TUGAS AKHIR INSTRUMENTASI FISIKA DASAR

TUGAS AKHIR INSTRUMENTASI FISIKA LAPORAN OBSERVASI DI LABORATORIUM FMIPA-UNP, BMKG

STASIUN KLIMATOLOGI SICINCIN, GAW KOTOTABANG, LAPAN

KOTOTABANG, DAN PT. SEMEN PADANG

Disusun dalam Rangka Melengkapi Tugas-tugas Mata Kuliah Instrumentasi Fisika

Oleh : FUJI PRASETYO NIM. 1101449/2011

Dosen Pembimbing :

1. Harman Amir, M.Si.

2. Dr. Yulkifli, S.Pd, M.Si. PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya lah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kunjungan atau observasi laboratorium di lapangan guna memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi Fisika. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan laporan ini penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Harman Amir, M.Si. dan Bapak Dr. Yulkifli, S.Si, M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Instrumentasi Fisika, karena atas bimbingan dan dorongan dari beliaulah laporan yang dianjurkan dalam rangka melengkapi tugas-tugas Instrumentasi Fisika ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang telah memotivasi

serta mendo‟akan anak-anak beliau juga kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu.

Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan sumbangan moril dan materil dan semoga menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang instrumentasi-instrumentasi fisika yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Akhir kata, penulis mengakui bahwa laporan ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar laporan ini lebih baik dari yang sekarang ini. Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Padang, Desember 2014

Penulis

Laporan Observasi Fuji Prasetyo i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instrumentasi fisika merupakan salah satu mata kuliah untuk jurusan fisika. Berdasarkan Buku Pedoman Akademik Universitas Negeri Padang 2011/2012 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata kuliah instrumentasi fisika termasuk kedalam kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) dengan bobot 3 SKS. Mata kuliah intrumentasi fisika merupakan mata kuliah wajib dan termasuk komponen pendukung. Mata kuliah instrumentasi fisika ini membahas tentang proses fisis dari peralatan penelitian fisika meliputi: Spektroskopi atom dan molekul, Radiasi laser, Kisi, sumber-sumber gelombang elektromagnetik, observasi dan membahas berbagai instrumentasi spektrokopi dan instrumentasi geofisika.

Mata kuliah intrumentasi fisika mengharuskan mahasiswanya dapat memahami dasar-dasar proses fisis yang terjadi pada instrumen penelitian fisika. Oleh karena itu, untuk memahami proses-proses fisis tersebut, mahasiswa melakukan observasi untuk melihat secara langsung proses-proses fisis yang terjadi dalam penelitian fisika. Di laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang terdapat beberapa instrumen penelitian fisika seperti: X-Ray Difractometer (XRD), Scennning Electron Microscope (SEM), dan Seismik. Untuk instrumen- instrumen yang lain tidak ada di laboratorium FMIPA-UNP. Sehingga, mahasiswa melakukan observasi di tempat-tempat yang memiliki instrumen-intrumen penelitian fisika.

Adapun tempat-tempat observasi yang dikunjungi yaitu:

1. Laboratorium Fisika FMIPA-UNP

2. Laboratorium Biologi FMIPA-UNP

3. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sicincin (BMKG Sicincin)

4. GAW (Global Atmosphere Watch) KOTOTABANG

5. Lokasi Pengamatan Atmosfer Kototabang (LAPAN KOTOTABANG)

6. Laboratorium Fisika dan Kimia PT. Semen Padang. Agar dapat memahami proses-proses fisis instrumen fisika di tempat-tempat observasi tersebut, mahasiswa diharapkan membuat laporan observasi. Hal ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam menulis karya-karya ilmiah dan sebagai bahan bacaan 6. Laboratorium Fisika dan Kimia PT. Semen Padang. Agar dapat memahami proses-proses fisis instrumen fisika di tempat-tempat observasi tersebut, mahasiswa diharapkan membuat laporan observasi. Hal ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam menulis karya-karya ilmiah dan sebagai bahan bacaan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah nama instrumen fisika yang ada di tempat observasi yang ada di tempat observasi/pengamatan?

2. Apa sajakah kegunaan dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan?

3. Bagaimanakah prinsip kerja dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan?

4. Bagaimanakah bentuk fisis dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan?

5. Bagaimanakah bentuk sample yang digunakan untuk masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan?

C. Batasan Masalah

Instrumen-instrumen fisika yang dibahas dalam laporan observasi ini merupakan instrumen-instrumen yang ada pada tempat observasi dan waktu melakukan observasi.

D. Tujuan Pengamatan

Pengamatan atau observasi lapangan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui atau mengenal nama dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan.

2. Mengetahui kegunaan dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan.

3. Mengetahui prinsip kerja dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan.

4. Mengetahui bentuk fisis dari masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan.

5. Mengetahui bentuk sampel yang digunakan untuk masing-masing instrumen fisika yang ada di tempat observasi/pengamatan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Tempat Observasi dan Instrumen Fisika yang Terdapat di Tempat Observasi

1. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang atmosfer, dimana membahas tentang pembentukan dan gejala perubahan cuaca serta fisika yang berlangsung di atmosfer. Proses fisika ini berlangsung secara terus-menerus, sangat rumit, dan dinamis akibatnya cuaca senantiasa berubah menurut ruang dan waktu.

Pengamatan cuaca dilakukan setiap hari dan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang dalam bentuk sejumlah data. Data tersebut selanjutnya diolah secara statistik dan akan didapatlah suatu pola, sehingga dapat memperkirakan keadaan cuaca pada masa yang akan datang. Selain itu juga di peroleh nilai suhu rata-rata, maksimum, minimum, kelembaban rata –rata dan lain sebagainya. Klimatologi dan meteorologi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana iklim merupakan rata-rata dari cuaca dam memberikan penjelasan tentang peredaran cuaca dan unsur-unsur atmosfer dalam jangka panjang, sedangkan meteorologi sendiri membahas proses-proses fisika yang terjadi di atmosfer dalam waktu yang lebih singkat.

Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Sedangkan pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.

Gambar 1. Logo BMKG

Gambar 2. Stasiun Klimatologi Sicincin Meteorologi, klimatologi, dan gempa tersebut dipantau oleh sebuah instansi

yang bernama BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Salah satu BMKG yang ada di Indonesia, tepatnya di Sumatra Barat adalah BMKG Sicincin dan BMKG Padang Panjang. Dimana BMKG sicincin lebih kepada pemantauan cuaca dan iklim, sedangkan BMKG Padang Panjang lebih kepada pengamatan gempa.

Instrumen-instrumen yang Ada di BMKG

1. Anemometer Manual

Anemometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin yang banyak dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Nama alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin. Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450. Selain mengukur kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu.

Anemometer dapat dibagi menjadi dua kelas: yang mengukur angin dari kecepatan, dan orang-orang yang mengukur dari tekanan angin, tetapi karena ada hubungan erat antara tekanan dan kecepatan, yang dirancang untuk satu alat pengukur jurusan angin akan memberikan informasi tentang keduanya.

Gambar 3. Anemometer manual

Prinsip Kerja Anemometer

Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu (1) daerah asalnya dan (2) daerah yang dilewatinya dan (3) lama atau jarak pergerakannya. Dua komponen angin yang diukur ialah kecepatan dan arahnya.

Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut Anemometer atau Anemograf.

Kerja Anemometer ini mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan tekanan kecepatan sehubungan dengan adanya perbedaan kecepatan angin dari berbagai ketinggian yang berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer ini biasanya disesuaikan dengan tujuan atau kegunaannya. Untuk bidang agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor (mangkok) 2 meter di atas permukaan tanah.

Arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal. Bila angin itu datang dari Selatan, maka arah anginnya adalah Utara, datangnya dari laut, dinyatakan angin laut. Arah angin untuk angin di daerah permukaan biasanya dinyatakan dalam 16 arah kompas yang dikenal dengan istilah Wind Rose, sedangkan untuk angin di daerah atas dinyatakan dengan derajat dimulai dari arah Utara bergerak searah jarum jam sampai di arah yang bersangkutan. Bila tidak ada tiupan angin maka arah angin dinyatakan dengan kode 00 dan bila angin berasal dari titik utara dinyatakan dengan 3600. Arah angin tiap saat dapat dilihat dari posisi panah angin (Wind Vane), atau dari posisi kantong angin (Wind Sack). Pengamatan dengan kantong umumnya dilakukan dilapangan terbang.

2. Anemometer Otomatis

Alat ini memiliki fungsi dan cara kerja yang sama dengan Anemometer manual. Bedanya hanya terletak dari cara pembacaan datanya. Dimana pada alat ini data akan dihubungkan ke kabel transmisi data, sehingga data dapat diperoleh secara otomatis di komputer.

Gambar 4. Anemometer Otomatis

3. Arcinograph Bimetal

Pada prinsipnya alat ini terdiri bola kaca berdiameter tertentu yang memfokuskan sinar datang sesuai sudut datang matahari dan pencatat intenitas radiasi matahari sesuai waktu atau sudut datang/ posisi matahari berupa film celelloid. Film tersebut yang akan terbakar dengan intensitas tertentu berupa bekas goresan hingga terbakarnya bahan tersebut. Alat ini dinamakan Arcinograph. Pada perkembangannya digunakan tinta dan kertas grafik pencatat dengan dasar pemuaian sensor yang langsung menggeser posisi pena tinta sesuai besar kecilnya pemuaian sensor oleh radiasi matahari yang datang. Macam alat tersebut: Solari meter tipe Yordan, Tipe Combell-Stakes

Gambar 5. Arcinograph Bimetal

Untuk keperluan penelitian hasil fotosintesis bersih suatu fase pertumbuhan tanaman atau mengetahui besarnya kemampuan setiap posisi daun dalam menghasilkan atau sebagai pengguna saja fotosintat (mutual shading), data intensitas sinar matahari pada setiap posisi daun perlu diketahui. Alat untuk mencatat intensitas sinar yang diterima setiap posisi daun tanaman dilakukan dengan lightmeter atau fluxmeter (elektrik) yang operasionalnya dengan batere. Alat ini langsung menunjuk angka satuan yang tertera pada monitor.

4. Automatik Rain Water Sampel (ARWS)

Gambar 6. Automatik Rain Water Sampel (ARWS)

Automatik Rain Water Sampel (ARWS) adalah alat yang digunakan untuk mengetahui sampel air, pada alat ini terdapat autometic range yang berfungsi untuk mengetahui jumlah intensitas air hujan dan gun belami yang berfungsi untuk mengetahui intensitas matahari.

5. Campble Stoke

Pengukuran lamanya sinar matahari bersinar dimaksudkan untuk mengetahui intensitas dan berapa lama/ jam matahari bersinar mulai terbit hingga terbenam. Matahari dihitung bersinar terang jika sinarnya dapat membakar pias Campble stokes. Lamanya matahari bersinar dapat dinyatakan dalam presentase atau jam. Untuk keperluan pemasangan dan pengamatan perlu diketahui hal-hal yang menyangkut waktu semu lokal dan waktu rata-rata lokal. True Solar Day yaitu waktu antara dua gerakan matahari melintasi meridian. Waktu yang didasarkan panjang hari ini disebut apparent solartime atau waktu semu lokal. Waktu ini dapat ditunjukkan oleh sunshine recorder. Waktu semu lokal ialah waktu yang ditentukan oleh gerakan relatif matahari terhadap horizon. Sepanjang tahun lamanya (panjangnya) True Solar Day berbeda-beda. Untuk memudahkan perhitungan dibayangkan adanya matahari fiktif yang beredar mengelilingi bumi dengan kecepatan tetap selama setahun.

Gambar 7. Campble Stokes

Prinsip alat adalah pembakaran pias. Panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam jam. Alat ini mengukur lama penyinaran surya. Hanya pada keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang terukur adalah lama penyinaran surya terang.Pias ditaruh pada titik api bola lensa. Pembakaran pias terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas pias adalah kertas khusus yang tak mudah terbakar kecuali pada titik api lensa.

Gambar 8. Hasil Pengamatan Campble Stoke

Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang

Alat dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah Timur matahari terbit dan ke barat matahari terbenam. Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan letak lintang setempat. Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat diganti-ganti setiap hari. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat yang sama:

1) Pias waktu matahari di ekuator

2) Pias waktu matahari di utara

3) Pias waktu matahari di selatan

6. Evaporimeter Panci Terbuka

Evaporimeter Panci Terbuka adalah alat yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar banyaknya penguapan air dalam satu hari, didalam evaporimeter panci terbuka diisi air sehingga dapat mengapungkan termometer yang telah ada di dalam panci tersebut, pembacaan suhu pada termometer yang mengapung dalam panci dilakukan setiap hari pada jam 07.30 WIB, 13.30 WIB dan 17.30 WIB. Fungsi termometer apung yang berada di dalam evaporimeter panci terbuka adalah untuk mengukur suhu maksimum dan suhu minimum air permukaan.

Gambar 9. Evaporimeter Panci Terbuka

7. Gun Bellani Integrator Radiation

Pencatat Intensitas Cahaya Matahari Satuan : Calori/Cm2 (Langley). Intensitas Cahaya Matahari = Selisih pembacaan skala dikalikan konstanta dibagi

Cara kerja alat : Sewaktu memasang alat dipagi hari, alat dibalik dan dikembalikan sehingga permukaan air dalam tabung mendekati nol. Air dlm alat volumenya konstan dan bila kena cahaya matahari akan menguap dan berkondensasi sehingga air turun kebawah

. Gambar 10. Gun Bellani Integrator Radiation

8. Penakar Hujan Biasa

Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari :

1. Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.

2. Bak tempat penampungan air hujan.

3. Kaki yang berbentuk tabung silinder.

4. Gelas penakar hujan.

Gambar 11. Penakar Curah Hujan Biasa Alat pengukur hujan, mengukur tinggi hujan seolah-olah air yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Bila air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong penampung maka hasilnya dalah tinggi. Satuan yang dipakai adalah milimeter (mm).

Penakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe observatorium. Semua alat penakar hujan yang beragam bentuknya atau yang otomatis dibandingkan dengan alat penakar hujan otomatis (OBS). Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini.

9. Penakar Hujan Jenis Hellman

Gambar 12. Penakar Hujan Jenis Hellman

Alat ini merupakan penakar hujan otomatis dengan tipe siphon. Bila air hujan terukur setinggi 10 mm, siphon bekerja mengeluarkan air dari tabung penampungan dengan cepat, kemudian siap mengukur lagi dan kemudian seterusnya. Di dalam penampung terdapat pelampung yang dihubungkan dengan jarum pena penunjuk yang secara mekanis membuat garis pada kertas pias posisi dari tinggi air hujan yang tertampung. Bentuk pias ada dua macam, harian dan mingguan. Pada umumnya lebih baik menggunakan yang harian agar garis yang dibuat pena tidak terlalu rapat ketika terjadi hujan lebat. Banyak data dapat dianalisadari pias, tinggi hujan harian, waktu datangnya hujan, derasnya hujan atau lebatnya hujan per satuan waktu.

Cara kerja alat ini : Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul

dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas

Gambar 13. Diagram Cara Kerja penakar Hujan Jenis Hellman

10. Thermohigrof Graph

Fungsi : untuk mengukur suhu dan kelembapan udara Cara kerja :

Alat ini mencatat otomatis temperatur dan kelembapan sebagai fungsi waktu. Thermohygrograph ini adalah logam panjang yang terdiri dari 2 bagian, kuningan dan invar. Bentuk bimetal merupakan spiral. Terpasang pada sumbu horizontal dan diluar kotak Thermograph. Satu ujung bimetal dipasang pada kotak dengan sekrup penyetel halus, sehingga letak pena dapat diatur. Ujung lain dihubungkan ketangkai pena melalui sumbu horizontal sehingga dapat menimbulkan track/ rekaman pada kertas pias yang berputar 24 jam per rotasi. Jika temperatur naik, ujung bimetal menggerakkan tangkai pena keatas, dan sebaliknya. Sebelum dipakai, thermograph harus dikalibrasi terlebih dahulu. Alat ini harus ditempatkan dalam sangkar apabila dipakai untuk mengukur atmospher.

Gambar 14. Thermohygrograph

11. Thermometer Tanah

Thermometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu tanah pada kedalaman tertentu ( 5, 10, 20, 50, dan 100 cm). Untuk keperluan ini telah dibuat termometer sesuai dengan kedalamannya. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal stasiun pengamatan. Areal tidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal ini harus dihindari. Termometer dilindungi dengan pagar kawat dan dijaga agar tanah disekitarnya tidak terganggu.

Gambar 15. Thermometer Tanah Gundul

Gambar 16. Thermometer tanah berumput

Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara.

Sampai kedalaman 20 cm digunakan termometer air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada kedalaman yang diinginkan. Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian skala dilengkungkan.halini dibuat adalah untuk memudahkan dalam pembacaan termometer dan menghindari kesalahan paralaks.

Gambar 17. Termometer tanah kedalaman 50 cm dan 100 cm

Termometer tanah untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm bentuknya berbeda dengan kedalaman lain. Termometer berada dalam tabung gelas yang berisi parafin, kemudian tabung diikat dengan rantai lalu diturunkan dalam selongsong tabung logam ke dalam tanah sampai kedalaman 50 cm atau 100 cm.

Cara membaca termometer pada kedalaman 50 cm dan 100 cm :

1. Buka tutup tabung besi

2. Tarik tabung gelas yang terikat pada rantai dengan hati-hati

3. Pegang ujung gelas yang terikat dengan rantai

4. Baca termometer sampai persepuluhan derajat dengan cepat dan cermat

5. Waktu membaca usahakan membelakangi matahari, untuk menghindari pengaruh sinar matahari terhadap ketelitian pembacaan.

6. Kembalikan termometer ke tempat semula dengan hati-hati.

Suhu tanah berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dalam tanah, seperti mineralisasi, respirasi mikroorganisme dan akar serta penyerapan air dan hara oleh tanaman. Laju fluks panas ke dalam tanah ditentukan gradien suhu dan konduktivitas tanah yang nilai dipengaruhi oleh lengas dan bahan organik.

Suhu tanah maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi matahari mencapai maksimum, tetapi untuk lapisan yang lebih dalam, suhu maksimum tercapai beberapa waktu kemudian. Makin lama pemanasan permukaan tanah maka makin dalam pula suhu permukaan akan terasa ke lapisan yang lebih dalam.

Suhu tanah umumnya rata-rata lebih besar daripada suhu daripada suhu di atmosfer sekelilingnya. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan panas di tanah lebih lama daripada di udara. Suhu tanah yang tertutup tanaman lebih kecil daripada suhu tanah gundul, karena tanaman memerlukan energi untuk keperluan transpirasi.

12. Thermometer Apung

Thermometer ini merupakan bagian/ kelengkapan dari alat evaporasi panci terbuka. Berfungsi untuk mengetahui suhu permukaan air yang terjadi di permukaan bumi/ tanah. Terdiri dari thermometer maksimum (thermometer air raksa) dan thermometer minimum (thermometer alcohol). Suhu rata-rata air didapat dengan menambahkan suhu makimum dan minimum, kemudian dibagi dua. Letak thermometer harus terapung tepat di permukaan air, sehingga dilengkapi dengan Thermometer ini merupakan bagian/ kelengkapan dari alat evaporasi panci terbuka. Berfungsi untuk mengetahui suhu permukaan air yang terjadi di permukaan bumi/ tanah. Terdiri dari thermometer maksimum (thermometer air raksa) dan thermometer minimum (thermometer alcohol). Suhu rata-rata air didapat dengan menambahkan suhu makimum dan minimum, kemudian dibagi dua. Letak thermometer harus terapung tepat di permukaan air, sehingga dilengkapi dengan

Gambar 18. Thermometer apung

13. Sangkar Meteorologi

Sangkar meteorologi umumnya dipasang di dalam taman alat-alat meteorologi, bentuknya terlihat seperti pada gambar.

Gambar 19. Sangkar Meteorologi

Didalam sangkar Meteorologi dipasang alat-alat seperti Thermometer bola kering, Thermometer bola basah, Thermometer maximum, Thermometer minimum, dan Evaporimeter jenis piche. pada stasiun meteorologi pertanian dan klimatologi dipasang Evaporometer jenis Keshner tersendiri.

Pemasangan alat-alat meteorologi didalam sangkar dimaksudkan agar hasil pengamatan dari tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu sama lain. Selain itu, alat-alat yang terdapat didalamnya terlindung dari radiasi matahari langsung, hujan dan debu.

Sangkar cuaca digunakan dengan maksud agar pengukuran suhu tidak terkena langsung sinar matahari tetapi sirkulasi udara masih lancar, sehingga sangkar cuaca dibuat sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan pengukuran

a. Bentuk Sangkar

Terbuat dari kayu yang baik (jati/ulin) sehingga tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih agar tidak banyak menyerap radiasi panas matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya berada pada ketinggian 120 cm di atas tanah berumput pendek, sedangkan letaknya paling dekat dua kali (sebaiknya empat kali) tinggi benda yang berada di sekitarnya. Sangkar. Sangkar dipasang kuat berpondasi beton sehingga tidak dapat bergerak atau bergoyang jika angin kencang, selain itu agar sangkar tidak mudah dimakan rayap. Sangkar mempunyai dua buah pintu dan dua jendela yang berlubang- lubang/kisi. Lubang/kisi itu memungkinkan adanya aliran udara. Temperatur dan kelembaban udara di dalam sangkar mendekati/hampir sama dengan temperatur dan kelembaban udara di luar. Sangkar dipasang dengan pintu membuka/ menghadap utara-selatan, sehingga alat-alat yang terdapat di dalamnya tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. Jika matahari berada pada belahan bumi selatan, pintu sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau sebaliknya

b. Peralatan yang terdapat di dalam Sangkar Meteorologi

Alat pengukur kelembaban udara dimasukkan ke dalam Sangkar Cuaca yang di dalamnya antara lain terdapat beberapa peralatan, yaitu :

1) Termometer Maksimum Minimum

Gambar 20. Thermometer Maximum dan Thermometer Minimum

a) Thermometer Makxsimum

Thermometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, thermometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.

b) Thermometer Minimum

Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum

Gambar 21. Termometer Minimum Untuk mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat

dilakukan dengan memiringkan/ membalikkan posisi thermometer hingga indek bergerak ke ujung dari alkohol (posisi suhu aktual).

2) Termometer Bola Basah- Bola Kering

Gambar 22. Termometer Bola Kering dan Termometer Bola Basah

a. Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering)

Temperatur bola kering yaitu suhu yang ditunjukkan dengan thermometer bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini bias dalam celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa thermometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer. Karena mendapatkan kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversika dengan satuan suhu (celcius, Fahrenheit, dll).

b. Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah)

Temperatur bola basah yaitu suhu bola basah. Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan thermometer

yang bulbnya (bagian bawah thermometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya.

c. Prinsip Kerja Temperatur Bola Basah dan Bola Kering

Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam thermometer. Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature, dapat kita gambarkan jika ada suatu kolam dengan panjang tak hingga diatasnya ditutup. Kemudian udara dialirka melalui permukaan air. Dengan adanya perpindahan kalor dari udara ke permukaan air maka terjadilah penguapan. Udara menjadi jenuh diujung kolam air tersebut. Suhu disinilah yang dinamakan Wet Bulb temperatur.

Untuk mengukur dua sifat (Dry dan Wet bulb temperature) ini sekaligus biasanya menggunkan alat yang namanya sling, yaitu dua buah thermometer yang di satukan pada sebuah tempat yang kemudian tempat tersebut dapat diputar. Satu thermometer biasa dan yang lainnya thermometer dengan bulb diselimuti kain basah. Dew Point, yaitu suhu dimana udara telah mencapai saturasi (jenuh). Jika udara tersebut mengalami pelepasan kalor sedikit saja, maka uap air dalam udara akan mengembun.

Termometer Bola Kering merupakan alat ukur suhu udara di permukaan yang diamati setiap jam pengamatan. Dari 2 termometer ini diketahui data RH dan TD.

2. Global Atmosphere Watch (GAW Kototabang)

Gambar 23. Logo GAW

Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang (Global Atmosphere Watch) terletak di Pulau Sumatera, Indonesia (0° 12′ 07″ LS – 100° 19′ 05″ BT). Stasiun ini

berjarak 17 km arah Utara kota Bukittinggi dan lebih kurang 120 km Utara kota Padang yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Barat. Stasiun yang berada di area terpencil ini terletak di daerah ekuatorial pada ketinggian 864,5 m di atas permukaan laut dan 40 km dari garis pantai bagian Barat. Arah angin berasal dari Selatan-Tenggara (Desember sampai Mei) atau Utara-Barat Laut (Mei sampai Oktober). Temperatur bervariasi dari

16 sampai 25°C dengan variasi yang sangat kecil dan kelembaban relatif biasanya lebih dari 80%. Fasilitas yang tersedia meliputi bangunan yang cukup luas yang menyediakan ruang kantor, ruang rapat, dan laboratorium. Di area atap seluas 300 m2, inlet udara dan beberapa peralatan radiasi dan meteorologi dipasang. Stasiun ini dapat dicapai dari jalan kecil yang tertutup untuk publik dan berjarak beberapa kilometer dari sebelah Barat jalan utama antara kota Padang dan Medan. Vegetasi yang mengelilingi area (30 km) sebagian besar berupa hutan tropis.

Gambar 24. Kantor GAW Kototabang

Stasiun ini merupakan bagian dari sistem monitoring dan riset yang dikoordinasi oleh World Meteorological Organization (WMO). Secara resmi mulai beroperasi sejak tanggal 7 Desember 1996 sebagai salah satu unit kerja dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang merupakan salah satu stasiun di daerah ekuatorial yang penting dalam program pengamatan atmosfer secara global karena secara umum pengukuran kondisi atmosfer dan kualitas udara di daerah ini sangat terbatas.

Ada tiga program pengamatan yang dilakukan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, yaitu :

1. Pengamatan Gas Rumah Kaca

2. Pengamatan Kualitas Udara

3. Parameter Fisis Atmosfer

Instrumen-instrumen yang Ada di GAW Kototabang

1. AirKit Flask Sampler

Gambar 25. AirKit Flask Sampler

Pemantauan konsentrasi gas rumah kaca di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang dilakukan dengan menggunakan alat AirKit Flask Sampler. Pemantauan gas rumah kaca dengan alat ini adalah hasil kerjasama antara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Indonesia dengan National Oceanic and Atmospheric Administration, Amerika Serikat sejak tahun 2004, dan merupakan salah satu bagian dari situs pemantau konsentrasi gas rumah kaca yang tersebar di lebih dari 40 tempat di seluruh dunia.

2. Analyzer Thermo Scientific Model 43i Trace Level

Gambar 26. SO2 Analyzer Thermo Scientific Model 43i Trace Level

Pengamatan konsentrasi sulfur dioksida di Bukit Kototabang dimulai pada bulan Oktober 2008 dengan menggunakan SO2 Analyzer Thermo Scientific Model 43i Trace Level.

3. BAM 1020

Massa Aerosol PM10 di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang menggunakan BAM 1020 untuk mengamati variabilitas aerosol PM10 di udara ambien. Aerosol PM10 merupakan salah satu parameter yang dijadikan acuan dalam penentuan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).

Gambar 27. BAM 1020

4. Imager Airglow

Gambar 28. Imager Airglow

Airglow berfungsi untuk mengamati perilaku atmosfer (Gelombang- gelombang) diakibatkan oleh cahaya-cahaya benda-benda langit yang menunjukkan adanya transfer energi di daerah Atmosfer atas.

5. M9003 Integrating Nephelometer

Gambar 29. M9003 Integrating Nephelometer

Koefisien Hamburan Cahaya Aerosol adalah Instrumen Pengukuran Aerosol PM10 di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang telah dilakukan sejak Maret 2004 dengan menggunakan instrumen M9003 Integrating Nephelometer buatan Ecotech, Australia. Hasil pengukuran parameter ini disajikan dalam suatu nilai yang disebut sebagai Scattering Coefficient (Koefisien Hamburan).

6. Mobile Automatic Weather Station (MAWS)

Gambar 30. Mobile Automatic Weather Station (MAWS)

Instrumen yang digunakan untuk memantau fisis atmosfer di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang adalah Mobile Automatic Weather Station (MAWS). Pada alat ini terdapat beberapa sensor yang dapat memantau parameter fisis atmosfer di antaranya: suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, radiasi matahari, curah hujan, kecepatan dan arah angin.

7. High Volume Air Sampler (HVAS)

Gambar 31. High Volume Air Sampler (HVAS)

High Volume Air Sampler (HVAS) merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur jumlah partikel, terutama aerosol PM10 yang ada di atmosfer dalam jangka waktu 24 jam. Dalam hal fungsinya, alat ini mirip dengan BAM 1020, hanya metode pengukurannya menggunakan kertas saring dan dilakukan secara gravimetri (selisih berat setelah dan sebelum kertas saring digunakan).

8. Partisol Sampler

Gambar 32. Partisol Sampler

Bersama dengan HVAS, Partisol Sampler juga digunakan untuk mengukur konsentrasi partikel. Partisol sampler digunakan spesifik untuk mengukur aerosol PM25. Metode pengukuran yang digunakan juga gravimetri dengan jangka waktu sampling 7 hari. Dari hasil sampling, kertas saring hasil pengukuran juga digunakan untuk menganalisis kandungan ion yang ada di atmosfer.

9. CO2-CH4-H20 Analyzer Picarro Model G1301.

Gambar 33. CO2-CH4-H20 Analyzer Picarro Model G1301.

Pengamatan konsentrasi gas karbon dioksida di Bukit Kototabang dimulai pada bulan Oktober 2008 dengan menggunakan CO2-CH4-H20 Analyzer Picarro Model G1301.

10. NO-NO2-NOx Analyzer Thermo Scientific Model 42i Trace Level Enhanced.

Gambar 34. NO-NO2-NOx Analyzer Thermo Scientific Model 42i Trace Level Enhanced

Pengamatan konsentrasi oksida nitrogen di Bukit Kototabang dimulai pada bulan Oktober 2008 dengan menggunakan NO-NO2-NOx Analyzer Thermo Scientific Model 42i Trace Level Enhanced

11. pH meter dan Conductivity meter merek InoLab Analisis kimia air hujan dilakukan dengan melakukan pengukuran derajat keasaman (pH) dan daya hantar listrik dari sampel air hujan. Alat yang digunakan adalah pH meter dan Conductivity meter merek InoLab.

Gambar 35. pH meter dan Conductivity meter merek InoLab

12. Pyrheliometer dan Pyranometer merek Eppley

Gambar 36. Pyrheliometer dan Pyranometer merek Eppley

Pengukuran intensitas radiasi matahari dilakukan dengan menggunakan Pyrheliometer dan Pyranometer merek Eppley. Intensitas radiasi matahari yang diukur meliputi radiasi global (global radiation), radiasi langsung (direct radiation ), radiasi baur (diffuse radiation), dan radiasi inframerah (infrared radiation ).

13. Ozone Analyzer type TEI 49C

Gambar 37. Ozone Analyzer type TEI 49C

Pengamatan ozon permukaan di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang telah dimulai sejak September 1996. Instrumen yang digunakan adalah Ozone Analyzer type TEI 49C dan Ozone Calibrator TEI 49 PS sebagai kalibrator. Mulai September 2006, instrumen pengamatan ozon ditambah dengan Ozone Analyzer type 49C, bantuan WMO-WCC EMPA, Swiss.

14. TEI Type 48C dan HORIBA APMA360.

Karbon Monoksida adalah Pengukuran Karbon Monoksida di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang mempergunakan dua jenis instrumen, yaitu TEI Type 48C dan HORIBA APMA360.

Gambar 38. TEI Type 48C dan HORIBA APMA360.

3. Loka Pengamatan Atmosfer Kototabang (LAPAN KOTOTABANG)

Loka pengamatan Atmosfer kototabang adalah salah satu fasilitas pengamatan yang terletak dekat dengan khatulistiwa di Kototabang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam-Sumatera Barat dengan posisi 100.32 BT, 0.23 LS dan ketinggian 900 mdpl (meter di atas permukaan laut).

Pembangunan Loka Pengamatan Atmosfer Kototabang dikarenakan kurangnya data-data Meteorologi untuk daerah Indonesia bagian Barat. Daerah ini merupakan daerah penyimpan bahang (panas) baik panas sensibele maupun panas laten terbesar bagi pembentukan awan-awan raksasa, sebab daerah ini terletak di daerah yang dekat dengan khatulistiwa dan letak geografis yang unik, yakni diapit oleh dua benua besar dan dua samudera besar yang dikenal sebagai kawasan benua maritim. Stasiun Pengamatan Dirgantara Kototabang diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi DR. AS Hikam pada 26 juni 2001

Instrumen-instrumen yang Ada di LAPAN Kototabang

1. Equatorial Atmosdphere Radar (EAR)

Gambar 39. Equator Atmosphere Radar ( EAR) Radar EAR berfungsi sebagai pengamat atmosfer yang berpengaruh pada

iklim global.Alat ini juga dirancang untuk mendeteksi arah dan kecepatan angin,salah satu yanga diamati adalah pengamatan musim hujan di Indonesia.Radar ini secara umum mempelajari dinamika atmosfer dan mampu mendeteksi perilaku angin dalam bentuk tiga dimensi yaitu vertikal ,meridional dan zonal dalam selang iklim global.Alat ini juga dirancang untuk mendeteksi arah dan kecepatan angin,salah satu yanga diamati adalah pengamatan musim hujan di Indonesia.Radar ini secara umum mempelajari dinamika atmosfer dan mampu mendeteksi perilaku angin dalam bentuk tiga dimensi yaitu vertikal ,meridional dan zonal dalam selang

2. Global Position System (GPS)

Gambar 40. Global Position System (GPS) GPS ada 2 macam (GPS Centilasi dan GPS TEC), GPS TEC berguna

untuk menentukan total electron content (TEC) Ionosfer , yang berfungsi mengetahui koreksi ionosfer dan gangguanya untuk keperluan komunikasi dan navigasi.

3. Micro-rain Radar

Gambar 41. Micro Rain Radar

Radar ini di Frekwensi 24,1 GHz, Transmit power 50 mW, receiver- offaet parabolic dengan dia meter 0,6 m. Fungsinya untuk mendapatkan data kandungan uap air yang ada di atmosfer, pengamatan otomatis dan data yang didapat real time dan kontinyu.

4. Rain Gauge

Gambar 42. Rain Gauge

Optical Rain Gauge merupakan alat untuk mendapatkan data curah hujan (rainrate) yang terjadi secara terus-menerus.ORG mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

a) Curah hujan : 0,1-500 a) Curah hujan : 0,1-500

c) Sampling : 1 menit Optical Rain Gauge didirikan dengan tiang setinggi 1,5 m,kotak sebelah kanan merupakan trasmiter,sedang kotak sebelah kiri merupakn receiver

5. Disdrometer

Gambar 43. Disdrometer

Disdrometer berfungsi untuk mendapatkan data besarnya butiran hujan. Alat ini mulai melakukan pengamatan sejak tahun 2003.Dalam melaksanakan pengamatan alat ini menggunakan kamera sebagai sensor.Gambar sebelah kanan merupakan unit sensor dari didrometer,sedangkan sebelah kanan merupakan OEU dari disdrometer.

6. Radiometer

Gambar 44. Radiometer

Radiometer berguna untuk mengukur kelembaman udara. Data yang didapatkan dari radiometer yairu kandungan uap air dengan batas ukur sampai ketinggian 10 km.Radiometer didirikan diatas sebuah bangunan dengan tinggi lebih kurang 1 m diatas permukaan tanah,dan ditopang dengan empat kaki.

7. Radio Acustik Sound System (RASS)

RASS mempunyai speaker dan Profiler khusus. Speker ini memancarkan suara arah vertikal dengan f~2000 Hz, dengan menfaatkan gelombang suara untuk mendapatkan profil temperature vertical sampai ketinggian kurang lebih l - 20 km,dan RASS (Radio Acustik Sound System) ini dapat mendeteksi per 2 menit

8. Lidar

Gambar 45. Lidar

Alat ini berfungsi untuk mengukur Areosol, debu dan dan lainya, pengamatan dapat mencapai ketinggian sekitar 60 km. dan bisa mencapai ketinggian 90 km. Target observasi Lidar adalah:

1. Struktur-struktur lapisan metalik seperti Na, Fe, Ca ion di dalam daerah mesopause oleh resonance scattering lidar

2. Struktur temperatur di dalam daerah mesopause oleh narrowband resonance scattering lidar

3. Struktur-struktur temperatur malam hari dan siang hari di dalam mesosfer dan stratosfer oleh Reyleigh lidar

4. Struktur-struktur awan dan aerosol di dalam troposfer oleh mie lidar

5. Profil-profil uap air di dalam troposfer oleh Raman lidar

9. Meteor Wind Radar

Gambar 46. Meteor Wind Radar

Radar yang berguna untuk memonitor meteor yang jatuh di Atmosfer. Dan untuk melihat keadaan angin dari meteor-meteor ini.

4. PT. SEMEN PADANG

Gambar 47. PT. Semen Padang

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik Indarung I menjadi 330.000 PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik Indarung I menjadi 330.000

II, III, dan IV. Pada tahun 1995, Pemerintah mengalihkan kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang ke PT Semen Gresik (Persero)Tbk bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V. Pada saat ini, pemegang saham Perusahaan adalah PT Semen Gresik (Persero)Tbk dengan kepemilikan saham sebesar 99,99% dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang dengan saham sebesar 0,01 %. PT Semen Gresik (Persero) Tbk sendiri sahamnya dimiliki mayoritas oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya sebesar 48,09% dimiliki publik. PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Sejak 7 Januari 2013, PT Semen Gresik (Persero) Tbk berubah nama menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta pada 20 Desember 2012.

Instrumen-instrumen yang Ada di PT. Semen Padang

1. Compressive Strengh

a) Tujuan Identifikasi Compressive Strengh

Tujuan dari pengenalan alat Compressif Strengh adalah

1) Untuk mengetahui hubungan antara umur beton dengan kuat tekan yang dihasilkannya

2) Untuk mengetahui unsur unsur apa saja yang berpengaruh terhadap kuat tekan beton

b) Compressive Strengh

Kompressif Strengh merupakan alat yang bekerja untuk mendeteksi nilai kuat tekan beberapa material. Material yang akan diukur kuat tekannya akan disesuaikan dengan batas ukur dari masing-masing tipe alat Kompressif Strengh.

c) Komponen Alat Compressive Strengh

Gambar 48. Compressive Strengh Alat Compressive Strengh ini terdiri dari beberapa komponen yang

menyusunnya sesuai fungsinya masing-masing. Secara keseluruhan, Compressive Strengh dapat dilihat seperti gambar berikut :

1) Parameter bacaan alat ukur

2) Jarum Kalibrasi

3) Media sampel (Mesin Tekan)

4) Pemutar Media Sampel (Knop)

5) Tempat sampel

d) Prinsip Kerja Compressive Strengh

1. Pembuatan Sampel Dalam hal ini pembuatan benda uji berbentuk silinder, langkah- langkah yang perlu dilakukan :

a) Mengisikan campuran beton pada cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, dimana setiap lapis dipadatkan dengan 25x tusukan secara merata.

b) Meratakan permukaan beton dan menutupnya dengan bahan kedap

air, kemudian membiarkannya selama 24 jam.

c) Membuka cetakan dan mengeluarkan benda uji, lalu merendamnya dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25 0 C.

d) Mengambil benda uji dari bak perendam dan menentukan berat dan

ukuran benda uji.

2. Pengujian Sampel 2. Pengujian Sampel

Compressive Strengh digital.

b) Mengkalibrasi mesin Compressive Strengh

c) Meletakan benda uji pada mesin tekan.

d) Menekan tombol turn down, sehingga bagian dari mesin penekan

akan tepat diatas permukaan benda uji.

e) Memutar knop, sehingga bagian penekan mesin akan melakukan penekanan terhadap benda uji sampai batas maksimum dan jarum skala yang bewarna merah akan menunjukkan angka maksimum dari beban tekan yang dihasilkan benda uji tersebut.

f) Mencatat berapa angka maksimum yang ditunjukkan oleh jarum

skala

g) Menghitung berapa luas penampang dari benda uji,sesuai dengan

benda uji yang digunakan. Luas permukaan kubus: s x s

Luas permukaan silinder :  r dengan  = 3,14 atau

h) Menggunakan persamaan kuat tekan (f‟c) =

dengan : 2 f‟c adalah harga kuat tekan beton (kg/cm )

A adalah luas penampang beton (cm 2 )