 62
1. Kuesioner Pembukaan Diri .......................................................... 61
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 58 A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 58 B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 59 C. Instrumen Penelitian ............................................................................ 61
6. Manfaat Pembukaan Diri .............................................................. 49
5. Langka-langka Membuka Diri ..................................................... 47
4. Beberapa Alasan Takut Terbuka ................................................... 44
3. Isi Pembukaan Diri ...................................................................... 41
2. Bentuk-Bentuk Pembukaan Diri .................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 74 A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 74 B. Pembahasan ........................................................................................... 76
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 85 A. Ringkasan ............................................................................................... 85 B. Kesimpulan ............................................................................................ 87 C. Saran ........................................................................................................ 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Populasi dan sampel........................................................................... 60
Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner Pembukaan.......................................................... 63
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Ujicoba ................................. 67
Tabel 4. Distribusi Kuesioner Penelitian ...................................................... 70
Tabel 5. Penggolongan Tingkat Pembukaan diri ........................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .................................................................. 93
Lampiran 2 : Hasil tabulasi Uji Coba Instrumen Pembukaan diri .................. 95
Lampiran 3 : Reliabilitas ................................................................................. 98
Lampiran 3 : Hasil Tabulasi Data Penelitian .................................................. 100
Lampiran 4 : Perhitungan peringkat ................................................................ 101
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 103
Lampiran 6 : Surat Ijin Uji Coba/Penelitian ................................................... 104
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. A. LATAR BELAKANG MASALAH Panggilan hidup membiara adalah panggilan untuk tidak menikah yang ditujukan pada seseorang yang mengikuti ajaran Kristus. Setiap orang yang terpanggil tentu menjawab panggilan itu dan memutuskan diri untuk bergabung dalam suatu lembaga hidup bakti. Inti hidup membiara adalah menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Penyerahan diri ini diwujudkan dalam hidup melalui nasehat-nasehat Injil dengan cara masing-masing seturut kharisma pendiri ( Mardi Prasetyo, 2000:21).
Menjadi manusia yang utuh merupakan suatu proses yang terus-menerus dimiliki oleh individu untuk menjawab tawaran Allah melalui usaha pribadi dan melibatkan orang lain . Proses bertumbuh menjadi pribadi yang utuh, terjadi apabila manusia mampu berelasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Bagi seorang religius, proses bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh berarti hidup bersama orang lain di dalam komunitas dan bersedia dibina seturut semangat
Dalam pembinaan hidup membiara proses pembinaan ini terbagi menjadi tahap-tahap tertentu. Pada umumnya dalam sebuah lembaga religius tahap-tahap pembinaan itu meliputi : tahap postulat (ada kongregasi yang memulai dengan aspiran), tahap novisiat, tahap yuniorat dan tahap pembinaan lanjutan (on going
formation) untuk anggota yang sudah berkaul kekal. Pelaksanaan proses pembinaann
diatur oleh setiap lembaga hidup religius dengan memperhatikan hukum gereja dan peraturan kongregasi yang bersangkutan.
Masa postulat berlangsung selama satu tahun. Dalam masa ini seorang calon diperkenalkan tentang hidup bakti secara umum dan penghayatan secara khusus spiritualitas kongregasi.
Masa novisiat berlangsung selama dua tahun. Tahun novisiat yang pertama adalah tahun kanonik yang berlangsung satu tahun penuh (KHK, kan.648). Tahun novisiat yang kedua adalah tahun eksperimen eksperimen . Eksperimen-eksperimen - berarti menguji dan mengenali panggilan para novis serta mendidik mereka tahap demi tahap menempuh jalan hidup kesempurnaan yang khas bagi kongregasi. Pada masa ini para novis akan menjalani hidup berkomunitas di komunitas terdekat dan mengikuti kursus gabungan bersama para novis kongregasi lain . Pada masa masa tahun pertama dan kedua para novis dibimbing untuk memahami panggilan Ilahi, khususnya yang khas dari tarekat yang bersangkutan, mengalami semangat dan cara hidup kongregasi menurut semangat konstitusi (KHK, kan. 646).
Masa yuniorat diawali dengan pengikraran pertama kaul-kaul membiara yuniorat adalah masa dimana para yunior menjalankan proses pengintegrasian penghayatan kaul-kaul dalam hidup berkomunitas, doa/spiritualitas dan karya kerasulan.
Dari ketiga tahap pembinaan yang telah dikemukakan untuk keperluan penelitian di Kongregasi Maria Bunda Yang Berbelaskasih (dalam bahasa latin Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae disingkat CMM), penulis menekankan tahap yuniorat. Alasan penulis, masa yuniorat adalah masa di mana seorang frater yunior berada dalam pengintegrasian penghayatan kaul dalam hidup membiara dengan segala aspeknya. Oleh karenanya mereka membutuhkan pendampingan agar semakin mampu mengintegrasikan penghayatan kaulnya dalam hidup berkomunitas, hidup doa, karya kerasulannya, dan mampu mengaktualisasikan diri secara penuh sebagai frater kongregasi Maria Bunda Berbelaskasih (dalam bahasa latin Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae disingkat CMM). Masa yunior dimulai sejak pengikraran kaul pertama hidup membiara dalam kongregasi. Pada masa ini, para frater yunior ditempatkan di komunitas-komunitas. Penempatan di komunitas-komunitas bertujuan agar para frater yunior mengambil bagian dalam tugas perutusan dan belajar untuk menghayati hidup sebagai seorang religius menurut semangat kongregasi.
Pelaksanaan pembinaan frater yunior ditempuh dalam dua cara yaitu di bawah bimbingan pemimpin, frater senior lain yang hidup bersama mereka di komunitas, dan melalui bimbingan Tim Pembina. Tim pembina (formator) dipilih pendamping frater yunior. Pembinaan di komunitas ditempuh melalui bimbingan pribadi, pendalaman spiritualitas, jadwal komunitas dan jadwal tahunan. Sedangkan pembinaan yang dilaksanakan oleh tim pembina melalui tugas pribadi. Tindak lanjut dari pemberian tugas pribadi adalah bimbingan pribadi dan kelompok. Dalam proses pembinaan dijalin kerjasama antara pemimpin komunitas dan tim pembina.
Pribadi manusia senantiasa diharapkan bertumbuh, melalui suatu proses peziarahan. Proses peziarahan yang dimaksud adalah suatu perjalanan dimana individu akan menemukan tujuan akhir. Perjalanan ini tidak selalu mulus. Dalam menempuh perjalanan ini individu harus sungguh-sungguh mempersiapkan dirinya.
Aspek-aspek yang diharapkan cukup tumbuh dalam diri religius : aspek kognitif, aspek sosial, aspek afektif, aspek spiritual, aspek apostolik, aspek fisik.
Konstitusi Frater CMM Bab IV, art. 294 berbunyi : “Agar kita berkembang terus cinta kasih, maka alangkah baiknya pada saat tertentu kita mendengarkan dorongan dari seseorang, yang membimbing kita secara pribadi“.
Dalam proses pertumbuhan ini, seorang frater yunior memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai kehendak Allah. Pembukaan diri merupakan salah satu syarat untuk mencapai kehendak Allah. Lebih lanjut Konstitusi frater CMM 1:26 menjelaskan : ”kita mampu membuka hati bagi orang lain dan menemuinya dengan hormat, sejauh kita melupakan kepentingan pribadi“. Pandangan ini akan memudahkan kita untuk membina sikap saling membutuhkan, relasi saling percaya sehingga mampu menciptakan suasana komunitas yang Gordon (1999) mengemukakan bahwa pembukaan diri adalah suatu aktivitas mengungkapkan diri (perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan, pendapat) kepada orang lain secara deskriptif, otentik, jujur dan apa adanya. Menurut penulis pembukaan diri dalam rangka pembinaan frater yunior dapat berarti suatu aktivitas bagaimana seorang frater dengan penuh kesadaran mengungkapkan diri secara otentik, jujur, apa adanya tentang situasi yang dialami saat ini dan masa lalu. Lebih lanjut Gordon (1999) mengemukakan bahwa dengan membuka diri seorang individu dapat meningkatkan kesadaran diri (self-awareness), membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam, saling membantu dan lebih berarti bagi kedua belah pihak, mengembangkan ketrampilan berkomunikasi, mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan diri, memecahkan berbagai konflik dan masalah interpersonal, serta memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan
Dari pengalaman penulis selama kurang lebih 8 tahun hidup sebagai frater, terdapat 18 frater yunior yang meninggalkan kongregasi (data sekretariat frater CMM per 1 Juli sampai dengan November 2007). Jumlah ini tidak sedikit karena kongregasi masih kekurangan anggota. Dari informasi ’Evaluasi Tahunan’ frater yunior tahun 2007-20008 para pimpinan komunitas dan tim pembina, penulis mendapat kesan bahwa banyak frater yunior yang kurang memiliki kesadaran untuk membuka diri dan kesediaan untuk dibimbing sesuai dengan karisma kongregasi frater CMM. Selanjutnya dari wawancara penulis dengan beberapa yunior, terungkap bahwa mereka tidak berani menyampaikan berbagai gejolak atau pun emosi yang dianggapnya tidak baik untuk diketahui orang lain. Akibatnya individu tersebut lebih banyak memendam berbagai persoalan hidup yang seringkali terlalu berat untuk ditanggung sendiri sehingga menimbulkan berbagai masalah psikologis dan fisiologis. Misalnya seorang yunior mengalami ’jatuh cinta’ dengan seorang gadis sementara motivasinya menjadi seorang biarawan sangat kuat atau seorang frater yunior dipercayakan menangani keuangan komunitas menyalahgunakan keuangan.
Mengingat pentingnya seorang religius memiliki sikap terbuka terhadap pembimbing dalam tugas dan pengabdiannya, penulis ingin mengungkap tingkat pembukaan diri para frater yunior kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih (disingkat CMM) tahun 2007/2008. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai informasi dan bahan masukan untuk pembinaan para frater yunior di Indonesia.
B. Rumusan Permasalahan Berawal dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pembukaan diri para frater Yunior CMM kepada pembimbing Rohani Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih (CMM) Provinsi Indonesia Tahun 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang tingkat pembukaan diri
D.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Memberikan masukan kepada para pemimpin dalam usaha meningkatkan pendampingan dan bimbingan spiritualitas bagi frater yunior CMM Indonesia.
2. Menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian seputar obyek yang sama.
E.
Batasan Istilah 1.
Kongregasi adalah organisasi /lembaga hidup bakti di kalangan Katolik yang memiliki spiritualitas yang sama
2. Kongregasi Para Frater Maria Bunda Yang Berbelaskasih, ( dalam bahasa latin : Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae disingkat CMM) adalah suatu persekutuan religius awam yang tidak menikah.
3. CMM Provinsi Indonesia adalah salah satu bagian dari CMM dunia, yang dipimpin oleh seorang frater yang disebut provinsial. Kata Provinsi Indonesia dicantumkan untuk membedakan dengan CMM negara lain. Kongregasi CMM berada di berbagai negara yang dipimpin oleh frater pemimpin umum yang berdomisili di Tilburg, Belanda.
4. Konstitusi adalah aturan/pedoman dasar yang mengatur jalannya kongregasi 5.
Pembimbing Rohani CMM adalah tim pembina (formator) yang dipilih langsung oleh Dewan Pimpinan Provinsi. Tim ini bergabung dalam komisi pendamping frater yunior yang terdiri dari 12 frater senior, yang telah
6. Yang dimaksud dengan frater yunior adalah seorang frater / sekelompok frater yang sedang hidup / berada dalam masa kaul sementara / profesi sementara.
Secara konstitusional dapat dikatakan bahwa yang disebut frater yunior adalah frater yang berprofesi sementara yang dimulai dari profesi I dan berakhir pada saat seorang frater mengikrarkan profesi kekalnya seumur hidup. Rentang waktu antara profesi pertama dan profesi kekal disebut masa yuniorat. Kaul adalah suatu janji untuk memuliakan Allah. Kaul sementara adalah kaul yang diperbaharui secara berkala. Masa kaul sementara sekurang-kurangnya enam tahun dan paling lama sembilan tahun. Kaul pertama berarti kaul yang diucapkan pertama kali setelah masa pembinaan yang disebut masa novisiat selesai.
7. KHK adalah kitab hukum kanonik yang bertujuan untuk menumbuhkan ketertiban bagi masyarakat gerejani, yang memberikan tempat utama kepada cinta, rahmat dan kharisma-kharisma dan mengatur perkembangan kehidupan tiap-tiap orang yang termasuk di dalamnya.
8. Pembukaan diri adalah aktivitas pengungkapan diri berupa pengalaman hidup, cita-cita, perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan, pendapat kepada orang lain terhadap situasi yang sedang kita hadapi dan memberikan informasi yang relevan tentang masa lalu secara otentik dan jujur.
9. Tingkat pembukaan diri para frater yunior adalah taraf sejauh mana seorang yunior mengungkapkan dirinya (perasaan, pikiran, kebutuhan, keyakinan, adanya. Dalam penelitian ini tingkat pembukaan diri dikategorikan dalam lima tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar (1999:108).
BAB II KAJIAN TEORITIS Dalam bab ini akan diuraikan tentang kongregasi Frater CMM yakni gambaran umum kongregasi, spiritualitas kongregasi, gambaran umum pembinaan frater yunior CMM, pembukaan diri yakni bentuk-bentuk pembukaan diri, isi pembukaan diri, alasan takut terbuka, langka-langkah membuka diri, dan manfaat pembukaan diri.
A. Kongregasi Frater CMM 1.
Gambaran Umum Tentang Kongregasi Frater CMM Kongregasi Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae
(selanjutnya disebut CMM) merupakan suatu persekutuan religius awam yang tidak menikah (Konst.CMM I, 21), didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada tanggal 25 Agustus 1844 di Tilburg, Belanda. Beliau peka akan masalah-masalah sosial dan spiritual yang konkret di kota Tilburg, khususnya masalah pendidikan kaum muda yang kurang diperhatikan. Ia hidup dalam tradisi Vinsensius yang menghidupi karisma belaskasih Vinsensius a Paulo tentang sabda belaskasih, "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40). Sebagai pelindung dan suri tauladan para pengikutnya, beliau mengambil tokoh Santa Perawan Maria a.
Maria Bunda Yang Berbelaskasih Dari nama yang diberikan kepada kongregasinya yaitu Kongregasi Frater
Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih (CMM), maka dapat dikatakan bahwa Mgr. Zwijsen sangat mengagumi Bunda Maria. Maria disebut Bunda Berbelaskasih karena Maria penuh kebaikan dan belaskasih terhadap orang-orang yang miskin dan sesama yang menderita. Ia mengajak para pengikutnya untuk belajar berbelaskasih mengikuti Bunda Maria.
Bunda Maria dengan gelar Bunda Yang Berbelaskasih, menandakan keutamaan cinta kasih atau belaskasih harus diselenggarakan secara khusus dalam kongregasi (De Veer, 2000). Kongregasi secara khusus didirikan untuk melaksanakan keutamaan belaskasih bagi kaum miskin dan sesama yang menderita seperti yang telah dilakukan Bunda Maria. Agar pengikutnya semakin menghayati keutamaan-keutamaan Bunda Maria, ia mengajak para frater mengadakan ofisi Maria (de Veer 2000), serta setiap hari berdoa rosario untuk merenungkan misteri- misteri rosario.
Pandangan Mgr. Zwijsen tentang Maria sangat sederhana. Ia memandang Maria sebagai seorang manusia yang mempunyai keterbatasan mampu melaksanakan karya belaskasih Allah. Mgr. Zwijsen menghayati perlindungan dan inspirasi Maria sebagai suatu kenyataan yang hidup dan kekuatan yang efektif dalam hidupnya. Menjadi jelas untuk para pengikutnya supaya menjadikan Maria Bunda yang Berbelaskasih sebagai suri tauladan dalam karya pelayanan kepada dikatakan bahwa Bunda Maria hendaknya menjadi suri tauladan dalam kehidupan para frater. Para frater hendaknya dalam perjalanan hidup ini memasrahkan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria (Kons.CMM I,58-60)
b. Santo Vinsensius a Paulo
Seperti banyak pendiri dari kongregasi yang muncul pada abad ke-19, Mgr.Joannes Zwijsen diilhami oleh semangat Vinsensius a Paulo, rasul orang yang miskin. Vinsensius merancang suatu pola kehidupan religius yang baru, dimana cita-cita kontemplatif dari cinta yang murni dikaitkan dengan pengabdian kerasulan bagi kaum miskin dan rakyat kecil pada zamannya. Salah satu kebijakan Vinsensius a Paulo adalah cinta kepada Tuhan yang diwujudkan dalam pelayanan kepada sesama yang miskin. Kebajikan cinta kasih ini diinspirasikan dari Sabda Yesus yang berbunyi : ”...Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” ( Matius 25: 40)
Perhatian Vinsensius a Paulo terhadap kaum miskin dan kemalangan di Perancis pada abad ke-17, menginspirasikan Mgr. Joannes Zwijsen untuk memulai karya belaskasih di Tilburg pada abad ke-19 dengan mendirikan Suster SCMM dan Frater CMM. Zwijsen merupakan manusia yang mempunyai karisma belaskasih dalam jejak Vinsensius (Huls, 1998).
2. Gambaran Belaskasih Mgr. Joannes Zwijsen Zwijsen sering dilukiskan sebagai sorang pragmatis, seorang pelaku yang merintis karya belaskasih pada abad ke-19 di Tilburg (van Geene
1993:10). Ia peka terhadap situasi konkret pada jamannya, terutama terhadap orang miskin. Situasi kehidupan yang demikian mendorongnya untuk memperhatikan dan mengabdi mereka dengan karya-karya belaskasih. Zwijsen menyadari panggilan kepada orang miskin merupakan panggilan kepada Allah sendiri (Konst.CMM I, 202-209).
Untuk menjelaskan secara konkret gambaran belaskasih kepada para pengikutnya, Zwijsen merujuk pada teks kitab suci tentang perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati (Luk 10:30-35). Tentang gambaran belaskasih ini Harie van Geene (1993:II) menjelaskan demikian: ”Seorang melewati seorang yang menderita, ia melihat orang itu, hatinya tergerak oleh belaskasih, ia mendampinginya dan mulai beraksi.” Lebih lanjut Pieter Jan van Lierop (1996:40) menguraikan tentang unsur-unsur pokok dalam karya belaskasih menurut Zwijsen berdasarkan kisah perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati yaitu datang dan melihat, hati tergerak oleh belaskasihan, melayani secara konkret dan efisien, mengatur kualitas dan kontinuitas pelayanan.
3. Belaskasih Spritualitas Kongregasi Frater CMM
Belaskasih merupakan sebuah sikap yang perlu dibangun dalam pelayanan terhadap orang lain terutama yang miskin dan marginal. Semangat belaskasih menjadikan pelayanan bermutu dan mendapatkan landasan yang kuat dan kokoh karena tidak ada unsur menonjolkan diri, pamrih, mencari popularitas terhadap orang yang dilayani. Belasaksih mempunyain banyak aspek. Beberapa aspek belaskasih yang mendasar untuk dipahami sebagai cara untuk memahami belaskasih secara utuh.
a. Perjumpaan wajah
Kata “belaskasih” (compassion) umumnya menimbulkan perasaan-perasaan positif. Perasaan positif bermacam-macam, misalnya baik, lemah lembut dan pengertian. Menurut Henry J.M. Nouwen, belaskasih adalah suatu jawaban terhadap penderitaan manusiawi. Seorang manusia yang tidak berbelaskasih tidak dapat dibayangkan seperti halnya seorang mannusia yang tidak manusiawi. Belaskasih dalam bahasa Inggris disbut compassion. Kata compassion berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata, pati dan cum yang yang berarti menderita bersama. Belaskasih berarti keterlibatan penuh dalam keadaan sebagai manusia. Bila belaskasih diartikan seperti ini, maka jelas bahwa didalamnya terkandung lebih dari sekedar suatu keramahan, pengertian dan kelembutan yang biasa. Belaskasih berhadapan dengan situasi manusia. Untuk berbelaskasih seseorang harus mengalami perjumpaan. Emanuel Levinas menggambarkan sebuah perjumpaan sebagai epifania yakni muka yang mengekspresikan diri artinya apabila orang itu menyapa kita. bila berhadapan dengan orang lain. Perjumpaan dengan orang menimbulkan sebuah tanggungjawab. Misalnya bila ada sebuah penderitaan. Perjumpaan dengan penderitaan menimbulkan tanggungjawab untuk berjuang mengatasi penderitaan. Belaskasih tidak hanya berhenti pada perasaan pribadi, namum perjumpaan menjadikan belaskasih mempunyai arti yang lebih mendalam yang bukan hanya sekedar perasaan, keramahan, kelembutan, pengertian dsbnya. Belaskasih menuntut tanggungjawab, pengorbanan diri, pembukaan diri dan keterlibatan untuk membuat keadaan semakin baik dan layak.
b. Option for the poor dan keharuan sosial
Sikap belaskasih adalah sebuah tanggungjawab dan pilihan untuk melayani orang-orang yang tidak berdaya. Orang yang tidak berdaya, orang miskin dan marginal adalah mereka yang tidak dapat menolong diri sendiri. Kaum kecil ini merupakan golongan yang jarang diperhitungkan dalam lingkup masyarakat. Sikap belaskasih adalah pilihan untuk melayani mereka yang miskin dan kecil. Dengan sikap penuh belaskasih orang miskin dan kecil mendapat perhatian dan kepedulian yang membuat mereka mampu bertahan dalam hidup. Mengutamakan orang miskin dan kecil adalah sebuah sikap peduli untuk menolong dan berjuang bersama dalam tindakan belaskasih.
Sikap belaskasih adalah tindakan Allah yang peduli dengan kehidupan manusia yang berdosa. Dengan demikian sikap belaskasih adalah kepedulian yang nyata untuk semua manusia yang tidak berdaya sebab Allah sendiri sudah memilih prinsip belaskasih sebagai prinsip dasar dari tindakan Allah, juga yang akan menjadi tindakan manusia juga dalam hidupnya untuk menolong terutama mereka yang miskin dan menderita. Belaskasih menjadi latar belakang tindakan Yesus dalam setiap penderitaan orang banyak, orang miskin, orang lemah, dan mereka yang dicabut martabatnya. Belaskasih menjadi pilihan dasar pilihan untuk melayani mereka yang kecil. Dengan demikian belaskasih bukan sekedar tindakan tetapi dasar dari semua tindakan untuk membantu orang miskin dan kecil/ option for the poor.
Allah sendiri memihak orang kecil dan miskin. Hal ini kiranya tercermin dalam diri Yesus. Yesus mendekati orang miskin tanpa syarat. Ia menampakka Allah sendiri. Kerajaan-Nya mendatangi orang miskin dan kecil, orang berdosa tanpa syarat apapun. Dengan menerima mereka yang tersingkir, pendosa, orang miskin, mereka yang tidak bersuara Yesus mendengungkan bahwa Allahpun menerima mereka. Melalui dan dalam diri serta karya Yesus, orang miskin mengetahui dan mengalami bahwa Allah memihak mereka.
Henry J.M. Nouwen melihat kaum miskin sebagai suatu keharuan sosial. Dalam pengalaman Henry J.M. Nouwen, kaum mengharukan dan di antara mereka terjalin sikap penuh kasih. Orang-orang yang termiskin dari antara orang-orang miskin mengalami kegembiraan tertentu dan sungguh menakjubkan. Inilah keharuan sosial. Keharuan sosial membangkitkan semangat untuk membagikan sesuatu kepada orang miskin. Banyak cara yang diberikan kepada orang miskin dan menderita. Keharuan sosial muncul karena melihat realitas kemiskinan yang ada di sekitar. Pilihan hidup untuk melayani mereka merupakan tanggungjawab sebagai orang yang berbelaskasih.
c. Kesederhanaan dan kerendahan hati
Kesederhanaan dan kerendahan merupakan sikap yang penting dibangun untuk melayani secara belaskaskasih. Tanpa kesederhanaan dan kerendahan hati, pelayanan yang diberikan kepada orang yang miskin dan menderita tidak akan memberikan efek yang baik untuk orang yang dilayani. Sikap sederhana dan belaskasih menarik orang dari kenabihan, kesombongan yang disebabkan oleh egoisme pribadi. Hak ini berarti bahwa seseorang mengosongkan dirinya untuk orang yang dilayani. Pengosongan diri memang tidak menuntut penyiksaan diri atau menyalahkan diri sendiri akan tetapi untuk memberi perhatian yang lebih kepada orang lain yang dilayani sehingga mereka menyadari nilai hidup mereka sendiri. Pelayanan terhadap orang miskin dan kecil dalam kesederhanaan dan kerendahan hati memungkinkan terjadinya dialog seimbang sehingga orang mengerti kebutuhan orang yang dilayani.
Kesederhanaan adalah salah satu aspek penting dari sikap belasakasih. Kesederhanaan menurut Mgr. Zwijsen terdiri atas dua, yakni kesederhanaan manusiawi dan kesederhanaan kristen/religius. Kesederhanaan membuat manusia sadar akan martabatnya yang tidak berasal diri sendiri melainkan merupakan pemberian Allah. Orang yang rendah hati tidak mereduksikan oranglain kepada terbuka akan kenyataan hidup yang dialami sendiri dan orang lain. Kesederhanaan adalah sikap terbuka dan jawaban manusia terhadap Allah dan membiarkan Allah mengasihi dirinya.
Manusia akan menjadi sederhana jika manusia mempunyai cita-cita luhur dan terdalam untuk “memiliki cinta kasih Ilahi” sebagai satu-satunya tujuan hidup.
Yang dimaksudkan Mgr. Zwijsen adalah melatih diri dan bertekad untuk sungguh mengasihi Allah sehingga kecendrungan itu menjadi arah hidup.
Kerendahah hati berarti sikap seseorang yang mengakui secara jujur kelemahan dan kekurangannya. Kerendahan hati berarti suatu sikap realis dan berani memandang diri sendiri secara jujur. Hal ini menjadi dasar semua kebajikan karena kebajikan itu membuka inti kesadaran kita kepada Allah. Dalam kerendahan hati manusia menyadari kasih yang kreatif dimana Allah berkontak dengan manusia. Dengan demikian manusia menerima diri sendiri dan orang lain yang berasal dari kasih Allah yang menghidupkan yang setiap saat memanggil manusia untuk hidup baik di dunia ini. Segala keberadaan manusia merupakan karunia Allah. Hal tersebut mengarahkan manusia untuk tidak angkuh atau sombong terutama dalam melayani dan memperhatikan orang miskin, kecil, kaum marginal dan semua yang tidak untung hidupnya. Menerima kelemahan diri secara jujur dan dengan rendah hati melepaskan diri dari kesombongan, membenarkan diri, mementingkan diri sendiri dan membenarkan diri adalah sikap yang yang dibangun dalam belaskasih. d.
Memerdekan dan Membebaskan Aspek belaskasih yang lain adalah tindakan untuk membawa orang pada situasi hidup yang merdeka dan bebas dari berbagai belenggu hidup. Tentu saja yang dimaksudkan adalah bagaimana orang bisa merdeka dan bebas dari berbagai penderitaan di dunia. Ada banyak model penderitaan yang dialam oleh manusia dewasa. Ada penderitaan orang miskin dan tertindas, penderitaan orang sakit dan penderitaan akibat malapetaka yang besar. Belaskasih meniadakan penderitaan dengan cara terlibat dan ikut berjuang bersama bagi mereka yang menderita. Semangat belaskasih mempunyai dihadapkan pada situasi ini untuk mengantar manusia pada semangat kemerdekaan dan kebebasan sejati.
1) Kemerdekakan
Tindakan belaskasih adalah tindakan yang dapat memerdekan orang yang terbelenggu karena penderitaan tertentu. Semangat belaskasih adalah semangat yang memerdekakan. Kemerdekaan adalah hak setiap manusia sehingga penderitaan harus dihapuskan untuk membiarkan oranglain menikmati kemerdekaannya. Kemerdekaan adalah hak setiap manusia sehingga tidak dapat dapat dicabut oleh siapapun juga. Tanpa kemerdekaan manusia tidak dapat mencintai sebagaimana mestinya. Tanpa cinta, manusia akan mengalami kesepihan hidup dan tersiksa. Kemerdekaan adalah kemenangan terhadap penderitaan.
2) Membebaskan
Ada banyak ketidakadilan di muka bumi ini. Penindasan terjadi setiap waktu dan bisa terjadi kapan saja. Tindakan belaskasih adalah adalah tindakan yang dapat menangkat derajat kaum tertindas, tindakan keadilan yang dapat dimsukkan dalam proyek pembebasan yang menunjuk pada pada cakrawala yang diciptakan oleh keadilan demi terciptanya kerajaan Allah. Usaha pembebasan adalah suatu bentuk perjuangan untuk dapat mengubah situasi penindasan menjadi lebih baik, layak dan berperikemanusiaan. Usaha ini adalah tugas luhur umat manusia untuk mengangkat derajat kaum tertindas menjadi mitra/partner dalam mengusahakan kebaikan bersama sehingga terciptanya kehidupan yang beradab.
Orang Kristen mempunyai seorang tokoh pembebas. Bukan hanya sebagai pembebas, Yesus Kristus harus menjadi model orang Kristen dalam hal ini. Yesus menunjukkan suatu sikap belaskasih pada individu-individu yang dibebabani salib dan menyembuhkan mereka. Usaha pembebasan adalah sebuah bentuk sikap belaskasih yang memperhatikan manusia dan kepekaan terhadap mereka yang tersingkir. Belaskasih berarti peduli dengan kehidupan yang sengsara, masa depan orang yang dilayani dengan terlibat dan bekerjasama memberantas kesengsaraan yang dialami. Kepedulian adalah sebuah bentuk perhatian yang dibutuhkan oleh orang-orang miskin dan tertindas.
e. Melayani secara kreatif dan tepat sasar