PROBLEMATIKA MATEMATIKA PROBLEMATIKA MATEMATIKA PROBLEMATIKA MATEMATIKA
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM
MEMECAHKAN SOAL-SOAL EKSTRAORDINARY PADA MATERI AJAR
SUKU BANYAK BAGI SISWA KELAS XI SMA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Matematika
Dosen Pengampu : Dr. Budi Usodo M.Pd
YUDI PRAMONO PAWIRO
S851402070
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berpengaruh cukup
besar dalam menunjang pembangunan dan kemajuan teknologi. Dengan
demikaian menjadi mata ajar wajib bagi pendidikan dasar, pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan bahkan sampai pada tingkat perguruan
tinggi sekalipun.
Salah satu materi
matematika yang dikaji dalam pembelajaraan
matematika di SMA adalah Polinomial atau lebih dikenal dengan sebutan suku
banyak. Suku banyak sendiri merupakan materi ajar matematika yang merupakan
sub pokok dari cabang besar matematika yaitu aljabar. Kontribusi aplikatif aljabar
sendiri cukup berpengaruh terhadap pembangunan dan kemajuan teknologi,
diantaranya yang melibatkan konsep aljabar dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah: pemograman, navigasi ataupun ekonomi bisnis.
Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi bahwa materi ajar suku banyak
merupakan
materi ajar yang menjadi kebutuhan siswa dalam menghadapi
persoalan-persoalan baru yang harus dipecahkan dengan konsep suku banyak agar
tidak tergerus dengan kemajuan dunia yang kini Indonesia telah masuk pada
tataran persaingan lintas benua, tidak hanya persaingan dalam bidang ekspor
impor barang dagangan tetapi juga persaingan sumber daya manusia telah
memasuki era Asia bahkan Internasional.
Menyiapakan SDM yang berkulitas tidaklah mudah seperti membalikan
telapak tangan sebab yang menjadi objek pendidikan itu sendiri adalah manusia
yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan luar serta memiliki karakter yang
berbeda-beda dan tingkat intelegensi yang berbeda pula. Namun usaha
peningkatan kualitas tetaplah dilaksanakan secara kontinu guna mendesain
karakter yang kuat dan cerdas dalam menghadapi tantangan persaingan SDM
lintas dunia.
Melalui UN (Ujian Nasional) sebagai parameter keberhasilan siswa dalam
pembelajaran selama duduk di bangku sekolah, menjadi sarat utama untuk lulus
dijenjang pendidikan tertentu. Kemampuan siswa dalam memecahkan soal pun
bervariasi, dari tingkat rendah, sedang maupun tinggi ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah, kecepatan, ketepatan dan ketelitian yang dimiliki oleh setiap
siswa. Melalui ujian nasional banyak siswa kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal matematika khususnya materi suku banyak. Hal ini dapat dilihat pada daya
serap materi ajar pada UN setiap tahunnya. Belum lagi kasus jaul beli soal oleh
lembaga tertentu serta kebocoran soal menjelang UN telah menunjukan bahwa
peserta didik belum siap secara intelektual, spiritual maupun emosional.
Tidak hanya sampai disitu, salah satu indikator keberhasilan sekolah dalam
mendidik peserta didiknya adalah ketika sekolah dapat mengantarkan peserta
didiknya untuk duduk di Perguruan Tinggi Negeri terfavorit maupun daya
tampung alumninya dalam menghadapi persaingan dunia kerja dan hal itu
memang tidak mudah butuh kreadibilitas yang memadai. Tidak dapat dipungkiri
lagi mindset masyarakat yang saat ini masih menaruh kepercayaan terhadap PTN
sehingga untuk memperoleh bangku kuliah sendiri butuh kompetensi para siswa
yang memadai agar lulus di PTN yang dipilihnya. Namun tak banyak siswa yang
berhasil dalam ujian seleksi SBMPTN, hal itu disebabkan kesalahan siswa dalam
menjawab soal-soal SBMPTN.
Soal-soal UN dan SBMPTN adalah soal-soal extraordinary. Soal-soal
extraordinary merupakan katagori soal yang memiliki taraf kesukaran yang
sedang atau tinggi dimana siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal
tersebut disebabkan belum ada pengetahuan sebelumnya atau maqlumat tsabiqah .
Menurut penulis masih banyak sekolah yang gurunya sendiri jarang membahas
soal-soal extraordinary tersebut, padahal dalam buku matematika soal-soal ini
biasanya muncul dalam katagori pengayaan yang notabenenya adalah soal-soal
extraordinary. Hal ini disebabkan alokasi waktu pembelajaran di dalam kelas
terbatas sehingga guru hanya mengejar bahan materi ajar berdasarkan silabus pada
jenjang kelas tersebut. Maka wajar banyak siswa tidak dapat menyelesaikan soalsoal yang diujikan dalam UN maupun SBMPTN.
Menurut penulis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diujikan dalam UN maupun SBMPTN disebabkan rendahnya pengetahuan
prosedural dalam memecahkan soal-soal ekstraordinary. Menurut penulis,
rendahnya pengetahuan prosedural disebabkan siswa tidak terbiasa dalam
mengerjakan soal-soal tersebut. Sebab sesuai dengan teori belajar behavioristik
bahwa siswa dengan mudah menyelesaikan permasalah jika melalui proses
practice dan repetisi.
Dengan demikian penulis tertarik untuk menulis terkait kesulitan siswa
dalam menjawab soal-soal extraordinary khusus pada materi suku banyak. Untuk
meninjau sejauh mana letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
extraordinary maka penulis membuat instumen pengukuran nilai berbentuk essay
yang terdiri 8 soal essai masing-masing 5 soal UN dan 3 soal SBMPTN/UM yang
menjadi pre test untuk mengukur kemampuan belajar siswa dalam materi ajar
suku banyak. Penulis memberi pre test kepada salah satu siswa SMA Negeri I
Sukoharjo kelas XI-3 IPA yang bernama Asma Syarifah, dilanjutkan dengan
wawancara untuk mengetahui alasan kesulitan siswa secara langsung.
B. Perumusan Masalah
1. Apa saja kesulitan belajar siswa dan penyebab kesulitan siswa yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal extraordinary pada materi ajar
suku banyak?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal extraordinary pada materi ajar suku banyak?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui
permasalahan
apa
saja
yang
terjadi
dalam
menyelesaikan soal extraordinary pada materi ajar suku banyak .
2. Untuk
mengetahui
solusi
apa
yang
diberikan
untuk
mengatasi
permasalahan tersebut.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, memberikan kesempatan penulis berfikir secara mendalam
serta membiasakan penulis peka terhadap masalah-masalah kesulitan
belajar yang dialami siswa dan menyiapkan penulis dalam memberikan
solusi yang tepat dalam pemecahan masalah khususnya soal-soal
matematika di SMA.
2. Bagi pembaca, memberikan wawasan baru dalam mengahadapi kesulitan
belajar siswa dan cara mengatasinya, serta merangsang pembaca untuk
peka terhadap kondisi siswa.
3. Bagi Siswa, menjadi pedoman dalam belajar yang efektif dan efisien guna
tercapainya kompetensi yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen
Untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soalsoal extraordinary maka penulis menyiapkan tes tulis berbentuk pilihan ganda
sebanyak 8 soal terdiri atas 5 soal UN dan 3 soal SBMPTN/UMB. Ada terdapat 2
soal yang menurut penulis katagori sulit yaitu nomor 7 dan 8 dan merupakan soal
tipe soal extraordinary. Pada soal nomor 5 dan 6 menurut penulis katagori sedang
tipe extraordinary. Pada soal 1,2,3 dan 4 menurut penulis katagori sedang tipe
ordinary. Menurut penulis, soal yang baik adalah soal yang bervariasi tingkat
kesukarannya agar dapat diketahui tingkat kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal yang diberikan. Siswa diminta menuliskan jawaban prosedural dari soal yang
diberikan, agar penulis mampu melihat kesulitan siswa dalam mengerjakan soal
tersebut.
Berikut instrumen soal yang diberikan untuk mendiagnosis kesulitan belajar
siswa!
1. Suku banyak
3
2
6 x +13 x +qx +12
mempunyai faktor (3x-1), faktor linier
yang lain adalah….( UAN SMA)
a. 2x-1
b. 2x+3
c. x- 4
d. x + 4
e. x + 2
2. Suku banyak dibagi (x – 5) sisanya 13, sedangkan jika dibagi (x – 1) sisanya 5.
2
x −6 x+ 5 sisanya adalah…(UAN SMA)
Suku banyak tersebut dibagi
b. 2x + 2
b. 2x + 3
3. Salah satu akar persamaan
c. 3x + 1
d. 3x + 2
e. 3x + 2
x 4 + px3 +7 x 2−3 x−10=0 adalah 1. Jumlah akar-
akar persamaan tersebut adalah…(UAN SMA)
a. -10
4. Suku banyak (
b. -7
c. -5
d. 3
e. 5
3
2
2
x - 3 x −5 x + x−6 ¿ dibagi oleh ( x −x−2 ¿ , sisanya
4
sama dengan….( UAN SMA)
a. 16x + 8
b. 16x – 8
c. -8x + 16
5. Suku banyak berderajat tiga dengan P(x) =
x
2
3
d. 8x – 16
2
x +2 x n+ mx +n
e. 5x – 1
dibagi dengan
- 4x + 3 mempunyai sisa 3x + 2, maka nilai n = …( UM-UGM K.IPA)
a. -20
b. -16
c. 10
d. 16
e. 20
6. Diketahui h(x) =
4
3
x +2 x −ax
2
x
2
+ 3x -4 merupakan salah faktor dari g (x)=
-14x + b. Jika dibagi dengan x + 1, akan bersisa…
( MATDAS SBMPTN/SNMPTN)
a. 0
b.3
c.9
d. 12
e.24
7. Diketahui suku banyak p(x) = ax 2+ bx 4 +cx−2007 , dengan a, b dan c adalah
konstan. Jika suku banyak p ( x) bersisa -2007 bila dibagi oleh ( x – 2007) dan
juga bersisa -2007 bila dibagi (x + 2007), maka c = …(MAT IPA
SPMB/SNMPTN)
a. 13
b. 10
c.10
d.7
e.6
8. Suatu suku banyak f(x) dibagi x -1 sisa 2 dibagi x -2 sisa 3. Suatu suku banyak
g(x) dibagi x-1 sisa 5 dibagi x-2 sisa 4. Jika h(x) = f(x). g(x), maka sisa
pembagi h(x) oleh
a. -2x + 12
x 2 -3x + 2 adalah…(UAN SMA)
b. -2x + 8
c. –x + 4
d. 2x + 8
e. x + 4
B. Penentuan Subjek
Subjek dalam penelitian adalah seorang siswi SMA Negeri I Sukoharjo
kelas XI IPA-3. Berikut identitas siswi tersebut:
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tgl
Lahir
Alamat
Asma Syarifah
Sukoharjo, 1 Juni 1996
Pojok Kidul RT 02/06, Baran, Nguter, Sukoharjo
Jenis Kelamin Perempuan
Kebangsaan
Indonesia
Agama
Islam
Pendidikan Formal
2006-2009
SDN Karangasem III, Bulu, Sukoharjo
2009-2012
SMP Negeri I Bulu, Sukoharjo
Sekarang
Siswa kelas XI SMA Negeri I Sukoharjo
C. Analisis Kesalahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya.
Analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.Analisis
kesalahan sebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah tertentu. Menurut
Tarigan (1988:67) langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kesalahan
Dalam analisis kesalahan prosedural soal-soal extraordinary, data diambil
dari hasil tes. Berdasarkan jawaban siswa kemudian dianalisis tahap-tahap atau
langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa. Data hasil tes dan data hasil
wawancara dibandingkan untuk mendapatkandata yang valid. Kemudian, data
yang telah valid disajikan untuk tiap jawaban dan faktor-faktor apa yang menjadi
penyebab terjadinya kesalahan.
2. Mengidentifikasi kesalahan
Setelah tes diberikan kepada siswa untuk memperoleh data tentang
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Berdasarkan identifikasi terhadap
jawaban tes siswa, maka siswa dimintai wawancara.Wawancara ini bertujuan
untuk mengkonfirmasikan jawaban siswa pada tes serta untuk mengetahui faktorfaktor penyebab kesalahan yang dilakukan. Dari hasil tes dan hasil wawancara
dilakukan triangulasi data yaitu membandingkan data yang diperoleh dari kedua
kegiatan tersebut untuk memperoleh data yang valid.
3. Menjelaskan Kesalahan
Berikutnya adalah kegiatan menjelaskan kesalahan yang meliputi dua
kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu pemilihan data dan penyajian
data. Pemilihan dan penyederhanaan data yang melakukan agar tidak terjadi
penumpukan
data
atau
informasi
yang
sama.
(http://hipawidha.blogspot.com/2013/01/analisis-kesalahan-dan-solusinyadalam.html)
4. Mengoreksi kesalahan
Setelah menjelaskan kesalahan dan mengelompokkan jenis kesalahan
kemudian kegiatan mengoreksi kesalahan. Mengoreksi kesalahan adalah
penarikan kesimpulan dilakukan selama kegiatan analisis berlangsung sehingga
diperoleh suatu kesimpulan final.
Berikut ini disajikan hasil kerja siswa dalam menjawab test yang diberikan
oleh penulis. Ada 3 soal yang menurut penulis terdapat kesalahan prosedural
dalam menjawab soal yang berikan. Diantaranya no 1, 5 dan 7. Berikut
analisisnya:
Soal no 1
Pada soal soal no 1 siswa salah menghitung perpangkatan aljabar sehingga
siswa salah dalam mampu mencari faktor-faktor lainnya.
Berikut prosedural yang benar:
√ 6 x3 +13 x 2+qx+ 12
3x-1
2
6 x −2 x
= 2 x 2 +5 x−12
2
2
15 x −qx+ 12
15 x2−5 x
(q+5) x + 12
-36x + 12
0
Suku banyak diatas dapat ditulis kembali sebagai:
6 x 3+13 x 2 +qx +12 = ( 2 x 2 +5 x−12 ) (3x-1)
= (2x-3) (x+4) (3x+1)
Jadi faktor-faktor lainya adalah (2x-3) dan (x+4), maka jawabanya D
Soal no 5
Pada soal no 5 siswa kesulitan untuk menemukan nilai m dan n. Siswa
memulai dengan cara Horner. Ia berusaha menemuka sisa pertama (S 1),
sisa kedua (S2). Sebab ia menggunakan konsep sisa = ( S2 × P1 ) +S1
Menurut penulis, ini terjadi ketika siswa mengerjakan soal yang mirip
dengan soal berikut ini.
P(x) = 2x2 – x – 1 = (2x + 1)(x – 1)
P1: 2x + 1 = 0 → x = –½
P2: x – 1 = 0 → x = 1
Cara Hornernya:
H(x) = 1.x – 1 = x – 1
S(x) = P1.S2 + S1 = (2x + 1).1/2 + 7/2 = x + ½ + 7/2 = x + 4
Padahal jika ada konstanta yang tidak diketahui maka dapat diselesaikan
dengan subtitusi dan eliminasi.
Berikut prosedural yang benar:
Suku banyak yang berderajat tiga p(x) =
x
2
3
2
x +2 x n+ mx+n
dibagi dengan
- 4x + 3 = ( x - 1) (x - 3) mempunyai sisa 3x+2, maka berlaku
p(1) = 3(1) + 2 = 5 dan p(3) = 3(3) + 2 = 11
Jika x= 1 dan x =2 disubtitusikan ke p(x) =
3
2
x +2 x n+ mx+n
x= 1 maka 1 + 2 + m + n = 5 atau m+ n = 2 …………….(3)
x= 2 maka 27 + 18 + 3m + n = 11 atau 3m + n = -34 …..(1)
Jika (1) dan (2) dieliminasi diperoleh
m+ n = 2
3m + n = -34
2m = 36 atau m = -18 dan n = 20 maka jawabanya E
Soal no 7
Pada soal no 7 siswa kesulitan dalam menentukan koefisen a, b dan c , hal ini
menunjukan ketidakmampuan dalam memanipulasi bentuk-bentuk aljabar.
Perhatikan hasil kerja siswa berikut!
Berikut prosedural yang benar:
p(x) = ax 2+ bx 4 +cx−2007
p(x) : ( x – 2007 );
sisa = - 2007 , maka p (2007) = -2007
p(x) : ( x + 2007)
sisa = -2007, maka p ( -2007) = -2007
Misalkan: 2007 = m
p( m) = = am 2+ bm 4 +cm−m=−m
am 2+bm 4 +cm = 0…..(1)
p( -m) = = am 2+ bm 4−cm−m=−m
am 2+ bm 4−cm
= 0…..(2)
Persamaan (1) – (11) maka 2cm = 0 atau c = 0 , jawabannya C
D. Wawancara
1. Transkrip Wawancara Subjek
Penulis : Assalamulaikum wr.wb Asma, mas kira kamu sudah mengenal nama
mas, nama saya ‘ Yudi Pramono Pawiro, mas mahasiswa dari Universitas Sebelas
Maret Pascasarjana, Mas pingin tau ne terkait kesulitan asma dalam mengerjakan
soal-soal matematika.
Asma :Ya mas
Penulis : Asma suka ngak ama matematika?
Asma :Sebenarnya dari dulu sudah suka, tapi semenjak SMA jadi kurang karena
dari gurunya sendiri kurang jelas dan terlalu cepat dalam menjelaskan.
Penulis : Jadi jika kalo di tanya dikelas uda paham apa belum, ada ngag diantara
asma dan teman-teman bertanya kepada gurunya?
Asma: Y mas kadang diantar kita ada juga yang memberi respon untuk bertanya.
Penulis: Kira-kira soal yang mas kasi kemarin, soal-soalnya susah atau gampang?
Asma : Ada yang susah dan ada yang gampang mas
Penulis: Yang susah nomor berapa?
Asma: 6,7 dan 8
Penulis:Kenapa susah?
Asma : Kalo nomor 7 dan 8 belum pernah lihat soalnya mas.
Penulis: Berarti soal yang mas kasi soal extraordinary ya?
Asma : He..he…. Ya mas
Penulis : Berarti guru nya jarang kasih soal yang bentuknya kayak gini ya dek?
Asma : Ya mas
Penulis: Apa yang asma lakukan kalau gag paham?
Asma: Tanya am teman dan kadang-kadang ngulang d rumah mas
Penulis : Berarti kadang-kadang ngulangnya ya?
Asma : Ya mas
Penulis : Asma sering lupa ngag pelajaran yang telah lalu yang diajarai oleh guru?
Asma : Sering mas
Penulis: Ok,,terima kasih waktunya Asma, semoga sukses
Asma : Ok mas.
2. Analisis Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat salah satu faktor yang
membuat siswa kesulitan dalam memahami soal extraordinary adalah kebiasaan
guru yang hanya memberikan soal yang biasa-biasa saja tanpa disesuaikan dengan
tes kesiapan siswa dalam menghadapi ujian UN/SBMPTN.
Kutipan Transkrip Wawancara Subjek:
Asma : Ada yang susah dan ada yang gampang mas
Penulis: Yang susah nomor berapa?
Asma: 6,7 dan 8
Penulis:Kenapa susah?
Asma : Kalo nomor 7 dan 8 belum pernah lihat soalnya mas.
Penulis: Berarti soal yang mas kasi soal extraordinary ya?
Asma : He..he…. Ya mas
Dan juga dapat dilihat frekuensi belajar siswa sangat rendah, maka disini
penting adanya repitisi belajar.
Asma: Tanya am teman dan kadang-kadang ngulang d rumah mas
Penulis : Berarti kadang-kadang ngulangnya ya?
Asma : Ya mas
E. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Guru memberi tugas (PR) soal-soal pengayaaan yang bervariasi dalam
proses pembentukan habit siswa.
Guru memberi stimulus kepada siswa dengan memberi soal-soal
pengayaaan yang bervariasi secara kontinu. Selanjutnya, pemberian tugas
(stimulus) akan membentuk habit yang baru pada siswa dalam mengerjakan tugas,
sehingga siswa terbiasa dalam mengerjakan tugas. Menurut penulis, stimulus yang
diberikan akan memberikan respon yang tidak tetap, artinya respon ini akan
senantiasa berkembang sebab melihat potensi akal
siswa akan membangun
pengetahuannya lewat kebiasaan yang dibangunnya. Siswa yang mengerjakan
soal-soal UN/SBMPTN sebelum menghadapi UN/SBMPTN akan senantiasa
mudah dalam menjawab soal tersebut sebab siswa ini sebelumnya memiliki
kebiasaan daalam menjawab soal-soal UN. Kemudian siswa yang biasa
menghadapi soal-soal SBMPTN akan mudah menjawab ketika sebelumnya siswa
itu berlatih untuk mengerjakan soal-soal tersebut, walaupun terjadi perubahan soal
siswa akan mudah menyelesaikannya dengan cara mengkoneksikan pemahaman
sebelumnya yang diperoleh melalui latihan-latihan sebelumnya dengan soal yang
baru ia hadapi, sehingga ditemukan solusi yang tepat dalam mengerjakannya. Nah
inilah yang menurut peneliti habits yang terbangun mampu mengkontruksikan
pengetahuan baru. Berbeda dengan hewan, kebiasannya terbentuk secara statis
artinya kebiasaan tersebiut akan tetap dan tidak ada kreativitas serta pembangunan
pengetahuan baru melalui habitsnya.
Singkat cerita, habits yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam
menyelesaiakan soal-soal extraordinary. Perhatikan bagan yang menerangkan
proses terbentuknya habits dalam proses pembelajaran.
PRACTICE
STIMULUS
ACTIONS/RE
SPON
HABITS
REPITISI
Gambar 1. Pembentukan Habit Siswa
Experience/ new
knowladge
SOLVE FOR
EXTRAORDINARY
TASK (UN/SBMPTN)
Berdasarkan pada diagram tersebut tidak hanya stimulus respon,
pembentukan habits diperkuat dengan repetisi dan practice. Dalam hal ini guru
memberikan soal-soal dari yang mudah sampai pada tataran soal-soal
extraordinary atau sesuai dengan kemampuan awal siswa. Hal ini dilakukan
secara kontinu dalam proses practice dan siswa dimotivasi untuk mengulang
(repetisi) pembelajaran yang telah diberikan. Practice atau latihan berfungsi untuk
menemukan apakah aktivitas yang akan dilakukan sudah benar atau belum, tepat
sasaran atau tidak. Sedangkan pengulangan akan menyempurnakannya. Jadi agar
siswa memiliki pemahaman yang mantap dalam aspek prosedural pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal-soal extraordinary maka diperlukan habits
yang merupakan gabungan dari practice
dan repetisi. Practice make right,
repetition makes perfect. Sama seperti manajemen, practice adalah efektivitas dan
repetition adalah efesiensi. Jadi ibu dari keahlian adalah repetisi dan ayahnya
adalah practice.
Tidak ada proses yang instan dalam membentuk habits. Kuncinya adalah
repetisi, dan itu membutuhkan waktu. Jadi solusi yang tepat dalam menghadapi
UN/SBMPTN adalah guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaraannya
dengan metode pembelajaran apapun harus mengutamakan proses practice dan
repetisi. Menurut Imam Syafi’i, siapa saja yang ingin mengusai suatu ilmu,
‘Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6
syarat yang akan saya sampaikan : dengan kecerdasan, menuntutnya dengan
bersemangat, dengan kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama
dengan pembimbing, serta waktu yang lama’. Dengan repitisi, seorang guru akan
menanamkan suatu memori (ingatan) pada tubuh siswa, sehingga memori ini akan
dieksekusi siswa secara otomatis ketika siswa mengadapi soal-soal extraordinary
UN/SBMPTN. Dengan demikian pembentukan habits positif seorang siswa yang
ingin sukses dalam mengahadapi UN/SBMPTN adalah practice dan repitisi.
2. Smart Solution
Untuk membuat siswa
bersemangat dalam mengerjakan soal-soal
extraordinary tidak ada salahnya jika sesekali guru memberi cara tricky atau
smart solution kepada siswanya dalam mengerjakan soal matematika termasuk
soal-soal extraordinary. Hal ini menurut penulis mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam katagori sukar. Namun
sebelumnya dalam pembentukan konsep materi sangat diperlukan agar tidak
terjjadi miskonsepsi pada siswa. Untuk menghadapi UN/SBMPTN diperlukan
waktu yang singkat dalam menjawab soal yang diberikan jadi menurut penulis
tidak masalah jika siswa dibekali smart solution dalam menyelesaikan soal-soal
extraordinary.
Dalam soal nomor 8, ketika penulis berbincang-bincang dengan siswa diluar
konteks wawancara, siswa mengaku jika nomor 8 tersebut siswa dibantu oleh
temanya, sebab menurutnya soal nomor 8 merupakan katagori soal yang sukar dan
menyadari jika soal tersebut bentuknya berbeda dari soal biasanya yang diperoleh
disekolah. Berikut penyelesaian nomor 8 oleh siswa:
Adapun cara smart solution dalam bentuk soal seperti diatas adalah:
Nomor 8 : Suatu suku banyak f(x) dibagi x -1 sisa 2 dibagi x -2 sisa 3. Suatu suku
banyak g(x) dibagi x-1 sisa 5 dibagi x-2 sisa 4. Jika h(x) = f(x). g(x), maka sisa
pembagi h(x) oleh
a. -2x + 12
x 2 -3x + 2 adalah…(UAN SMA)
b. -2x + 8
c. –x + 4
d. 2x + 8
e. x + 4
Smart Solution:
f(x) dibagi x -1 sisa 2
g(x) dibagi x-1 sisa 5
h(x) = f(x). g(x) = 2 × 5 = 10
maka jika x = 1
cari dari opsi yaitu tepatnya D. 2x+ 8 , sebab 2 ( 1 ) + 8 = 10
Dan banyak lagi smart solution yang bisa disampaikan oleh guru kepada
siswa untuk memotivasi
lainya.
siswa dalam menyelesaiakan soal-soal matematika
BAB III
SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Terdapat permasalahan yang ditemukan dalam menyelesaikan soal-soal
extraordinary yaitu siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut
disebabkan belum ada pengetahuan sebelumnya atau maqlumat tsabiqah
2.
Alternatif pemecahan masalah yang diberikan untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan dalam memecahkan soal-soal ekstraordinary pada materi ajar suku
banyak bagi siswa kelas XI SMA adalah sebagai berikut:
a. Guru memberi tugas (PR) soal-soal pengayaaan yang bervariasi dalam
proses pembentukan habit siswa.
b. Smart Solution
DAFTAR PUSTAKA
Felix siaw, How to master your habits. Khilafah Press: Jakarta,2012
http://hipawidha.blogspot.com/2013/01/analisis-kesalahan-dan-solusinyadalam.html
MEMECAHKAN SOAL-SOAL EKSTRAORDINARY PADA MATERI AJAR
SUKU BANYAK BAGI SISWA KELAS XI SMA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Matematika
Dosen Pengampu : Dr. Budi Usodo M.Pd
YUDI PRAMONO PAWIRO
S851402070
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berpengaruh cukup
besar dalam menunjang pembangunan dan kemajuan teknologi. Dengan
demikaian menjadi mata ajar wajib bagi pendidikan dasar, pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan bahkan sampai pada tingkat perguruan
tinggi sekalipun.
Salah satu materi
matematika yang dikaji dalam pembelajaraan
matematika di SMA adalah Polinomial atau lebih dikenal dengan sebutan suku
banyak. Suku banyak sendiri merupakan materi ajar matematika yang merupakan
sub pokok dari cabang besar matematika yaitu aljabar. Kontribusi aplikatif aljabar
sendiri cukup berpengaruh terhadap pembangunan dan kemajuan teknologi,
diantaranya yang melibatkan konsep aljabar dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah: pemograman, navigasi ataupun ekonomi bisnis.
Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi bahwa materi ajar suku banyak
merupakan
materi ajar yang menjadi kebutuhan siswa dalam menghadapi
persoalan-persoalan baru yang harus dipecahkan dengan konsep suku banyak agar
tidak tergerus dengan kemajuan dunia yang kini Indonesia telah masuk pada
tataran persaingan lintas benua, tidak hanya persaingan dalam bidang ekspor
impor barang dagangan tetapi juga persaingan sumber daya manusia telah
memasuki era Asia bahkan Internasional.
Menyiapakan SDM yang berkulitas tidaklah mudah seperti membalikan
telapak tangan sebab yang menjadi objek pendidikan itu sendiri adalah manusia
yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan luar serta memiliki karakter yang
berbeda-beda dan tingkat intelegensi yang berbeda pula. Namun usaha
peningkatan kualitas tetaplah dilaksanakan secara kontinu guna mendesain
karakter yang kuat dan cerdas dalam menghadapi tantangan persaingan SDM
lintas dunia.
Melalui UN (Ujian Nasional) sebagai parameter keberhasilan siswa dalam
pembelajaran selama duduk di bangku sekolah, menjadi sarat utama untuk lulus
dijenjang pendidikan tertentu. Kemampuan siswa dalam memecahkan soal pun
bervariasi, dari tingkat rendah, sedang maupun tinggi ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah, kecepatan, ketepatan dan ketelitian yang dimiliki oleh setiap
siswa. Melalui ujian nasional banyak siswa kesulitan dalam menyelesaikan soalsoal matematika khususnya materi suku banyak. Hal ini dapat dilihat pada daya
serap materi ajar pada UN setiap tahunnya. Belum lagi kasus jaul beli soal oleh
lembaga tertentu serta kebocoran soal menjelang UN telah menunjukan bahwa
peserta didik belum siap secara intelektual, spiritual maupun emosional.
Tidak hanya sampai disitu, salah satu indikator keberhasilan sekolah dalam
mendidik peserta didiknya adalah ketika sekolah dapat mengantarkan peserta
didiknya untuk duduk di Perguruan Tinggi Negeri terfavorit maupun daya
tampung alumninya dalam menghadapi persaingan dunia kerja dan hal itu
memang tidak mudah butuh kreadibilitas yang memadai. Tidak dapat dipungkiri
lagi mindset masyarakat yang saat ini masih menaruh kepercayaan terhadap PTN
sehingga untuk memperoleh bangku kuliah sendiri butuh kompetensi para siswa
yang memadai agar lulus di PTN yang dipilihnya. Namun tak banyak siswa yang
berhasil dalam ujian seleksi SBMPTN, hal itu disebabkan kesalahan siswa dalam
menjawab soal-soal SBMPTN.
Soal-soal UN dan SBMPTN adalah soal-soal extraordinary. Soal-soal
extraordinary merupakan katagori soal yang memiliki taraf kesukaran yang
sedang atau tinggi dimana siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal
tersebut disebabkan belum ada pengetahuan sebelumnya atau maqlumat tsabiqah .
Menurut penulis masih banyak sekolah yang gurunya sendiri jarang membahas
soal-soal extraordinary tersebut, padahal dalam buku matematika soal-soal ini
biasanya muncul dalam katagori pengayaan yang notabenenya adalah soal-soal
extraordinary. Hal ini disebabkan alokasi waktu pembelajaran di dalam kelas
terbatas sehingga guru hanya mengejar bahan materi ajar berdasarkan silabus pada
jenjang kelas tersebut. Maka wajar banyak siswa tidak dapat menyelesaikan soalsoal yang diujikan dalam UN maupun SBMPTN.
Menurut penulis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diujikan dalam UN maupun SBMPTN disebabkan rendahnya pengetahuan
prosedural dalam memecahkan soal-soal ekstraordinary. Menurut penulis,
rendahnya pengetahuan prosedural disebabkan siswa tidak terbiasa dalam
mengerjakan soal-soal tersebut. Sebab sesuai dengan teori belajar behavioristik
bahwa siswa dengan mudah menyelesaikan permasalah jika melalui proses
practice dan repetisi.
Dengan demikian penulis tertarik untuk menulis terkait kesulitan siswa
dalam menjawab soal-soal extraordinary khusus pada materi suku banyak. Untuk
meninjau sejauh mana letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
extraordinary maka penulis membuat instumen pengukuran nilai berbentuk essay
yang terdiri 8 soal essai masing-masing 5 soal UN dan 3 soal SBMPTN/UM yang
menjadi pre test untuk mengukur kemampuan belajar siswa dalam materi ajar
suku banyak. Penulis memberi pre test kepada salah satu siswa SMA Negeri I
Sukoharjo kelas XI-3 IPA yang bernama Asma Syarifah, dilanjutkan dengan
wawancara untuk mengetahui alasan kesulitan siswa secara langsung.
B. Perumusan Masalah
1. Apa saja kesulitan belajar siswa dan penyebab kesulitan siswa yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal extraordinary pada materi ajar
suku banyak?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal extraordinary pada materi ajar suku banyak?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui
permasalahan
apa
saja
yang
terjadi
dalam
menyelesaikan soal extraordinary pada materi ajar suku banyak .
2. Untuk
mengetahui
solusi
apa
yang
diberikan
untuk
mengatasi
permasalahan tersebut.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, memberikan kesempatan penulis berfikir secara mendalam
serta membiasakan penulis peka terhadap masalah-masalah kesulitan
belajar yang dialami siswa dan menyiapkan penulis dalam memberikan
solusi yang tepat dalam pemecahan masalah khususnya soal-soal
matematika di SMA.
2. Bagi pembaca, memberikan wawasan baru dalam mengahadapi kesulitan
belajar siswa dan cara mengatasinya, serta merangsang pembaca untuk
peka terhadap kondisi siswa.
3. Bagi Siswa, menjadi pedoman dalam belajar yang efektif dan efisien guna
tercapainya kompetensi yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen
Untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soalsoal extraordinary maka penulis menyiapkan tes tulis berbentuk pilihan ganda
sebanyak 8 soal terdiri atas 5 soal UN dan 3 soal SBMPTN/UMB. Ada terdapat 2
soal yang menurut penulis katagori sulit yaitu nomor 7 dan 8 dan merupakan soal
tipe soal extraordinary. Pada soal nomor 5 dan 6 menurut penulis katagori sedang
tipe extraordinary. Pada soal 1,2,3 dan 4 menurut penulis katagori sedang tipe
ordinary. Menurut penulis, soal yang baik adalah soal yang bervariasi tingkat
kesukarannya agar dapat diketahui tingkat kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal yang diberikan. Siswa diminta menuliskan jawaban prosedural dari soal yang
diberikan, agar penulis mampu melihat kesulitan siswa dalam mengerjakan soal
tersebut.
Berikut instrumen soal yang diberikan untuk mendiagnosis kesulitan belajar
siswa!
1. Suku banyak
3
2
6 x +13 x +qx +12
mempunyai faktor (3x-1), faktor linier
yang lain adalah….( UAN SMA)
a. 2x-1
b. 2x+3
c. x- 4
d. x + 4
e. x + 2
2. Suku banyak dibagi (x – 5) sisanya 13, sedangkan jika dibagi (x – 1) sisanya 5.
2
x −6 x+ 5 sisanya adalah…(UAN SMA)
Suku banyak tersebut dibagi
b. 2x + 2
b. 2x + 3
3. Salah satu akar persamaan
c. 3x + 1
d. 3x + 2
e. 3x + 2
x 4 + px3 +7 x 2−3 x−10=0 adalah 1. Jumlah akar-
akar persamaan tersebut adalah…(UAN SMA)
a. -10
4. Suku banyak (
b. -7
c. -5
d. 3
e. 5
3
2
2
x - 3 x −5 x + x−6 ¿ dibagi oleh ( x −x−2 ¿ , sisanya
4
sama dengan….( UAN SMA)
a. 16x + 8
b. 16x – 8
c. -8x + 16
5. Suku banyak berderajat tiga dengan P(x) =
x
2
3
d. 8x – 16
2
x +2 x n+ mx +n
e. 5x – 1
dibagi dengan
- 4x + 3 mempunyai sisa 3x + 2, maka nilai n = …( UM-UGM K.IPA)
a. -20
b. -16
c. 10
d. 16
e. 20
6. Diketahui h(x) =
4
3
x +2 x −ax
2
x
2
+ 3x -4 merupakan salah faktor dari g (x)=
-14x + b. Jika dibagi dengan x + 1, akan bersisa…
( MATDAS SBMPTN/SNMPTN)
a. 0
b.3
c.9
d. 12
e.24
7. Diketahui suku banyak p(x) = ax 2+ bx 4 +cx−2007 , dengan a, b dan c adalah
konstan. Jika suku banyak p ( x) bersisa -2007 bila dibagi oleh ( x – 2007) dan
juga bersisa -2007 bila dibagi (x + 2007), maka c = …(MAT IPA
SPMB/SNMPTN)
a. 13
b. 10
c.10
d.7
e.6
8. Suatu suku banyak f(x) dibagi x -1 sisa 2 dibagi x -2 sisa 3. Suatu suku banyak
g(x) dibagi x-1 sisa 5 dibagi x-2 sisa 4. Jika h(x) = f(x). g(x), maka sisa
pembagi h(x) oleh
a. -2x + 12
x 2 -3x + 2 adalah…(UAN SMA)
b. -2x + 8
c. –x + 4
d. 2x + 8
e. x + 4
B. Penentuan Subjek
Subjek dalam penelitian adalah seorang siswi SMA Negeri I Sukoharjo
kelas XI IPA-3. Berikut identitas siswi tersebut:
Data Pribadi
Nama
Tempat/Tgl
Lahir
Alamat
Asma Syarifah
Sukoharjo, 1 Juni 1996
Pojok Kidul RT 02/06, Baran, Nguter, Sukoharjo
Jenis Kelamin Perempuan
Kebangsaan
Indonesia
Agama
Islam
Pendidikan Formal
2006-2009
SDN Karangasem III, Bulu, Sukoharjo
2009-2012
SMP Negeri I Bulu, Sukoharjo
Sekarang
Siswa kelas XI SMA Negeri I Sukoharjo
C. Analisis Kesalahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya.
Analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.Analisis
kesalahan sebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah tertentu. Menurut
Tarigan (1988:67) langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kesalahan
Dalam analisis kesalahan prosedural soal-soal extraordinary, data diambil
dari hasil tes. Berdasarkan jawaban siswa kemudian dianalisis tahap-tahap atau
langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa. Data hasil tes dan data hasil
wawancara dibandingkan untuk mendapatkandata yang valid. Kemudian, data
yang telah valid disajikan untuk tiap jawaban dan faktor-faktor apa yang menjadi
penyebab terjadinya kesalahan.
2. Mengidentifikasi kesalahan
Setelah tes diberikan kepada siswa untuk memperoleh data tentang
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Berdasarkan identifikasi terhadap
jawaban tes siswa, maka siswa dimintai wawancara.Wawancara ini bertujuan
untuk mengkonfirmasikan jawaban siswa pada tes serta untuk mengetahui faktorfaktor penyebab kesalahan yang dilakukan. Dari hasil tes dan hasil wawancara
dilakukan triangulasi data yaitu membandingkan data yang diperoleh dari kedua
kegiatan tersebut untuk memperoleh data yang valid.
3. Menjelaskan Kesalahan
Berikutnya adalah kegiatan menjelaskan kesalahan yang meliputi dua
kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu pemilihan data dan penyajian
data. Pemilihan dan penyederhanaan data yang melakukan agar tidak terjadi
penumpukan
data
atau
informasi
yang
sama.
(http://hipawidha.blogspot.com/2013/01/analisis-kesalahan-dan-solusinyadalam.html)
4. Mengoreksi kesalahan
Setelah menjelaskan kesalahan dan mengelompokkan jenis kesalahan
kemudian kegiatan mengoreksi kesalahan. Mengoreksi kesalahan adalah
penarikan kesimpulan dilakukan selama kegiatan analisis berlangsung sehingga
diperoleh suatu kesimpulan final.
Berikut ini disajikan hasil kerja siswa dalam menjawab test yang diberikan
oleh penulis. Ada 3 soal yang menurut penulis terdapat kesalahan prosedural
dalam menjawab soal yang berikan. Diantaranya no 1, 5 dan 7. Berikut
analisisnya:
Soal no 1
Pada soal soal no 1 siswa salah menghitung perpangkatan aljabar sehingga
siswa salah dalam mampu mencari faktor-faktor lainnya.
Berikut prosedural yang benar:
√ 6 x3 +13 x 2+qx+ 12
3x-1
2
6 x −2 x
= 2 x 2 +5 x−12
2
2
15 x −qx+ 12
15 x2−5 x
(q+5) x + 12
-36x + 12
0
Suku banyak diatas dapat ditulis kembali sebagai:
6 x 3+13 x 2 +qx +12 = ( 2 x 2 +5 x−12 ) (3x-1)
= (2x-3) (x+4) (3x+1)
Jadi faktor-faktor lainya adalah (2x-3) dan (x+4), maka jawabanya D
Soal no 5
Pada soal no 5 siswa kesulitan untuk menemukan nilai m dan n. Siswa
memulai dengan cara Horner. Ia berusaha menemuka sisa pertama (S 1),
sisa kedua (S2). Sebab ia menggunakan konsep sisa = ( S2 × P1 ) +S1
Menurut penulis, ini terjadi ketika siswa mengerjakan soal yang mirip
dengan soal berikut ini.
P(x) = 2x2 – x – 1 = (2x + 1)(x – 1)
P1: 2x + 1 = 0 → x = –½
P2: x – 1 = 0 → x = 1
Cara Hornernya:
H(x) = 1.x – 1 = x – 1
S(x) = P1.S2 + S1 = (2x + 1).1/2 + 7/2 = x + ½ + 7/2 = x + 4
Padahal jika ada konstanta yang tidak diketahui maka dapat diselesaikan
dengan subtitusi dan eliminasi.
Berikut prosedural yang benar:
Suku banyak yang berderajat tiga p(x) =
x
2
3
2
x +2 x n+ mx+n
dibagi dengan
- 4x + 3 = ( x - 1) (x - 3) mempunyai sisa 3x+2, maka berlaku
p(1) = 3(1) + 2 = 5 dan p(3) = 3(3) + 2 = 11
Jika x= 1 dan x =2 disubtitusikan ke p(x) =
3
2
x +2 x n+ mx+n
x= 1 maka 1 + 2 + m + n = 5 atau m+ n = 2 …………….(3)
x= 2 maka 27 + 18 + 3m + n = 11 atau 3m + n = -34 …..(1)
Jika (1) dan (2) dieliminasi diperoleh
m+ n = 2
3m + n = -34
2m = 36 atau m = -18 dan n = 20 maka jawabanya E
Soal no 7
Pada soal no 7 siswa kesulitan dalam menentukan koefisen a, b dan c , hal ini
menunjukan ketidakmampuan dalam memanipulasi bentuk-bentuk aljabar.
Perhatikan hasil kerja siswa berikut!
Berikut prosedural yang benar:
p(x) = ax 2+ bx 4 +cx−2007
p(x) : ( x – 2007 );
sisa = - 2007 , maka p (2007) = -2007
p(x) : ( x + 2007)
sisa = -2007, maka p ( -2007) = -2007
Misalkan: 2007 = m
p( m) = = am 2+ bm 4 +cm−m=−m
am 2+bm 4 +cm = 0…..(1)
p( -m) = = am 2+ bm 4−cm−m=−m
am 2+ bm 4−cm
= 0…..(2)
Persamaan (1) – (11) maka 2cm = 0 atau c = 0 , jawabannya C
D. Wawancara
1. Transkrip Wawancara Subjek
Penulis : Assalamulaikum wr.wb Asma, mas kira kamu sudah mengenal nama
mas, nama saya ‘ Yudi Pramono Pawiro, mas mahasiswa dari Universitas Sebelas
Maret Pascasarjana, Mas pingin tau ne terkait kesulitan asma dalam mengerjakan
soal-soal matematika.
Asma :Ya mas
Penulis : Asma suka ngak ama matematika?
Asma :Sebenarnya dari dulu sudah suka, tapi semenjak SMA jadi kurang karena
dari gurunya sendiri kurang jelas dan terlalu cepat dalam menjelaskan.
Penulis : Jadi jika kalo di tanya dikelas uda paham apa belum, ada ngag diantara
asma dan teman-teman bertanya kepada gurunya?
Asma: Y mas kadang diantar kita ada juga yang memberi respon untuk bertanya.
Penulis: Kira-kira soal yang mas kasi kemarin, soal-soalnya susah atau gampang?
Asma : Ada yang susah dan ada yang gampang mas
Penulis: Yang susah nomor berapa?
Asma: 6,7 dan 8
Penulis:Kenapa susah?
Asma : Kalo nomor 7 dan 8 belum pernah lihat soalnya mas.
Penulis: Berarti soal yang mas kasi soal extraordinary ya?
Asma : He..he…. Ya mas
Penulis : Berarti guru nya jarang kasih soal yang bentuknya kayak gini ya dek?
Asma : Ya mas
Penulis: Apa yang asma lakukan kalau gag paham?
Asma: Tanya am teman dan kadang-kadang ngulang d rumah mas
Penulis : Berarti kadang-kadang ngulangnya ya?
Asma : Ya mas
Penulis : Asma sering lupa ngag pelajaran yang telah lalu yang diajarai oleh guru?
Asma : Sering mas
Penulis: Ok,,terima kasih waktunya Asma, semoga sukses
Asma : Ok mas.
2. Analisis Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara tersebut dapat dilihat salah satu faktor yang
membuat siswa kesulitan dalam memahami soal extraordinary adalah kebiasaan
guru yang hanya memberikan soal yang biasa-biasa saja tanpa disesuaikan dengan
tes kesiapan siswa dalam menghadapi ujian UN/SBMPTN.
Kutipan Transkrip Wawancara Subjek:
Asma : Ada yang susah dan ada yang gampang mas
Penulis: Yang susah nomor berapa?
Asma: 6,7 dan 8
Penulis:Kenapa susah?
Asma : Kalo nomor 7 dan 8 belum pernah lihat soalnya mas.
Penulis: Berarti soal yang mas kasi soal extraordinary ya?
Asma : He..he…. Ya mas
Dan juga dapat dilihat frekuensi belajar siswa sangat rendah, maka disini
penting adanya repitisi belajar.
Asma: Tanya am teman dan kadang-kadang ngulang d rumah mas
Penulis : Berarti kadang-kadang ngulangnya ya?
Asma : Ya mas
E. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Guru memberi tugas (PR) soal-soal pengayaaan yang bervariasi dalam
proses pembentukan habit siswa.
Guru memberi stimulus kepada siswa dengan memberi soal-soal
pengayaaan yang bervariasi secara kontinu. Selanjutnya, pemberian tugas
(stimulus) akan membentuk habit yang baru pada siswa dalam mengerjakan tugas,
sehingga siswa terbiasa dalam mengerjakan tugas. Menurut penulis, stimulus yang
diberikan akan memberikan respon yang tidak tetap, artinya respon ini akan
senantiasa berkembang sebab melihat potensi akal
siswa akan membangun
pengetahuannya lewat kebiasaan yang dibangunnya. Siswa yang mengerjakan
soal-soal UN/SBMPTN sebelum menghadapi UN/SBMPTN akan senantiasa
mudah dalam menjawab soal tersebut sebab siswa ini sebelumnya memiliki
kebiasaan daalam menjawab soal-soal UN. Kemudian siswa yang biasa
menghadapi soal-soal SBMPTN akan mudah menjawab ketika sebelumnya siswa
itu berlatih untuk mengerjakan soal-soal tersebut, walaupun terjadi perubahan soal
siswa akan mudah menyelesaikannya dengan cara mengkoneksikan pemahaman
sebelumnya yang diperoleh melalui latihan-latihan sebelumnya dengan soal yang
baru ia hadapi, sehingga ditemukan solusi yang tepat dalam mengerjakannya. Nah
inilah yang menurut peneliti habits yang terbangun mampu mengkontruksikan
pengetahuan baru. Berbeda dengan hewan, kebiasannya terbentuk secara statis
artinya kebiasaan tersebiut akan tetap dan tidak ada kreativitas serta pembangunan
pengetahuan baru melalui habitsnya.
Singkat cerita, habits yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam
menyelesaiakan soal-soal extraordinary. Perhatikan bagan yang menerangkan
proses terbentuknya habits dalam proses pembelajaran.
PRACTICE
STIMULUS
ACTIONS/RE
SPON
HABITS
REPITISI
Gambar 1. Pembentukan Habit Siswa
Experience/ new
knowladge
SOLVE FOR
EXTRAORDINARY
TASK (UN/SBMPTN)
Berdasarkan pada diagram tersebut tidak hanya stimulus respon,
pembentukan habits diperkuat dengan repetisi dan practice. Dalam hal ini guru
memberikan soal-soal dari yang mudah sampai pada tataran soal-soal
extraordinary atau sesuai dengan kemampuan awal siswa. Hal ini dilakukan
secara kontinu dalam proses practice dan siswa dimotivasi untuk mengulang
(repetisi) pembelajaran yang telah diberikan. Practice atau latihan berfungsi untuk
menemukan apakah aktivitas yang akan dilakukan sudah benar atau belum, tepat
sasaran atau tidak. Sedangkan pengulangan akan menyempurnakannya. Jadi agar
siswa memiliki pemahaman yang mantap dalam aspek prosedural pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal-soal extraordinary maka diperlukan habits
yang merupakan gabungan dari practice
dan repetisi. Practice make right,
repetition makes perfect. Sama seperti manajemen, practice adalah efektivitas dan
repetition adalah efesiensi. Jadi ibu dari keahlian adalah repetisi dan ayahnya
adalah practice.
Tidak ada proses yang instan dalam membentuk habits. Kuncinya adalah
repetisi, dan itu membutuhkan waktu. Jadi solusi yang tepat dalam menghadapi
UN/SBMPTN adalah guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaraannya
dengan metode pembelajaran apapun harus mengutamakan proses practice dan
repetisi. Menurut Imam Syafi’i, siapa saja yang ingin mengusai suatu ilmu,
‘Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6
syarat yang akan saya sampaikan : dengan kecerdasan, menuntutnya dengan
bersemangat, dengan kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama
dengan pembimbing, serta waktu yang lama’. Dengan repitisi, seorang guru akan
menanamkan suatu memori (ingatan) pada tubuh siswa, sehingga memori ini akan
dieksekusi siswa secara otomatis ketika siswa mengadapi soal-soal extraordinary
UN/SBMPTN. Dengan demikian pembentukan habits positif seorang siswa yang
ingin sukses dalam mengahadapi UN/SBMPTN adalah practice dan repitisi.
2. Smart Solution
Untuk membuat siswa
bersemangat dalam mengerjakan soal-soal
extraordinary tidak ada salahnya jika sesekali guru memberi cara tricky atau
smart solution kepada siswanya dalam mengerjakan soal matematika termasuk
soal-soal extraordinary. Hal ini menurut penulis mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam katagori sukar. Namun
sebelumnya dalam pembentukan konsep materi sangat diperlukan agar tidak
terjjadi miskonsepsi pada siswa. Untuk menghadapi UN/SBMPTN diperlukan
waktu yang singkat dalam menjawab soal yang diberikan jadi menurut penulis
tidak masalah jika siswa dibekali smart solution dalam menyelesaikan soal-soal
extraordinary.
Dalam soal nomor 8, ketika penulis berbincang-bincang dengan siswa diluar
konteks wawancara, siswa mengaku jika nomor 8 tersebut siswa dibantu oleh
temanya, sebab menurutnya soal nomor 8 merupakan katagori soal yang sukar dan
menyadari jika soal tersebut bentuknya berbeda dari soal biasanya yang diperoleh
disekolah. Berikut penyelesaian nomor 8 oleh siswa:
Adapun cara smart solution dalam bentuk soal seperti diatas adalah:
Nomor 8 : Suatu suku banyak f(x) dibagi x -1 sisa 2 dibagi x -2 sisa 3. Suatu suku
banyak g(x) dibagi x-1 sisa 5 dibagi x-2 sisa 4. Jika h(x) = f(x). g(x), maka sisa
pembagi h(x) oleh
a. -2x + 12
x 2 -3x + 2 adalah…(UAN SMA)
b. -2x + 8
c. –x + 4
d. 2x + 8
e. x + 4
Smart Solution:
f(x) dibagi x -1 sisa 2
g(x) dibagi x-1 sisa 5
h(x) = f(x). g(x) = 2 × 5 = 10
maka jika x = 1
cari dari opsi yaitu tepatnya D. 2x+ 8 , sebab 2 ( 1 ) + 8 = 10
Dan banyak lagi smart solution yang bisa disampaikan oleh guru kepada
siswa untuk memotivasi
lainya.
siswa dalam menyelesaiakan soal-soal matematika
BAB III
SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Terdapat permasalahan yang ditemukan dalam menyelesaikan soal-soal
extraordinary yaitu siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut
disebabkan belum ada pengetahuan sebelumnya atau maqlumat tsabiqah
2.
Alternatif pemecahan masalah yang diberikan untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan dalam memecahkan soal-soal ekstraordinary pada materi ajar suku
banyak bagi siswa kelas XI SMA adalah sebagai berikut:
a. Guru memberi tugas (PR) soal-soal pengayaaan yang bervariasi dalam
proses pembentukan habit siswa.
b. Smart Solution
DAFTAR PUSTAKA
Felix siaw, How to master your habits. Khilafah Press: Jakarta,2012
http://hipawidha.blogspot.com/2013/01/analisis-kesalahan-dan-solusinyadalam.html