IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONSEP D

MAKALAH
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
KONSEP DASAR IPS
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS SD
yang dibina oleh Dra. Sri Sugiharti, M.Pd.

Oleh :
Amelia Astari

140151603845

Anggun Galih

130151611109

Bryansa Billina

140151603691

Dewi Intan S


140151604827

Emira Farida I

140151604700

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2014/ 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang
telah di tentukan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, sampai akhir zaman.
Makalah Mata Kuliah Konsep Dasar IPS SD yang berjudul “Implementasi Model

Pembelajaran Konsep Dasar IPS” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya
makalah ini tak lupa penyusun menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu, menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan saran yang membangun
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembelajaran selanjutnya.

Malang, 18 November 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Implementasi Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS...............................3
2.2 Hakikat dan Peranan Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS...............................6
2.3 Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS................................................7
2.4 Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan
Pendekatan Berorientasi Pemecahan Masalah.......................................................8
2.4.1 Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah...............................................8
2.4.2 Merancang model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.................................................................................. 10
2.4.3 Model Pemecahan Masalah Secara Kelompok..........................................12
2.5 Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan
Pemecahan Masalah..................................................................................... 14
BAB III. PENUTUP....................................................................................... 17
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................... 19

ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas model desain pembelajaran “problem solving”

(pemecahan masalah) yang dikhususkan untuk pembelajaran IPS. Sebagaimana model desain
pembelajaran problem solving pun merupakan alternative model yang dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar IPS. Sesuai dengan namanya, model desain pembelajaran ini secara
khusus memfokuskan pada pelatihan kemampuan dalam memecahkan masalah. Oleh karena
model desain sebelumnya pun pada hakikatnya bertujuan melatih kemampuan untuk
memecahkan masalah maka penguasaan terhadap model desain pembelajaran inkuiri dan
keterampilan berpikr akan sangat membantu Anda dalam memahami kemampuan ini
khususnya melalui proses pembelajaran IPS.
Pembahasan materi akan lebih difokuskan pada uraian teoritis dan contoh praktis.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik masalah pribadi maupun masalah social
sangan diperlukan karena pada hakikatnya siswa hidup ditengah lingkungan masyarakat yang
penuh dengan benih-benih potensi munculnya masalah. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan – untuk mendewasakan siswa – maka salah satu indicator dewasa adalah
kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat. Sikap mandiri ini tidak akan
dating dan diperoleh tanpa melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu,
sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran memiliki tangggung jawab untuk
membina kemampuan ini khususnya melalui proses pembelajaran IPS.

1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami implementasi model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS.

1.2.2 Memahami hakikat dan peranan model pembelajaran Konsep Dasar IPS.
1.2.3 Memahami model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS.
1.2.4 Merancang dan menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan
menggunakan pendekatan berorientasi pemecahan masalah.
1.2.5 Menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana implementasi model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS?
1

1.3.2 Apa hakikat dan peranan model pembelajaran Konsep Dasar IPS?
1.3.3 Apa saja model-model pembelajaran Konsep Dasar IPS?
1.3.4 Bagaimana merancang dan menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu
dengan menggunakan pendekatan berorientasi pemecahan masalah?
1.3.5 Bagaimana menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah?

2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Implementasi Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Pada kegiatan belajar pertama dan kedua dalam modul ini, Anda telah
mengenal dan memahami model desain pembelajaran inkuiri dan keterampilan
berpikir untuk IPS. Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas model desain
pembelajaran “problem solving” (pemecahan masalah) yang dikhususkan untuk
pembelajaran IPS. Sebagaimana model desain pembelajaran problem solving pun
merupakan alternative model yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar IPS. Sesuai dengan namanya, model desain pembelajaran ini secara
khusus memfokuskan pada pelatihan kemampuan dalam memecahkan masalah.
Oleh karena model desain sebelumnya pun pada hakikatnya bertujuan melatih
kemampuan untuk memecahkan masalah maka penguasaan terhadap model
desain pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikr akan sangat membantu
Anda dalam memahami kemampuan ini khususnya melalui proses pembelajaran
IPS.
Pembahasan materi dalam Kegiatan Belajar 3 modul ini akan lebih difokuskan
pada uraian teoritis dan contoh praktis. Kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah baik masalah pribadi maupun masalah social sangan diperlukan karena
pada hakikatnya siswa hidup ditengah lingkungan masyarakat yang penuh
dengan benih-benih potensi munculnya masalah. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan – untuk mendewasakan siswa – maka salah satu indicator dewasa

adalah kemampuan akan kemandirian sebagai warga masyarakat. Sikap mandiri
ini tidak akan dating dan diperoleh tanpa melalui proses pendidikan dan
pembelajaran. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran memiliki tangggung jawab untuk membina kemampuan ini
khususnya melalui prose pembelajaran IPS.
Model Pembelajaran “Problem Solving”
Savage and Armstrong (1996) mengemukakan bahwa sejumlah masalah ada
solusi terbaiknya secara benar dan tepat. Apabila dihadapkan pada situasi seperti

3

ini, guru hendaknya mendorong siswa menerapkan pendekatan “problem
solving”. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut Savage dan
Armstrong sebagai berikut:
a.

Mengenal adanya masalah.

b.


Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahanya.

c.

Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut.

d.

Mencapai solusi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Sedangkan Wilkins (1990) menguraikan langkah model pembelajaran

“problem solving” yang dapat digunakan pula sebagai keterampilan dalam
penyuluhan melalui model belajar individual (individualized instruction), sebagai
berikut :
Pertama. Mengklarifikasi dan mendefiniskan masalah. Sejalan dengan
fungsi/peran guru sebagai fasilitator – memberi kemudahan – kepada siswa,maka
dalam proses bimbingan terkadang guru lebih banyak mendengarkan berbagai
keluhan, ungkapan, kesulitan dan masalah. Pada kasus seperti ini, guru dapat
mengarahkan dan memandu siswa menggunakan keterampilan memecahkan
masalah. Untuk ini, siswa diminta mendeskripsikan/menguraikan masalahnya,

berbagai rasa, mengkaji berbagai prilaku yang pernah dilakukan dan akan lebih
baik apabila pada akhirnya siswa sendiri yang merumuskan masalah.
Kedua. Mencari alternatif solusi. Ketika masalah dirumuskan secara jelas, guru
dapat meminta siswa berfikir tentang solusi apakah yang dapat diambil. Tugas
guru adalah sebagai fasilitator, bukan sebagai pemecah masalah sehingga tidak
perlu guru memberikan memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh siswa.
Apabila siswa telah dapat merumuskan masalahsecara benar maka
kemungkingan besar ia pun dapat memberikan alternative pemecahannya.
Potensi inilah yang perlu didorong oleh guru agar siswa berani mengungkapkan
pendapatnya. Guru sebagai fasilitator hanya berperan dalam menggunakan
keterampilan mendengarkan secara aktif. Gunakanlah pertanyaan pembuka,
misalnya “adakah alternatif lain sebagai solusi yang dapat dikemukakan?”

4

Ketiga. Menguji alternatif solusi. Bantulah siswa menguji manfaat dan kegunaan
dari setiap alternative solusi dalam kecakapan melaksanakanya dan akibat-akibat
yang mungkin. Sebagaimana dapa tahap mencari alternative solusi maka pada
tahap menguji alternatif pun, peran guru hendaknya tidak terlepas dari
keterampilannya mendengar secara aktif. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan

yang menggali, misalnya “apakah kamu merasa senang
melakukan/melaksanakan alternatif solusi tersebut?“ “Apabila senang, apakah
konsekuensi positif/kekuatan dan negatif/kelemahan yang akan terjadi?
Keempat. Memilih solusi. Bantulah siswa untuk memilih solusi yang dirasakan
oleh mereka menyenangkan (cocok) dan akan menimbulkan potensi hasil yang
positif dan menguntungkan. Contoh, apabila anda sedang memecahkan masalah
konflik antara anda sendiri dengan orang lain maka anda berdua harus sampai
merasa puas dan lega dengan solusi yang diputuskan dan tida lagi menaruh
benci/dendam. Selaku guru, anda teap dituntut secara aktif mendengarkan dan
tidak merasa langsung memberi solusi. Gunakanalah pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya menggali. Apabila anda sedang memecahkan konflik/perselisihan
bersama, gunakan pesan-pesan ‘saya’ untuk mengomunikasikan perasaanperassan anda hingga penyelesaian berakhir decapai dengan kemenangan dua
puhak – “Win-Win Solution”.
Kelima. Bertindak sesuai dengan pilihan solusi. Ambilah kesepakatan untuk
sesuatu hal yang akan dilakukan. Janganlah sekali-kali mengambil suatu
komitmen yang masih ragu untuk melaksanakanya.
Keenam. Tindak lanjut (follow-up). Selesaikan sebagai fasilitator,tugas dan
peran guru juga memberikan dukungan/harapan (support) selama siswa
melakukan perbuatan solusi. Oleh karena itu, guru seyogyanya menyatakan
bahwa sebagai tindak lanjut dari kesepakatan, berikanlah umpan balik entang apa

yang telah dilakukan oleh siswa.

5

2.2 Hakikat dan Peranan Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Secara umum istilah inquiry berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk
menjawab suatu masalah.Menurut :
1. Rogers, menyatakan bahwa inkuri merupakan suatu proses untuk
mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
2. Hagen, menyatakan bahwa sebagai sebuah metode mengajar yang
berorientasi pada latihan meneliti dan mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan
metode pemecahan masalah, berpikri reflektif dan atau “discovery”.
3. Beyer, menyatakan inkuiri adalah lebih dari sekedar bertanya. Yaitu inkuiri
adalah suatu proses mempertanyakan arti/makna tertntu yang menuntut
seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya
dapat dipahami.
Menurut para ahli Pendekatan Inkuiri adalah salah satu cara untuk mengatasi
masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih
terpusat kepada siswa ( student-centred instruction ) dari pada kepada guru
( teacher-centred instruction).
Tujuan utama inkuiri sosial adalah memberikan kontribusi untuk para
pengambil kebijakan dalam menghasilkan keputusan-keputusannya.
Banks, mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri untuk
kelas IPS, yaitu sebagai berikut :
Pertama, Merumuskan Masalah ( problem formulation );
Kedua, Perumusan Hipotesis (formulation of hypotheses );
Ketiga, Definisi Istilah : Konseptualisasi;
Keempat, Pengumpulan Data ( collection of data );
Kelima, Pengujian dan Analisis Data ( evaluation and analysis of data );
Keenam, Menguji Hipotesis untuk Memperoleh Generalisasi dan Teori;
Ketujuh, Memulai Inkuiri Lagi.

6

2.3 Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Model desain keterampilan berpikir ( thinking skills ). Ada dua model desain
keterampilan berpikir, ialah keterampilan berpikir kritis ( critical thinking skills ),
dan keterampilan berpikir kreatif ( creative thinking skills ).
1. Johnson, merumuskan istilah “berpikir kritis” secara etimologi. Ia
menyatakan bahwa kata “critic” dan “critical” berasal dari “krinein”, yang berarti
“menaksir nilai sesuatu”. Atau bahwa kritik adalah perbuatan seseorang yang
mempertimbangkan, menghargai, dan menaksir nilai sesuatu hal.
Selanjutnya ia menggabungkan beberapa definisi critical thinking dari
beberapa ahli seperti Ennis, Lipman,Siegel, Paul, dan McPeck, yang disebut juga
“the group five” yaitu :
Pertama, Berpikir kritis memerlukan kemampuan kognitif;
Kedua, Berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan;
Ketiga, Berpikir kritis mencakup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan
dan menekankan secara berbeda-beda.
2. Ennis, menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan istilah yang digunakan
untuk suatu aktivitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan
dan perilaku yang rasional. Tujuan berpikir kritis, adalah untuk menilai suatu
pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik dari
suatu pemikiran dan nilai tersebut.
3. Menurut Beyer ada 10 perangkat keterampilan berpikir kritis yang dapat
digunakan dalam studi sosial, yaitu sebagai berikut :
a. Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat.
b. Menentukan realibilitas sumber.
c. Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan.
d. Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan.
e. Mendeteksi penyimpangan.
f. Mengidentifikasi tuntutan dan argumen yang tidak jelas atau samar-samar.
g. Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten.
h. Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat dipertanggungjawabkan.
7

i. Menentukan kekuatan argumen.
2 Strategi menurut Beyer yang cukup efektif untuk proses belajar mengajar,
yaitu :
1. Strategi induktif, merupakan cara untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam mengartikulasikan atribut-atribut berpikir kritis yang
telah diajarkan.
2. Strategi direktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai dan
memahami betul komponen keterampilan tersebut sejak permulaan.
2.4 Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan
Menggunakan Pendekatan Berorientasi Pemecahan Masalah
2.4.1 Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah
Masalah dapat diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan,
ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan. Selanjutnya
masalah sosial dapat diartikan suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang
dan dianggap sumber kesulitan atau ketidakpuasan yang menuntut untuk
dipecahkan. Secara operasional, masalah sosial diartikan suatu situasi yang pada
kenyataannya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Menurut sifatnya, masalah sosial bermacam-macam, statis-dinamis,besarkecil, sederhana-kompleks. Dengandemikian strategi pemecahannya pun harus
disesuaikan dengan sifat dan karakteristik masalahnya. Seperti ada yang
dipecahkan secara intuitif, coba-coba, traadisional, berdasarkan pengalaman
lampau, terkaan kasar dan sebagainya.
Secara umum kita mengenal tiga cara pemecahan masalah :
a. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan masalah yang
dilakukan oleh penguasa yang berwenang (pejabat, guru, hakim,dll)
b. Pemecahan masalah secara ilmiah, yaitu pemecahan masalah dengan
menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.

8

c. Pemecahan masalah secara metafisik, yaitu pemecahan masalah dengan
menggunakan cara-cara yang tidak rasional, misal secara gaib.
Pemecahan masalah merupakan suatu proses memecahkan masalah dan
menyangkut mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang
dikehendaki.
Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap terhadap suatu
masalah. Dengan demikian pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan
yang digunakan dalam mempelajari IPS terpadu dengan maksud mengubah
keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang kita kehendaki dengan
memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
Apabila kita menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan
belajar-mengajar kita akan memperoleh manfaat, antara lain :
a. Mengembangkan sikap/keterampilan siswa untuk mampu memecahkan
permasalahannya serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses berpikir terdiri dari
serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca dan
menafsirkan data, dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan
pembiasaan.
c. Siswa benar-benar menghayati untuk berpikir dan mengembangkan minat
dalam berbagai kemungkinan.
d. Membina pengembangan sikap penalaran lebih jauh dan cara berpikir
obyektif, mandiri, kritis dan analitis baik secara individual maupun kelompok.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas maka program dan jalannya
proses kegiatan belajar mengajar, hendaknya :
a. Memberi kesempatan pengembanganpengalaman individu dan berpusat pada
siswa.
b. Dibina suasana belajar yang bebas dari tekanan, paksaan dan ketakutan.

9

2.4.2 Merancang model pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah
Dalam merancang model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah, seyogyanya mendasarkan pada pemikiran kritis
dan reflektif yang mengikuti proses kerja sebagai berikut :
1. Menyadari adanya masalah.
2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya.
a. Pikiran kemungkinan pemecahannya dan pendekatannya.
b. Ujilah kemungkinan-kemungkinan pemecahan tersebut dengan kriteria
tertentu.
3. Pergunakan suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria tertentu dan
tanggalkan kemungkinan pemecahan lain.
Kita perlu menyeleksi dalam memilih pendekatan pemecahan masalah di
kelas bagi kepentingan proses belajar mengajar. Oleh karena itu harus
memperhatikan kriteria pemilihan masalah. Sebagai acuannya adalah kriteria
pemilihan masalah seperti yang dikemukakan Quillen dan Hanna, yakni :
a. Masalah itu bersifat umum dan berulang-ulang sehingga cukup dikenal dan
menarik perhatian siswa.
b. Masalah itu cukup penting dibahas di kelas
c. Masalah itu dapat mengembangkan kelas ke arah tujuan yang dikehendaki.
d. Melihat kemungkinan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
e. Masalah itu dapat menjamin kelanjutan pengalaman belajar siswa.
Setelah masalah kita ketemukan, maka langkah selanjutnya adalah
pemecahan masalah. Ada tiga model pemecahan masalah yang dikemukakan
oleh para ahli antara lain John Dewey, Brian Larkin, Lawrence Senesh David
Johnson dan Frank Johnson. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan uraian
berikut :
1. Langkah-langkah dan gambaran pemecahan masalah yang dikemukakan John
Dewey :

10

a. Merumuskan pemasalahan. Mengetahui dan merumuskan permasalahan
secara jelas.
b. Menelaah permasalahan. Menggunakan pengetahuan untuk merinci dan
menganalisis masalah tersebut dari berbagai sudut.
c. Membuat/merumuskan hipotesis. Menghayati secara luas dan lengkap
sebab akibat serta alternatif pemecahan masalah tersebut.
d. Menhimpun, mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
Kecakapan mencari dan menyusun data dan menvisualisasikan data dalam
bentuk bagan, gambar, grafik dan lain-lain
e. Pembuktian hipotesis. Kecakapan menelaah dan membahas data,
menghubung-hubungkan atau menghitung data terhadap hipotesis dan
keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan dari hal-hal di atas.
f. Menentukan pilihan pemecahan/keputusan. Kecakapan membuat, memilih
dan menilai beserta perhitungan akibat-akibat kelak.
2. Dr Brian Larkin konsultan kelompok bidang IPS-P3G di Malang 1978
mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Definisi masalah
b. Identifikasi masalah
c. Analisis akibat
d. Penerapan kriteria
e. Pengambilan keputusan
3. Lawrence Senesh, Guru Besar Ekonomi pada Purdue University
mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah, terdiri tiga fase :
a. Fase motivasi
b. Fase pengembangan
c. Fase kulminasi
Pada fase pengembangan ia menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah
sebagai berikut :
a. Menemukan gejala dari permasalahannya
b. Mempelajari aspek-aspek permasalahannya

11

c. Definisi permasalahannya
d. Menentukan ruang lingkup permasalahannya
e. Menganalisis sebab-sebab permasalahaannya
f. Pemecahan masalah
Hal ini didasarkan pada teori belajar spiral, dimana guru mulai dari hal
yang sudah diketahui ke hal yang belum diketahui, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang mudah ke yang sulit dan dari yang konkret ke yang abstrak.
2.4.3 Model Pemecahan Masalah Secara Kelompok
Model ini dikemukakan oleh David Johnson dan Frank Johnson, di mana
model ini menitikberatkan pada pemecahan masalah secara kelompok yaitu pada
kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan pemecahan masalah secara
kelompok meliputi beberapa unsur sebagai berikut:
a. Dapat menghasilkan kesepakatan tentang sesuatu keadaan yang dikehendaki.
b. Sepakat menetapkan struktur dan prosedur untuk menghasilkan, memahami
dan memakai informasi yang relevan dengan keadaan yang aktual.
c. Sepakat untuk menetapkan struktur dan prosedur untuk menemukan
kemungkinan pemecahan masalah, memutuskan dan mempergunakan cara
pemecahan yang terbaik dan efektif.
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang dikemukakan
oleh Johnson dan Johnson sebagai berikut:
1. Definisi Masalah
Definisi masalah merupakan langkah yang paing sulit. Apabila mampu
merumuskan dengan baik maka langkah selanjutnya akan lebih mudah. Untuk
perumusan masalah ini dianjurkan mengggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Tampunglah secara terbuka semua pernyataan masalah.
b. Rumuskan kembali setiap pernyataan sehingga dapat memperoleh
gambaran yang ideal dan aktual. Pilihlah salah satu definisi yang penting
dan dapat depecahkan.

12

2. Diagnosis Masalah
Langkah kedua ini kita ingin mengetahui dimensi dan sebab-sebab timbulnya
masalah. Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan bersarnya kekuatan
yang mendorong ke arah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan yang
mengambat ke arah tersebut.
3. Merumuskan Alternatif Strategi
Dalam kelompok ketiga ini kelompok harus mencari dan menemukan
berbagai alternatif cara pemecahan masalah, dimana kelompok harus kreatif,
berpikir divergen, memahami pertentangan antar idea dan punya daya temu
yang tinggi.
4. Penentuan dan Penerapan Suatu Strategi
Setelah berbagai alternatif strategi pemecahan masalah diperoleh, maka
kelompok pada tahap ini memutuskan untuk memilih alternatif mana yang
akan dipakai. Tahap ini mengandung dua aspek utama pemecahan masalah,
yaitu:
a. Pengambilan keputusan yaitu suatu proses mengambil suatu pilihan dari
berbagai alternatif tindakan.
b. Keputusan penerapan yaitu suatu proses untuk mengambil tindakan yang
diperlukan sehingga menghasilkan pelaksanaan tersebut.
Dalam tahap ini kelompok harus menggunakan pertimbangan yang kritis,
berpikir kovergen dalam membuat perencanaan yang nyata mengenai
pelaksanaan.
5. Evaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah kelima ini kelompok mempelajari: apakah strategi itu berhasil
diterapkan (evaluasi proses), apakah akibat penerapan strategi itu (evaluasi
hasil) dan apakah keadaan aktual sudah lebih mendekati keadaan yang ideal
daripada sebelum penerapan.
Hasil akhir dari evaluasi harus menunjukkan: masalah apa yang sudah
dipecahkan, seberapa jauh pemecahannya, masalah apa yang belum
terpecahkan dan masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini.

13

2.5 Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan
Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam menerapkan model pembelajarn IPS terpadu dengan menggunakan
pendekatan masalah Anda dapat memilih model yang dikemukakan oleh para
ahli di atas. Karena pada prinsipnya model pemecahan masalah tersebut adalah
sama yakni dari merumskan masalah sampa pada pemecahan masalah dengan
menggunakan suatu strategi yagn cocok.
Sebagai contoh, seorang guru akan menerapkan model pembelajaran IPS
terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan
berlajar mengajar di dalam kelas. Ambil contoh kurikulum Sekolah Dasar kelas
V catur wulan 2. Langkah-langkah guru adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
Siswa mengenal sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia.
2. Menentukan pokok bahasan
Jumlah penduduk.
3. Menentukan dan memahami materi pelajaran yang akan disampaikan.
Membahas cara-cara pengendalian pertambahan jumlah penduduk Indonesia.
4. Setelah guru melakukan persiapan di atas aka langkah selanjutnya adalah
menyampaikan materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
degnan menggunakan pendekatan pemecahan masalah secara kelompok
dengan prosedur: guru memabagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Kemudian kelompok tersebut atas bimbingan dan pengarahan guru mengikuti
proses kerja sebagai berikut:
a. Mendefinisikan Masalah
Langkah yang ditermpuh adalah: menampung seluruh pernyataan masalah
yang berkaitan dengan cara-cra untuk mengendalikan pertambahan
penduduk Indonesia; merumuskan kembali pernyataan masalah dan
memilih beberapa definisi masalah yang dapat diselesaikan oleh setiap
kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan fasilitas yang
ada.

14

b. Mendiagnosis Masalah
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui dimensi dan ssebab-sebab timbulnya
masalah. Adapun sebab-sebab timbulnya masalha tersebut antara lain:
1) Tingginya angka kawin muda, hal ini menyebabkna kesempatan untuk
melahirkan menjadi besar dan dalam jangka waktu yang panjang
memungkinkan untuk melahirkan dalam frekuensi yang banyak.
2) Adanya anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, hal ini yang
mendasari keluarga bersar dalam satu rumah tangga
3) Adanya anggapan bahwa mengendalikan kelahiran degna kontrasepesi
merupakan perbuatan haram.
4) Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang keluaraga
berencana, sehingga mereka tidak mengetahui cara-cara untuk
mengendalikan kelahiran dan hal ini ditunjang dengan sarana dan
prasarana praktik KB yang belum merata ke seluruh lapisan masyarakat.
c. Merumuskan alternatif strategi
Tahap ini kelompok harus kreatif dan berusaha untuk merumuskan
alternatif strategi untuk memecahkan masalah serta dituntut mempunyai
daya nalar yang tinggi. Setelah mengetahui sebab-sebab timbulnya masalah
yang ditinjau dari berbagia sudut pandang, maka kita dapat merumuskan
strategi pemecahan masalah dengan jalan:
1) Menggalakkan Keluaga Berencana secara nasional, karena strategi ini
dapat menekan angka kelahiran.
2) Meningkatakn pendidikan kependudukan di seluruh masyarakat
Indonesia.
3) Membuat undang-undang yang mengatur tentang batas usia kawain
pertama bagi penduduk Indonesia baik pria maupun wanita.
4) Membudayakan ddan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.

15

d. Penentuan dan penerapan strategi
Tahap ini kelompok-kelompok memutuskan untuk memilih alternatif
strategi yang akan dipakai. Tentunya alternatif yang dipilih sudah melalui
pertimbangan yang matang, sehingga diharapkan strateg tersebut dapat
menjadi obat mujarab bagi pemecahan masalah. Adapun alternatif strategi
yang dipilih antara lain:
1) Meningkatkan gerakan Keluarga Berencana secara nasional degna
menggunakan alat kontrasepsi. Strategi ini untuk memecahkan masalah
tingginya angka kelahiran.
2) Melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Strategi ini untuk memberikan penjelasan tentang arti penting
dan hakikat keluarga kecil bahagia sejahtera bagi masyarakat yang
masih mempunyai anggapan keluarga besar dalam satu rumah tangga.
3) Membuat undang-undang perkawinan yang mengatur batas minimal
usia kawin pertama bagi penduduk Indonesia. Strategi ini untuk
memecahkan masalah rendahnya usia kawin pertama yang dilakukan
penduduk Indonesia khususnya di pedesaan.
e. Evaluasi keberhasilan strategi
Tahap ini kelompok mempelajari: apakah strategi itu berhasil diterapkan;
apakah akibat dari penerapan strategi itu; apakah keadaan aktual sudah
mendekati keadaan yang kita kehendaki.
5. Setelah kelompok sampai kepada tahap evaluasi, maka langkah furu
selanjutnya mengadakan tanya jawab mengenai hasil pemecahan masalah
yang diputuskan masing-masing kelompok yang bertujuan untuk
mendapatkan keputusan bersama mengenai strategi pemecahan masalah caracara mengendalikan pertambahan penduduk Indonesia.
Demikian langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah dalm proses
belajar mengajar secara sederhana, anda dapat memodifikasi langkah-langkah
yang disampaikan oleh para ahli dengan tetap memperhatikan pronsip-prinsip
yang baku sesuai dengan gaya mengajar anda serta fasilitas yang ada.

16

BAB III. PENUTUP
Masalah dapat diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan,
ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan diselesaikan. Selanjutnya
masalah sosial dapat diartikan suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang dan
dianggap sumber kesulitan atau ketidakpuasan yang menuntut untuk dipecahkan.
Pemecahan masalah merupakan suatu proses memecahkan masalah dan
menyangkut mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang
dikehendaki.
Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap terhadap suatu
masalah. Dengan demikian pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang
digunakan dalam mempelajari IPS terpadu dengan maksud mengubah keadaan yang
aktual menjadi keadaan seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur
pemecahan yang sistematis.
Apabila kita menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan
belajar-mengajar kita akan memperoleh manfaat, antara lain :
a.

Mengembangkan sikap/keterampilan siswa untuk mampu memecahkan
permasalahannya serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri.

b.

Mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses berpikir terdiri dari
serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca dan
menafsirkan data, dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan
pembiasaan.

c.

Siswa benar-benar menghayati untuk berpikir dan mengembangkan minat dalam
berbagai kemungkinan.

d.

Membina pengembangan sikap penalaran lebih jauh dan cara berpikir obyektif,
mandiri, kritis dan analitis baik secara individual maupun kelompok.
Dalam merancang model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah, seyogyanya mendasarkan pada pemikiran kritis dan
reflektif yang mengikuti proses kerja sebagai berikut :
1.

Menyadari adanya masalah.

17

2.

Mencari petunjuk untuk pemecahannya.

3.

Pergunakan suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria tertentu dan tanggalkan
kemungkinan pemecahan lain.
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang dikemukakan oleh

Johnson dan Johnson sebagai berikut:
1.

Definisi Masalah

2.

Diagnosis Masalah

3.

Merumuskan Alternatif Strategi

4.

Penentuan dan Penerapan Suatu Strategi

5.

Evaluasi Keberhasilan Strategi

18

DAFTAR RUJUKAN
Wahab, Abdul Aziz. (2009). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas
Terbuka
SU, Ischak. dkk. (1998). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan

19

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92