STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT pesisir KELOMPO

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KELOMPOK TANI HUTAN NGUDI MAKMUR
DI SEKITAR KAWASAN TAMAN NASIONAL
GUNUNG MERAPI
¹I Putu Garjita, 2Indah Susilowati dan ³Tri Retnaningsih
Soeprobowati

Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
2
Staff Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro
3
Staff Pengajar Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
1

Abstrak

Ketergantungan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) dalam memanfaat sumberdaya alam masih terdapat dibeberapa desa sekitar
kawasan. Interaksi masyarakat terhadap kawasan hutan sudah terjadi sebelum kawasan

ini berstatus menjadi taman nasional. Untuk meminimasi ketergantungan masyarakat
terhadap kawasan TNGM, terdapat kelompok tani hutan yang bergerak dalam
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan dengan tujuan peningkatkan perekonomian
masyarakat dan kesadaran konservasi.

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat partisipasi, persepsi kelompok
tani Ngudi Makmur serta memberikan alternatif strategi pemberdayaan dalam rangka
pengelolaan hutan TNGM yang berkelanjutan. Untuk mendapatkan data primer dilakukan
survey kepada 27 responden yang merupakan anggota kelompok tani, selanjutnya
dilakukan analisis deskriptif. Sedangkan dalam menentukan stategi pemberdayaan
dilakukan dengan Analysis Hierarchy Process (AHP) melalui wawancara mendalam
dengan keypersons.
Tingkat partisipasi kelompok tani dalam peran serta terhadap pengelolaan
TNGM masih dalam katagori cukup, sedangkan persepsi terhadap keberadaan kawasan
TNGM sebagai kawasan konservasi sudah termasuk katagori baik. Strategi pemberdayaan
yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat dari aspek
ekonomi, ekologi, dan sosial budaya adalah: (a) memberikan bantuan usaha kepada
masyarakat secara merata, (b) membangun jejaring usaha dengan melibatkan para pihak
terkait, dan (c) optimasi pemanfaatan sumberdaya alam TNGM melalui usaha budidaya.
Kata Kumci: pemberdayaan, strategi, kelompok-tani, Gunung-Merapi

Pendahuluan
Masyarakat di sekitar hutan
pada umumnya merupakan kelompok
masyarakat yang relatif tertinggal secara
Email: hare_2bagus@yahoo.com

sosial dan ekonomi dibandingkan dengan
kelompok masyarakat lain. Di Indonesia
terdapat 48,8 juta orang yang tinggal
pada lahan hutan negara, sekitar 10,2
juta di antaranya dianggap miskin. Selain

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

47

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati

Dan Tri Retnaningsih

itu ada 20 juta orang yang tinggal di
desa-desa dekat hutan dan 6 juta orang
diantaranya memperoleh sebagian besar
penghidupannya dari hutan (Sunderlin et
al, 2000). Keberadaan masyarakat sekitar
kawasan hutan merupakan komponen
yang secara langsung berinterakasi dengan
hutan yang berada disekitarnya. Namun,
jika interaksi yang dilakukan masyarakat
merupakan tindakan yang dapat merusak
alam maka keberadaan hutan akan menjadi
terancam.

Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) merupakan kawasan hutan
yang berdampingan dengan masyarakat
yang tinggal disekitar kawasan tersebut.
Masyarakat sekitar kawasan TNGM

merupakan masyarakat yang sudah turuntemurun tinggal di daerah tersebut jauh
sebelum kawasan TNGM di tetapkan
sebagai kawasan taman nasional. Kawasan
TNGM ditetapkan sebagai taman nasional
berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004
tanggal 2 Mei 2004. Kawasan ini terletak
di dua wilayah provinsi yaitu: Kabupaten
Magelang, Boyolali dan Klaten termasuk
wilayah Provinsi Jawa Tengah, serta
Kabupaten Sleman masuk kedalam wilayah
administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pentingnya kawasan konservasi sebagai
sumberdaya genetik perlu upaya
perlindungan seperti diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013
Tentang Pengesahan Nagoya Protocol
on Access to Genetic Resources and The
Fair and Equitable Sharing of Benefits
Arising from Their Utilization to The

Convention on Biological Diversity. Dalam
Protokol Nagoya disebutkan pemanfaatan
sumber daya genetik harustetap menjaga
kesinambungan
dan
pengetahuan
tradisional yang berkaitan dengan sumber
daya genetik bagi generasi yang akan
datang.

Di sekitar kawasan TNGM
terdapat 30 desa yang berbatasan langsung
48

dengan kawasan hutan dimana desadesa tersebut juga merupakan daerah
penyangga kawasan TNGM. Keberadaan
daerah penyangga dimaksudkan sebagai
kawasan yang dapat melindungi kawasan
hutan dari berbagai ancaman dan
gangguan. Gangguan terhadap kerusakan

hutan sebagai akibat kegiatan illegal yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan
hutan masih terjadi. Hal ini ditenggarai
karena ketergantungan masyarakat sekitar
kawasan terhadap hutan masih tinggi,
seperti kegiatan penambangan batu dan
pasir, perumputan, penebangan pohon dan
pencurian hasil hutan lainnya. Pada tahun
2012 terdapat tujuh kali tindak pelanggaran
kehutanan berupa penebangan pohon,
pengangambilan pasir dan pencurian kayu.
Pada tahun yang sama juga terjadi kegiatan
perladangan liar yang dilakukan oleh
masyarakat di kawasan TNGM seluas 2,25
hektar (TNGM, 2013).
Dusun
Turgo
di
Desa
Purwobinangun merupakan salah satu

daerah yang berbatasan langsung dengan
kawasan TNGM yang menjadi daerah
penyangga. Berdasarkan data dari Profil
Desa tahun 2011, jumlah penduduk di
Dusun Turgo adalah 801 jiwa dengan
mata pencaharian sebagian besar sebagai
petani dan buruh tani sebanyak 58 %,
sisanya berprofesi sebagai peternak,
pegawai negeri, swasta dan lain-lain.
Ketergantungan masyarakat Dusun Turgo
terhadap kawasan hutan yang sudah terjadi
sejak dahulu diharapkan dapat di minimasi
agar tidak berdampak negatif terhadap
kawasan hutan. Keterlibatan masyarakat
di dalam maupun sekitar hutan sebagai
pihak yang secara langsung berhubungan
dengan hutan diharapkan dapat menjaga
kelestarian dan keberlanjutan lingkungan
serta tetap memberikan kebutuhan
ekonomi untuk kehidupannya (Barber et

al. 1999). Diperlukan sinkronisasi program
penanggulangan kemiskinan masyarakat
dengan kebutuhan spesifik wilayah/

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

desa melalui proses perencanaan secara
partisipatif dan proses pendampingan
masyarakat
dalam
pelaksanaannya
oleh pihak-pihak terkait dan memiliki
komitmen terhadap upaya penanggulangan
kemiskinan (Rositah, 2005).

Upaya pemberdayaan masyarakat
yang sedang dilakukan oleh Balai TNGM

selaku pengelola kawasan TNGM adalah
pembangunan Model Desa Konservasi
(MDK) di desa yang berbatasan langsung
dengan kawasan hutan. MDK Dusun
Turgo yang terletak di Dusun Turgo,
Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan salah satu MDK
yang dibina oleh Balai TNGM dalam
rangka meningkatkan partisipatisi dari
berbagai pihak (stakeholders) yang terkait
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
Dusun Turgo. Bentuk kegiatan yang
dilakukan dalam MDK Dusun Turgo adalah
pendampingan kelompok tani hutan Ngudi
Makmur untuk meningkatkan keberdayaan
masyarakat, memperbaiki kesejahteraan
dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan konservasi kawasan TNGM
secara berkelanjutan. Usaha peningkatan

ekonomi yang sedang diusahakan oleh
kelompok tani Ngudi Makmur ini adalah
usaha pembuatan bibit tanaman hutan,
budidaya anggrek, pembuatan instalasi
biogas. Usaha yang dilakukan oleh
kelompok tani ini diharapkan menjadi
tambahan pendapatan mereka sehingga
dapat
meningkatkan
perekonomian
masyarakat dan kesadaran masyarakat
terhadap kawasan hutan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Garjita, dkk (2013) Tingkat
keberdayaan anggota kelompok tani Ngudi
Makmur di Dusun Turgo masih rendah
(powerless), baik dari aspek ekonomi
maupun aspek non ekonomi. Hal ini
terlihat dari masih rendahnya (kurang
dari 50 persen) responden yang memiliki

kemampuan memperoleh akses usaha,

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

akses informasi pasar, akses teknologi,
keputusan usaha dan kemampuan lobi.
Peran stakeholders dalam membantu
meningkatkan usaha dinilai oleh responden
dengan rata-rata kurang dari 6 (cukup).
Peran yang paling besar adalah berasal dari
pemerintah dan LSM. Peran LSM berupa
pelatihan, akses pasar dan networking
kepada responden. Sedangkan peran
pemerintah dalam pengadaan sarana dan
prasarana usaha dinilai sudah cukup baik.
Upaya pengembangan usaha dalam rangka
meningkatkan keberdayaan menuntut
adanya partisipatisi aktif dari semua pihak
yang terkait, antara lain pemerintah, swasta,
lembaga keuangan maupun paguyuban
masyarakat. Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat (Hendratmoko
dan Marsudi, 2010), berkaitan dengan
kapasitas yang melibatkan keterampilan
dan kepercayaan diri yang diperlukan
untuk menjalankan kekuasaan (Lachapelle
et al, 2004)

Menurut Ife dan Tesoriero (2008),
program pemberdayaan masyarakat hanya
mungkin dapat mewujudkan indikatorindikator keberdayaan bila ia dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan,
seperti prinsip holisme, keberlanjutan,
keanekaragaman, perkembangan organik,
perkembangan yang seimbang, dan
mengatasi struktur yang merugikan.
Paradigma bottom-up yang berpusat pada
rakyat terus mendapatkan posisi sebagai
strategi
pemberdayaan
masyarakat,
memberikan pelayanan publik, upaya
konservasi lingkungan, dan mengelola
sumber daya alam yang dapat diterapkan
dilapangan (Chambers, 1994).

Peranan masyarakat sebagai
pusat pemberdayaan masyarakat perlu

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

49

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

didorong dan dimaksimalkan seperti
diungkapkan Ife dan Tesoriero (2008),
Partisipasi masyarakat yang tinggi akan
menjamin berjalannya proses-proses dalam
pengembangan masyarakat sehingga
partisipasi masyarakat merupakan alat
dan tujuan. Dengan demikian, maka
pembangunan partisipatif adalah proses
melibatkan masyarakat secara aktif
dalam seluruh keputusan substansial yang
berkenan dengan kehidupan masyarakat
(Syahyuti, 2006).

Pemberdayaan
masyarakat
bukan semata-mata konsep ekonomi,
namun juga secara implisit mengandung
arti menegakkan demokrasi ekonomi.
Pemberdayaan merupakan strategi yang
sangat potensial dalam rangka meningkatkan
ekonomi, sosial dan transformasi budaya.
Proses ini pada akhirnya akan dapat
menciptakan pembangunan yang lebih
berpusat pada rakyat (Susilowati, 2005).
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat
tidak sebatas ekonomi, namun juga secara
politis sehingga pada akhirnya masyarakat
akan mempunyai posisi tawar baik secara
nasional maupun internasional (Friedmann,
1992). Konsep pemberdayaan tidak hanya
mengarah secara individual (individual
self-empowerment), tetapi juga secara
kolektif (collective self-empowerment)
dan koaktualisasi eksistensi manusia dan
kemanusian (Hikmat, 2004).

Pemberdayaan masyarakat di
kawasan di sekitar kawasan TNGM harus
memperhatikan semua prinsip pengelolaan
hutan berkelanjutan secara komprehensif.
Sesuai dengan prinsip tersebut adalah
dicapainya manfaat hutan yang bersifat
optimal dari aspek ekonomis, ekologis,
dan sosial budaya hutan untuk generasi
sekarang dan generasi yang akan datang
(Suhendang 2004). Keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat di kawasan ini
sangat tergantung pada penanganan ketiga
aspek di atas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk
50

menganalisis tingkat persepsi dan partisipasi
kelompok tani dalam pengelolaan TNGM
serta merumuskan strategi pemberdayaan
untuk meningkatkan kapasitas dan
usaha kelompok tani berdasarkan aspek
ekonomi, ekologi, dan sosial budaya dalam
rangka mendukung pengelolaan hutan
berkelanjutan.
Metode Penelitian
Tempat Dan Waktu Penelitian

Hutan Waktu penelitian pada bulan
Juni sampai dengan Juli 2013. Adapun
lokasi penelitian adalah studi kasus pada
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur,
Dusun Turgo Desa Purwobinangun
Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman,
Provinsi DI. Yogyakarta.
Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan purposive sampling
yaitu dengan memilih kelompok tani yang
berbatasan langsung dengan kawasan
TNGM yaitu kelompok tani Ngudi Makmur
Dusun Turgo Desa Purwobinangun. Jumlah
angota dari kelompok tani Ngudi Makmur
hanya beranggotakan sebanyak 27 orang
maka semua anggota kelompok tani ini
dijadikan responden dalam penelitian ini.
Data primer dikumpulkan dari
sumbernya melalui observasi lapangan
dan wawancara. Sedangkan wawancara
mendalam dilakukan dengan keyperson
untuk menentukan strategi pemberdayaan.
Adapun data sekunder diperoleh dari
instansi/lembaga/dinas yang terkait dengan
penelitian ini.
Kerangka Pemikiran

Hutan mempunyai multifungsi
yang bersifat komplek dan mencakup hajat
orang banyak untuk wilayah yang cukup
luas. Seperti halnya kawasan hutan TNGM
yang mempunyai nilai penting dan strategis
sebagai daerah tangkapan air dan juga
sebagai kawasan penyangga kehidupan
yang bermanfaat bagi wilayah sekitarnya.
Masyarakat sekitar kawasan hutan

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

merupakan kelompok masyarakat yang
relatif tertinggal secara sosial dan ekonomi
dibandingkan dengan kelompok masyarakat
lain. Mereka masih menggantungkan
kehidupannya
dari
memanfaatkan
semberdaya alam yang berasal dari hutan.
Pemanfaatan sumberdaya hutan yang
berlebihan dikawatirkan dapat merusak
kawasan TNGM sebagai kawasan
konservasi yang mempunyai nilai penting
bagi kehidupan. Pemanfaatan sumberdaya
hutan oleh masyarakat sebagai mata
pencaharian harus perlahan dikurangi
dengan memberikan keterampilan dalam
rangka peningkatan perekonomiannya.

Pemberdayaan
masyarakat
merupakan strategi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pelibatan
masyarakat dalam upaya konservasi
kawasan TNGM. Tingkat keberdayaan
anggota kelompok tani Ngudi Makmur di
Dusun Turgo masih rendah (powerless),
baik dari aspek ekonomi maupun aspek
non ekonomi (Garjita dkk, 2013) sehingga
diperlukan
strategi
pemberdayaan
masyarakat untuk memberikan power
kepada yang powerless, sehingga mereka
memiliki power untuk melaksanakan proses
aktualisasi-eksistensi dirinya. Dalam rangka
meningkatkan keberdayaan masyarakat
diperlukan strategi pemberdayaan secara
holistic yang melibatkan para pihak
terkait.
Metode Analisis
Dalam penelitian ini digunakan
analisis statistik deskriptif (Susilowati,
2005; Sudantoko, 2010) untuk mendeskripsi
profil responden di daerah penelitian.
Urutan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis persepsi dan partisipasi
Untuk
mengetahui
persepsi
masyarakat sekitar hutan dalam hal ini
kelompok tani hutan Ngudi Makmur
menggunakan pendekatan Pressure-StateResponse (PSR) terhadap TNGM seperti
yang telah diaplikasikan oleh Purwanti dan

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

Susilowati (2012).
Untuk mengetahui partisipasi
masyarakat maka dilakukan penilaian
terhadap partisipasi langsung dan partisipasi
tidak langsung masyarakat, dimana
masing-masing obyek persepsi ini dirinci
lagi kedalam beberapa butir partisipasi
(Sukardi, 2009) yaitu sebagai berikut:
(a) partisipasi langsung (perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan); (b) partisipasi
tidak langsung (ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan,
dan
ketaatan
terhadap peraturan desa. Sama halnya
dengan persepsi, pengukuran partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan TNGM,
juga dilakukan dengan skoring dengan
skala konvensional 1 – 10 ( Susilowati,
2005; Sudantoko, 2010)
Analisis Hierarchy Process (AHP)
Teknik
Analysis
Hierarchy
Process
(AHP)
digunakan
untuk
mengidentifikasi dan menentukan prioritas
dalam pengambilan keputusan yang
kompleks (Firdaus dan Farid, 2008).
Prioritas-prioritas tersebut ditentukan
dari hasil wawancara mendalam dengan
keypersons sebelumnya. Untuk menentukan
strategi pemberdayaan dilakukan dengan
merekonstruksi temuan-temuan yang ada
di lapang, berdasar observasi, wawancara
mendalam dengan keypersons dan hasil
analisis AHP.
Tahapan dalam analisis data
(Saaty, 1993) meliputi: identifikasi sistem,
penyusunan struktur hirarki, perbandingan
berpasangan, pembuatan matriks pendapat
individu, pembuatan matriks pendapat
gabungan, pengolahan horisontal dan
pengolahan vertical dengan bantuan
program expert choice. Urutan skala
prioritas tersebut sesuai dengan bobot
dari masing-masing alternatif dan kriteria
serta besarnya konsistensi gabungan hasil
estimasi dengan rasio konsistensi tersebut
≤ 0,1.
Dalam merumuskan strategi
pemberdayaan masyarakat di sekitar

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

51

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

TNGM maka dikaji berdasarkan kriteria
pemanfaatan hutan secara lestari yaitu
mencakup aspek ekonomi, sosial budaya,
dan ekologi. Dengan memperhatikan
tiga aspek tersebut diharapkan kawasan
konservasi TNGM tetap terjaga dan
masyarakat dapat memanfaatkan secara
lestari.
Hasil Dan Pembahasan
Gambaran Umum Kelompok Tani
Hutan Ngudi Makmur

Kelompok Tani Ngudi Makmur
merupakan kelompok tani konservasi
yang bergerak dalam bentuk kegiatan
pengembangan ekonomi pada desa
konservasi dan pelibatan masyarakat
dalam upaya konservasi kawasan TNGM.
Pendampingan kelompok selama ini
dilakukan oleh pihak Balai TNGM dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Kanopi Indonesia. Kegiatan kelompok
tani sampai saat ini masih berjalan,
diantaranya: budidaya teh Turgo, budidaya
anggrek, budidaya bambu, pembibitan
tanaman kehutanan. Dari kegiatan usaha
kelompok tani yang sudah dilakukan
belum sepenuhnya dapat meningkatkan
perekonomian mereka.

Tingkat keberdayaan kelompok
dari aspek ekonomi yang meliputi akses
usaha (kredit), akses pasar (informasi
permintaan dan penawaran produk),
dan akses teknologi (penyuluhan dan
pemanfaatan teknologi tepat guna),
sebagian besar mengaku tidak/belum
pernah memperoleh kredit, mendapatkan
informasi pasar, dan menerima penyuluhan/
pemanfaatan teknologi tepat guna.
Sedangkan untuk aspek non ekonomi,
yaitu politik (merepresentasikan diri),
sosial (kemampuan melakukan lobby), dan
budaya (keputusan berusaha), sebagian
besar mengaku bahwa mereka tidak
terbiasa merepresentasikan diri, melakukan
lobby, dan keputusan berusaha berasal
diri sendiri/ keluarga. Peran yang paling
52

menonjol dalam setiap kegiatan usaha
yang dilakukan oleh kelompok tani adalah
peran dari LSM dan Pemerintah (Garjita,
dkk 2013).

Jumlah pendapatan per bulan dari
anggota kelompok tani masih jauh dari
upah minimum provinsi (UMP) Provinsi
DI Yogyakarta yang tahun 2013 sebesar Rp.
947.114,-. Pendapatan mereka didominasi
dari hasil pertanian/ lading mereka.
Sebagian besar penghasilan anggota
kelompok kurang dari Rp. 500.000,-/
bulannya yaitu sebanyak 17 orang (63%),
hanya satu orang yang berpenghasilan
lebih dari satu juta rupiah perbulannya.
Dalam kepemilikan lahan pertanian/ kebun
angggota kelompok sebagian besar luas
lahan kurang dari 0,25 ha yaitu mencapai
16 orang (59%) dan hanya empat orang
yang memiliki luas lahan lebih dari 0,5 ha.
Partisipasi Dan Persepsi Kelompok Tani
Tingkat Partisipasi

Stuart (1993) mengatakan bahwa
partisipasi adalah salah satu faktor sosial
yang terbukti telah mensukseskan programprogram
pengembangan
pedesaan.
Selanjutnya Adomokai dan Sheate (2004)
menyarankan agar partisipasi menjadi
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak,
maka setiap pihak yang terlibat harus mau
belajar dan memahami masyarakat yang
terkena dampak sehingga kompromi yang
menguntungkan dapat dibuat, tidak hanya
berkaitan dengan lingkungan tetapi juga
pada aspek ekonomi dan sosial berkembang
secara berkelanjutan.

Secara umum anggota kelompok
tani memiliki partisipasi yang positif
terhadap TNGM, dibuktikan dengan
keikutsertaan anggota kelompok untuk
aktif dalam upaya konservasi kawasan
seperti penanaman pohon, pengamanan,
dan penyuluhan. Kesadaran masyarakat
akan pentingnya pelestarian hutan semakin
meningkat terutama dengan adanya
kejadian-kejadian bencana alam sering
terjadi yaitu gunung berapi, kebakaran

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

hutan. Kedekatan emosional antara
masyarakat dan kawasan hutan sudah
berlangsung sejak lama karena sebagian
besar penduduk Dusun Turgo adalah
warga yang sudah lama tinggal di daerah
tersebut.
Dari
hasil
pengamatan
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

seperti tersaji dalam Tabel 1.
Pentingnya
kesadaran
dan
partisipasi semua pihak dalam menjaga
dan melestarikan kawasan hutan harus
bersinergi sehingga bukan hanya menjadi
tanggung jawab masyarakat di sekitar
kawasan hutan, melainkan semua pihak.
Menurut Hadi (1999), melalui peran serta

Tabel 1. Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasinya dalam
Pengelolaan TNGM. N=27
Deskripsi
1. Partisipasi Langsung
a. Perencanaan
1) Kehadiran dalam rapat perencanan
2) Keaktifan menyampaikan usulan
Total
b. Pelaksanaan
1) Keikutsertaan dalam kegiatan penanaman pohon
2) Keaktifan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
3) Keikutsertaan dalam kegiatan pengamanan hutan
Total
c. Pengawasan
1) Aktif melaporkan tindakan pelanggaran oleh masyarakat
2) Aktif melaporkan tindakan pelanggaran oleh petugas
Total
2. Partisipasi Tidak Langsung
a. Ketaatan terhadap peraturan perundangan
b. Ketaatan terhadap peraturan desa
Total
langsung kelompok dalam pengelolaan
TNGM saat ini masih termasuk kategori
“cukup” (kisaran skala 5 – 7 pada skala
konvensional).
Tingkat
partisipasi
kelompok tani dalam pengelolaan TNGM

Ratarata

Standar
Deviasi

Min

Maks

4
4

9
8

6,55
6,22
6,38

1,1547
1,1209

4

8

6,59

1,1522

5

8

7,01

0,8077

4

8

5,70

1,0308

6,43
4

8

6,22

0,974

3

8

5,77

1,3959

5,99
5
4

9
7

7,11
5,70
6,40

0,9740
0,8689

masyarakat dalam pengambilan keputusan
dalam kebijakan, maka anggota kelompok
masyarakat mempunyai motivasi kuat
untuk bersama-sama mengatasi masalah
lingkungan hidup, dan mengusahakan

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

53

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

berhasilnya
kegiatan
pengelolaan
lingkungan hidup, khususnya dalam hal ini
kawasan konservasi TNGM.
Tingkat Persepsi
Persepsi Persepsi kelompok
terhadap manfaat keberadaan TNGM
bagi masyarakat sekitar hutan berbeda
masing-masing
anggota.
Persepsi
masyarakat terhadap tekanan (pressure)
terhadap kawasan TNGM. Sebagian
besar responden (33%) berpersepsi bahwa
penyebab kerusakan dari TNGM adalah
karena letusan Gunung Merapi. Kawasan
TNGM merupakan kawasan yang termasuk
kedalam kawasan sabuk gunung api di
Indonesia. Gunung Merapi mengalami
periode siklus letusan dengan waktu
tertentu yang mengakibatkan kerusakan
kawasan TNGM dan juga kawasan
sekitarnya. Kawasan Dusun Turgo pernah
mengalami kerusakan parah akibat letusan
Merapi pada tahun 1994, sedangkan
letusan terakhir pada tahun 2010 tidak
terlalu berakibat parah terhadap kawasan
ini dikarenakan arah letusan mengarah ke
Selatan Gunung Merapi.
Persepsi kelompok tani terhadap
kondisi (state) kawasan TNGM sebagaian
besar menganggap kondisi kawasan
TNGM yang berada disekitarnya masih
dalam kondisi baik/ bagus (katagori skor
7-8). Sedangkan persepsi kelompok tani
terhadap bagaimana pengelola kawasan
dalam hal ini Balai TNGM melaksanakan
pengelolaan (response) terhadap kawasan
taman nasional sebagaian besar berpendapat
sudah baik/ bagus (katagori skor 7-8).

Menurut
Rakhmat
(2005),
secara garis besar persepsi seseorang
terhadap sesuatu objek dipengaruhi oleh
2 (dua) faktor utama, yaitu faktor personal
(fungsional) dan faktor situasional
(struktural). Faktor personal berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan halhal lain yang termasuk faktor personal.
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan
TNGM sangat beragam, dipengaruhi oleh:
54

(1) keterikatan emosional/historis dengan
TNGM; (2) Ketergantungan dengan
TNGM; (3) Kepercayaan/keyakinan
masyarakat lokal; dan (4) Pengetahuan,
dalam hal ini pengetahuan mereka yang
sudah sejak dulu mengganggap kawasan
hutan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka termasuk untuk
mencari rumput, kayu bakar dan lainnya.
Rumusan
Strategi
Pemberdayaan
Kelompok

Pelibatan masyarakat sekitar hutan
dalam pengelolaan kawasan TNGM harus
terjalin dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat. Konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya akan sia-sia
bila pengelolaan kawasan tidak disertai
dengan upaya pemberdayaan masyarakat.
Mata pencaharian masyarakat sekitar
hutan jangan sampai berdampak negatif
terhadap keutuhan kawasan konservasi.
Mata pencaharian masyarakat hendaknya
mendukung upaya perlindungan kawasan
melalui
pendekatan
pemberdayaan
masyarakat (Kelman, 2007). Kegiatan
pemberdayaan ini dapat meliputi
peningkatan kesadaran dan kemampuan
masyarakat dalam mengelola sumberdaya
alam hayati tersebut.

Strategi pemberdayaan yang
efektif dalam upaya memberdayakan
masyarakat sekitar hutan dapat dilakukan
melalui suatu kegiatan kerjasama antara
pihak pengelola kawasan konservasi,
perguruan tinggi, pengusaha, dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Diharapkan
dari upaya ini masyarakat dapat berperan
aktif dalam kegiatan konservasi dan pada
akhirnya kesejahteraan masyarakat juga
meningkat.

Pemberdayaan masyarakat di
kawasan di sekitar kawasan TNGM harus
memperhatikan semua aspek secara
komprehensif. Aspek ekologi, ekonomi,
dan sosial-budaya merupakan satu
kesatuan yang saling terkait dan saling
mempengaruhi sehingga keberhasilan

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

program pemberdayaan masyarakat
di kawasan ini sangat tergantung pada
penanganan ketiga aspek di atas. Namun
demikian dalam pemberdayaan kelompok
tani Ngudi Makmur diperlukan pilihan
strategi dari beberapa alternatif untuk
menjadikan kelompok tani lebih berdaya.
Aspek Ekonomi

Kelestarian fungsi ekonomi
kawasan hutan adalah terjaminnya fungsi
taman nasional untuk memberikan manfaat
dengan tetap mempertahankan sistem
penyangga kehidupan berbagai spesies dan
plasma nutfah asli serta ekosistem unik
yang terdapat di dalamnya, dengan kriteria:
(1) tersedianya akses manfaat ekonomi
dalam pembangunan wilayah, (2) tersedia
insentif bagi pelaku konservasi, dan (3)
tersedianya akses pemanfaatan sumber
plasma nutfah bagi budidaya (Suhendang,
2004).
Perekonomian masyarakat di
tempat penelitian masih tergolong rendah
dengan rata-rata penghasilan kurang dari
satu juta rupiah perbulan. Kegiatan usaha
yang dilakukan kelompok tani belum
berkembang karena terkendala permodalan
dan juga pemasaran. Kelompok tani
sebenarnya sudah pernah berusaha untuk
memasarkan hasil budidaya anggrek dalam
suatu pameran namun hingga saat ini belum
menampakan hasil.
Dari hasil diskusi kelompok dan
wawancara dengan keyperson maka didapat
alternatif strategi dengan bobot tertinggi
yaitu memberikan bantuan usaha kepada
masyarakat secara merata (0,641). Bantuan
usaha berupa modal usaha dirasakan
sangat penting dalam upaya peningkatan
perekonomian anggota kelompok sehingga
mereka dapat melakukan kegiatan usaha.
Hingga saat ini bantuan yang telah diterima
belum bisa digulirkan kesetiap anggota
karena jumlahnya yang relatif kecil
sehingga bantuan hanya terpusat untuk
seputaran pengurus kelompok.

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

Aspek Ekologi

Kelestarian fungsi ekologi
adalah prinsip yang menjelaskan ukuran
keberhasilan dari sisi ekologi dan
lingkungan, dengan kriteria terjaminnya
fungsi ekosistem kawasan taman nasional
(Suhendang, 2004). Taman Nasional
Gunung Merapi sebagai kawasan konservasi
memang terbuka untuk dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat dengan
mengedepankan azas kelestarian.
Dalam
rangka
pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan
hutan/ daerah penyangga dapat dilakukan
melalui optimalisasi potensi pemanfaatan
jasa lingkungan, tumbuhan dan satwa
liar (hasil hutan non kayu). Sementara
itu dalam rangka penataan wilayah desa
berbasis konservasi dapat memaksimalkan
pemanfaatan ruang dengan berbagai
kegiatan yang sesuai dengan kondisi
wilayah desa.
Dari aspek ekologi, alternatif
strategi pemberdayaan kelompok tani
dengan bobot tertinggi yaitu optimasi
pemanfaatan sumberdaya alam TNGM
melalui budidaya tanaman dan atau
tumbuhan (0,456). Kawasan TNGM
memiliki
potensi
keanekaragaman
hayati berupa tumbuhan dan satwa liar
yang dapat dimanfaatkan secara lestari.
Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan
di wilayah tersebut sebanyak 72 jenis,
cendawan sebanyak 43 jenis, dan satwaliar
sebanyak jenis 8 jenis mamalia dan 147
jenis burung. TNGM mempunyai peranan
vital bagi sistem ekologis wilayah sekitar
Gunung Merapi. Kerusakan atau degradasi
kawasan TNGM akan berdampak negatif
pada sistem ekologi Gunung Merapi dan
sekitarnya sehingga akan mempengaruhi
keadaan sosial ekonomi dan sosial budaya
masyarakat ke arah negatif.
Aspek Sosial Budaya

Kelestarian fungsi sosial budaya,
adalah terjaminnya fungsi taman nasional
untuk keberlangsungan manfaat sosial

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

55

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

maupun budaya sesuai dengan aspirasi,
kebutuhan serta tatanan pranata sosial yang
diterima dan berlaku dalam kehidupan
masyarakat setempat yang dicirikan oleh:
(1) hubungan harmonis budaya lokal dan
sumberdaya alam, (2) terjaminnya ruang
kelola masyarakat, dan (3) kontribusi
terhadap perkembangan pendidikan dan
pengetahuan baru sumber daya alam
(Suhendang, 2004). Budaya masyarakat di
lokasi penelitian yang masih menghormati
hutan sebagai kawasan yang memiliki
kekuatan yang sangat luar biasa. Masyarakat
sekitar hutan TNGM secara periodik
melakukan selamatan untuk memberikan
penghormatan terhadap keberadaan
kawasan TNGM yang mereka anggap
sangat berjasa dalam kehidupannya.
Keberadaan kelompok tani yang sudah
dibentuk merupakan sebuah aktualisasi
diri anggota kelompok tani sebagai
upaya mereka ikut perpartisipasi dalam
pengelolaan TNGM. Dengan dibentuknya
kelompok tani, mereka berharap kegiatan
sehari-hari anggota yang bersinggungan
dengan kawasan TNGM dapat terjalin
komunikasi dengan baik. Pertisipasi dan
peranserta masyarakat dalam pengelolaan
kawasan konesrvasi TNGM juga
diharapakan lebih meningkat sehingga
akses masyarakat terhadap kawasan juga
tetap terjamin.

Alternatif strategi pemberdayaan
kelompok tani dari aspek sosial-budaya
dengan bobot tertinggi yaitu penguatan
kapasitas kelembagaan kelompok tani
(0,615). Peningkatan kapasitas (capacity
building) dalam hal ini dilakukan agar
kelompok tani memiliki peningkatan
kemampuan secara individual maupun
kelompok.
Peningkatan
kapasitas
individual antara lain dilakukan melalui
kegiatan pelatihan keterampilan dan
manajemen usaha.
Untuk memperkuat kapasitas
kelembagaan
perlu
meningkatkan
koordinasi dan kerjasama dengan instansi
56

lain, baik dengan organisasi pemerintah
maupun non pemerintah, dari dalam
maupun luar negeri serta masyarakat luas
dengan mengembangkan suatu sistem
kemitraan. Kemitraan mengandung makna
kebersamaan dalam melaksanakan setiap
kegiatan dan komunikasi yang dibangun
dengan baik agar kegiatan tidak saling
tumpang tindih atau saling mengganggu
dalam pelaksanaannya di suatu desa yang
menjadi tujuan pemberdayaan.
Strategi Pemberdayaan

Kelestarian
Konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
akan sia-sia bila hal tersebut tidak disertai
dengan upaya pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan ini dapat meliputi
peningkatan kesadaran dan kemampuan
masyarakat dalam mengelola sumberdaya
alam hayati tersebut. Sudarmadji (2002)
mengemukakan bahwa strategi yang
efektif dalam upaya pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan melalui suatu
kegiatan kerjasama antara pihak kawasan
konservasi, perguruan tinggi, dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM).
Dari hasil analisis strategi pemberdayaan
di sekitar kawasan TNGM dengan tiga
aspek (ekonomi, ekologi, dan sosial
budaya) secara keseluruhan (overall) dapat
disimpulkan bahwa skala prioritas kriteria
dan alternatif strategi pemberdayaan
masyarakat dengan AHP adalah sebagai
berikut:
a.Bantuan usaha kepada masyarakat secara
merata (bobot 0,436)
b.Membangun jejaring usaha dengan
melibatkan para pihak terkait (bobot
0,179)
c.Optimasi pemanfaatan sumberdaya alam
TNGM melalui usaha budidaya (bobot
0,105)

Nilai inconsistency ratio secara
keseluruhan sebesar 0,03 < 0,1 (batas
maksimum) yang berarti inconsistency
ratio =0.03 hasil analisis dapat diterima.

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

Selanjutnya hasil AHP tersebut digunakan
sebagai salah satu pertimbangan dalam
penyusunan
strategi
pemberdayaan
kelompok tani Ngudi Makmur.

Dalam
Hikmat
(2004)
menyebutkan pemberdayaan sebagai
proses pengambilan keputusan oleh
orang-orang yang secara konsekuen
melaksanakan keputusan tersebut. Orangorang yang telah mencapai tujuan kolektif
diberdayakan melalui kemandiriaannya,
bahkan merupakan keharusan untuk lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri
dan akumulasi pengetahuan, keterampilan
serta sumber lainnya dalam rangka
mencapai tujuan mereka tanpa bergantung
pada pertolongan dari hubungan eksternal.
Strategi
pemberdayaan
masyarakat
kelompok tani Ngudi Makmur berbasarkan
pengelolaan hutan berkelanjutan dengan
tiga aspek (ekonomi, ekologi, dan sosial
budaya) didalamnya dapat disajikan seperti
Gambar 1.

Kegiatan
pemberdayaan
yang dilaksanakan oleh Balai TNGM
dalam rangka pembangunan Model
Desa Konservasi di Dusun Turgo Desa
Purwobinangun ini sudah dilaksanakan
sejak tahun 2011. Dalam perkembangan
kelompok belum berkembang sesuai yang
diharapkan yaitu peningkatan ekonomi
anggota. Tingkat keberdayaan kelompok
tani masih rendah disebabkan masih
minimnya akses-akses pemberdayaan
yang dilakukan anggota kelompok. Peran
stakeholder juga masih rendah dimana
baru dari pihak pemerintah dalam hal
ini Balai TNGM yang aktif melakukan
pendampingan bersama-sama dengan LSM
Kanopi Indonesia.

Berdasarkan hasil AHP yang
dijadikan pertimbangan dalam strategi
pemberdayaan kelompok tani terdapat tiga
alternatif strategi yang dipiih yaitu; (1)
Bantuan usaha kepada anggota kelompok
secara merata, (2) Membangun jejaring
usaha dengan melibatkan para pihak terkait,

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

(3) Optimasi pemanfaatan sumberdaya
alam TNGM melalui usaha budidaya.
Tahapan pemberdayaan seperti yang
dikemukakan oleh Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto (2007) harus dilalui
secara bertahap, yaitu: penyadaran,
pengkapasitasan (capacity building),
pendayaan (empowerment).
Pada tahap penyadaran, target
sasaran diberi “pencerahan” dalam bentuk
pemberian pemahaman secara utuh akan
pentingnya melestarikan TNGM. Memang
selama ini masyarakat mengetahui
pentingnya keberadaan hutan TNGM, tapi
belum memahami sepenuhnya manfaat
tidak langsung serta keterkaitan TNGM
dengan kehidupan di sekitarnya sehingga
pengetahuannya itu tidak seiring dengan
sikap dan tindakan.

Tahap
berikutnya
adalah
pengkapasitasan atau peningkatan kapasitas
(capacity building) agar mereka memiliki
kemampuan. Dalam hal ini dilakukan
peningkatan kemampuan target sasaran
baik secara individual maupun kelompok.
Peningkatan kapasitas individual antara
lain dilakukan melalui kegiatan pelatihan
keterampilan dan manajemen usaha.
Sementara itu pengkapasitasan kelompok
dilakukan
melalui
pengembangan
kelompok tani dengan memperkenalkan
kelompok tani dengan pihak terkait melalui
ajang pameran dan temu pasar lainnya.
Kegiatan ini diikuti dengan peningkatan
kemampuan manajerial berikut penguatan
organisasi.

Tahap ketiga adalah pemberian
daya (empowerment) dan pengembangan
usaha sesuai dengan kepasitas, keterampilan
dan peluang usaha yang tersedia. Strategi
pemberdayaan kelompok tani Ngudi
Makmur berdasarkan AHP pada prioritas
utama yaitu pemberian kredit kepada
kelompok tani dengan memperhatikan
aspek-aspek pemberdayaan berupa akses
pasar, usaha dan pemasaran yang sudah di
pelajari.

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

57

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

Gambar 1.1. Strategi Pemberdayaan Kelompok Tani Ngudi Makmur

58

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur


Agar tujuan dari kegiatan
pemberdayaan dapat dicapai secara
optimal, maka semua pihak (stakeholders)
harus melaksanakan peran dan fungsinya
secara maksimal sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi masing-masing. Kepada
kelompok sasaran dilakukan pembinaan
secara simultan dari berbagai aspek.
Dengan perkataan lain pembinaan harus
dilakukan secara totalitas terhadap semua
aspek dan secara sinambung hingga
kelompok tani betul-betul siap untuk
mandiri dengan segala bekal yang telah
diberikan. Pelaksanaan pembinaan harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga teknis dan
profesional secara lintas dinas/instansi serta
pihak-pihak lainnya yang berkepentingan
(termasuk perguruan tinggi dan LSM).

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

kepada anggota kelompok secara merata,
(2) membangun jejaring usaha dengan
melibatkan para pihak terkait, (3) optimasi
pemanfaatan sumberdaya alam TNGM
melalui usaha budidaya dapat diterapkan
di daerah penelitian dalam rangka
pengelolaan hutan berkelanjutan dengan
tahapan kegiatan melalui: penyadaran/
penyuluhan, pengkapasitasan (capacity
building), pendayaan (empowerment).
Perlu dilakukan tahapan pemberdayaan
masyarakat yang secara menyeluruh untuk
mencapai kemandirian dengan tahapan:
penyadaran (penyuluhan dan pelatihan),
pengkapasitasan (capacity building),
pendayaan (empowerment) .

Ucapan Terimakasih

Kami mengucapkan terimakasih
Kesimpulan
yang sebesar-besarnya kepada pihak Pusat
Tingkat partisipasi langsung dan Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan
tidak langsung dari kelompok tani hutan Perencanaan (Pusbindiklatren) Bappenas
dalam pengelolaan TNGM saat ini masih yang telah memberikan beasiswa
termasuk kategori “cukup” (dengan skala pendidikan, dan juga pihak Kementerian
5-7). Tingkat persepsi masyarakat terhadap Kehutanan sebagai institusi asal penulis
TNGM secara umum sudah “baik” (rata- bekerja yang telah memberikan tugas
rata 7-8).
belajar kepada penulis.

Strategi pemberdayaan kelompok
tani hutan dengan memperhatikan aspek Daftar Pustaka
ekonomi, ekologi, dan sosial budaya Adomokai, Rosemary dan Sheate, W.R.
terdapat tiga alternatif strategi yang
2004. Community Participation
dipilih yaitu: (1) pemberian bantuan usaha
and Environmental Decisionkepada anggota kelompok secara merata;
making in the Niger Delta. Journal
(2) membangun jejaring usaha dengan
Environmental Impact Assessment
melibatkan para pihak terkait; (3) optimasi
Review Vol 24 hal. 495–518.
pemanfaatan sumberdaya alam TNGM Balai Taman Nasional Gunung Merapi
melalui usaha budidaya.
(TNGM). 2013. Laporan Statistik
Taman Nasional Gunung Merapi
Rekomendasi
Tahun 2012. Sleman-Yogyak Badan
Peningkatan
partisipasi
Pusat Statistik Kabupaten Sleman.
masyarakat secara langsung maupun tidak
2012. Kecamatan Pakem Dalam
langsung dalam mendukung pengelolaan
Angka 2011. Sleman – Yogyakarta.
TNGM perlu ditingkatkan melalui dialog, Barber CV, Johnson NC, Hafid E. 1999.
penyuluhan dan peran aktif masyarakat
Menyelamatkan Sisa Hutan di
secara berkelanjutan.
Indonesia dan Amerika Serikat.

Strategi pemberdayaan yang dapat
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
dipilih yaitu: (1) pemberian bantuan usaha Chamber, R. 1994. Participatory Rural
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

59

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

Appraisal (PRA): Challenges,
Potentials and Paradigm. Journal of
World Development, Vol. 22, No.
10, pp 1437-1454, 1994.
Friedmann, J. 1992. Empowerment: The
Politics of Alternative Development,
Blackwell, Cambridge.
Firdaus, M. dan Farid M.A. 2008. Aplikasi
Metode Kuantitatif Terpilih untuk
Manajemen dan Bisnis. IPB PRESS.
Bogor.
Garjita, IP., Susilowati , I. dan
Soeprobowati, T.R. 2013. Tingkat
Keberdayaan Sosial Ekonomi
Kelompok Tani Desa Konservasi
Sebagai Penyangga Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi, Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
2013, hal. 130-135, 2013.
Hendratmoko, C. dan Marsudi, H.. 2010.
Analisis Tingkat Keberdayaan
Sosial Ekonomi Nelayan Tangkap
Di Kabupaten Cilacap. Jurnal
Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 6
No. 1 Edisi Mei 2010.
Hadi. S.P. 1999. Peranserta Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses Amdal. Makalah Seminar.
Semarang
Ife, J. dan Tesoriero, F. 2008. Community
Development;
Communitybased Alternative in an Age of
Globalisation. Terjemahan. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Kelman, I. 2007. Sustainable Livelihoods
from Natural Heritage on Islands.
Island Studies Journal, Vol. 2, No.
1. Hlm. 101-114.
Lachapelle, P.R., Smith, P.D dan McCool,
S.F. 2004. Access to Power or
Genuine
Empowerment: An
Analysis of Three Community
Forest Groups in Nepal. Human
Ecology Review, Vol. 11, No. 1,
2004.
Rositah, E. 2005. Governance Brief:
60

Kemiskinan
Masyarakat
Desa
Sekitar
Hutan
dan
Penanggulangannya.
CIFOR.
Bogor.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilaan Keputusan
Bagi Manajemen. Proses Hirarki
Analitik Untuk Pengambilan
Keputusan dalam Situasi yang
Kompleks. (Terjemahan) Seri
Manajemen No. 134. PT. Pustaka
Binama Pressindo.
Stuart, TH. 1993. Participation for
Empowerment and Sustainability:
How
Development
Support
Communication (DSC) Spels the
Difference. Philippines: University
of the Philippines Los Banos.
Susilowati, I., Mujahirin T., Waridin, Tri
W., Agung S. 2005. Pengembangan
Model Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir (Usaha Mikro, Kecil,
Menengah
Dan
Koperasi-
UMKMK) Dalam Mendukung
Ketahanan Pangan Di Kabupaten/
Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Universitas Diponegoro. Tahun II.
Riset Unggulan Kemasyarakatan
dan Kemitraan (RUKK).Tahun II.
Ristek. Jakarta
Suhendang E. 2004. Kemelut Dalam
Pengurusan Hutan. Sejarah Panjang
Kesenjangan antara Konsepsi
Pemikiran dan Kenyataan. Bogor:
Fakultas Kehutanan IPB.
Sunderlin, W.D., Resosudarmo, I.A.P.,
Rianto, E. dan Angelsen, A. 2000.
The effect of Indonesia’s economic
crisis on small farmers and natural
forest cover in the outer islands.
Occasional Paper. Bogor, CIFOR.
Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting
dalam Pembangunan Pedesaan
dan Pertanian: Penjelasan tentang
“Konsep, Istilah, Teori dan Indikator
serta Variabel. Jakarta: PT. Bina
Rena Pariwara.
Sukardi, L. 2009. Desain Model

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kelompok Tani Hutan Ngudi Makmur

I Putu Garjita, Indah Susilowati
Dan Tri Retnaningsih

Pemberdayaan
Masyarakat
dan Kota Pekalongan) Disertasi
Lokal Dalam Pengelolaan Hutan
tidak diterbitkan. Program Pasca
Berkelanjutan (Kasus Masyarakat
Sarjana. Universitas Diponegoro
Sekitar Kawasan Hutan Taman
Semarang.
Nasional
Gunung
Rinjani Wrihatnolo RR, Dwidjowijoto RN. 2007.
Pulau Lombok). Desertasi tidak
Manajemen Pemberdayaan: Sebuah
titerbitkan. Sekolah Pascasarjana
Pengantar dan Panduan untuk
Institut Pertanian Bogor.
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:
Sudantoko, D. 2010. Pemberdayaan
PT. Elex Media Komputindo.
Industri Batik Skala Kecil di Jawa
Kelompok Gramedia.
Tengah (Studi Kasus di Kabupaten

Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014

61

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PENGARUH KONFLIK PEREBUTAN LAHAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA NIPAH KUNING KECAMATAN MESUJI KABUPATEN MESUJI LAMPUNG TAHUN 2012

9 59 54

SIKAP MASYARAKAT KOTA PALEMBANG TERHADAP PEMINDAHAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PASAR 16 ILIR PALEMBANG KE PASAR RETAIL JAKABARING

4 84 128