METODE TAFSIR LIBERATIF; ANALISIS STRUKTUR OPERASIONAL KUNCI-KUNCI HERMENEUTIKA AL-QUR’AN FARID ESACK - Test Repository

  

METODE TAFSIR LIBERATIF;

ANALISIS STRUKTUR OPERASIONAL KUNCI-

KUNCI HERMENEUTIKA AL- QUR’AN FARID ESACK

  

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Al-

  Qur’an dan Tafsir (S. Ag)

OLEH:

MUHAMMAD KHOLIL RIDWAN

NIM: 215-13-003

  JURUSAN ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

METODE TAFSIR LIBERATIF;

ANALISIS STRUKTUR OPERASIONAL KUNCI-

KUNCI HERMENEUTIKA AL- QUR’AN FARID ESACK

  

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Al-

  Qur’an dan Tafsir (S. Ag)

OLEH:

MUHAMMAD KHOLIL RIDWAN

NIM: 215-13-003

  JURUSAN ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya: Nama : Muhammad Kholil Ridwan Tempat/Tgl Lahir : Kab. Tanggamus, 26 Juni 1994 NIM : 215-13-003 Jurusan : Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora menyatakan bahwa, hasil penelitian skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan (plagiat), saduran atau terjemahan dari karya orang lain. Pendapat, gagasan, atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini, dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 01 Jumadil Akhir 1438 H

  28 Februari 2017 M Yang menyatakan, Muhammad Kholil Ridwan NIM. 215-13-003

  

MOTTO

        

     ...

  “Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi...”

  QS. Al-A’raf [7]: 137

              

  

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu

dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).”

  QS. Al-Qashas [28]: 5

  

Usaha Yakin Sampai Sampai Usaha YakinYakin Usaha Sampai

  

DEDICATION

  

To the Lovers of Five-Minutes Snooze

  

“Farid Esack”

  “Para Pejuang Kebebasan”

   

“Orang-orang yang merindukan Kebebasan”

   

“Orang yang Tertindas dalam Segala Bentuknya”

   Barisan Pejuang Hijau Hitam”

  

ABSTRACK

  Ridwan, Muhammad Kholil. 2017. Metode Tafsir Liberatif; Analisis Struktur

  Operasional Kunci-kunci Hermeneutika Al- Qur’an Farid Esack.

  Skripsi. Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Key Words: Farid Esack, Hermeneutical Keys, Praxis-Liberation

This research aims to examine in depth against of Qur’anic Hermeneutics of Farid

Esack. This research figures that based on library research. The problems

statement in this research are (1) how the settings of socio-historical life Farid

Esack and the extent to which the context affect his thoughts? (2) how the

background and the pattern of Farid Esack thinking?, and (3) How methodology of

Qur’anic Hermeneutics Farid Esack? To answer these questions, the author uses

the approaches of socio-historical and hermeneutics. Based on the results of

research, it can be concluded that the building thought Farid Esack is influenced

by the condition of the socio-political South Africa is experiencing three

humanitarian problems: racism, sexism and capitalism perpetrated by the

apartheid. To answer the challenges, Esack formulated the methodology of

Qur’anic Hermeneutics for liberation. A Method of interpretation of the Qur’an

which strongly emphasize aspects of praxis-liberation. Esack set three elements

intrinsic to understand the text, like: text and its author, intepreter, and

interpretation. While the theoretical grounding its interpretation is revelation being

progressive, context (asbab an-nuzul) and understand the nask mansukh. While in

operational measures, Esack formulated the hermeneutical keys as a base. Namely;

Taqwa (the ethical base of exegesis), tawhid (the principle of intactness of message

and unity of humanity), al-nas (human as the determiner of thruth), mustadh'afun

(the autenticity of exegesis), al-qisth and ' adl (the principle of justice and equality)

and jihad (praxis movement of liberation).

  

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam terhadap pemikiran

hermeneutika al- Qur’an Farid Esack. Penelitian ini merupakan penelitian tokoh

yang berbasis pada studi pustaka. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

  

(1) bagaimana setting sosio-historis kehidupan Farid Esack serta sejauh mana

konteks tersebut mempengaruhi pemikirannya? (2) bagaimana latar belakang dan

corak pemikiran Farid Esack?, serta (3) bagaimana metodologi hermeneutika al-

Qur’an Farid Esack? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan

pendekatan sosio-historis dan hermeneutik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa bangunan pemikiran Farid Esack sangat dipengaruhi oleh

kondisi sosio-politik Afrika Selatan yang mengalami tiga problem kemanusiaan:

rasialisme, seksisme dan kapitalisme yang dilakukan oleh rezim apartheid. Untuk

  

menjawab tantangan tersebut, Esack merumuskan metodologi hermeneutika al-

Qur’an untuk pembebasan. Yaitu sebuah metode penafsiran al-Qur’an yang sangat

menekankan aspek praksis-liberatif. Esack menetapkan tiga unsur intrinsik untuk

memahami teks seperti: teks beserta pengarangnya, penafsir dan penafsiran.

Sedangkan landasan teoretis penafsirannya adalah pewahyuan bersifat progresif,

memperhatikan konteks (asbab an-nuzul) dan memahami nask mansukh.

Sementara dalam langkah operasionalnya, Esack merumuskan kunci-kunci

hermeneutika sebagai basis pemahamannya. Yaitu; Taqwa (landasan etis

penafsiran), tawhid (prinsip keutuhan pesan dan kesatuan kemanusiaan), al-nas

(manusia sebagai penentu kebenaran), mustadh’afun (autentisitas penafsiran), al-

qisth dan ‘adl (prinsip keadilan dan kesetaraan) serta jihad (gerakan praksis

pembebasan) .

KATA PENGANTAR

  epada Allah SWT kami ucapkan terima kasih, puji syukur kehadirat-Nya, atas limpahan rizki-Nya berupa, kesehatan, kekuatan, bimbingan, dan keridhaan-Nya, kami telah menyelesaikan ikhtiar ini. Terima kasih kepada

  K

  sang Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kepada kami, cara bagaimana berusaha dengan keras nan sungguh-sungguh. Serta bagaimana berusaha untuk menghargai dan memahami setiap khazanah intelektual. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untukmu.

  Tentunya, selama proses mengerjakan penelitian ini, di mana kami menfokuskan diri pada kajian pemikiran hermeneutika al- Qur’an Farid Esack, tentu kami banyak sekali mengambil inspirasi dan rujukan utama dari beberapa literatur dalam buku Farid Esack. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan adanya rujukan- rujukan lain, baik hal-hal yang berkaitan dengan gagasan hermeneutika al-

  Qur’an secara umum maupun peneliti terdahulu yang telah banyak mengungkap sisi-sisi pemikiran Farid Esack. Kepada mereka lah kami berhutang budi dan berucap terima kasih.

  Sementara itu, dalam setiap usaha kami mengungkap pemikiran Farid Esack, kami telah berusaha seakurat mungkin dalam memaparkan pandangan, gagasan, dan ide besar Farid Esack. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan terjadi simplifikasi maupun reduksi dalam eksplorasinya. Karena memang Esack adalah sosok intelektual yang unik dan jarang ditemui. Ia berhasil menggabungkan antara wilayah idealitas dengan aktivisme sosial. Esack tidak pernah berhenti hanya di belakang meja dengan menuliskan gagasan-gagasan besarnya, tetapi ia juga senantiasa terjun ke lapangan menjadi seorang aktivis, pembela kemanusiaan. Inilah salah satu titik point ketertarikan kami pada sosok Farid Esack. Kepadanya lah kami merasa terinspirasi dan tergugah, betapa pentingnya wilayah aktivisme.

  Akhirnya, usaha dalam penyelesaian penelitian ini, mulai dari penyusunan proposal, proses penelitian hingga penulisan skripsi, tidak akan terlepas dari bantuan berbagai pihak. Khususnya dalam banyak hal tentang pemikiran hermeneutika al-

  Qur’an Farid Esack, yang membutuhkan pemahaman lebih untuk mencapai komprehensivitas pemahaman. Harapannya, apa yang menjadi ikhtiar kami ini, mampu memberikan kontribusi bagi khazanah intelektual Islam, dan juga mampu memberikan kekayaan warna tentang berbagai sudut pandang terhadap wacana studi al-

  Qur’an. Setelah melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Untuk itu, kami ingin menyampaikan ucapkan terima kasih kepada:

  1. Rektor IAIN Salatiga Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd beserta seluruh jajarannya.

  2. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Dr. Benny Ridwan, M.

  Hum yang kebetulan sekaligus menjadi pembimbing skripsi, penulis sampaikan terima kasih atas segala bimbingan, arahan dan motivasinya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Agunging Samudro Pangatsami .

  3. Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, ibunda Tri Wahyu Hidayati, M. Ag yang penuh dengan simpatik dan telaten meski di tengah-tengah kesibukannya mengajar dan mengurusi kami semua di Jurusan IAT selalu memberikan spirit dan dorongan untuk cepat menyelesaikan skripsi.

  4. Dr. Adang Kuswaya, yang selalu memberi semangat, pengajaran dan memberikan pinjaman buku-bukunya. Dr. Mochlasin, yang telah mengajarkan kami cara-cara menulis dengan baik. Beserta seluruh dosen yang telah memberikan edukasi baik secara langsung maupun tidak.

  5. Segenap kolega di keluarga HimpunanHMI Cabang Salatigayang selalu aktif dalam berdiskusi dan mewacanakan berbagai keilmuan tanpa tebang pilih, baik itu menyimpang, “disesatkan”, minoritas, atau yang lainnya. Kepada MD Nugroho, Dona MS, Imam Uye, Nur Shokhif, Arin (Karimah), Khikmah Nyiel, Novia FM, Dody UT, SM, bang Wahjoe, bang Torik, Indra, Nyoz, Washaq, Ucheng, Ifah, Irma, Rois, Andre, serta yang spesia l “HS”.

  6. Seluruh keluarga besar di Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN; Wahyu Kun, Choman Jr, Triya, Rangga, Pak Fawzie, Fatah, Husein, Sarifuddin, Al, Rebecca, dan semuanya saja.

  7. Last but not least, kedua orang tua tercinta beserta Adik penulis, Adda Niatul Munajah, sesungguhnya tiada hal yang bisa penulis bayar selain menyumbangkan kebanggaan untuk keluarga.

  Akhirnya, kami menyadari bahwa, apa yang kami kerjaan ini, bukanlah sesuatu hal yang sempurna dan tanpa kritik. Justru berbagai masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif, adalah nutrisi bagi kami dalam rangka mendekatkan diri pada perbaikan. Semoga hasil penelitian ini dapat mejadi sumbangan positif- kontributif bagi perkembangan studi al- Qur’an kontemporer. Selamat membaca.

  Salatiga, 28 Februari 2017 Penulis

  

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ ii

NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iii

NOTA PENGESAHAN ....................................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. x

KATA PENGANTAR ......................................................................................... xii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 D. Manfaat dan Kontribusi ............................................................................ 7 E. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8 F. Kerangka Teoretik .................................................................................. 13 G. Metode Penelitian ................................................................................... 18 H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 22 BAB II: HERMENEUTIKA AL- QUR’AN A. Definisi dan Ruang Lingkup Hermeneutika ........................................... 24 B. Sejarah Perkembangan Hermeneutika Modern ...................................... 30

  1. Hermeneutika Teoretis (Theoretical Hermeneutics) .......................... 33

  2. Hermeneutika Filosofis (Philosophical Hermeneutics)...................... 34

  3. Hermeneutika Kritis (Critical Hermeneutics) .................................... 36

  C. Hermeneutika dalam Tradisi Islam ......................................................... 40

  1. Hermeneutika dan Ilmu Tafsir ........................................................... 41

  2. Problem Hermeneutika Al- Qur’an; Sebuah Resistensi ...................... 44

  BAB III: BIOGRAFI INTELEKTUAL FARID ESACK A. Setting Sosio-Historis Kehidupan Farid Esack ....................................... 49

  1. Karir Pendidikan ................................................................................ 57

  2. Karir Pekerjaan dan Organisasi .......................................................... 58

  B. Karya Intelektual Farid Esack ................................................................. 59

  1. Publikasi dalam Bentuk Buku ............................................................ 60

  2. Publikasi dalam Bentuk Jurnal dan Antologi Buku ........................... 65

  C. Latar Belakang dan Corak Pemikiran Farid Esack ................................. 67

  BAB IV: METODOLOGI HERMENEUTIKA AL- QUR’AN LIBERATIF A. Kerangka Berfikir Farid Esack tentang Al- Qur’an ................................. 72

  1. Al- Qur’an Menurut Farid Esack ........................................................ 72

  2. Berbagai Pembacaan atas Al- Qur’an ................................................. 78

  B. Model Hermeneutika Al- Qur’an Farid Esack ......................................... 83

  C. Gagasan dan Prinsip Kunci Hermeneutika Al-Qur ’an Liberatif ............. 87

  1. Prinsip Kunci Memahami Teks .......................................................... 94

  2. Kunci Operasional Hermeneutika Al- Qur’an Liberatif ..................... 98

  BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 112 B. Saran ..................................................................................................... 115

BIBLIOGRAFI .................................................................................................. 117

Skema I : Kerangka Teoretik........................................................................17 Skema II : Approaching the Qur'an...............................................................79 Skema III : Model Hermeneutika....................................................................84 Skema IV : Hermeneutika Al-Qur'an Liberatif...............................................87 Skema V : Hermeneutika Double Movement................................................91 Skema VI : Hermeneutika Mohammed Arkoun.............................................93 Skema VII : Struktur Operasional Kunci Hermeneutika................................100 Skema VIII : Metode Hermeneutika Al-Qur'an Farid Esack...........................111 Curriculum Vitae Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al- Qur’an sebagai kalamullah, adalah sebuah dokumen untuk umat manusia.

  1 Bahkan secara tegas kitab ini menamakan dirinya “hudan li al-nas ” (petunjuk bagi

  2

  3

  manusia), al-shifa (obat penawar) bagi hati yang resah dan gelisah, serta rahmat

  4

  bagi seluruh alam semesta, serta berbagai julukan lainnya. Sementara Rasul SAW menyatakan bahwa al- Qur’an merupakan maidatullah (hidangan Illahi). Hidangan yang membantu dan menjadi sumber inspirasi bagi manusia untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang Islam serta menjadi pelita bagi umat Islam

  5 dalam menghadapi berbagai tantangan kemanusiaan.

  Secara historis al- Qur’an diwahyukan berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun sebagai respon Tuhan atas kondisi masyarakat Arab ketika itu. Bentuk respon al-

  Qur’an tersebut menyiratkan bahwa selama proses pewahyuan, telah terjadi interaksi aktif antara ayat-ayat al- Qur’an dengan kondisi sosial-budaya dan perkembangan masyarakat yang dijumpainya. Namun, meski al-

  Qur’an turun berdasarkan partikularitas tersebut, kandungan ayat-ayatnya sangat universal. 1 2 QS. Al-Baqarah [2]: 2, 185. 3 QS. Yunus [10]: 57 4 QS. Al- A’raf [7]: 52 Fazlur Rahman,

  Major Themes of the Qur’an (Chicago: Bibliotheca Islamica, 1980), hlm.

  1; Farid Esack, The Qur’an; A User’s Guide (Oxford: Oneworld Publications, 2007), hlm. 30. 5 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. ix.

  Bahkan makna-maknanya dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi

  6 (shalihun li kulli zaman wa makan) .

  Di sinilah peran mufassir sebagai garda terdepan dalam menjelaskan dan menterjemahkan nilai-nilai itu agar sejalan dengan perkembangan masyarakat.

  Sehingga al- Qur’an dapat benar-benar berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara yang haq dan batil, serta jalan keluar bagi setiap problem kehidupan manusia.

  Maka, al- Qur’an akan senantiasa mampu menjadi fondasi dan pedoman ajaran Islam yang kokoh dalam setiap aspek kehidupan baik spiritual, moral, intelektual,

  7 hukum, maupun sosial.

  Sementara itu, al- Qur’an sebagai teks merupakan fenomena linguistik berupa sistem tanda (a system of sighn) yang mampu memberikan kemungkinan- kemungkinan arti yang tidak terbatas. Al- Qur’an selalu terbuka untuk proses

  8

  interpretasi baru. Meskipun al- Qur’an secara teks tidak berubah (statis), tetapi penafsiran atas teks akan selalu berubah (dinamis) sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Karenanya, al-

  Qur’an selalu terbuka untuk dianalisis, dipersepsi, dan ditafsirkan dengan berbagai alat, metode, dan pendekatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena al- Qur’an bukan hanya sebuah teks biasa, sebagaimana teks-

  9 teks lainnya, melainkan sebuah teks yang “melampaui batas” (beyond the text).

  Di antara berbagai kajian terhadap metode tafsir yang sedang marak dewasa ini adalah studi tentang hermeneutika al- 6 Qur’an. Proyek ini secara metodis masih

  Farid Esack, 7 The Qur’an, hlm. 31. 8 Abdullah Saeed, Islamic Thought; An Introduction (New York: Routledge, 2006), hlm. 15.

  Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an; Towards a Contemporary Approach (New York: Routledge, 2006), hlm. 69. 9 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermenutik (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 15-16. dapat dikatakan relatif baru, dan masih banyak mengundang pro dan kontra. Munculnya kajian terhadap hermeneutika al- Qur’an lebih banyak dimotivasi oleh sebuah kenyataan bahwa penafsiran masa lalu dirasa banyak yang sudah tidak relevan lagi dengan konteks hari ini. Kebutuhan-kebutuhan atas situasi kontemporer telah “memaksa” umat Islam untuk mengadopsi hermeneutika sebagai

  10

  salah satu alat dalam menafsirkan al- Qur’an.

  Di samping itu, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga banyak mempengaruhi perkembangan dalam studi al- Qur’an. Terlebih dalam bidang ilmu sosial humaniora, seperti kajian sejarah, sosiologi, fenomenologi, psikologi, maupun antropologi. Selain juga dalam bidang kajian sastra dan teks

  

(linguistics) , yang kembali populer seperti semantik, semiotika, pragmatik,

  sintagmatis, kritik sastra, dan sebagainya. Capaian-capaian ini telah dimanfaatkan oleh sebagian besar kaum Muslim yang mencoba untuk menafsirkan al- Qur’an dalam perspektif baru. Tujuannya adalah untuk mendapatkan jawaban atas

  11 persoalan sosial-kemanusiaan dan menghadapi tantangan perubahan zaman.

  Salah satu dari sekian diskursus dalam studi al- Qur’an yang menarik adalah pemikiran Farid Esack seorang pemikir organik asal Afrika Selatan yang mencoba menggabungkan perspektif hermeneutika al-

  Qur’an dengan kondisi sosial-politik- kemasyarakat yang kemudian dikenal dengan

  “hermeneutika al-Qur’an liberatif”.

  Sesuai dengan namanya, metode ini lebih diorientasikan pada tataran praksis- liberatif dengan mengusung gerakan progresif dalam setiap aktivitas

  10 11 Abdullah Saeed, Interpreting, hlm. 2.

  Abdullah Saeed, Interpreting, hlm. 4.

  12

  penafsirannya. Hermeneutika al- Qur’an liberatif dalam khazanah intelektual

  Muslim bisa dikatakan sebagai barang baru. Pasalnya, penafsiran selama ini yang dilakukan oleh kalangan ulama salaf, lebih ditujukan pada aspek teoretis- konseptual, sehingga sulit untuk melihat sejauh mana fungsionalisme teks al- Qur’an dalam merespon setiap kebutuhan zaman. Padahal, al-Qur’an adalah kitab

  13 yang lebih mengutamakan “amal” ketimbang “gagasan”.

  Melalui kacamata hermeneutika, Esack mencoba untuk melihat sejauh mana sebuah teks keagamaan dapat melakukan transformasi sosial ke arah yang lebih baik. Mengubah tatanan masyarakat yang timpang menjadi lebih berkeadilan. Esack dalam melahirkan gagasannya banyak diinspirasi oleh kondisi lingkungan

  14

  ketika ia hidup. Dominasi rezim Apatheid yang rasialis dan menindas menjadi motivasi Esack dalam mengubah struktur paradigma masyarakat terhadap pemahaman al-

  Qur’an. Bagi Esack, al-Qur’an selama ini hanya dipahami sebagai sebuah teks suci yang sakral, jika dibaca bernilai ibadah, dan penenang jiwa. Esack merasa ada kontradiksi antara spirit al-

  Qur’an dengan pemahaman umat Muslim

  15 pada umumnya.

  Farid Esack merupakan satu dari sederet nama yang mencoba menggunakan pendekatan interdisipliner dalam mengkaji al- Qur’an. Dengan menggandeng hermeneutika yang dipadukan dengan konteks sosial-politik Afrika Selatan, Esack

  12 Farid Esack, Qur’an, Liberation, and Pluralism; An Islamic Perspective of Interreligious Solidarity againts Oppression (Oxford: Oneworld Publications, 1997), hlm. 54-55. 13 Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Oxford: Oxford University Press, 1934), hlm. v. 14 15 Farid Esack, Qur’an, Liberation, hlm. 1-2.

  Menurut Esack, pemahaman seperti ini merupakan jenis kelompok pencinta tak kritis (The uncritical Lovers) Farid Esack, The Qur’an, hlm. 2.

  16

  telah mampu melahirkan gagasan dan pemikiran kreatif di bidang studi al- Qur’an. Melihat dari kaca mata kontemporer, hal tersebut merupakan sesuatu yang langka dan unik. Sehingga, tidak heran jika banyak tokoh yang melancarkan kritik terhadap pemikiran Esack. Misalnya, Esack dipandang sebagai seorang yang memiliki pemikiran nyeleneh, liberal, dan menggugat dengan gayanya yang blak-blakan.

  Atau, mereka tidak suka dengan sikap Esack yang secara tegas menolak

  17 diterapkannya syariat Islam bagi kaum Muslimin di Afrika Selatan.

  Mendasarkan alasan pada aspek pertimbangan dalam memilih suatu tokoh untuk dikaji, yaitu melihat dari sisi popularitas, pengaruh pemikiran, keunikan, kontroversial dan relevansi serta konstribusi Farid Esack dalam wacana pengembangan studi al-

  Qur’an kontemporer, peneliti merasa tertarik untuk secara intensif dan mendalam mengkaji pemikirannya. Di samping itu, intensitas Farid Esack sebagai tokoh yang memiliki concern terhadap studi al-

  Qur’an sekaligus sebagai aktivis sosial, menjadi sesuatu hal yang langka. Suatu kepribadian yang unik dari kebanyakan tokoh yang menekuni bidang studi al- Qur’an. Keterlibatannya dalam aktivitas-aktivitas sosial-politik-keagamaan menjadikannya seorang tokoh yang tidak hanya berhenti pada aspek teoretis. Tetapi telah mengaplikasikannya pada tahapan praksis-liberatif, sesuai dengan pemikirannya. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran Farid Esack lebih lanjut dan mendalam.

  16 Farid Esack, 17 Qur’an, Liberation, hlm. 9.

  Dadi Darmadi, “Memahami Farid Esack”, dalam Farid Esack, On Being A Muslim;

Menjadi Muslim di Dunia Modern, terj. Dadi Darmadi dan Jajang Jahroni (Jakarta: Erlangga, 2006),

hlm. xxv.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

  1. Bagaimana setting sosio-historis kehidupan Farid Esack, serta sejauh mana kondisi sosial-politik mempengaruhi pemikirannya?

  2. Bagaimana latar belakang dan corak pemikiran hermeneutika al-Qur’an Farid Esack? 3. Bagaimana struktur metodologi hermeneutika al-Qur’an Farid Esack? C.

   Tujuan Penelitian

  Sebagaimana objek penelitian ini adalah pemikiran Farid Esack, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Secara Normatif a.

  Untuk mengetahui setting sosio-historis kehidupan Farid Esack dan mengetahui sejauh mana kondisi sosial-politik mempengaruhi pemikiran Farid Esack.

  b.

  Untuk mengetahui latar belakang dan corak pemikiran hermeneutika al- Qur’an yang dikembangkan oleh Farid Esack.

  c.

  Untuk mengetahui struktur metodologi hermeneutika al-Qur’an yang digagas oleh Farid Esack.

2. Secara Filosofis a.

  Untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang persepsi, motivasi, aspirasi dan prestasi atau bahkan “ambisi” Farid Esack dalam bergumul dengan studi al- Qur’an.

  b.

  Untuk memperoleh deskripsi yang objektif dan komprehensif tentang prinsip dan strategi pembacaan teks (baca: metodologi) yang digunakan oleh Farid Esack dalam menafsirkan al- Qur’an; c. Untuk menguji orisinalitas pemikiran dan sisi-sisi kelebihan serta kelemahan metodologi yang digunakan oleh Farid Esack dalam menafsirkan al-

  Qur’an; d. Untuk menemukan kontribusi, relevansi dan kontekstualisasi pemikiran Farid Esack dalam konteks kekinian dan kedisinian; e.

  Untuk mengetahui pandangan tokoh lainnya terhadap pemikiran Farid Esack.

D. Manfaat dan Kontribusi

  Sebagaimana sebuah karya akademik harus memiliki signifikansi terhadap pengembangan kajian keislaman, dalam konteks ini adalah studi al- Qur’an

  

(Qur’anic Studies). Setidaknya manfaat dan kontribusi yang didapat melalui

  penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Memberikan sumbangan berupa deskripsi utuh dan menyeluruh tentang pribadi dan pemikiran tokoh, yakni Farid Esack.

  2. Mengkonstruksi pemikiran Farid Esack menjadi bangunan pemikiran yang utuh dan sistematis, sehingga serpihan-serpihan pemikiran yang tercecer di berbagai buku, akan menjadi gagasan yang holistik, lengkap dengan segala kritik dan apresiasinya.

  3. Memperluas wawasan kajian seputar metodologi penafsiran al-Qur’an secara paradigmatik, operasional, dan konseptual. Karena semangat dan problematika yang dihadapi oleh umat Islam semakin berkembang dan kompleks sehingga menuntut dikembangkannya metode-metode baru dalam memahami al-

  Qur’an secara lebih akomodatif dan integratif sebagai solusi atas kebutuhan masyarakat Muslim.

  4. Penelitian ini diharapakan menjadi kontribusi positif bagi arah perkembangan penafsiran di pentas global. Karena kegiatan penafsiran al- Qur’an akan selalu berkembang seiring dengan kebutuhan dan perubahan zaman.

E. Penelitian Terdahulu (Prior Research)

  Pergulatan penelitian di bidang

  Qur’anic Studies semakin banyak diminati

  bukan hanya oleh kalangan sarjana Muslim, tetapi telah merambah kepada sarjana non-Muslim (Barat). Daya tarik al- Qur’an yang sangat luar biasa telah menghasilkan jutaan penelitian di bidangnya. Baik dalam bentuk penelitian teks

  (filologi), pemikiran tokoh, living Qur’an, tematik al-Qur’an, dll. Sebagaimana penelitian ini memiliki fokus terhadap kajian pemikiran Farid Esack tentang model hermeneutika al- Qur’an, beberapa penelitian yang telah mendahului di antaranya sebagai berikut:

  Penelitian yang dilakukan oleh Imam Iqbal (2007) dalam tesinya yang berjudul

  “Teologi Autentik; Studi atas Gagasan Teologi Pembebasan Farid

Esack”, mengangkat fokus terhadap upaya pencarian basis pemikiran Esack dalam

  kerangka epistemologis. Imam Iqbal ingin menguji sejauh mana otentisitas pemikiran teologi pembebasan yang diusung oleh Esack. Sebagai sebuah pemikiran teologi Islam, dapat disebut autentik, asli, sejati ataupun murni jika didasarkan pada sumber ajaran Islam, yakni al-

  Qur’an dan Sunnah. Dengan menggunakan pendekatan historis penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa, Esack memaknai autentisitas teologi Islam secara kontekstual-kritis. Ia tidak melihat problem autentisitas secara diakronis, melainkan sinkronis. Baginya standar autentisitas teologi Islam terletak pada praksis pembebasan. Menurut Iqbal, Esack merumuskan beberapa prinsip yang berkenaan dengan standar kesatuan, otonomi, keunikan, dan radikalisme untuk meraih autentisitas teologi Islam di level individu. Sedangkan

  18 solidaritas antar-iman sebagai standar praksis pembebasan di level kelompok.

  Selanjutnya adalah penelitian tesis dari Basri (2016) yang berjudul

  

“Epistemologi Tafsir Ayat-ayat Pembebasan; Studi atas Penafsiran Farid Esack”,

  yang mencoba mengkaji dan melacak basis epistemologi tafsir al- Qur’an Farid

  Esack. Menurutnya prinsip penafsiran Esack berangkat dari realitas sosial-politik yang dekat dengan problem kemanusiaan, seperti kemiskinan dan penindasan.

18 Imam Iqbal, Teologi Autentik; Studi atas Gagasan Teologi Pembebasan Farid Esack, Tesis tidak diterbitkan (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2007), hlm. 247-9.

  Sehingga penafsiran Esack lebih humanis dan dinamis. Dengan menggunakan metode induktif, penelitian ini menyimpulkan bahwa bangunan pemikiran Farid Esack sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-historis Afrika Selatan yang mengalami tiga problem kemanusiaan; yakni rasialisme, patriarkhi dan kapitalisme.

  Berangkat dari realitas tersebut, Esack menggagas ide teologi pembebasan sebagai kritik atas teologi akomodasi yang berusaha memberi jalan dan membenarkan praktik penindasan dan status quo. Dalam mengaplikasikan gagasannya tersebut, Esack menekankan pada hermeneutika penerimaan (reception hermeneutics), yaitu bagaimana teks al-

  Qur’an diterima dan dipahami oleh komunitas Muslim di Afrika

19 Selatan.

  Masih pada tahun yang sama, tesis dari Naibin (2016) mengusung judul

  

“Teologi Pembebasan Islam dan Implikasinya Bagi Etika Keberagamaan Umat

Islam; Studi Komparasi Pemikiran Asgh ar Ali Engineer dan Farid Esack”, yang

  mencoba membandingkan pemikiran teologi pembebasan yang digagas oleh Asghar Ali Engineer dengan Farid Esack. Penelitian ini menggunakan pendekatan falsafah kalam Hassan Hanafi untuk memotret konstruksi teologi pembebasan Asghar dan Esack. Kemudian menggunakan pendekatan sosiologi pengetahuan Karl Mannheim untuk mengetahui produk pemikiran kedua tokoh tersebut.

  Sehingga, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa Asghar maupun Esack sama-sama sebagai seorang penggagas ide teologi pembebasan meskipun dengan konteks yang berbeda dan dengan aksentuasi yang berbeda pula. Menurut Naibin,

19 Basri, Epistemologi Tafsir Ayat-ayat Pembebasan; Studi atas Penafsiran Farid Esack, Tesis tidak diterbitkan (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016), hlm. 170-172.

  terdapat kesamaan antara Asghar dan Esack pada wilayah kritik-konstruktif terhadap teologi klasik-konservatif yang meninikberatkan pada wilayah praksis- liberatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek metode yang digunakan untuk merumuskan teologi pembebasan; seperti Esack yang hanya menggunakan hermeneutika, sedang Asghar menggunakan metode dekonstruksi, analisis praksis

  20 sosial dan hermeneutika.

  Penelitian terbaru di luar negeri memiliki kesamaan dengan tesis Naibin yang berjudul

  “Qur'an of the Oppressed: Liberation Theology and Gender Justice in

Islam” karya Shadaab Rahemtulla. Penelitian ini yang kemudian menjadi buku,

  merupakan hasil telaah kritis atas perbandingan pemikiran Farid Esack dengan Asghar Ali Engineer. Buku ini mencermati gagasan teologi pembebasan yang didasarkan atas pemahaman al- Qur’an. Yang menarik dari buku ini adalah, penulisnya mampu mengeksplorasi secara sistematis dan komprehensif terhadap

  21

  metode interpretasi al- Qur’an.

  Zakiyuddin Baidhawy juga menuliskan pemikiran Farid Esack pada dua karyanya dengan judul

  “Hermeneutika Pembebasan al-Qur’an; Perspektif Farid

  22

  dan

  

Esack” “Model Kajian Hermeneutika; Studi Hermeneutika Pembebasan

  23 . Kedua tulisan ini sebenarnya memiliki kesamaan yang Farid Esack”

  berkonsentrasi pada pengkajian terhadap hermeneutika pembebasan Farid Esack. 20 Naibin, Teologi Pembebasan Islam dan Implikasinya Bagi Etika Keberagamaan Umat

  

Islam; Studi Komparasi Pemikiran Asghar Ali Engineer dan Farid Esack, Tesis tidak diterbitkan

(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016), hlm. 172-174. 21 Shadaab Rahemtulla, Qur'an of the Oppressed: Liberation Theology and Gender Justice in Islam (Oxford: Oxford University Press, 2017). 22 Dalam Abdul Mustaqim dan Sahiron Syamsuddin (Ed), Studi al- Qur’an Kontemporer; Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002). 23 Dalam Zakiyuddin Baidhaway, Islamic Studies; Pendekatan dan Metode (Yogyakarta: Insan Madani, 2011).

  Baidhawy memberikan kesimpulan bahwa model pemikiran hermeneutika pembebasan Farid Esack merupakan bentuk penyempurnaan dari pemikiran Fazlur Rahman dan Mohammed Arkoun. Namun, tulisan ini sangat singkat dan tidak menyajikan pemikiran Esack secara menyeluruh dan komprehensif.

  Sementara itu, beberapa tulisan yang telah dimuat diberbagai jurnal yang membahas pemikiran Farid Esack di antara adalah Sudarman

  “Pemikiran Farid

  24 Esack tentang Hermeneutika Pembebasan al- Fawaizul Umam Qur’an”,

  25 “Menimbang Gagasan Farid Esack tentang Solidaritas Lintas Agama”,

  Muhtarom

  “Mempertimbangkan Gagasan Hermeneutika Farid Esack untuk

  26 A. Khudori Soleh

Membangun Kerukunan Hidup Umat Beragama”, “Kerjasama

  27 Umat Beragama dalam al- Qur’an; Perspektif Hermeneutika Farid Esack”,

  Luqman Abdul Jabbar

  “Hermeneutical Keys; Sebuah Metode Alternatif dalam

  28 Studi al-

  A. Zaini Abidin

  Qur’an Perspektif Farid Esack”, “Epistemologi Tafsir

  29 al- Iswahyudi Qur’an Farid Esack”, “Dari Pewahyuan Progressif Menuju Tafsir

  30 Pembebasan; Telaah atas hermeneutika al- dan Erik Sabti Qur’an Farid Esack”,

  Rahmawati

  “Spirit of Liberation and Justice in Farid Esack’s Hermeneutics of the

  31

  yang secara umum membahas mengenai spirit pembebasan yang

  Qur’an”

  digelorakan oleh Farid Esack lewat metode hermeneutika al- Qur’annya. Esack sangat terpengaruh dengan konteks sosio-politik kehidupannya di Afrika Selatan. 24 25 Dalam Jurnal Al-Adyan (Vol. X, No. 1, 2015: 83-98). 26 Dalam Jurnal Islamica (Vol. 5, No. 1, 2010: 116-128). 27 Dalam Jurnal at-Taqaddum (Vol. 7, No. 2, 2015: 191-209). 28 Dalam Jurnal Penelitian Keislaman (Vol. 6, No. 2, 2010: 247-266). 29 Dalam Jurnal Khatulistiwa-Journal of Islamic Studies (Vol. 3, No. 2, 2013: 175-184). 30 Dalam Jurnal Teologia (Vol. 24, No. 1, 2013: 1-22). 31 Dalam Jurnal Al-Tahrir (Vol. 11, No. 1, 2011: 77-79).

  Dalam Jurnal, Ulumuna (Vol. 20, No. 1, 2016: 119-146). Pengalaman eksistensialnya melawan rezim apartheid, memberikan ruh dan semangat dalam mengaktualkan teks-teks al- Qur’an agar sesuai dengan konteks pembebasan Afrika Selatan. Partikularitas pemikiran Esack, secara umum dapat dikembangkan pada lokus yang berbeda. Yaitu dengan cara menggali semangat pembebasan yang berakar dari realitas Islam historis. Hermeneutika pemebebasan Farid Esack, selain dipengaruhi oleh konteks sosio-politik Afrika Selatan, juga dipengaruhi oleh pemikiran Fazlur Rahman dan Mohammed Arkoun.

  Namun dari beberapa penelitian dan buku tersebut, tentunya masih memiliki kelemahan masing-masing dan pembahasannya saling melengkapi satu sama lain.

  Penulis merasa masih memiliki celah dalam mengkaji dan mengkritisi segala aspek pemikiran Farid Esack. Terutama konsepnya tentang hermeneutika al- Qur’an.

  Artinya, perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya terletak pada kajiannya yang terfokus pada proses pelacakan unsur gagasan, prinsip-prinsip kunci dan landasan teoretis penafsiran al-

  Qur’an liberatif yang banyak diwarnai dengan nuansa hermeneutika. Serta melihat bagaimana kerangka berpikir Farid Esack tentang Al-

  Qur’an yang menjadi sentral gagasannya. Sebab sejauh pengamatan penulis, belum ada karya tulis yang melakukan kajian terhadap wilayah tersebut.

F. Kerangka Teoretik

  Dalam sebuah penelitian ilmiah, kerangka teori sangat diperlukan antara lain untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti.

  Di samping sebagai acuan dalam melakukan analisis pada konteks masalah yang hendak dicarikan jawabannya. Di samping itu pula, kerangka teori juga dipakai untuk memperlihatkan ukuran-ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu. Sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan dua kerangka teori sebagai berikut: 1.

  Teori Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim (1893-1947) Teori ini digunakan untuk memahami kepribadian Esack dan melihat sejauh mana konteks sosio-politik mempengaruhi pemikirannya. Mannheim menyatakan bahwa ide atau pengetahuan yang dihasilkan oleh seseorang adalah sebuah hasil dari dinamika dan interaksi sosial yang terjadi dalam

  32

  masyarakat tempat individu itu tinggal. Sehingga, sebuah ide, gagasan atau pengetahuan tidak bisa terlepas dari akar sosial, tradisi dan keberadaan seseorang yang melahirkan ide atau pengetahuan tersebut. Gagasan bersumber pada pengetahuan yang dibentuk secara sosial (socially

  33 constructed) .