PENENTUAN DAN KADAR OKSIGEN TERLARUT

PERCOBAAN 4
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA LINGKUNGAN

PENENTUAN KADAR OKSIGEN TERLARUT
Yang diampu oleh Bapak Yudhi Utomo dan Ibu Irma Kartika

OLEH :
KELOMPOK 6:
Desy Irianti

(150331604550)

Ilma Ade Restantri

(150331600138)

Linda Listya Nirmala

(150331600457)


Miftakhul Lindha Yusnaini

(150331607201)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Maret 2018

A. Judul Percobaan
Penetapan Kadar Oksigen Terlarut (DO)
B. Tujuan
Menetapkan kadar oksigen terlarut dalam sampel air.
C. Dasar Teori
Pencemaran sungai dewasa ini sudah merupakan problematika di kota-kota besar.
Khususnya di kota-kota dimana beberapa sungai masih merupakan sumber baku air bagi
perusahaan air minum. Pembuangan sampah maupun kotoran terus menerus membuat
pencemaran sungai di kota-kota besar kian meningkat tanpa sejenakpun memperoleh
kesempatan untuk menyelesaikan proses dekomposisi maupun pembaruan kadar oksigen
secara berganti. Hadirnya sampah maupun kotoran di dalam sungai menyebabkan hilangnya

persediaan oksigen dalam air yang merupakan komponen penting bagi kehidupan biotik air.
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik serta
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang dilakukan oleh
organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada
akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Sedangkan dalam kondisi anaerobik,
oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa – senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrien dan gas.
Sumber oksigen dilautan antara lain dapat diperoleh secara langsung dari atmosfer
melalui proses difusi dan melalui biota berklorofil yang mampu berfotosintesis. Disamping
itu juga terdapat faktor yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu karena
respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan oksigen ke udara. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia yang sering digunakan yaitu DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical
Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demad) (Nontji, 2009 : 24)
Dissolved Oksigen (DO) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan

absorbsi atmosfer/udara. Oksigen telarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam
suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen
terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen), maka kualitas air semakin
baik. Sebaliknya, jika kadar oksigen terlarut terlalu rendah, maka akan menimbulkan bau
yang tidak sedap akibat degradasi anerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan
dalam persentase saturasi. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu

proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Hanifah, 2013).
Penetapan kadar oksigen terlarut dapat dilakukan dengan metode titimetri Winkler.
Prinsip dasarnya oksigen yang terdapat di dalam air diikat dengan Mn(OH) 2. Senyawa
Mn(OH)2 yang terjadi direaksikan dengan larutan KI dalam suasana asam. Senyawa I2 yang
dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan baku Na2SO3 dan larutan amilum sebagai indikator
(Tim Dosen Kimia Ligkungan, 2018). Adapun cara menghitung kadar oksigen terlarut
dengan metode titimetri Winkler adalah sebagai berikut.
Kadar oksigen terlarut (mg/L) = 1000 x V1 x Nthio x 8
(V2 – 2)
Dimana,
V1= Volume Na2S2O3 yang digunakan titrasi

Nthio= normalitas larutan Na2S2O3
V2= Volume sampel air yang diperiksa

D. Alat dan Bahan
Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar
oksigen terlarut adalah sebagai berikut.
Peralatan
 Buret

Bahan-bahan
 Sampel air

 Statif

 Larutan MnSO4 50%

 Klem

 Indikator amilum


 Erlenmeyer

 Larutan H2SO4 4N

 Gelas ukur

 Larutan Na2SO3 0,01N

 Pipet tetes

 Larutan NaOH + KI

E. Prosedur Percobaan
1. Disiapkan 2 botol Winkler yang sudah dicuci dan dibersihkan
2. Diisi botol Winkler dengan 125 mL sampel air kemudian ditutup hingga tidak ada
gelembung udara di dalam botol.
3. Dibuka tutup botol dan ditambahkan 1 mL larutan MnSO 4 50% dengan pipet.
Ujung pipet harus tercelup ke dalam air sampel dalam botol Winkler.
4. Ditambahkan 1 mL larutan NaOH + KI dengan cara yang sama dan ditutup botol
dengan pelan-pelan.

5. Dikocok dengan cara membolak-balikkan botol kemudian dibiarkan selama 10
menit
6. Dipindahkan semua larutan ke dalam Erlenmeyer 250 mL

7. Ditambahkan H2SO4 4N sebanyak 1 mL dan dibiarkan selama 5 menit.
8. Dititrasi larutan tersebut dengan larutan baku Na2SO3 0,01N hingga timbul warna
kuning muda.
9. Ditambahkan 5 tetes indikator amilum dan dilanjutkan titrasi hingga terjadi
perubahan dari warna biru kehitaman menjadi tidak berwarna atau jernih
10. Dicatat volume larutan Na2SO3 0,01N yang digunakan
F. Data Pengamatan
Lokasi

Percobaan

Volume sampel yang

ke-

digunakan


1

125 mL

17,20 mL

125 mL
125 mL

16,90 mL
17,05 mL

Sumberpucung

2
Rata-rata

Volume Na2SO3 0,01N


G. Analisa Prosedur
No
1

Prosedur Kerja yang Disorot
Analisis
Disiapkan 2 botol Winkler yang Botol Winkler yang digunakan harus
sudah dicuci dan dibersihkan

bersih untuk mencegah adanya zat
pengotor
kadar

2

yang

oksigen

dapat


mempengaruhi

terlarut

yang

akan

ditentukan.
Diisi botol Winkler dengan 125 mL Untuk mencegah adanya gelembung
sampel air kemudian ditutup hingga udara dalam botol Winkler, dimana
tidak ada gelembung udara di dalam gelembung udara dapat mempengaruhi
botol

3

kadar

oksigen


ditentukan.
Ditambahkan 1 mL larutan MnSO4 Penambahan
50% dengan pipet.

terlarut

larutan

yang

akan

MnSO4

akan

membentuk Mn(OH)2 jika direaksikan
dengan


NaOH.

Dimana

Mn(OH)2

berfungsi untuk mengikat oksigen yang
4

terdapat dalam air..
Ujung pipet harus tercelup ke dalam Untuk
mencegah

5

air sampel dalam botol Winkler.
gelembung udara dalam botol Winkler
Ditambahkan 1 mL larutan NaOH + Penambahan NaOH bertujuan untuk
KI

6

membentu

terbentuknya

Mn(OH)2. Sedangkan

bertujuan untuk membentuk I2
Dikocok dengan cara membolak- Pengocokan
bertujuan
balikkan botol kemudian dibiarkan menghomogenkan
selama 10 menit

didiamkan

10

larutan,
menit

KI

untuk
sedangkan

agar

seluruh

campuran dalam botol Winkler dapat

7

bereaksi sempurna
Ditambahkan H2SO4 4N sebanyak 1 Penambahan H2SO4 4N bertujuan untuk

8

mL dan dibiarkan selama 5 menit
menciptakan suasana asam pada larutan.
Ditambahkan 5 tetes indikator Penambahan amilum bertujuan untuk
amilum

dan

dilanjutkan

titrasi menguji adanya I2. Dilanjutkan titrasi

dengan Na2SO3 0,01N

untuk mengetahui volume Na2SO3 0,01N
yang
tersebut

dibutuhkan,

dimana

akan

digunakan

volume
untuk

menghitung kadar oksigen terlarut.
H. Analisa Data dan Pembahasan
Penentuan kadar oksigen terlarut pada percobaan ini menggunakan sampel air
sungai dari Sumberpucung yang diambil pada hari Minggu sore (04 Maret 2018). Dalam
menentukan kadar oksigen terlarut dalam percobaain ini menggunakan metode titrasi
Winkler dimana prinsipnya dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil 125 mL sampel air dan
menempatkannya pada botol Winkler. Kemudian ditambahkan 1mL larutan MnSO4 50%
dan 1 mL campuran NaOH + KI, sehingga terbentuk endapan Mn(OH)2 yang dapat
mengikat oksigen terlarut di dalam sampel air dan menghasilkan endapan MnO 2.
Penambahan MnSO4 dan NaOH + KI dilakukan dengan pipet volume dimana ujung pipet
harus tercelup ke dalam sampel untuk menghindari terbentuknya gelembung udara dalam
botol Winkler. Selanjutnya ditambahkan H2SO4 4N sehingga endapan yang terbentuk
akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang
ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi
dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan
amilum (kanji). Titrasi dilakukan secara duplo guna mendapatkan hasil titrasi yang
akurat. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnSO4 + 2 NaOH



Mn(OH)2 + Na2SO4

2 Mn(OH)2 + O2



2 MnO2 + 2 H2O

MnO2 + 2 KI + 2 H2SO4



I2 + MnSO4 + K2SO4 + 2 H2O

I2 + Na2S2O3



2 NaI + Na2S4O6

Setelah diakukan percobaan secara duplo diperoleh data bahwa volume Na 2S2O3
rata-rat yang dibutuhkan adalah 17,05 mL. Selanjutnya dapat dihitung kadar oksigen
terlarut dalam sampel air tersebut. Berikut perhitungannya:
Kadar oksigen terlarut ( mg/L )

= 1000 x V1 x Nthio x 8
(V2 – 2)
= 1000 x 17.05 x 0.01N x 8
(125 – 2)
= 11.09 mg / L

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa kadar oksigen terlarut pada
sampel air sungai Sumberpucung yang diambil pada Minggu sore sebesar 11.09 mg / L.
Untuk mengetahui kondisi dan keberlangsungan hidup ikan pada air sungai tersebut maka
perlu dibandingkan kadar oksigen terlarut sampel dengan standar baku kadar oksigen
terlarut pada perairan.
Kadar OT (mg/
L)
5,0

Keberlangsungan hidup ikan dalam perairan
Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada masa
pemaparan singkat (short exposure)
Pemaparan lama (prolonged expusure) dapat mengakibatkan
kematian ikan
Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu
Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini

(Swingle, 1969 dalam Hidayat, 2015:68)

Berdasarkan tabel keberlangsungan hidup ikan pada kadar oksigen terlarut di atas, dapat
disimpulkan bahwa kondisi air sungai Sumberpucung sangat baik dimana hampir semua
organisme akuatik menyukai kondisi air sungai karena kadar oksigen terlarutnya > 5,0
mg/L yakni sebesar 11.09 mg/L.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa air sungai Sumberpucung pada Minggu sore sangat baik. Hal
tersebut dibuktikan dengan kadar oksigen terlarut yang diperoleh sebesar 11.09 mg/L.

Daftar Pustaka
1. Anggriawan,
Denny.
2013.
Oksigen
Terlarut.
(Online)
(http://www.academia.edu
/5249810/Oksigen_Terlarut).
Diakses pada tanggal 9 Maret 2018
2. Hidayat, Saleh. 2015.
Muhammadiyah
Palembang Press

Limnologi.

Palembang

:

Universitas

3. Tim Dosen Kimia Lingkungan. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan.
FMIPA Universitas Negeri Malang
4. Tri Ayu M. 2016. Laporan Praktikum Limnologi: Uji Oksigen Terlarut (DO).
(Online).(http://www.academia.edu/26236952/UJI_OSIGEN_TERLARUT_
DO_). Diakses pada 9 Maret 2018

LAMPIRAN

Penambahan 1 mL
MnSO4

Warna endapan ketika
dipindah ke erlenmeyer

Warna larutan setelah
ditambah indikator
amilum

Penambahan 1 mL NaOH
+ KI

Endapan larut setelah
ditambah H2SO4

Warna larutan setelah
akhir titrasi

Terbentuk endapan
setelah ditambah NaOH +
KI

Proses titrasi dengan
Na2S2O3 0.01N