PENGAMATAN COLEOPTERA DI DALAM TANAH PAD

PENGAMATAN COLEOPTERA DI DALAM TANAH PADA
PERTANAMAN TEBU
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Terpadu Tebu)

Oleh
Zuhroniah
1404122070

PROGRAM STUDI DIII PERKEBUNAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Serangga memiliki arti penting dalam ekosistem kita. Serangga dapat menjaga
aerasi tanah, menyerbukan bunga, mengendalikan serangga-hama dan juga
sebagai hama tanaman; serangga juga mampu menguraikan bahan organik,
sehingga mengembalikan unsur hara ke dalam tanah. Sepuluh tahun yang lalu

terdapat sekitar 750.000 spesies serangga. Saat ini, jumlahnya telah melebihi
1.000.000. Menurut sebuah artikel baru-baru ini, Scientific American, ahli
entomologi memperkirakan bahwa ada kemungkinan lebih dari delapan juta
spesies serangga di Bumi. Jika anda bandingkan dengan sekitar 4.809 spesies
mamalia atau 1.500.000 species jamur, maka serangga memiliki populasi yang
melebihi kelompok taksonomi hidup lainnya di Bumi.
Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti
insekta bersayap perisai. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama
tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies
yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam
kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah
kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan.
Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan,
antara 5 dan 8 juta. Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama
tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra
seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal).


Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap
depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku
Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan
kepala (Aynee.2012). Pada kesempatan kali ini akan membahas ordo serangga
yang paling banyak memiliki tampilan di banding serangga lainnya yaitu ordo
coleoptera yang di Indonesia lebih dikenal dengan kumbang. Coleoptera
termasuk ordo terbesar dari serangga yaitu memiliki 300.000 spesies.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mengetahui hama penting coleoptera pada tebu
2. Mahasiswa mengetahui Ekologi coleoptera (Uret)
3. Mahasiswa mengetahui serangga yang ada pada tanah yang diamati

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, mistar,
kertas a4, pena, tali rapia dan kamera.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah dan hewan yang ada di lingkungan
tanah.

2.2 Cara Kerja
Untuk cara kerja pada praktikum ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lahan disiapkan disekitar pertanaman tebu
Lahan dibersihkan dari sampah atau rumput sekitarnya
Lahan diukur dengan penggaris luasnya 1 m2
Lahan dibuat persegi empat, kemudian dibuat petakan
Setiap petakan dibagi lima plot
Plot yang akan dicangkul diberi nomor
Setiap plot dicangkul dengan kedalaman yang berbeda-beda (Kedalaman


8.

masing-masimg yaitu 7,5 cm, 15 cm, 22,5 cm, dan 30 cm)
Tanah yang dicangkul kemudian diamati hewan yang ada di dalam plot

9.

tersebut
Hasil pengamatan dicatat pada kertas HVS.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah:
Lubang ke-

Keterangan

1


Di kedalaman 7,5 cm ditemukan rayap dengan jumlah 10.
Namun untuk coleoptera tidak ditemui.

2

Di kedalaman 7,5 cm ditemukan rayap dan semut. Namun
untuk coleoptera tidak ditemui.

3

Tidak terdapat uuret atau pun serangga lain.

4

Tidak terdapat uuret atau pun serangga lain.

5

Di kedalaman 7,5 cm ditemukan rayap dengan jumlah 25.

Namun untuk coleoptera tidak ditemui.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Hama Lamellicornia (Uret tanah) dan Bioekologinya
Siklus Hidup
Sebagian besar kehidupan kumbang superfamili Lamellicornia berlangsung di
dalam tanah. Siklus hidup uret beragam tergantung pada jenis uret dan keadaan
lingkungan setempat, namun pada umumnya berlangsung selama satu tahun
dengan melalui berbagai stadia yang terdiri dari stadia telur, uret aktif, uret tak
aktif (istirahat), pupa dan imago (kumbang). Dari kelima stadium ini hanya
stadium kumbang yang muncul di atas permukaan tanah sedangkan stadia lainnya
berlangsung di dalam tanah. Stadium uret aktif berlangsung paling lama yaitu
antar 5-9 bulan (Intari dan Natawiria, 1973). Pada Leucopholis rorida larva
berkembang penuh pada bulan Agustus. Tahap prepupa berlangsung 10–30 hari,

dan tahap pupa 4-5 minggu. Bila dipelihara pada wortel, perkembangannya
berlangsung 300 hari. Pupa terdapat pada ruang kecil, berwarna coklat
kekuningan. Sesudah keluar kumbangnya tinggal diam (tak aktif) selama 4
minggu dan kemudian aktif selama 2 minggu lebih (Kalshoven, 1981).
Menjelang pupasi dibuatnya ruangan yang berdinding keras dengan permukaan

sebelah dalam yang licin. Stadium istirahat terjadi di dalam ruangan ini yang
kemudian diikuti dengan stadium pupa. Kumbang yang keluar dari pupa tidak
segera keluar dari tanah tetapi untuk beberapa lama tetap tinggal di dalam tanah.
1 Tanah dan vegetasi
Sebagian besar dari kehidupan uret berlangsung di dalam tanah maka faktor tanah
memegang peranan penting terutama kelembaban dan sifat fisiknya. Di Sempolan
uret selalu ditemukan pada tanah yang gembur dan lembab yang ditumbuhi oleh
rerumputan atau pada tanah yang secara periodik diolah, misalnya bedenganbedengan persemaian dan tanah milik, yang pada permulaan musim hujan,
bertepatan dengan musim bertelurnya kumbang, sudah mulai ditanami (Fluiter,
1941, dalam Intari dan Natawiria, 1973). Menurut Speers dan Schmiege (1971,
dalam Intari dan Natawiria, 1973), perpindahan tempat uret secara vertikal dalam
tanah dapat terjadi sesuai dengan perubahan kelembaban tanah sebagai suatu
usaha untuk tetap hidup pada lingkungan yang optimum.
2 Iklim
Curah hujan dan dalamnya perembesan air hujan ke dalam tanah pada permulaan
musim hujan menentukan saat keluarnya kumbang dari dalam tanah, karena tanah
sudah cukup lembab hingga telur atau uret yang baru ditetaskan tidak akan
mengalami kekeringan. Penerbangan masal kumbang Leucopholis rorida terjadi
bila angka curah hujan telah mencapai 17 mm (Leefmans, 1915, dalam Intari dan
Natawiria, 1973) sedangkan kumbang H. helleri keluar dari dalam tanah bila air

hujan telah menembus tanah sedalam 16 mm, tetapi tidak menunjukkan reaksi bila
tanahnya sengaja dibasahi (Tjoa, 1952, dalam Intari dan Natawiria, 1973).

3 Musuh-musuh alami
Uret mempunyai musuh-musuh alami yang cukup banyak yang terdiri dari parasit
dan predator, tetapi dari percobaan-percobaan pengendalian hayati yang telah
dilakukan hanya sebagian kecil yang memberikan hasil yang memuaskan. Jenisjenis serangga yang hidup sebagai parasit uret sebagian besar tergolong dari famili
Scolidae, ordo Hymenoptera. Franssen (1940, dalam Intari dan Natawiria, 1973)
telah menemukan 9 jenis ektoparasit dari genus Campsomeris pada uret, namun
tidak begitu banyak data yang diperoleh mengenai angka kematian uret yang
disebabkan oleh parasit-parasit tersebut. Menurut Tjoa (1952, dalam Intari dan
Natawiria, 1973, yang paling banyak menginfeksi uret adalah Campsomeris agilis
pada uret Holotrichia helleri (sampai 59%). Di Sempolan hanya ditemukan satu
spesies parasit yaitu Campsomeris quadriguttulata dari dalam tanah yang terdapat
uret E. viridis dan L. rorida dalam jumlah jumlah yang sedikit sekali, hal ini
mungkin karena di tempat tersebut tidak ada atau sedikit sekali adanya bahan
makanan bagi kerawai yang berupa nektar dari bunga-bungaan meskipun jumlah
uret yang tersedia cukup banyak.

3.2.2. Coleoptera pada kedalaman 7,5 cm-30 cm cenderung tidak ada

Alasan paling logis adalah pengaruh tanah. Pada saat masa sekarang yang sering
hujan, alasan tidak ditemukannya uret dalam tanah. Saat pengamatan uret tidak
ditemukan pada tanah dengan kedalaman 7,5 cm hingga 30 cm yaitu karena tanah
yang kami amati mengandung sedikit bahan organik dan kurang subur. Uret
sering ditemukan pada tempat gembur dan lembab. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan para pakar dari perguruan didapatkan informasi sebagai berikut:
a. Telur berasal dari kumbang berwarna putih. Kumbang betina mampu bertelur
+ 46 butir yang menetas dalam waktu 10-11 hari.
b. Uret warna putih kekuningan yang muncul dari telur memakan humus,
selanjutnya larva hidup dengan memakan rerumputan dan tanaman yang
ditanam pada awal musim hujan. Hidup selama 5-7 bulan di dalam tanah.
Pada akhir musim hujan uret beristirahat 40 hari dan berkepompong selama + 2

bulan. Itulah sebabnya serangan uret sangat dirasakan petani yang menanam
padi dan jagung pada awal musim hujan.
c. Kumbang muncul dari dalam tanah setelah hujan lebat pertama pada musim
penghujan dan lahan cukup lembab. Sore hari kumbang muncul lalu kawin.
Pemunculan kumbang semakin berkurang pada 2–4 minggu setelah
kemunculannya yang pertama. Uret ditanam pada awal musim hujan
(Pers.2007).


IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Hama penting coleoptera pada tebu yaitu uret tanah (Lamellicornia)

2.

Tanah yang mengandung sedikit bahan organik tidak terdapat bermacam-

3.

macam serangga yang berada pada lingkungan tersebut
Uret tanah akan diam dalam tanah saat musim kemarau berkepanjangan, dan
akan mulai menyerang tanaman-tanaman saat awal musim hujan, tidak
menyukai tanah yang sedikit mengandung bahan organik dan kering

DAFTAR PUSTAKA

Aynee, sii. 2012. http://siiaynee.blogspot.co.id/2012/12/makalah-entomologicoleoptera_8.html diakses pada 1 Mei 2016

Intari, SE dan Natawiria, D. 1973. Hama Uret pada Persemaian dan Tegakan
Muda. Laporan LPH No. 167. Bogor.
Kalshoven, LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. (edited by PA. Van Der
Laan). PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Pers, Dairi.2007. http://dairipers.blogspot.co.id/2007/11/mengapa-hama-uretmenyerang-tanaman-di.html diakses pada 1 Mei 2016