MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DAN IMPLEMENT

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DAN IMPLEMENTASI

Pendahuluan
Pemerintah pada beberapa tahun lalu telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi
daerah. Kebijakan ini antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan
khususnya sekolah dasar dalam mengelola sumber daya yang ada, dengan cara mengalokasikan
seluruh potensi dan prioritas sehingga mampu melakukan terobosan-terobosan sistem
pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum
berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran
model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini
menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan seharihari. Namun demikian masih banyak pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan
model ini secara baik. Melalui tulisan ini akan diuraikan secara singkat tentang pembelajaran
tematik secara konseptual dan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.

Arti dan
Tematik
Pembelajaran

Prinsip
tematik


dapat

Dasar

diartikan

suatu

Pembelajaran
kegiatan

pembelajaran

dengan

mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo
dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha
untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan

bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum.
Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih
menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran
ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar
dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih
jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini.
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya
pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa
menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan
tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran
tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan
kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
3. Efisiensi

Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi,
metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan
kompetensi secara tepat.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik Sebagai berikut 1) berpusat
pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran
tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus
mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam
kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami
sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi
tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata

pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

5. Bersifat fleksibel
Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut:
1)

pembelajaran

berpusat

pada

anak,

2)


menekankan

pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui
pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada
hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.

Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:
1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran
dalam tema yang sama.
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4.

Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain
dan pengalaman pribadi siswa.

5. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema
yang jelas.
6. Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata.

7.

Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.
Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada
umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga dapat
dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:
1. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap
topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3. Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.
4. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.
Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan
yang diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa

2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.

Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana
dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang
ditimbulkannya yaitu:

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi
2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam
mata pelajaran secara tepat.

Implementasi Pembelajaran
Sekolah Dasar

Tematik

di


Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif baru,
sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru
yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain
karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik ini.

Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang
penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelaskelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini,
walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas
sekolah dasar.
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan
perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik, maka
perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin
Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajan
tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk

setiap kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”, 4)
Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam bentuk matriks
atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan
topik pembelajaran tematik
2. Penerapan pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu
didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya berisi berbagai
sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya
laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik
akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik
dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang
laboratorium yang terpisah dari ruang kelasnya.
3. Evaluasi Pembelajaran Tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses
diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran,
sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa
terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Disamping itu
evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa
ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa
melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap
sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.

Disamping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa:
kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan
lembar observasi.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dimaksudkan
agar pembelajaran lebih bermakna dan utuh. Pembelajaran tematik ini memiliki peran yang
sangat penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap
materi yang dipelajarinya, karena pembelajarannya lebih berpusat pada siswa, memberikan
pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., bersifat fleksibel, hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Pembelajaran tematik agar berhasil dengan baik perlu dilakukan dengan menempuh
tahapan perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Daftar Pustaka

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004.
Malang: Bayumedia Publishing.

Posted by Ly Hakim at 9:50 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Model Pembelajaran (Learning Model)

Wednesday, June 01, 2011
Ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
inovatif

Pembelajaran Inovatif
McLeod (1989:520) mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced

such as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan,
perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan

sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua
itu bukan barang baru bagi guru lain.
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan
apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang
berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi
proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan
bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu
alternatif.
Pelajaran bahasa Inggris di sekolah dan madrasah misalnya, tidak perlu memakai
materi asli yang cenderung sekuler. Bahasa Inggris untuk MTs bisa dikembangkan
sendiri, misalnya dengan menggunakan wacana-wacana ke-Islam-an tentang salat,
puasa, zakat/sedekah, dan pergi haji. Penggunaan wacana-wacana khas ini tidak berarti
harus mengabaikan wacana-wacana umum yang lazim misalnya tentang interpersonal

interaction, tentang daily life dan tentang hospitality.
Namun, wacana-wacana umum itu disajikan secara inovatif dalam arti
menggunakan metode dan bahan serta kosa kata yang berbeda dan dapat dipandang
Islami. Ketika menjelaskan struktur kalimat the simple present tense yang menceritakan
kegiatan

sehari-hari/kebiasaan

misalnya,

seorang

guru

bahasa

Inggris

bisa

menggunakan contoh kalimat: “I do the Jumah prayer in the grand mosque every

Friday” (Setiap hari Jumat saya salat Jumat di masjid agung) atau “ Laila always helps
her mother in the kitchen after praying the maghrib” (Setelah salat magrib, Laila selalu
membantu ibunya di dapur), dan sebagainya. Kalimat seperti ini tidak hanya Islami,
tetapi juga bersifat inovatif dan lebih bermanfaat daripada kalimat yang bunyinya
sekedar “Birds fly in the sky” (Burung-burung terbang di angkasa) apalagi kalimat yang
berbunyi “John goes to the beach with Jane every Sunday” (Setiap hari Ahad John pergi
ke pantai bersama Jane). Cobalah Anda pikirkan, apa signifikansi kedua kalimat tadi?
Tidak ada, karena semua orang sudah tahu setiap burung kalau terbang pasti di
angkasa, dan kebiasaan John ke pantai berduaan dengan Jane itu tidak Islami bahkan
tidak Indonesiani.

Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara
yang

di

antaranya

menampung

setiap

karakteristik

siswa

dan

mengukur

kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam
menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan
auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan
secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan
alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam
proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam memba- ngun proses pembelajaran
inovatif.
Alhasil, di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal:
 menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat dan bermartabat;
 menerapkan pelbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru;
 memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang
sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan;
 melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.
Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:
 merngikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang berlaku;
 berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan;
 menggunakan perangkat tekonologi maju dalam proses belajar.
Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka
ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi.
Ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran inovatif
1) Examples non-examples, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran;

b.

Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui power point;

c.

Guru memberikan petunjuk dan peluang kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisis gambar ;

d.

Kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa melakukan diskusi dan analisis mengenai bagian
yang merupakan contoh dan bukan contoh, lalu mencatat hasilnya;

e.

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;

f.

Guru mengomentari dan memberi penjelasan mengenai materi sesuai dengan sesuai
tujuan yang ingin dicapai;

g.

Simpulan.

2) Numbered heads together, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor;

b.

Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;

c.

Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;

d.

Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka;

e.

Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain;

f.

Simpulan.
3) Cooperative script, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;
b. Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya;
c. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ideide pokok dalam ringkasannya.
Sementara itu, para siswa pendengar: 1) menyimak/mengoreksi/ menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap; 2) membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
 Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya;
 Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru;
 Penutup
4) Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan setiap siswa anggota kelompok
mendapat nomor;
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal,
dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya;
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari
kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka;
d. Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain;
e. Simpulan.
5) Student teams-achievement divisions (STAD), dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);

b.

Guru menyajikan pelajaran;

c.

Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu paham;

d.

Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis
para siswa tidak diperbolehkan saling membantu;

e. Memberi evaluasi;
f.

Simpulan.

6) Jigsaw (Model Tim Ahli), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas 4 siswa;
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan
tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh;
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g. Guru memberi evaluasi;
h. Penutup.
7) Problem-based instructions (PBI), dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a.

Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih;

b.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhu- bungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadual, dll.) ;

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa- lah, pengumpulan data, hipotesis,
pemecahan masalah ;
d.

Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya ;

e.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.