GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PA

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK
DENGAN HIDROSEFALUS DAN ATRESIA BILIER
MAKALAH
Tugas Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Disusun Oleh:
Nina Septianti
Maulana Agus Rizqi
Siti Samiratul Azizah
Tri Novianti
Yohana Bili

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA
Program Studi S1 Keperawatan
Jl.Surya Kencana No.1 Pamulang Tangerang Selatan

2014

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Gangguan Pertumbuhan Dan
Perkembangan Pada Anak Dengan Hidrofesalus Dan Atrisia Bilier ”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Pamulang, 22 september 2014

Penyusun

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................................1
C. Pembatasan Masalah..........................................................................................2
D. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Hidrosefalus .......................................................................................................3
1. Definisi ..................................................................................................3
2. Patofisiologi............................................................................................4
3. Etiologi...................................................................................................5
4. Manisfestasi Klinis ................................................................................5
5. Komplikas..............................................................................................5
6. Pemeriksaan penunjang..........................................................................6
7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus................................................6
B. Atrisia Bilier.......................................................................................................12
1. Definisi...................................................................................................12
2. Patofisiologi............................................................................................12
3. Etiologi ..................................................................................................13
4. Manifestasi klinis ...................................................................................14
5. Pemeriksaan diagnosis ...........................................................................14
6. Pemeriksaan terapeutik ..........................................................................14

7. Komplikasi ............................................................................................14
8. Asuhan Keperawatan pada Atresia Bilier...........................................14
BAB. III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................18
B. Saran ..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi atau anak sangat perlu diperhatikan sejak
masa konsepsi, karena apabila terjadi kelainan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan individu tersebut di masa depan.
Dewasa ini banyak kita temui kelainan kongenital pada bayi, kelainan kongenital itu
sendiri adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama
dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan kematian
neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan lahir rendah
diperkirakan 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama

kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir
mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang
mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia bilier,
eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan metabolik dan endokrin.
Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan kebiasaan
ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Melihat fenomena yang terjadi maka kelompok tertarik untuk membahas dua diantaranya
kelainan pada bayi atau anak yaitu hidrosefalus dan atresia bilier.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan hidrosefalus
2. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada bayi dengan atresia bilier
4

C. Pembatasan Masalah
Setelah membuat latar belakang, kelompok membatasi makalah hanya pada pembahasan
mengenai hidrosefalus dan atresia bilier, mulai dari pengertian hingga penatalaksanaan
keperawatan.
D. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memberikan informasi mengenai kelainan

yang terjadi pada bayi yaitu hidrosefalus dan atresia bilier.

5

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hidrosefalus
1. Definisi
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventriikel serebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural. ( Suriadi, 2010)
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi system ventrikel otak. ( Mitayani, 2010)
Hidrosefalus berarti terjadi pertambahan cairan otak di dalam ventrikel,sehingga
ukuran kepala menjadi besar. Hidrisefalus sering di sertai cacat bawaan lain,seperti spina
bifida. Hidrosefalus sering menimbulkan distosia, bahkan ruptur uteri, dan anak sering di
lahirkan dalam letak sungsang kerena kepala terlalu besar untuk masuk kedalam pintu atas
panggul. (Dinan S, 2013)

2. Patofisiologi

Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbs CSF dalam subarachnoid
(communicating hidrosefalus ) dan adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah CSP
masuk ke rongga subarachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau kelinan bentuk
perkembangan otak janin. (noncomunicating hidrosefalus).
Cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan
penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.

6

Infeksi, neoplasma, perdarahan, malformasi perkembangan otak
janin

Gangguan absorbs cairan
serebrospinal diruang subarachnoid
(communicating hydrocephalus)

Obstruksi aliran cairan serebrospinal
melalui system ventrikel (non
communicating hydrocephalus )


Akumulasi cairan serebrospinal diventrikel

Ventrikel dilatasi dan menekan organ organ yang
terdapat didalam otak diventrikel

3. Etiologi
Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likour didalam
system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor.
a. Hidrosefalus obstruksi

atau non komunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak

terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia
foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus.

7

b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi berlebihan gangguan oenyerapan
yang jarang ditemukan.
Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua yaitu congenital ; disebabkan gangguan

perkembangan janin dalam rahim (misalnya

malformasi arlnold chiari) atau infeksi

intarauterin. Didapat ; disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan.
4. Manisfestasi klinis
Maniesfestasi klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul
oleh gangguan neurologi akibat tekanan leukor yang meningkat, sehinggan menyebakan
hipoteropi otak.
Pada bayi yang saturanya masih terbuka, akan terlihat lingkar kepala frontooksipital
yang makin membesar, satura yang merengang dengan fontanel cembung dan tegang,
serta vena kulit kepala yang sering terlihat menonjol.
Kelainan neourologi berupa mata yang selalu mengarah ke bawah

(fenomena

matahari terbenam), gangguan perkembangan motroris, dan gangguan penglihatan akibat
atropi atau hipotropi akibat penglihatan.
Bila proses penimbunan cairan serebrospinal dibiarkan terus berlangsung pada bayi,
maka akan terjadi penipisan korteks serebrum yagn permanen walaupun kemudian

hidrosefalus dapat di atasi.
5. Komplikasi
a. Peningkatan tekanan intracranial
b. Kerusakan otak
c. Infeksi; septikema, endokarditis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak.

8

d. Suhu tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
e. Hematom subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi

organ dalam rongga

abdomen, fistula, hernia dan ileus
f. Kematian
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa dini dengan pengukuran kepala fronto – oksivital yang teratur pada bayi.
b. Rotgen foto kepala polos lateral tampak kepala yang membesar dengan distroposi
kraniofasial, tulang yang menipis, dan sutura melebar.

c. CT scan kepala terlihat jelas dilatasi seluruh system vertical otak.
d. Pemeriksaan cairan serebrosfinal dengan fungsi fentrikal melalui fontanel mayor
menunjukan tanda peradangan dan perdarahan baru atau lama yang juga menentukan
tekanan ventrikel.
e. USG kepala melalui fontanel yang terbuka lebar dapat di tentuka adanya pelebaran
ventrikel atau perdarahan dalam otak.
7. Asuhan Keperawatan pada Hidrosefalus
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan


Riwayat kesehatan dahulu.

Adanya riwayat infeksi meningen (meningitis)


Riwayat kesehatan sekarang.

Pembesaran tengkorak, adanya keluhan neorologi seperti mata yang selalu
mengarah ke bawah, gangguan perkembangan motoarik, gangguan penglihatan,

kejang, mual dan muntah, serta penurunan kesadaran.

9



Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ibu infeksi intrauterus : virus dan bakteri.
2) Pemeriksaan fisik


Keadaan umum

- Terjadi penurunan kesadaran
- Perubahan tanda – tanda vital
 Kepala
- Adanya pembesaran tengkorak
- Sutura yang masih terbuka terlihat lingkar kepala fronto – oksifital yang
makin merenggang dengan fontanel cembung dan tegang.
- Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
- Mata selalu melihat ke bawah
- Pada perkusi kepala bunyi seperti pot kembang yang retak (craked pot sign).
 Mata
- Terdapat edema pupil syaraf otak II pada meperiksaan funduskopi
- Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan penipisan tulang supra orbital
- Sclera tanpak di atas iris
- Pergerakan bola mata tidak teratur
 System gastrointestinal
Mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intra – cranial (TIK).
 Ekstermitas
Gangguan perkembangan motorik.

10

3) Data pisikologi dan social
 Kecemasan Ibu karena adanya perubahan fisik bayi dan juga karena
kurangnya pengetahuan informasi.
 Hubungan ibu dan orang lain akan terganggu kareba cacat pada bayinya

b. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan dengan tekanan likuor
yang meningkat.
2) Perubahan

persepsi penglihatan yang berhubungan dengan kelainan neurologi,

mata yang melihat ke bawah
.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan oleh perawat.
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala yang berhubungan dengan tekanan likuor
yang meningkat
Data objektif :
a) Perilaku distraksi
b) Menangis
c) Meringis dan gelisah
d) Memilih posisi yang nyaman
e) Tegangan muskuler, wajah menahan nyeri pucat
f) Terjadi perubahan tanda-tanda vital

11

Data subjektif :
a) Laporan dari ibu bayi sering menangis, meringis dan gelisah
Tujuan: nyeri berkurang, bayi dapat istirahat dengan nyaman
Intervensi :
a) Berikan lingkungan tenang dan agak gelap sesuai dengan indikasi
Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada
cahaya serta meningkatkan istirahat atau relaksasi.
b) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri
Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
c) Letakkan kantong es di atas kepala, pakaian dingin di atas mata
Rasional: meningkatkan fase kontriksi yang selanjutnya akan menurunkan nyeri
d) Dukung menemukan posisi yang nyaman seperti kepala ditinggikan sedikit.
Rasional: menurunkan rasa nyeri.
e) Lakukan terapi relaksasi seperti memberikan sentuhan dan pijatan ringan pada
bayi.
Rasional: sentuhan dan pijatan ringan memberikan kelancaran sirkulasi yang
dapat menurunkan nyeri
f) Berikan analgetik, narkotika, dan kolaborasi untuk tindakan medis seperti
pemasangan VP shunting
Rasional: diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

12

VP shunting: pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal dari ventrikel otak ke atrium kanan atau jantung atau ke rongga
peritoneum, yaitu pintasan ventrikuloatrial atau ventrikuloperitoneal.

2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan yang
berhubungan dengan kurang mengingat: salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Data objektif :
Tidak akurat mengikuti intruksi atau mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Data subjektif :
a) Pernyataan salah persepsi
b) Meminta informasi
c) Mengajukan pertanyaan
Tujuan: Proses

penyakit atau prognosis dan program terapi dipahami dengan

criteria hasil:
a) Menyatakan pemahaman proses penyakit
b) Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
c) Menghubungkan gejala dan faktor penyebab
Intervensi:
a) Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa yang akan dating.
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana ibu dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
13

b) Mendengar aktif tentang peran program terapi atau perubahan pola hidup.
Rasional: membantu ibu bekerja melalui perasaan dan meningkatkan rasa
control terhadap apa yang terjadi
c) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis.
Rasional: dengan meningkatkan evaluasi segera dapat mencegah komplikasi
serius.
d) Tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi atau keteter bila ada.
Rasional: meningkatkan perawatan diri dan kemandirian

14

B. Atresia Bilier
1. Definisi
Suatu defek congenital yang merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi ,
deatau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau intrahepatik. ( Suriadi, 2010)
Atresia bilier adalah suatu penghambatan didalam pipa atau saluran-saluran yang
membawa cairan empedu dari hati (liver) menuju kekantung empedu (gallbladder). Ini
merupakan kondisi kongenital yang terjadi pada setiap kelahiran. (Lavanilate, 2010)

2. Patofisiologi
Obstruksi atau tidak adanya saluran empedu ekstrahepatik

Empedu tersumbat dan kembali ke liver

Pradangan, odema, degenerasi hepatic

Malabsorsi lemak, vitamin

Fibrosis

Cirrhosis

Malnutrisi

Hipertenssi portal

Kekurangan vitamin larut lemak

Gagal hati

Gagal tumbuh
15

Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran normal
empedu kelar hati dan kedalam kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan
dan menyebabkan empedu balik kehati. Ini akan menyebabkan peradangan, edema dan
degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis dan hipertensi portal sehingga
akan mengakibatkan gagal hati
Degenerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice, ikterik dan
hepatomegaly. Karena tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak
dapat diabsorsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal hati

3. Etiologi
a. Belum diketahui secara pasti
b. Kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine

4. Manifestasi klinis
a. Warna tinja pucat
b. Distensi abdomen
c. Varises esophagus
d. Hepatomegaly
e. Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan
f. Lemah
g. Pruritus
h. Anoreksia
i. Letargi

16

5. Pemeriksaan diagnosis
a. Fungsi hati (bilirubin, aminotransferase ALTAST dan factor pembekuan prothrombin
time. Partial thromboplastin time.)
b. Pemeriksaan urine dan tinja
c. Biopsy hati
d. Cholangiography untuk menentukan keberadaan atresia
6. Pemeriksaan terapeutik
a. Pembedahan: laparotomi
b. Portoenterostomi (kasai prosedur) untuk drainage empedu dari hati. Prosedur ini
dimana empedu langsung dialirkan ke usus melalui anastomosis pada jejenum dengan
porta hepatis
7. Komplikasi
a. Cirrhosis
b. Gagal hati
c. Gagal tumbuh
d. Hipertensi portal
e. Varises esophagus
f. Asites
g. Encephalopathy
8. Asuhan Keperawatan pada Atresia Bilier
a. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik
2. System gastrointestinal: warna tinja, distensi, asites, hepatomegaly, anoreksia,
tidak mau makan
3. System p0ernafasan
4. Genitourinary: warna urine
17

5. Integument: jaundice, kulit kering, pruritus, kerusakan kulit, edema perifer
6. Muskuloskeltal; letargi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya volume cairan b/d gangguan absorbs
2. Gangguan tumbuh kembang b/d kondisi kronik
3. Risiko perdarahan b/d prosedur pembedahan
4. Risiko infeksi b/dprosedur pembedahan
5. Perbahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbs dan tidak
mau makan
6. Gangguan integritas kulit b/d pruritus
c. Perencanaan Keperawatan
1. Anak akan menunjukan tanda-tanda keseimbangan cairan cairan dan elektrolit
yang ditandai dengan membrane mukosa lembab, pengisian kembali kapiler 3
sampai 5 detik, turgor kulit baik, pengeluaran urine 1 2 ml/kg/jam
2. Anak akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
3. Anak tidak menunjukan perdarahan dan infeksi
4. Anak akan menunjukkan status nutrisi adekuat yang ditandai dengan nafsu makan
baik dan berat badan sesuai
5. Orang tua/keluarga akan menekspresikan pemahamanya tentang perawatan
dirumah
6. Anak akan menunjukkan keutuhan kulit
d. Implementasi
1. Meningkatkan status hidrasi


Pertahankan terapi cairan intaravena


Kaji tanda-tanda dehidrasi; ubun-ubun turgor kulit, membrane mukosa


Kaji intake dan output


Pasang NGT untuk nutrisi dan cairan ukur lilitan atau lingkar abdomen

18

Monitor resistensi perifer, tekanan darah, total protein, albumin, urea


nitrogen dan kreatinine
2. Mempertahankan tumbuh kembang secara normal
Lakukan stimulasi yang dapat dicapai sesuai dengan usia ; gerakan (motorik


halus dan kasar, ROM , posisi duduk, memberikan benda-benda yang dapat
dicapai)
Jelaskan pada orang tuan pentingnya melakukkan stimulasi tumbu8h


kembang dengan menyesuaikan kondisi anak; seperti perlu istirahat.
3. Mencegah perdarahan dan infeksi


Pantau tanda-tanda vital


Pantau perdarahan dan tanda-tanda infeksi


Hindari pergerakan yang berlebihan yang dapat menambah ketegangan


Pantau distensi abdomen


Monitor bising usus

4. Meningkatkkan status nutrisi yang adekuat


Pertahankan nutrisi parenteral, dan jaga kepatenan IV


Pertahankan nutrisi melalui NGT


Berikan nutrisi yang adekuat; vitamin dan mineral supplement


Timbang berat badan setiap hari


Monitor intake dan output


Monitor laboratorium; albumin, protein sesuai program

5. Meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada anak yang sakit


Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan; dosis, reaksi obat dan tujuanya


Jelaskan pentingnya stimulasi pada anak; pendengaran, visual dan sentuhan


Jelaskan pentingnya monitor adanya muntah, mual, keram otot, diare, HR
yang tidak teraktur, segera lapor ke perawat atau dokter

6. Mempertahankan keutuhan kulit


Kaji tanda-tannda kerusakan kulit


Rubah posisi anak setiap 2 jam atau sesuai kondisi


Gunakan matras yang lembut
19

e. Evaluasi
1. Perencanaan pemulangan


Jelaskan tentang kondisi anak


Jelaskan untuk control ulang


Lihat implementasi no 5

20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat pelebaran ventrikel.
Menurut Mitayani, hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likour didalam
system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor.
a. Hidrosefalus obstruksi

atau non komunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak

terganggu, yang kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvii. Atresia
foramen megandi dan lushka jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus.
b. Hoidrosefalus komunikans terjadi karena produksi berlebihan gangguan oenyerapan
yang jarang ditemukan.
Cara penyembuhan dari penyakit Hidrosefalus adalah mengurangi produksi CSS,
mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi , dan
pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
berkembang secara normal.
Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati ke kandung empedu. Hal
ini bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak diobati bisa berakibat
fatal. Kemungkinan penyebab atrisia bilier karena infeksi pada intraurine.

21

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada atrisia billier adalah dengan memeriksa Fungsi
hati (bilirubin, aminotransferase ALTAST dan factor pembekuan prothrombin time. Partial
thromboplastin time.), Pemeriksaan urine dan tinja, Biopsy hati, Cholangiography untuk
menentukan keberadaan atresia
B. Saran
Diharapkan kepada orang tua yang mendapatkan anak dengan kasus Hidrocephallus
untuk tidak berkecil hati karena masih ada pengobatan yang dapat dilakukan. Pengobatan
tersebut dapat membantu anak tersebut untuk proses tumbuh kembang si anak dikemudian
hari.
Bagi petugas kesahatn diharapkan data memberikan penatalaksanaan yang tepat dan
asuhan yang adekuat serta hati-hati untuk mencegah terjadi infeksi, sehingga nantinya dapat
menurunkan angka kematian akibat penyakit Hidrocephallus ini.
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan yang tepat demi
tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang optimal bagi penderita atresia
bilier.

22

DAFTAR PUSTAKA

Amru sofian.2011.” synopsis obstetric”.jakarta, EGC
Mitayani, 2009, ”asuhan keperawatan maternitas.” jakarta, salemba merdeka.
Suriadi, rita yuliani, 2010. “asuhan keperawtan pada anak”.jakarta. sagung seto.

23