PENGARUH PEMASUKAN EKONOMI MASYARAKAT LO

PENGARUH PEMASUKAN EKONOMI MASYARAKAT LOKAL DAN
KEMACETAN DI KAWASAN TERSEBUT AKIBAT TERJADINYA
PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KABUPATEN BOGOR.
Jihan Nabila Octaviani (163060002)1
1

Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota. Universitas Pasundan Bandung.
[email protected]

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – Universitas Pasundan Bandung
Jl. Dr. Setiabudi No.193, Kota Bandung

1. Pendahuluan
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli
daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi
pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan
ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari
rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut
aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :14). Hal tersebut sejalan
dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor10 tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan
untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta
tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga
mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata
menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan
menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan
berbelanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan pasar barang dan
jasa. Selanjutnya wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan
barang modal dan bahan untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan
barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan
investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain,
industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran
dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20)

Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan
kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap

pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap
harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak
terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap pembangunan pada
umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah. Majunya industri
pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang,
karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata
(DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara
Indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi
berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan,
potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar.
Kemacetan sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat Indonesia. Bagi
orang yang selalu beraktivitas sepanjang hari, mereka hanya bisa mengeluh tanpa
bisa melakukan apa-apa. Kemacetan atau situasi tersendatnya arus lalu lintas biasa
ditemui di persimpangan jalan, tempat-tempat umum seperti persimpangan sekolah,
terminal, pasar, stasiun, dan lain-lain. Hal ini sudah menjadi salah satu permasalahan
serius di negeri ini dan tidak tahu kapan dan siapa yang bisa mengatasinya. Salah
satu kabupaten atau kota yang sangat terkenal dengan macetnya adalah Bogor yang
terkenal akan kemacetan pada kawasan pariwisata.
2. Teori
A. Uji Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya hubungan
linier antar dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan dengan huruf r
dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau
+1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang
mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan antara dua variabel tersebut.
Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif) memberikan informasi mengenai
arah hubungan antara dua variabel tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua

variabel tersebut memiliki hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X
akan bersamaan dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai
– (negatif) artinya korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan.
Peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y. Koefisien korelasi
pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation adalah nilai yang
menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala data interval
atau rasio. Rumus yang digunakan adalah

Koefisien korelasi rangking Spearman atau Spearman rank correlation
coeficient merupakan nilai yang menunjukan keeratan hubungan linier antara dua
variabel dengan skala data ordinal. Koefisien Spearman biasa


dilambangkan

dengan . Rumusnya yang digunakan adalah

Dimana

di=selisih

dari

pasangan

ke-i

atau

Xi




Yi

;

n = banyaknya pasangan rank. Jika variabel X dan Y independen maka nilai r = 0,
akan tetapi jika nilai r=0, X dan Y tidak selalu independen. Variabel X dan Y hanya
tidak berasosiasi.
Perlu diketahui bahwa hasil dari koefisien koefisien korelasi hanya bisa
digunakan sebagai indikasi awal dalam analisa. Nilai dari koefisien korelasi tidak
dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel X dan Y. Untuk sampai
pada adanya hubungnan sebab dan akibat diperlukan penelitian yang lebih intensif
atau dapat didasarkan pada teori yang ada dimana X mempengaruhi Y atau Y yang
mempengaruhi X. Selain itu, dalam menganalisa hubungan antara X dan Y, tentunya

harus didasarkan adanya hubungan yang logis antara kedua variabel tersebut. Kita
tidak bisa sembarangan mengukur koefisien korelasi antara dua variabel. Misalnya,
variabel Y merupakan data mengenai banyaknya angka kecelakan yang terjadi di
Jakarta pada tahun 2013 dan variabel X adalah jumlah kasus pencurian di Jakarta
pada tahun 2013. Kemudian dihitung koefisien korelasi antara variabel X dan Y,
diperoleh hubunganya yang kuat antara kedua variabel tersebut. Disini nilai koefisien

korelasi yang didapat tentunya tidak akan memiliki makna meskipun didapat nilai
korelasi yang kuat karena secara logis tingkat kecelakaan tidak memiliki hubungan
dengan tingkat pencurian yang ada.

B. Pariwisata
Menurut
etimologi
kata “pariwisata” diidentikkan
dengan
kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula
dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai
suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok
dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan
dan kesenangan (Sinaga, 2010:12).
Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang
berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi
wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata.
Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan

perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke
tempat asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi wisata (pemandangan alam,
taman rekreasi, peninggalan sejarah, pagelaran seni budaya). Usaha dan
sarana wisata berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha
sarana, akomodasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.

C. Pembangunan Ekonomi
Beberapa ahli mengemukakan beberapa pengertian pembangunan
ekonomi diantaranya Pengertian Pembangunan Ekonomi menurut Sadono
Sukirno adalah upaya meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan
mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi real dengan

melakukan
pengetahuan,

penanaman

modal,

peningkatan


penggunaan

ketrampilan,

teknologi,

penambahan

penambahan

kemampuan

berorganisasi, dan manajemen.
D. Pengembangan Pariwisata
Suatu daerah atau kawasan dapat dikembangkan menjadi daerah
tujuan wisata, untuk memenuhi sebagai daerah tujuan wisata yang layak
untuk dikunjungi setidaknya ada 3 (tiga) hal yang harus dikembangkan
yaitu :
1.


Adanya something to see
Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat, dapat berupa

fenomena alam, seni dan budaya, atau kreatifitas manusia lainya.
2.

Adanya something to buy
Maksudnya adalah suatu kawasan wisata hendaknya memiliki sesuatu

yang menarik dan khas yang dapat dibeli oleh wisatawan. Produk-produk
lokal dijajakan oleh masyarakat harapanya selain sebagai sesuatu yang
bermanfaat bagi wisatawan dan kenang-kenangan juga mampu menambah
pendapatan ekonomi masyarakat di kawasan wisata.
3. Adanya something to do
Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat
itu. Setidaknya ada beberapa alternativ kegiatan dalam satu kawasan wisata,
misalnya di pantai Goa Cemara selain dapat menikmati deburan ombak yang
khas, wisatawan dapat melakukan berbagai aktifitas lainya disana misalnya,
ikut lelang ikan segar yang baru saja dibawa nelayan, bisa berteduh di bawah

pohon cemara bersama keluarga sambil santap siang dengan bekal yang
dibawa, selain itu wisatawan juga dapat berbelanja berbagai produk kerajinan
disana. Berbagai alternativ kegiatan yang ada dalam sebuah kawasan wisata
dapat dipilih beberapa yang diunggulkan sebagai point of interest. Ketiga hal

di atas merupakan hal penting yang dapat menjadi pertimbangan untuk
dioptimalkan dalam pengelolaanya. Sedangkan dalam hal pengembangan
suatu daerah tujuan wisata setidaknya harus ada beberapa hal berikut yang
juga wajib dipegang pengelola sebagai prinsip-prinsip pengembangan :
1. Pengembangan kawasan wisata yang dilakukan setidaknya telah mampu
untuk bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan objek
wisata di tempat lain.
2. Pengembangan kawasan wisata harus tetap, tidak berubah dan tidak
berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan dan pengembangan.
3. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai
ciri-ciri khas tersendiri.
4. Pengembangan kawasan wisata harus menarik dalam pengertian secara
umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat
setempat.
5. Memahami karakteristik, sifat-sifat unik dan kerentanan mengenai objek

yang mempunyai potensi untuk diangkat sebagai atraksi
6. Memahami karakteristik pasar (asal, demografis, total expenditure dll)
7

Mencari signifikansi hubungan yang menguntungkan terutama kedua
belah pihak (atraksi dan pasar) maupun masyarakat umum dan industri
pariwisata

8. Mencari kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki oleh objek atas
dasar

assessment

mendalam

berdasarkan

sudut

pandang

pasar,

masyarakat, industri, dan kebijakan pemerintah
9. Menentukan strategi mempertahankan kelebihan untuk
tidak terjadi degradasi objek oleh akibat eksplorasi

menjaga agar

pariwisata

10. Menentukan strategi

mengembangkan

/

memperbaiki

kekurangan-

kekurangan agar dapat memenuhi standar atau permintaan minimal pasar
dan stakeholder
11. Menyusun program-program sebagai konsekuensi dari kedua butir terakhir
di atas.
Beberapa konsep pengembangan (pembangunan) pariwisata yang
dianggap benar dan ramah

terhadap lingkungan (sosial, alam dan

budaya) diantaranya adalah pariwisata berkelanjutan dan pariwisata berbasis
komunitas. Kedua konsep pengembangan inilah yang saat ini menjadi acuan
baik bagi kalangan akademisi maupun praktisi. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan merupakan
strategi pembangunan yang memberikan batasan pada laju pemanfaatan
ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya. Dengan kata lain,
pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan
ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya
tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
E. Kemacetan
Hoeve (1990) juga mengatakan bahwa “Kemacetan merupakan
masalah yang timbul akibat pertumbuhan dan kepadatan penduduk” sehingga
arus kendaraan bergerak sangat lambat. Masalah kemacetan akan timbul pada
kota yang penduduknya lebih dari 2 juta jiwa, seperti Jakarta, Medan,
Bandung, dan Jogyakarta. Macet terjadi hampir setiap saat ini memang
membuat lalu lintas di ibukota terasa begitu tidak nyaman bagi para pengguna
jalan. Kemacetan merupakan situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan
terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan
melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar,

terutamanya yang tidak mempunyai transportasi umum yang baik atau
memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan
penduduk.

Dapat

dikatakan

bila

kemacetan

merupakan

suasana

menumpuknya kendaraan yang ada di jalan raya yang disebabkan oleh
kapasitas jalan yang tidak sepadan dengan jumlah kendaraan yang ada. Angka
dari jumlah kendaraan yang terus bertambah dan kapasitas jalan yang tetap
menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah kendaraan di dalam jalan raya.
Adapun hukum yang berkaitan dengan lalu lintas adalah Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.

3. Aplikasi Dalam SPSS
A. Signifikasi:
1.Berkenaan dengan besaran angka, jika 0, maka artinya tidak ada korelasi
sama sekali dan jika korelasi 1 berarti korelasi sempurna, hal ini berarti
bahwa semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan dua variabel semakin
kuat. Sebaliknya, jika r (koefisien korelasi) mendekati 0 maka hubungan
dua variabel semakin lemah. Sebagai standarisasi, angka korelasi diatas 0,5
menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan dibawah 0,5 korelasi
lemah.
2. Selain besarnya korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran
hasil. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan adanya arahan yang
berlawanan, sedangkan tanda positif (+) pada output menunjukkan adanya
arahan yang sama.
B. Dasar Pengambilan Keputusan pada Uji Koef. Korelasi :
1.Berdasarkan nilai signifikansi : Jika nilai signifikansi > dari 0,05, maka
kesimpulannya tidak terdapat korelasi, sedangkan jika < dari 0,05, maka
terdapat korelasi.
2.Berdasarkan tanda bintang (*) yang diberikan SPSS. Jika terdapat tanda
bintang pada pearson correlation maka antara variabel yang dianalisis
terjadi korelasi, sebaliknya jika tidak terdapat tanda bintang pada pearson
correlation maka antara variabel yang dianalisis tidak terjadi korelasi.
C. Contoh Kasus:

Seorang mahasiswi bernama Jihan melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara pembangunan pariwisata dengan pemasukan
ekonomi masyarakat lokal. Data-data skor total yang di dapat ditabulasikan
sebagai berikut :

Berikut merupakan langkah – langkah dalam menggunakan Uji
Linearitas pada SPSS, diantaranya :
a. Buka SPSS
b. Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja Motivasi,
kemudian di baris selanjutnya Hasil_Belajar, pada kolom Type ubah
menjadi Numeric

c. Kemudian pindahkan ke bagian Data View dan lengkapi data seperti
gambar di bawah ini.

d.

Klik menu Analyze, kemudian pilih Correlate, dan klik
Bivariate

e. Selanjutnya akan muncul kotak dengan nama Bivariate Correlations,
masukkan variabel Motivasi pemasukan dan kemacetan ke dalam kolom
variables. Pastikan kolom Correlation Coefficients sudah mencentang
Pearson, kemudian kolom Test Of Significance sudah mencentang Two
Tailed. Dan Flag significant correlation juga sudah dicentang.

f.

Klik OK, maka akan keluar hasil sebagai berikut

Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai siginifikansi dan nilai Pearson
pada Tabel Correlation. Maka dapat dilihat 2 pertimbangan :
a. Berdasarkan nilai signifikansi : dari output diatas, diketahui antara Pariwisata
denganPemasukan, nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi
yang signifikan. Selanjutnya antara pariwisata dengan Kemacetan nilai
signifikansinya 0,019 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan.
Terakhir antara Pemasukan dengan Kemacetan nilai signifikan 0,001 < 0,05
yang berarti terdapat korelasi yang signifikan.
b. Melihat nilai Pearson Correlation : dari output diatas, diketahui bahwa Nilai
Pearson Correlation yang dihubungkan antara masing – masing variabel
mempunyai tanda bintang, ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara
variabel yang dihubungkan.

Daftar Pustaka
“Uji Linearitas”
http://ueu5067.weblog.esaunggul.ac.id/2012/04/27/uji-linieritas/
tanggal 27 februari 2018

Diakses

pada

“Pengertian Pariwisata”
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/32706 Diakses pada tanggal 27 februari
2018
“Pengembangan Pariwisata”
http://www.indonesiacultureandtourism.com/2015/11/perencanaan-danpengembangan-kawasan.html Diakses pada tanggal 27 februari 2018
Sukirno, Sadono. 1996. Pengertian Pembangunan Ekonomi.
Hoeve 1990. Definisi Kemacetan