KAJIAN ESTETIKA DAN POTENSI MUATAN LOKAL

KAJIAN ESTETIKA DAN POTENSI MUATAN LOKAL
PADA DESAIN PRODUK DEKORASI INTERIOR DI DESA SEMOYO
GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA
Noeratri Andanwerti1, Stephanus Dwiyanto2, Augustina Ika Widyani3

1

Program Studi Desain Interior, Universitas Tarumanagara
Email: noeratria@fsrd.untar.ac.id
2
Program Studi Desain Interior, Universitas Tarumanagara
Email: stephanusd@fsrd.untar.ac.id
3
Program Studi Desain Interior, Universitas Tarumanagara
Email: augustinaw@fsrd.untar.ac.id

ABSTRAK
Produk dekorasi interior dari Indonesia telah dikenal luas di kalangan internasional sebagai produk yang memiliki
keunikan yaitu pengerjaannya yang hand-made sehingga termasuk dalam kategori craft. Terlebih produk berbahan
kayu dari Indonesia, memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk dari negara lain dikarenakan potensi alam
Indonesia yang melimpah sebagai penghasil kayu terbesar di dunia. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan

akar budaya memiliki potensi untuk memadukan karya desainnya dengan muatan potensi lokal yang memiliki nilai
filosifis yang tinggi. Keunggulan ini membedakan produk Indonesia dengan produk negara lain yang cenderung
berdasar pada proses fabrikasi, dan mampu memberikan ciri khas yang membedakan dengan craft dari negara di
Asia lainnya. Kelompok masyarakat Desa Semoyo, Gunung Kidul, Yogyakarta, merupakan kelompok masyarakat
yang secara swadaya mengelola hutan secara legal dan lestari (sustainable). Hasil hutan berupa kayu mentah telah
banyak dimanfaatkan oleh industri berbahan dasar kayu. Masyarakat masih belum banyak mengembangkan produk
kayu untuk dijual dalam bentuk produk jadi, karena beberapa kendala sehingga masyarakat belum mendapatkan
keuntungan secara ekonomis dari usaha mereka dalam mengelola hutan secara legal dan lestari tersebut. Penelitian
ini ditujukan untuk memberikan kajian dari sudut pandang estetika, baik secara objektif maupun subjektif, sebagai
pertimbangan untuk mengembangkan desain produk kelompok masyarakat Desa Semoyo. Studi juga dilakukan
terhadap potensi lokal yang ditujukan sebagai salah satu pendekatan subjektif (filosofis) terhadap produk. Penelitian
ini diharapkan menjadi langkah awal untuk meningkatkan kualitas produk dekorasi interior yang pada akhirnya
dapat memperbaiki perekonomian masyarakat yang mengelola hutan rakyat tersebut, selain turut berpartisipasi
dalam mengembangkan produk lokal Indonesia.
Kata kunci : Dekorasi, Interior, Estetika, Kayu Rakyat, Muatan Lokal

1. PENDAHULUAN
Kelompok masyarakat Desa Semoyo tersebut pada dasarnya bukanlah pengrajin kayu, sehingga
belum dapat mengembangkan potensi hutan rakyat lestari yang dikelolanya secara maksimal.
Selama ini hasil hutan berupa kayu hanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada

PT Perhutani, meskipun kayu tersebut memiliki sertifikat legal dan lestari. Masyarakat telah
memproduksi kerajian maupun furnitur kayu, namun beberapa kendala menyebabkan usaha
tersebut tersendat. Sehingga kemudian mereka lebih fokus pada pekerjaan lain seperti peternak,
petani (kebun), guru atau pekerjaan lain.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kualitas dekorasi interior yang diproduksi oleh
kelompok masyarakat Desa Semoyo menurut kajian estetika dan potensi muatan lokal (2)
mengidentifikasi karakter fisik dan karakter visual dari dekorasi interior berbahan kayu yang
diproduksi oleh beberapa Industri Kecil dan Menengah di Yogyakarta yang telah menembus
pasar internasional. Identifikasi ini ditujukan sebagai komparasi dan bahan pertimbangan dalam

penentuan kriteria desain menurut aspek estetika dan potensi muatan lokal (3) menggali muatan
nilai filosofis terkait lokalitas daerah Yogyakarta.
Di daerah Yogyakarta telah berkembang beberapa Industri kecil dan menengah yang
menghasilkan produk dekorasi interior dan furnitur yang telah berhasil menembus pasar
internasional. Penelitian ini dikhususkan pada produk dekorasi interior dengan tujuan untuk
mengarahkan penelitian agar lebih fokus dan terarah pada satu jenis produk.
Yogyakarta adalah daerah istimewa dengan kekayaan budaya yang menjadikan Yogyakarta
dikenal sebagai sebagai Kota Budaya. Kajian terhadap budaya Yogyakarta ditujukan untuk
menggali muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai keunggulan produk dekorasi interior.
Diharapkan kajian tersebut dapat menjadi pertimbangan desain untuk mengembangkan kualitas

produk dekorasi interior. Diharapkan dalam jangka panjang nanti kajian ini dapat membantu
kelompok masyarakat Desa Semoyo untuk meningkatkan kesejahteraannya, dengan
mengembangkan produk kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat yang mereka kelola sendiri
secara lestari.
Kerajinan adalah suatu produk yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan praktis. Penciptaan
tersebut memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sebagai wahana
penciptaan barang-barang fungsional yang memiliki nilai estetik, serta memiliki nilai praksis
sesuai dengan ergonomi dan anatomi tubuh manusia. Nilai estetika pada karya kerajinan dapat
meningkatkan kualitas produk. Kerajinan tanpa nilai estetik, hanya fungsional saja tidak dapat
memberikan kepuasan rohani penggunanya. Karya kerajinan yang memiliki nilai estetik dapat
meningkatkan daya tarik bagi konsumen dan pada akhirnya meningkatkan nilai jualnya.
(Martono, 2001)
Selanjutnya Martono (2001) menyebutkan bahwa corak atau ornamen memberikan identitas
pada suatu produk daerah di mana kerajinan tersebut dibuat. Ornamen yang diterapkan pada
kerajinan tertentu menjadi indikator dalam identifikasi produk kerajinan. Sehingga pemberian
ornamen pada kerajinan masih tetap menjadi identitas bagi suatu produk dan menambah nilai
estetik produk kerajinan.
Pengertian dekorasi, yaitu kegiatan yang terkait dengan hias-menghias atau kegiatan yang
bertujuan untuk memperindah sesuatu. Sehingga dekorasi interior adalah kegiatan menghias
interior atau memperindah interior. Sehingga dapat disebutkan bahwa dekorasi interior adalah

elemen pengisi ruang interior yang memiliki sifat sebagai pelengkap dekorasi, baik yang
terpasang pada elemen pembentuk ruang maupun diletakkan pada furnitur dalam suatu ruangan.
Sebagai elemen pengisi ruang yang bersifat dekoratif, maka penggunaan dekorasi interior
bertujuan untuk memperkuat kesan ruang sesuai dengan konsep desain interiornya. (Ambarwati,
2008)
Desain produk dekorasi interior yang dimaksud di sini adalah kesatuan bentuk, ukuran, material,
warna maupun tekstur suatu elemen pengisi ruang yang bersifat dekoratif, yang ditujukan untuk
memenuhi tuntutan nilai estetik, menurut konsep tertentu sebagai pengejawantahan nilai-nilai
filosofi atau yang disebut juga sebagai ‘ruh’ sebuah karya. Desain produk dekorasi interior harus
disesuaikan dengan tujuan dari penciptaan karya itu sendiri, juga pasar yang disasar. Desain
dapat mempengaruhi nilai ekonomi suatu elemen dekoratif, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan produsennya.
John F. Pile (2007) menyebutkan bahwa batasan dalam kualitas visual biasa disebut dengan
standar-standar estetika, yang mengacu pada konsep desain yang baik dan yang buruk.

Sementara pada halaman lain disebutkan bahwa desain memiliki beberapa prinsip yang dapat
dijadikan acuan penilaian yaitu:
Ukuran, skala, proporsi
Ukuran, skala dan proporsi menjadi pertimbangan dalam desain karena akan mempengaruhi
persepsi visual pengamat. Ketiganya merupakan parameter yang relatif, sehingga diperlukan

acuan atau parameter lain dalam penentuannya.
Kesatuan dan variasi
Kesatuan memberikan pengalaman menyeluruh bagi pengamat terhadap suatu komposisi, bukan
lagi dilihat bagian per bagian. Sementara variasi memberikan kontras yang berlawanan terhadap
nilai kesatuan. Variasi memberikan nilai melalui perbandingan, sehingga variasi justru
merupakan penjelasan dari nilai kesatuan, memperkuat dampak suatu desain.
Keseimbangan
Prinsip keseimbangan dapat diterima secara visual ketika suatu komposisi telah stabil.
Keseimbangan bukan saja secara simetri, namun juga ada bentuk keseimbangan lain seperti
bilateral, radial, asimetri. Masing-masing membentuk karakter yang berbeda sehingga
penerapannya pun tergantung dari konsep desain dan ekspresi visual yang ingin dicapai.
Irama
Irama dicapai melaui pengulangan suatu elemen secara teratur melalui pola tertentu. Irama dapat
mengarah pada sifat monoton, sehingga harus seimbang dengan prinsip variasi.
Penekanan (Empasis)
Menunjukkan elemen atau bagian yang menjadi kekuatan desain, yang secara dominan
memberikan makna pada desain. Prinsip ini dapat dicapai dengan keseimbangan ukuran,
penempatan, nilai, warna dan pemilihan material.
Sehingga untuk melakukan penilaian estetika secara objektif, prinsip-prinsip tersebut dapat
dijadikan parameter.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil objek industri kecil dan menengah pada yang dibina oleh LEI sebagai
lembaga yang mendampingi masyarakat Pengelola Hutan Rakyat di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Objek penelitian akan dikhususkan pada produk dekorasi interior, sehingga tuntutan nilai estetik
menjadi mutlak sebagai pertimbangan utama, disamping tuntutan nilai fungsional yang
merupakan dasar pertimbangan utama bagi setiap elemen pengisi ruang. Sebagai subjek
penelitian adalah masyarakat pelaku industri kecil dan menengah di Desa Semoyo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan menghasilkan kajian
terhadap produk dekorasi interior yang sudah ada, serta kriteria desain yang dapat dikembangkan
pada kelompok masyarakat Desa Semoyo. Metode kualitatif dilakukan melalui kajian estetika
berdasarkan elemen dan prinsip desain, serta kajian terhadap muatan lokal Yogyakarta sebagai

kekuatan desain. Metode kuantitatif dilakukan untuk memperkuat objektivitas penelitian ini,
dengan cara analisis terhadap hasil kuisioner yang melibatkan sejumlah responden.
Pengambilan data dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengambilan data secara
langsung dilakukan di lokasi masyarakat pengelola hutan rakyat di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Sementara secara tidak langsung, data didapat melalui perantara LEI. Pemilahan dan penyusunan
data, yang dilanjutkan dengan proses analisis secara estetik, dilakukan di kampus FSRD Untar
oleh tim peneliti, dengan melibatkan tim mahasiswa maupun dengan mendapatkan masukan dari
rekan-rekan dosen FSRD Untar melalui forum diskusi terbatas maupun kuisioner.

Teknik Pengumpulan data
Data dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diambil langsung dari hasil observasi lapangan berupa data fisik
maupun non-fisik. Data fisik yang dimaksud pada penelitian ini mengacu pada bentuk dan
ukuran dari dekorasi interior yang sudah diproduksi oleh studi kasus. Data non-fisik adalah datadata kultural mengenai nilai-nilai lokalitas yang dapat dikembangkan untuk menjadi jati diri dan
keunikan dari produk furnitur tersebut. Data sekunder adalah data yang didapat dari berbagai
referensi atau pustaka yang mendukung, seperti data ergonomi yang akan mempengaruhi ukuran
dekorasi interior, maupun data IKM setempat yang dapat dijadikan pembanding sebagai industri
yang dinilai berhasil karena telah menembus pasar global internasional.
Metode analisis
Penelitian ini menggunakan studi kasus berupa produk dekorasi interior dari industri kecil dan
menengah di Desa Semoyo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Sebagai suatu metode kualitatif, studi
kasus memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
(1) Menyajikan pandangan subjek yang diteliti
(2) Menyajikan uraian menyeluruh sebagaimana yang dialami sehari-hari
(3) Merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden
(4) Memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal, berupa konsistensi gaya,
konsistensi faktual, juga kepercayaan.
(5) Memberikan uraian lengkap bagi penilaian atau transferabilitas.
(6) Terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena

dalam konteks tersebut.
Sebagai metode yang bersifat multidemensional dan menelaah suatu kasus secara menyeluruh,
hasil dari studi kasus dapat menyarankan pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang
dapat diuji melalui survei atau eksperimen.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu melalui pemaparan data dan simpulan data, sehingga
data statistik yang digunakan adalah sebagai pelengkap untuk menguji hipotesis dalam
penelitian. Data yang diperoleh dari hasil observasi, dan diskusi terhadap desain dekorasi
interior, dianalisis dengan mengelompokkan, menyeleksi, dan menyimpulkan data mentah. Dari
data inilah kemudian didapatkan kriteria bagi desain dekorasi interior yang memiliki kekuatan
pada muatan lokal.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis potensi Desa Semoyo, Gunung Kidul
(1) Potensi sumber daya alam
Desa Semoyo memiliki hutan rakyat yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat.
Hasil hutan terutama adalah berbagai jenis kayu seperti sonokeling, jati, mahoni, dll. Selain itu
juga terdapat produk lain seperti akar pohon, buah mahoni, ranting dan dahan yang dapat
dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai jual. Hutan rakyat ini telah menjadikan desa
Semoyo sebagai Desa Kawasan Konservasi, yang ditetapkan oleh Bupati Gunung Kidul pada

tanggal 18 Agustus 2007. Keberhasilan ini tidak lepas dari usaha bapak Suratimin dalam
merintis penghijauan di Desa Semoyo. Bahkan beliau mendapatkan Penghargaan Kalpataru
untuk kategori perintis lingkungan pada tahun 2013.
(2) Potensi Sumber Daya Manusia
Desa Semoyo memiliki Kelompok Serikat Bertani Pembaharu yang diketuai oleh bapak
Suratimin. Kelompok ini yang menjadi wadah dalam pengembangan desa Semoyo dalam segala
bidang. Dari konservasi lingkungan, pengembangan masyarakat, pendidikan, penyelamatan
sumber air, penghitungan karbon dan lain sebagainya. Desa Semoyo juga memiliki radio
Radekka, yaitu merupakan radio komunitas yang berfungsi untuk tujuan edukasi dan sosialisasi,
selain juga untuk hiburan bagi masyarakat setempat. Melalui radio Radekka, dilakukan
penyuluhan tentang cara mengelola lingkungan secara bijaksana. Demikian pula dengan
sosialisasi program kelompok sertikat petani dalam rangka konservasi lingkungan. Salah satu
inovasi yang dilakukan oleh Desa Semoyo adalah dengan adanya Forest Bank Indonesia. Forest
Bank ini memberikan pinjaman dana tunai kepada warga setempat dengan cara menjaminkan
pohon yang mereka miliki. Dengan menjaminkan pohon, mereka tidak diperbolehkan menebang
pohon tersebut dan menjual kayunya. Dengan demikian diharapkan masyarakat menjaga
keberlangsungan hutan sekaligus membantu keuangan warga yang sedang membutuhkan.
(3) Potensi Industri dan Alih Teknologi Pengolahan Berbahan Dasar Kayu Solid
Menyadari keterbatasan nilai jual kayu glondongan, maka masyarakat mulai merintis usaha kecil
yang memproduksi furnitur dan kerajinan (craft) yang sudah berjalan selama 5 tahun. Namun

demikian karena masyarakat Desa Semoyo pada dasarnya adalah petani dan peternak, sehingga
memiliki kendala dalam pengembangan desain produk. Alih teknologi yang telah dilakukan oleh
masyarakat dalam mengolah dan memproduksi produk desain dekorasi interior terbilang masih
sederhana, dengan modal peralatan mesin bubut, mesin potong, mesin amplas, mesin bor dan
kompresor. Dalam alih teknologi, masyarakat telah mendapatkan bebrapa pelatihan dari
Departemen Perindustrian, namun masyarakat merasa kemampuan dalam penguasaan teknik
produksi masih kurang terutama untuk mengejar konsistensi dalam produksi skala besar.

Gambar 1. Contoh produk hasil industri Desa Semoyo
(Sumber: Peneliti, 2017)

(4) Potensi Wisata Konservasi Lingkungan
Sejak ditetapkan sebagai Desa Kawasan Konservasi, Desa Semoyo banyak menerima kunjungan
untuk mengetahui bagaimana masyarakat mengelola hutan rakyat. Desa Semoyo menjadi desa
percontohan untuk kegiatan workshop tingkat internasional untuk REDD+ (Reducing emissions
from deforestation and forest degradation and the role of conservation, sustainable management
of forests and enhancement of forest carbon stocks in developing countries). Potensi kunjungan
wisatawan dengan minat khusus ini merupakan kesempatan dan tantangan yang menarik untuk
masyarakat desa dalam mengembangkan konsep pemasaran produk.
Analisis estetik produk dekorasi interior

Analisis estetik didasarkan pada parameter tertentu berdasarkan prinsip-prinsip desain. Pada
penelitian ini analisis estetik dilakukan pada beberapa produk dekorasi interior hasil produksi
masyarakat Desa Semoyo. Beberapa contoh produk yang digunakan sebagai contoh adalah
sebagai berikut:
No

Tabel 1. Analisis Estetik Produk Dekorasi Interior
Spesifikasi Produk & Fungsi
Parameter
Analisis

1

Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan
Gambar 2. Radio Kayu
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ukuran: 25 X 17 X 8 cm3
Fungsi & Penggunaan :
Dekorasi untuk ditempatkan
di atas meja atau di dalam
lemari pajangan

Irama

Penekanan
Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada

(Emphasis)

Kesamaan material yaitu kayu solid sehingga kesatuannya
kuat. Hanya sambungan pada badan radio dan pegangan
dan papan belakang yang menggunakan paku dan sekrup
sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan dowel.
Penggunaan jenis kayu yang berbeda merupakan bentuk
variasi yang membuat radio kayu menjadi unik.
Bentuk persegi yang stabil memberikan keseimbangan
yang baik pada desain. Sedangkan perbandingan bidang
material yang berbeda dibuat tidak simetris sehingga
tampak kayu sonokeling lebih dominan daripada kayu jati
pada bagian depannya. Sedangkan secara keseluruhan
desain menggunakan dominasi kayu jati sehingga
membuat radio kayu terkesan lebih modern dan ringan.
Irama repetisi berupa lubang-lubang berbentuk lingkaran
untuk speaker dan lingkaran untuk pemutar volume dan
tunning.
Penggunaan jenis material kayu sonokeling yang memiliki
perbedaan warna dan corak. Kayu sonokeling yang
cenderung gelap dan corak yang sangat kuat menjadi
kekuatan desain.

2

Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan
Gambar 3. Jam Dinding
Lingkaran
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ukuran: Diameter 30 cm
dengan ketebalan 1 cm

Irama
Penekanan
(Emphasis)

Fungsi & Penggunaan :
Jam Dinding sesuai untuk
penempatan
di
rumah
tinggal, seperti: ruang tamu,
ruang keluarga, maupun
ruang makan karena ukuran
jam tidak terlalu besar.

Hanya menggunakan satu jenis kayu tanpa ada variasi
sama sekali, kecuali jarum jam yang menggunakan jarum
jam standar yang banyak dijual di pasaran. Desain
berkesan minimalis dengan tidak meletakkan angka jam
maupun garis-garis sebagai penanda jam.
Keseimbangan radial dengan kesederhanaan bentuk jam
dinding memiliki potensi untuk ekspos kayu sebagai
bahan yang diunggulkan pada produk ini.
Tidak ada irama yang muncul, karena garis-garis penanda
sengaja dihilangkan untuk mencapai kesan minimalis.
Kekuatan pada ekspos kayu kurang didukung dengan
penggunaan jarum jam yang tidak dimodifikasi dengan
bahan kayu juga sehingga kesederhanaan desain kurang
muncul sebagai penekanan.

Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada
3

Kesatuan dan
variasi

Gambar 4. Jam Dinding
Persegi
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ukuran: 30X30 cm2
Fungsi & Penggunaan :
Jam
Dinding
untuk
penempatan
di
rumah
tinggal, seperti ruang tamu,
ruang keluarga, maupun
ruang makan karena ukuran
jam tidak terlalu besar.
Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada
4

Keseimbangan

Irama
Penekanan
(Emphasis)

Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan
Gambar 5. Pajangan Bentuk
Kamera
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ukuran: 13 x 10 x 8 cm3

Irama

Kesatuan cukup kuat dengan pemilihan bahan kayu yang
memiliki warna senada (monokrom). Variasi berupa
bebarapa jenis kayu dengan motif urat yang berbeda
membentuk garis-garis horizontal yang cukup
membingungkan.
Variasi bingkai hanya pada sudut-sudutnya tidak mengacu
pada posisi jam tertentu sehingga kurang memberikan
nilai fungsi pada desain jam dinding. Tidak terdapat
variasi material yang signifikan.
Dengan bentuk persegi, desain jam dinding ini terlihat
sangat seimbang dan stabil sehingga berkesan formal.
Bingkai pada keempat sudutnya menegaskan sifat dan
kesan tersebut.
Irama dibentuk oleh keempat sudut pada jam dinding yang
memperkuat kesan formal.
Penekanan pada bentuk jam dinding ditunjukkan pada
penempatan bingkai pada keempat sudutnya. Penekanan
bahan kayu yang digunakan pada desain ini menjadi
kurang kuat karena bidang persegi terbentuk dari
sambungan beberapa bilah kayu yang lebih kecil dengan
pola acak sehingga tidak sesuai dengan penekanan sifat
formal pada desain.
Keseluruhan produk menggunakan kayu jenis yang sama
sehingga sama sekali tidak ada variasi. Produk ini
potensial dikembangkan dengan pertimbangan variasi
warna kayu pada bagian-bagian tertentu sehingga desain
lebih dinamis.
Dengan bentuk mengikuti kamera sebenarnya, produk ini
memiliki keseimbangan yang baik sehingga aman
diletakkan di permukaan datar mana saja. Prinsip
keseimbangan asimetris tidak mengurangi kestabilan
produk karena permukaan bawah produk yang rata.
Produk ini tidak memiliki pengulangan pada elemennya
sehingga tidak ditemukan adanya irama apapun yang
signifikan.

Fungsi & Penggunaan :
Pajangan berbentuk kamera
diletakkan
di
lemari
pajangan sebaiknya pada
ketinggian pandangan mata.

Penekanan
(Emphasis)

Yang menjadi penekanan pada produk ini adalah
bentuknya yang menyerupai kamera genggam pada
umumnya sehingga detail-detail menjadi penting untuk
mendukung kemiripan tersebut. Penggunaan bahan
tunggal berupa kayu yang sejenis menyebabkan produk
ini kurang terlihat bentuknya bila dilihat dari jauh.

Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada
5

Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan

Gambar 6. Pajangan Alat
Masak
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ukuran:
- Guci diameter 20 cm
- Mortar 1 diameter 12 cm
- Mortar 2 dameter 10 cm
Fungsi & Penggunaan :
Pajangan alat masak ini
cocok ditempatkan di meja
atau di dalam lemari
pajangan.
Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada
6

Irama

Penekanan
(Emphasis)

Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan

Gambar 7. Mangkok
Kombinasi
(Sumber: Peneliti, 2017)
Ukuran: diameter 15 cm,
tinggi 10 cm
Fungsi & Penggunaan :
Pajangan ini memiliki fungsi
sebagai wadah dekoratif,
cocok ditempatkan di atas
meja
agar
dapat
memperlihatkan
unsur
dekoratif dari paduan dua
kayu tersebut.
Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada

Irama

Penekanan
(Empasis)

Ketiga alat ini memiliki kesatuan material yaitu kayu
solid. Untuk guci dan mortar 1 terbuat dari sonokeling
yang berwarna dominan gelap dengan variasi warna
terang di beberapa bagian. Mortar 2 terbuat dari kayu
mahoni dengan corak yang lebih homogen dan warna
kayu yang lebih terang.
Bentuk wadah yang memiliki bentuk dasar bulat yang
stabil memberikan keseimbangan yang baik pada desain.
Perbandingan bidang material yang berbeda dihadirkan
melalui material kayu sonokeling yang bercorak khas dan
kayu mahoni yang bercorak homogen. Sedangkan secara
keseluruhan desain menggunakan dominasi warna gelap
dari sonokeling dan mahoni membuat pajangan ini
terkesan lebih klasik dan berat.
Irama dari ketiga unit pajangan peralatan makan adalah
bentuk wadah bulat dengan 3 ukuran berbeda besarsedang dan kecil. Irama bentuk ini memperkuat kesan
tampilan klasik.
Penekanan produk ini adalah pada bentuk wadah yang
bergaya klasik dan penggunaan material kayu sonokeling
yang memiliki corak unik dan kayu mahoni yang
bercorak homogen. Tampilan akhir untuk memperkuat
corak kayu diberi finishing beeewax .
Produk ini memiliki kesatuan material yaitu kayu solid
dengan teknik lem. Paduan kayu sonokeling dengan
karakter hardwood dan kayu kelapa dengan karakter
softwood memberikan variasi yang unik. Kedua kayu ini
menghadirkan paduan corak yang bervariasi.
Bentuk mangkok dengan bagian samping dan dasar
membulat memperlihatkan kesan yang tidak stabil.
Namun bagian alas yang dibuat rata membuat mangkok
ini cukup stabil bila diletakkan di atas bidang permukaan.
Bentuk permukaan mangkok memberikan keseimbangan
yang baik pada desain.
Sedangkan perbandingan bidang material yang berbeda
dibuat tidak simetris sehingga tampak kayu sonokeling
lebih dominan daripada kayu kelapa pada bagian lainnya.
Irama yang berkarakter dihasilkan dari paduan corak kayu
sonokeling yang unik dengan warna gelap-terang dan
kayu kelapa dengan tekstur serat berbintik memberikan
kombinasi dan kesan kontemporer. Menurut pengrajin
produk ini banyak disukai karena perbaduan dua unsur
yang berbeda karakter.
Penekanan pada produk ini adalah perbedaan karakter
kayu dan coraknya yang unuk menjadi kekuatan desain
produk ini.

7

Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan
Gambar 8. Mangkok
Dekoratif(Sumber: Peneliti,
2017)
Ukuran: diameter 15 cm,
tinggi 10 cm
Fungsi & Penggunaan :
Pajangan
mangkok
kombinasi ini memiliki
fungsi
sebagai
wadah
dekoratif,cocok ditempatkan
di atas meja agar dapat
memperlihatkan
unsur
dekoratif dari paduan dua
kayu tersebut.
Nilai filosofi & kontektual:
tidak ada
8

Tempat Perhiasan

Irama

Penekanan
(Empasis)
Kesatuan dan
variasi

Keseimbangan

Ukuran: Diameter 10 cm,
Tinggi 10 cm(Sumber:
Peneliti, 2017)

Irama
Penekanan

Fungsi dan Penggunaan:
Sebagai
tempat/wadah
penyimpanan,
biasanya
untuk
perhiasan
dan
ditempatkan di atas meja
rias.
Nilai filosofi & kontektual:
Tidak ada

(Empasis)

Produk ini memiliki kesatuan material yaitu kayu solid
dengan teknik lem. Paduan kayu sonokeling dengan
karakter hardwood dan kayu kelapa dengan karakter
softwood memberikan variasi yang unik. Kedua kayu ini
menghadirkan paduan corak yang bervariasi.
Bentuk mangkok dengan bagian samping dan dasar
membulat memperlihatkan kesan yang tidak stabil.
Namun bagian alas yang dibuat rata membuat mangkok
ini cukup stabil bila diletakkan di atas bidang permukaan.
Bentuk permukaan mangkok memberikan keseimbangan
yang baik pada desain.
Sedangkan perbandingan bidang material yang berbeda
dibuat tidak simetris sehingga tampak kayu mahoni lebih
dominan daripada kayu sonokeling.
Irama yang berkarakter dihasilkan dari paduan corak kayu
mahoni dengan corak yang homogen berwarna terang dan
unsur dekoratif dari kayu sonokeling berwarna gelap yang
memberikan kesan kontemporer secara keseluruhan.
Unsur dekoratif berupa permainan garis mellintang seakan
membagi mangkok menjadi dua bagian. Lalu ada
permainan repitisi garis-garis di salah satu sisi mangkok.
Penekanan pada produk ini adalah unsur dekoratif yang
unik. Menurut pengrajin produk ini banyak disukai karena
unsur dekoratif yang memberikan kesan kontemporer
Produk ini memiliki kesatuan material yaitu kayu solid
yaitu kayu mahoni yang memiliki corak dan warna yang
homogen. Kesatuan bentuk juga diperlihatkan pada dua
komponen wadah dan penutup yang memiliki bentuk
dasar yang sama.
Bentuk dasar silinder memperlihatkan kesan yang stabil.
Bentuk silinder juga memberikan keseimbangan yang baik
pada desain. Keseimbangan juga terlihat dari proporsi
bagian bawah sebagai wadah memiliki bagian yang lebih
besar dari penutup dibagian atas
Irama yang selaras dihadirkan melalui kesatuan bentuk
dan karakter serat kayu mahoni yang homogen.
Penekanan pada produk ini adalah pada bentuk silinder
dengan bentuk yang sederhana. Bentuk yang sederhana
namun
jelas
menginformasikan
fungsi
tempat
penyimpanan , yang ditunjukkan melalui komponen
wadah dan penutup.

Analisis filosofi dan kontekstual
Dari contoh produk yang dianalisis di atas, terlihat bahwa belum ada elemen yang menjadi
keunikan terkait nilai-nilai filosofis maupun kontekstual sesuai dengan lokalitas daerah
Yogyakarta. Produk yang dibuat masih menekankan pada nilai fungsi dan nilai estetika secara
umum. Penting untuk memberikan nilai lebih pada produk daerah tertentu dibandingkan dengan
produk lain sejenis yang dihasilkan daerah lain. Untuk meninjau aspek sosial budaya Yogyakarta
sebagai lokasi industri dekorasi interior, dapat diambil motif batik sebagai salah satu hasil
budayanya. Batik dianggap mewakili identitas budaya Yogyakarta, selain sangat lekat dengan

kehidupan masyarakat sehari-hari juga sudah mendapatkan pengakuan internasional sebagai
warisan budaya dunia. Selain itu perlu konsep promosi produk dekorasi interior yang disertai
dengan kisah yang menggambarkan latar belakang dan tujuan penciptaan produk hasil hutan
lestari. Kisah yang menyertai produk menjadi salah satu strategi pemasaran.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Semoyo memiliki potensi yang masih sangat luas untuk
dikembangkan. Keterbatasan yang dimiliki menuntut kerja sama dari banyak pihak seperti
perguruan tinggi, industri kreatif, pemerintah maupun lembaga-lembaga non profit untuk
mendampingi masyarakat dalam mengelola lingkungannya. Produk industri dekorasi interior
yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Semoyo ditemukan kekhasan produk ada pada material
kayu solid yang telah memiliki sertifikat hijau dan lestari, hal ini perlu diangkat dalam promosi
produk, sehingga konsumen dapat lebih mengenal dan memahami produk hutan lestari. Bahan
baku kayu solid yang melimpah merupakan potensi alam yang luar biasa, sehingga masih besar
potensi desain produk yang dapat dihasilkan dengan meningkatkan dan mengembangakan nilai
fungsi, estetika, filosofi dan kontekstual. Pengembangan produk dengan kombinasi material lain
memungkinkan untuk tahap berikutnya ketika produksi utama sudah meluas dan konsisten.
Produk dekorasi interior yang dihasilkan masyarakat desa Semoyo dari segi estetik sudah ada
prinsip-prinsip desain yang sudah diterapkan seperti pemilihan komposisi motif dan corak kayu,
irama repetisi pada elemen dekoratif, bentuk yang proporsional, finishing dari bahan alami untuk
menonjolkan motif kayu yang aman untuk alat makan. Hal tersebut diterapkan baik disadari
maupun tidak disadari. Pengrajin lebih banyak membuat produk berdasarkan pesanan dan
meniru produk yang sudah ada.
Namun demikian produk industri dekorasi interior dari Desa Semoyo belum memiliki nilai
filosofis dan kontekstual sebagai identitas muatan lokal yang dapat dijadikan kekuatan produk.
Oleh karena itu disarankan agar pengembangan desain produk selanjutnya dapat ditambahkan
unsur dekoratif seperti motif batik yang ditransformasikan bentuknya agar lebih sederhana.
Teknik penerapan motif batik nantinya disarankan menggunakan cetak laser yang memberikan
kesan produk lebih modern dan lebih konsisten dalam penerapannya karena menggunakan
proses komputerisasi.
UCAPAN TERIMA KASIH (ACKNOWLEDGEMENT)
Dalam melakukan penelitian ini, tim mendapat banyak bantuan baik dalam pengumpulan data
maupun sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk kemajuan penelitian. Ucapan terima kasih
khususnya untuk Bapak Suratimin sebagai Ketua Kelompok Serikat Pembaharu Desa Semoyo,
Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), Aliansi Relawan Untuk Penyelamatan Alam (ARuPA),
DPPM Untar, Pimpinan dan Staff FSRD Untar.
REFERENSI
Ambarwati, Dwi. R. S. (2008). Antara Desain Interior dan Dekorasi Interior: Sebuah Kajian
Komparatif. Jurnal Lintas Ruang, 2(3), 53-62.
Martono. (2001). Estetika Kerajinan. Jurnal Diksi, 8(19), 95-109.
Pile, J. F. (2007). Interior Design. New York: Prentice Hall.