STATUS ZAKAT PROFESI WANITA TUNA SUSILA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Jetak, Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

  STATUS ZAKAT PROFESI WANITA TUNA SUSILA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun Jetak, Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh: Nur Salim NIM: 21109013 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  

PERSEMBAHAN

Sembah dan suj udk u senantiasa hanya k epada Allah SWT, tuhan maha k aya dan

maha pember i nik mat yang tak ter hi ngga, dengan ir adah-Mu sehi ngga ak u mampu

ber k ar ya.

Ayahanda (Sumar lan) ser ta Ibunda (Sur tini), dua i nsan mulia yang dengan ci nta dan

k asihnya ak u mempunyai semangat dan har apan untuk menggapai asa, cita, dan

har apan.

Adik k u ter sayang (Musli miftak hul Huda) yang mulai tumbuh r emaja ser ta adik k u

(Rafa Rusdan Al-Fauzi) yang sedang mulai tumbuh 2 tahun, yang selalu menghi bur

dan mengisi har i-har ik u di istana yang penuh ci nta, k asih dan sayang yang membuat

damainya suasana hati.

  

Untuk k ek asihk u yang selal u menantik ank u dengan setia, ser ta selur uh pejuang

seper juangan k elas AHS’O9, ter utama Far is, Fahmi, Har is dan Ugi’ yang ser ing

ber canda ber sama, Sapek , Mbahe, Wawan, dan Adi yang setia menemani di PS’an,

ser ta semua pi hak yang tidak mungk in ak u bisa sebut satu per satu.

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan taufiq, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Syari’ah di STAIN Salatiga. Shalawat serta salam penulis senantiasa haturkan kepada beliau nabiullah Muhammad SAW, yang membawa manusia menuju zaman pencerahan yang diridhoi Allah SWT. Selanjutnya tujuan dari skripsi ini untuk mengetahui seluk beluk tentang zakat profesi dan relevansinya dengan kondisi kekinian masyarakat muslim Indonesia.

  Seperti diketahui bahwa zakat profesi merupakan wacana baru setelah era Nabi, yang kiranya tepat sekali dijadikan salah satu sumber zakat yang wajib dizakati, karena memang sifat harta profesi sendiri selalu berkembang. Skripsi ini tersusun berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Mubasirun, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Syari’ah

  3. Bapak Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ahwal al – Syakhsiyyah

  4. Bapak H. M. Yusuf Khummaini, S.H.I., M.H. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya semata-mata untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga, khususnya dosen jurusan syari’ah yang telah mencurahkan ilmunya selama penulis belajar di STAIN Salatiga.

  6. Bapak kepala Kecamatan Bandungan, Ibu kepada Kelurahan Duren, Bapak kepala Dusun Jetak beserta Istri yang telah membantu dalam pencarian data.

  7. Ayah, Ibu, serta Adik-adikku yang tercinta dan tersayang, yang selalu mendo’akan dan memotivasi dengan tulus dan ikhlas.

  8. Segenap teman-temanku seperjuangan AHS’09, yang telah menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman di kelas.

  Terima kasih kepada semua pihak atas bantuannya, penulis hanya bisa mendo’akan semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi Civitas Akademika STAIN Salatiga.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Penulis, Nur Salim

  

ABSTRAK

  Nursalim. 2013. Status Zakat Profesi Wanita Tuna Susila Ditinjau Dari Hukum

  Islam (Studi Kasus di Dusun Jetak, Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang). Skripsi. Jurusan Syari’ah. Program

  Studi Ahwal al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H.M. Yusuf Khummaini, S.H.I., M.H.

  Kata Kunci: Zakat Profesi.

  Zakat profesi merupakan bentuk zakat baru yang muncul setelah era Nabi, zakat profesi setelah diketahui hukumnya, karena di zaman sekarang telah banyak ulama yang membahasnya, karena memang zakat profesi merupakan zakat yang banyak ditemui di zaman sekarang. Zakat profesi juga diatur dalam Undang- undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Penulis juga menyimpulkan bagaimana pemahaman para WTS dalam pembayaran zakat, apa motivasi mereka untuk mengeluarkan zakat profesi, bagaimana pola pembayarannya, dan bagaimana status zakat profesi WTS bila ditinjau dari hukum Islam.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan tujuan menggambarkan bagaimana pelaksanaan pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh sebagian WTS di Dusun Jetak, Desa Duren, Kecamatan Bandungan.

  Pendapatan perekonomian masyarakat di zaman modern seperti saat ini lebih banyak pada sektor jasa, dan yang penting memenuhi nishab. Peran pemerintah, BAZNAS/LAZ diharapkan bisa menjadi sumber pengetahuan, wadah, atau sarana yang dapat memberi pengetahuan tentang zakat, dan dapat dipercaya oleh masyarakat dengan jalan lebih aktif dengan mengelola zakat serta meyakinkan masyarakat yang untuk membayar zakat. Memberi pengertian yang jelas mengenai profesi dan harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya, terutama pada kalangan WTS yang pengetahuan tentang agamanya sangat kurang.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Fokus Penelitian .......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 7 E. Penegasan Istilah ....................................................................... 7 F. Metode Penelitian ...................................................................... 10

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 10

  2. Kehadiran Peneliti ................................................................... 10

  3. Lokasi Penelitian .................................................................. 10

  4. Sumber Data ......................................................................... 11

  a. Data Primer ..................................................................... 11

  b. Data Sekunder ................................................................ 12

  5. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 12

  a. Metode Interview ........................................................... 12

  b. Observasi ........................................................................ 13

  c. Metode Dokumentasi ..................................................... 13

  6. Analisis Data ........................................................................ 14

  7. Pengecekan Keabsahan Data ............................................... 14

  8. Tahap-tahap Penelitian ......................................................... 15

  G. Sistematika Penulisan .............................................................. 15

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Zakat Profesi Dalam Tinjauan Fikih ....................................... 18

  1. Pengertian Zakat Profesi .................................................... 18

  2. Tujuan, Fungsi, Dan Hikmah Zakat Profesi ....................... 22

  3. Waktu Pengeluaran Zakat Profesi ...................................... 24

  4. Sasaran Zakat Profesi ......................................................... 27

  B. Zakat Profesi Dalam Tinjauan Perundang-undangan ............. 33

  BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Kondisi Dusun Jetak ................................ 37

  B. Pemahaman Tentang Zakat Profesi Masyarakat Muslim WTS di Dusun Jetak .............................................................................. 38

  C. Motivasi Pembayaran Zakat Profesi ......................................... 43

  D. Pola Pembayaran Zakat Profesi ................................................ 45

  E. Status Zakat Profesi Wanita Tuna Susila Ditinjau Dari Hukum Islam .......................................................................................... 47

  BAB IV: PEMBAHASAN A. Analisis Pemahaman Tentang Zakat Profesi .............................. 58 B. Analisis Pembayaran Zakat Profesi ............................................ 60 C. Analisis Pola Pembayaran Zakat Profesi .................................... 62 D. Analisis Status Zakat Profesi Wanita Tuna Susila Ditinjau Dari Hukum Islam .............................................................................. 67 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 77 B. Saran ............................................................................................ 78 C. Penutup ........................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel 3. 1 Data Pemahaman Zakat Profesi Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Lampiran 3. SKK Lampiran 4. Daftar Pendapatan dan Pengeluaran WTS Lampiran 5. Daftar Panduan Wawancara Lampiran 6. Daftar Identitas Narasumber Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Agama Islam berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadis, namun selain itu Islam juga mengenal enam rukun iman dan lima rukun Islam. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, selain merupakan wujud

  kebaktian terhadap Allah, zakat juga merupakan salah satu aplikasi amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan, dengan wujud menyisihkan sejumlah harta dari milik perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan syarat-syarat tertentu, yang berfungsi untuk mensucikan harta serta jiwa pribadi para wajib zakat.

  Zakat pada dasarnya mengandung dua aspek, yaitu kebaktian terhadap Allah dan kebaktian terhadap masyarakat. Aspek kebaktian kepada Allah, bahwa menunaikan zakat itu bukan memberi upeti material kepada-NYA, melainkan menunjukkan ketakwaan dengan melaksanakan perintah-Nya. Aspek kebaktian terhadap masyarakat mengandung segi sosial dan ekonomi. Segi sosial bertujuan untuk kemaslahatan pribadi-pribadi dan kemaslahatan umum, sedangkan segi ekonomi ialah, harta-harta itu harus berputar dikalangan masyarakat dan bahwa zakat itu merupakan daya dorong untuk perputaran harta benda tersebut dan menjadi salah satu sumber dana baitul mal.

  Fenomena yang terjadi dalam masyarakat di dunia perekonomian modern saat ini semakin kecil keterlibatan langsung dari sumber daya manusia dalam sektor produksi dan semakin membesarnya pendapatan dari sektor jasa. Karena itu, gaji, upah, dan bonus menjadi suatu pendapatan manusia di zaman modern seperti sekarang ini, dan bernilai jauh melampaui dari nishab.

  Pendapatan profesi adalah sebuah hasil dari kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang. Contoh dari pendapatan kerja profesi adalah: gaji, upah, intensif, atau nama lainnya disesuaikan dengan jenis profesi yang dikerjakan, baik itu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan otak atau kemampuan fisik lainnya, dan bahkan dua-duanya.

  Menurut Yusuf al-Qaradhawi (1991:487), “di antara hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukannya sendiri maupun secara bersama-sama. Yang dilakukan sendiri, misalnya profesi dokter, arsistek, ahli hukum, penjahit, pelukis, mungkin juga da’i atau

  

mubaligh , dan lain sebagainya. Yang dilakukan bersama-sama,

  misalnya pegawai (pemerintah maupun swasta) dengan menggunakan sistem upah atau gaji”.

  Sementara itu Wahbah al-Zuhaili (1997:1948) secara khusus mengemukakan, “kegiatan penghasilan atau pendapatan yang diterima seseorang melalui usaha sendiri (wirausaha) seperti dokter, insinyur, ahli hukum, penjahit, dan lain sebagainya. Dan juga yang terkait dengan pemerintah (pegawai negeri) atau pegawai swasta yang mendapatkan gaji atau upah dalam waktu yang relatif tetap, seperti sebulan sekali.

  Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut, apabila telah mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan ayat-ayat yang bersifat umum, misalnya at-Taubah:103,

  al-Baqarah :267, dan juga firman-Nya dalam adz-Dzariyaat:19,

y7 s?4qn=|¹ ¨b Î) ( öNÎgø ‹n=tæ È e@|¹ ur $pkÍ5 NÍkŽÏj. t“è?ur öNèd ã ÎdgsÜè? Z ps%y‰|¹ öNÏlÎ;ºuqø Br& ô` ÏB õ‹ è{

   ÇÊÉÌÈ íOŠÎ=tæ ìì ‹ÏJ y™ ª! $#ur 3 öNçl°; Ö ` s3 y™

  

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah: 103)

  Nä3 s9 $oYô_ t ÷z r& !$£J ÏBur óOçFö;|¡ Ÿ 2 $tB ÏM »t6ÍhŠsÛ ` ÏB (#qà)ÏÿRr& (#þqãZtB#uä tûïÏ%© !$# $yg•ƒr'¯»tƒ 

b r& H w Î) ÏmƒÉ ‹ Ï{ $t«Î/ NçGó¡ s9ur tb qà)ÏÿYè? çm÷ZÏB y] ŠÎ7y‚ ø 9$# (#qß J £J u‹s? w ur Ÿ ( Ú ö‘F Ç { $# z` ÏiB

đẹỹƯẻ ÏJ ym ;ÓÍ_xî ! $# © ¨b r& (#þqß J n=ôã $#ur

  4 Ïm‹Ïù (#qăÒ ÏJ ø óè?

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan

Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak

  mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah: 267)

  ÇÊÒÈ ÏQr ã ós pRùQ$#ur È @ͬ!$¡¡ =Ïj9 A , ym öNÎgÏ9ºuqø Br& þ’Îûur 

  

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin

yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (QS. Adz-Dzariyaat: 19)

  Sayyid Quthub (wafat 1965M) dalam tafsirnya Fi Zhilalil

  

Qur’an ketika menafsirkan firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat

  267 menyatakan, bahwa ayat ini mencakup seluruh hasil usaha manusia yang baik dan halal dan mencakup pula seluruh yang dikeluarkan Allah SWT dalam dan atas bumi, seperti hasil-hasil pertanian, maupun hasil pertambangan seperti minyak. Karena itu ayat ini mencakup semua harta, baik yang terdapat di zaman Rasulullah saw, maupun di zaman sesudahnya. Semuanya wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuan dan kadar sebagaimana diterangkan dalam sunah Rasulullah saw, baik yang sudah diketahui secara langsung, maupun yang di-qiyas-kan kepadanya. Al-Qurthubi (wafat 671 H) dalam tafsir al-Jaami’ li

  

ahkaam Al-Qur’an menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata-kata

hakkun ma’lum (hak yang pasti) pada adz-Dzariyaat 19 adalah zakat

  yang diwajibkan, artinya semua harta yang dimiliki dan semua penghasilan yang didapatkan, jika telah memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka harus dikeluarkan zakatnya. (Hafidhuddin, 2004:94)

  Sementara itu, para peserta Muktamar Internasional pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H bertepatan dengan tanggal

  30 April 1986 M) telah sepakat tentang wajibnya zakat profesi apabila telah mencapai nishab, meskipun mereka berbeda pendapat dalam cara mengeluarkannya. Dalam pasal 4 ayat 2 huruf (h) Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dikemukakan bahwa harta yang dikenai zakat adalah: a. Emas, perak, dan uang; b.

  Perdagangan dan perusahaan; c. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; d. Hasil pertambangan; e. Hasil peternakan; f. Hasil pendapatan dan jasa; dan g. Rikaz. (Hafidhuddin, 2004:95)

  Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa setiap keahlian dan pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang terkait dengan pihak lain, seperti seorang pegawai atau karyawan, apabila penghasilan dan pendapatannya mencapai

  nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

  Kewajiban zakat sudah banyak dilakukan oleh sebagian besar umat muslim yang berpenghasilan lebih, ada yang disalurkan langsung kepada penerima zakat, ada pula yang disalurkan melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ).

  Apabila zakat profesi yang dilaksanakan bersumber dari pekerjaan atau harta yang halal itu sangat mulia, tapi apabila zakat profesi tersebut berasal dari pekerjaan atau sumber harta yang haram, bagaimanakan jadinya.

  Atas pertimbangan itulah peneliti berusaha untuk mengungkapkan fakta yang terjadi dilingkungan tempat wanita tuna susila (WTS) di Dusun Jetak, Kelurahan Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang telah mengeluarkan zakat, baik zakat fithrah maupun zakat profesi.

B. Fokus Penelitian

  1. Bagaimana konsep zakat profesi dalam Fikih dan Undang-undang?

  2. Bagaimanakah pandangan wanita tuna susila di Dusun Jetak tentang zakat profesi?

  3. Apakah motivasi wanita tuna susila di Dusun Jetak untuk mengeluarkan zakat profesi?

  4. Bagaimana status zakat profesi wanita tuna susila bila ditinjau dari hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah:

  1. Memahami konsep zakat profesi dalam hukum Islam dan Undang- undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

  2. Penulis dapat menggali informasi mengenai pandangan wanita tuna susila muslim dalam membayar zakat profesi.

  3. Penulis dapat menggali informasi tentang bagaimana motivasi wanita tuna susila di Dusun Jetak dalam membayar zakat profesi.

  4. Penulis dapat mengetahui bagaimana status zakat profesi wanita tuna susila ditinjau dari hukum Islam.

D. Kegunaan Penelitian

  a. Secara teoritis

  1. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan, khususnya dalam bidang hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  2. Memberikan informasi tentang wacana zakat profesi pada umumnya dan status zakat profesi bagi wanita tuna susila pada khususnya.

  b. Secara praktis

  1. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Ahwal al-Syakhsiyyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

E. enegasan Istilah

  1. Zakat Kata zakat menurut bahasa berarti barokah, tumbuh berkembang, suci, bersih, baik, dan terpuji. (Qardawi, 1988:34)

  Sementara itu zakat menurut syara’ berarti kadar harta tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. (Rasjid, 1994: 192). Selain itu menurut Muhammad Daud Ali, zakat ialah : salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban umat Islam dalam rangka pelaksanaan dua kalimat syahadad. (Ali, 1988: 31).

  Dalam pasal 1 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan: “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”.

  2. Zakat Profesi Zakat Profesi adalah zakat yang diberikan oleh setiap orang

  Islam, yang menyangkut imbalan profesi yang diterima, seperti gaji dan honorarium. (Alwi, 2007:1297). Secara umum zakat profesi sendiri adalah sebuah hasil dari sebuah kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang, dan dapat berupa semua pemasukan dari hasil kerja dan usaha. Bentuknya bisa berupa gaji, upah, honor, persen, dan sebagainya.

  3. Wanita Tuna Susila Menurut Soedjono D. adalah sebagai berikut: “Wanita Tuna

  Susila atau wanita pelacur adalah wanita yang menjual tubuhnya untuk memuaskan seksual laki-laki siapapun yang mengiginkannya, dimana wanita tersebut menerima sejumlah uang atau barang (umumnya dengan uang dari laki-laki pemakainya)”.

  ( http:/ / research.amikom.ac.id/ index.php/ STI/ ar cle/ view/ 6979 ).

  Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pelacur memiliki arti wanita tuna susila. Wanita yang menjual dirinya. Menurut Juknis Depsos RI Wanita Tuna Susila (WTS) adalah: “Seorang wanita yang melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang diluar perkawinan yang sah dengan memperoleh imbalan uang, materi atau jasa”. Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan diri kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan seksual dengan mendapatkan upah. Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak masaknya jiwa seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang.

  (http://kotakjin.blogspot.com/2012/01/korelasi-antara-pola- rehabilitasi.html)

  Secara umum wanita tuna susila (WTS) dapat didefinisikan: wanita yang melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan mendapat imbalan uang, materi, dan/atau jasa.

F. Metode Penelitian

  1. Pendekatan dan jenis Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek, untuk selanjutnya dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat Dusun Jetak yang berprofesi sebagai wanita tuna susila, jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sebab bertujuan untuk melakukan atau memberi gambaran pelaksanaan pembayaran zakat profesi yang ada dalam masyarakat Dusun Jetak.

  2. Kehadiran Peneliti Penelitian dan pengumpulan data-data di Dusun Jetak, Desa

  Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, dimulai pada tanggal 16 Juni 2013 sampai dengan selesainya penelitian yang disertai dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi. Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, yang mana penulis langsung datang dan mewawancarai masyarakat yang berprofesi sebagai wanita tuna susila.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada masyarakat muslim yang berprofesi sebagai wanita tuna susila yang berada di Dusun Jetak,

  Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Adapun alasan pemilihan tempat adalah berkaitan dengan upaya peningkatan dan pemahaman pengetahuan mengenai Hukum Islam khususnya mengenai zakat secara benar sangatlah penting. Oleh karena itu, sumbangan ilmu pengetahuan mengenai zakat dari para ulama dan pemerintah daerah setempat perlu terus dikembangkan, sehingga pengetahuan keagamaan khususnya mengenai zakat dimasyarakat akan meningkat

  4. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti. Menurut Lofland (1984:47) dalam Moleong, (2007:

  157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata- kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto, dll). Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:

  a. Data Primer Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat Dusun Jetak yang berprofesi sebagai wanita tuna susila.

  b. Data Sekunder Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data primer, data sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan melalui literatur maupun peneliti langsung ke lapangan untuk melakukan observasi.

  5. Prosedur Pengumpulan Data

  a. Metode wawancara mendalam (depth interview)

  Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng, 2004:186).

  Wawancara dilakukan kepada 10 (sepuluh) wanita tuna susila (WTS) muslim di Dusun Jetak. Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara lisan mengenai masalah- masalah yang ada, dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mengetahui adakah wanita tuna susila yang melaksanakan pembayaran zakat profesi dan bagaimana prosedur pembayaran zakat profesi tersebut.

  b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada, berkaitan dan relevan. Dalam melaksanakan metode ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, peraturan rapat, catatan harian, agenda kegiatan, rincian anggaran, dan sebagainya. (Arikunto, 1989: 131). Metode ini digunakan untuk memperoleh data, sejarah, dan seluk beluk yang terkait dengan kegiatan WTS di Dusun Jetak. Disini peneliti menggunakan dokumen dengan cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen tersebut berupa identitas diri dari para wanita tuna susila yang ada di Dusun Jetak.

  c. Metode Observasi Metode Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Sedangkan teknik observasi yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah terjun langsung kelapangan yang hendak diteliti.

  Metode observasi ini merupakan upaya memperoleh data dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui pada masyarakat WTS muslim di Dusun Jetak.

  d. Analisis Data Dalam penelitian, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengadakan analisis data, data mentah yang terkumpul tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan hal yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian. Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang mendiskripsikan dari tingkat kesadaran dan motivasi masyarakat yang berprofesi sebagai WTS untuk mengeluarkan zakat yang ada di Dusun Jetak.

  e. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2006: 330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak.

  Dengan demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda.

  Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis, dengan cara menulis kembali hasil wawancara setelah selasai melakukan wawancara secara langsung, ataupun mewawancarai ulang dari salah satu subyek penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.

  f. Tahap-Tahap penelitian Langkah yang diambil peneliti untuk memulai suatu penelitian adalah dengan menentukan atau memilih topik penelitian, pengkajian buku-buku yang berkaitan dengan zakat dan buku lain yang berhubungan dengan Wanita Tuna Susila (WTS), pencarian informasi, menentukan lokasi yang akan diteliti, pencarian sumber-sumber dan prosedur pengumpulan data, serta menganalisis data yang ada.

  Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

  1. Bab I pendahuluan; Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap

  2. Bab II Kajian Pustaka; Bab ini berisi pembahasan tentang: menjelaskan tentang: Zakat profesi dalam tinjauan fiqh yang meliputi; Pengertian zakat profesi, tujuan, fungsi dan hikmah zakat profesi, waktu pengeluaran zakat profesi, sasaran zakat profesi, dan pembahasan zakat profesi dalam tinjauan perundang-undangan.

  3. Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian; Bab ini membahas tentang: gambaran umum dari kondisi sosial keagamaan masyarakat Dusun Jetak, Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yang meliputi: Sejarah dan lokasi Dusun Jetak, jumlah penduduk Dusun Jetak, potret kehidupan beragama, serta pemahaman tentang zakat profesi Wanita Tuna Susila (WTS) di Dusun Jetak, motivasi pembayaran zakat profesi, pola pembayaran zakat profesi, dan status hukum zakat profesi wanita tuna susila ditinjau dari hukum Islam .

  4. Bab IV Pembahasan; Berisi tentang analisis pemahaman tentang zakat profesi, analisis motivasi pembayaran zakat profesi, analisis pola pembayaran zakat profesi, dan analisis status hukum zakat profesi wanita tuna susila ditinjau dari hukum Islam.

  5. Bab V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Zakat Profesi dalam Tinjauan Fiqh

  1. Pengertian Zakat Profesi Definisi Profesi, Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua definisi yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam definisi yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

  Bagi masyarakat yang memiliki tingkat kebahagian dan taraf hidup tinggi. Pada umumnya menempuh pendidikan tinggi dan memilki profesi yang sesuai dengan keinginan atau setidaknya memiliki usaha yang lebih baik daripada orang yang tingkat kebahagiaan dan taraf hidup yang rendah. Bagi mereka yang memiliki tingkat kebahagiaan dan taraf hidup yang rendah, demi untuk memperbaiki status sosial yang mereka miliki, mereka rela melakukan pekerjaan atau profesi yang dilarang oleh agama. Adapun ciri-ciri atau indikator sebuah profesi bagi mereka yang memiliki taraf hidup dan tingkat kebahagiaan tinggi, sebagai berikut:

  · Memiliki pengetahuan khusus. · Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi. · Mengabdi kepada kepentingan orang banyak. · Memiliki izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. · Dihuni oleh orang yang professional.

  Selain pendapat diatas, ada pendapat lain yang lebih lengkap mengenai ciri-ciri atau indikator sebuah profesi, yaitu:

  1. Menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya.

  2. Terikat oleh suatu panggilan hidup, dengan, memperlakukan pekerjaannya dengan seperangkat norma kepatuhan dan perilaku.

  3. Dilakukan atas dasar pengetahuan dan kecakapan/keahlian yang khusus dipelajari dalam jangka waktu yang panjang.

  4. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.

  5. Ada standar unjuk kerja yang baku dan jelas.

  6. Punya derajat otonomi yang tinggi.

  7. Selalu menambah pengetahuan jabatan agar terus tumbuh dalam jabatan.

  8. Mengutamakan layanan sosial dan pengabdian masyarakat.

  9. Memiliki kode etik jabatan.

  10. Ada organisasi yang mewadahi para pelakunnya untuk mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.

  11. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.

  12. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.

  ( h p:/ / www.slideshare.net/ hericahyono16/ konsep-dan-ciri-suatu-profesi- 17985453 )

  Pengetahuan yang berkembang dari dahulu di masyarakat kita mengenai zakat ialah beras yang dikeluarkan seseorang pada akhir Ramadhan sebesar 2,5 kg (zakat fithrah), padahal dalam Al- Qur’an dan Hadis terdapat banyak sekali pengaturan harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik dokter, arsitek, pengacara, notaris, da’i, karyawan, guru, tukang kayu, dan lain-lain. (Anshori, 2006:86)

  Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu, hingga dibentuknya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat oleh pemerintah.

  Dalam Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (2) Zakat adalah: “Harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”. Hasil dari pendapatan dan jasa atau sering disebut dengan zakat profesi merupakan salah satu harta yang dikenai zakat, sesuai dengan pasal 4 ayat 2 huruf (h) UU Nomor 23 Tahun 2011 dijelaskan “Zakat Mal meliputi (pendapatan dan jasa)”.

  Zakat adalah satu-satunya rukun Islam yang berkaitan langsung dengan persoalan materi, meskipun benar bahwa haji juga bersentuhan dengan soal materi, tetapi haji hanya sebatas pada pribadi individu saja. Dengan membayar zakat merupakan salah satu langkah nyata untuk mengentaskan kemiskinan. Baik dalam undang-undang yang ditetapkan pemerintah ataupun dalam memahami dalil-dalil agama mengenai zakat, dasar zakat profesi merupakan pengalihan kekayaan (materi) yang dimiliki kalangan orang yang mendapat gaji untuk kemudian didistribusikan pada fakir miskin yang membutuhkan, dengan tujuan suatu keadilan dan pemerataan.

  Zakat merupakan bentuk taqorrub (pendekatan diri) kepada Allah, yang merupakan sarana penting untuk membersihkan jiwa manusia dari sifat-sifat tercela seperti kikir, rakus, dan egois.

  Sebagaimana zakat juga dapat memberikan solusi untuk menanggulangi masalah krisis ekonomi yang menimpa umat manusia, karena penulis berpendapat seorang petani saja diwajibkan membayar zakatnya, maka para dokter, pengusaha, pengacara, hakim, dan berbagai profesi lain lebih utama untuk membayar zakat profesinya, karena selain kerjanya lebih ringan, gajinya dalam beberapa bulan sudah melebihi nishab.

  2. Tujuan, Fungsi, dan Hikmah Zakat Profesi Dasar hukum wajib zakat disebutkan baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadis, yang diantaranya sebagai berikut:

  

y7 s?4qn=|¹ ¨b Î) ( öNÎgø ‹n=tæ È e@|¹ ur $pkÍ5 NÍkŽÏj. t“è?ur öNèd ã ÎdgsÜè? Z ps%y‰|¹ öNÏlÎ;ºuqø Br& ô` ÏB õ‹ è{



  ÇÊÉÌÈ íOŠÎ=tæ ìì ‹ÏJ y™ ª! $#ur 3 öNçl°; Ö ` s3 y™ Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar

lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah: 103) Guna menjelaskan tujuan, fungsi, dan hikmah zakat profesi seperti yang disyaratkan dalam surat at-Taubah ayat 103 diatas, secara teologis kewajiban zakat diberlakukan untuk membersihkan harta dari berbagai syubhad dan sekaligus membersihkan jiwa pemiliknya dari berbagai kotoran rohani. Dan secara sosial menunjukkan rasa solidaritas dan kepedulian orang-orang kaya kepada orang-orang miskin sehingga terjalin persaudaraan yang kokoh di masyarakat yang saling menolong dan saling menyayangi.

  ( http://tanbihun.com/fikih/bashul-masail/zakat-profesi/ ) Fungsi dan Hikmah Zakat Profesi, antara lain:

  a. Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri.

  b. Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang- orang yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat –ketika mereka mampu melakukannya- dan bisa mendorong mereka untuk meraih kehidupan yang layak.

  c. Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Ia juga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan.

  d. Zakat diwajibkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta yang telah dititipkan kepada seseorang. (Zuhayly, 1995:86-88)

  3. Waktu Pengeluaran Zakat Profesi Untuk menentukan waktu pengeluaran zakat profesi baik itu berupa gaji, upah, penghasilan atau sejenisnya, Yusuf Qardhawi menyarankan untuk menangguhkan pengeluaran zakat kekayaannya yang lain yang sudah jatuh tempo zakatnya, bila dia tidak khawatir penghasilannya itu akan terbelanjakan olehnya sebelum jatuh tempo. Alasannya, agar tidak terjadi pewajiban pembayaran dua kali pada keseluruhan kekayaan dalam satu tahun.

  Namun menurut Yusuf Qardhawi, keterangan-keterangan tentang tidak wajib pajak atas harta penghasilan (profesi) sebelum melewati masa satu tahun, tidak cukup kuat sehingga menimbulkan perbedaan pendapat yang tajam diantara para ulama’. Siapa yang mengusahakan sesuatu harta, yakni yang diperhitungkan tahunnya, sedangkan ia tidak mempunyai harta yang lain, kemudian mencapai satu nishab, kemudian dengan hasil usaha itu mencapai satu nishab, dimulailah penghitungan tahun zakat dari saat itu nanti bila cukup masa satu tahun, wajiblah ia mengeluarkan zakat.

  Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah: 267

  Nä3 s9 $oYô_ t ÷z r& !$£J ÏBur óOçFö;|¡ Ÿ 2 $tB ÏM »t6ÍhŠsÛ ` ÏB (#qà)ÏÿRr& (#þqãZtB#uä tûïÏ%© !$# $yg•ƒr'¯»tƒ 

b r& H w Î) ÏmƒÉ ‹ Ï{ $t«Î/ NçGó¡ s9ur tb qà)ÏÿYè? çm÷ZÏB y] ŠÎ7y‚ ø 9$# (#qß J £J u‹s? Ÿ w ur ( Ç Ú ö‘F { $# z` ÏiB

đẹỹƯẻ ÏJ ym ;ÓÍ_xî ! $# © ¨b r& (#þqß J n=ôã $#ur

  4 Ïm‹Ïù (#qăÒ ÏJ ø óè?

  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan

Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah: 267)

  Ayat tersebut diturunkan sebagai perintah dari Allah bagi manusia yang beriman untuk mengeluarkan zakat dari hasil manusia yang baik-baik. Karena seorang muslim dianjurkan untuk menyegerakan dalam membayar zakat , tidak diperkenankan menunda- nunda dalam pelaksanaan kewajiban tersebut.

  Dari kata “kasabtum” berarti semua hasil kerjamu, baik berupa kerja sendiri maupun kerja dari mengambil upah, karena Islam menganggap semua penghasilan dan upah kerja yang telah mencapai

  

nishab itu wajib dizakati, yaitu para petani, peternak, dan pedagang

  yang aturan zakatnya sudah ada sejak dulu pada masa nabi, sampai berkembangnya zaman modern hingga munculnya penghasilan dari gaji/upah dari pekerjaan-pekerjaan orang modern yang penghasilannya mencapai nishab, atau bahkan lebih dari nishab.

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH BERDASARKAN KONSEP MASLAHAT LIL UMMAT (Studi Kasus di Dusun Kaliwaru, Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 141

KOHESI SOSIAL INTERN UMAT ISLAM (Studi Terhadap Relasi Antara Warga Muhammadiyah dan NU di Dusun Honggosari Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 156

POLA PEMBAGIAN HARTA WARIS DI DUSUN JENGGLONG, KELURAHAN KADIPATEN, KECAMATAN ANDONG, KABUPATEN BOYOLALI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 82

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

0 0 72

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 92

PERAN WANITA KARIER DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA HARMONIS (Studi Terhadap Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Tahun 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 123

PERJANJIAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tingkir Kotamadya Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 125

PERKAWINAN POLIANDRI (Studi Kasus Di Dusun Canggal Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 149

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO 56 PRP TAHUN 1960 TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH (Studi Kasus di Dusun Penoh Kelurahan Gentan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Huku

0 0 102

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 107