OMO HADA SEBAGAI WARISAN BUDAYA DENGAN

1
OMO HADA SEBAGAI WARISAN BUDAYA
DENGAN NILAI PENDIDIKAN YANG DIKANDUNGNYA
(Tinjauan Cultural Rumah Adat atau Omo Hada Masyarakat Nias Selatan)
Martiman S. Sarumaha1
1

Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Nias Selatan di STKIP Nias Selatan pada Program Studi
Pendidikan Ekonomi, dan saat ini sedang menyelesaikan program Pascasarjana Doktoral di
Universitas Negeri Jakarta, TA. 2012.
Abstrak
Traditional house (omo hada) is traditional heritage of Nias society especially
Southern Nias as a occupant of this traditional house. The focus of this cultural
method study is “ The Educational Value of Traditional Southern Nias House”.
And the purpose of this study is to describe the educational value of Traditional
Southern Nias House. The traditional house is a learning media for Southern Nias
Society to behave base on the tradition applied in Nias Society. The existence of
Omo Hada has given the educational value in developing the behavior pattern of
society.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai pendidikan yang terdapat
dalam warisan budaya masyarakat Nias khususnya Nias Selatan, yaitu rumah adat

(omo hada) sebagai peninggalan budaya yang selama ini menjadi tempat tinggal
bagi penghuninya. Maka yang menjadi permasalahan dalam metode tinjauan
kultural ini adalah “Nilai Pendidikan yang bagaimanakah yang terdapat dalam
warisan omo hada Masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan?”. Omo hada
sebagai media pembelajaran bagi masyarakat Nias dalam bertingkah laku sesuai
dengan adat yang berlaku di lingkungan masyarakat Nias Selatan berdasarkan
struktur bangunan rumah adat masyarakat tersebut. Keberadaan omo hada telah
memberikan nilai-nilai pendidikan dalam membangun tata dan perilaku
masyarakatnya.

Kata Kunci: Warisan Budaya Masyarakat Nias Selatan, Nilai Budaya, Nilai Pendidikan.
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang sadar dan cerdas. Kesadaran dan
kecerdasan manusia itu dapat dilihat dari kemampuannya berpikir, berimprovisasi, berkehendak
dan merasa. Dengan pikirannya manusia mendapatkan pengetahuan, dan dengan kehendaknya
manusia mampu mengarahkan pikirannya serta dengan perasaan manusia dapat mencapai apa
yang diharapkan sebagai kesenangan dan kesejahteraan diri dari manusia itu.
Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk
mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan kehadirannya,
yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan

peradabannya. Demikian juga dengan peninggalan masyarakat atas budaya yang dijalani
maupun budaya yang ditinggalkannya. Peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization.
Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap
perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya
berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, santun, luhur dan

2
sebagainya bahkan ekslusif, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah
memiliki peradaban yang tinggi.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas, menjadi bermanfaat dikarenakan hal ini dirumuskan
dalam indikator strategis, seperti beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Demikian
pula dengan apa yang dihasilkan oleh masyarakat atas kebiasaan dari budaya yang dilakoninya
atau budaya yang diwariskannya. Budaya yang diwariskan dalam hal ini adalah nilai-nilai hasil
warisan budaya lokal untuk dapat dikembangkan menjadi nilai pendidikan, misalnya keberadaan
rumah adat (Omo hada) dalam strata sosial masyarakat Nias Selatan. Hasil budaya tersebut
memberikan nilai-nilai yang selama ini sudah tersistem dalam perilaku sosial masyarakat berupa
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga hasil dari budaya itu sendiri menghasilkan
manusia seutuhnya atau manusia berbudaya.
Mengingat perilaku dan tata nilai yang dihasilkan budaya mengajarkan pula nilai-nilai

pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka masyarakat yang hidup dalam budaya
tersebut akan tercermin lewat kebiasaan dan tingkah laku yang pada akhirnya dapat memberikan
gambaran keluaran dari suatu proses budaya.
Rumah adat merupakan warisan dan peninggalan budaya masyarakat Nias khususnya
Nias Selatan yang selama ini menjadi tempat tinggal bagi penghuninya. Omo hada sebagai
sarana untuk memelihara dan meningkatkan pola tingkah laku atau tata laku yang berlaku di
lingkungan masyarakat Nias Selatan, hal ini menjadi pelajaran yang menunjukkan bagaimana
manusia berperilaku dengan baik sebagaimana nilai dan budaya yang terdapat dalam susunan
bangunan rumah adat masyarakat Nias Selatan sehingga menjadi tradisi yang patut ditiru dan
dilaksanakan oleh komunitasnya.
Omo hada Nias Selatan dengan arsitektur yang dimilikinya serta filosofi yang
terkandung didalamnya dapat disebut sebagai pembaharuan pendidikan lokal dan bahkan
nasional dipersekolahan karena harus didasarkan pada nilai-nilai dan tata perilaku peranan
pendidikan dalam hidup bersosial dalam pembangunan masyarakat lokal bahkan masyarakat
nasional, sesuai dengan realitas masyarakat dan kultur bangsa sendiri.
PERMASALAHAN
Masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan memiliki rumah adat yang dikenal dengan
Omo Hada sebagai warisan dan peninggalan masyarakat yang masih ada hingga saat ini.
Keberadaan rumah adat ini (Omo Hada) telah memberikan nilai-nilai pendidikan dalam
membangun tata dan perilaku masyarakatnya. Berdasarkan latas belakang di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah “Bagaimanakah Nilai Pendidikan
yang terdapat dalam warisan omo hada Masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan?”. Tinjauan
kultural omo hada masyarakat di Nias Selatan.
TUJUAN
Bedasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini, penulisan ingin mendeskripsikan nilai pendidikan dalam peninggalan warisan
budaya masyarakat Nias tentang Rumah Adat (omo hada), dan mendeskripsikan aturan dan tata
perilaku masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan yang terkandung dari bentuk dan struktur
Rumah Adat (omo hada) di Nias Selatan.
METODE PENELITIAN
Proses pengembangan dan penelitian ini dapat dikatakan penelitian kualitatif dengan
prosedur penelitian yang menghasilkan data melalui fenomena-fenomena dan perilaku alamiah
masyarakat yang diamati, baik lisan maupun tulisan. Pendekatan penelitian ini adalah

3
pendekatan fenomenologi yang memfokuskan kajian melalui peristiwa-peristiwa dan fenomena
dalam interaksi perilaku subjek yang diteliti.
PEMBAHASAN
Pembangunan Masyarakat Nias Selatan Melalui Budaya
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek

kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural atau budaya, dengan
tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses
pembangunan tersebut peranan budaya dalam pendidikan amatlah strategis.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional perlu diketahui
paradigma yang muncul dalam proses budaya masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan, yaitu
paradigma fungsional dan paradigma sosial. Dua paradigma yang menjadi dasar yang kita perlu
ketahui dari warisan budaya masyarakat Nias secara umum dalam bentuk omo hada, antara lain:
a. Paradigma fungsional melihat bahwa bentuk rumah adat sebagai tempat tinggal masyarakat
Nias tidak hanya mencakup keberadaan omo hada tersebut sebagai tempat tinggal, namun
menjadi sebagai bentuk yang menaungi masyarakatnya dari cuaca iklim dan dengan
pengetahuan yang dimiliki sebagai suatu ilmu yang mampu memberi kenyamanan dan
keamanan bagi penghuninya. Artinya bahwa secara fungisonal bahwa rumah adat
masyarakat Nias telah memberi manfaat kepada penghuninya dengan kemampuan yang
sudah beradab (modern). Dari struktur fungsi rumah adatpun didesain sebagai rumah yang
tahan terhadap goncangan (gempa).
b. Paradigma sosial melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: a)
mengembangkan kompetensi nilai luhur warisan budaya Nias, b) kompetensi yang lebih
tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, sebagai bukti dari konstruksi
atau struktur omo hada dan c) secara umum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat
untuk saling menghormati dan menghargai serta menjunjung tinggi tata perilaku hidup

bermasyarakat dan juga kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat secara
keseluruhan. Oleh karena itu, berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus
diperluas secara besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan
kemajuan, masyarakat Nias sudah mencapai tingkat peradaban dengan artefak yang
dimilikinya (pendidikan nilai).
c. Paradigma budaya dapat dikatakan bahwa sekolah mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan dan pewarisan kebudayaan. Hal ini merupakan suatu proses transformasi.
Proses pendidikan adalah proses transformasi kebudayaan, karena salah satu fungsi yang
mendasar dari pendidikan adalah untuk pengembangan kebudayaan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka pembangunan masyarakat
Nias Selatan melalui Budaya yang dimilikinya dapat dikatakan bahwa:
a. Kebudayaan lokal dapat mendorong proses kemajuan suatu bangsa dan pada hakekatnya ikut
mengembangkan pendidikan nasional. Semua program pendidikan dan pembangunan
kebudayaan lokal, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diarahkan pada
berfungsinya pendidikan nasional untuk tercapainya pembangunan watak dan peradaban
negara bangsa Indonesia yang bermartabat.
b. Pendidikan sebagai proses sosio-kultural untuk mengarahkan nilai-nilai kebudayaan merasuk
ke dalam sistem kepribadian dari setiap warga negara. Pendidikan tidak dapat dibatasi pada
proses belajar mengajar yang terjadi dalam konteks kelas, tetapi juga harus memasukkan
proses belajar yang terjadi dalam konteks keluarga dan masyarakat. Artinya bahwa apa yang

menjadi kebiasaan dalam kultural budaya masyarakat Nias Selatan telah menjadikan sebagai

4
nilai-nilai edukasi yang patut di hargai, dipahami dan bahkan dikembangkan menjadi
layaknya pendidikan formal.
c. Peranan keluarga dalam mendidik generasi muda adalah memelihara nilai-nilai warisan
budaya, agama, tradisi, dan nilai-nilai moral untuk dipahami oleh generasi muda. Mengingat
pendidikan dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan laboratorium sesungguhnya yang
diharapkan mempunyai imbas terhadap masyarakat sekitarnya sehingga seluruh masyarakat
menjadi masyarakat belajar.
Berdasarkan dari proses pembangunan masyarakat tersebut, maka nilai pendidikan yang
terdapat dalam kultural masyarakat Nias Selatan dapat dijadikan sebagai tata nilai dan tata aturan
baik dalam hidup bersosial, bermasyarakat dan berorganisasi (code of conduct). Tata nilai dan
tata aturan tersebut dapat berupa, memiliki akhlak mulia, saling menghargai, memiliki
kebanggaan terhadap hasil budaya peninggalan orang tua atau nenek moyang (brand image),
selalu berusaha meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan etika bermasyarakat,
menghindarkan diri dari perbuatan tercela, dan malu melanggar aturan serta bersikap jujur.
Struktur Rumah Adat (Omo Hada) Nias Selatan
Omo hada dalam proses pembangunannya, tidaklah mudah dan tidak pula melalui suatu
penelitian dan konstruksi dari seorang arsitek dengan teknologi dan alat yang modern seperti

sekarang ini. Dalam hidup berinteraksi dan bersosialisasi masyarakat Nias khususnya di Nias
Selatan bila ditinjau dari bentuk omo hada terdapat beberapa bagian struktur bentuk umum omo
hada atau rumah adat Nias Selatan. Bentuk dari rumah adat tersebut tergolong dua, yaitu sanőrő
arő (yang melalui kolong rumah adat) dan sanőrő jina omo hada1 (yang melalui samping rumah
adat). Pola dan struktur rumah adat ini pula membedakan antara rumah adat bangsawannya
dengan rumah adat masyarakat lainnya, yaitu dengan ukuran yang berbeda serta ornamenornamen yang terdapat di dalam rumah adat tersebut. Namun, keduanya memiliki nilai dan
fungsi yang sama.
Struktur omo hada tersusun dari tiang-tiang tegak dengan ukuran diameter berkisar
30cm sampai 150cm. Struktur omo hada tidak terdapat paku satupun dalam proses
pembangunannya. Struktur rumah adat tersebut, seperti diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Figure/Struktur rumah adat Nias Selatan
Uraian struktur dari bawah
sampai atas
1. Batu driwa
2. Batu gehomo
3. Driwa
4. Ehomo
5. Ete
6. Ora
7. Ehomo sodra’u lagőlagő

8. Silőtő
9. Sikholi
10. Towa
11. Lagőlagő
12. Silőtőmbuambatő
1

Uraian struktur dalam rumah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.


Ahembatő
Sibewe harehare
Dalinawafva
Mbatő
Duagőto ulu
Farachina
Toga danedane
Salogotő
Zara-zara
Bawva duhasa
Harefa

Uraian struktur ornament
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.

Lasara
Sichőli
Lasohagu
Laso sebua
Jimbvi mbawi
Cholocholo
Saita
Nahanawu
Tuhi-tuhi
Fanuna
Mbvo
Fodrahi

Sanőrő aro omo hada, adalah rumah adat yang ukurannya besar dan berada
ditengah-tengah halam kampung yang dihuni oleh kepala suku atau bangsawan dari
desa tersebut, sedangkan sanőrő jina omo hada adalah rumah adat masyarakat
lainnya yang berjejer antara rumah adat yang satu dengan rumah adat lainnya,
hasil observasi dan pengamatan penulis.

5
13. Lalihőwőmbatő
14. Ndriwambatő
15. Niowőliwőli

13.
14.
15.
16.

Faricia
Gődra
Toho
Baluse

Sumber: Hasil observasi stuktur rumah adat Nias Selatan.
Tabel figure omo hada Nias Selatan tersebut di atas terdapat dan disusun sedemikian
rupa dengan fungsi dan kegunaan dari masing-masing bentuk konstruksinya. Nenek moyang
masyarakat Nias sadar bahwa pulau Nias yang dihuni oleh masyarakat Nias merupakan daerah
jalur kegempaan. Atas dasar ini lah nenek moyang masyarakat Nias membangun rumah tempat
tinggalnya dengan konstruksi yang begitu terstruktur. Bukan hanya konstruksi tetapi nilai dari
masing-masing bentuk struktur rumah adat tersebut yang memberi proses pembelajaran kepada
masyarakatnya dan bahkan kepada generasi muda saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari sketsa konstruksi omo hada di bawah ini.
Gambar 1. Sketsa Konstruksi Omo Hada masyarakat Nias Selatan

Sumber : Viaro, Alain dan Ziegler, Arlette. Traditional Architecture of Nias Island,
Gunungsitoli, 2006.
Rumah adat Nias Selatan yang sudah mencapai ambang kepunahannya menjadi catatan
tersendiri bagi masyarakatnya bahwa dalam hidup bermasyarakat di Nias Selatan telah
mewariskan satu budaya arsitektur dari Omo hada dengan nilai pendidikan dan filosofi
keilmuwan. Untuk melihat apasajakah yang menjadi nilai pendidikan dalam peninggalan
warisan budaya masyarakat Nias khususnya Nias Selatan tentang omo hada bahwa rumah

6
sebagai tempat tinggal menaruh segala harapan, cita-cita, dan menyimpan harta terbaik, bagi
keturunan dari setiap anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu.
Pintu rumah adat masyarakat Nias dibuat lebih rendah dari tinggi orang dewasa, artinya
bahwa setiap orang yang datang di dalam rumah tersebut tanpa di komando akan menundukkan
kepala (hõgõ nifaõdrõ) sekaligus sebagai bentuk penghormatan buat sipemilik rumah. Tamu
yang datang tidak menengadahkan kepala ke atas pada saat masuk rumah tersebut. Hal ini
menandakan pula bahwa tamu harus menghormati otoritas apa yang berlaku dalam rumah.
Ahe nihawiagõ (hentakkan kaki), artinya hentakkan kaki begitu menginjakkan kaki di
tangga rumah, yang menandakan bahwa seseorang yang berkunjung ke rumah dan si pemilik
atau penghuni rumah dapat mengetahui bahwa ada tamu yang akan berkunjung ke rumah. Selain
itu, pada saat kaki dihentakkan disertai dengan ucapan “Ya’ahowu, so niha baomo wa?” (salam,
adakah orang di rumah) serta merta penghuni yang di dalam rumah akan menjawab “Ya’ahowu”.
Ya’ahowu adalah merupakan salam dalam bahasa Nias, artinya salam bisa menjadi selamatselamat baik bagi penghuni rumah maupun juga kepada tamu yang berkunjung ke rumah
tersebut.
Struktur rumah adat yang besar yang dihuni oleh bangsawan Nias Selatan bahwa pintu
menuju rumah melalui kolong rumah adat. Untuk masuk dalam rumah inipun berbeda dengan
rumah adat lainnya yang melalui pintu samping. Masuk dalam Omo Sebua (rumah adat besar)
selain kaki yang dihentakkan, posisi tubuh miring atau menyenjang pada saat masuk ke dalam
rumah. Artinya, bahwa setiap orang yang masuk dalam rumah tersebut, selain membungkukkan
badannya serta merta akan menyenjangkan badannya untuk memasuki rumah besar. Tidak
dengan membusungkan dada dan menengadahkan kepala ke atas.
Rumah Adat Nias Selatan sebagai Warisan Budaya yang memberi nilai Pendidikan
Pemahaman akan hakekat pendidikan nasional dan memajukan kebudayaan nasional,
maka semua program pendidikan dan pembangunan kebudayaan nasional, termasuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus diarahkan pada berfungsinya pendidikan
nasional untuk tercapainya pembangunan watak dan peradaban negara-bangsa Indonesia yang
bermartabat. Pengembangan kebudayaan lokal sebagai kebudayaan nasional meliputi: (1)
pemeliharaan dan pengembangan warisan budaya, seperti yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Kebudayaan; (2) pengembangan dan pembudayaan nilai-nilai budaya nasional (sosial, politik
dan ekonomi) melalui proses penegakan hukum dan proses pendidikan sebagai proses sosialisasi
dan pembudayaan nilai-nilai budaya melalui keluarga, sekolah; (3) pengembangan nilai budaya
tidak bersifat primordial melainkan dengan melihat dimensi nilai-nilai budaya nasional melalui
pendidikan dan lembaga pendidikan. (4) mewarisi hasil budaya tersebut kepada generasi
berikutnya sehingga dapat bertahan seiring dengan kemajuan jaman dan ilmu pengetahuan dan
pada akhirnya hasil budaya tersebut menjadi jati diri dari generasi selanjutnya bahwa mereka
memiliki budaya sebagai aset bangsa.
Lembaga pendidikan hendaknya menjadi pusat pembudayaan, yaitu pusat perwujudan
nilai-nilai dalam memajukan kehidupan yang dicita-citakan pada suatu masyarakat, karena
Pendidikan dan Kebudayaan adalah dua bidang yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Pendidikan adalah suatu usaha manusia yang penting untuk memelihara, mempertahankan, dan
mengembangkan keberadaan masyarakat. Jacques Delors (1996) mengatakan sebagai berikut:
In confronting the many challenges that the future holds in store, humankind sees in
Education an indispensable asset in this attempt to attain the ideals of peace, freedom
and social justice. As its concludes its work, the Commission affirms its belief that
education has a fundamental role to play in personal and social development.

7
Rumah adat (omo hada) merupakan tempat hunian bagi masyarakat Nias. Hunian pada
musim panas dan disaat musim hujan, dan sekaligus sebagai tempat berinteraksi dengan seluruh
anggota keluarga yang mendiami rumah adat. Rumah di Nias khususnya di Nias Selatan
memiliki susunan yang sama dan simetris. Hanya Omo sebua (rumah adat besar yang dihuni
oleh bangsawan) yang ukurannya lebih besar dibanding dengan rumah masyarakat lainnya yang
berjejer satu dengan lainnya.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku
inipun terkandung dalam pembuatan dan bentuk rumah adat masyarakat Nias khususnya di Nias
Selatan. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu
yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar. Tata perilaku inilah yang terkandung dari bentuk dan struktur
rumah adat masyarakat Nias Selatan sehingga dapat dianuti oleh setiap masyarakatnya sebagai
nilai sosial.
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai
petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas
atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan
masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam
masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan
masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai
penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat
memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Ciri-ciri peranan
nilai sosial diantaranya yaitu:
a. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
b. Disebarkan di antara warga masyarakat dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dan
bukan bawaan lahir.
c. Terbentuk melalui sosialisasi dan interaksi sehingga menjadi sebuah proses belajar
d. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
e. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, namun dapat
diterima secara umum tanpa ada yang merasa dirugikan atau diuntungkan.
f. Dapat memengaruhi pengembangan diri sosial
g. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat, artinya dari strata masyarakat
h. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Perilaku dan kebiasaan dalam keseharian masyarakat Nias Selatan sebagaimana
diungkapkan di atas menjadi sebuah titah adat atau bõwõ ni’orisi. Dalam bukunya Bõwõ Ni’orisi
oleh Laiya, (2006) bahwa bõwõ ni’orisi adalah sebuah istilah lain dari nilai budaya yang paling
penting dan sentral dalam masyarakat Nias Selatan. Artinya bahwa sebagai titah adat yang
merupakan ragam pesan orang tua kepada anak dari generasi ke generasi berikutnya untuk
dipedomani, dipatuhi dan dihormati. Pesan adat tersebut menjadi arah bagi seseorang untuk
berperilaku baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap keluarga dan lingkungan masyarakat
yang lebih luas.

8
Gambar 2. Rumah adat Nias Selatan

Sumber: Omo hada Desa Bawõmataluo dan Desa Hilinawalõ Majinõ
Nilai pendidikan lain ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik (generasi saat
ini) agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran di sekolah
diorganisasikan secara baik. Dalam pengorganisasian nilai pendidikan sekaligus sebagai
pembelajaran bagi generasinya dalam hal ini peserta didik bahwa dapat menjadi bentuk
kesadaran dan kepedulian terhadap hasil budaya masyarakat atau lingkungannya, melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
Pendidikan bukan hanya suatu proses untuk mentransformasikan pengetahuan dan
informasi untuk menjadikan generasi muda menjadi penduduk yang mendapat informasi yang
cukup mengenai kebudayaanya. Akan tetapi, menjadikan pendidikan sebagai proses sosiokultural untuk mengarahkan nilai-nilai kebudayaan merasuk ke dalam sistem kepribadian dari
setiap warga masyarakatnya (negara). Jadi, pendidikan tidak dapat dibatasi pada proses belajar
mengajar yang terjadi dalam konteks kelas, tetapi juga harus memasukkan proses belajar yang
terjadi dalam konteks keluarga dan masyarakat, termasuk warisan budaya lokal yang tersebar
diampir semua pelosok nusantara dalam bingkai NKRI, Pancasila dan UUD 1945.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan nilai pendidikan dalam
peninggalan warisan budaya masyarakat Nias tentang Rumah Adat (omo hada), dan

9
mendeskripsikan aturan dan tata perilaku masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan yang
terkandung dari bentuk dan struktur Rumah Adat (omo hada) di Nias Selatan, maka yang
menjadi simpulan antara lain.
a. Pendidikan nilai tidak dapat dibatasi pada proses belajar mengajar yang terjadi dalam
konteks kelas, tetapi juga harus memasukkan proses belajar yang terjadi dalam konteks
keluarga dan masyarakat serta budaya lokal. Artinya bahwa apa yang menjadi kebiasaan
dalam kultural budaya masyarakat Nias Selatan telah menjadikan sebagai nilai-nilai edukasi
yang patut di hargai, dipahami dan bahkan dikembangkan menjadi layaknya pendidikan
formal. Nilai pendidikan yang terdapat pada peninggalan warisan budaya masyarakat Nias
Selatan tentang rumah adat (omo hada) melalui ucapan kata Ya’ahowu pada saat masuk
dalam rumah, menundukkan kepala dan hentakkan kaki mampu memberi pembelajaran
sehingga masyarakatnya sadar bahwa itu sudah diwarisi oleh nenek moyangnya dalam
hidup bersosialnya.
b. Aturan dan tata perilaku masyarakat Nias khususnya di Nias Selatan yang terkandung dari
bentuk struktur rumah adat (omo hada) di Nias Selatan telah mengajarkan kepada
masyarakatnya nilai warisan budaya tidak bersifat primordial melainkan dengan melihat
dimensi nilai-nilai budaya nasional melalui pendidikan dan lembaga pendidikan. Omo hada
sebagai warisan budaya dalam hidup bermasyarakat Nias Selatan mengandung nilai
pendidikan dan sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik sehingga menjadi generasi
yang memiliki jati diri. Menjadi nilai pendidikan dalam peninggalan warisan budaya
masyarakat Nias khususnya Nias Selatan tentang omo hada bahwa rumah sebagai tempat
tinggal menaruh segala harapan, cita-cita, dan menyimpan harta terbaik, yaitu keturunan
dari setiap anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka yang menjadi saran atau rekomendasi dalam
penulisan ini, yaitu
a. Pemerintah diharapkan mampu menemukan dan menggunakan model-model dan proses
berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang
di masyarakat sebagaimana filosofi dari berdirinya omo hada atau omo sebua di Nias
Selatan.
b. Hendaknya pemerintah dan stakeholder dapat menaruh perhatian terhadap kepunahan omo
hada sekaligus menjadikan sebagai isu-isu dan masalah-masalah sosial masyarakat Nias
Selatan terutama dalam melestarikan statuta dan keberadaan rumah adat Nias Selatan dari
kepunahannya, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
c. Hendaknya pemerintah sebagai pengambil keputusan dan stakeholder sebagai pendukung
serta masyarakat sebagai penerima manfaat dari nilai budaya yang menjadi warisan
generasi berikutnya diharapkan mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
d. Hendaknya warisan budaya lokal sebagai salah satu warisan budaya nasional Indonesia
dapat dijadikan sebagai bagian dari kurikulum sebagaimana PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 6,
yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum.
e. Dalam usaha melestarikan budaya dan peninggalan masyarakat Nias melalui sistem
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, dan diharapkan menjadi
pembelajaran yang berdasarkan perkembangan dan kebutuhan peserta didik (muatan lokal).

10
DAFTAR REFERENSI
Hiden