WANITA TUNA SUSILA DAN MANAGEMEN KELUARGA PERSPEKTIF PSIKOLOGI,SOSIOLOGI, DAN HUKUM (Studi Kasus 3 keluarga di Dukuh Sarirejo Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga). - Test Repository

  

i

WANITA TUNA SUSILA DAN MANAGEMEN KELUARGA PERSPEKTIF

PSIKOLOGI,SOSIOLOGI, DAN HUKUM

  

(Studi Kasus 3 keluarga di Dukuh Sarirejo

Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga).

  

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

  

Oleh

Muhammad Arifudin

211-12-034

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018 ii

iii

iv

v

  

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  

“Kalau satu hak membuatmu putus asa, belajarlah banyak hal,

karena dia ntara banyak hal pasti akan ada yang membuatmu

bangga”.

  

PERSEMBAHAN

Untuk orang tua tercintaku dan orang-orang yang terus member

semangat.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi Rabbil‘alamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Robbi yang Maha Rahman dan Maha Rahim yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Dengan petunjuk dan tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadikan kita bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

  Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat.

  Akhirnya dengan berbekal kekuatan, kemauan dan bantuan semua pihak, maka penyusunan skripsi dengan judul WANITA TUNA SUSILA DAN MANAGEMEN KELUARGA

  

PERSPEKTIF PSIKOLOGI, SOSIOLOGI DAN HUKUM (Studi Kasus 3 Keluarga

di Dukuh Sarirejo, Kelurahan Sidorejo lor, Kecamatan Sidorejo,Kota Salatiga) bisa

  terselesaikan.

  Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis haturkan banyak terimakasih yang tiada taranya kepada:

  

vii

  1. BapakDr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selakuRektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Siti Zumrotun M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma’mun, S.H.I.,M.Si., selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

  4. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  5. Bapak Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

  6. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku yang terus mendoakan tanpa terhenti sampai saat ini.

  7. Dan kepada semua teman-temanku yang sangat membantuku dalam penyelesaian skripsi ini.

  Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaarobbal

  ‘aalamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, khususnya bagi almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terimakasih.

  Salatiga, 14 Maret 2017 Penulis

  

viii

  

ABSTRAK

  Arifudin, Muhamad. 2018. Wanita Tuna Susila dan Managemen Keluarga Perspektif

  Psikologi, Sosiologi, dan Hukum (Studi kasus 3 keluarga di Dukuh Sarirejo, Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga). Skripsi.Jurusan

  Hukum Keluarga Islam. Fakultas S yariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si.

  Kata Kunci: Wanita Tuna Susila (WTS), Dinamika

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui dinamika keluarga yang ada dalam keluarga seorang wanita yang bekerja sebagai WTS. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi Wanita Tuna Susila (WTS) (2) Bagaimana bentuk keluarga Wanita Tuna Susila (WTS)? (3) Bagaimana Wanita Tuna Susila (WTS) mengelola rumah tangganya? (4) Apa dampak psikologi, sosiologi dan hukum Wanita Tuna Susila (WTS) terhadap diri dan keluarganya

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi

  

yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia Sedangkan jenis penelitian

.

  ini adalah Penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

  Data temuan dilapangan menunjukkan bahwa faktor sorang menjadi WTS adalah karena kebutuhan ekonomi, pergaulan bebas, rendahnya pengetahuan agama dan wanita WTS berasa dari keluaga broken home. Bentuk keluarga WTS berdasarkan pernikahan yang remi itu keluarga NL dan YN, yang sirri keluarga MWR,dilihat dari beberapa macam bentuk keluarga, Dilihat dari pemukimannya dibedakan menajdi patriokal dan matrilokal..Wanita pekerja sek komersial dalam mengelola keluarganya lebih mengutamakan dari segi ekonomi, wanita WTS bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan juga keluarganya. Para WTS juga mengutamkan pendidikan anak-anaknya. Bagi WTS anaknya tidak oleh meniru pekerjaan dari orangtuanya. Resiko dari bekerja sebagai WTS mengakibatkan dampak bukan hanya dari segi psikologis dirinya sendiri namun juga kepada keluarganya. Terhadap dirinya sendiri,WTS mengalami kekhawatiran jika keluarganya tahu, takut terkena razia SatPol PP,merasa bedosa, mengalami keraguan untuk berhenti sebagai WTS. Dampak terhadap keluarganya pun diterima oleh masyarakat sekitar yang mengetahuinya, seperti perlakuan yang berbeda dan gunjingan di belakang. Terhadap anaknya juga di cap sebagai anak pelacur. Dampak dari perspektif hukum dibedakan menjadi dua, yaitu hukum Islam dan hukum pidana.

  

ix

  x DAFTAR ISI JUDUL ...................................................................................................................... i HALAMAN LOGO IAIN SALATIGA……………………………………….ii

  

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………. .................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 5 F. Kajian Pustaka ................................................................................ 7 G. Metode Penulisan Skripsi ............................................................... 10 H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 12 BAB II KELUARGA DAN WANITA TUNA SUSILA (WTS) A. Keluarga.......................................................................................... 14 1. Pengertian..........................................................................14 2. Fungsi Keluarga ........................................................................ 16 3. Bentuk-bentuk keluarga ............................................................ 17 B. Wanita Tuna Susila (WTS) ............................................................ 19 1. Pengertian ................................................................................. 19

  xi 2.

  WTS dalam Perspektif Hukum Islam ....................................... 22 3. WTS dalam Perspekif Hukum Pidana ...................................... 26 4. WTS dalam Perspektif Patologi Sosial ..................................... 28 5. WTS dalam Perspektif Psikologi .............................................. 30

  BAB III DINAMIKA KELUARGA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (WTS) A. Kondisi Geografi, Demografis, dan Historis ................................. 33 1. Kondisi Geografis ................................................................... 33 2. Kondisi Demografis ................................................................ 35 3. Kondisi keagamaan ................................................................. 37 4. Kondisi Pendidikan ................................................................. 39 5. Kondisi Ekonomi .................................................................... 40 6. Sejarah Wisata Karauke Sarirejo ............................................ 42 B. Profil keluarga WTS di Kafe Sarirejo ........................................... 43 1. Profil Keluarga MWR ............................................................. 43 2. Profil Keluarga NL .................................................................. 44 3. Profil Keluarga YN……………………………………….. ... 45 C. Faktor-Faktor Penyebab Seorang menjadi WTS ........................... 46 1. Faktor Ekonomi ....................................................................... 46 2. Faktor Pergaulan Bebas ........................................................... 47 3. Faktor Rendahnya Pendidikan dan Pengetahuan Agama Islam .......................................................................... 48 4. Latar Belakang Broken Home ................................................. 49 D. Bentuk-bentuk Keluarga WTS ...................................................... 50 1. Berdasarkan jenis perkawinan ................................................. 50 2. Berdasarkan jenis pemukiman ................................................ 51 3. Berdasarkan jenis anggota keluarga ........................................ 52

  xii E.

  Cara WTS Mengelola Rumah Tangganya .................................... 53 1.

  Ekonomi ................................................................................. 53 2. Pengasuhan dan Pendidikan anak ........................................... 54

  BAB IV DAMPAK PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, DAN HUKUM WANITA TUNA SUSILA (WTS) A. Dampak Psikologi WTS ................................................................. 57 1. Khawatir jika keluarga tahu ...................................................... 57 2. Takut terkena razia ................................................................... 59 3. Takut jika terkena penyakit ...................................................... 59 4. Merasa berdosa ......................................................................... 59 5. Keraguan untuk berhenti .......................................................... 60 B. Dampak Sosiologi WTS ................................................................. 62 C. Dampak Hukum WTS .................................................................... 63 1. Hukum Islam ............................................................................ 64 2. Hukum Pidana .......................................................................... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 74 B. Saran ............................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

  wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir batin adalah hubungan formal yang dapat dilihat karena dapat dibentuk menurut undang- undang yang mengikat kedua pihak dan pihak lain dalam masyarakat.

  Sedangkan ikatan batin adalah hubungan tidak formal yang dibentuk dengan kemauan bersama yang sungguh-sungguh mengikat kedua belah pihak.

  Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.

  Ikatan pernikahan bukan saja ikatan perdata tetapi ikatan lahir batin antara seorang suami dengan seorang istri. Pernikahan tidak lagi hanya sebagai hubungan jasmani tetapi juga merupakan hubungan batin. Ikatan yang didasarkan pada hubungan jasmani itu berdampak pada masa yang pendek sedangkan ikatan lahir batin itu lebih jauh. Dimensi masa dalam ini diekspesitkan dengan tujuan sebuah perkawinan yakni untuk membangun sebuah keluarga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa (Nuruddin dan Taringan, 2006:46).

  Perkawinan termasuk salah satu bentuk ibadah. Tujuan perkawinan bukan saja untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menyambung keturunan dalam naungan rumah tangga yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Setiap remaja yang telah memiliki kesiapan lahir batin diperintahkan segera menetukan pilihan hidupnya untuk mengakhiri masa lajang. Menurut agama islam, menikah adalah menyempurnakan agama. Oleh karena itu, barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia telah berusaha menyempurnakan agamanya, dan berarti dia pula telah berjuang untuk kesejahteraan masyarakat. Membantu terlaksananya suatu pernikahan, demikian pula merupakan ibadah yang tidak ternilai pahalanya (Hariwijaya, 2005:1) Rosuluallah mengarahkan seruannya kepada kaula muda dengan bersabda:

  “Hai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kamu mempunyai kemampuan, maka segeralah menikah. Karena menikah itu dapat menahan pandangan mata dan memelihara kehormatan, dan barang siapa yang tidak mampu hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa dapat mematahkan rong- rongan nafsu birahi. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

  Dengan terjadinya suatu perkawinan, maka akan timbul adanya hak dan kewajiban antara suami dan istri, di mana keduanya saling berhubungan dan saling melengkapi antara kewajiban suami dengan hak istri, antara kewajiban istri dengan hak suami yang pada akhirnya akan membawa kehidupan suami dan istri akan seimbang dan memelihara tali kekeluargaan yang sejahtera hingga memperoleh kebahagiaan.

  Sesuai dengan prinsip perkawinan yang dikandung oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Perkawinan, pada Pasal 31 sangat jelas disebutkan bahwa kedudukan suami istri adalah sama dan seimbang, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Menurut Yahya Harahap, khusus menyangkut Pasal 31 ayat (1) merupakan tuntutan semangat zaman (spirit of the age) dan merupakan hal yang sangat wajar untuk menundukkan suasana harmonis dalam kehidupan keluarga, serta hal ini merupakan perjuangan yang emansipasi yang sudah lama berlangsung.

  Tujuan dari pengaturan hak dan kewajiban suami istri adalah agar suami istri dapat menegakkan rumah tangga yang merupakan sendi dasar dari susunan masyarakat. Oleh karena itu, suami istri wajib saling mencintai, saling menghormati, saling setia, dan membantu lahir dan batin seorang kepada yang lain.

  Pada prinsipnya hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan hidup di dalam masyarakat. Sehingga undang-undang memberikan hak dan kewajiban yang sama bagi kedua belah pihak untuk melakukan perbuatan hukum. Meskipun demikian mereka berdua memiliki peran yang berbeda. Suami sebagai kepala keluarga, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga. Suami wajib untuk melindungi istri dan memenuhi semua keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuanya. Sedangkan istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

  Ada kondisi yang berbeda dalam masyarakat tertentu, berkaitan dengan peran antara suami dan istri. Di zaman modern ini banyak seorang istri memegang peran sebagai suami dan sebaliknya. Pemenuhan kewajiban bagi keluarga menutut istri juga harus mencari nafkah. Kondisi seperti ini banyak di temukan di sekitar kita. Ada banyak peluang pekerjaan yang tersedia bagi perempuan. Dari kantoran sampai freelance. Namun ditengah masyarakat kita juga ada yang memilih pekerjaan yang kotor di mata masyarakat. Contohnya wanita yang bekerja dilokalisasi tertentu.

  Wanita yang berkerja dilokalisasi tentunya mempunyai banyak factor, seperti ekonomi, pengetahuan agama, pengaruh lingkungan dan juga factor keluarga. Wanita yang berkerja dilokalisasi ini sering disebut Wanita Tuna Susila (WTS). Pekerjaan tersebut tentunya berpengaruh pada cara bagaimana seorang WTS mengelola keluarganya. Di kota Salatiga ada satu wilayah yang digunakan sebagai lokalisasi. Praktek-praktek asusila, berjudi, karaoke, mabuk-mabukkan serta berhubungan badan terjadi di wilayah itu.

  Dari uraian singkat diatas, penulis tertarik mendalami kehidupan WTS di wilayah tersebut,sehingga penulis menyusunnya dalam sebuah sekripsi yang berjudul:

  WANITA TUNA SUSILA DAN MANAGEMEN KELUARGA PERSPEKTIF PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, DAN HUKUM (Studi kasus 3 keluarga di Dukuh Sarirejo Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga).

B. Rumusan Masalah 1.

  Apa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi Wanita Tuna Susila (WTS)? 2. Bagaimana bentuk keluarga Wanita Tuna Susila (WTS)?? 3. Apa bentuk dan dampak psikologi, sosiologi dan hukum Wanita

  Tuna Susila (WTS) terhadap diri dankeluarganya? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang menjadi wanita tuna susila (WTS).

  2. Untuk mengetahui bentuk keluarga Wanita Tuna Susila (WTS).

  3. Untuk mengetahui bagaimana cara Wanita Tuna Susila (WTS) mengelola rumah tangganya.

  4. Untuk mengetahui dampak psikologi, sosiologi dan hukum WTS terhadap diri sendiri dan kelurganya.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat teoriritik untuk memberikan penjelasan teori psikologi, sosiologi dan hukum (Islam dan Pidana) tentang masalah keluarga yang diteliti, jika pada nantinya muncul masalah yang sama.

  2. Manfaat untuk memperkaya wacana keilmuan, khususnya dalam bidang hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Memberikan data tentang lokalisasi di Kota Salatiga yang akurat

  kepada pemerintah yang dapat digunakan untuk mengambil kebijakan yang tepat bagi pengentasan lokasisasi.

E. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini,penulis akan mengemukakan definisi istilah-istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini,sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Sekripsi ini berjudul Wanita Tuna Susiala dan managemen keluarga presfektif psikologi, sosiologi, dan hukum (Studi kasus 3 keluarga di Dukuh Sarirejo Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga). Adapun pengertian jika ditinjau dari judul skripsi tersebut yaitu:

1. Dinamika

  Dinamika menurut kamus besar bahasa indonesiaadalah bagian ilmu fisika yang berhubungan dengan benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkan gerak (dari dalam) tenaga yang menggerakkan semangat. Ada pun cotohnya seperti: a.

  Kelompok gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan.

  b.

  Pembangunan gerak yang penuh gairah dan penuh semangat dalam melaksanakan pembangunan.

  c.

  Sosial gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan.

  Dinamika adalah sesuatu hal yang bersifat berkemampuan atau bertenaga, serta selalu bergerak dan berubah-ubah (Idrus:1996).

  2. Keluarga

  Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu tempat di bawah suatu atap dalam ketergantungan (Iwan Sugeng, 2005:3)

  3. Tuna susila

  Menurut kamus besar bahasa indonesia tuna susila adalah tidak memiliki susila, pelacur di akses tanggal 20 Februari 2018 pukul 22:22).

F. Tinjauan Pustaka

  Adapun penelitian yang terkait dengan tema saya adalah penelitian yang dilakukan oleh pertama dengan penulis bernama Irfanudin Arif dengan judul PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA

  ISTRI BERPROFESI SEBAGAI WANITA TUNA SUSILA (WTS) DALAM MEMENUHI HAK DAN KEWAJIBANNYA. Rumusan Masalah (1) Bagaimana gambaran problematika kehidupan rumah tangga Istri Berprofesi sebagai Wanita Tuna Susila (WTS) dalam memenuhi hak dan kewajiban suamiistri (2) Apa yang menjadi latar belakang dan akibat sehinggamau menjadi Wanita Tuna Susila (WTS)? (3) Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai problematika kehidupan rumah tangga Wanita Tuna Susila (WTS) dalam memenuhi hak dan kewajiban suamiistri ?. Adapun Hasil Penelitianya yaitu: (1) Pada informan pertama, suami informan tidak memberikan nafkah. Sedangkan pada informan kedua, suami informan tidak mengetahui bahwa informan menjalani pekerjaan sebagai Wanita Tuna Susila (WTS) lagi setelah menikah dengan suami, tetapi informan tetap mengeluti pekerjaan tersebut untuk memenuhi gaya hidup mewah yang sudah biasa dijalani. (2) Masalah ekonomi yang menjadi alasan utama yang melatarbelakangi para informan menjadi Wanita Tuna Susila (WTS). (3) Alasan yang diungkapkan parainformanseperti faktor ekonomi, sakit hati dan lingkungan yang menyebabkan para informanmenjadi Wanita Tuna Susila (WTS), tidak bisa mengubah hukum keharaman zina.

  Adapaun penelitian berikutnya dilakukan oleh Martha Kristiyana dengan judul PERILAKU SOSIAL WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI PASAR HEWAN PRAMBANAN, SLEMAN, YOGYAKARTA. Rumusan masalahnya yaitu: (1) Bagaimana perilaku social WTS di Pasar hewa Prmabanan? (2) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perempuan menjadi WTS di Pasar Hewan Prambanan? (3) Dampak apa saja yang ditimbulkan dari perilaku WTS?. Hasil penelitiannya yaitu (1) Sebagian besar WTS berasal dari luar Profinsi DIY, para WTS berpindah- pindah tempat dari satu tempat ketempat lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Terjadi hubungan baik antara WTS dengan masyarakat sekitar. (2) Dari informan ditemukan bahwa factor yang mempengaruhi wanita menjadi WTSadalah kemiskianan, sulit mencari pekerjaan, pendidikan, penghasilan tinggi sebagai WTS dan keluarga. (3) Dampak dari pekerjaan WTS ini berdampakpada kehidupan sektor sosial dan sektor ekonomi.

  Penelitian berikutnya di lakukan oleh Ratna Nengsih dengan judul KEHIDUPAN MANTAN PEKERJA SEK KOMERSIL (WTS) dengan rumusan masalah (1) Apakah factor penyebab berhenti menjadi seorang WTS? (2) Bagaimana kondisi psikologi mantan WTS? (3) Bagaimana kegiatan social setelah menjadi mantan WTS? (4) Bagaimana konidis ekonomi mantan WTS (5) bagaimana kegiatan religius atau keagamaan mantan WTS? (6) Bagaimana pengamanan terkait permasalahan yang dialami mantan WTS? Dengan hasil penitiannya sebagai berikut. (1) Penyebab wanita menjadi WTS karena dau factor yaitu internal (ingin hidup lebih baik, takut dosa dan takut tertular penyakit kelamin) dan factor eksternal (kebutuhankeluarga sudah terpenuhi, trauma dihajar pelanggan, dorongan suami ddan orang dekat, dorongan Dinas dan tidak tega dengan orantua. (2) Kondisi psikologis mantan WTS setelah berhenti, WTS merasa bingung mau berbuat apa. (3) Banyak tanggapan yang berbeda dari masyarakat tetapi WTS mencoba berbaur sebagaimana mestinya seperti ikut pengajian dan ikut kegiatan arisan. (4) Ekonomi WTS mengalami penurunan yang signifikan tetapi hal tersebut tetap disyukuri karena didapat secara halal. (5) Para mantan WTS umumnya mengalami perubahan signifikan pada aspek ibadah,hal ini disebabkan karena WTS ingin bertaubat dan ingin menjadi manusia yang lebih baik.

  (6) Mantan WTS suli diterima di masyarakat karena anggapan bahwa pekerjaan sebagai WTS merupakan pekerjaan yang hina dan mantan WTS dapat memberikan pengaruh negatif dalam masyarakat. Selain itu,WTS merasa bahwa dirinya itu hina dan kotor, pandangan negatif dari masyarakat dan penolakan dari keluarga.

  Perbedaan penelitian yang terdahulu dengan yang penulis teliti terdapat pada subjek dan juga wilayah geografis yang berbeda.

G. Metodologi Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.

  Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti untuk meneliti sesuatu secara mendalam (Moleong,2009:6-7).

2. Sumber Data

  Menurut Lofland (1984) yang dikutip dari Moleong (2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah datatambahan seperti dokumen dan lain- lain. Sumber data penelitian ini terfokus pada informan penelitian. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaku perkerja sek komersil dan masyarakat yang tinggal di desa Sarirejo.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a.

  Wawancara (interview) yaitu bentuk komunikasi antara dua orang,melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujaun tertentu (Maslikhah, 2013: 321). Yang diwawancara pada peniltian ini ialah tiga wanita pelaku pekerja sek komersil yaitu ibu MWR, ibu NL dan ibu YN.

  b.

  Observasi yang digunakan adalah observasi terbuka dimana kehadiran peneliti dalam meneliti terhadap infroman diketahui secara terbuka, sehingga antara infroman dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar (Maslikhah. 2013: 322) c.

  Telaah Dokumen adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas (Hard Copy) maupun elektronik (Soft Copy).

  Dokumen dapat berupa buku, artikel, media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang notulen, blok, halaman web, foto, dan lainya(Sarosa, 2012:61). Adapun data yang peneliti dapatkan adalah informasi mengenai informan yaitu menegenai profil serta memuat alasan-alasan seorang wanita bekerja sebagai WTS.

4. Teknik Analisis Data

  Sebagaimana penelitian kualitatif, maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Reduksi data merupakan proses memilih, menyederhanakan, abstraksi dan mentransformasi data kasar yang diperoleh. Penyajian data merupakan diskripsi kumpulan informasi yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Verifikasi adalah mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh dari lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi (Maslikhah, 2013: 323). Data juga dianalisis menggunakan teori sosiologi keluarga, psikologi kepribadian Islam, patologi social dan dari sudut pandang hokum Islam dan hukum Negara.

H. Sistematika Penulisan

  Agar dalam proposal ini mendapat gambaran yang jelas, maka sistematika penulisan ini akan dipaparkan dalam 5 bab.

  Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Adapun bab dua berupa kajian pustaka atau teori yang membahas mengenai pengertian keluarga dan juga pandangan WTS persepektif hokum Islam, hokum pidana, patologi social, dan dari perspektif psikologi.

  Bab tiga berisi uraian data dan temuan yang diperoleh dari penelitian yang disajikan dalam tiga bab, yaitu gambaran umum Dukuh Sarirejo, Desa Sarirejokidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, profil informan, factor-fakto penyebab seorang wanita menjadi WTS,dan bentuk-betuk keluarga WTS atau WTS.

  Pada bab empat memuat mengenai dampak psikologi, sosiologi dan hukum terhadap diri dan keluarga WTS.

  Dan yang terakhir adalah bab lima yang memuat kesimpulan serta saran-saran yang di ajukan.

BAB II KELUARGA DAN WANITA TUNA SUSILA (WTS) A. KELUARGA 1. Pengertian Keluarga merupakan unit terkecil yang ada dalam masyarakat yang

  terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dan saling berinteraksi satu sama lain dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998: 1).

  Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang disebut dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya atau ibu dengan anaknya.

  UNESCO mendefinisikan keluarga sebagai satu institusi biososial yang terbentuk oleh setidaknya dua orang dewasa laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki hubungan darah, tetapi terikat tali perkawinan dengan atau tanpa/belum memiliki anak. Setidaknya keluarga berfungsi memenuhi dan memuaskan kebutuhan lahir dan batin, termasuk kebutuhan seksual (Soemanto, 2006: 18).

  Menurut Ferri Efendi yang dikutup dari Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya, keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan (Ferry Efendi, 2009: 179).

  Dari berbagai pengertian diatas, maka sekumpulan orang yang menetap dalam suatu atap yang sama dapat dikatakan menjadi suatu keluarga jika memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a.

  Memiliki ikatan batin dan emosional. Berarti para anggota keluarga memiliki rasa kasih sayang dan kecintaan yang mendalam, termasuk kebanggaan terhadap eksistensinya.

  b.

  Memiliki hubungan darah. Setiap anggota keluarga tersebut berada dalam satu jalur keturunan kecuali suami dan isteri yang berasal dari garis keturunan yang berbeda.

  c.

  Memiliki ikatan perkawinan. Pasangan pria wanita yang membentuk keluarga diikat oleh perkawinan yang sah (menurut agama dan pemerintah), sehingga secara resmi mereka telahmenjadi pasangan suami isteri. Perkawinan ini bisa endogami, yakni kawin dengan golongannya sendiri atau eksogami, yaitu kawin di luar golongan sendiri.

  d.

  Mempunyai kekayaan keluarga. Keluarga pasti mempunyai harta benda untuk kelangsungan para anggotanya.

  e.

  Memiliki tempat tinggal. Keluarga harus memiliki domisili dan menempati rumah tertentu, baik itu milik sendiri maupun bukan.

  Memiliki tujuan. Setiap keluarga pasti memiliki tujuan atau cita- cita yang hendak dicapai seperti meneruskan keturunan, menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota. Setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri (Dipo, 2009: 15-16).

2. Fungsi keluarga

  Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan yaitu sebagai berikut : a.

  Fungsi biologis Adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk 2009).

  b.

  Fungsi psikologis Adalah memberikan kasih saying dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga (Mubarak, dkk 2009).

  c.

  Fungsi sosialisasi Adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma- norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Sedangkan menurut Mubarak, Setiawati (2008) fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).

  d.

  Fungsi ekonomi Adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak,dkk:2009). Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan (Setiawati, 2008).

  e.

  Fungsi pendidikan Keluarga berfungsi menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya (Mubarak,dkk 2009).

3. Bentuk keluarga

  Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan. a.

  Berdasarkan jenis perkawinan 1)

  Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.

  2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.

  b.

  Berdasarkan pemukiman 1)

  Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami.

  2) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah istri.

  3) Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.

  c.

  Berdasarkan jenis anggota keluarga 1)

  Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

  2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti di tambahkan dengan sanak saudara, misalkan kakak, nenek, keponakan dan lain-lain.

  3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

  4) Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

  5) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

  6) Keluarga kabitas (cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

  d.

  Berdasarkan kekuasaan 1)

  Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.

  2) Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.

  3) Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.

B. WANITA TUNA SUSILA (WTS) 1.

  Pengertian Pelacur berasal dari bahasa latin pro-stituere atau pro-sture yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundulan, pencabulan dan pengedakan. Perkins dan bannet dalam Koendjoro (Koendjoro, 2004:30) mendefinisikan pelacur sebagai transaksi bisnis yang disepakati oleh pihak yang terlibat sebagai sesuatu yang bersifat kontrak jangka pendek yang memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan kepuasan seks dengan metode yang beraneka ragam.

  Senada dengan hal tersebut, supratiknya (Supratiknya, 1995:97) menyatakan bahwa prostitusi atau pelacur adalah memberikan layanan hubungan seksual demi imbalan uang. Selain definisi di atas, dengan rumusan kalimat yang berbeda, Kartono (Kartono, 1981:216) menjabarkan definisi dari pelacuran adalah sebagai berikut: a.

  Prostusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang (prosmiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.

  b.

  Pelacur merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.

  c.

  Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.

  Pelaku pelacur disebut dengan prostitute atau yang lebih kita kenal dengan pelacur atau sundal. Pelacur dapat berasal dari kalangan wanita yang lebih dikenal dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari kalangan laki-laki yang lebih dikenal dengan sebutan gigolo. Koentjoro (Koentjoro, 2004:27) mendefinisikan wanita tuna susila (WTS) sebagai perempuan yang tidak menuruti aturan susila yang berlaku di masyarakat dan dianggap tidak memiliki adap dan sopan santun dalam berhubungan seks. Sedangkan gigolo dijelaskan secara singkat yang dipahami sebagai laki-laki bayaran yang dipelihara atau disewa oleh seorang perempuan sebagai kekasih atau pasangan seksual.

  Dari pengertian pelacur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelacur merupakan sebuah usaha memperjual-belikan kegiatan seks di luar nikah denagan imbalan materi, sedangkan pelacur diartikan sebagai perempuan atau laki-laki yang melakuakan kegiatan seks di luar nikah dengan imbalan materi. Jenis prostitusi dan Lokalisasi sebagai berikut:

  Jenis prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya yaitu terdaftar dan terogarnisir, serta yang tidak terdaftar.

  1) Prostitusi yang terdaftar dan teroganisir.

  Pelakunya diawasi oleh bagian dari kepolisian, yang yang dibantu dan bekerjasama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan.

  Pada umumnya dilokalisasi dalam satu daerah tertentu. Penghuninya secara periodiK harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan suntikan dan pengobatan sebagai tindakan kesehatan dan keamanan umum.

  2) Prostitusi yang tidak terdaftar.

  Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang melakukan prostitusi secara gelap dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok. Perbuatannya tidak terogarnisir, tempatnya tidak tentu, bisa disembarang tempat, baik mencari klien sendiri, maupun melalui melalui calo atau penghubung dan panggilan. Mereka tidak mencatatkan diri pada yang berwajib, sehingga kesehatanya diragukan, karena belum tentu meraka itu mau memeriksakan kesehatanya kepada dokter (Kartono,2001:185).

2. WTS dalam perspektif hukum Islam

  Dalam agama Islam, pelacuran merupakan salah satu perbuatan zina. Pandangan hukum Islam tentang perzinaan jauh berbeda dengan konsep hukum konvensional, karena dalam hukum Islam, setiap hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan (yang diharamkan) seperti pelacuran masuk kedalam kategori perzinaan yang harus diberikan sanksi hukum kepadanya, baik itu dalam tujuan komersil ataupun tidak, baik yang dilakukan oleh yang sudah berkeluarga ataupun belum.

  Para pelacur yang rutinitasnya identik dengan perzinaan merupakan bentuk lain dari penyimpangan seksual dimana terjadi hubungan seksual antara laki- laki dan perempuan tidak berdasarkan pada ikatan tali perkawinan.

  Pengertian zina secara umum, Istilah zina sudah masuk dalam Bahasa Indonesia, menurut Bahasa arab diambil dari kata zanaa-

  yasnii-zinaa-wa zinaa an yang berarti Atal mar-ata min gha iri ‘aqdin syar’iiyin aw milkin artinya menyetubui wanita tanpa didahului akad nikah menurut syara’ atau disebabkan wanita budaknya budak berlian (Ash Qalani, 1992:190).

  Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata zina berasal dari Bahasa Arab zinah yaitu perbuatan bersenggama antara seorang laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan/perkawinan. Secara umum, zina bukan hanya disaat manusia melakukan hubungan seksual, tetapi segala aktivitas-aktivitas susila yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina.

  Zina berarti hubungan kelamin diantara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan. Tidak menjadi masalah apakah salah seorang atau kedua belah pihak telah memiliki pasangan hidupnya masing-masing ataupun belum menikah sama sekali. Kata “zina” ini dikenakkan baik terhadap seorang atau keduanya yang telah menikah ataupun belum.

  Zina merupakan tindak pidana yang diancam dengan hukuman ḥudūd atau ḥad, yakni suatu hukuman yang diberlakukan terhadap pelanggaran yang menyangkut hak Allah. Dengan demikian, hukuman tindak pidana zina telah diatur oleh Alquran karena merupakan hak Allah swt. secara mutlak. Ada dua macam perbuatan zina yang mendapat hukuman wajib bagi pelakunya, yaitu: Ghairu Mu

  ḥṣan, artinya suatu zina yang dilakukan oleh orang yang belum pernah melangsungkan perkawinan yang sah. Artinya pelaku zina yang masih bujang atau perawan, yaitu mereka yang belum menikah.

  Untuk hukuman yang dibebankan pada pelaku zina dengan status ghair mu ḥṣan adalah dera seratus kali, berdasarkan Q. S. al-Nūr (24):

  2. Ayat ini menggambarkan ketegasan dalam menegakkan hukuman ḥad, dilarang memberi belas kasihan dalam menjatuhkan hukuman atas kekejian yang dilakukan oleh dua orang pezina tersebut, juga ada larangan membatalkan hukuman ḥad atau berlemah lembut dalam menegakkannya. Oleh karenanya dilarang menunda penegakan agama Allah dan mengundurkan hak-Nya. Pelaksanaan hukuman hendaknya dilaksanakan di depan khalayak ramai, yaitu sekelompok orang-orang yang beriman, sehingga diharapkan memberi efek jera dan mempengaruhi jiwa orang-orang yang telah melakukan perbuatan zina dan memberi pelajaran bagi orang-orang yang menyaksikan pelaksanaan hukuman tersebut.

  Terdapat perbedaan dalam tata cara pelaksanaan hukuman dera. Menurut Imam Malik yang didera adalah punggung dan seputarnya serta harus menanggalkan baju. Menurut Imam Syafi’i yang didera seluruh anggota badan, kecuali kelamin dan muka yang harus dihindarkan serta penanggalan baju. Menurut Abu Hanifah seluruh anggota badan, kecuali kelamin, muka dan kepala serta penaggalan baju.

  Selain didera seratus kali, pelaku zina ghair mu ḥṣan juga diasingkan selama setahun, hal ini bersandar pada keterangan Ibnu al-

  Mun ẓir yang mengatakan:

Dokumen yang terkait

PENYULUHAN METODE PAP SMEAR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA TUNA SUSILA DALAM PENDETEKSIAN KANKER SERVIKS

0 0 5

View of KONSEP BIMBINGAN AGAMA ISLAM TERHADAP WANITA TUNA SUSILA DI UPT REHABILITASI SOSIAL TUNA SUSILA KEDIRI

0 0 13

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga) - Test Repository

0 0 149

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Angelina Juni di Kelurahan Pringapus, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) - Test Reposit

0 0 122

KONSEP KELUARGA SAKINAH MENURUT MUALLAF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Keluarga Muallaf di Salatiga) - Test Repository

0 0 139

PENDIDIKAN MORAL ANAK PADA KELUARGA BROKEN HOME (Studi Kasus di Desa Pucangrejo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal Tahun 2017) - Test Repository

0 2 125

NIKAH SIRRI DENGAN WALI KAKAK TIRI MENURUT PERSPEKTIF TOKOH AGAMA DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Grogol, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga) - Test Repository

0 0 105

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang - Test Repository

0 0 102

STATUS ZAKAT PROFESI WANITA TUNA SUSILA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Jetak, Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 91

METODE ABOGE DALAM PENETAPAN HARI RAYA IDUL FITRI DI DUSUN LOSARI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Losari DesaGunungsari Kecamatan Wonosegoro) - Test Repository

0 0 117