FORMULASI STRATEGI BERSAING ICHTHUS INTE

FORMULASI STRATEGI BERSAING ICHTHUS
INTERNATIONAL SCHOOL JAKARTA
DANI MARENDIANTO
Alumni Sekolah Pasca Sarjana, IKPIA Perbanas Jakarta

Abstract
This research was conducted to make the formulation of Ichtus International School Jakarta strategy to compete
in educational industry by analyzing internal and external environment of Ichtus International School Jakarta and
to know the key of success factor and its competitive strategy for the future, for long-term business development.
The research approach used is to integrate quantitative and qualitative with descriptive research type using AHP
(Analytical Hierarchy Process) analysis, SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) and QSPM
(Quantitaive strategic planning Matrix). External factors consist of 5 opportunities and 5 threats. 5 opportunities,
while for internal factors consists of 6 Strengths and 5 weaknesses. The 6 power factor Ichtus International
school has. In the SWOT analysis, there are 4 alternative strategies, and the best alternative strategy that will be
used is the SO strategy (Increase customer loyalty (parent student / i), Increase the number of branches with
complete and attractive facilities, Maintain the trust of parents to school) . Based on firm position in quadrant of
SWOT which is in quadrant V that is at quadrant of Growth or Stability. The strategic priority for Internal (IFE)
is the International Curriculum, while for (EFE) is the Community Need for Education for Children.
Keywords: AHP (Analytical Hierarchy Process), SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan QSPM
(Quantitaive strategic planning Matriks), IFE dan EFE


masing
kekuatan
adalah
kunci
untuk
mengembangkan sebuah strategi.
Terdapat tiga pendekatan strategi generik yang
secara potensial dapat berhasil mengungguli para
pesaing dalam suatu bidang untuk menghadapi
kondisi persaingan, yaitu keunggulan biaya
menyeluruh, diferensiasi dan fokus (Porter, 2007).
Strategi generic merupakan suatu pendekatan yang
memungkinkan suatu lembaga untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif yang melebihi pesaing
lainnya dalam suatu lingkup usaha (David, 2015).
Oleh karena itu, setiap sekolah harus mampu
mengembangkan keunggulan bersaing yang tidak
mudah diimitasi oleh para pesaing lain. Keunggulan
bersaing tersebut dapat diciptakan melalui efisiensi,
kualitas produk, dan inovasi (Wijaya, 2008).

Dalam research gap ditemukan banyak model
strategi perusahaan seperti AHP, ANP, SWOT,
COMPETITIVE ADVANTAGE DAN QSPM.
Masing – masing model ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Peneliti akan
menggunakan kombinasi tiga model strategi yaitu
menggunakan AHP, SWOT dan QSPM. Penelitian
yang dilakukan oleh Abdul Malik masing terlalu
general (luas) dan tingkatannya lebih tinggi, dimana
mereka meneliti strategi pendidikan di Universitas
Salman Bin Abdulaziz Arab Saudi. Sedangkan
penelitian ini lebih ke jenjang pendidikan yang
lebih rendah yaitu sekolah dasar Ichthus
International School Jakarta.

I. PENDAHULUAN
Strategi sebagai rencana jangka panjang
organisasi berkenaan dengan bagaimana organisasi
itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan
internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal

untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.
Strategi yang tepat dapat mengantarkan organisasi
atau lembaga pendidikan pada keberhasilan
mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan
kompetitif (Dessel, 2008).
Porter (2007) mengungkapkan bahwa salah satu
strategi yang dapat dirancang oleh sekolah untuk
menjaga dan meningkatkan daya saing sekolah
adalah melalui strategi bersaing. Strategi bersaing
merupakan upaya mencari posisi bersaing yang
menguntungkan dalam suatu arena fundamental
dimana persaingan berlangsung. Hal ini berarti
setiap
organisasi
atau
perusahaan
perlu
merumuskan strategi dan posisi yang tepat agar
dapat memenangkan persaingan. Lebih lanjut Porter
menjelaskan bahwa tujuan dari strategi bersaing

adalah untuk membina posisi dimana suatu lembaga
dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik
baiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau
dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara
positif. Sehingga untuk menciptakan posisi
bertahan yang aman (defendable position)
diperlukan adanya strategi bersaing yang efektif
yang mencakup tindakan-tindakan menyerang
(ofensif) ataupun bertahan (defensive). Oleh karena
itu penyelidikan dan analisis sumber masing1

Adapun sekolah swasta di Jakarta yang
akan diteliti adalah Ichthus International School
Jakarta. Sekolah ini mengalami penurunan
enrollment siswa baru. Banyaknya competitor yang
lebih maju dalam penggunaan teknologi maupun
melalui media konvensional membuat Ichthus
International School Jakarta harus meningkatkan
citra dan jumlah siswanya.
Tidak hanya penurunan jumlah pengunjung,

jumlah siswa wasuk ke Ichthus International School
Jakarta juga mengalami penurunan seperti yang
terlihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Jumlah Siswa Masuk Ichthus International School
Jakarta 2014 – 2016
Jumlah Siswa
Lokasi
2014
2015
2016
Ichthus International
68
65
55
School kampus South
Ichthus International
72
62
51

School kampus West
Total
140
127
106
Sumber : Data diolah (2018)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa selama 3 tahun
terakhir (2014 – 2016) total jumlah siswa yang
daftar dan diterima di Ichthus International School
baik di kampus South dan West mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Hal ini
disebabkan karena semakin banyak pesaing atau
sekolah swasta lain yang bermunculan serta
kualitasnya semakin baik.
Lingkungan yang dihadapi Ichtus International
School Jakarta dipengaruhi oleh kondisi internal
dan eksternal. Kondisi internal adalah kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh International School
Jakarta, sedangkan kondisi eksternal adalah peluang
dan ancaman. Lingkungan eksternal yang dihadapi

oleh International School Jakarta adalah banyaknya
pesaing sehingga sekolah dalam hal ini Ichtus
International School Jakarta harus memanfaatkan
peluang yang ada, maka diperlukan strategi
bersaing. Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
formulasi strategi bersaing yang tepat untuk ichthus
international school jakarta

pengalaman yang bertujuan menambah efisiensi
individu dalam interaksinya dengan lingkungan.
Tujuan pendidikan sekolah dasar lainnya
dikemukakan oleh Eka Ihsanudin (2010) yaitu: (1)
memberikan bekal kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung, (2) memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa
sesuai dengan tingkat perkembangannya, (3)
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan
di SLTP.
Menurut Pearce dan Robinson (2008) definisi

dari manajemen strategi ialah sebagai sekumpulan
keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan
(formulasi)
dan
pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang
untuk mencapai sasaran perusahaan. Manajemen
strategis dapat didefinisikan juga sebagai ilmu
tentang perumusan, pelakasanaan, dan evaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya (David, 2010).
Dengan demikian manajemen strategi dapat
digunakan dalam merumuskan suatu permasalahan
suatu organisasi dan merencanakan strategi yang
akan di implementasikan serta mengevaluasi suatu
keputusan strategi.
Menurut David (2010), proses manajemen
strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan
strategi, pelaksanaan strategi dan evaluasi strategi.

Dalam perumusan strategi dibutuhkan kerangka
kerja yang komprehensif. Teknik-teknik perumusan
strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam
kerangka pembuatan keputusan tiga tahap, seperti
ditunjukan pada Gambar 1 berikut ini :

II.

Kajian Teori
Pendidikan merupakan salah satu indikator
utama pembangunan dan kualitas sumber daya
manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia
sangat tergantung dari kualitas pendidikan.
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting
dan strategis dalam pembangunan nasional, karena
merupakan salah satu penentu kemajuan suatu
bangsa. Pendidikan bahkan merupakan sarana
paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup
dan derajat kesejahteraan masyarakat, serta yang
dapat mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran.

Pendidikan
merupakan
suatu
proses
reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali)

Sumber: David (2010)

Gambar 1 Kerangka Kerja Analisis Perumusan
Strategi
Tahap 1 dari kerangka perumusan terdiri dari
matriks EFE, IFE dan Matriks Profil Kompetitif
yang biasa disebut sebagai tahap masukan (input
stage). Tahap 1 meringkas informasi masukan dasar
yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Tahap
2 disebut tahap pencocokan (matching stage), fokus
pada upaya menghasilkan strategi alternatif yang
dapat dijalankan dengan memadukan faktorfaktor
eksternal dan internal. Teknik-teknik tahap 2 terdiri
2


Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan
dan ancaman yang ada (David, 2010).
Matriks QSPM (Quantitaive Strategic Planing
Matriks) merupakan suatu teknik analisis dalam
litelatur yang dirancang untuk menetapkan daya
tarik relatif dari tindakan alternatif yang dapat
dijalankan. Secara konseptual, QSPM menentukan
daya tarik relatif dari berbagai strategi yang di
dasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor
keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci
dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif
dari masing-masing strategi dihitung dengan
menentukan dampak komulatif dari masing-masing
faktor keberhasilan krisis eksternal dan internal.
Sifat positif dari QSPM adalah rangkaian strategi
ini dapat diperiksa secara berurutan atau
bersamaan. Alat ini juga mengharuskan perencana
strategi memadukan faktor-faktor internal dan
eksternal yang terkait ke dalam proses keputusan.
Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan
oleh Saaty (2008) dan dipergunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek atau
tidak berkerangka dimana data dan informasi
statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit.
Proses Hierarki Analitik memasukkan baik aspek
kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia.
Aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan
dan hierarkinya dan aspek kuantitatif untuk
mengekspresikan penilaian dan preferensi secara
ringkas dan padat.

dari matriks TOWS, SPACE, BCG, IE, dan Matriks
Grand Strategy. Tahap 3 disebut tahap keputusan
(decision stage), menggunakan satu macam teknik,
yaitu Quantitaive strategic planning Matriks
(QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan
dari tahap 1 untuk secara objektif mengevaluasi
strategi alternatif yang diidentifikasi pada tahap 2.
QSPM menggungkap daya tarik relatif dari strategi
alternatif, oleh karena itu menjadi dasar objektif
untuk memilih strategi spesifik.
Analisis
lingkungan
pada
dasarnya
mencangkup analisis lingkungan eksternal dan
lingkungan
internal.
Lingkungan
eksternal
perusahaan adalah lingkungan yang berada di luar
kendali perusahaan, terdiri dari variaber-variabel di
luar organisasi yang memberikan peluang dan
ancaman. Lingkungan internal perusahaan adalah
lingkungan yang berada di dalam kendali
perusahaan terdiri dari variable-variabel yang
dimiliki perusahaan, mencangkup struktur, kultur,
dan sumber daya perusahaan yang merupakan
kekuatan kunci. Lingkungan internal memberikan
kekuatan dan kelemahan yang sesungguhnya
berada di dalam kontrol perusahaan. Lingkungan
eksternal perusahaan terdiri dari kekuatan-kekuatan
yang bersifat kemasyarakatan yang lebih luas dan
mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan
perusahaan, meliputi: faktor, ekonomi, politik,
hukum, teknologi, dan kekuatan sosial budaya.
Perumusan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan dapat menggunakan matriks EFE dan
IFE yang merupakan matrik faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan untuk mengetahui posisi
perusahaan dalam suatu industri. Matriks IFE
merupakan alat formulasi strategi yang meringkas
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama
dalam area fungsional bisnis, dan juga menjadi
dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
hubungan antara area-area tersebut (David, 2010).
Matriks EFE merupakan alat yang memungkinkan
perencana strategi di dalam meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya,
lingkungan, politik, permerintah, hukum, teknologi,
dan persaingan. Matriks ini membantu manajer
dalam mengorganisir faktor-faktor strategis
eksternal ke dalam kategori-kategori yang diterima
secara umum mengenai peluang dan ancaman
(Hunger dan Wheelen, 2003).
SWOT adalah singkatan dari kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weakness) intern serta
peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
dalam lingkungan suatu organisasi. Analisis SWOT
adalah alat untuk mencocokan yang penting yang
membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi:
a. SO (strengths - opportunities)
b. WO (weakness - opportunities),
c. ST (strength - threat)
d. WT (weaknesses - threat)

2. Kerangka Berpikir

Gambar 2. Kerangka Berpikir
3

International School sangat modern dan nyaman
sehingga siswa sangat suka berlama – lama berada
di Ichthus International School. Dan yang terakhir
adalah kesedian manajemen sekolah dan
ketersediaan data dari sekolah untuk dijadikan
objek penelitian. Pengumpulan data akan dimulai
pada bulan Desember 2018 - Januari 2018.
Penelitian ini dilakukan melalui metode
pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian
deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan proses
kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis
dan empiris terhadap fenomena-fenomena sosial
yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi
guna mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan
(Iskandar, 2010:1).
Data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
pengamatan langsung (observasi) dan melalui
wawancara dengan pihak internal yaitu kepala
sekolah. Sementara proses pengisian kuisioner
dilakukan terhadap pihak internal dan eksteral.
Pihak internal yaitu Principal, Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek), Team
Marketing, Guru dan TU Sedangkan pihak
eksternal adalah orang tua siswa. Data sekunder
diperoleh dari informasi yang mendukung dari
instansi-instansi terkait yaitu BPS DKI Jakarta,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta
dan, Penelitian sebelumnya.
adapun tahapan dalam proses pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara dengan pihak internal
elakukan wawancara dengan pihak internal
sekolah tentang seputar masalah yang dihadapi
oleh Ichthus International School
b. Pemberian kuestioner kepada pihak internal
Ichthus International School untuk mengetahui
faktor-faktor internal dan eksternal Ichthus
International School
c. Cross check faktor-faktor internal dan eksternal
kepada pihak manajemen Ichthus International
School
d. Pemberian kuesioner kepada 12 pakar (6 Non
Akademis (Kepala Bagian), 2 Principal, 2 Wakil
Kepala Sekolah, 1 TU Akademik dan 1 Wali
Kelas) dan pemberian bobot dan ranking.
e. Pemberian kuesioner kepada pihak manajemen
untuk pemberian bobot analisis QSPM.
f. Pemberian Kuesioner kepada 30 orang tua
siswa/i (15 orang tua siswa/I Ichtus South
Campus dan 15 orang tua siswa/I Ichtus West
Campus) untuk analisa untuk pemberian bobot
analisis AHP.
Metode pengolahan dan analisis data terdiri
dari data deskriptif, industri dan analisis tiga tahap
formulasi-formulasi strategi. Adapun alat bantu
analisis yang digunakan dalam merumuskan
strategi perusahaan adalah matrik faktor internal

3. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang
digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
Kuncoro Jati, dkk (2016) melakukan penelitian
yang berjudul Analisis SWOT Dan AHP Dalam
Penentuan Srategi Pemasaran Di PT Agro Palindo
Sakti (Wilmar). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini
berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dimiliki perusahaan. Metode yang
dipakai dalam penelitian ini adalah metode SWOT
dan AHP (Analytic Hierarchy Process) dengan data
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil
dari penelitian ini adalah hasil dari analisis SWOT
di dapat ke empat kriteria strategi pemasaran yaitu :
SO, WO, ST, dan WT. Dan ke empat kriteria
strategi pemasaran, analisis AHP melalui Pairwise
antara SO,WO, ST dan WT didapatlah bobot SO
0.099 (ketiga), WO 0.153 (kedua), ST 0.363
(pertama), dan WT 0.026 (terakhir).setelah
dilakukan analisa AHP dari keempat kriteria
tersebut maka diperolehlah bahwa kriteria WO
merupakan kriteria utama. Dari keempat kriteria
dibagi menjadi delapan subkriteria. Dai ke delapan
subkriteria ini merupakan jenis-jenis strategi yang
didapat dari hasil analisa SWOT.
Abdul Malik, dkk (2013) melakukan penelitian
tentang integrasi antara AHP, SWOT Dan QSPM
Dalam Perencanaan Strategis - Aplikasi Untuk
College of Business Administration Universitas
Salman Bin Abdul Aziz Saudi Arabia. Hasil yang
diperoleh Institusi Pendidikan Tinggi (HEI)
mengintegrasikan AHP, SWOT dan QSPM dalam
Perencanaan Strategis atau perumusan strategi,
cenderung mengabaikan atau mengurangi bobot
secara tidak tepat dalam menentukan strategi
alternatif mana yang akan dipakai sambil
mempertimbangkan faktor eksternal / internal
utama. Sebagaimana dibuktikan, model terpadu
membaik dengan mengintegrasikan AHP sambil
mengembangkan QSPM.
III.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Ichthus International
School Jakarta yang memiliki 2 sekolah yaitu
Ichtus South Campus yang berada di Jalan Caringin
Barat No 1 Cilandak Barat Jakarta Selatan dan
Ichthus West Campus yang berlokasi di Jl. Surya
Mandala III Blok N II No.11 – Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut:
Pertama, Ichthus International School ini
adalah salah satu sekolah dasar
swasta
internasional di jakarta. Pertimbangan berikutnya
adalah Ichthus International School inovatif dan
menjaga kualitas pendidikan khususnya berkaitan
dengan akreditasi (A). Pertimbangan ketiga, sasaran
atau target dari Ichthus International Schoole sangat
spesifik (fokus) terhadap prestasi siswa/i. Selain itu
nuansa atau design interior yang ditawarkan Ichthus
4

dan eksternal, matriks IE, matriks SWOT dan
matriks QSPM serta AHP.

Pada
dasarnya
setiap
perusahaan
mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam area
fungsional bisnis. Oleh karena itu, perusahaan perlu
melakukan analisis faktor internal untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan. Analisis
faktor internal memiliki pengertian di mana kondisi
internal dalam perusahaan berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Faktor-faktor internal antara
lain menyangkut manajemen, produksi/operasional,
pemasaran, keuangan, sumber daya manusia,
budaya
perusahaan,
serta
penelitian dan
pengembangan. Adapun faktor internal yang dapat
memengaruhi
perkembangan
bisnis
usaha
pendidikan di Jakarta antara lain manajemen
operasional
(belajar
mengajar),
keuangan,
pemasaran, sumber daya manusia dan budaya
pendidikan, serta penelitian dan pengembangan.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi
perkembangan bisnis pendidikan di Jakarta dari
hasil wawancara dengan keduabelas pakar dan teori
dari buku strategi (David, 2016) dapat dilihat pada
tabel 4 dan 5 berikut ini :
Tabel 4 Identifikasi Faktor Internal Berupa
Kekuatan bagi Perusahaan
Kekuatan
Keterangan
S1
Metode pembelajaran murid
S2
Kinerja tenaga pengajar
S3
Lokasi sekolah (strategis tidaknya)
S4
Kualitas Infrastuktur atau Gedung
Peralatan dan teknologi pengajaran (up to
S5
date tidaknya)
S6
Kurikulum internasional
Tabel 5 Identifikasi Faktor Internal Berupa
Kelemahan bagi Perusahaan
Kelemahan Keterangan
W1
Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler
W2
Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah
W3
Kecukupan jumlah Staf Pengajar
W4
Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah
Komunikasi elektronik antara Sekolah dan
W5
Orang tua siswa/i
Langkah selanjutnya adalah melakukan
pembobotan IFE dan EFE dengan menggunakan
AHP. Hasil pembobotan evaluasi faktor internal
(IFE) dan evaluasi faktor eksternal (EFE) untuk rata
– rata dari ketiga belas reponden dari proses AHP
dengan menggunakan software Expert Choice dapat
dilihat pada gambar 3 dan 4 berikut ini :

IV. HASIL PENELITIAN
Masa waktu yang digunakan untuk
mengumpulkan seluruh kuisioner yang telah diisi
oleh responden adalah 1 Bulan. Penyebaran
kuisioner kepada responden dilakukan dengan
membagikannya kepada orang tua dan pegawai
(pihak internal) Ichthus International School. Dari
42 kuisioner yang disebarkan semuanya terisi
dengan baik dan lengkap, sehingga dapat
diikutsertakan dalam data penelitian. Adapun
respondennya adalah 12 orang merupakan pegawai
Ichthus International School dan 20 orang adalah
orang tua murid.
Pelaksanaan analisis faktor eksternal sangat
dibutuhkan oleh industri maupun perusahaan yang
ingin mengembangkan strategi organisasinya. Pada
dasarnya analisis faktor eksternal bertujuan untuk
mengembangkan sebuah daftar terbatas dari
peluang yang dapat memberikan keuntungan
perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Dari
hasil analisis wawancara dengan 12 pakar dan teori
dari buku strategi (David, 2016) diperoleh beberapa
faktor eksternal yang dapat dilihat pada tabel 2 dan
3 berikut ini :
Tabel 2 Faktor Eksternal Berupa Peluang bagi
Perusahaan
Peluang
Keterangan
O1
Kemitraan dan jaringan dengan
sekolah lain yang selevel (SD) baik
negeri maupun swasta
O2
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan berkurikulum
internasional untuk anak
O3
Kebijakan pemerintah yang
memberikan keleluasaan dalam
pengembangan kurikulum bagi
sekolah swasta
O4
Kebutuhan Masyarakat akan
pendidikan untuk anak
O5
Kebijakan Pemerintah tentang
Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik
di sekolah Negeri Maupun Swasta)
Tabel 3 Identifikasi Faktor Eksternal Berupa
Ancaman bagi Perusahaan
Ancaman
Keterangan
T1
Daya Saing Sekolah Ichthus dengan
Sekolah Swasta Internasional lain
T2
Keunggulan dua standar kurikulum yang
digunakan (Internasional dan Nasional)
T3
Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum
dan fasilitas) dengan Biaya yang
dikeluarkan
T4
Biaya sekolah dibandingkan swasta lain
dengan fasilitas yang hampir sama
T5
Retensi siswa / keinginan untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Ichthus
5

Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta
Internasional lain. Jadi, Ichthus International
School harus memperhatikan ancaman terakhir
karena nilai bobot yang dihasilkan dari kuesioner
merupakan nilai tertinggi dan dianggap sangat
berbahaya untuk Ichthus International School dan
harus segera diatasi.
Gambar 3 Hasil Pembobotan Matriks EFE
Dari gambar 3 dapat dilihat hasil
pembobotan Matrik EFE dengan menggunakan
AHP. Dimana matrik EFE berisi peluang dan
Dimana matrik EFE berisi peluang dan ancaman
yang dihadapi oleh Ichthus International School.
Untuk Peluang pertama yaitu Kemitraan dan
jaringan dengan sekolah lain yang selevel (SD) baik
negeri maupun swasta memiliki nilai bobot sebesar
0,065. Untuk peluang kedua yaitu Kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pendidikan
berkurikulum internasional untuk anak memiliki
nilai bobot sebesar 0,109. Untuk peluang yang
ketiga adalah Kebijakan pemerintah yang
memberikan keleluasaan dalam pengembangan
kurikulum bagi sekolah swasta memiliki nilai bobot
sebesar 0,096. Untuk peluang keempat adalah
kebutuhan masyarakat akan pendidikan untuk anak
memiliki nilai bobot sebesar 0,198. Untuk peluang
yang terakhir adalah Kebijakan Pemerintah tentang
Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah
Negeri Maupun Swasta) memiliki nilai bobot
sebesar 0,139. Dari hasil pembobotan untuk
Peluang, yang memiliki nilai tertinggi adalah
peluang keempat yaitu ebutuhan masyarakat akan
pendidikan untuk anak dan terendah adalah peluang
pertama yaitu Kemitraan dan jaringan dengan
sekolah lain yang selevel (SD) baik negeri maupun
swasta. Jadi, Ichthus International School harus
memperhatikan peluang keempat karena nilai bobot
yang dihasilkan dari kuesioner merupakan nilai
tertinggi dan dianggap sangat penting untuk Ichthus
International School serta harus ditindaklanjuti.
Masih dari gambar 3 untuk ancaman pertama
adalah Daya Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah
Swasta Internasional lain memiliki bobot sebesar
0,049. Untuk ancaman kedua adalah Keunggulan
dua
standar
kurikulum
yang
digunakan
(Internasional dan Nasional) memiliki nilai bobot
sebesar 0,054. Untuk ancaman yang ketiga adalah
Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum dan
fasilitas) dengan Biaya yang dikeluarkan memiliki
nilai bobot sebesar 0,068. Untuk ancaman keempat
adalah Biaya sekolah dibandingkan swasta lain
dengan fasilitas yang hampir sama memiliki nilai
bobot sebesar 0,077. Dan ancaman yang terakhir
adalah Retensi siswa / keinginan untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Lain memiliki
bobot sebesar 0,144. Dari hasil pembobotan untuk
Ancaman, yang memiliki nilai tertinggi adalah
ancaman terakhir yaitu Retensi siswa / keinginan
untuk menyekolahkan anak di Sekolah Lain dan
terendah adalah ancaman pertama adalah Daya

Gambar 4 Hasil Pembobotan Matriks IFE
Dari gambar 4 dapat dilihat hasil
pembobotan Matrik IFE dengan menggunakan
AHP. Dimana matrik IFE berisi kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh Ichthus International
School. Untuk Kekuatan pertama yaitu Metode
pembelajaran murid memiliki nilai bobot sebesar
0,129. Untuk kekuatan kedua yaitu Kinerja tenaga
pengajar memiliki nilai bobot sebesar 0,155. Untuk
kekuatan yang ketiga adalah Lokasi sekolah
(strategis tidaknya) memiliki nilai bobot sebesar
0,07. Untuk kekuatan keempat adalah Kualitas
Infrastuktur atau Gedung memiliki nilai bobot
sebesar 0,071. Untuk kekuatan kelima adalah
Peralatan dan teknologi pengajaran (up to date
tidaknya) memiliki nilai bobot sebesar 0,068. Dan
untuk kekuatan yang terakhir adalah Kurikulum
internasional memiliki nilai bobot sebesar 0,209.
Dari hasil pembobotan untuk Kekuatan, yang
memiliki nilai tertinggi adalah kekuatan terakhir
yaitu Kurikulum internasional dan terendah adalah
kekuatan ketiga yaitu Lokasi sekolah (strategis
tidaknya). Jadi, Ichthus International School harus
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan
terakhir karena nilai bobot yang dihasilkan dari
kuesioner merupakan nilai tertinggi dan dianggap
sangat penting untuk Ichthus International School.
Masih dari gambar 4 untuk kelemahan
pertama yaitu Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler
memiliki bobot sebesar 0,055. Untuk kelemahan
kedua adalah Kegiatan Marketing & Promosi
Sekolah memiliki nilai bobot sebesar 0,107. Untuk
kelemahan yang ketiga adalah Kecukupan jumlah
Staf Pengajar memiliki nilai bobot sebesar 0,051.
Untuk kelemahan keempat adalah Layanan
6

Bimbingan Konseling di Sekolah memiliki nilai
bobot sebesar 0,047. Dan kelemahan yang terakhir
adalah Komunikasi elektronik antara Sekolah dan
Orang tua siswa/i memiliki bobot sebesar 0,04. Dari
hasil pembobotan untuk Kelemahan, yang memiliki
nilai tertinggi adalah kelemahan kedua yaitu
Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah dan
terendah adalah kelemahan terakhir adalah
Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang
tua siswa/i. Jadi, Ichthus International School harus
memperhatikan kelemahan kedua karena nilai
bobot yang dihasilkan dari kuesioner merupakan
nilai tertinggi dan dianggap sangat berbahaya untuk
Ichthus International School dan harus segera
diatasi.
Setelah diperoleh nilai bobot untuk masing –
masing matrik baik Matriks Internal faktor
evaluation (IFE) maupun eksternal faktor
evaluation (EFE), maka langkah selanjutnya adalah
memberikan rating untuk masing-masing faktorfaktor eksternal dan internal utama dan
mengkalikannya dengan bobot yang hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 6 dan 7 berikut ini :
Tabel 6. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Faktor – faktor Eksternal
Peluang
Kemitraan dan jaringan dengan
sekolah lain yang selevel (SD)
baik negeri maupun swasta
Kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan
berkurikulum internasional
untuk anak
Kebijakan pemerintah yang
memberikan keleluasaan dalam
pengembangan kurikulum bagi
sekolah swasta
Kebutuhan Masyarakat akan
pendidikan untuk anak
Kebijakan Pemerintah tentang
Program Wajib Belajar 9
Tahun (Baik di sekolah Negeri
Maupun Swasta)
Ancaman
Daya Saing Sekolah Ichthus
dengan Sekolah Swasta
Internasional lain
Keunggulan dua standar
kurikulum yang digunakan
(Internasional dan Nasional)
Kesesuaian kualitas sekolah
(kurikulum dan fasilitas)
dengan Biaya yang dikeluarkan
Biaya sekolah dibandingkan
swasta lain dengan fasilitas
yang hampir sama
Beralihnya pelanggan pada
pesaing sejenis
Total

Bobot

Rating

Nilai

0,065

2,75

0,179

0,109

2,83

0,309

0,096

2,67

0,256

0,198

3,00

0,594

0,139

2,92

0,405

0,049

2,92

0,143

0,054

2,50

0,135

0,068

2,83

0,193

0,077

2,75

0,212

0,144

3,08

0,444

1

yang dihadapi oleh Ichthus International School
terdiri dari 5 faktor utama. Untuk Peluang pertama
yaitu Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain
yang selevel (SD) baik negeri maupun swasta
memiliki nilai bobot sebesar 0,065 dan nilai rating
sebesar 2,75 sehingga nilai keseluruhan sebesar
0,179. Untuk peluang kedua yaitu Kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pendidikan
berkurikulum internasional untuk anak memiliki
nilai bobot sebesar 0,109 dan nilai rating sebesar
2,83 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,309.
Untuk peluang yang ketiga adalah Kebijakan
pemerintah yang memberikan keleluasaan dalam
pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta
memiliki nilai bobot sebesar 0,096 dan nilai rating
sebesar 2,67 sehingga nilai keseluruhan sebesar
0,256. Untuk peluang keempat adalah Kebutuhan
Masyarakat akan pendidikan untuk anak memiliki
nilai bobot sebesar 0,198 dan nilai rating sebesar 3
sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,594. Untuk
peluang yang terakhir adalah Kebijakan Pemerintah
tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di
sekolah Negeri Maupun Swasta) memiliki nilai
bobot sebesar 0,139 dan nilai rating sebesar 2,92
sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,405.
Di antara faktor-faktor utama tersebut, faktor
yang memberikan pengaruh paling dominan adalah
Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak
dengan
nilai
sebesar
0,594.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa pendidikan untuk anak itu
sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Jadi, Ichthus International School harus bisa
menangkap
peluang
ini
dengan
mampu
memberikan model pendidikan yang berbeda dari
yang lain dan berkualitas tinggi serta diharapkan
ichtus International School mampu mewujudkan
visinya yaitu “Whoever comes will have a
transformed life” yang artinya dimana untuk
melihat transformasi dalam siswa yang masuk ke
ichthus school - transformasi di mana siswa akan
membuat dampak positif untuk lingkungan mereka,
lingkungan, bangsa dan di arena global
Sedangkan untuk ancaman yang dihadapi
Ichthus International School terdiri dari 5 faktor
utama. Untuk ancaman pertama adalah Daya Saing
Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta
Internasional lain memiliki bobot sebesar 0,049 dan
nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan
sebesar 0,143. Untuk ancaman kedua adalah
Keunggulan dua standar kurikulum yang digunakan
(Internasional dan Nasional) memiliki nilai bobot
sebesar 0,054 dan nilai rating sebesar 2,50 sehingga
nilai keseluruhan sebesar 0,135. Untuk ancaman
yang ketiga adalah Kesesuaian kualitas sekolah
(kurikulum dan fasilitas) dengan Biaya yang
dikeluarkan memiliki nilai bobot sebesar 0,068 dan
nilai rating sebesar 2,83 sehingga nilai keseluruhan
sebesar 0,193. Untuk ancaman keempat adalah
Biaya sekolah dibandingkan swasta lain dengan
fasilitas yang hampir sama memiliki nilai bobot

2,869

Sumber : Data diolah dari Kuesioner dan AHP
(2018)
Berdasarkan matriks EFE sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa peluang
7

sebesar 0,077 dan nilai rating sebesar 2,75 sehingga
nilai keseluruhan sebesar 0,212. Dan ancaman yang
terakhir adalah Retensi siswa / keinginan untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Lain memiliki
bobot sebesar 0,144 dan nilai rating sebesar 3,08
sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,444. Faktor
yang paling dominan memberikan ancaman adalah
Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan
anak di Sekolah Lain (Pindah sekolah) dengan nilai
sebesar 0,444. Hal tersebut menyebabkan ichtus
International School memiliki pesaing yang cukup
banyak seperti Raffles School, Binus, Bina Bangsa
School, Sekolah bukit Sion, SPH, IPEKA. Oleh
karena itu, Ichthus International School harus terus
berkembang dan berinovasi supaya siswa/I tidak
pindah ke sekolah yang lain.
Dari hasil pembobotan dan rating untuk
peluang dan ancaman dapat diperoleh lima urutan
teratas untuk seluruh matriks EFE yaitu pertama
Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk
anak, kedua Retensi siswa / keinginan untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Lain (pindah
sekolah), ketiga Kebijakan Pemerintah tentang
Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah
Negeri Maupun Swasta), keempat Kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pendidikan
berkurikulum internasional untuk anak dan yang
kelima adalah Kebijakan pemerintah yang
memberikan keleluasaan dalam pengembangan
kurikulum bagi sekolah swasta. Dari kelima urutan
teratas, 4 merupakan peluang dan 1 merupakan
ancaman.
Hasil yang sedikit berbeda diperoleh dari
penelitian Ichwatus dkk (2016), dimana 5 urutan
teratas untuk matriks EFE, 3 merupakan peluang
dan 2 merupakan ancaman. Sedangkan untuk
penelitian purwono dkk (2015) untuk 5 urutan
teratas untuk matriks EFE semuanya merupakan
peluang. Jadi, dapat disimpulkan hasil pembobotan
dan rating antara masing masing perusahaan tidak
sama. Hal ini karena pendapat atau persepsi baik
dari pihak pakar (internal sekolah) maupun orang
tua tidak lah sama
Langkah berikutnya adalah menjumlah
seluruh total nilai dimana diperoleh total nilai
sebesar 2,869. Nilai 2,869 ini digunakan untuk
menentukan dimana letak posisi perusahaan
(Matrik IE). Apakah dalam posisi kuadran I
(Pertumbuhan) ataukah dalam posisi kuadran IX
(Penciutan). Posisi kuadran dapat dilihat pada
gambar 5. dari hasil total pengkalian bobot dan
rating untuk matrik EFE diperoleh nilai 2,869, nilai
tersebut berada di atas rata-rata nilai skor total
bernilai 2 dan berada di kuadran V (Pertumbuhan
atau stabilitas). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Ichthus International School mampu merespons
dengan baik peluang dan ancaman sebagai
pertimbangan dalam perumusan strategi yang akan
diputuskan.

Gambar 5 Posisi Perusahaan berdasarkan nilai
Matrik IFE dan EFE
Hasil matriks untuk evaluasi faktor internal
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Faktor – faktor Internal Utama
Kekuatan
Metode pembelajaran murid
Kinerja tenaga pengajar
Lokasi sekolah (strategis
tidaknya)
Kualitas Infrastuktur atau
Gedung
Peralatan dan teknologi
pengajaran (up to date tidaknya)
Kurikulum internasional
Kelemahan
Fasilitas Kegiatan
Ekstrakurikuler
Kegiatan Marketing & Promosi
Sekolah
Kecukupan jumlah Staf
Pengajar
Layanan Bimbingan Konseling
di Sekolah
Komunikasi elektronik antara
Sekolah dan Orang tua siswa/i
Total

Bobot

Rating

Nilai

0,129
0,155

2,58
2,92

0,333
0,452

0,07

2,75

0,193

0,071

3,08

0,219

0,068

2,92

0,198

0,209

3,33

0,697

0,055

2,58

0,142

0,107

3,00

0,321

0,051

2,92

0,149

0,047

2,83

0,133

0,04

3,08

0,123

1

2,96

Sumber : Data diolah dai Kuesioner dan AHP
(2018)
Berdasarkan
matriks
Internal
Faktor
Evaluation (IFE) pada Tabel 6 Dimana matrik IFE
berisi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
Ichthus International School. Untuk Kekuatan
pertama yaitu Metode pembelajaran murid
memiliki nilai bobot sebesar 0,129 dan nilai rating
sebesar 2,58 sehingga nilai keseluruhan sebesar
0,333. Untuk kekuatan kedua yaitu Kinerja tenaga
pengajar memiliki nilai bobot sebesar 0,155 dan
nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan
sebesar 0,452. Untuk kekuatan yang ketiga adalah
Lokasi sekolah (strategis tidaknya) memiliki nilai
bobot sebesar 0,070 dan nilai rating sebesar 2,75
sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,193. Untuk
kekuatan keempat adalah Kualitas Infrastuktur atau
Gedung memiliki nilai bobot sebesar 0,071 dan
nilai rating sebesar 3,08 sehingga nilai keseluruhan
sebesar 0,219. Untuk kekuatan kelima adalah
Peralatan dan teknologi pengajaran (up to date
tidaknya) memiliki nilai bobot sebesar 0,068 dan
8

nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan
sebesar 0,198. Dan untuk kekuatan yang terakhir
adalah Kurikulum internasional memiliki nilai
bobot sebesar 0,209 dan nilai rating sebesar 3,33
sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,697.
Dari hasil di atas, faktor kekuatan yang
paling
dominan
adalah
Kurikulum
internasional dengan nilai sebesar 0,697. Hal ini
berarti bahwa Kualitas pendidikan di Ichthus
International School terjamin dan orang tua akan
puas dan bangga telah menyekolahkan anaknya di
Ichthus International School. Selain itu, kurikulum
yang diberikan ada dua yaitu kurikulum nasional
dan kurikulum internasional serta Sekolah Ichthus
adalah salah satu yang pertama di Jakarta yang
diakreditasi oleh ACSI dan WASC, dua badan
akreditasi pendidikan internasional. Ini adalah bukti
komitmen kami untuk kualitas jangka panjang dan
keberlanjutan sekolah. Hal tersebut merupakan
salah satu faktor pendukung dalam mengatasi
keinginan orang tua untuk mendapatkan pendidikan
yang berkualitas untuk anak. Sedangkan faktor
kelemahan ada 5 kelemahan. Untuk kelemahan
pertama yaitu Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler
memiliki bobot sebesar 0,055 dan nilai rating
sebesar 2,58 sehingga nilai keseluruhan sebesar
0,142. Untuk kelemahan kedua adalah Kegiatan
Marketing & Promosi Sekolah memiliki nilai bobot
sebesar 0,107 dan nilai rating sebesar 3 sehingga
nilai keseluruhan sebesar 0,321. Untuk kelemahan
yang ketiga adalah Kecukupan jumlah Staf
Pengajar memiliki nilai bobot sebesar 0,051 dan
nilai rating sebesar 2,92 sehingga nilai keseluruhan
sebesar 0,149. Untuk kelemahan keempat adalah
Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah memiliki
nilai bobot sebesar 0,047 dan nilai rating sebesar
2,83 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,133. Dan
kelemahan yang terakhir adalah Komunikasi
elektronik antara Sekolah dan Orang tua siswa/i
memiliki bobot sebesar 0,04 dan nilai rating sebesar
3,08 sehingga nilai keseluruhan sebesar 0,123.
Dari hasil diatas, kelemahan paling dominan
adalah kegiatan marketing & promosi sekolah
belum dilakukan secara maksimal, dengan nilai
bobot 0,321. Perkembangan kemajuan teknologi
dan persaingan yang ketat, menuntut sekolah untuk
meningkatkan pemasaran atau promosi kepada
masyarakat (orang tua). Hal ini dimungkinkan
untuk menyiapkan strategi yang digunakan dalam
menghadapi persaingan, jadi tidak hanya
mengandalkan kualitas pendidikan dalam bentuk
akreditasi dan kurikulum tetapi juga harus
mempunyai berbagai macam variansi kegiatan
ekstrakurikuler, model pembelajaran, fasilitas yang
cukup dan anak merasa aman dan nyaman ketika
berada di sekolah.
Dari hasil pembobotan dan rating untuk
kekuatan dan kelemahan dapat diperoleh lima
urutan teratas untuk seluruh matriks IFE yaitu
pertama Kurikulum internasional, kedua Kinerja

tenaga pengajar, ketiga kegiatan marketing &
promosi sekolah, keempat metode pembelajaran
murid dan yang kelima adalah kualitas infrastruktur
atau gedung. Dari kelima urutan teratas, satu
merupakan kelemahan dan empat merupakan
kekuatan.
Hasil yang sama diperoleh dari penelitian
Ichwatus dkk (2016), dimana 5 urutan teratas untuk
matriks IFE, 4 merupakan kekuatan dan 1
merupakan kelemahan. Sedangkan hasil yang
berbeda diperoleh dari penelitian Purwono dkk
(2015) untuk 5 urutan teratas untuk matriks IFE
semuanya merupakan kekuatan. Jadi, dapat
disimpulkan hasil pembobotan dan rating antara
masing masing perusahaan tidak sama. Hal ini
karena pendapat atau persepsi baik dari pihak pakar
(internal perusahaan) maupun orang tua tidak lah
sama Langkah berikutnya adalah menjumlah
seluruh total nilai dimana diperoleh total nilai
sebesar 2,96. Nilai 2,96 ini digunakan untuk
menentukan dimana letak posisi perusahaan
(Matrik IE). Posisi kuadran dapat dilihat pada
gambar 4.4. dari hasil total pengkalian bobot dan
rating untuk matrik IFE diperoleh nilai 2,99, nilai
tersebut berada di atas rata-rata nilai skor total
bernilai 2 dan berada di kuadran V (Pertumbuhan
atau stabilitas). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Ichthus
International
School
mampu
memaksimalkan kekuatan dan mengendalikan
kelemahan yang dimiliki
Perumusan strategi dengan matriks SWOT
dibuat berdasarkan analisis matriks EFE dan
matriks IFE dengan cara mencocokkan faktor faktor
peluang dan ancaman dengan faktor-faktor
kekuatan dan kelemahan. Matriks ini digunakan
untuk mengembangkan empat jenis strategi, yaitu
strategi S-O (kekuatan-peluang), strategi W-O
(kelemahan-peluang), strategi S-T (kekuatanancaman), dan W-T (kelemahan-ancaman).
Berdasarkan kuadran SWOT posisi Ichthus
International School berada pada kuadran I dengan
posisi pada sumbu x sebesar 2,96. Sumbu x
merupakan representasi dari kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh Ichthus International
School. Sedangkan sumbu y ditunjukkan dengan
nilai 2,869 yang merupakan representasi dari
peluang dan ancaman yang dihadapi Ichthus
International School. Maka pada posisi ini, Ichthus
International School berada pada posisi strategi S-O
(kekuatan-peluang) di mana sekolah menghadapi
peluang yang cukup besar dan disisi lain memiliki
kekuatan secara internal.
Penyusunan
matriks
QSPM
dibuat
berdasarkan alternatif strategi yang muncul dalam
analisa SWOT. Adapun unsur yang terdapat di
dalam QSPM adalah: strategi Alternatif, Faktor
Kunci, Bobot, AS = Nilai Daya Tarik, dan TAS =
Total Nilai Daya Tarik. Dalam hal ini adalah
strategi S-O (peluang-kekuatan) sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 8
9

Tabel 8 Hasil Quantitaive Strategic Planing Matriks (QSPM)
Strategi Peningkatan
Kualitas Pelayanan &
Kurikulum
IFE
KEKUATAN
Metode pembelajaran murid
Kinerja tenaga pengajar
Lokasi sekolah (strategis tidaknya)
Kualitas Infrastuktur atau Gedung
Peralatan dan teknologi pengajaran (up to date tidaknya)
Kurikulum internasional
KELEMAHAN
Fasilitas Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Marketing & Promosi Sekolah
Kecukupan jumlah Staf Pengajar
Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah
Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang tua
siswa/i
PELUANG
Kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang selevel
(SD) baik negeri maupun swasta
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
berkurikulum internasional untuk anak
Kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan
dalam pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta
Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak
Kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib Belajar 9
Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun Swasta
ANCAMAN
Daya Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta
Internasional lain
Keunggulan dua standar kurikulum yang digunakan
(Internasional dan Nasional)
Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum dan fasilitas)
dengan Biaya yang dikeluarkan
Biaya sekolah dibandingkan swasta lain dengan fasilitas
yang hampir sama
Retensi siswa / keinginan untuk menyekolahkan anak di
Sekolah lain
Sumber : Data diolah dari Kuesioner dan AHP (2018)
Berdasarkan hasil Matriks QSPM pada tabel 8
mengindikasikan
bahwa
perusahaan
perlu
melakukan beberapa prioritas strategi yang
diurutkan sebagai berikut: Prioritas 1, Kurikulum
internasional dengan nilai TAS sebesar 2,32. Yang
berarti bahwa strategi ini untuk menetapkan apa
yang menjadi produk unggulan, produk kompetitif,
produk baru, sesuai dengan kompetensi pokok yang
dimiliki. Sedangkan produk unggulan yang
ditawarkan oleh ichtus internasional school adalah
adanya kurikulum internasional, dimana Sekolah
Ichthus adalah salah satu yang pertama di Jakarta
yang diakreditasi oleh ACSI dan WASC, dua badan
akreditasi pendidikan internasional. Prioritas 2,
Kinerja tenaga pengajar dengan nilai TAS sebesar
1,32. Strategi ini merupakan kelanjutan dari yang
pertama, meskipun ichtus internasional school
10

TAS

Strategi
Penambahan
Cabang dan
Fasilitas

Bobot

AS

AS

0,33
0,45
0,19
0,22
0,20
0,70

2,83
2,92
3,33

0,94
1,32
2,32

2,67
2,83
3,00
-

0,51
0,62
0,60
-

0,14
0,32
0,15
0,13

2,67
2,92

0,40
0,39

2,33
2,75
-

0,33
0,88
-

0,12

3,42

0,42

0,18

-

-

0,31

2,67

0,82

-

-

0,26

3,17

0,81

-

-

0,59

2,67

1,58

-

-

0,41

-

-

-

2,92

3,00

TAS

-

0,52

1,22
-

0,14

2,58

0,37

-

-

0,14

2,50

0,34

-

-

0,19

2,83

0,55

-

-

0,21

-

-

0,44

3,25

1,44

3,17
-

0,67
-

memiliki kurikulum internasional jika tidak
didukung dengan Kinerja tenaga pengajar maka
kualitas pendidikan yang dihasilkan tidak akan
maksimal. Prioritas 3, metode pembelajaran murid
dengan nilai TAS sebesar 0,94. Strategi ini
menunjukkan lanjutan dari strategi 1 & 2, meskipun
memiliki kurikulum dan tenaga pengajar yang baik,
jika metode pembelajaran anak tidak menarik dan
monoton maka kualitas pendidikan yang dihasilkan
tidak maksimal. Seperti jawaban wawancara
dengan orang tua siswa/I “Ichthus is the space is
not that big, but I like the homey one because
Ichthus just like home the design, but of course the
childrens want the big space to explore” artinya
meskipun ichtus bukan sekolah yang besar tetapi
saya suka dengan desain sekolah yang seperti
rumah dan memberikan ruang yang besar bagi

dalam kualitas pelayanan dan kurikulum.
Tujuannya adalah untuk memperoleh loyalitas dari
para orang tua murid. Ketika ichtus school sudah
memperoleh loyalitas para orang tua murid, baru
melakukan alternaif strageti yang kedua yaitu
Strategi Penambahan Cabang dan Fasilitas
maksudnya adalah pembukaan cabang sekolah yang
baru.

siswa/I untuk mengeksplore kemampuan mereka.
Selain itu di dalam memberikan materi di lakukan
oleh guru dan kemudian siswa di berikan project
kelompok maupun pribadi guna mendalami materi
agar lebih memahami pelajaran yang telah di
berikan. Setelah itu siswa di arahkan untuk belajar
menyampaikan hasil project mereka di depan teman
teman satu kelasnya. Setelah penyampaian oleh
siswa, guru memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai project yang telah murid kerjakan. Yang
pada akhirnya memberikan kebebasan bagi anak
untuk meningkatkan kemampuan mereka masingmasing. Dari ketiga prioritas strategi internal
tersebut masuk ke dalam strategi Strategi
Peningkatan Kualitas Pelayanan & Kurikulum.
Berdasarkan hasil Matriks QSPM untuk
EFE pada tabel 8 mengindikasikan bahwa
perusahaan perlu melakukan beberapa prioritas
strategi yang diurutkan sebagai berikut: Prioritas 1,
Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak
dengan nilai TAS sebesar 1,58. Kebutuhan akan
pendidikan untuk anak sangat penting dan
merupakan kebutuhan dasar dan mendasar untuk
orang tua, dimana pendidikan merupakan fondasi
untuk anak dalam menjalani kehidupan selanjutnya,
dan itu membuat Ichthus School memiliki peranan
penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang
baik untuk anak anak. Hal itu pula yang
memberikan peluang bagi Ichthus School untuk
bisa terus berkembang dalam dunia pendidikan ini.
Prioritas 2, Retensi siswa / keinginan untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Lain dengan nilai
TAS sebesar 1,44. Untuk dapat mencegah atau
mengurangi tingkat keinginan orang tua untuk
menyekolahkan anak di Sekolah Lain (pindah
sekilah) Strategi yag dapat dilakukan adalah dengan
mampu mencukupi kebutuhan pendidikan anak
seperti prioritas 1. Selain itu, ichtus harus mampu
berkembang
dan
berinovasi
mengikuti
perkembangan zaman dan teknologi yang ada
dimasyarakat. Prioritas 3, Kebijakan Pemerintah
tentang Program Wajib Belajar 9 Tahun (Baik di
sekolah Negeri Maupun Swasta) dengan nilai TAS
sebesar 1,15. Strategi yang perlu dilakukan adalah
dengan menjaga kualitas kurikulum yang dimiliki
khususnya kurikulum nasional atau yang ditetapkan
oleh
pemerintah.
Jangan
sampai
malah
bertentangan dengan kebijakan yang ada. Dari
ketiga prioritas strategi eksternal tersebut 2 prioritas
strategi masuk ke dalam strategi Strategi
Peningkatan Kualitas Pelayanan & Kurikulum dan
1 prioritas strategi masuk ke dalam Strategi
Penambahan Cabang dan Fasilitas.
Jadi dapat disimpulkan dari hasil analisis
QSPM, alternative strategi yang dipilih adalah
Peningkatan Kualitas Pelayanan & Kurikulum. Hal
ini penting dilakukan karena posisi perusahaan
dalam kuadaran V yaitu kuadran Pertumbuhan atau
Stabilitas. Sebelum berkembang lebih tinggi perlu
adanya perbaikan di internal khususnya perbaikan

V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil wawancara diperoleh faktor
eksternal dan internal yang mempengaruhi kegiatan
ichtus international school. Faktor Eksternal terdiri
dari 5 peluang dan 5 ancaman. 5 peluang yang
dimiliki ichtus international school antara lain
kemitraan dan jaringan dengan sekolah lain yang
selevel (SD) baik negeri maupun swasta, kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pendidikan
berkurikulum internasional untuk anak, kebijakan
pemerintah yang memberikan keleluasaan dalam
pengembangan kurikulum bagi sekolah swasta,
Kebutuhan Masyarakat akan pendidikan untuk anak
dan kebijakan Pemerintah tentang Program Wajib
Belajar 9 Tahun (Baik di sekolah Negeri Maupun
Swasta. Sedangkan 5 ancamannya antara lain Daya
Saing Sekolah Ichthus dengan Sekolah Swasta
Internasional lain, Keunggulan dua standar
kurikulum yang digunakan (Internasional dan
Nasional), Kesesuaian kualitas sekolah (kurikulum
dan fasilitas) dengan Biaya yang dikeluarkan, Biaya
sekolah dibandingkan swasta lain dengan fasilitas
yang hampir sama dan Beralihnya pelanggan pada
pesaing sejenis. Untuk faktor internal terdiri dari 6
Kekuatan dan 5 kelemahan. Faktor 6 kekuatan yang
dimiliki Ichtus International school antara lain
Metode pembelajaran murid, Kinerja tenaga
pengajar, Lokasi sekolah (strategis tidaknya),
Kualitas Infrastuktur atau Gedung, Peralatan dan
teknologi pengajaran (up to date tidaknya), dan
Kurikulum
internasional.
Sedangkan
5
kelemahannya antara lain Fasilitas Kegiatan
Ekstrakurikuler, Kegiatan Marketing & Promosi
Sekolah, Kecukupan jumlah Staf Pengajar,
Komunikasi elektronik antara Sekolah dan Orang
tua siswa/i. Dari hasil penelitian yang kemudian
menggunakan analisis SWOT diperoleh 4 alternatif
strategi yaitu S-O, S-T, W-O dan W-T. dimana dari
hasil perhitungan menggunakan matriks dan AHP
dari ke empat alternative strategi diperoleh strategi
yang paling baik atau yang dipilih yaitu strategi SO (Meningkatkan Loyalitas konsumen (orang tua
siswa/i), Meningkatkan jumlah cabang dengan
fasilitas yang lengkap dan menarik, Menjaga
kepercayaa