Strategi Supir Angkudes Dalam Menghadapi

Jurnal Penelitian Siswa

2015

STRATEGI SUPIR ANGKUDES DALAM MENGHADAPI KRISIS MONETER
Ika Silviany, Fidelia Qisthi dan Irma Dewi Istikomah
SMA NEGERI 3 CILACAP

ABSRAK
Krisis moneter memberikan dampak besar terhadap suatu masyarakat suatu negara termasuk dalam bidang
transportasi. Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti strategi yang dilakukan oleh para supir angkudes
dalam menghadapi badai krisis moneter. Penelitian kami lakukan dengan melakukan survei menggunakan
angket dengan metode total sampling yang melibatkan 18 responden atau 100% dari total populasi supir
angkudes di Kota Cilacap dan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis moneter sangat
berpengaruh terhadap kehidupan para supir angkudes yang ditandai dengan penurunan penghasilan para supir
angkudes secara drastis, karena krisis moneter memicu kenaikan BBM, suku cadang kendaraan, biaya
perawatan dan cicilan kredit kendaraan, bahkan menyebabkan harga kebutuhan pokok sehari-hari mengalami
kenaikan, sementara itu jumlah penumpang malah menurun. Berbagai strategi dilakukan oleh para supir
angkudes, mulai dari penghematan hingga mencari penghasilan tambahan. Usaha ini dinilai efektif karena
dengan usaha sampingan tersebut para supir angkudes bisa mendapat penghasilan tambahan untuk
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Namun ada beberapa faktor penghambat para supir angkudes

dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarganya, sehingga mereka berharap kepada Pemerintah agar
segera menghentikan badai krisis moneter ini.
Kata kunci : krisis moneter, supir angkudes, penghasilan, usaha sampingan

PENDAHULUAN
Krisis moneter merupakan sebuah krisis yang
berhubungan dengan keuangan suatu Negara.
Hal ini ditandai dengan keadaan keuangan
yang tidak menentu sebagai akibat lembaga
keuangan dan nilai tukar mata uang yang
tidak berfungsi dan tidak berjalan sesuai
harapan.
Transportasi adalah pemindahan manusia atau
barang dari suatu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan sebuah wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin.
Transportasi sangat penting bagi manusia
karena memudahkan aktivitas manusia seharihari.
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada
tahun 1998 sangat berpengaruh terhadap

dunia transportasi di Indonesia. Padahal
transportasi merupakan tulang punggung
perekonomian dan kemajuan sebuah bangsa.
Oleh karena itu kami tertarik untuk
melakukan penelitian pengaruh krisis moneter
tehadap dunia transportasi.
Kami mengambil para supir angkutan
pedesaan ( angkudes ) di kota Cilacap sebagai
SMA Negeri 3 Cilacap

sample penelitian. Alasan kami memilih para
supir angkudes sebagai sample penelitian ini
karena mereka merupakan supir yang paling
sepi trayeknya di kota Cilacap. Sehingga
strategi mereka dalam menghadapi badai
krisis moneter sangat menarik untuk dikaji.
Harapan kami adalah masyarakat dapat
mengambil pelajaran dari kegigihan para
supir angkudes dalam menghadapi terpaan
badai krisis moneter yang melanda Indonesia

pada tahun 2015 ini.
Rumusan Masalah
Krisis moneter tahun 2015 memberikan
dampak yang sangat berarti bagi kehidupan
masyarakat kecil. Sebagian masyarakat
mengalami kesulitan setelah adanya krisis
moneter. Dari rumusan masalah tersebut,
didapatkan pertnyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana kesulitan yang dialami supir
angkudes dalam menghadapi krisis
moneter ?
2. Bagaimana strategi supir angkudes dalam
menghadapi krisis moneter ?

1

Jurnal Penelitian Siswa

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan kesulitan yang dialami
para supir angkudes dalam menghadapi
krisis moneter dalam mencukupi
kehidupan keluarganya.
2. Mendeskripsikan strategi para supir
angkudes dalam menghadapi badai krisis
moneter
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Membantu menemukan strategi yang
paling efektif dalam menghadapi krisis
moneter.
2. Menyalurkan
aspirasi
para
supir
angkudes kepada Pemerintah
KAJIAN PUSTAKA
Krisis Moneter

Krisis moneter dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai krisis yang
berhubungan dengan uang atau keuangan
suatu negara.
Penyebab Dari Krisis Moneter tahun 1998
menurut Marie Mahammad :
Liberalisasi perbankan yang overshoot ,
dimana di tahun 1980-an mengalami
resesi ekonomi serta merosotnya harga
minyak dunia.
2. Krisis moneter tersebut dimulai dari
gejala atau kejutan keuangan pada bulan
juli tahun 1997, menurunnya nilai tukar
rupiah dengan secara tajamnya terhadap
valas, diukur dari dollar Amerika serikat
yang merupakan pencetus atau trigger
point. Meskipun tidak terdapat depresiasi
tajam Baht (mata uang Thailand), krisis
moneter tersebut tetap akan terjadi di
Indonesia. Disebabkan karena gejolak

1.

SMA Negeri 3 Cilacap

2015

sosial serta politik Indonesia yang
memanas. Oleh Sebab itu penyebab
Krisis moneter tahun 1998 dapat
dikatakan campuran dari unsur-unsur
eksternal serta juga domestik.
3. Diabaikannya
early
warning
system adalah penyebab mengapa krisis
moneter 1997 melanda Indonesia. early
system warningnya ialah meningkatnya
secara tajam deficit transaksi berjalan
sehingga disaat terjadinya krisis tersebut,
defisit transaksi berjalan Indonesia ialah

sebesar 32.5% dari PDB. Utang luar
negeri baik itu pemerintah maupun
swasta yang tinggi. Boomingnya sektor
properti serta juga financial yang
mengabaikan kebijakan kehati-hatian
didalam pemberian kredit perbankan
diperuntukan ialah untuk membiayai
proyek-proyek besar yang di sponsori
oleh pemerintah dan juga tidak semua
proyek besar itu visibel. Tata kelola yang
buruk (bad governence) serta tingkat
transpalasi yang rendah baik itu sektor
publik ataupun swasta.
Menurut M. Fadhil Hasan, krisis moneter
yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh
beberapa faktor berikut :
1. Argument
bahwa
pasar
financial

internasional tersebut tidak stabil secara
inheren yang kemudian mengakibatkan
buble ekonomi tersebut cenderung
bergerak liar. Bahkan sejak tahun 1990-an
pasar financiall tersebut lebih tidak stabil
lagi. Hal tersebut disebabkan karena
tindakan perbankan negara-negara maju
yang menurunkan suku bunga mereka.
Sehingga mendorong dana-dana masuk
pasar global. Maka ditahun 1990-an dana
asing tersenit melonjak dari $ 9 Miliyard
menjadi lebih dari $ 240 Milliyard.
2. Kegagalan manajemen makro ekonomi
yang tercermin dari kombinasi nilai tukar
2

Jurnal Penelitian Siswa

yang kaku serta juga kebijkan fiskal yang
longgar, inflasi yang adalah suatu hasil

dari apresiasi nilai tukar efectif riil,deficit
neraca pembayaran dan juga pelarian
modal.
3. Kelemahan dari sektor finacial yang over
gradueted, but under regulete serta juga
masalah moralhazar.
4. Semakin membesarnya cronycapitalism
serta sistem politik yang otoriter dan juga
sentralistik
Penyebab krisis moneter menurut Kwik Kian
Gie apabila ditinjau dari teori konjungtur,
terdapat dua karakteristik krisis, antara lain
ialah sebagai berikut :
1. Krisis yang disebabkan tidak sepadannya
kenaikan konsumsi dibandingkan dengan
kenaikan kapasitas prouksi atau juga
unerconsumption crissis.
2. Krisis yang disebabkan terlampau besarnya
investasi yang dipicu modal asing
disebabkan karena tabungan nasional

tersebut sudah lebih dari habis untuk
berinvestasi.
Krisis
seperti
ini
disebut
dengan
overinvestment, dan hal tersebut yang terjadi
di Indonesia.
Angkutan Pedesaan
Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau
barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kendaraan.
Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian
simpul dan/atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga
membentuk satu kesatuan sistem jaringan
untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan.
Kendaraan umum adalah setiap kendaraan

bermotor
yang
disediakan
untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut
SMA Negeri 3 Cilacap

bayaran baik
langsung.

langsung

maupun

2015

tidak

Trayek adalah lintasan kendaraan umum
untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan
mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal
tetap maupun tidak berjadwal.
Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari
satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah
Kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek
kota yang berada pada wilayah ibukota
Kabupaten dengan mempergunakan mobil
bus umum atau mobil penumpang umum
yang terikat dalam trayek.
Pengertian yang lain dari angkutan Pedesaan
adalah pelayanan angkutan penumpang yang
ditetapkan melayani trayek dari terminal ke
terminal tipe C. Ciri utama lain yang
membedakan
angkutan pedesaan dengan
yang lainnya adalah pelayanannya lambat
tetapi jarak pelayanan tidak ditentukan.
(Warpani, 2002)
Dampak Krisis Moneter Terhadap Dunia
Transportasi
Dampak krisis moneter yang melanda negaranegara di kawasan Asia khususnya di
Indonesia
pada
tahun
1997
telah
mengakibatkan
memburuknya
kinerja
ekonomi dari masing-masing Negara yang
mengalaminya. Dampak buruk tersebut dapat
terlihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi
yang rendah, menurunnya daya beli
masyarakat, stagnasi di bidang investasi,
hancurnya bidang pasar modal, macetnya
kredit perbankan, kerusuhan yang terjadi
dimana-mana, tingkat pengangguran yang
tinggi merupakan indikator untuk mengukur
dampak yang ditimbulkan krisis moneter.
(Trijoyo Ariwibowo, FHUI / CV Nuansa
Alia, 2007)

3

Jurnal Penelitian Siswa

Dampak krisis moneter yang paling terasa
dalam bidang transportasi umum adalah
berkurangnya armada. Pada saat krisis
moneter tahun 1998, di Jakarta terjadi
penurunan jumlah armada angkutan umum
hingga 40 %. Hal ini disebabkan karena krisis
moneter memicu kenaikan harga suku cadang
kendaraan bermotor hingga 300 %.
Krisis moneter sangat dirasakan oleh para
supir angkutan umum karena memicu
kenaikan harga suku cadang kendaraan,
kenaikan harga BBM, kenaikan biaya
perawatan kendaraan, kenaikan biaya cicilan
kredit
kendaraan,
penurunan
jumlah
penumpang dan kenaikan harga sembilan
bahan pokok dan kebutuhan masyarakat
sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan menggunakan
metode kuantitatif dengan melakukan survei
dengan menggunakan angket.
Indikator Penelitian
Dari rumusan masalah dan kajian pustaka di
atas, dapat diturunkan menjadi beberapa
indikator penelitian. Indikator ini merupakan
landasan kami menyusun daftar pertanyaan
pada kuesioner yang kami jadikan sebagai
alat dalam pengumpulan data. Data yang akan
kami kumpulkan adalah :
1. Kesulitan yang dialami supir angkudes
dalam menghadapi krisis moneter
2. Strategi supir angkudes dalam
menghadapi krisis moneter

2015

a. Pengaruh krisis moneter terhadap
tingkat kesejahteraan keluarga supir
angkudes
b. Pengaruh krisis moneter terhadap
jumlah pemasukan supir angkudes
c. Pengaruh krisis moneter terhadap
harga sembilan bahan kebutuhan
pokok
d. Pengaruh krisis moneter terhadap
harga bahan bakar minyak
e. Pengaruh krisis moneter terhadap
harga suku cadang kendaraan
f. Pengaruh krisis moneter terhadap
jumlah penumpang
2. Bagaimana strategi supir angkudes dalam
menghadapi krisis moneter ?
Dari pertanyaan ini, indikator yang bisa
disusun adalah :
a. Sikap yang dilakukan para supir
seperti : mengeluh, berhemat, mencari
pekerjaan sampingan atau beralih
profesi.
b. Strategi para supir angkudes dalam
menghadapi krisis moneter.
c. Efektivitas strategi para supir
angkudes dalam mencukupi kebutuhan
keluarganya.
d. Nilai kecukupan usaha sampingan
dalam memenuhi kesejahteraan
keluarganya.
e. Harapan supir angkudes kepada
Pemerintah berkaitan dengan krisis
moneter.
f. Faktor penghambat dalam peningkatan
kesejahteraan para supir angkudes.

Untuk menjawab dua pertanyaan penelitian di
atas, kami menetapkan beberapa indikator
sebagai berikut :

Lokasi Penelitian

1. Bagaimana kesulitan yang dialami supir
angkudes dalam menghadapi krisis
moneter ?
Dari pertanyaan ini, indikator yang bisa
disusun adalah :

Lokasi penelitian kami adalah kota Cilacap
dan sekitarnya yang menjadi trayek angkudes
dari terminal Cilacap hingga kembali lagi ke
terminal Cilacap. Alur trayek angkudes
adalah sebagai berikut : Terminal Cilacap –
jalan Jenderal Gatot Subroto – jalan Sulawesi

SMA Negeri 3 Cilacap

4

Jurnal Penelitian Siswa

– jalan dr. Rajiman – jalan dr. Cipto – jalan
Bisma – jalan Punto – jalan Singa Laut –
jalan Lingkar Timur – jalan Soekarno Hatta –
jalan Urip Sumoharjo – jalan Perintis
Kemerdekaan – jalan Bali – jalan Lombok –
Terminal Cilacap.
Teknik Penarikan Sample
Penarikan sample menggunakan metode total
sampling, yaitu para supir angkudes di
Terminal Cilacap. Berdasarkan hasil survei
yang dilakukan, kami mendapati bahwa supir
angkudes yang masih aktif
di terminal
Cilacap hanya tersisa 18 orang. Kami
mengambil seluruh sampe (total sampling),
yaitu 18 orang supir angkudes karena total
populasi tersebut kurang dari 100 orang.
Survei yang kami lakukan menggunakan
tingkat kepercayaan 99 % dengan margin of
error sebesar 1 %.
Metode Pengolahan dan Analisa Data
Metode pengolahan dan analisa data yang
kami gunakan adalah metode analisa
deskrisptif
dengan
tabulasi
silang
menggunakan SPSS.
Hipotesis
Krisis moneter di Indonesia sangat
berpengaruh terhadap dunia transportasi di
Indonesia, khususnya dunia transportasi
umum. Dugaan sementara adalah para supir
angkudes menyikapi krisis moneter dengan
melakukan penghematan dan mencari
penghasilan tambahan.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Identitas Responden
Hasil survei yang kami lakukan berhasil
mendapatkan 18 orang responden atau 100%
dari total populasi yang mengisi angket.
Rincian identitas responden tersebut kami
tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Identitas usia responden
No.
Umur
Jumlah Prosentase
1.

17-25

0 orang

0.0 %

2.

25-35

3 orang

16.7 %

SMA Negeri 3 Cilacap

2015

3.

35-45

8 orang

44.4 %

4.

45-55

6 orang

33.3 %

5.

55-65

1 orang

5.6 %

0 orang

0.0 %

18 orang

100 %

6. >65 tahun
Total
Sumber : Kuesioner no. 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa usia
responden yang paling dominan adalah supir
berusia 35-45 tahun (44,4%), disusul oleh
supir usia 45-55 tahun (33,3%), kemudian
supir usia 25-35 tahun (16,7%), dan yang
paling sedikit adalah supir berusia 55-65
tahun ( 5,6%).
Tabel 4.1.2. Jenis kelamin responden
No. Jenis Kelamin
Jumlah Prosentase
1.

Laki-laki

18 orang

100 %

2.

Perempuan

0 orang

0.0 %

Sumber : Kuesioner no. 2

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh
responden adalah laki-laki. Hal ini karena
seluruh supir kendaraan umum di terminal
bus / angkutan kota / angkutan pedesaan di
kota Cilacap adalah laki-laki.
Tabel 4.1.3. Pendidikan responden
No

Pendidikan

Jumlah Prosentase

1. Tdk bersekolah

2 orang

11.1 %

2. SD / MI

7 orang

38.9 %

3. SLTP / MTs

7 orang

38.9 %

4. SMA / MA /
SMK

2 orang

11.1 %

5. Universitas

0 orang

0%

Total

18 orang

100 %

Sumber : Kuesioner no. 3

5

Jurnal Penelitian Siswa

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden berpendidikan SD / sederajat (38,9
%) dan SLTP/sederajat (38,9 %), kemudian
responden berpendidikan SLTA / sederajat
(11,1 %) dan responden yang tidak bersekolah
(11,1 %). Dominasi responden adalah
berpendidikan SD / sederajat dan SLTP /
sederajat dikarenakan kebanyakan dari
mereka berasal dari keluarga tidak mampu
sehingga tidak bisa melanjutkan sekolah dan
memutuskan untuk terjun bekerja / mencari
nafkah.
Tabel 4.1.4. Penghasilan responden

2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden
didominanasi oleh adalah responden yang
sudah menikah (77,8 %), lalu disusul oleh
responden yang belum menikah (11,1 %) dan
yang responden yang telah bercerai (11,1 %).
Tabel 4.1.6. Jumlah anak responden
Jumlah

Prosentase

1. Belum punya

2 orang

11.1 %

2. 1 anak

3 orang

16.7 %

3. 2anak

9 orang

50 %

Jumlah Prosentase

4. 3 anak

1 orang

5.6 %

17 orang

94.4 %

5. >3 anak

3 orang

16.7 %

2. UMK– 3.500.000 1 orang

5.6 %

18 orang

100 %

No.

Penghasilan

1. Rp 3.500.000,Total

0 orang

0.0 %

18 orang

100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden
didominasi oleh supir yang berpenghasilan
kurang dari UMK Cilacap (94,4 %),
kemudian disusul oleh responden yang
berpenghasilan Rp. 1.287.000– Rp. 3.500.000
(5,6 %). Dominasi responden yang
berpenghasilan di bawah UMK Cilacap
dikarenakan
setelah
krisis
moneter
pendapatan mereka semakin menurun
sedangkan kebutuhan mereka semakin
bertambah.
Tabel 4.1.5. Status responden
Status

1. Sudah menikah
2. Belum menikah

Jumlah

Total
Sumber : Kuesioner no. 6

Sumber : Kuesioner no. 4

No.

No.

Jumlah Prosentase
14 orang

Tabel di atas menunjukkan bahwa 50 %
responden mempunyai 2 orang anak, disusul
oleh responden yang mempunyai 1 anak dan
>3 anak (16,7 %), kemudian responden yang
belum mempunyai anak (11,1 %), dan yang
paling sedikit adalah responden yang
mempunyai 3 anak (5,6 %). Dominasi
responden yang mempunyai 2 anak
dikarenakan keberhasilan program KB di kota
Cilacap dan sekitarnya.
Tabel 4.1.7. Kepemilikan kendaraan
No.

Kepemilikan

1. Milik sendiri

6 orang

33.3 %

2. Milik keluarga

5 orang

27.8 %

3. Milik perusahaan 0 orang

Total
Sumber : Kuesioner no. 5

SMA Negeri 3 Cilacap

2 orang
18 orang

7 orang

38.9 %

18 orang

100 %

11.1 %
Total

3. Sudah bercerai

0%

77.8 %
4. Sewa

2 orang

Jumlah Prosentase

11.1 %

Sumber : Kuesioner no. 7

100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden
yang menyewa kendaraan untuk bekerja
adalah yang paling banyak (38,9 %), disusul
6

Jurnal Penelitian Siswa

oleh responden yang menggunakan kendaraan
milik sendiri (33,3 %), dan yang terakhir
adalah responden yang menggunakan
kendaraan milik keluarga (27,8 %). Dominasi
responden yang menyewa kendaraan untuk
bekerja dikarenakan mereka belum mampu
untuk membeli kendaraan sendiri.
Pengaruh Krisis Moneter
Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan,
pengaruh krisis moneter bagi kehidupan supir
angkudes dapat kami tampilkan dalam bentuk
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2.1.Pengaruh krisis moneter terhadap
perekonomian dan kesejahteraan keluarga
No.

Pengaruh

Jumlah Prosentase

1. Tidak ada

0 orang

0%

2. Berpengaruh

10 orang

55.6 %

3. Sngt pengaruh

8 orang

44.4 %

18 orang

100 %

Total

2015

berpengaruh terhadap pemasukan mereka,
bahkan 44,4 % responden menyatakan bahwa
krisis moneter sangat berpengaruh terhadap
pemasukan mereka. Tidak ada satu pun
responden yang mengatakan krisis moneter
tidak berpengaruh terhadap pemasukan
mereka.
Tabel 4.2.3.Pengaruh krisis moneter terhadap
harga sembako
No.

Pengaruh

Jumlah Prosentase

1. Tidak ada

0 orang

0%

2. Berpengaruh

10 orang

55.6 %

3. Sngt pengaruh

8 orang

44.4 %

18 orang

100 %

Total
Sumber : Kuesioner no. 10

Sumber : Kuesioner no. 8

Tabel di atas menunjukkan 55,6 % responden
mengatakan berpengaruh dan 44,4 %
mengatakan sangat berpengaruh. Hal ini
menunjukkan bahwa semua responden yaitu
supir angkudes merasakan adanya pengaruh
krisis moneter terhadap perekonomian
keluarga mereka.
Tabel 4.2.2.Pengaruh krisis moneter terhadap
pemasukan para supir angkudes

Tabel di atas menunjukkan 55,6 % responden
mengatakan
bahwa
krisis
moneter
berpengaruh terhadap harga sembako, bahkan
44,4 % mengatakan sangat berpengaruh. Hal
ini menunjukkan bahwa semua responden
mengatakan krisis moneter mempengaruhi
harga sembako dan tidak ada satu pun
responden
yang
mengatakan
tidak
berpengaruh.
Tabel 4.2.4.Pengaruh krisis moneter terhadap
harga BBM
No.

Pengaruh

Jumlah Prosentase

1. Tidak ada

0 orang

0%

Jumlah Prosentase

2. Berpengaruh

11 orang

61.1 %

0 orang

0%

3. Sngt pengaruh

7 orang

38.9 %

2. Berpengaruh

10 orang

55.6 %

18 orang

100 %

3. Sngt pengaruh

8 orang

44.4 %

18 orang

100 %

No.

Pengaruh

1. Tidak ada

Total

Sumber : Kuesioner no. 11

Sumber : Kuesioner no. 9

Tabel di atas menunjukkan bahwa 55,6 %
responden mengatakan krisis moneter
SMA Negeri 3 Cilacap

Total

Tabel di atas menunjukkan bahwa 61,1 %
responden menyatakan krisis moneter
berpengaruh terhadap harga BBM, bahkan
38,9 % responden mengatakan krisis moneter
sangat berpengaruh terhadap harga BBM.
7

Jurnal Penelitian Siswa

Tabel 4.2.5.Pengaruh krisis moneter terhadap
harga suku cadang kendaraan
No.

Pengaruh

Jumlah Prosentase

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh
responden menhyatakan bahwa dampak dari
krisis moneter adalah penumpang angkudes
mengalami penurunan drastis.
Grafik 4.2.8. Hubungan antara usia dan
pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga

1. Tidak ada

0 orang

0%

2. Berpengaruh

11 orang

61.1 %

7 orang

38.9 %

40%

100 %

30%

3. Sngt pengaruh

2015

50%

Sangat
berpengaruh
Berpengaruh

Total

18 orang

Tabel di atas menunjukkan bahwa 61,1 %
responden mengatakan krisis moneter
berpengaruh terhadap harga suku cadang
kendaraan, bahkan 38,9 % responden
mengatakan
krisis
moneter
sangat
berpengaruh terhadap harga suku cadang
kendaraan.
Tabel 4.2.6.Pengaruh krisis moneter terhadap
jumlah penumpang
No.

Pengaruh

Jumlah Prosentase

1. Tidak ada

0 orang

0%

2. Berpengaruh

6 orang

33.3 %

3. Sngt pengaruh 12 orang

66.7 %

Total

18 orang

100 %

Sumber : Kuesioner no. 13

Tabel di atas menunjukkan bahwa krisis
moneter menurut 66,7 % responden sangat
mempengaruhi jumlah penumpang, sementara
itu 33,3 % responden lainnya menyatakan
berpengaruh terhadap jumlah penumpang.
Tabel 4.2.7. Jumlah penumpang setelah krisis
No. Penumpang

Jumlah

Prosentase

1. Menurun

18 orang

100 %

2. Tetap

0 orang

0%

3. Naik

0 orang

0%

Sumber : Kuesioner no. 14

SMA Negeri 3 Cilacap

Tidak
berpengaruh

20%

Sumber : Kuesioner no. 12

10%
0%
17-25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65

Sumber : Kuesioner 1 dan 8

Grafik di atas menunjukkan bahwa komposisi
supir angkudes berusia antara 35 – 45 tahun
adalah responden yang paling merasakan
dampak krisis moneter terhadap kesejahteraan
keluarga mereka. Hal ini karena orang pada
komposisi usia antara 35 – 45 tahun memiliki
banyak pengeluaran yang tergolong besar,
seperti : kebutuhan untuk memiliki rumah
sendiri dan kebutuhan membiaya sekolah /
kuliah anak-anaknya. Penurunan paling tajam
terjadi pada komposisi usia > 55 tahun, hal ini
lebih disebabkan kebanyakan orang pada usia
ini sudah tidak memiliki tanggungan yang
besar karena rata-rata anak-anak mereka
sudah bisa mandiri.
Sikap Para Sopir Angkudes Dalam
Menghadapi Krisis Moneter
Sikap dan strategi yang dilakukan sopir
angkudes dalam menghadapi krisis moneter
yang menerpa mereka : hanya sekedar
mengeluh, upaya berhemat, berusaha mencari
pekerjaan sampingan dan dengan beralih ke
profesi yang lain.
Tabel 4.3.1.Sikap Para Supir Angkudes
No
Sikap
Jumlah Prosentase
1 Mengeluh
0 orang
0.0 %
2. Berhemat
5 orang
27.8 %
8

Jurnal Penelitian Siswa

2
3

Cari sampingan
Alih profesi
Total

10 orng
3 orang
18 orng

55.6 %
16.7 %
100.0 %

Sumber : Kuesioner no. 15

Tabel di atas menunjukkan bahwa sikap yang
paling banyak dilakukan responden dalam
menghadapi krisis moneter adalah dengan
mencari perkerjaan sampingan (55,6 %),
kemudian upaya berhemat (27,8 %) dan
beralih profesi (16,7 %). Yang patut diacungi
jempol adalah tidak ada supir angkudes yang
memilih “hanya sekedar mengeluh”.
Grafik 4.3.2. Hubungan usia dengan sikap
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Alih Profesi
Cari Sampingan
Berhemat
Mengeluh

2015

Dari grafik di atas didapatkan data bahwa
mayoritas responden yang berlatar belakang
pendidikan SLTP lebih memilih mencari
pekerjaan sampingan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sementara responden
yang memiliki latar belakang pendidikan SD
lebih cenderung memilih untuk berhemat.
Grafik 4.3.4. Hubungan status dengan sikap
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Mengeluh
Berhemat
Usaha Sampingan
Alih Profesi

Menikah

Belum
Menikah

Bercerai

Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 15

17 - 25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65
Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 15

Grafik di atas menunjukkan bahwa komposisi
usia 35 – 45 lebih memilih mencari usaha
sampingan. Hal ini didorong oleh kebutuhan
mereka yang sangat besar dan kemampuan
mereka yang masih bisa menjangkau untuk
mencari usaha sampingan. Namun komposisi
usia 45 – 55 tahun lebih cenderung memilih
beralih profesi atau berhemat.
Grafik 4.3.3. Hubungan pendidikan dan sikap
30%

Berdasarkan grafik di atas didapatkan data
bahwa responden yang berstatus sudah
menikah lebih memilih mencari pekerjaan
sampingan untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Hal ini berbeda dengan responden
yang sudah bercerai yang memiliki
kecenderungan memilih alih profesi.
Grafik 4.3.5.Sikap yang paling efektif
Alih Profesi
11%
Berhemat
33%

Mengeluh

25%
Berhemat

20%
15%

Usaha
Sampingan
56%

Usaha
Sampingan

10%

Alih Profesi

5%
0%
Tak
sekolah

SD

SLTP

SLTA

Sumber : Kuesioner no. 16

Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 15

SMA Negeri 3 Cilacap

9

Jurnal Penelitian Siswa

Tabel diatas menunjukkan bahwa 55,6 %
responden lebih memilih mencari pekerjaan
sampingan sebagai sikap yang paling efektif
dalam menghadapi krisis moneter, disusul
oleh responden yang memilih berhemat
sebanyak 33,3 % dan yang terakhir adalah
responden yang memilih alih profesi
sebanyak 11,1 %.
Grafik 4.3.6. Hubungan antara usia dengan
sikap yang paling efektif
Berhemat

25%

Usaha
Sampingan
Alih Profesi

20%
15%
10%
5%
0%

17 - 25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65
Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 16

Dari grafik di atas didapatkan data bahwa
responden pada komposisi usia antara 35-45
tahun menilai bahwa mencari pekerjaan
sampingan adalah strategi yang paling efektif
dalam menghadapi krisis moneter. Sementara
komposisi usia 44 – 55 tahun lebih cenderung
menilai bahwa berhemat adalah cara yang
lebih efektif.
Grafik 4.3.7.Crosstabs pendidikan dan sikap
yang paling efektif
35%

Berhemat

30%

Usaha
Sampingan

2015

efektif. Sedangkan responden yang berlatar
belakang pendidikan SLTP menilai bahwa
strategi yang paling efektif dalam menghadapi
krisis moneter adalah dengan mencari
pekerjaan sampingan. Sementara responden
yang berpendidikan SLTA menilai bahwa alih
profesi adalah cara paling efektif dalam
menghadapi krisis moneter.
Grafik 4.3.8. Hubungan antara status
pernikahan dan sikap yang paling efektif
Berhemat

45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Usaha
Sampingan
Alih Profesi

Menikah

Belum
Menikah

Bercerai

Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 16

Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang sudah menikah maupun yang
sudah bercerai lebih cenderung menilai usaha
mencari pekerjaan sampingan sebagai sikap
yang paling efektif dalam menghadapi krisis
moneter.
Grafik 4.3.9. Usaha sampingan yang dipilih
35%
30%

25%

25%

Alih Profesi

20%

20%

15%

15%

10%
5%

10%

0%
Tidak
sekolah

SD

SLTP

SLTA

Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 16

Grafik di atas menunjukkan responden yang
tidak bersekolah dan yang berlatar belakang
pendidikan SD lebih cenderung menilai
bahwa berhemat adalah cara yang paling
SMA Negeri 3 Cilacap

5%
0%
Berdagang

Bertani Ikut Proyek Lainnya

Sumber : Kuesioner no. 17

Dari tabel di atas didapatkan data bahwa
mayoritas responden (33,3 %) memilih jenis
usaha selain berdagang, bertani, dan ikut
10

Jurnal Penelitian Siswa

proyek, kemudian responden yang memilih
berdagang (27,8 %), lalu responden yang
memilih ikut proyek (22,2 %) dan yang paling
sedikit adalah responden yang memilih untuk
bertani (16,7 %). Responden yang memilih
pekerjaan selain berdagang, bertani dan ikut
proyek beralasan karena masih ada beberapa
pilihan usaha yang lainnya seperti berternak,
membuka bengkel, usaha jasa dan lain
sebagainya.
Grafik 4.3.10. Hubungaan antara usia dengan
usaha sampingan
Berdagang

20%
15%

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa responden yang berpendidikan SD
lebih banyak memilih ikut proyek karena
keterbatasan keahlian yang mereka miliki.
Responden yang berpendidikan SLTP lebih
memilih usaha lainnya.
Grafik 4.3.12. Hubungan antara status
pernikahan dan usaha sampingan
Bertani

20%

Proyek

15%

Lainnya

10%
5%

Proyek

0%

10%

Berdagang

25%

Bertani

Lainnya

2015

Sudah
Menikah

Belum
Menikah

Bercerai

Sumber : Kuesioner no.4 dan no. 17

5%
0%
17 - 25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65
Sumber : Kuesioner no.1 dan no. 17

Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian
komposisi responden yang berusia 35 - 45
lebih memilih usaha sampingan dengan
berdagang dan usaha lainnya, sementara itu
komposisi usia 45 – 55 lebih cenderung
memilih bertani.
Grafik 4.3.11. Hubungan pendidikan dengan
usaha sampingan

Berdasarkan grafik di atas, responden yang
sudah menikah maupun yang sudah bercerai
lebih memilih untuk melakukan usaha
sampingan dengan berdagang dan usaha
lainnya.
Grafik 4.3.13. Nilai kecukupan sampingan
Sangat
cukup
6%
Cukup
17%

Kurang
56%

Berdagang

18%
16%
14%
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%

Tidak
cukup
21%

Bertani
Proyek
Lainnya

Sumber : Kuesioner no. 18

Tidak
sekolah

SD

Sumber : Kuesioner no.3 dan no. 17

SMA Negeri 3 Cilacap

SLTP

SLTA

Dalam grafik di atas di ketahui bahwa
sebanyak 55.6 % responden menyatakan
bahwa usaha sampingan tersebut masih dirasa
kurang, sementara itu 22,2 % responden
menyatakan tidak cukup, hanya 16,7 %
responden menyatakan cukup dan 5,6 %
responden yang menyatakan sangat cukup.
11

Jurnal Penelitian Siswa

Grafik 4.3.14. Hubungan antara usia dengan
penilaian kecukupan
30%

20%

Grafik 4.3.15 Hubungan status pernikahan
dengan penilaian kecukupan

Tidak cukup

45%

Kurang

40%

Cukup

35%

Sangat Cukup

30%

25%

2015

Tidak cukup
Kurang
Cukup
Sangat Cukup

25%

15%

20%
10%

15%
10%

5%

5%

0%
17 - 25 25 - 35 35 - 45 45 - 55 55 - 65 > 65

0%
Menikah

Belum Menikah

Bercerai

Sumber : Kuesioner no.1 dan no. 18

Sumber : Kuesioner no.3 dan no. 18

Dalam grafik di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden menyatakan bahwa
usaha sampingan yang dilakukan masih dirasa
kurang. Komposisi responden yang berusia
antara 35 - 45 tahun adalah yang paling
banyak merasa kurang karena kebutuhan
mereka yang besar.
Grafik 4.3.15 Hubungan antara pendidikan
dan penilaian kecukupan

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
responden yang sudah menikah menilai usaha
sampingan yang mereka pilih masih dirasa
kurang. Yang menarik adalah responden yang
telah bercerai (duda) terdapat kecenderungan
naik pada penilaian sangat cukup. Hal ini
karena mereka merasa tidak memiliki beban
yang mesti ditanggung selain dirinya sendiri.
Harapan Sopir Angkudes
Krisis moneter mempersulit kehidupan sopir
angkudes sehingga memunculkan harapan
agar masyarakat lebih sering menggunakan
transportasi umum khususnya angkudes.
Harapan para sopir angkudes yang lainnya
ditujukan kepada pihak Pemerintah agar
diberikan peluang kerja lain yang lebih layak.
Tabel 4.4.1 Harapan sopir angkudes terhadap
Pemerintah
No
Harapan
Frekuensi Prosentase
Ajakan
83.3 %
1 menggunakan 15 orang
angkudes
Memberikan
3 orang
16.7 %
2 pekerjaan
lain
Total
18 orang
100.0 %

Tidak cukup

30%

Kurang

25%
Cukup

20%

Sangat Cukup

15%
10%

5%
0%
Tidak
sekolah

SD

SLTP

SLTA

Sumber : Kuesioner no.3 dan no. 18

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
usaha sampingan yang dipilih responden
masih dirasa kurang oleh mayoritas responden
dari berbagai usia, hanya sebagian kecil
responden yang menyatakan cukup.
SMA Negeri 3 Cilacap

Sumber : Kuesioner no. 19

12

Jurnal Penelitian Siswa

Tabel di atas menunjukkan bahwa para
responden
memiliki
harapan
kepada
pemerintah agar di berikan peluang pekerjaan
lain yang lebih layak ( 16,7 % ) dan ajaka
kepada
masyarakat
agar
memilih
menggunakan model angkutann umum
sebagai sarana transportasinya, khususnya
angkudes ( 83,3 % ).
Grafik 4.4.2. Hubungan antara usia dengan
harapan terhadap Pemerintah
35%
30%
25%

2015

Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden dari berbagai latar
belakang pendidikan menyatakan bahwa
mereka berharap kepada Pemerintah agar
menganjurkan masyarakat untuk memilih
menggunakan angkutan umum, khususnya
angkudes.
Grafik 4.4.4. Hubungan antara penghasilan
dengan harapan terhadap Pemerintah
90%

Ajakan Naik
Angkudes

80%

Mencarikan
Pekerjaan Lain

60%

Anjuran
Menggunakan
Angkudes

70%
50%

20%

40%

15%

30%

10%

20%

5%

10%

0%

0%
25 - 35

35 - 45

45 - 55

< UMK

55 - 65

> UMK

Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 19

Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 19

Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas responden dari berbagai usia
menyatakan bahwa mereka berharap kepada
Pemerintah agar memberikan himbauan
kepada
masyarakat
untuk
memilih
menggunakan angkutan umum khususnya
angkudes.
Grafik 4.4.3. Hubungan antara pendidikan
dengan harapan terhadap pemerintah
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Anjurkan Naik
Angkudes
Memberikan
Pekerjaan Lain

Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden dari berbagai latar
belakang penghasilan menyatakan bahwa
mereka tetap berharap kepada Pemerintah
agar menganjurkan masyarakat untuk
memilih menggunakan angkutan umum
khususnya angkudes.
Grafik 4.4.5. Hubungan status pernikahan
dengan harapan terhadap Pemerintah
Anjuran
Menggunakan
Angkudes

80%
70%
60%

Memberikan
Pekerjaan Lain

50%
40%
30%
20%
10%

Tidak
sekolah

SD

Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 19

SMA Negeri 3 Cilacap

SLTP

SLTA

0%
Menikah

Belum Menikah

Bercerai

Sumber : Kuesioner no. 5 dan no. 19

13

Jurnal Penelitian Siswa

Menurut grafik di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden dengan beragam
status pernikahannya menyatakan mereka
berharap
kepada
Pemerintah
agar
menganjurkan masyarakat untuk memilih
menggunakan angkutan umum khususnya
angkudes
Kendala Yang Dihadapi Sopir Angkudes
Dalam Meningkatkan Penghasilan
Dalam
upaya
untuk
meningkatkan
penghasilan terdapat berbagai macam kendala
dan faktor yang menghambat, di antaranya
adalah sudah terlalu banyak kendaraan pribadi
dan mahalnya harga BBM.
Tabel 4.5.1. Faktor penghambat
No Penghambat Jumlah
Prosentase
Banyak
15 orang
83.3 %
1 kendaraan
pribadi
16.7 %
2 BBM mahal 3 orang
Ada oknum
0 orang
0%
3
supir nakal
Total
18 Orang
100.0 %
Sumber : Kuesioner no. 20

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa
terdapat dua faktor penghambat upaya
peningkatan penghasilan para supir angkudes,
yaitu sudah terlalu banyaknya kendaraan
pribadi
yang
mengakibatkan
jumlah
penumpang menurun ( 83,3 % ) dan
melonjoknya
harga
BBM
yang
mengakibatkan naiknya biaya operasional
(16,7 %).
Grafik 4.5.2. Usia dan faktor penghambat
Banyak
kendaraan
pribadi

50%
40%

Mahalnya
BBM

30%

Dari grafik di atas dapat di ambil informasi
bahwa mayoritas responden dari berbagai usia
menyatakan bahwa faktor yang menghambat
peningkatan penghasilan supir angkudes
adalah banyaknya kendaraan pribadi sehingga
mengurangi jumlah penumpang angkudes.
Komposisi usia 35 – 45 adalah responden
yang paling merasakan dampak banyaknya
kendaraan pribadi yang menjadikan jumlah
penumpang menurun dan pendapatan mereka
pun turun drastis. Faktor kenaikan harga
BBM dinilai tidak terlalu signifikan dalam
menghambat pendapatan para supir angkudes
karena kenaikan harga BBM biasanya
diimbangi oleh kenaikan harga jasa naik
angkudes.
Grafik 4.5.3. Hubungan antara pendidikan
dengan faktor penghambat
Banyak
kendaraan
pribadi
Kenaikan
BBM

35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Tidak
sekolah

SD

SLTP

SLTA

Sumber : Kuesioner no. 3 dan no. 20

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas responden dari berbagai latar
belakang pendidikan menyatakan faktor yang
menghambat peningkatan penghasilan mereka
adalah karena banyaknya penggunaan
kendaraan pribadi.
Grafik 4.5.4. Penghasilan dan penghambat
100%

Banyak kendaraan
pribadi

80%

Mahalnya BBM

60%
20%

2015

40%

10%

20%

0%

0%
25 - 35

35 - 45

45 - 55

Sumber : Kuesioner no. 1 dan no. 20

SMA Negeri 3 Cilacap

55 - 65

< UMK

> UMK

Sumber : Kuesioner no. 4 dan no. 20

14

Jurnal Penelitian Siswa

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
mayoritas responden dari berbagai latar
belakang penghasilan menyatakan bahwa
faktor yang menghambat peningkatan
penghasilan mereka adalah banyaknya
kendaraan pribadi
Pembahasan
Angkutan pedesaan ( angkudes ) adalah
angkutan umum yang memiliki jalur trayek
paling sepi dibandingkan dengan angkutan
kota ( angkot ) maupun bus antar kota. Hal ini
disebabkan karena jalur trayek angkudes
didominasi oleh jalur pedesaan ( luar kota )
yang mobilitas masyarakatnya sangat rendah.
Trayek angkudes hanya ramai pada jam para
pedagang dan pembeli pergi ke pasar dan jam
anak-anak berangkat dan pulang sekolah.
Di kota Cilacap jalur trayek angkudes
sebenarnya diuntungkan oleh posisi start
berawal dari terminal bus antar kota. Namun
demikian hanya 20 % angkudes melewati
jalur perkotaan, selebihnya 80 % jalur yang
dilewati adalah pinggiran kota dan daerah
pedesaan. Sehingga nasib para supir angkudes
tidak seberuntung nasib para supir angkot dan
bus antar kota.
Krisis moneter yang pernah mendera
Indonesia sangat dirasakan oleh para supir
angkudes. Kini armada angkudes di terminal
Cilacap hanya tersisa 18 kendaraan. Terpaan
krisis moneter di pertengahan tahun 2015 ini
cukup memberikan pukulan yang berarti
kepada para supir angkudes. Hal ini lebih
dikarenakan naiknya harga suku cadang yang
dibarengi kenaikan harga-harga kebutuhan
pokok. Bila BBM sampai dinaikkan,
penderitaan para supir angkudes akan
semakin lengkap.
Yang patut diacungi jempol adalah
ketangguhan para supir angkudes dalam
menerjang badai krisis moneter dengan
berbagai strategi yang diupayakan agar tetap
bisa menafkahi keluarganya, mulai dari usaha
penghematan hingga mencari pekerjaan
SMA Negeri 3 Cilacap

2015

sampingan seperti berdagang, bertani, ikut
proyek, beternak, usaha jasa dan lain
sebagainya.
Harapan supir angkudes sebenarnya tidak
muluk-muluk. Mereka mengharap agar
Pemerintah berkenan mengeluarkan himbauan
agar masyarakat lebih memilih menggunakan
kendaraan umum seperti angkudes daripada
menggunakan kendaraan pribadi. Karena
faktor yang paling dominan mempengaruhi
pemasukan mereka di tengah-tengah krisis
moneter adalah banyaknya orang yang
memilih menggunakan kendaraan pribadi
daripada angkutan umum.
Kesimpulan
Krisis moneter memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap kehidupan para supir
angkudes dikarenakan pendapatan para supir
angkudes menurun drastis sementara hargaharga kebutuhan pokok naik dengan
signifikan. Strategi yang dilakukan oleh
sebagian besar supir angkudes adalah usaha
mencari pekerjaan sampingan. Hal ini karena
mencari pekerjaan yang bagus tergolong
sangat sulit sehingga mereka ingin tetap
bertahan menjadi supir angkudes dengan tetap
berupaya mencari penghasilan tambahan.
Saran
Hendaknya Pemerintah lebih memperhatikan
nasib masyarakat kecil seperti supir angkudes,
lebih mendengarkan harapan mereka sehingga
nantinya kesejahteraan masyarakat kecil akan
meningkat atau seminimalnya mampu untuk
tetap bisa bertahan di tengah-tengah badai
krisis moneter.
DAFTAR PUSTAKA
1.

2.
3.
4.

5.

Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
Di Jalan Dengan Kendaraan Umum.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online
Pengertian Krisis Moneter dan Penyebab Krisis
Moneter. http://pendidikanku.net
Tinggal 60 Persen, Angkutan Umum di DKI.
Kompas Online.
Trijoyo Ariwibowo, FHUI / CV Nuansa Alia,
2007

15