KONSEPSI KELUARGA DAN HUKUM INGGRIS
KONSEPSI KELUARGA HUKUM INGGRIS
A. PENDAHULUAN
1. Seperti halnya dengan struktur dalam konsepsi hukum juga terdapat perbedaan. Konsepsi
hukum Romawi Jerman dan Inggris ini berkisar pada cara menyusun norma-norma hukum
dikedua keluarga hukum tersebut karena maksud daripada konsepsi hukum tersebut adalah
mengatur tingkah laku para anggota masyarakat dalam pergaulannya satu sama lain agar
dapat dijamin ketertiban dalam masyarakat.
2.
Yang
menyusun
norma-norma
tersebut
adalah
pembentuk
undang-
undang,penyusunannya secara umum ,karena haru dapat menampung situasi masyarakat
sebanyak mungkin.
B. ASAS PRESEDEN
1. Ases Preseden merupakan pelengkap dari Equity dan merupakan koreksi dari hukum
Common Law. jika Common law dirasakan tidak adil ,misalnya dalam Common Law terjadi
wan
prestasi
,maka
yang
dapat
dituntut
hanya
ganti
rugi
oleh
pihak
yang
berpiutangmelebihi daripada gantirugi ,oleh karena ia sangant berkepentingan
2. Dalam Common Law pembayaran kembali melebihi apa yang dijanjikan adalah tidak
mungkin,karena norma hukumnya tidak ada ,maka pihak-pihak yang berkepentingan
menggunakan Equity . Dengan demikian Equity mengoreksi /melengkapi Common Law
maka dari itu asas precedent harus diberlakukan dalam Equity ini.
3. Yurisprudensi di inggris merupakan sumber hukum yang paling penting sebagai bahan
pembentukan hukum. Yurisprudensi di inggris (case law) terikat pada asas Share Decisis
ialah suatu asas bahwa keputusan hakim yang terdahulu harus di ikuti oleh hakim yang
membuat keputusan kemudian. Kalau di tinjau dari asas tersebut hukum di inggris
tentunnya tidak mempunyai kemajuan. Di dalam kennyataannya tidak demikian dan hukum
yang baru tetap terbentuk, karena hakim yang memutuskan kemudian mempunnyai ukuran
ukuran tertentu.
4. Custom adalah kebiasaan yang sudah berlaku berabad-abad di inggris dan sudah
merupakan sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai inilah hakim menggali serta membentuk normanorma hukumnnya. Setelah custom itu di tuangkan dalam peraturan peradilan maka custom
itu menjadi common law. Jadi terbentuknnya hukum di inggris itu adalah karena telah di
tuangkannnya custom oleh hakim dalam suatu putusan pengadilan.
C. STATUTA
1. .Hukum Statuta adalah hukumtertulis dalam hukum Inggris akan tetapi ia mempunyai
kekususan. 2. Kekhususan Statuta ini ialah bahwa statuta itu baru terintegrasi dalam system
hukum Inggris.jikalau belum ditangkam dalam suatu putusan peradilan .
3. Statuta adalah suatu peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris.
4. Fungsi Statuta ini pada umumnya mengadakan tambahan terhadap Common Law yang
kadan-kadang belum lengkap.
5. HukumStatuta ini menjadi penting karena adanya kemajuan zaman dan semakin eratnya
hubungan negate Inggris dengan Negara-negara lainnya.
6. pada umumnya yang dianggap sebagai hukum dalam art yang sebenarnya adalah
Common law yang telah berkembang beerabad-abad dan menguasai sebagai besar
daripada kehidupan hukum Inggris.jadi ,hukum menurut pandangan orng Inggris pada
asasnya adalah hanya Common Law.
7. Lamban Laun huku yang tumbuh karena interpresentasi dari statute ini menjadi huku
yang lebih penting daripada statute itu sendiri.
Hukum Inggris adalah sistem hukum di Inggris dan Wales,[1] sekaligus merupakan dasar
sistem hukum umum[2] yang dipakai oleh kebanyakan negara Persemakmuran (Commonwealth)
[3]
dan Amerika Serikat (sebagai lawan dari hukum perdata atau hukum plural di negara lain,
seperti hukum Skotlandia). Sistem hukum ini mulai dipakai saat Kerajaan Britania Raya dibangun
dan dikelola, lalu membentuk sebuah dasar jurisprudensi di negara-negara Persemakmuran. Hukum
Inggris yang dipakai di Amerika Serikat sejak zaman Revolusi juga termasuk bagian dari sistem
Hukum Amerika Serikat, kecuali di Louisiana, dan merupakan dasar bagi kebijakan dan tradisi
sistem hukum Amerika, walaupun jurisprudensi di sistem hukum Amerika Serikat tidak berganti.
Hukum Inggris diberlakukan secara ketat di Inggris dan Wales. Walaupun Wales telah memiliki
sebuah Dewan Penyerahan, setiap legislasi yang diajukan oleh Dewan ini sudah diatur ketentuan
pengajuannya dalam Undang-Undang Pemerintahan Wales tahun 2006, legislasi olehParlemen
Britania Raya, dan oleh perintah sebuah dewan yang diberikan kewenangan oleh Undang-Undang
Pemerintah Wales tahun 2006.Lebih jauh lagi bahwa legislasi, juga dengan peraturan yang dibuat
oleh badan pemerintah di Inggris dan Wales, ditafsirkan oleh Dewan Hakim Bersama Inggris dan
Wales.[4]
Esensi hukum umum Inggris adalah bahwa hukum ini dibuat oleh hakim yang duduk di pengadilan
dengan menerapkan logika dan pengetahuan mereka tentang sistem hukum terdahulu (stare
decisis). Keputusan pengadilan tertinggi di Inggris dan Wales bersifat mengikat bagi pengadilanpengadilan di bawahnya. Sebagai contoh, tidak ada yang undang-undang parlementer yang
menyatakan bahwa pembunuhan itu ilegal karena pembunuhan merupakan kejahatan dalam hukum
umum - jadi walaupun dalam UU Parlemen Inggris tidak tertulis bahwa pembunuhan itu ilegal,
pembunuhan tetap ilegal dengan mengacu kepada kebijakan konstitusional pengadilan dan kasuskasus terdahulu berkaitan dengan pembunuhan. Hukum umum dapat diubah dan dicabut oleh
Parlemen, contohnya perubahan hukuman bagi pembunuh. Zaman dahulu pembunuh dihukum mati,
tapi sekarang pembunuh mendapatkan kurungan seumur hidup.
Inggris dan Wales adalah konstituen dari Britania Raya, yang merupakan anggota dari Uni Eropa
(UE) dan hukum UE juga berlaku di Britania Raya. [5] Uni Eropa terdiri dari negara-negara yang
memakai hukum sipil sehingga hukum sipil juga berlaku di Inggris dalam bentuk hukum UE. Dewan
Kehakiman Uni Eropa, sebuah pengadilan hukum perdata, memandu pengadilan di Inggris dan
Wales untuk mengikuti hukum UE.
Hukum tertua dalam sistem hukum Inggris adalah Undang-Undang Marlborough yang dibuat pada
tahun 1267.[6] 3 bagian dari Magna Carta yang merupakan sebuah perkembangan penting dalam
sistem hukum Inggris sebenarnya sudah disahkan pada tahun 1215, hanya saja disahkan kembali
pada tahun 1295 karena para pembuat memutuskan untuk mengubah ulang isi Magna Carta.
C. Hukum Perkawinan Inggris
Perkawinan dapat dilakukan melalui gereja yang telah mendapatkan lisensi untuk
melangsungkan perkawianan. Perkawinan yang dilangsungkan melalui gereja maka sertifikat
perkawinannya dikeluarkan oleh gereja.
Sedangkan pernikahan yang dilakukan dikantor catatan sipil atau tempat lain yang
mendapat izin dari pemerintah setempat maka sertifikat perkawinannya dikeluarkan kantor
pencatatan tersebut. Terhadap perkawinan yang melalui kantor pencataan haruslah terlebih
dahulu dipasang pengumuman selama lima belas hari dikantor register tersebut.
Batas usia minimal untuk dapat melakukan perkawinan adalah 18 tahun. Namun terhadap
para pihak yang mengjukan perkawinan kurang dari usia tersebut tetap dapat melakukan
perkawinan dengan adanya izin dari orang tua dan juga telah berusia 16 tahun.
Perkawianan poligami tidak dapat dilakukan di negara Inggris, dan bahkan dapat
dianggap sebagai suatu kejahatan terhadap orang melakukan pernikahan poligami.
Terhadap perkawinan warga Negara Inggris yang dilakukan diluar negeri yang tidak
termasuk kedalam negara persemakmuran tidak diharuskan untuk dicatatkan pada instansi
pemerintah. Dan terhadap perkawinan yang dilakukan diluar negeri tersebut selama hukum
Negara tersebut membenarkan perkawinan yang dilangsungkan maka perkawinan tersebut juga
diakui di negara Inggris.
Hukum Keluarga
A. Pendahulua
Terbentuknya suatu keluarga itu karena adanya perkawinan. Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia. Sehingga Keluarga dalam arti sempit
artinya yaitu sepasang suami istri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu, tetapi tidak
mempunyai anak juga bisa dikatakan bahwa suami istri merupakan suatu keluarga.
Sedangkan definisi hukum kekeluargaan secara garis besar adalah hukum yang bersumber
pada pertalian kekeluargaan. Pertalian kekeluargaan ini dapat terjadi karena pertalian darah,
ataupun terjadi karena adanya sebuah perkawinan. Hubungan keluarga ini sangat penting karena
ada sangkut paut nya dengan hubungan anak dan orang tua, hukum waris, perwalian dan
pengampuan.
B. Pengertian hukum keluarga
Istilah hukum keluarga berasal dari terjemahan kata familierecht (belanda) atau law of
familie (inggris).[1] Istilah keluarga dalam arti sempit adalah orang seisi rumah, anak istri,
sedangkan dalam arti luas keluarga berarti sanak saudara atau anggota kerabat dekat.[2] Ali
affandi mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan sebagai “Keseluruhan ketentuan yang
mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan
karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampuan[3], keadaan tak
hadir).[4]
Adapun pendapat-pendapat lain mengenai hukum keluarga, yaitu:
a.
Van Apeldoorn
Hukum keluarga adalah peraturan hubungan hukum yang timbul dari hubungan keluarga
b.
C.S.T Kansil
Hukum keluarga memuat rangkaian peraturan hukum yang timbul dari pergaulan hidup
kekeluargaan
c.
R. Subekti
Hukum keluarga adalah hukum yang mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul
dari hubungan kekeluargaan
d.
Rachmadi Usman
Hukum kekeluargaan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur mengenai hubungan
antar pribadi alamiah yang berlainan jenis dalam suatu ikatan kekeluargaan
e.
Djaja S. Meliala
Hukum keluarga adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum antara keluarga
sedarah dan keluarga kerena terjadinya perkawinan
f.
Sudarsono
Hukum kekeluargaan adalah keseluruhan ketentuan yang menyangkut hubungan hukum
mengenai kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena perkawinan[5]
Ada dua pokok kajian dalam definisi hukum keluarga yang dikemukakan oleh Ali
Affiandi, yaitu mengatur hubungan hukum yang berkaitan:
1. Keluarga sedarah dan
2. Perkawinan
Pertalian keluarga karena turunan disebut keluarga sedarah,artinya sanak saudara yang
senenek moyang. Keluarga sedarah ini ada yang ditarik menurut garis bapak yang
disebut matrinial dan ada yang ditarik menurut garis ibu dan bapak yang
disebutparental atau bilateral.
Pertalian keluarga karena perkawinan disebut keluarga semenda, artinya sanak saudara
yang terjadi karena adanya ikatan perkawinan, yang terdiri dari sanak saudara suami dan sanak
saudara istri. Sedangkan pertalian keluarga karena adat disebut keluarga adat, artinya yang
terjadi karena adanya ikatan adat, misalnya saudara angkat.[6]
C. Sumber Hukum Keluarga
Pada dasarnya sumber hukum keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum keluarga tertulis adalah sumber hukum
yang berasal dari berbagai peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan traktat. Sedangkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
a.
b.
c.
d.
e.
1.
2.
f.
g.
h.
sumber hukum tak tertulis adalah sumber hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
Sumber hukum keluarga tertulis, dikemukakan berikut ini
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Peraturan Perkawinan Campuran (Regelijk op de Gemengdehuwelijk),Stb.1898 Nomor 158
Ordonasi perkawinan Indonesia, Kristen, Jawa, Minahasa, dan Ambon, Stb.1933 Nomor 74
UU Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk (beragama Islam)
UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
PP Nomor 10 Tahun 1983 jo.PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
Bagi Pegawai Negeri Sipil
Selain itu yang 7 ini yang menjadi sumber hukum keluarga tertulis adalah Inpres Nomor
1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Kompilasi Hukum Islam ini hanya
berlaku bagi orang-orang yang beragama Islam saja.[7]
Asas-Asas Hukum keluarga
Berdasarkan hasil analisis terhadap KUH Perdata dan UU Nomor 1 tahun 1974
dirumuskan beberapa asas yang cukup prinsip dalam Hukum Keluarga, yaitu:
Asas monogamy,[8] asas ini mengandung makna bahwa seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri, dan seorang istri hanya boleh mempunyai seorang suami.
Asas konsensual,[9] yakni asas yang mengandung makna bahwa perkawinan dapat dikatakan
sah apabila terdapat persetujuan atau consensus antara calon suami-istri yang akan
melangsungkan perkawinan.
Asas persatuan bulat, yakni suatu asas dimana antara suami-istri terjadi persatuan harta benda
yang dimilikinya.(Pasal 119 KUHPerdata)
Asas proporsional,yaitu suatu asas dimana hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak
dan kewajiban suami dalam kehidupan rumah tangga dan di dalam pergaulan masyarakat.( Pasal
31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan)
Asas tak dapat dibagi-bagi,yaitu suatu asas yang menegaskan bahwa dalam tiap perwalian hanya
terdapat seorang wali. Pengecualian dari asas ini adalah
Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup lebih lama maka kalau ia
kawin lagi, suaminya menjadi wali serta/wali peserta[10]
Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus barang-barang dari anak di bawah
umur di luar Indonesia[11]
Asas prinsip calon suami istri harus telah matang jiwa raganya.( Pasal 7 UU No.1 Tahun 1974)
Asas monogamy terbuka/poligami terbatas, asas yang mengandung makna bahwa seorang suami
dapat beristri lebih dari seorang dengan izin dari pengadilan setelah mendapat izin dari istrinya
dengan dipenuhhinya syarat-syarat yang ketat[12]
Asas perkawinan agama, asas yang mengandung makna suatu perkawinan hanya sah apabila
dilaksanakan sesuai dengan hukum agama dan kepercayaannya masing-masing.(Pasal 31
UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan)
i. Asas perkawinan sipil, asas yang mengandung makna bahwa perkawinan adalah sah apabila
dilaksanakan dan dicatat oleh pegawai pencatat sipil (kantor catatan sipil), perkawinan secara
agama belum berakibat sahnya suatu perkawinan.[13]
E. Ruang Lingkup Hukum Keluarga
Setelah kita mengetahui apa pengertian hukum keluarga maka dapat kita ketahui bahwa
apa-apa saja ruang lingkup dalam hukum keluarga. Ruang linkup dalam hukum keluarga itu
meliputi: perkawinan, perceraian, harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua,
pengampuan, dan perwalian. Namun di dalam bagian hukum keluarga hanya difokuskan pada
kajian perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam perkawinan.
F. Hak dan Kewajiban dalam Hukum Keluarga
Sebagai suatu hubungan hukum, perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban suami
istri. Yang dimaksud “hak” ialah sesuatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suami
atau istri yang timbul karena perkawinannya. Sedangkan “kewajiban” ialah sesuatu yang harus
dilakukan atau diadakan oleh suami atau istri untuk memenuhi hak dan dari pihak yang lain.[14]
Hak dan kewajiban dalam hukum keluarga dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Hak dan kewajiban antara suami istri
b. Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anaknya
c. Hak dan kewajiban antara anak dengan orang tuanya manakala oarng tuanya telah mengalami
proses penuaan[15]
Hak dan kewajiban antara suami istri adalah hak dan kewajiban yang timbul karena
adanya perkawinan antara mereka. Hak dan kewajiban suami istri diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974.
1. Hak dan kewajiban antara suami istri adalah sebagai berikut:
a) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat[16]
b) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan
rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat[17]
c) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum( Pasal 31 ayat 2)
d) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.( Pasal 31 ayat 3)
e) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap,yang ditentukan bersama.( Pasal 31
ayat 4 dan Pasal 32 ayat 1)
f) Suami istri wajib saling mencintai , hormat-menghormati, setia dan member bantuan lahir batin
yang satu dengan yang lain.( Pasal 33)
g) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya.(Pasal 34 ayat 1)
h) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.( Pasal 31 ayat 2)
i)
Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan
kepada Pengadilan ( Pasal 31 ayat 3) [18]
Hak dan kewajiban suami istri yang diatur dalam dalam UU perkawinan pada
dasarnya mengandung persamaan dengan hak dan kewajiban yang diatur dalam Hukum Islam.
Adapun kewajiban khusus suami kepada istri yang di Instruksi oleh Presiden RI
No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam:
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
e.
f.
g.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
a.
b.
c.
d.
Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal
urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga dengan kemampuannya
Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa
Sesuai dengan penghasilan suami menanggung:
Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi si istri
Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak
Biaya pendidikan bagi si anak
Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai
berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya
Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada
ayat (4) huruf a dan b di atas
Kewajiban suami sebagaimana dimaksud pada ayat (5) gugur apabila istri nusyuz[19]
Selain itu , suami juga mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat kediaman untuk
istri dan anak-anaknya. Di dalam Kompilasi Hukum Islam ditegaskan bahwa:
Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri yang
masih iddah
Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan,
atau dalam iddah talak atau iddah wafat
Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan pihak lain,
sehingga mereka merasa aman dan tentram. Tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat
menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga
Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan
dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga
maupun sarana penunjang lainnya
Adapun suami yang beristri lebih dari 1 orang, juga di atur dalam Kompilasi Hukum
Islam
Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberikan tempat tinggal dan
biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah
keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan
Dalam hal para istri ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat kediaman
Di dalam Kompilasi Hukum Islam juga dijelaskan beberapa kewajiban bagi istri yang
dianggap nusyuz[20]
Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah
Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4)
huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya
Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz
Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
Adapun dalam bukunya Lili Rasjidi juga membagi hak dan kewajiban suami istri dalam
dua kategori,ada kewajiban umum antara suami istri dan ada pula kewajiban khusus baik suami
maupun istri. Menurutnya, kewajiban umum di antara keduanya adalah:
Kedua pihak hendaknya saling hormat-menghormati, sopan santun dan penuh pengertian
Memelihara kepercayaan dan tidak membuka rahasia masing-masing walaupun pada saat ada
kericuhan
Masing-masing harus sabar atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada tiap-tiap manusia,
sehingga tidak cepat-cepat marah, akan tetapi menunggu dengan tenang untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan hingga dapat diakhiri dengan kebijaksanaan dan pertimbangan
Jangan cemburu tanpa alasan, juga tidak mendengar hasutan orang, segala sesuatu periksa
terlebih dahulu
Menjauhi bibit-bibit percekcokan sehingga tidak terjadi perselisihan- perselisihan yang tidak
diinginkan, dan jika terjadi juga perselisihan, hadapilah dengan keadaan tenang
Rela berkorban untuk kepentingan suami istri dan saling menghormati keluarga masing-masing
Akhirnya kedua belah pihak harus berusaha menjadikan rumah tangganya sebagai muara yang
aman dan pelabuhan yang damai, tempat peristirahatan yang teduh untuk seluruh anggota
keluarga, baik pada waktu suka maupun dalam keadaan duka, bersendikan tawakal dan iman
kepada Allah swt dan syukur atas nikmatnya[21]
Sedangkan yang termasuk dalam kategori Kewajiban khusus bagi istri kepada suaminya
adalah
Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga
Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas tidak menyimpang dri ajaran agama
Meyenangkan dan berbakti kepada suami dengan tulus ikhlas, sedapat-dapatnya selalu bermuka
jernih dan manis
Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta mencukupkan nafkah
yang diberikan suami dengan kekuatan dan kemampunnya, hormat, cermat, dan bijaksana
Tidak mempersulit dan memberatkan suami akan tetapi bersifat ridha dan syukur. Istri utama
ialah yang dapat mengetahui kemauan suami sebelum dikatakan suami, jika terlihat tanda-tanda
suami dalam kesusahan
Memelihara diri serta menjaga kehormatan dan harta benda suami, baik dihadapan atau
dibelakangnya
Memupuk rasa kasih saying dan tidak bertingkah laku yang dapat mendorong suami dapat
berbuat salah
Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah dan nikmatnya yang tak ternilai
Mengatur dan mengurus rumah tangga dan menjadikannya rumah tangga islam yang bahagia
dunia dan akhirat[22]
J. Istri adalah ibu rumah tangga (Pasal 79 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam)
Adapun kewajiban khusus suami kepada istri menurut Lili Rasjidi, sebagai berikut:
Jadilah seorang suami yang baik membimbing dan memimpin keluarga lahir batin
Memberi nafkah keluarga menurut kemampuan
Hormat dan sopan santun, apa lagi istri dalam keadaan kesulitan
Membantu istridalam tugas sehari-hari terutama dalam hal memelihara dan mendidik anak-anak
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
1.
2.
3.
4.
5.
Sabar akan kekurangan-kekurangan istri dan berrusaha menambah dan memperbaiki serta
mempertinggikan kecerdasan
Memberi kebebasan untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, tidak
mempersulit dan menyiksa pikiran, apa lagi mendorongnya untuk berbuat salah
Penuh pengertian, disiplin dan berwibawa berdasarkan kasih saying dan cinta kasih
Berusaha dan membantu istri untuk menciptakan suasana yang damai dan kerukunan keluarga,
demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat
Hormat terhadap dan sopan keluarga istri
Dapat mengatasi keadaan dan mencari penyelesaian yang bijaksana jika terjadi perselisihan
Sabar, jujur dan memelihara kepercayaan serta dapat menyenangkan istri dengan cara yang halal
Jadilah suami yang baik dan simpatik pasti engkau akan mendapat istri yang baik dan
menarik[23]
Adapun Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anak diatur dalamPasal 45 sampai
dengan Pasal 49 UU No. 1 Tahun 1974.
Hak dan kewajiban orang tua dan anak, sebagai berikut:
Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban oarng
tua berlaku sampai anat itu kawin atau dapat berdiri sendiri
Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik
Anak wajib memelihara dan membantu orang tuanya, manakala sudah tua
Anak yang belum dewasa, belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di bawah kekuasaan
orang tua( Pasal 47 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974)
Orang tua mewakili anak dibawah umur dan belum dan belum pernah kawin mengenai segala
perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan
Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang
dimiliki anaknya yang belum 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali
kepentingan si anak menghendakinya
Hak dan kewajiban yang ke tiga dalam keluarga,yakni Alimentasi. Antara orang tua
dengan anak terdapat kewajiban,alimentasi yaitu kewajiban timbal balik antara orang tua dengan
anak seperti yang ditentukan dalam pasal 45 dan 46 UU No. 1 Tahun 1974 dan Pasal KUH Per.
Orang tua dibebani kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya yang belum
dewasa sesuai dengan kemampuan masing-masing, demikian sebaliknya anak yang telah dewasa
wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila
mereka memerlukan bantuannya.[24]
KESIMPULAN
Setelah dijelaskan hukum keluarga berasal dari terjemahan kata familierecht (belanda)
atau law of familie (inggris). Istilah keluarga dalam arti sempit adalah orang seisi rumah, anak
istri, sedangkan dalam arti luas keluarga berarti sanak saudara atau anggota kerabat dekat. Dan
adapun hukum kekeluargaan menurut hukum perdata adalah aturan yang mengatur mengenai
keluarga,yang mana di dalam keluarga tersebut banyak mengatur masalah perkawinan,
hubungan dan hak serta kewajiban suami istri dalam sebuah rumah tangga, keturunan,
perwalian, pengampuan.
Dan Adapun sumber hukum dalam hukum keluarga tersebut ada dua macam,
yaitusumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan Ruang lingkup dalam hukum keluarga
itu meliputi: perkawinan, perceraian, harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua,
pengampuan, dan perwalian. Namun di dalam bagian hukum keluarga hanya difokuskan pada
kajian perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam perkawinan.
Minggu, 23 November 2014
PERBANDINGAN HUKUM INGGRIS DAN JERMAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tiap negara mempunyai sistem hukumnya sendiri, karena hukum itu adalah gejala
masyarakat, bagian daripada kebudayaan bangsa dan dipengaruhi oleh iklim, lingkungan dan
cara kehidupan dalam masyarakat hukum yang bersangkutan. Dengan beragamnya sistem hukum
tersebut maka sangat beratlah untuk mengetahui semua sistem-sistem hukum itu. Oleh karena itu
comparatist harus mencari kemudahan dalam memproses perbandingan hukum yakni dengan
mencari lebih dulu titik persamaan dan titik perbedaan. Untuk itu penulis dalam makalah ini
akan membahas tentang perbandingan sejarah/perkembangan sistem hukum Inggris dengan
sistem hukum Romawi Jerman dalam bab selanjutnya.
A.
B.
1.
2.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah dan perkembangan hukum Inggris?
Bagaimana sejarah dan perkembangan hukum Romawi Jerman?
Kegunaan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan hukum Inggris.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembnagan hukum Romawi Jerman.
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Hukum Inggris dan Perkembangannya
1.
Sejarah hukum Inggris
Bangsa Inggris mempunyai kepribadian yang khas yang berbeda dengan kepribadian
bangsa-bangsa di Eropa Daratan, meskipun letaknya sangat berdekatan. Hal itu disebabkan
karena perjalanan sejarahnya yang khusus. Kebudayaan dan sistem pemerintahannya yang feudal
tidak mengalami banyak perubahan antara zaman abad pertengahan dan abad modern artinya
tidak ada perubahan yang mencolok seperti yang terjadi di negara-negara Eropa Kontinental.
Perubahan-perubahan di Inggris dapat dikatakan evolusioner, sedangkan di Eropa Kontinental
perubahannya berjalan secara revolusioner.
Pada waktu sekarang keadaan tersebut masih tampak pada parlemen Inggris yang terdiri
dari House of Lord dan House of Common sesuai dengan susunan masyarakatnya yang
didasarkan pada golongan aristocrat dan rakyat jelata dalam abad pertengahan. Sebaliknya di
Eropa daratan susunan masyarakat dan negara yang feodalistik mencapai puncaknya menjadi
absolutisme pada abad pertengahan yang secara drastis berubah menjadi negara konstitusional
seperti yang terjadi pada revolusi Perancis. Ini berarti adanya perombakan secara revolusioner
dari negara monarki absolute menjadi negara konstitusional.
Dengan kepribadiannya yang khusus terbentuklah hukum yang karakteristik. Inggris
dengan corak yang khas yang berbeda dengan hukum di negara-negara yang termasuk negaranegara Eropa Kontinental atau keluarga hukum Romawi Germania, meskipun hukum Inggris itu
sendiri dari masa ke masa mengalami perubahan, sehubungan dengan adanya perkembangan
pemikiran dari orang-orang Inggris sendiri. Hukum Inggris itu selain di Inggris sendiri juga
berlaku di semua negara yang secara politis mempunyai ikatan dengan Inggris. Terhadap negaranegara tersebut hukum Inggris mempunyai pengaruh yang besar.
Dalam arti sempit dan murni hukum Inggris hanya berlaku di daerah yang dinamakan
England dan Wales. Ia tidak berlaku di Irlandia Utara, Skotlandia, Kepulauan Cina dan
Kepulauan Man. Hukum Inggris tersebut menduduki tempat yang penting dalam keluarga hukum
Common law karena dianggap sebagai pola bagi perkembangan hukum di daerah-daerah lain
dalam lingkungan hukum tersebut. Seperti halnya hukum Romawi-Jerman yang terbagi dalam
dua kelompok hukum publik dan privat, maka hukum Inggris juga terbagi dalam dua kelompok
hukum yakni hukum Common law dan hukum Equity di samping Statute law. Common law
adalah bagian dari hukum Inggris. Sedangkan hukum Equity adalah hukum yang didasarkan
pada natural justice, keadilan yang timbul dari hati nurani. Hukum ini mempunyai hubungan
yang tidak dapat dipisahkan dengan Common law. Equity menciptakan hukum baru yang
disebut doctrine undue influences yang pada hakikatnya merupakan suatu moral imperative
dalam rangka melaksanakan hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan oleh Common law. Putusanputusan hukum Equity memperbaiki dan melengkapi Common law.
Adapun Statuta Law adalah hukum tertulis di Inggris yang dibuat oleh parlemen karena
Common law yang didasarkan pada Yurisprudensi tidak dapat mengimbangi munculnya
masalah-masalah yang baru (secara cepat) sesuai dengan perkembangan masyarakat. Untuk
mengimbangi kelambatan yurisprudensi yang dibatasi oleh jumlah perkara yang diputus oleh
hakim, maka dibuatlah peraturan-peraturan tertulis yang dapat disamakan dengan Undangundang. Jadi Statuta Law berfungsi mengkoreksi dan melengkapi kekurangan-kekurangan
daripada Common law. Adapun bagi orang Inggris sendiri sedikit banyak Statuta law dianggap
sebagai hukum yang bercorak asing/tidak mempunyai corak Inggris dan pada asasnya hukum
Inggris itu adalah Common law.
2.
Keadaan sebelum abad 13
Mula-mula hukum yang berlaku di Inggris adalah hukum kebiasaan. Pada waktu Inggris
dijajah oleh bangsa Normandi dengan rajanya yang terkenal yaitu William the Congcueror
(tahun 1066) hukum kebiasaan masih berlaku. Kira-kira dua abad kemudian (abad 12) diciptakan
unifikasi hukum yakni dibidang administrasi dan bidang hukum kekayaan. Dengan akibat adanya
pemerintahan yang bersifat memusat (sentral) dan tanah di seluruh Inggris menjadi milik raja.
Dengan cara pemerintahan yang bersifat memusat (sentral) dan tanah di seluruh Inggris menjadi
milik raja. Dengan cara pemerintahan yang feodalistis maka sistem pemerintahan di Inggris
adalah pembagian dalam wilayah-wilayah yang dikuasakan kepada apa yang
dinamakan Lord. Rakyat jelata yang ingin mengerjakan tanah, harus menyewa kepada Lord dan
yang terakhir ini member upeti kepada raja. Lambat laun kekuasaan Lord sebagai tuan tanah
menjadi sedemikian besarnya sehingga ia dapat mendirikan pengadilannya sendiri. Pengadilan
ini namanya minorial court yang menjalankan tugasnya berdasarkan hukum kebiasaan setempat
dan hukum yang ditetapkannya sendiri.[1]
Kemudian terjadi penyalahgunaan kekuasaan serta penyelewengan-penyelewengan yang
merugikan rakyat. Keadaan tersebut yang semula tidak diketahui oleh raja, akhirnya tercium
juga. Untuk mengatasi keadaan tersebut raja Henry II (1154-1189) mengambil beberapa
kebijaksanaan yaitu:
a. Disusunlah suatu kitab yang memuat hukum Inggris pada waktu itu. agar mendapatkan
kepastian hukum kitab tersebut ditulis dalam bahasa latin oleh Glanvild chief justitior dari Henry
II dengan judul Legibus Angliae.
b. Diberlakukannya sistem writ yakni surat perintah dari raja kepada tergugat agar membuktikan
bahwa hak-hak dari penggugat itu tidak benar. Dengan demikian tergugat mendapat kesempatan
untuk membela diri.
c. Diadakan sentralisasi pengadilan (Royal Court) yang tidak mendasarkan pada hukum kebiasaan
setempat melainkan pada Common Law yang merupakan suatu unifikasi hukum kebiasaan yang
sudah diputus oleh Hakim (Yurisprudensi). Hal ini merupakan suatu kemajuan yang semula
hanya ada minorial court yang didirikan oleh para Lord.[2]
3.
Timbulnya sistem Equity
Equity berasal dari bahasa Prancis equite, artinya justice atau fairness yaitu keadilan.
[3] Sedangkan sistem hukum equity adalah sistem hukum yang didasarkan pada hukum
alam/keadilan yang timbulnya mempunyai sejarahnya sendiri.[4] Pada waktu pemerintahan raja
Henry II pengadilan yang ada ialah Royal Court dan sistem writ yang memberlakukan Common
Law yang bersumber pada yurisprudensi. Dengan sistem writ, maka perkara yang dapat diadili
sangat terbatas dan banyak orang yang lari mencari keadilan pada pimpinan gereja atau Lord
Chancellor. Pengadilan gereja tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku pada saat itu,
hanya ada perbedaan antara kedua pengadilan yang ada di Inggris tersebut yakni bahwa
pengadilan court of chancery didasarkan kepada hukum gereja/kanonik dan hakimnya adalah
seorang rohaniawan.[5]
Lama kelamaan semakin banyak orang yang mencari keadilan kepada Lord of Chancellor
dan akhirnya berkembang, sehingga terbentuklah pengadilan tersendiri menjadi apa yang
dinamakan Court of Chancery di samping Royal court yang sudah ada. Court of Chancery
tersebut merupakan suatu pengadilan yang sangat penting dalam mengadili
masalah trust. Trust adalah hak waris yang diberikan kepada orang laki-laki oleh Common law.
Orang wanita tidak berhak sebagai ahli waris meskipun ia sudah dewasa dan demikian pula
anak-anak. Akibatnya ialah bahwa seorang suami yang ingin menjamin kehidupan anak dan
isterinya, apabila ia sudah meninggal dunia terpaksa mewariskan/menitipkan harta kekayaannya
kepada orang laki-laki lain untuk dijadikan cagak hidup anak dan isterinya yang ditinggalkan.
Ternyata banyak orang laki-laki yang dititipi harta kekayaan untuk cagak hidup anakanak dan janda tersebut menyalahgunakan kepercayaan tersebut, sehingga yang terakhir ini
1)
2)
3)
1)
menjadi hidup terlantar. Untuk mengadu kepada Royal court tentang hal ini tidak mungkin,
karena Common law justru melindungi hak kaum laki-laki tersebut (right in Common law).
Sebaliknya para janda beserta anak-anaknya meminta keadilan kepada court of chancery yang
menciptakan right in Equity bagi mereka berdasarkan natural justice (keadilan) dan hukum
kanonik. Kemudian dengan adanya reorganisasi pengadilan di Inggris (judicature act pada tahun
1873-1875) pengadilan Royal Court dan Court of Chancery diletakkan di bawah satu atap. Tugas
dalam penyelesaian perkara sudah tidak berbeda lagi. Artinya perkara-perkara Equity (cases at
Equity) sama-sama dapat diajukan ke salah satu pengadilan tersebut. Namun demikian di dalam
praktik orang-orang tidak mau mematuhinya. Mereka tetap mengajukan tuntutannya kepada
masing-masing pengadilan sesuai denga jenis perkaranya.[6]
4.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum di Inggris
Seperti telah diketahui asas daripada hukum Common law adalah stare decisisartinya
bahwa hakim dalam memutuskan perkara harus mendasarkan pada putusan hakim sebelumnya
(yurisprudensi). Dengan demikian pertumbuhan hukum di Inggris menjadi lambat karena
disamping tergantung kepada jumlah serta macam perkara yang diputus oleh pengadilan, hakim
tidak dapat mengembangkan pendapatnya. Di dalam kenyataannya pertumbuhan hukum Inggris
tidak selambat seperti yang diperkirakan orang, karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu:[7]
a.
Faktor suasana
Kalau dilihat dari asas stare decisis saja memang pertumbuhan hukum di Inggris akan
terlambat. Hal ini dapat terjadi apabila masalahnya sama dan segala-galanya sama pula
(yurisprudensi). Tetapi dalam kenyataannya tidak ada suatu perkara yang keadaan seluruhnya
sama. Jadi yang dapat diikuti oleh hakim berikutnya terbatas pada pokok perkaranya saja,
sedangkan yang berhubungan dengan suasananya hakim yang belakangan mempunyai penilaian
tersendiri. Dengan perkataan lain meskipun asas stare decisis diikuti, tetapi hakim terdahulu.
Namun demikian menurut Soenarjati, putusan hakim tidak dapat dikatakan subjektif karena:
Seorang hakim telah mempelajari ilmu hukum yang mengandung nilai-nilai objektif.
Seorang hakim dalam memutuskan sesuatu juga memperhatikan pendapat-pendapat dari sarjana
lainnya.
Jika seorang hakim memutuskan perkara secara subjektif maka kemungkinan besar dalam
pengadilan banding putusannya akan ditolak.
b.
Faktor reasonableness
Yang dimaksud dengan faktor reasonableness atau redelijlkheid adalah alasan yang
pantas. Reasonable ini dinilai dalam kerangka system hukum yang bersangkutan, dalam rangka
kemungkinan dan atau keadaan, sehingga putusan hakim lain putusan hakim berikutnya dapat
berbeda dengan yurisprudensi.
c.
Faktor statute low
Meskipun yurisprudensi juga memberikan kemungkinan terbentuknya hukum yang baru,
namun mengingat banyaknya masalah yang dihadapi, pertumbuhan daripada hukum masih
dianggap lambat. Maka dibuatlah apa yang dinamakan statute law ialah hukum yang dibentuk
oleh parlemen (written law). Kewenangan parlemen dalam rangka pembentukan hukum
memberikan berbagai keuntungan ialah:[8]
Parlemen dapat membentuk hukum secara (lebih) cepat.
2) Parlemen dapat menyimpang dari hukum yang pernah diputus oleh hakim.
3) Parlemen dapat mengubah putusan pengadilan dengan suatu undnag-undang (undang-undang
dapat mengubah yurisprudensi).
1.
2.
1.
2.
3.
4.
KONSEPSI KELUARGA HUKUM INGGRIS
A. Asas Preseden
Merupakan pelengkap dari Equity dan merupakan koreksi dari hukum Common law, jikaCommon law dirasakan tidak
adil, misalnya dalam Common law terjadi wanprestasi maka yang dapat dituntut hanya ganti rugi oleh pihak yang
berpiutang , tapi sebenarnya kerugian pihak yang berpiutang melebihi daripada ganri rugi, oleh karena ia sangat
berkepentingan.
Dalam Common law pembayaran kembali melebihi apa yang dijanjikan adalah tidak mungkin, karena norma
hukumnya tidak ada, maka pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan Equity. Equity mengkoreksi atau
melengkapi Common law maka dari itu asas precedent harus diberlakukan dalam equity ini.
B.
STATUTA
Hukum Statuta adalah hukum tertulis dalam bentuk tertulis dalam hukum Inggris mempunyai kekhususan
Kekhususan statuta ini bahwa statuta itu baru terintegrasi dalam sistem hukum Inggris jikalau belun dituangkan dalam
putusan Peradilan (Jurisprudensi). Merupakan sumber hukum yang kedua dalam hukum Inggris
Statuta adalah suatu peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris, jadi dapat disamakan dengan peraturan yang
berbentuk UU.
Fungsi Statuta ini pada umumnya mengadakan koreksi atau tambahan terhadap Common law yang kadang-kadang
belun lengkap.
A. PENDAHULUAN
1. Seperti halnya dengan struktur dalam konsepsi hukum juga terdapat perbedaan. Konsepsi
hukum Romawi Jerman dan Inggris ini berkisar pada cara menyusun norma-norma hukum
dikedua keluarga hukum tersebut karena maksud daripada konsepsi hukum tersebut adalah
mengatur tingkah laku para anggota masyarakat dalam pergaulannya satu sama lain agar
dapat dijamin ketertiban dalam masyarakat.
2.
Yang
menyusun
norma-norma
tersebut
adalah
pembentuk
undang-
undang,penyusunannya secara umum ,karena haru dapat menampung situasi masyarakat
sebanyak mungkin.
B. ASAS PRESEDEN
1. Ases Preseden merupakan pelengkap dari Equity dan merupakan koreksi dari hukum
Common Law. jika Common law dirasakan tidak adil ,misalnya dalam Common Law terjadi
wan
prestasi
,maka
yang
dapat
dituntut
hanya
ganti
rugi
oleh
pihak
yang
berpiutangmelebihi daripada gantirugi ,oleh karena ia sangant berkepentingan
2. Dalam Common Law pembayaran kembali melebihi apa yang dijanjikan adalah tidak
mungkin,karena norma hukumnya tidak ada ,maka pihak-pihak yang berkepentingan
menggunakan Equity . Dengan demikian Equity mengoreksi /melengkapi Common Law
maka dari itu asas precedent harus diberlakukan dalam Equity ini.
3. Yurisprudensi di inggris merupakan sumber hukum yang paling penting sebagai bahan
pembentukan hukum. Yurisprudensi di inggris (case law) terikat pada asas Share Decisis
ialah suatu asas bahwa keputusan hakim yang terdahulu harus di ikuti oleh hakim yang
membuat keputusan kemudian. Kalau di tinjau dari asas tersebut hukum di inggris
tentunnya tidak mempunyai kemajuan. Di dalam kennyataannya tidak demikian dan hukum
yang baru tetap terbentuk, karena hakim yang memutuskan kemudian mempunnyai ukuran
ukuran tertentu.
4. Custom adalah kebiasaan yang sudah berlaku berabad-abad di inggris dan sudah
merupakan sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai inilah hakim menggali serta membentuk normanorma hukumnnya. Setelah custom itu di tuangkan dalam peraturan peradilan maka custom
itu menjadi common law. Jadi terbentuknnya hukum di inggris itu adalah karena telah di
tuangkannnya custom oleh hakim dalam suatu putusan pengadilan.
C. STATUTA
1. .Hukum Statuta adalah hukumtertulis dalam hukum Inggris akan tetapi ia mempunyai
kekususan. 2. Kekhususan Statuta ini ialah bahwa statuta itu baru terintegrasi dalam system
hukum Inggris.jikalau belum ditangkam dalam suatu putusan peradilan .
3. Statuta adalah suatu peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris.
4. Fungsi Statuta ini pada umumnya mengadakan tambahan terhadap Common Law yang
kadan-kadang belum lengkap.
5. HukumStatuta ini menjadi penting karena adanya kemajuan zaman dan semakin eratnya
hubungan negate Inggris dengan Negara-negara lainnya.
6. pada umumnya yang dianggap sebagai hukum dalam art yang sebenarnya adalah
Common law yang telah berkembang beerabad-abad dan menguasai sebagai besar
daripada kehidupan hukum Inggris.jadi ,hukum menurut pandangan orng Inggris pada
asasnya adalah hanya Common Law.
7. Lamban Laun huku yang tumbuh karena interpresentasi dari statute ini menjadi huku
yang lebih penting daripada statute itu sendiri.
Hukum Inggris adalah sistem hukum di Inggris dan Wales,[1] sekaligus merupakan dasar
sistem hukum umum[2] yang dipakai oleh kebanyakan negara Persemakmuran (Commonwealth)
[3]
dan Amerika Serikat (sebagai lawan dari hukum perdata atau hukum plural di negara lain,
seperti hukum Skotlandia). Sistem hukum ini mulai dipakai saat Kerajaan Britania Raya dibangun
dan dikelola, lalu membentuk sebuah dasar jurisprudensi di negara-negara Persemakmuran. Hukum
Inggris yang dipakai di Amerika Serikat sejak zaman Revolusi juga termasuk bagian dari sistem
Hukum Amerika Serikat, kecuali di Louisiana, dan merupakan dasar bagi kebijakan dan tradisi
sistem hukum Amerika, walaupun jurisprudensi di sistem hukum Amerika Serikat tidak berganti.
Hukum Inggris diberlakukan secara ketat di Inggris dan Wales. Walaupun Wales telah memiliki
sebuah Dewan Penyerahan, setiap legislasi yang diajukan oleh Dewan ini sudah diatur ketentuan
pengajuannya dalam Undang-Undang Pemerintahan Wales tahun 2006, legislasi olehParlemen
Britania Raya, dan oleh perintah sebuah dewan yang diberikan kewenangan oleh Undang-Undang
Pemerintah Wales tahun 2006.Lebih jauh lagi bahwa legislasi, juga dengan peraturan yang dibuat
oleh badan pemerintah di Inggris dan Wales, ditafsirkan oleh Dewan Hakim Bersama Inggris dan
Wales.[4]
Esensi hukum umum Inggris adalah bahwa hukum ini dibuat oleh hakim yang duduk di pengadilan
dengan menerapkan logika dan pengetahuan mereka tentang sistem hukum terdahulu (stare
decisis). Keputusan pengadilan tertinggi di Inggris dan Wales bersifat mengikat bagi pengadilanpengadilan di bawahnya. Sebagai contoh, tidak ada yang undang-undang parlementer yang
menyatakan bahwa pembunuhan itu ilegal karena pembunuhan merupakan kejahatan dalam hukum
umum - jadi walaupun dalam UU Parlemen Inggris tidak tertulis bahwa pembunuhan itu ilegal,
pembunuhan tetap ilegal dengan mengacu kepada kebijakan konstitusional pengadilan dan kasuskasus terdahulu berkaitan dengan pembunuhan. Hukum umum dapat diubah dan dicabut oleh
Parlemen, contohnya perubahan hukuman bagi pembunuh. Zaman dahulu pembunuh dihukum mati,
tapi sekarang pembunuh mendapatkan kurungan seumur hidup.
Inggris dan Wales adalah konstituen dari Britania Raya, yang merupakan anggota dari Uni Eropa
(UE) dan hukum UE juga berlaku di Britania Raya. [5] Uni Eropa terdiri dari negara-negara yang
memakai hukum sipil sehingga hukum sipil juga berlaku di Inggris dalam bentuk hukum UE. Dewan
Kehakiman Uni Eropa, sebuah pengadilan hukum perdata, memandu pengadilan di Inggris dan
Wales untuk mengikuti hukum UE.
Hukum tertua dalam sistem hukum Inggris adalah Undang-Undang Marlborough yang dibuat pada
tahun 1267.[6] 3 bagian dari Magna Carta yang merupakan sebuah perkembangan penting dalam
sistem hukum Inggris sebenarnya sudah disahkan pada tahun 1215, hanya saja disahkan kembali
pada tahun 1295 karena para pembuat memutuskan untuk mengubah ulang isi Magna Carta.
C. Hukum Perkawinan Inggris
Perkawinan dapat dilakukan melalui gereja yang telah mendapatkan lisensi untuk
melangsungkan perkawianan. Perkawinan yang dilangsungkan melalui gereja maka sertifikat
perkawinannya dikeluarkan oleh gereja.
Sedangkan pernikahan yang dilakukan dikantor catatan sipil atau tempat lain yang
mendapat izin dari pemerintah setempat maka sertifikat perkawinannya dikeluarkan kantor
pencatatan tersebut. Terhadap perkawinan yang melalui kantor pencataan haruslah terlebih
dahulu dipasang pengumuman selama lima belas hari dikantor register tersebut.
Batas usia minimal untuk dapat melakukan perkawinan adalah 18 tahun. Namun terhadap
para pihak yang mengjukan perkawinan kurang dari usia tersebut tetap dapat melakukan
perkawinan dengan adanya izin dari orang tua dan juga telah berusia 16 tahun.
Perkawianan poligami tidak dapat dilakukan di negara Inggris, dan bahkan dapat
dianggap sebagai suatu kejahatan terhadap orang melakukan pernikahan poligami.
Terhadap perkawinan warga Negara Inggris yang dilakukan diluar negeri yang tidak
termasuk kedalam negara persemakmuran tidak diharuskan untuk dicatatkan pada instansi
pemerintah. Dan terhadap perkawinan yang dilakukan diluar negeri tersebut selama hukum
Negara tersebut membenarkan perkawinan yang dilangsungkan maka perkawinan tersebut juga
diakui di negara Inggris.
Hukum Keluarga
A. Pendahulua
Terbentuknya suatu keluarga itu karena adanya perkawinan. Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia. Sehingga Keluarga dalam arti sempit
artinya yaitu sepasang suami istri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu, tetapi tidak
mempunyai anak juga bisa dikatakan bahwa suami istri merupakan suatu keluarga.
Sedangkan definisi hukum kekeluargaan secara garis besar adalah hukum yang bersumber
pada pertalian kekeluargaan. Pertalian kekeluargaan ini dapat terjadi karena pertalian darah,
ataupun terjadi karena adanya sebuah perkawinan. Hubungan keluarga ini sangat penting karena
ada sangkut paut nya dengan hubungan anak dan orang tua, hukum waris, perwalian dan
pengampuan.
B. Pengertian hukum keluarga
Istilah hukum keluarga berasal dari terjemahan kata familierecht (belanda) atau law of
familie (inggris).[1] Istilah keluarga dalam arti sempit adalah orang seisi rumah, anak istri,
sedangkan dalam arti luas keluarga berarti sanak saudara atau anggota kerabat dekat.[2] Ali
affandi mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan sebagai “Keseluruhan ketentuan yang
mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan
karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampuan[3], keadaan tak
hadir).[4]
Adapun pendapat-pendapat lain mengenai hukum keluarga, yaitu:
a.
Van Apeldoorn
Hukum keluarga adalah peraturan hubungan hukum yang timbul dari hubungan keluarga
b.
C.S.T Kansil
Hukum keluarga memuat rangkaian peraturan hukum yang timbul dari pergaulan hidup
kekeluargaan
c.
R. Subekti
Hukum keluarga adalah hukum yang mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul
dari hubungan kekeluargaan
d.
Rachmadi Usman
Hukum kekeluargaan adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur mengenai hubungan
antar pribadi alamiah yang berlainan jenis dalam suatu ikatan kekeluargaan
e.
Djaja S. Meliala
Hukum keluarga adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum antara keluarga
sedarah dan keluarga kerena terjadinya perkawinan
f.
Sudarsono
Hukum kekeluargaan adalah keseluruhan ketentuan yang menyangkut hubungan hukum
mengenai kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena perkawinan[5]
Ada dua pokok kajian dalam definisi hukum keluarga yang dikemukakan oleh Ali
Affiandi, yaitu mengatur hubungan hukum yang berkaitan:
1. Keluarga sedarah dan
2. Perkawinan
Pertalian keluarga karena turunan disebut keluarga sedarah,artinya sanak saudara yang
senenek moyang. Keluarga sedarah ini ada yang ditarik menurut garis bapak yang
disebut matrinial dan ada yang ditarik menurut garis ibu dan bapak yang
disebutparental atau bilateral.
Pertalian keluarga karena perkawinan disebut keluarga semenda, artinya sanak saudara
yang terjadi karena adanya ikatan perkawinan, yang terdiri dari sanak saudara suami dan sanak
saudara istri. Sedangkan pertalian keluarga karena adat disebut keluarga adat, artinya yang
terjadi karena adanya ikatan adat, misalnya saudara angkat.[6]
C. Sumber Hukum Keluarga
Pada dasarnya sumber hukum keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum keluarga tertulis adalah sumber hukum
yang berasal dari berbagai peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan traktat. Sedangkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
a.
b.
c.
d.
e.
1.
2.
f.
g.
h.
sumber hukum tak tertulis adalah sumber hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
Sumber hukum keluarga tertulis, dikemukakan berikut ini
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Peraturan Perkawinan Campuran (Regelijk op de Gemengdehuwelijk),Stb.1898 Nomor 158
Ordonasi perkawinan Indonesia, Kristen, Jawa, Minahasa, dan Ambon, Stb.1933 Nomor 74
UU Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk (beragama Islam)
UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
PP Nomor 10 Tahun 1983 jo.PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian
Bagi Pegawai Negeri Sipil
Selain itu yang 7 ini yang menjadi sumber hukum keluarga tertulis adalah Inpres Nomor
1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Kompilasi Hukum Islam ini hanya
berlaku bagi orang-orang yang beragama Islam saja.[7]
Asas-Asas Hukum keluarga
Berdasarkan hasil analisis terhadap KUH Perdata dan UU Nomor 1 tahun 1974
dirumuskan beberapa asas yang cukup prinsip dalam Hukum Keluarga, yaitu:
Asas monogamy,[8] asas ini mengandung makna bahwa seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri, dan seorang istri hanya boleh mempunyai seorang suami.
Asas konsensual,[9] yakni asas yang mengandung makna bahwa perkawinan dapat dikatakan
sah apabila terdapat persetujuan atau consensus antara calon suami-istri yang akan
melangsungkan perkawinan.
Asas persatuan bulat, yakni suatu asas dimana antara suami-istri terjadi persatuan harta benda
yang dimilikinya.(Pasal 119 KUHPerdata)
Asas proporsional,yaitu suatu asas dimana hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak
dan kewajiban suami dalam kehidupan rumah tangga dan di dalam pergaulan masyarakat.( Pasal
31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan)
Asas tak dapat dibagi-bagi,yaitu suatu asas yang menegaskan bahwa dalam tiap perwalian hanya
terdapat seorang wali. Pengecualian dari asas ini adalah
Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup lebih lama maka kalau ia
kawin lagi, suaminya menjadi wali serta/wali peserta[10]
Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus barang-barang dari anak di bawah
umur di luar Indonesia[11]
Asas prinsip calon suami istri harus telah matang jiwa raganya.( Pasal 7 UU No.1 Tahun 1974)
Asas monogamy terbuka/poligami terbatas, asas yang mengandung makna bahwa seorang suami
dapat beristri lebih dari seorang dengan izin dari pengadilan setelah mendapat izin dari istrinya
dengan dipenuhhinya syarat-syarat yang ketat[12]
Asas perkawinan agama, asas yang mengandung makna suatu perkawinan hanya sah apabila
dilaksanakan sesuai dengan hukum agama dan kepercayaannya masing-masing.(Pasal 31
UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan)
i. Asas perkawinan sipil, asas yang mengandung makna bahwa perkawinan adalah sah apabila
dilaksanakan dan dicatat oleh pegawai pencatat sipil (kantor catatan sipil), perkawinan secara
agama belum berakibat sahnya suatu perkawinan.[13]
E. Ruang Lingkup Hukum Keluarga
Setelah kita mengetahui apa pengertian hukum keluarga maka dapat kita ketahui bahwa
apa-apa saja ruang lingkup dalam hukum keluarga. Ruang linkup dalam hukum keluarga itu
meliputi: perkawinan, perceraian, harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua,
pengampuan, dan perwalian. Namun di dalam bagian hukum keluarga hanya difokuskan pada
kajian perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam perkawinan.
F. Hak dan Kewajiban dalam Hukum Keluarga
Sebagai suatu hubungan hukum, perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban suami
istri. Yang dimaksud “hak” ialah sesuatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suami
atau istri yang timbul karena perkawinannya. Sedangkan “kewajiban” ialah sesuatu yang harus
dilakukan atau diadakan oleh suami atau istri untuk memenuhi hak dan dari pihak yang lain.[14]
Hak dan kewajiban dalam hukum keluarga dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Hak dan kewajiban antara suami istri
b. Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anaknya
c. Hak dan kewajiban antara anak dengan orang tuanya manakala oarng tuanya telah mengalami
proses penuaan[15]
Hak dan kewajiban antara suami istri adalah hak dan kewajiban yang timbul karena
adanya perkawinan antara mereka. Hak dan kewajiban suami istri diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974.
1. Hak dan kewajiban antara suami istri adalah sebagai berikut:
a) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat[16]
b) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan
rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat[17]
c) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum( Pasal 31 ayat 2)
d) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.( Pasal 31 ayat 3)
e) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap,yang ditentukan bersama.( Pasal 31
ayat 4 dan Pasal 32 ayat 1)
f) Suami istri wajib saling mencintai , hormat-menghormati, setia dan member bantuan lahir batin
yang satu dengan yang lain.( Pasal 33)
g) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya.(Pasal 34 ayat 1)
h) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.( Pasal 31 ayat 2)
i)
Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan
kepada Pengadilan ( Pasal 31 ayat 3) [18]
Hak dan kewajiban suami istri yang diatur dalam dalam UU perkawinan pada
dasarnya mengandung persamaan dengan hak dan kewajiban yang diatur dalam Hukum Islam.
Adapun kewajiban khusus suami kepada istri yang di Instruksi oleh Presiden RI
No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam:
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
e.
f.
g.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
a.
b.
c.
d.
Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal
urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga dengan kemampuannya
Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa
Sesuai dengan penghasilan suami menanggung:
Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi si istri
Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak
Biaya pendidikan bagi si anak
Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai
berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya
Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada
ayat (4) huruf a dan b di atas
Kewajiban suami sebagaimana dimaksud pada ayat (5) gugur apabila istri nusyuz[19]
Selain itu , suami juga mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat kediaman untuk
istri dan anak-anaknya. Di dalam Kompilasi Hukum Islam ditegaskan bahwa:
Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri yang
masih iddah
Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan,
atau dalam iddah talak atau iddah wafat
Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari gangguan pihak lain,
sehingga mereka merasa aman dan tentram. Tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat
menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga
Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta disesuaikan
dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga
maupun sarana penunjang lainnya
Adapun suami yang beristri lebih dari 1 orang, juga di atur dalam Kompilasi Hukum
Islam
Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberikan tempat tinggal dan
biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah
keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan
Dalam hal para istri ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu tempat kediaman
Di dalam Kompilasi Hukum Islam juga dijelaskan beberapa kewajiban bagi istri yang
dianggap nusyuz[20]
Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah
Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4)
huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya
Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz
Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
Adapun dalam bukunya Lili Rasjidi juga membagi hak dan kewajiban suami istri dalam
dua kategori,ada kewajiban umum antara suami istri dan ada pula kewajiban khusus baik suami
maupun istri. Menurutnya, kewajiban umum di antara keduanya adalah:
Kedua pihak hendaknya saling hormat-menghormati, sopan santun dan penuh pengertian
Memelihara kepercayaan dan tidak membuka rahasia masing-masing walaupun pada saat ada
kericuhan
Masing-masing harus sabar atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada tiap-tiap manusia,
sehingga tidak cepat-cepat marah, akan tetapi menunggu dengan tenang untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan hingga dapat diakhiri dengan kebijaksanaan dan pertimbangan
Jangan cemburu tanpa alasan, juga tidak mendengar hasutan orang, segala sesuatu periksa
terlebih dahulu
Menjauhi bibit-bibit percekcokan sehingga tidak terjadi perselisihan- perselisihan yang tidak
diinginkan, dan jika terjadi juga perselisihan, hadapilah dengan keadaan tenang
Rela berkorban untuk kepentingan suami istri dan saling menghormati keluarga masing-masing
Akhirnya kedua belah pihak harus berusaha menjadikan rumah tangganya sebagai muara yang
aman dan pelabuhan yang damai, tempat peristirahatan yang teduh untuk seluruh anggota
keluarga, baik pada waktu suka maupun dalam keadaan duka, bersendikan tawakal dan iman
kepada Allah swt dan syukur atas nikmatnya[21]
Sedangkan yang termasuk dalam kategori Kewajiban khusus bagi istri kepada suaminya
adalah
Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga
Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas tidak menyimpang dri ajaran agama
Meyenangkan dan berbakti kepada suami dengan tulus ikhlas, sedapat-dapatnya selalu bermuka
jernih dan manis
Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta mencukupkan nafkah
yang diberikan suami dengan kekuatan dan kemampunnya, hormat, cermat, dan bijaksana
Tidak mempersulit dan memberatkan suami akan tetapi bersifat ridha dan syukur. Istri utama
ialah yang dapat mengetahui kemauan suami sebelum dikatakan suami, jika terlihat tanda-tanda
suami dalam kesusahan
Memelihara diri serta menjaga kehormatan dan harta benda suami, baik dihadapan atau
dibelakangnya
Memupuk rasa kasih saying dan tidak bertingkah laku yang dapat mendorong suami dapat
berbuat salah
Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah dan nikmatnya yang tak ternilai
Mengatur dan mengurus rumah tangga dan menjadikannya rumah tangga islam yang bahagia
dunia dan akhirat[22]
J. Istri adalah ibu rumah tangga (Pasal 79 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam)
Adapun kewajiban khusus suami kepada istri menurut Lili Rasjidi, sebagai berikut:
Jadilah seorang suami yang baik membimbing dan memimpin keluarga lahir batin
Memberi nafkah keluarga menurut kemampuan
Hormat dan sopan santun, apa lagi istri dalam keadaan kesulitan
Membantu istridalam tugas sehari-hari terutama dalam hal memelihara dan mendidik anak-anak
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
1.
2.
3.
4.
5.
Sabar akan kekurangan-kekurangan istri dan berrusaha menambah dan memperbaiki serta
mempertinggikan kecerdasan
Memberi kebebasan untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, tidak
mempersulit dan menyiksa pikiran, apa lagi mendorongnya untuk berbuat salah
Penuh pengertian, disiplin dan berwibawa berdasarkan kasih saying dan cinta kasih
Berusaha dan membantu istri untuk menciptakan suasana yang damai dan kerukunan keluarga,
demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat
Hormat terhadap dan sopan keluarga istri
Dapat mengatasi keadaan dan mencari penyelesaian yang bijaksana jika terjadi perselisihan
Sabar, jujur dan memelihara kepercayaan serta dapat menyenangkan istri dengan cara yang halal
Jadilah suami yang baik dan simpatik pasti engkau akan mendapat istri yang baik dan
menarik[23]
Adapun Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anak diatur dalamPasal 45 sampai
dengan Pasal 49 UU No. 1 Tahun 1974.
Hak dan kewajiban orang tua dan anak, sebagai berikut:
Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban oarng
tua berlaku sampai anat itu kawin atau dapat berdiri sendiri
Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik
Anak wajib memelihara dan membantu orang tuanya, manakala sudah tua
Anak yang belum dewasa, belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di bawah kekuasaan
orang tua( Pasal 47 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974)
Orang tua mewakili anak dibawah umur dan belum dan belum pernah kawin mengenai segala
perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan
Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang
dimiliki anaknya yang belum 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali
kepentingan si anak menghendakinya
Hak dan kewajiban yang ke tiga dalam keluarga,yakni Alimentasi. Antara orang tua
dengan anak terdapat kewajiban,alimentasi yaitu kewajiban timbal balik antara orang tua dengan
anak seperti yang ditentukan dalam pasal 45 dan 46 UU No. 1 Tahun 1974 dan Pasal KUH Per.
Orang tua dibebani kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya yang belum
dewasa sesuai dengan kemampuan masing-masing, demikian sebaliknya anak yang telah dewasa
wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila
mereka memerlukan bantuannya.[24]
KESIMPULAN
Setelah dijelaskan hukum keluarga berasal dari terjemahan kata familierecht (belanda)
atau law of familie (inggris). Istilah keluarga dalam arti sempit adalah orang seisi rumah, anak
istri, sedangkan dalam arti luas keluarga berarti sanak saudara atau anggota kerabat dekat. Dan
adapun hukum kekeluargaan menurut hukum perdata adalah aturan yang mengatur mengenai
keluarga,yang mana di dalam keluarga tersebut banyak mengatur masalah perkawinan,
hubungan dan hak serta kewajiban suami istri dalam sebuah rumah tangga, keturunan,
perwalian, pengampuan.
Dan Adapun sumber hukum dalam hukum keluarga tersebut ada dua macam,
yaitusumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan Ruang lingkup dalam hukum keluarga
itu meliputi: perkawinan, perceraian, harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua,
pengampuan, dan perwalian. Namun di dalam bagian hukum keluarga hanya difokuskan pada
kajian perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam perkawinan.
Minggu, 23 November 2014
PERBANDINGAN HUKUM INGGRIS DAN JERMAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tiap negara mempunyai sistem hukumnya sendiri, karena hukum itu adalah gejala
masyarakat, bagian daripada kebudayaan bangsa dan dipengaruhi oleh iklim, lingkungan dan
cara kehidupan dalam masyarakat hukum yang bersangkutan. Dengan beragamnya sistem hukum
tersebut maka sangat beratlah untuk mengetahui semua sistem-sistem hukum itu. Oleh karena itu
comparatist harus mencari kemudahan dalam memproses perbandingan hukum yakni dengan
mencari lebih dulu titik persamaan dan titik perbedaan. Untuk itu penulis dalam makalah ini
akan membahas tentang perbandingan sejarah/perkembangan sistem hukum Inggris dengan
sistem hukum Romawi Jerman dalam bab selanjutnya.
A.
B.
1.
2.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah dan perkembangan hukum Inggris?
Bagaimana sejarah dan perkembangan hukum Romawi Jerman?
Kegunaan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan hukum Inggris.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembnagan hukum Romawi Jerman.
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Hukum Inggris dan Perkembangannya
1.
Sejarah hukum Inggris
Bangsa Inggris mempunyai kepribadian yang khas yang berbeda dengan kepribadian
bangsa-bangsa di Eropa Daratan, meskipun letaknya sangat berdekatan. Hal itu disebabkan
karena perjalanan sejarahnya yang khusus. Kebudayaan dan sistem pemerintahannya yang feudal
tidak mengalami banyak perubahan antara zaman abad pertengahan dan abad modern artinya
tidak ada perubahan yang mencolok seperti yang terjadi di negara-negara Eropa Kontinental.
Perubahan-perubahan di Inggris dapat dikatakan evolusioner, sedangkan di Eropa Kontinental
perubahannya berjalan secara revolusioner.
Pada waktu sekarang keadaan tersebut masih tampak pada parlemen Inggris yang terdiri
dari House of Lord dan House of Common sesuai dengan susunan masyarakatnya yang
didasarkan pada golongan aristocrat dan rakyat jelata dalam abad pertengahan. Sebaliknya di
Eropa daratan susunan masyarakat dan negara yang feodalistik mencapai puncaknya menjadi
absolutisme pada abad pertengahan yang secara drastis berubah menjadi negara konstitusional
seperti yang terjadi pada revolusi Perancis. Ini berarti adanya perombakan secara revolusioner
dari negara monarki absolute menjadi negara konstitusional.
Dengan kepribadiannya yang khusus terbentuklah hukum yang karakteristik. Inggris
dengan corak yang khas yang berbeda dengan hukum di negara-negara yang termasuk negaranegara Eropa Kontinental atau keluarga hukum Romawi Germania, meskipun hukum Inggris itu
sendiri dari masa ke masa mengalami perubahan, sehubungan dengan adanya perkembangan
pemikiran dari orang-orang Inggris sendiri. Hukum Inggris itu selain di Inggris sendiri juga
berlaku di semua negara yang secara politis mempunyai ikatan dengan Inggris. Terhadap negaranegara tersebut hukum Inggris mempunyai pengaruh yang besar.
Dalam arti sempit dan murni hukum Inggris hanya berlaku di daerah yang dinamakan
England dan Wales. Ia tidak berlaku di Irlandia Utara, Skotlandia, Kepulauan Cina dan
Kepulauan Man. Hukum Inggris tersebut menduduki tempat yang penting dalam keluarga hukum
Common law karena dianggap sebagai pola bagi perkembangan hukum di daerah-daerah lain
dalam lingkungan hukum tersebut. Seperti halnya hukum Romawi-Jerman yang terbagi dalam
dua kelompok hukum publik dan privat, maka hukum Inggris juga terbagi dalam dua kelompok
hukum yakni hukum Common law dan hukum Equity di samping Statute law. Common law
adalah bagian dari hukum Inggris. Sedangkan hukum Equity adalah hukum yang didasarkan
pada natural justice, keadilan yang timbul dari hati nurani. Hukum ini mempunyai hubungan
yang tidak dapat dipisahkan dengan Common law. Equity menciptakan hukum baru yang
disebut doctrine undue influences yang pada hakikatnya merupakan suatu moral imperative
dalam rangka melaksanakan hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan oleh Common law. Putusanputusan hukum Equity memperbaiki dan melengkapi Common law.
Adapun Statuta Law adalah hukum tertulis di Inggris yang dibuat oleh parlemen karena
Common law yang didasarkan pada Yurisprudensi tidak dapat mengimbangi munculnya
masalah-masalah yang baru (secara cepat) sesuai dengan perkembangan masyarakat. Untuk
mengimbangi kelambatan yurisprudensi yang dibatasi oleh jumlah perkara yang diputus oleh
hakim, maka dibuatlah peraturan-peraturan tertulis yang dapat disamakan dengan Undangundang. Jadi Statuta Law berfungsi mengkoreksi dan melengkapi kekurangan-kekurangan
daripada Common law. Adapun bagi orang Inggris sendiri sedikit banyak Statuta law dianggap
sebagai hukum yang bercorak asing/tidak mempunyai corak Inggris dan pada asasnya hukum
Inggris itu adalah Common law.
2.
Keadaan sebelum abad 13
Mula-mula hukum yang berlaku di Inggris adalah hukum kebiasaan. Pada waktu Inggris
dijajah oleh bangsa Normandi dengan rajanya yang terkenal yaitu William the Congcueror
(tahun 1066) hukum kebiasaan masih berlaku. Kira-kira dua abad kemudian (abad 12) diciptakan
unifikasi hukum yakni dibidang administrasi dan bidang hukum kekayaan. Dengan akibat adanya
pemerintahan yang bersifat memusat (sentral) dan tanah di seluruh Inggris menjadi milik raja.
Dengan cara pemerintahan yang bersifat memusat (sentral) dan tanah di seluruh Inggris menjadi
milik raja. Dengan cara pemerintahan yang feodalistis maka sistem pemerintahan di Inggris
adalah pembagian dalam wilayah-wilayah yang dikuasakan kepada apa yang
dinamakan Lord. Rakyat jelata yang ingin mengerjakan tanah, harus menyewa kepada Lord dan
yang terakhir ini member upeti kepada raja. Lambat laun kekuasaan Lord sebagai tuan tanah
menjadi sedemikian besarnya sehingga ia dapat mendirikan pengadilannya sendiri. Pengadilan
ini namanya minorial court yang menjalankan tugasnya berdasarkan hukum kebiasaan setempat
dan hukum yang ditetapkannya sendiri.[1]
Kemudian terjadi penyalahgunaan kekuasaan serta penyelewengan-penyelewengan yang
merugikan rakyat. Keadaan tersebut yang semula tidak diketahui oleh raja, akhirnya tercium
juga. Untuk mengatasi keadaan tersebut raja Henry II (1154-1189) mengambil beberapa
kebijaksanaan yaitu:
a. Disusunlah suatu kitab yang memuat hukum Inggris pada waktu itu. agar mendapatkan
kepastian hukum kitab tersebut ditulis dalam bahasa latin oleh Glanvild chief justitior dari Henry
II dengan judul Legibus Angliae.
b. Diberlakukannya sistem writ yakni surat perintah dari raja kepada tergugat agar membuktikan
bahwa hak-hak dari penggugat itu tidak benar. Dengan demikian tergugat mendapat kesempatan
untuk membela diri.
c. Diadakan sentralisasi pengadilan (Royal Court) yang tidak mendasarkan pada hukum kebiasaan
setempat melainkan pada Common Law yang merupakan suatu unifikasi hukum kebiasaan yang
sudah diputus oleh Hakim (Yurisprudensi). Hal ini merupakan suatu kemajuan yang semula
hanya ada minorial court yang didirikan oleh para Lord.[2]
3.
Timbulnya sistem Equity
Equity berasal dari bahasa Prancis equite, artinya justice atau fairness yaitu keadilan.
[3] Sedangkan sistem hukum equity adalah sistem hukum yang didasarkan pada hukum
alam/keadilan yang timbulnya mempunyai sejarahnya sendiri.[4] Pada waktu pemerintahan raja
Henry II pengadilan yang ada ialah Royal Court dan sistem writ yang memberlakukan Common
Law yang bersumber pada yurisprudensi. Dengan sistem writ, maka perkara yang dapat diadili
sangat terbatas dan banyak orang yang lari mencari keadilan pada pimpinan gereja atau Lord
Chancellor. Pengadilan gereja tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku pada saat itu,
hanya ada perbedaan antara kedua pengadilan yang ada di Inggris tersebut yakni bahwa
pengadilan court of chancery didasarkan kepada hukum gereja/kanonik dan hakimnya adalah
seorang rohaniawan.[5]
Lama kelamaan semakin banyak orang yang mencari keadilan kepada Lord of Chancellor
dan akhirnya berkembang, sehingga terbentuklah pengadilan tersendiri menjadi apa yang
dinamakan Court of Chancery di samping Royal court yang sudah ada. Court of Chancery
tersebut merupakan suatu pengadilan yang sangat penting dalam mengadili
masalah trust. Trust adalah hak waris yang diberikan kepada orang laki-laki oleh Common law.
Orang wanita tidak berhak sebagai ahli waris meskipun ia sudah dewasa dan demikian pula
anak-anak. Akibatnya ialah bahwa seorang suami yang ingin menjamin kehidupan anak dan
isterinya, apabila ia sudah meninggal dunia terpaksa mewariskan/menitipkan harta kekayaannya
kepada orang laki-laki lain untuk dijadikan cagak hidup anak dan isterinya yang ditinggalkan.
Ternyata banyak orang laki-laki yang dititipi harta kekayaan untuk cagak hidup anakanak dan janda tersebut menyalahgunakan kepercayaan tersebut, sehingga yang terakhir ini
1)
2)
3)
1)
menjadi hidup terlantar. Untuk mengadu kepada Royal court tentang hal ini tidak mungkin,
karena Common law justru melindungi hak kaum laki-laki tersebut (right in Common law).
Sebaliknya para janda beserta anak-anaknya meminta keadilan kepada court of chancery yang
menciptakan right in Equity bagi mereka berdasarkan natural justice (keadilan) dan hukum
kanonik. Kemudian dengan adanya reorganisasi pengadilan di Inggris (judicature act pada tahun
1873-1875) pengadilan Royal Court dan Court of Chancery diletakkan di bawah satu atap. Tugas
dalam penyelesaian perkara sudah tidak berbeda lagi. Artinya perkara-perkara Equity (cases at
Equity) sama-sama dapat diajukan ke salah satu pengadilan tersebut. Namun demikian di dalam
praktik orang-orang tidak mau mematuhinya. Mereka tetap mengajukan tuntutannya kepada
masing-masing pengadilan sesuai denga jenis perkaranya.[6]
4.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum di Inggris
Seperti telah diketahui asas daripada hukum Common law adalah stare decisisartinya
bahwa hakim dalam memutuskan perkara harus mendasarkan pada putusan hakim sebelumnya
(yurisprudensi). Dengan demikian pertumbuhan hukum di Inggris menjadi lambat karena
disamping tergantung kepada jumlah serta macam perkara yang diputus oleh pengadilan, hakim
tidak dapat mengembangkan pendapatnya. Di dalam kenyataannya pertumbuhan hukum Inggris
tidak selambat seperti yang diperkirakan orang, karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu:[7]
a.
Faktor suasana
Kalau dilihat dari asas stare decisis saja memang pertumbuhan hukum di Inggris akan
terlambat. Hal ini dapat terjadi apabila masalahnya sama dan segala-galanya sama pula
(yurisprudensi). Tetapi dalam kenyataannya tidak ada suatu perkara yang keadaan seluruhnya
sama. Jadi yang dapat diikuti oleh hakim berikutnya terbatas pada pokok perkaranya saja,
sedangkan yang berhubungan dengan suasananya hakim yang belakangan mempunyai penilaian
tersendiri. Dengan perkataan lain meskipun asas stare decisis diikuti, tetapi hakim terdahulu.
Namun demikian menurut Soenarjati, putusan hakim tidak dapat dikatakan subjektif karena:
Seorang hakim telah mempelajari ilmu hukum yang mengandung nilai-nilai objektif.
Seorang hakim dalam memutuskan sesuatu juga memperhatikan pendapat-pendapat dari sarjana
lainnya.
Jika seorang hakim memutuskan perkara secara subjektif maka kemungkinan besar dalam
pengadilan banding putusannya akan ditolak.
b.
Faktor reasonableness
Yang dimaksud dengan faktor reasonableness atau redelijlkheid adalah alasan yang
pantas. Reasonable ini dinilai dalam kerangka system hukum yang bersangkutan, dalam rangka
kemungkinan dan atau keadaan, sehingga putusan hakim lain putusan hakim berikutnya dapat
berbeda dengan yurisprudensi.
c.
Faktor statute low
Meskipun yurisprudensi juga memberikan kemungkinan terbentuknya hukum yang baru,
namun mengingat banyaknya masalah yang dihadapi, pertumbuhan daripada hukum masih
dianggap lambat. Maka dibuatlah apa yang dinamakan statute law ialah hukum yang dibentuk
oleh parlemen (written law). Kewenangan parlemen dalam rangka pembentukan hukum
memberikan berbagai keuntungan ialah:[8]
Parlemen dapat membentuk hukum secara (lebih) cepat.
2) Parlemen dapat menyimpang dari hukum yang pernah diputus oleh hakim.
3) Parlemen dapat mengubah putusan pengadilan dengan suatu undnag-undang (undang-undang
dapat mengubah yurisprudensi).
1.
2.
1.
2.
3.
4.
KONSEPSI KELUARGA HUKUM INGGRIS
A. Asas Preseden
Merupakan pelengkap dari Equity dan merupakan koreksi dari hukum Common law, jikaCommon law dirasakan tidak
adil, misalnya dalam Common law terjadi wanprestasi maka yang dapat dituntut hanya ganti rugi oleh pihak yang
berpiutang , tapi sebenarnya kerugian pihak yang berpiutang melebihi daripada ganri rugi, oleh karena ia sangat
berkepentingan.
Dalam Common law pembayaran kembali melebihi apa yang dijanjikan adalah tidak mungkin, karena norma
hukumnya tidak ada, maka pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan Equity. Equity mengkoreksi atau
melengkapi Common law maka dari itu asas precedent harus diberlakukan dalam equity ini.
B.
STATUTA
Hukum Statuta adalah hukum tertulis dalam bentuk tertulis dalam hukum Inggris mempunyai kekhususan
Kekhususan statuta ini bahwa statuta itu baru terintegrasi dalam sistem hukum Inggris jikalau belun dituangkan dalam
putusan Peradilan (Jurisprudensi). Merupakan sumber hukum yang kedua dalam hukum Inggris
Statuta adalah suatu peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris, jadi dapat disamakan dengan peraturan yang
berbentuk UU.
Fungsi Statuta ini pada umumnya mengadakan koreksi atau tambahan terhadap Common law yang kadang-kadang
belun lengkap.