PENGEMBANGAN STUDI HADIS DI IAIN IMAM BO

PENGEMBANGAN STUDI HADI DI IAIN IMAM BONJOL PADANG
Faizin, dkk.
Abstrak: Perkembangan sebuah ilmu pengetehuan dapat dilihat dari karya
ilmiah yang dihasilkan. Jurusan Tafsir hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Imam
bonjol Padang sejak didirikan pada tahun 1989 telah menghasilkan karya skripsi
di bidang hadis. Hasil penelusuran yang dilakukan di perpustakaan Jurusan Tafsir
Hadis ditemukan 54 skripsi yang mengkaji hadis dan ilmunya. Secara garis besar,
kajian hadis di di IAIN Imam Bonjol dapat diklasifikasikan menjadi tiga model,
yakni: studi kualitas hadis, studi pemahaman hadis, dan studi teori ilmu hadis
termasuk kajian tentang literature hadis dan tokoh. Dalam perkembangannya
kajian hadis di IAIN Imam Bonjol Padang masih berkutat pata tiga model kajian
tersebut, tanpa ada pengembangan yang segnifikan baik dari segi fokus kajian
maupun penggunaan metode dan pendekatan. Selain itu, model kajian hanya
mengandalkan studi dokumentasi. Hal ini ketika dihadapkan pada perkembangan
global dikhawatirkan tidak mampu memberikan solusi.
Tulisan ini akan mendeskrispsikan tentang pengembangan studi hadis di
IAIN Imam Bonjol Padang, khususnya karya skripsi di bidang hadis, baik yang
berkaitan dengan fokus kajian maupun metode dan pendekatan dalam penulisan
skripsi. Ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal penulisan skripsi di
bidang hadis yang telah dilakukan untuk kemudian dianalisa dan dilakukan
perbaikan dan pengembangan.

A. Pendahuluan
Studi hadis pada periode pertama Islam mendapat tempat yang sangat
layak, sebab dalam posisinya sebagai syâri’ (pembaut hukum), Nabi dipandang
sebagai prototipe agama Islam. Segala bentuk persoalan dapat diadopsi secara
langsung dari Nabi. Setelah Nabi wafat kajian hadis tidak meredup, namun
mencul sebagai otmosfir keilmuan Islam yang diminati oleh banyak kalangan.
Inisiatif kodifikasi hadis yang dimotori oleh khalifah Umar ibn Abdul Aziz (w.
101 H/ 720 M) yang dilakoni oleh Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab al-Zuhri
(w. 124 H/ 742 M) dan ulama hadis lainnya termasuk Imam Malik Ibn Anas ( w.
179 H/ 795 M)1 telah memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan
kajian hadis.
Produktiftta ktjitn htdia dtn ilmunyt mengtltmi
peningktttn dtn perkembtngtn, demikitn jugt di Nuatnttrt.
Kajian hadis di Nusantara berkembang seiring tersebarnya agama Islam.
Berdasarkan fakta sejarah, kajian hadis di Nusantara mulai terlihat geliatnya sejak
Abad XVII yang ditandai dengan munculnya kitab Hidayah al-Babîb fî alTarghîb wa al-Tartîb karya Nur al-Dîn al-Raniri (w 1068 M/1656 H). Karya ini
sekaligus merupakan karya rintisan pertama dalam bidang hadis di Nusantara.
Usaha yang sama kemudian dilanjutkan oleh Abdurrauf al-Sinkili (10241

M. Syuhudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis; telaah Kritis dan Tinjauan dengan

Pendekatan Ilmu Sejarah, (Bandung: PT. Bulan Bintang, 1995), Cet. Ke-2 h. 101

~1~

1105/1615-1693) yang melahirkan dua karya di bidang hadis, yakni syarah kitab
Hadits Arbai’in karya al-Nawâwi dan al-Mawâ’izh al-Badi’ah yang berisi
tentang koleksi hadits qudsi.2
Seiring perkembangan pendidikan di Indonsia, pesantren sebagai basis
utama penyebaran Islam di Indonesia yang eksistensinya sudah ada sekitar 500
tahun silam tentunya memiliki berbagai macam kajian keislaman, tak terkecuali
hadis Nabi. Banyak sudah kitab-kitab hadis yang dipelajari di pondok pesantren
seluruh Indonesia, sebut saja Bulugh al-Marâm, Riyad al-Shalihin, dan lain
sebagainya. Semuanya memunculkan geliat akademik tersendiri bagi masyarakat
muslim Indonesia, khususnya sebagai penguat keilmuan di bidang fiqh dan
akhlak.
Di Indonesia, studi hadis berkembang lebih inten ketika masuk dalam
kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam. Hampir semua mahasiswa
mendapatkan materi hadis dan ilmu hadis, meskipun dengan porsi dan kajian yang
berbeda-beda susuai dengan Fakultas dan Jurusannya masing-masing. Di samping
itu, di IAIN Imam Bonjol Padang memiliki jurusan yang khusus mengkaji alQuran dan Hadis, yakni jurusan Tafsir Hadis. Jurusan Tafsir Hadis mulai

menyelenggarakan pendidikan tahun 1989. Sejak kelahirannya jurusan ini telah
memberi dinamika bagi perkembangan studi hadis.
B. Gambaran Studi Hadis di IAIN Imam Bonjol (2000-2012)
Berdasarkan penelusuran skripsi di perpustakaan jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol terdapat 54 skripsi di bidang hadis. Dari
jumlah itu dilakukan klasifikasi berdasarkan tema judul skripsi. Ada tiga model
skripsi yang telah dihasilkan oleh mahasiswa jurusan Tafsir hadis, yakni: 22
skripsi khusus membahas tentang kualitas hadis, 22 studi pemahaman hadis, dan
10 sisanya adalah skripsi yang mengkaji teori ilmu hadis.
1. Studi Kualitas Hadis
Secara garis besar dari 22 skripsi yang membahas tentang kualitas hadis
ada tiga tema kajian, yakni: (1) aspek teologi/aqidah ada enam skripsi (2) aspek
ibadah ada 10 skripsi (3) aspek akhlak ada enam skripsi.Dari tahun 2000 hingga
tahun 2012 tiga tema ini masih eksis, meskipun pada tahun tertentu sebagian tema
tidak dibahas atau bidang hadis tidak menjadi pilihan bagi mahasiswa.
Tiga tema besar, aqidah, ibadah, dan akhlak, merupakan pokok ajaran
Islam. Uniknya tema-tema yang dikaji dalam kualitas hadis, baik dari sisi sanad
maupun matan adalah tema yang sudah dikenal di tengah masyarakat sebagai
bagain dari ajaran Islam, namun oleh banyak kalangan kajian ini masih dipandang
sebagai tema-tema kontroversial yang harus dilakukan pengujian kembali

otentitasnya, meskipun hadis-hadis ini sebelumnya sudah dikaji oleh berbagai
kalangan, bahkan sudah dijadikan dasar dalam dalam penetepan hukum, seperti
yang terdapat di dalam kitab-kitab fiqh. Studi hadis tentang adzan bagi bayi
minsalnya, adalah sesuatu yang dianggap sakral oleh masyarakat. Oleh ulama
2

Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVII; Akar Pembaharuan Islam Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007 ), Cet. Ke-3, h. 250-251

~2~

fiqh, tema ini menjadi perdebatan yang cukup panjang. ada yang membolehkan
dan ada juga yang menyangkal, dengan alasan bahwa kualitas hadis yang menjadi
landasannya dinilai lemah (dha’if) oleh sebagain ulama hadis.
Tiga tema besar ini wajar menjadi pilihan bagi banyak mahasiswa, sebab
kurikulum tahun 2001, 2005 dan 2008 yang digunakan dalam kurun waktu 2001
hingga 2012, khususnya pada mata kuliah hadis, memberikan peluang yang cukup
besar bagi mahasiswa untuk memilih tiga tema ini. Mata kuliah hadis yang
diajarkan di antaranya adalah: hadis hukum, hadis ibadah, hadis aqidah dan
akhlak.3

Dilihat dari segi metode yang digunakan oleh penulis skripsi yang secara
khusus mengupas kualitas rangkaian sanad dan matan hampir semua skripsi
menggunakan pendekatan takhrij al-hadis, baik kritik sanad (naqd al-sanad)
maupun kritik matan (nakqd al-matan). Minsalnya Azli Yulita menyebutkan, di
dalam abstrak skripsinya:
Dalam penelitian ini penulis memakai metode takhrij, yaitu takhrij sanad
dan takhrij matan … kebersambungan sanad antara satu perawi dengan
perawi lainnya dapat dibuktikan dengan tercatatnya adanya hubungan guru
dengan murid. Dengan demikian sanad yang diteliti ini berkualitas dhaif
dan matan-nya berkualitas shahih al-matan. Dengan demikian hadis ini
boleh diamalkan dalam amalan-amalan baik (fadhail al-amal).4
Takhrij al-hadis menjadi standar mutlak dan satu-satunya jalan bagi
penulis skripsi di bidang hadis untuk menguji kualitas sanad dan matan. Hal ini
jelas masih menggunakan kerangka konsep yang dikembangkan oleh ulama
klasik. Kegiatan takhrij al-hadis menurut Mahmud al-Thahhan5 ialah
menunjukkan tempat terdapatnya sebuah hadis di dalam kitab-kitab sumber
aslinya (yang menyebutkan sanad hadis secara lengkap) dan kemudian
menjelaskan bagiamana kualitas kesahihan hadis bila diperlukan. Jadi, ada dua
kegiatan pokok dalam takhrij al-hadis, yakni: pertama melacak hadis di dalam
kitab-kitab hadis sumber asli (dilalah ‘ala mawadhi’ al-hadits fiy mashadirih alashliyyah), yakni kitab-kitab hadis yang penulisan hadis-hadisnya dengan

mencantumkan sanad secara lengkap. Kedua meneliti kualitas hadis sehingga
diketahui tingkatannya, apakah berkualitas shaih, hasan, atau dha’if.
Selain itu, sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian kaulitas hadis
juga sama dengan sumber-sumber yang digunakan oleh para ulama, minsalnya,
untuk melacak keberadaan hadis dalam kitab aslinya, digunakan al-Mu’jam alMufahras li al-Fazh al-Hadits al_Nabawiy, karya A.J.Wensinck dkk. atau alJami’ al-Shghir karya Imam al-Suyuthiy. Sementara untuk mengetahui biografi
berikut penilaian ulama terhadap perawi digunakan kitab rijâl, seperti; tahzib al3

Lihat: Buku Pedoman IAIN Imam Bonjol Padang Tahun 2001 h. 134, lihat juga: Buku
Pedoman akademik Fakultas Uhsuluddin IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2008, h. 24, lihat juga:
Buku Profil Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2012, h. 34-39
4
Azli Yulita, Studi Terhadap Hadis tentang Azan bagi Bayi, (dokumen skripsi , 2000) h.
iii
5
Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, Mathba’ah al-‘Arabiyyah,
ttp., tth. Hal.10

~3~

tahzib karya Ibn Hajar al-Asqalani dan Tahzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal karya

al-Mizzy dan lain-lain.
Para penulis skripsi di bidang kualitas hadis ini tidak menyebutkan metode
penelitian secara detail, minsalnya menyangkut jenis penelitian, prosedur
penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analis data,
pendekatan yang digunakan dan lain-lain. Hal ini menjadikan karya di bidang
hadis lemah dari sisi metodologis. Penelitian terkesan dilakukan secara tidak
sistematis dan tidak terstruktur. Meskipun dalam operasionalnya beberapa bentuk
metodologi penelitian diterapkan.
2. Studi Pemahaman Hadis
Secara umum fokus kajian skripsi sudah relatif bervariasi. Hal ini ditandai
dengan adanya tema-tema lain selain tema-tema yang berkaitan dengan Aqidah,
ibadah dan akhlak, seperti: tema-tema yang berkaitan dengan kesehatan
sebagaimana yang ditulis oleh Helma Suryani,6 Roza Susanti,7 Reflita,8 dan Yuli
Marni.9 Meskipun dengan pembahasan yang relatif sederhana, namun dipandang
sudah melirik aspek-aspek kehidupan masyarakat secara umum, khususnya
masalah kesehatan. Selain itu, kajian-kajian tasawuf mulai dilihat dari aspek
pemahaman hadis, seperti tema tantang kehinaan dunia 10 dan hidup miskin.11
Skripsi yang ditulis oleh Revinardi dengan judul Studi Terhadap Pemahaman
Hadis-Hadis Tentang Salam Di Dalam Buku Fiqh Lintas Agama. Tema kajian
pemahaman hadis sudah sampai pada upaya kritik terhadap karya kontemporer,

meskipun dalam realitanya penulis masih menggunakan turast klasik sebagai
subjek komparasi. Di samping itu apa yang ditulis oleh Zulfahmi dengan judul,
Pemahaman Hadis Di Kalangan Jamaah Mesjid (Studi Kasus Di Mesjid Nurul
Iman Aur Duri Padang) sebenarnya sudah mencoba melihat pemahaman
masyarakat tantang hadis dengan melakukan field research terhadap kelompok
masyarakat tertentu. Sayangnya dua bentuk studi ini belum banyak diminati dan
belum mendapat perhatian yang serius.
Metode dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti cukup beragam.
Skripsi dengan judul Studi Pemahaman Hadis tentang Seni Musik yang ditulis
oleh Arma Deni menggunakan penelitian kepustakaan. Penulis pada awalnya
menyebutkan sumber data atau sumber buku yang digunakan kemudian
mengemukakan metode yang digunakan dalam penelitian, yakni:
Berhubungan penelitian ini menggunakan library research, maka penulis
menggunakan pola berfikir yang objektif, guna memperoleh hasil yang
6

Helma Suryani, Studi Pemahaman Hadis Tentang Urine Sebagai Obat, (dokumen skripsi,

2002)
7


Roza Susanti, Studi Pemahaman Hadis Tentang Kemiripan Anak dengan Orang Tua,
(dokumen skripsi, 2003)
8
Reflita, Studi Pemahaman Hadis Mukhtalif Tentang Penyakit Menular, (Dokumen skripsi
2004)
9
Yuli Marni, Khitan wanita dalam Perspektif Hadis, (dokumen skripsi, 2010)
10
Hasep Saputra, Studi Terhadap Hadis-Hadis Tentang Kehinaan Dunia, (dokumen skripsi,
2008)
11
Amsal, Studi Pemahaman Hadis-Hadis tentang Hidup Miskin, (dokumen skripsi, 2008)

~4~

mengarah kepada kebenaran. Di samping itu dalam mencapai kesimpulan
yang besifat logis dan sistematis, penulis menggunakan metode, yang
mana pada setiap penelitian, metode ini selalu digunakan, yaitu: [1]
Deduktif, yaitu berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan

bertitik toleh pada pengetahuan yang bersifat umum itu, penulis menilai
sesuatu yang khusus. [2] Induktif, yaitu berangkat dari fakta yang khusus,
peristiwa yang kongkrit, kemudian dari peristiwa yang khusus dan
kongkrit itu ditarik generalisasi yang bersifat umum. [3] Komparatif, yaitu
meneliti faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi dan fenomena
yang diselidiki, kemudian membandingkan satu faktor dengan faktor
lain.12
Dari data di atas ada bebarapa kata kunci yang terkait dengan metode dan
pendekatan yang digunakan oleh penulis dan diuraikan di dalam metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi di bidang pemahaman hadis
ini, yakni:
a. Library research (penelitian kepustakaan)
Dari 22 skripsi yang membahas tentang pemahaman hadis ada 20 skripsi
yang menggunakan penelitian kepustakaan Semuanya menyebutkan literaturlitaratur yang dijadikan sebagai sumber data penelitian, baik primer maupun
sekunder. Literatur yang digunakan adalah kitab-kitab hadis, kitab-kitab syarah
hadis, dan kitab-kitab yang berkaitan dengan teori pemahaman hadis. Karena
sumber data yang digunakan oleh penulis skirpsi hadis adalah literatur, maka
pemilihan library research sebagai metode sangat tepat. Namun, penyebutan
libabry research bukan atas dasar alasan yang bisa dibebenarkan secara ilmiah.
Sebab hasil wawancara dengan beberapa informan13 menyebutkan bahwa ini

dilakukan berdasarkan skripsi yang pernah mereka akses sebelumnya. Yopi Deska
Utama bahkan mengaku bahwa ia tidak pernah membaca buku metode penelitian
kepustakaan, ia hanya menyadur skripsi.
b. Metode mawdhu’i (tematis)
Penyebutan istilah mawdhu’i atau tematis dalam penelitian hadis biasanya
memiliki dua orientasi, pertama mawdhu’i sebagai salah satu cara dalam
pengolahan data. Ini dumulai dari pengklasifikasian hadis berdasarkan tema-tema
tertentu kemudian hadis tersebut dikumpulakan dalam sub tema tertentu dan
dibahas secara konfrehensif. Kedua mawdhu’i sebagai salah satu bentuk
pendekatan dalam memahami hadis. Ini biasanya digunakan untuk penyelesaian
hadis mukhtalif14 disebut dengan tematis-korelatif, yakni memahami hadis setema
kemudian dilakukan upaya pemaduan (korelasi) makna antara satu hadis dengan
12

Arma Deni, Studi Pemahaman Hadis tentang Seni Musik (Dokumen Skipsi, 2003), h. 14
Merina Yunisa (wawancara tanggal 21 Oktober 2013), Rahmat Fauzi (wawancara tanggal
23 Oktober 2013), Yopi Deska Utama (wawancara tanggal 26 Oktober 2013)
14
Hadis mukhtalif adalah dua hadis yang maqbul yang secara zahir tampak saling
bertentangan, kemudian pertentangan itu dihilangkan dengan melakukan kompromi. Lihat: Ajjaj
al-Khatib, Ushul al-Hadis ‘Ulumu wa Musthalahu, (Bairut: Dar al-Fikr, t.th), h. 283
13

~5~

hadis lainnya untuk mendapatkan makna yang utuh sehingga hadis yang tampak
saling bertentangan itu dapat diselesaikan.
c. Pemahaman tekstual dan kontekstual
Istilah tekstual dan kontekstual biasanya dimaknai sebagai salah satu
pendekatan dalam pemahaman hadis. Pemahaman hadis tekstual menurut Syuhudi
Ismail ialah memahami hadis sesuai dengan apa yang tertulis dalam teks hadis
tersebut.15 Setidaknya ada tiga aspek dalam pemahaman hadis secara tekstual,
yakni pemahaman hadis beradasarkan kaedah bahasa, kaedah ushul fiqh, dan
takwil. Sementara pemahaman hadis secara kontekstual dimaknai sebagai
memahami hadis dengan mengkaji ketarkaitannya dengan peristiwa atau situasi
yang melatarbelakangi munculnya hadis tersebut, singkatnya mamahami hadis
dengan mempertimbang-kan konteksnya.16 Pemahaman hadis secara kontekstual
bisa bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti filosofis, tematiskorelatif, atau bisa juga menggunakan pendekatan keilmuan lain, seperti sosiologi,
antropologi, psikologi, dan lain-lain.
3. Studi Teori Ilmu Hadis
Studi tokoh dinilai sudah bervariasi, dimulai dari tokoh pemahaman hadis,
seperti: Muhammad al-Gazali dan Yusuf al-Qardhawi, tokoh periwayatan hadis,
seperti: Abu Hurairah, Ahmad Ibn Hanbal, tokoh ahli hadis, seperti al-Hakim alNaisaburi. Sementara untuk studi otentitas hadis, masih mengambil tema-tema
umum yang dipandang kontroversial dan membutuhkan menjelasan lebih
kongkrit. Tema ini minsalnya diusung oleh Elda Syarif dan Norman Ohira. Selain
itu, juga terdapat studi terhadap teori pengujian validitas hadis seperti yang ditulis
oleh M. Mujamma’ul Khair. Tema ini sebenarnya sudah menjadi bahasan yang
panjang oleh ulama klasik dengan melahirkan berbagai kitab dibidang ilmu illal
al-hadits, ada kesan bahwa skripsi yang ditulis hanya sekedar pengulangan apa
yang pernah disajikan oleh ulama klasik.
Adapun metode yang digunakan hampir semua data skripsi yang ada
menggunakan jenis penelitian dokumentasi atau kepustakaan. Studi yang
dilakukan oleh Elda Syarif dalam karya skripsinya mempertanyakan pandangan
Umar Ibn Khaththab tantang hadis ahad sebagai sumber hukum Islam. Ia
menyebutkan metode studinya deskriptif analitis:
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis melakukan penelusuran melalui Library research yaitu dengan
cara mengunpulkan, membaca dan mengkaji buku-buku sumber utamanya
serta buku lain yang dianggap relevan dengan pembahasan sebegai
referensi pendukung. Sedangkan pembahasan akan menggunakan metode

15

Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 6
16
Edi Safri, Imam al-Syafi’I: Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif, (Padang: IAIN
Press, 1999), h. 103

~6~

deskriptif analisis, yaitu dengan cara menjelaskan bagaimana pendapat
Umar Ibn al-Khaththab tentang hadis ahad sebagai sumber hukum Islam.17
Dari pertanyaan yang akan dijawab dalam studi ini jelas menggunakan
pendekatan historis. Studi ini tentunya diarahkan pada penjelasan historis
mengapa dan bagaimana pandangan Umat Ibn al-Khaththab tentang hadis ahad
sebagai sumber hukum Islam. Sayangnya Elda Syarif tidak jeli memadukan objek
dan metode penelitian sehingga kontribusi ilmiah yang dihasilkan tidak
memberikan gamabran yang mendalam mengenai tujuan dan sasaran studi.
B. Pengembangan Materi Studi Hadis
1. Studi Kualitas Hadis
Studi kualitas hadis masih perlu dilakukan dalam upaya pemeliharaan
hadis sebagai sumber ajaran Islam. Upaya pengujian kembali hadis-hadis yang
pernah diteliti oleh ulama merupakan usaha membangun budaya ilmiah dalam
masyarakat akademis, khususnya mereka yang consern di bidang hadis. Sisi
positif lain yang ingin dipetik dari tradisi ilmiah ini adalah latihan bagi mahasiswa
dalam meneliti keshahihan hadis. Dengan demikian dapat memelihara budaya
ilmiah agar generasi pecinta hadis tetap langgeng.
Karena studi kualitas hadis ini penting dan perlu mendapat tempat yang
luas dalam masyarakat akademis, khususnya mahasiswa, maka penting untuk
memilah dan memilih materi ataupun fokus kajian. Ini bertujuan agar materimeteri tersubut benar-benar memberikan manfaat bagi kehidupan beragama.
Menyangkut meteri ataupun fokus kajian, para informan berpendapat perlu
adanya pengembangan lebih lanjut. Kekayaan materi hadis merupakan potensi
dan peluang besar, namun kakayaan tersebut tidak serta merta menjadikan seluruh
materi hadis relevan untuk diuji kualitasnya.
Menurut Edi Safri18 studi kualitas hadis penting untuk dikaji dalam
penulisan skripsi mahasiswa. Namun, dalam hal ini mahasiswa harus kritis dalam
melihat persoalan yang diangkat sehingga studi kualitas hadis tidak sekedar
dijadikan sebagai syarat kelulusan saja, tetapi benar-benar menyentuh persoalan
kontemporer yang berkaitan langsung dengan masalah yang tengah dihadapi oleh
masyarakat. Selian itu, guru besar ilmu hadis pada Fakultas Ushuluddin IAIN
Imam Bonjol Padang yang pernah peneliti hadis-hadis dan riwayat populer
sebagai materi dakwah, menurutnya penting untuk meneliti riwayat populer yang
berkembang di tengah masyarakat seperti yang pernah ia lakukan, sebab ini
tentunya akan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan pemahaman
masyarakat terhadap ajaran Islam, sekaligus membendung kemungkinan adanya
penyalahgunaan materi hadis untuk kepentingan tertentu.
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Ali Sati, 19 menurut Ali Sati,
perkembangan aliran yang dianggap sesat perlu menjadi perhatian para sarjana
17

Elda Syarif, Suatu Kajian tentang Hadis Ahad sebagai Sumber Hukum Islam, (Dokumen
skripsi, 2001), h. 9
18
Wawancara tanggal 18 September 2013
19
Wawancara tanggal 20 September 2013

~7~

hadis. Kebanyakan mereka menggunakan riwayat-riwayat ataupun hadis untuk
memperkuat eksistensi ajarannya. Dalam hal ini, mahasiswa yang akan mengkaji
masalah hadis penting melihat perkembangan hadis di tengah masyarakat,
khususnya yang disampaikan oleh aliran-aliran tertentu. Menguji validitas riwayat
yang disampaikan penting untuk menjaga ajaran Islam dari penistaan ataupun
pemalsuan yang mengatasnamkan nabi.
Sarmida Hanum20 mengungkapkan bahwa perbangkan Islam banyak
mengutip hadis sebagai dasar dalam penetapan sistem perbankan. Hal ini harus
dilirik oleh mahasiswa tafsir hadis sebagai objek penelitian, sebab sebagai sarjana
di bidang hadis, mempunyai tanggungjawab moral dan kewajiban untuk
memverifikasi data yang digunakan. Di samping itu, menurut Sarmida Hanum 21
banyak ajaran ataupun praktek di tengah masyarakat yang oleh masyarakat
tertentu dipandang sebagai ibadah dan bagian dari taradisi Islam, minsalnya
materi-materi barzanji yang dibaca saat perhelatan tertentu. Ini merupakan
peluang kajian yang menerik yang bertujuan meluruskan pemahaman akan
prektek yang mereka lakukan.
Hadis-hadis nabi sering dikutib sebagai landasan dalam penulisan bukubuku tuntunan ibadah praktis, buku-buku pedoman pelaksanaan kegiatan, seperti
pedoman pesantren ramadhan, bahan ajar yang digunakan di sekolah-sekolah,
ataupun hadis-hadis yang tertera di dalam bolutin, majalah islam dan lain-lain.
Bagi Sarmida Hanum22 dan Sri Chalida23 hadis-hadis dan riwayat-riwayat seperti
disebutkan diatas penting untuk diteliti kualitasnya, sebab tidak semua penulis
buku ataupun materi yang dikutib berkualitas shahih. Disamping itu,
perkembangan teknologi internet sedang marak digunakan, hal ini diperkuat oleh
adanya mesin pencari yang bisa melacak semua bentuk informasi, termasuk ajaran
Islam. Tidak sedikit masyarakat yang menggunakan media ini untuk menambah
pengatahun dan wawasan keislamannya. Oleh sebab itu, situs-situs yang berisi
konten ajaran Islam yang reting pengunjungnya cukup benyak perlu mendapat
perhatian, sebab sudah pasti dalam tulisannya menggunakan hadis sebagai
landasan.
2. Studi Pemahaman Hadis
Terkait studi pemahaman hadis, Edi Safri24 mengungkapkan bahwa sejauh
ini studi pemahaman hadis masih penting untuk diungkapkan dalam karya skripsi.
Pemahaman hadis tentang persoalan-persoalan keagamaan yang mendasar dan
dipandang penting untuk dikaji ulang (reinterpretasi), baik dalam masalah aqidah,
syariat, maupun akhlak. Sebab tiga persoalan ini memiliki cakupan yang sangat
luas dan merupakan pokok-pokok ajaran Islam yang sangat mendasar. Meskipun
ulama, baik klasik maupun kontempor sudah membicarakannya, namun kajian
kritis tetap harus dilakukan termasuk upaya penyingkapan makna secara
kontekstual sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman. Edi Safri juga
20

Wawancara tanggal 25 September 2013
Ibid.
22
Ibid.
23
Wawancara tanggal 26 September 2013
24
Wtwtnctrt ttnggtl 24 September 2013
21

~8~

menyarankan agar hadis-hadis yang berkaitan dengan sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan hal-hal lain yang bernuansa studi hadis kontemporer juga diungkap
sebagai sumbangan ilmu bagi perkembangan masyarakat hari ini.
Ali Sati25 menyebutkan agar masalah-masalah sosial, politik, ekonomi,
hukum mendapat perhatian dalam penulisan skripsi. Sebab menurutnya masalah
ini belum banyak dilihat dari aspek pemahaman hadis sementara kebutuhan
masyarakat akan penjelasan masalah ini secara akademis sangat diperlukan.
Selain itu, Ali Sati melihat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan modern telah
melihirkan ide-ide baru sebagai bagian dari produk pemikiran Islam. Kajian
kontemporer, mulai dari masalah gender, multikulturalisme, HAM, pluralisme,
dan lain-lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Oleh
karenanya, sebagai sarjana hadis mahasiswa harus kritis melihat persoalan ini
dengan mengetengahkan hadis sebagai rujukan.
Selain ide-ide di atas, Sarmida Hanum26 menyarankan beberapa kajian
yang perlu mendapat ruang bagi mahasiswa yang berminat menulis skripsi di
bidang hadis, di antaranya: psikologi, pendidikan, seni, keshatan, ilmu-ilmu
eksakta seperti: biologi, lingkungan hidup, fisika, metematika dan lain-lain.
Secara subjektif, sarmida mencontohkan bahwa di Fakultas Ushuluddin terdapat
jurusan psikologi Islam. Ketika berbicara masalah Islam, maka kita tidak bisa
lepas dari hadis sebagai sumber ajarannya. Oleh sebab itu, pemahaman hadis
dengan pendekatan psikologi penting untuk dikaji mengingat epistimogi psikologi
Islam ini masih hangat dibincangkan dan menjadi perdebatan bagi berbagai
kalangan.
Benar kiranya, jika kajian pemahaman hadis harus melihat keilmuan
umum yang berkembang saat ini. Selain sebagai upaya integrasi ilmu, ia juga
memperluas pandangan bahwa ajaran Islam tidak terbatas pada aqidah, ibadah dan
akhlak saja, namun melingkupi semua aspek kehidupan dan ia bisa dilihat dengan
menggunakan berbagai bentuk kacamata ilmu. Adanya upaya pengkajian hadis
dengan melibatkan aspek rasional yang berkaitan dengannya, maka ia akan lebih
luas dan melihat persoalan secara jeli, sesuai dengan karekter ajaran Islam yang
rahmah li al-‘alamin. Oleh karena itu, kapasitas keilmuan mahasiswa Tafsir
Hadis harus ditingkatkan, baik ilmu-ilmu pokok di bidang hadis, maupun ilmuilmu lain yang berkaitan dengan pengembangan studi hadis. Meskipun
nomenklatur keilmuan hadis masuk dalam kategori ilmu-ilmu ushuluddin (pokokpokok agama), namun upaya integrasi dan interkoneksi harus menjadi perhatian,
baik bagi dosen maupun penyelenggara jurusan. Setting kurikulum harus benarbenar diperhatikan sehingga mahasiswa mampu memadukan hadis dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Studi hadis di IAIN Imam Bonjol Padang dinilai perlu
melihat aspek-aspek kontemporer yang menjadi masalah masyarakat secara
umum. Ini bertujuan agar studi pemahaman hadis benar-benar mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat luas, khususnya dalam praktek
pengamalan keagamaan.
25
26

Wtwtnctrt ttnggtl 20 September 2013
Wtwtnctrt ttnggtl 25 September 2013

~9~

3. Studi Teori Ilmu Hadis
Data dokumen skripsi menunjukan bahwa pembahasan studi ilmu hadis
baru berkisar pada studi tokoh hadis, studi otentitas hadis sebagai sumber ajaran
Islam, serta studi terhadap teori-teori pengujian validitas hadis. Materi studi teori
ilmu hadis ini dinilai masih bisa dikembangkan pada objek-objek yang
membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Kajian seperti ini tentunya dilakukan secara
deskriptif dalam rengka reinterpretasi teori-teori yang dianggap mapan oleh
sebagian kalangan.
Selain itu, munculnya tokoh-tokoh kontemporer dalam melahirkan teori
interpetasi teks agama (al-Quran & hadis), seperti: Fazlur Rahman, Syahrur,
Hasan Hanafi, Musahadi Ham, termasuk yang berasal dari Indonesia seperti:
Ahmad Syurkati, Mahfus Termas, KH. Hasyim Asy’ari, Ahmad Hasan Bandung,
TM. Hasby Ash-Shidiqi, Syuhudi Ismail, Danil Djuned, Ali Mustafa Ya’kup,
Daud Rasyid, Kamaruddin Amin, termasuk tokoh hadis asal Sumatera Barat yang
bernah berkiprah di dunia hadis, seperti: Syekh Ahmad Khatib alMinangkabauwi, Buya Mawardi, Mahmud Yunus dan lain-lain. Tokoh yang
disebutkan ini perlu mendapat tempat dalam studi ilmu hadis sebab belum ada
kajian khusus mengenai hal ini dalam data skripsi sebelumnya. Keberadaan
mereka telah memberikan warna baru dan kontribusi positif bagi studi hadis di
Indonesia.
Kajian hadis juga banyak dilakukan oleh kalangan orientalis sebagai
bentuk apresiasi dan kritik mereka terhadap sumber ajaran Islam (al-Quran dan
Hadis). Oleh sebab itu, kajian kritis pandangan orientalis terhadap bangunun
keilmuan hadis bisa dilakukan. Selain bertujuan untuk menjaga orisinalitas hadis,
kajian kritis pendangan orientalis terhadap hadis ini juga bertujuan untuk
mendapatkan jawaban logis atas kritikan.
Studi hadis di Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan
bahkan sudah menghasilkan karya-karya di bidang hadis dan ilmunya. Sejarah
perkembangan, tokoh yang berperan dan kontribusinya terhadap perkembangan
hadis di Indonesia belum banyak dilirik oleh mahasiswa. Berdasarkan penelusuran
skripsi yang peneliti lakukan, belum ada skripsi yang secara khusus membahas
masalah ini. Oleh sebab itu, tema-tema tentang studi hadis di Indonesia perlu
diformulasikan untuk masa yang akan datang. Di Indonesia, studi hadis banyak
dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu, seperti ormas Islam, pemerintah,
lembaga pendidikan, forum kajian, aliran/mazhab tertentu dan lain-lain. Studi ini
bertujuan untuk mengatahui perkembangan dan pengunaan literatur di bidang
hadis oleh lemabag-lembaga tersebut, termasuk pengaruhnya dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat, minsalnya penggunaan hadis oleh majlis tarjih
Muhammadiyah dalam penetapan fatwa.
C. Pengembangan Metodologi Studi Hadis
Penelitian merupakan cara untuk mendapatkan kebenaran yang objektif.
Menurut Kaelan, penelitian diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi

~ 10 ~

artian yang terus-menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan pengkajian
yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. 27 Oleh sebab itu,
metode yang dikembangkan dan digunakan dalam penelitian harus sesuai dengn
objek yang diteliti. Penentuan metode penelitian sangat tergantung pada kapasitas
dan profesionalitas peneliti dan tujuan penelitian.
Penelitian hadis tidak bisa dipisahkan dari teks-teks agama yang dijadikan
sebagai landasan dalam meniru Nabi. Hadis bagi umat Islam merupakan suatu
yang sangat penting karena di dalamnya terdapat tradisi yang berkembang di
zaman Rasulullah. Selain itu hadis juga merupakan catatan praktis dan verbal
yang memiliki nilai tuntunan bagi umat Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa
tradisi praktis dan verbal tersebut bertransmisi menjadi tradisi non-verbal berupa
catatan dan tulisan. Pada masa nabi, tardisi prektis dan verbal tersebut relatif
mudah dipahami, terlebih Nabi sebagai sumber primer masih hidup. Ketika tradisi
itu beranjak dari praktis-verbal ke non-verbal (tulis), maka dibutuhkan
seperangkat ilmu agar teks hadis itu bisa dilaksanakan sesuai dengan praktek di
zaman Nabi.
Seiring perubahan zaman kebutuhan dan permasalahan umat semakain
komplek diiringi adanya keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam sesuai yang
diajarkan Nabi, maka dalam tatanan praktis hadis menjadi sesuatu yang hidup
ditengah masyarakat. Praktek ajaran nabi sudah menjadi tradisi dalam budaya
kuam muslimin. Tidak jarang tradisi tersebut berasimilasi dengan budaya lokal
sehinga iapun diklaim sebagai budaya Islam. Hal ini menjadikan persoalan hadis
semakin kompleks, tidak terbatas pada persoalan teks saja, namun sudah beranjak
dari teks ke tradisi. Dengan kata lain teks hadis sudah termanifestasikan dalam
kehidupan masyarakat luas sehingga banyak sekali tradisi-tarasi yang dinisbatkan
kepada Nabi.
Setidaknya ada beberapa bentuk penyebaran hadis di tengah masyarakat
sebagai sebuah tradisi yang sering dinisbatkan kepada Nabi, yakni tulisan, lisan,
dan praktek. Tradisi tulisan terkadang bertujuan untuk mensosialisasikan ajaran
Islam dengan menggunakan berbagai media, seperti buku, jurnal, majalah,
bulotin, termasuk tulisan-tulisan yang sengaja dipampang di tempat umum.
Tardisi lisan dapat berupa materi dakwah yang disampaikan oleh mubaligh,
praktek bacaan-bacaan zikir dan doa, pengajaran agama Islam yang diterapkan di
lembaga pendidikan mulai TK hingga perguruan tinggi, dan lain-lain. Sementara
tradisi praktek merupakan wujud impelementasi ajaran Nabi melalui berbagai
aktifitas kehidupan, baik dalam bentuk prektek ibadah maupun hubungan sosial.
Singkatnya, objek kajian hadis tidak lagi terbatas pada persoalan teks, namun
sudah berkembang ke permasalahan sosial kemasyarakatan. Oleh sebab itu, perlu
sinergisitas metode dan pendekatan untuk mengungkap masalah ini.
Studi dokumen terhadap skripsi di bidang hadis menunjukkan adanya sisi
kelemahan metodologi yang mendasar. Rekonstruksi metodologi sebenarnya
mendesak dilakukan, mengingat permasalahan ini sudah terjadi sangat lama.
27

Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yogjakarta: Paradigma,
2010), h. 3

~ 11 ~

Tidak sedikit terjadi pengulangan kesalahan dalan penulisan skripsi khususnya
dari sisi metode dan pendekatan. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kualitas
karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswa. Berdasarkan hasil kajian dokumen dan
wawancara dan analisa penulis dari berbagai sumber, maka ada bebarapa bentuk
metode dan pendekatan yang ditawarkan, berikut uraiannya:
1. Pengujian Validitas
Studi kualitas ini langsung berhadapan dengan data-data yang terkait
dengan kepustakaan, maka studi ini dapat dilakukan dengan penelitian
dokumentasi. Penulisan skripsi oleh mahasiswa tafsir hadis hampir tidak
menguraikan/ menggunkan rincian langkah teknis metode penelitian. Menurut
Kaelan, langkah-langkah teknis tersebut menguraikan tantang bagaimana metode
pengumpulan data, metode pengolahan data dan metode analisis data.28
2. Studi Interpretasi teks
Studi interpretasi teks dimaksudkan sebagai studi deskriptif tentang
berbagai objek studi hadis, di antaranya: [1] studi pemaknaan terhadap teks hadis
tertentu menyangkut bagaimana teks hadis tersebut dipahami dan dipraktekkan
oleh para ulama. Minsalnya, Studi Pemahaman hadis tentang Nikah Mut’ah oleh
Sahabat Nabi. [2] studi tentang teori ilmu hadis yang ditawarkan oleh para ulama
terhadap problem-problem Ulum al-Hadits. Minsalnya: Konsep Keshahihan
Matan Hadis menurut Hanafiah, [3] studi terhadap literatur hadis menyangkut
kandungan hadis, sistematika penyusanan, dan kualitas hadis yang dimuat. Jenis
studi interpretasi teks ini dapat dilakukan dengan penelitian library research yang
bertujuan mendeskripsikan kitab, konsep ilmu, pemikiran tokoh yang bisa saja
pengumpulan datanya dilakukan secara kualitatif ataupun kuantitatif. 29
Untuk memperkaya kajian dan upaya integrasi ilmu, interpretasi teks bis
menggunakan kerangka keilmuan umum, seperti: sosiologi, antropologi,
psikologi, sejarah, ekonomi, kedokteran, dan lain-lain. Analisis yang mendalam
hanya dapat dilakukan ketika mahasiswa mampu memadukan kandunagn hadis
dengan keilmuan lain yang dipandang relevan dijadikan sumber penelitian.
3. Studi Reinterpretasi teks
Reinterpertasi teks ini diarahkan pada upaya pembacaan kembali terhadap
teks-teks yang ada, konsep-kosep yang ada, ataupun pemahaman teks yang sudah
ada sesuai dengan konteksnya. Dengan menggunakan paradigma kritis rasional,
reinterpretasi teks pengacu pada penelitian kepustakaan dengan menggali teks
sebagai sumber data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
4. Rekonstruksi teks
Tidak jauh berbeda dengan point tiga di atas, bentuk penelitian rekontruksi
teks
lebih
menekankan
pada
upaya
kritis
terhadap
teori/konsep/pemikitan/pemahaman yang sudah ada dengan tujuan malahirkan
28

Ibid., h. 237
Sahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, (Yogyakarta:
Teras, 2007), h. 132
29

~ 12 ~

solusi, baik dengan membangun teori baru atau memodifikasi teori sebelumnya
yang dipandang tidak relavan dalam menjawab realitas yang berkembang saat ini.
Untuk penelitian ini dapat menggunakan penelitian library research yang
bentuknya kualitatif.30 Karena ia berkaitan dengan realitas yang berkambang,
maka penelitian bentuk ini bisa menggunakan pendekatan keilmuan umum,
seperti: sosiologi, antropologi, psikologi, historis, dan lain-lain. Dengan catatan
kerangka keilmuan umum yang dipilih harus sesuai dengan materi yang
terkandung dalam teks hadis.
5. Studi hadis dan fenomena sosial
Untuk memperoleh data kauntitaf ataupun kualitatif berkaitan dengan meteri
hadis yang berkembang di tengah masyarakat, baik dalam bentuk praktek, tradisi,
ataupun riwayat-riwayat yang berkembang melalui lisan perlu dilakukan
penelitian lapangan dengan metode pendekatan ilmu sosial murni. Meskipun
demikian perlu digaris bawahi bahwa penelitian fenomena sosial muslim bisa
dimasukkan dalam studi hadis adalah penelitian dimana aktivitas tersebut
merupakan aplikasi terhadap teks-teks hadis yang diyakani ada. Masuk dalam
kategori jenis ini adalah fenomena sosial muslim dalam bentuk tradisi yang teruntemurun dimana meraka tidak tahu atas dasar apa melakukan hal tersebut.
Penjelasan mereka terhadap praktek itu tidak lebih dengan ungkapan “dari dulu
sudah seperti ini” atau “inilah yang dilakukan oleh nenek moyang kami”,
cenderung taqlid buta. Objek seperti ini merupakan bagian penelitian sosial yang
mengarah pada on muslim society. 31
6. Development research
Media pembelajaran hadis berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Lahirnya software-sofware di bidang hadis adalah bentuk perkambangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak bisa dipungkiri. Era digitalisai memberikan
dampak positif bagi tersebarnya ilmu pengetahuan, tidak ketinggalan hadis Nabi.
Hal ini tentunya merupakan kontribusi besar bagi perkembangan hadis di tengahtengah masyarakat sehingga akses ilmu pengatahuan menjadi mudah dan praktis.
Kajian dan pengembangan IT sebagai media pembelajaran hadis tentu menarik
untuk diteliti dan dikambangkan lebih lanjut. Dalam hal ini dibutuhkan
develompment research melalui pemanfaatan IT. Oleh sebab itu, perlu ada
kurikulum khusus yang dapat mengakomodasi wawasan dan pengetahuan
mahasiswa di bidang teknologi informatika.
Bentuk pertama, kedua dan ketiga sudah banyak dilakukan, numun dalam
penulisan skripsi di IAIN Imam Bonjol Padang perlu melakukan rekonstruksi
epitimologis. Berdasarkan penjelasan pada sub bab seleblumnya, permasalahan
mendasar terletak pada bangunan metode dan pendekatan yang digunakan
sehingga sasaran ilmiah dalam format epistimologis tidak tercapai secara
sempurna. Sementara bentuk keempat, kelima, dan keenam belum banyak
dilakukan oleh penggiat hadis, terlebih mahasisa, khususnya yang berkaitan
dengan fenomena sosial umat Islam. Untuk masa yang akan datang tiga bentuk
30
31

Ibid. h. 133
Ibid. h. 134-135

~ 13 ~

terakhir ini harus menjadi perhatian yang lebih besar. Disamping penguatan
metodologis, pengayaan ilmu mahasiswa mendesak untuk dilakukan mengingat
persoalan masyarakat yang semakin hari semakin kompleks. Diharapkan hasil
penelitain dapat menjadi solusi bagi pemecahan masalah.
D. Penutup
Hasil penelitian ini menunjukkan pengembangan studi hadis di IAIN
Imam Bonjol Padang mendesak untuk dilakukan karena studi hadis yang
dilakukan sebelumnya dipandang belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Persoalan mendasar terletak pada penetapan fokus kajian dan penerapan metode
dan pendekatan dalam penulisan skripsi. Pengembangan studi hadis di IAIN
Imam Bonjol padang dilakukan pada tiga pola penulisan skripsi dengan dua cara,
yakni pengayaan fokus studi dan perbaikan metode dan pendekatan. Pengayaan
fokus studi dapat dilakukan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang
berkaitan dengan masalah sosial, ekomomi, poltik, budaya, sejarah dan lain-lain
serta permasalahan lain yang berkaitan langsung dengan prektek keberagamaan
masyarakat yang membutukan interpretasi/reinterpretasi. Perbaikan dan
penyempurnaan metode. Dalam hal ini diaujkan enam tawaran, yakni: studi uji
validitas teks, studi interpretasi teks, studi reinterpretasi teks, studi rekonstruksi
teks, studi fenomena sosial masyarkat muslim, dan developmen research.
E. Daftar Rujukan
Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan IntegratifInterconectif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, Cet. Ke-3
---------, Studi Agama Normativitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002
Azra, Azumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII & XVII; Akar Pembaharuan Islam Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007
Cet. Ke-3
al-Hadiy, Abu Muhammad ‘Abd al-Mahdiy ibn Abd al-Qadir ibn ‘Abd, Thuruq
al-Takhrij Hadits Rasulillah Shalallahu ‘Alaih wa Sallam, Kairo, Dar alI’tisham, 1987
Idri, Studi Hadis, Jakarta: Kencana, 2010
Ismail, Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendeketan Ilmu Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1995
_______Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual, Jakarta: Bulan Bintang,
1994
‘Itr, Nur al-Din, Manhâj al-Naqdi fi ‘Ulûm al-Hadits, Damsyiq: Dar al-Fikr, , t.th.
al-Jawabi, Muhammad Thahir, Juhud al-Muhadditsin fi Naqd Matn al-Hadits,
t.t.p: Mu’assasat ‘Abd al-Karim, t.th.

~ 14 ~

Kaelan, Metode Penelitian Agama: Kualitatif Interdisipliner, Yogyakarta:
Paradigma, 2010
al-Khatib, Muhammad Ajjaj, Ushul al-Hadits, Ulumuh wa Musthalahu,
Damaskus: Dâr al-Fikr, t.t.
Maizuddin, Metodelogi Pemahaman Hadis, Padang: Hayfa Press, 2008
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984
Al-Qaradhawi, Yusuf, Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah, USA: alMa’had al-‘Alami li al-Afkar al-Islami, 1990
Safri, Edi, Imam al-Syafi’I: Metode Penyelesaian Hadis-hadis Mukhtalif, Padang:
IAIN Press, 1999
al-Siba’i, Mustafa, Sunnah wa Makanatuhu fi Tasyri’ al-Islâmi, Beirut: alMaktabah al-Islami, 1985
Syamsuddin, Sahiron (ed), Hermeneutika al-Quran Hadis, Yogyakarta: Elsaq
Press, 2010
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi; Perspektif Muhammad alGazali dan Yusuf al-Qaradhawi, Yogyakarta: Teras, 2008

Al-Thahhan, Mahmud, Ushul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, Mathba’ah
al-‘Arabiyyah, ttp., tth.
Wahid, Ramli Abdul, Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia, Medan: IAIN
Press, 2010
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/74083152.pdf diakses 12 Desember 2012
Data Dokumen Skripsi
Azli Yulita, Studi Terhadap Hadis tentang Azan bagi Bayi, dekumenn skripsi,
2000
Helma Suryani, Studi Pemahaman Hadis Tentang Urine Sebagai Obat, dokumen
skripsi, 2002
Roza Susanti, Studi Pemahaman Hadis Tentang Kemiripan Anak dengan Orang
Tua, dokumen skripsi, 2003
Reflita, Studi Pemahaman Hadis Mukhtalif Tentang Penyakit Menular, Dokumen
skripsi 2004
Yuli Marni, Khitan wanita dalam Perspektif Hadis, dokumen skripsi, 2010
Hasep Saputra, Studi Terhadap Hadis-Hadis Tentang Kehinaan Dunia, dokumen
skripsi, 2008

~ 15 ~

Amsal, Studi Pemahaman Hadis-Hadis tentang Hidup Miskin, dokumen skripsi,
2008
Roza Susanti, Studi Pemahaman Hadis tentang Kemiripan anak dengan Orang
Tua, Dokumen skripsi, 2003
Norman Ohira, Kawahyuan Hadis, dokumen skripsi, 2001
Elda Syarif, Suatu Kajian tentang Hadis Ahad sebagai Sumber Hukum Islam,
Dokumen skripsi, 2001

~ 16 ~