PERAN SINGAPURA DI DALAM MEMBUKA

PERAN SINGAPURA DI DALAM MEMBUKA
KERANGKA KERJASAMA ASEAN+3
Abstraksi
Singapura memang telah digolongkan sebagai negara yang maju secara
ekonomi, jauh meninggalkan negara-negara satu kawasannya di ASEAN. Tingkat
GDP pendapatan per kapita Singapura mencapai 52.900 dollar AS dengan tingkat
pengangguran sebesar 2,2% saja (data tahun 2008)1. Singapura, sesuai dengan
arah kebijakan luar negerinya, saat ini melakukan dua hal yang saling
bertentangan, di satu sisi melakukan bandwogening dengan China dalam sektor
ekonomi, namun tetap melakukan bandwogening dengan AS dalam sektor
pertahanan dan militer2. Hal ini sungguh menarik karena pada akhirnya kita bisa
melihat sisi pragmatis dari Singapura. Di sektor ekonomi, Singapura secara lebarlebar pintu negaranya untuk terciptanya perdagangan bebas yang sempurna,
namun di satu sisi, Singapura masih memikirkan bagaimana mendapatkan back
up kekuatan militer yang kuat demi menjaga pusat perekonomian negaranya bila
suatu saat mendapat serangan dari negara lain. Sebagai state-led-development
country Singapura tetap menjamin kesejahteraan warganya bisa tercapai secara
maksimal melalui kontrol penuh pemerintah di dalam sistem perdagangan liberal
yang diikutinya.
Keywords : Landasan bagi Singapura, FTA, Sekuritisasi Ekonomi, Inisiasi
Singapura, Benefit bagi Singapura


Landasan bagi Singapura
Pada tahun 2004 dalam The Annual Meeting of Southeast Asian Finane
Ministers, Deputi PM Lee Hsien Loong dalam pidatonya, berusaha untuk
mengajak negara ASEAN lainnya untuk secepatnya mendorong negara anggota
1

http://www.economywatch.com/economic-review/singapore.html.
See Seng Tan. Riding the Chinese Dragon: Singapore’s Pragmatic
Relationship with China. Diakses dari

hlm 25.
2

ASEAN lainnya untuk membuka pasar dalam negeri mereka secara luas dalam
kerangka rencana penjalinan kerjasama perdagangan dengan China dan juga
India. Ia juga berpendapat bahwa dengan menjalin kerjasama perdagangan dengan
negara-negara tetangga di sekitar ASEAN maka pada akhirnya

akan


menguntungkan bagi seluruh negara ASEAN. Selain untuk membuka pangsa
pasar yang lebih luas3 juga sebagai sarana untuk mempermudah investasi dari
China ke ASEAN maupun sebaliknya serta untuk meningkatkan jumlah turis yang
datang ke berbagai tempat wisata4 di ASEAN.
Menurut Luttwak, saat ini negara yang dikategorikan sebagai negara
hegemon adalah negara yang kuat secara ekonomi dan menguasai sistem
perdagangan5. Negara hegemon bukan lagi dilihat sebagai negara yang kuat dalam
segi militer (jumlah angkatan perang, jet tempur, persenjataan). Dan Singapura
merupakan negara hegemon di Asia Tenggara karena bila dilihat secara kapasitas
ekonomi, negara Singapura menjadi satu-satunya negara yang telah dikategorikan
sebagai negara maju di dunia sejajar dengan Jepang. Sehingga, ketika negaranegara di Asia Tenggara berusaha untuk membahas mengenai cara bagaimana
meningkatkan keuntungan dalam kerangka kerjasama ekonomi, maka setiap
usulan dan ide yang diberikan oleh Singapura yang berkaitan dengan ekonomi
3

Jika hanya melihat jumlah penduduk yang berada di China saja, maka ASEAN
akan memiliki pangsa pasar baru sebesar 1,32 Milyar. Belum lagi bila
ditambah dengan Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan dan India yang kerangka
kerjasamanya pun juga tengah dibahas. Sumber :
http://www.china.org.cn/english/en-shuzi2004/sh/sh.htm.

4
Jumlah wisatawan yang datang ke ASEAN berjumlah lebih dari 37juta orang.
Bila saja kerangka kerjasama yang lebih komprehensif dengan negara-negara
sekitar ASEAN maka akan semakin banyak wisatawan yang akan datang ke
ASEAN mengingat pintu imigrasi dari negara tersebut ke ASEAN juga akan
semakin dibuka lebar-lebar. Sumber : UNSD/UNWTAO Workshop on Tourism
Statistics for South East Asian Countries, Vientiane 2009.
5
Jean-Francois Gagne. 200. Geopolitics in a Post-Cold War Context: From
Geostrategic to Geo-Economic Consideration. Quebec: Raoul Dandurand Chair
of Strategic and Diplomatic Studies, University of Quebec at Montreal. hlm 11.

akan diikuti oleh negara lainnya di Asia Tenggara. Karena mereka melihat
keberhasilan yang telah dicapai oleh Singapura saat ini, yakni akibat dari
kooperatifnya sistem ekonomi di Singapura terhadap berbagai bentuk kerjasama
ekonomi dengan negara lain. Berkaitan dengan pandangan dari Luttwak, maka
negara Singapura secara jelas dan meyakinkan telah menjadi negara hegemon di
Asia Tenggara karena memiliki kekuatan ekonomi, industri serta penguasaan
teknologi yang lebih maju bila dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan
Asia Tenggara.

Oleh karena itu Singapura kemudian memiliki power/kekuatan yang lebih
besar bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini berkaitan dengan
pencapaian negosiasi yang lebih besar, kemampuan untuk penyusunan agendasetting yang lebih besar, kemampuan yang lebih besar untuk menggerakkan
masyarakat untuk berfikir tentang suatu isu tertentu maupun kemampuan yang
lebih besar untuk meletakkan perwakilannya dalam berbagai posisi kekuasaan
birokrasi OI.
Selain itu, dalam rangka mempertahankan pengaruhnya/power di antara
negara-negara yang memiliki power menengah, khususnya di kawasan Asia
Tenggara, Singapura secara aktif membantu negara-negara yang ada untuk bisa
bekerjasama dengan negara-negara great power termasuk China. Singapura
menggunakan institusi regional untuk melakukan justifikasi keterlibatan negaranegara great power di kawasan Asia, baik itu China, Jepang maupun Korea
Selatan di kawasan Asia Tenggara. Justifikasi ini salah satunya yakni melalui
kerangka kerjasama ASEAN+3. Singapura juga secara aktif memfasilitasi negaranegara yang memiliki power lemah untuk bisa bekerjasama dengan negara-negara

dengan power besar (negara-negara lemah tersebut seperti Laos, Kamboja,
ataupun Myanmar)6.
Selain itu juga, sebenarnya Singapura telah menjalin kedekatan dengan
China sejak 1980an dimana Singapore menanamkan investasi yang besar di masamasa awal China melakukan modernisasi ekonominya 7. Singapura berharap
bahwa dengan terjalinnya kerjasama dengan China akan menghasilkan kondisi
perekonomian yang lebih stabil di Asia karena China saat ini menjadi motor

penggerak ekonomi Asia sehingga dibutuhkan adanya kerangka kerjasama yang
komprehensif. Dalam kunjungan Hu Jintao, Presiden China, ke Malaysia dan
Singapura pada April 2002, ia meyakinkan bahwa ekspansi ekonomi yang
dilakukan oleh China pada akhirnya akan membuat Asia menjadi lebih stabil dan
kuat secara ekonomi, terlebih ketika China yang pada saat itu belum menjadi
anggota WTO dan kemudian menjadi anggota WTO, maka akan menambah
kapabilitas produksi dan distribusi komoditas China ke seluruh penjuru dunia. Hal
ini lah yang pada akhirnya membuat Thailand mengambil sikap yang sama
dengan Singapura8, dimana Thailand juga mendorong negara ASEAN lainnya
agar segera menandatangani perjanjian kerjasama dengan China9.
Free Trade Agreement (FTA)
Singapore memang selalu selangkah lebih maju dari negara-negara ASEAN
lainnya, contohnya ketika menandatangani perjanjian FTA dengan Jepang dan

Evelyn Goh. 2004. Singapore’s Reaction to Rising China: Deep Engagement
and Strategic Adjustment. Singapore: Institute of Defence and Strategic
Studies, Nanyang Technological University. hlm 2.
7
Ibid. hlm 7
8

Thailand pada bulan Juni 2003 menandatangani perjanjian FTA dengan China
untuk ekspor buah-buahan dan sayuran.
9
Ibid. hlm 8 – 9
6

Australia, masing-masing pada Januari 2002 dan Juli 2003 10. Penandatanganan
Japan and the Republic of Singapore for a New-Age Economic Partnership
Agreement (JSEPA) antara Jepang dan Singapura merupakan perjanjian FTA
pertama yang dilakukan oleh Jepang11. Bandingkan dengan Indonesia yang baru
memulai perundingan dengan Jepang pada bulan November 2004 dalam APEC
Summit Meeting di Chili. Dan kemudian pada Agustus 2008 baru dihasilkan
kesepakatan untuk mengadakan Australia and New Zealand for a Free Trade
Agreement dengan ASEAN12. Banyak negara yang saat ini menawarkan kerangka
kerjasama dengan ASEAN dan ASEAN sudah barang tentu akan dengan terbuka
mereka itu semua. Kawasan ASEAN memiliki jumlah penduduk terbesar ketiga di
Asia, setelah China dan India dengan jumlah 570 juta orang 13. Sehingga ASEAN
merupakan pangsa pasar yang sangat potensial bagi negara-negara sekitarnya,
baik itu China, India, Jepang bahkan Korea Selatan sekalipun.
Singapura saat ini merupakan negara di ASEAN yang paling agresif di

dalam mengadakan perjanjian kerjasama FTA dengan negara lain. Selain dengan
ASEAN+3, AS, EU, Panama, India dan Jordan, Singapura juga sedang dalam
proses negosiasi dengan Mexico, Kanada, Pakistan, Peru, Sri Lanka, Mesir,
Bahrain, Qatar, Kuwait dan UAE14. Mengapa demikian? Singapura sebagai negara
paling maju dengan posisi yang sangat strategis, sebagai pintu masuk menuju
Evelyn Goh. 2005. Great Powers and South and Southeast Asian Regional
Security Strategies: Omni-Enmeshment, Balancing and Hierarchical Order.
Singapore: Institute of Defence and Strategic Studies, Nanyang Technological
University. hlm 6.
11
http://www.fta.gov.sg/fta_jsepa.asp?hl=7
12
http://www.dfat.gov.au/trade/fta/asean/
13
Ibid.
14
Dick K. Nanto. 2008. East Asian Regional Architecture: New Economic and
Security Arrangements and U.S Policy. Washington D.C: Congressional
Research Service Report for Congress. hlm 13 – 14
10


kawasan Asia Tenggara, menjadikannya sebagai negara yang paling diuntungkan
dan memiliki nilai sangat besar bagi negara mitra FTA nya. Singapura berlokasi
sangat dekat dengan jalur kapal yang mendistribusikan barang dari dan ke
berbagai negara, seperti jalur trans-Pasifik, jalur Asia-Eropa, jalur intra-Asia,
Southeast Asia-Australasia. Singapura menghubungkan lebih dari 250 pelabuhan
di 123 negara di dunia15.
Inisiasi Singapura
Singapura lagi-lagi menjadi inisiator, dimana Singapura, pada tahun 1995,
merupakan negara pertama yang menginisiasikan untuk mengundang Jepang,
China dan Korea Selatan untuk hadir dalam ASEAN Summit, dan pada akhirnya
ketiga negara tersebut benar-benar hadir dalam ASEAN Summit pada tahun 1997.
Dan lagi, pada tahun 1994 Perdana Menteri Singapura, Goh Chok Tong,
mengusulkan diadakannya Informal Europe-East Asia Summit saat kunjungannya
ke Perancis. Ini lah yang kemudian melahikan ASEM (Asia-Europe Meeting)
pada tahun 1996 di Bangkok16.
Lagi, Singapura pun memimpin diskusi untuk membantu negara-negara
ASEAN lainnya (tidak termasuk Thailand, karena sama halnya dengan Singapura,
Thailand telah lebih dulu membangun kerjasama FTA dengan China) untuk
mencapai konsensus dalam penciptaan FTA. Akhirnya, Jepang dan Singapura

berhasil memaksa negara-negara ASEAN lainnya untuk merubah ASEAN+3
menjadi EAS (East Asia Summit) dimana Jepang, China dan Korea Selatan juga
berhak menjadi chairman pada pertemuan-pertemuan selanjutnya (dimana saat
Mee Leng Goh, dkk. 2002. Competition between Ports of Singapore and
Malaysia. Singapore & Atlanta: The Logistics Institute-Asia Pacific, National
University of Singapore & Georgia Institute of Technology. hlm 2 – 3
16
Sanae Suzuki. 2004. Chairmanship in ASEAN+3: A Shared Rule of Behavior –
Discussion Paper No.09. Chiba: Institute of Developing Economies. hlm 12 – 13
15

masih ASEAN+3 yang bisa menjadi chairman hanya negara-negara ASEAN saja).
Meskipun awal mula ide pembentukan EAS berasal dari Malaysia 17. Tujuan awal
pembentukan ASEAN+3 yakni untuk membantu seluruh anggota ASEAN agar
bisa merasakan secara nyata globalisasi serta keuntungan dari pertumbuhan
ekonomi kawasan ASEAN itu sendiri18, negara-negara seperti Laos, Kamboja,
Vietnam ataupun Myanmar yang masih baru beranjak sedikit dari kursi ‘self
sufficiency, restriction for non-ASEAN countries’. Sehingga dengan didorongnya
kerangka kerjasama FTA dengan berbagai negara di luar kawasan ASEAN, maka
bisa semakin mendorong terciptanya pemerataan keuntungan bagi semua negaranegara di ASEAN, bukan hanya keuntungan bagi negara-negara pemain besar di

ASEAN seperti Singapura, Malaysia ataupun Thailand.
Terkait adanya ketumpang tindihan peraturan dari WTO dengan FTA di
ASEAN, Singapura juga secara aktif menjadi agenda negosiator diantara
keduanya terkait gap peraturan. Singapura juga berusaha untuk bisa merangkul
dan penengah serta bertindak secara adil terhadap masing-masing kelompok yang
terlibat dalam negosiasi tersebut, yakni antara kelompok negara yang maju dengan
kelompok negara yang less-developed. Meskipun ASEAN telah menjadi
kelompok negara yang memiliki kapabilitas ekonomi cukup baik, namun negara
Singapura merasa bahwa ASEAN masih terlalu kecil untuk bisa bermain secara
baik dalam level keuangan dan perdagangan internasional. ASEAN dinilai
Singapura masih kurang bisa mempengaruhi perdagangan dan keuangan
internasional secara signifikan.
17

Ibid. hlm 18
Yum K. Kwan dan Larry D. Qiu. 2010. The ASEAN+3 Trading Bloc. Hongkong:
Journal of Economic Integration. hlm 2.
18

Sekuritisasi Ekonomi

Alasan yang masuk akal mengapa Singapura pada akhirnya mendorong
ASEAN (dan negara-negara di dalamnya) untuk lebih terlibat dalam kerangka
kerjasama FTA dengan negara lain, yakni alasan stabilitas kawasan ASEAN itu
sendiri. ASEAN meskipun dikatakan sebagai kawasan yang banyak memiliki
kesamaan dan perasaan serumpun pada kenyataannya masih sering mengalami
konflik internal seperti halnya konflik antara Indonesia-Malaysia dan KambojaThailand yang terlibat masalah perbatasan. Dengan menyibukkan negara-negara
yang ada dengan menyodorkan berbagai kerangka kerjasama dengan keuntungan
yang sangat menjanjikan, pada akhirnya negara-negara ASEAN tidak akan lagi
memikirkan masalah perang (usaha memutus mata rantai konflik agar tidak
berlanjut menjadi perang terbuka). Ketika negara-negara ASEAN telah bisa
merasakan hasil dari berbagai kerjasama yang ada, dalam artinya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan stabil, maka tidak akan ada lagi negara yang mengurusi
masalah konflik yang terjadi, dan hanya fokus menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang baik setiap tahunnya.
Hal di atas sejalan dengan perspektif liberal-peace dimana adanya interdependensi dalam kerangka ekonomi maka akan menurunkan atau bahkan
menghilangkan efek negatif dari sistem internasional yang disebut oleh pandangan
realis sebagai sistem yang anarki. Serta adanya usaha untuk mengesampingkan
permasalahan politik internasional dan menggantinya dengan sistem perdagangan
dunia19. Ketika stabilitas keamanan di ASEAN telah bisa terjamin maka sudah

Jorn Dosch. 2007. Managing Security in ASEAN-China Relations: Liberal
Peace of Hegemonic Stability. Asian Perspective Vol.1. London: British
Academy’s Southeast Asia Committee and the Universities China Committee.
hlm 210 – 211 .
19

tentu negara Singapura akan bisa semakin fokus untuk menggerakan pertumbuhan
ekonomi negaranya. Selain itu Singapura juga tidak akan lagi dipusingkan dengan
negosiasi yang harus dihadirinya (meskipun Singapura tidak terlibat secara
langsung namun sudah barang tentu akan menyita waktu dan terbuang waktunya
yang seharusnya bisa dipergunakan untuk fokus di dalam proses negosiasi
kerangka kerjasama FTA dengan negara-negara lainnya).
Kemudian juga posisi Singapura yang bisa dibilang tidak memungkinkan
dimana terletak di antara Indonesia dan Malaysia, yang mana memiliki sejarah
kurang baik terkait hubungan keduanya dengan China ataupun warga non-chinese.
Seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya bahwa Singapura berusaha
menciptakan sebuah kemakmuran bagi negara-negara di Asia Tenggara guna
mencegah pecahnya konflik serius yang berujung pada perang. Karena bila suatu
saat terjadi konflik/kontak senjata, maka Singapura yang posisi/letak negaranya
yang berada di tengah/jantung ASEAN akan juga terkena imbas. Terutama ketika
konflik tersebut terjadi antara Indonesia dengan Malaysia.
Dengan demikian, Singapura bersama-sama dengan Indonesia dan Malaysia
membangun sebuah grup ekonomi sub-regional yang dikenal dengan nama
Golden Triangle, dimana terdiri atas Singapura-Johor-Riau. Hal ini lagi-lagi
dimaksudkan untuk menciptakan kondisi perpolitikan yang stabil di dalam
kawasan Asia Tenggara melalui kerangka

kerjasama intra-regional maupun

ekstra-regional20. Karena ketika kondisi keamanan dan perpolitikan di negaranegara sekitar Singapura bergejolak, maka investor asing yang ingin datang ke
Singapura akan menarik keinginannya untuk berinvestasi.
John Wong, dkk. A Study on Singapore’s Experience in Regional Cooperation .
Singapore: East Asian Institute of the National University of Singapore. hlm 27
– 30
20

Ketakutan akan kondisi yang tidak aman dari investor asing pada akhirnya
akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian Singapura pada khususnya.
Terlebih ketika banyak bermunculan pusat-pusat keuangan dunia yang baru
(seperti di Hong Kong, Seoul-Korea Selatan, Mumbai-India), maka kondisi
Singapura di dalam sistem perekonomian dan keuangan dunia akan semakin
terancam. Oleh karena itu kerangka kerjasama intra maupun ekstra regional harus
semakin dikuat demi terjaminnya kondisi perekonomian Singapura yang akan
tetap stabil.
Benefit bagi Singapura
Hal itulah yang kemudian mendorong Singapura mendorong ASEAN untuk
bisa melebarkan sayap ekonominya untuk bisa merangkul pemain-pemain besar di
kawasan Asia yakni Jepang, China dan Korea Selatan. Karena Singapura
kemudian beranggapan bahwa dengan dirangkulnya China, Jepang dan Korea
Selatan kedalam kerangka kerjasama ekonomi ASEAN secara lebih komprehensif,
maka kemudian ASEAN+3 akan memiliki kapabilitas yang lebih baik lagi di
dalam mempengaruhi sistem perdagangan dan keuangan dunia21. Singapura yang
juga sebagai penghubung jalur perdagangan dunia pada akhirnya membuat
Singapura memiliki daya tarik sendiri bagi investor yang ingin berinvestasi di
Singapura. Karena melalui linkage yang berusaha dibangun oleh Singapura
(melalui berbagai kerangka kerjasama ekonomi dengan banyak negara) maka
Singapura memiliki keuntungan lebih banyak dari tersedianya beragam mitra
dagang dan pangsa pasar yang ditawarkan oleh negara Singapura22.
21
22

Ibid. hlm 42 – 43
Ibid. hlm 48 – 49

Segala kelebihan yang dimiliki oleh Singapura tersebut terkait upaya
aktifnya untuk menciptakan sistem perekonomian yang ideal tidak hanya di
negara Singapura sendiri namun juga di ASEAN, maka Singapura dijadikan
contoh nyata bagi negara-negara ASEAN lainnya dalam hal bagaimana suatu
negara bisa menjadi sedemikian maju (becoming role-model).
FTA yang dilakukan ASEAN juga bisa dikatakan sebagai upaya dari
Singapura (yang kemungkinan juga mendapatkan pengaruh dari Amerika Serikat)
dalam rangka menghapuskan jejak-jejak sosialisme dan komunisme di kawasan
Asia Tenggara. Saat ini negara-negara seperti Laos, Kamboja dan Vietnam, yang
dulu sangat terkenal karena ketiganya sebagai salah satu contoh dari teori
‘domino’23, telah membuka sistem perdagangan mereka kearah yang lebih liberal.
Meskipun kontrol negara masih kuat, namun saat ini ketiga negara tersebut secara
perlahan telah benar-benar membuka diri bagi masuknya investasi asing di negara
mereka. Terdapat peningkatan tingkat pendapatan di negara-negara ASEAN ratarata sebesar 5,23% sebagai hasil dari adanya ASEAN+324. Dengan peningkatan
tingkat pendapatan terendah yakni 1,20% di Kamboja dan peningkatan tingkat
pendapatan tertinggi yakni 12,10% di Thailand.
Sesungguhnya telah nyata bahwa ASEAN+3 yang berawal dari ide PM
Malaysia yang kemudian di dorong oleh negara Singapura, telah memberikan
peningkatan ekonomi yang positif bagi keseluruhan negara di ASEAN.

23

Efek domino ialah sebuah konsep/teori yang diciptakan atas kekhawatiran
Amerika Serikat dalam perang dingin, terhadap pengaruh perkembangan
komunisme di Asia, yang beranggapan jatuhnya suatu rezim/negara akan
berpengaruh pada negara lainnya yang berdekatan seperti halnya domino
jatuh.
24
Masahiro Kawai Dean dan Ganeshan Wignaraja. 2007. 2007. ASEAN+3 or
ASEAN+6: Which Way Forward. Geneva: Conference on Multilateralising
Regionalism. hlm 41. Tabel 11.

Namun yang menjadi pertanyaan banyak pihak, kenapa pada akhirnya FTA
yang muncul kebanyakan lebih mengacu pada FTA negara per negara, seperti
Jepang-Singapura, China-Thailand, Korea-Singapura, New Zealand-Singapura,
dan sebagainya? Karena pada kenyataan, sifat realism di masing-masing negara
yang terlibat di dalam berbagai kerangka kerjasama FTA tersebut masih dominan.
Mereka pada akhirnya hanya memikirkan bagaimana caranya untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat di negaranya
masing-masing.
Masing-masing negara memiliki regulasi sendiri-sendiri berkaitan dengan
seberapa besar tariff yang akan dihilangkan dari suatu negara ke negara mitra
dagangnya. Misalnya, kesepakatan FTA antara China dengan Thailand
menetapkan bahwa tariff yang berlaku untuk expor buah-buahan dari Thailand ke
China adalah 5%. Berbeda lagi tariff yang berlaku untuk kesepakatan FTA antara
China dengan Indonesia, maka tariff yang dikenakan untuk ekspor buah-buahan
dari Indonesia ke China adalah sebesar 10%.Perbedaan-perbedaan ini lah yang
masih terus diusahakan agar nantinya bisa diusahakan keseragaman tariff di antara
satu negara ASEAN dengan negara ASEAN lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dean, Masahiro Kawai dan Ganeshan Wignaraja. 2007. ASEAN+3 or ASEAN+6:
Which Way Forward. Geneva: Conference on Multilateralising
Regionalism.
Dosch, Jorn. 2007. Managing Security in ASEAN-China Relations: Liberal Peace
of Hegemonic Stability. Asian Perspective Vol.1. London: British Academy’s
Southeast Asia Committee and the Universities China Committee.
Gagne, Jean-Francois. 2007. Geopolitics in a Post-Cold War Context: From GeoStrategic to Geo-Economic Considerations?. Quebec: Raoul Dandurand
Chair of Strategic and Diplomatic Studies, University of Quebec at
Montreal.
Goh, Mee Leng, dkk. 2002. Competition between Ports of Singapore and
Malaysia. Singapore & Atlanta: The Logistics Institute-Asia Pacific,
National University of Singapore & Georgia Institute of Technology
Goh, Evelyn. 2004. Singapore’s Reaction to Rising China: Deep Engagement and
Strategic Adjustment. Singapore: Institute of Defence and Strategic Studies,
Nanyang Technological University
Goh, Evelyn. 2005. Great Powers and South and Southeast Asian Regional
Security Strategies: Omni-Enmeshment, Balancing and Hierarchical Order.
Singapore: Institute of
Defence and Strategic Studies, Nanyang
Technological University.
Nanto, Dick. K. 2008. East Asian Regional Architecture: New Economic and
Security Arrangements and U.S Policy. Washington D.C: Congressional
Research Service Report for Congress.
Kwan, Yum K. & Larry D. Qiu. 2010. The ASEAN+3 Trading Bloc. Hongkong:
Journal of Economic Integration.
Suzuki, Sanae. 2004. Chairmanship in ASEAN+3: A Shared Rule of Behavior –
Discussion Paper No.09. Chiba: Institute of Developing Economies.
Tan, See Seng. Riding the Chinese Dragon: Singapore’s Pragmatic Relationship
with
China.
Sumber
website:
http://www.nids.go.jp/english/publication/joint_research/series4/pdf/4-1.pdf
Wong, John, dkk. A Study on Singapore’s Experience in Regional Cooperation.
Singapore: East Asian Institute of the National University of Singapore.