MODUL IV PENETAPAN ANGKA ASAM DAN PENYAB
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JATIM
Praktikum
Percobaan
: KIMIA ORGANIK
: PENETAPAN ANGKA ASAM
DAN ANGKA PENYABUNAN
Tanggal
: 05 NOVEMBER 2015
Pembimbing : IR.KINDRIARI NURMA W, MT
Nama
NPM/Semester
Romb/Group
NPM/Teman Praktek
: IKKE PUTRI AYU D
: 1431010032 / III
: III/H
: 1431010022 / DION EKO
PUTRA
DRAFT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai
trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat.
Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair.
Angka penyabunan adalah reaksi asam lemak oleh adanya basa lemah. Angka
penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat moekul dari suatu
lemak atau minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh
terhadap rendahnya angka penyabunan.
Pada praktikum ini untuk melakukan penetapan angka asam bahan yang
digunakan adalah lemak/minyak, alcohol 95%, KOH, indicator pp. Dengan
menimbang 20 gran lemak atau minyak dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
dan ditambahkan 50 cc alcohol 95% netral.Setelah itu panaskan sampai
mendidih dan kocok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya.
Setelah dingin titrasi dengan larutan KOH dengan memakai indicator pp.
Sedangkan pada penetapan angka penyabunan bahan yang digunakan adalah
lemak/minyak, KOH alkoholis, HCl, indicator Methyl Orange. Dengan
menimbang minyak atau lemak 3 gram di masukkan ke erlenmeyer 200 cc
tambahkan 50 cc larutan KOH alkalis. Setelah itu didihkan selama 30 menit.
Dinginkan dan titrasi dengan larutan HCL dengan menggunakan Methyl
Orange.
Yang melatar belakangi praktikum kali ini yaitu bertujuan untuk
menentukan tingkat keasaman lemak,dan mengetahui cara penetapan angka
asam . Praktikan juga dapat mengetahui cara penetapan angka penyabunan
serta dapat menentukan angka penyabunan dalam lemak atau minyak. Serta
untuk mengetahui reaksi kimia saat mengidentifikasinya. Oleh karena itu
dilaksanakannya praktikum ini agar kita lebih memahami dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
I. 2. TUJUAN
1. Mengetahui cara penetapan angka asam dan menentukan tingkat keasaman
lemak
2. Mengetahui cara penetapan angka penyabunan
3. Menentukan angka penyabunan dalam lemak/minyak.
I.3. MANFAAT
1. Praktikan dapat mengetahui cara penetapan angka asam dan menentukan
tingkat keasaman lemak
2. Praktikan dapat mengetahui cara penetapan angka penyabunan
3. Praktikan dapat menentukan angka penyabunan dalam lemak/minyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TEORI SECARA UMUM
Lemak (bahasa yunani Lipos berarti Lemak) adalah senyawa yang tak
larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut organic yang relatif non polar misalnya dietil
eter atau chloroform. Oleh sebab itu senyawa ini dibagi menurut sifat fisiknya
yaitu senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan yang tidak larut dalam
air dan tidak dibagi menurut strukturnya. Oleh sebab itu tidak mengherankan,
bahwa golongan lemak masuk dalam bermacam-macam bentuk senyawa.
(Fessenden, 1997)
Berdasarkan ikatan kimianya asam lemak dibedakan menjadi 2,yaitu:
a.
Asam lemak Jenuh,bersifat non-esensial karena dapat disintesis
oleh tubuh dan pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar.Asam
lemak jenuh berasal dari lemak hewani,misalnya mentega.
b.
Asam lemak tidak jenuh, bersifat esensial karena tidak dapat
disintesis oleh tubuh dan umunya berwujud cair pada suhu kamar.Asam
Lema tidak jenuh berasal dari lemak nabati,misalnya minyak goreng.
(Anonim, 2013)
Lemak binatang, lemak nabati, senyawa bersifat lemak yang
mengandung fosfat, lilin, terpena, steroid, dan prostaglandin semuanya
termasuk lemak. Struktur lemak bermacam-macam, semua lemak mempunyai
sifat struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugusan hidrokarbon hidrofob
yang banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan hidrokarbon hidrofil.
Hal ini menggambarkan sifat struktur lemak yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut non polar.Struktur lemak pada umumnya sama,
perbedaannya tidak begitu mencolok, misalnya antara lemak daging dan
minyak yang bersifat lemak yaitu minyak jagung. Kedua senyawa tersebut
merupakan trimester yang terbentuk dari triol gliserol dan asam karboksilat
yang mempunyai tiga rantai panjang dan disebut asam lemak. Senyawa
triester ini disebut triasilgliserol atau trigliserida tanpa memperhatikan apakah
senyawa tersebut diisolasi dari lemak atau minyak.
Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada suhu kamar,
lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah
minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada suhu 21-25ºC,
hamper sama dengan suhu kamar didaerah beriklim dingin dan dibawah suhu
kamar didaerah tropis.Lemak dan minyak pada umumnya merupakan
trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa kekecualian. Oleh sebab itu
kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda,
missal satu asam palmiat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang
spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi,
misalnya
makanan
yang
dimakan
dan
suhu
yang
mempengaruhi
kehidupannya. Binatang berdarah panas cenderung melakukan biosintesa
lemak yang berbentuk cair pasa suhu tubuhnya. (Fessenden, 1997)
Jika lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali, ikatar ester putus
dan dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya. Reaksi berikut adalah
penyabunan pada tripalmitin.
O
CH2OC(CH2)14CH3
CHOH
O
CHOC(CH2)14CH3 + 3Na+OH- kalor
CHOH + 3CH3(CH2)14CO2-Na+
O
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
Tripalmitin
gliserol
(dari minyak kelapa)
natrium palmitat
(sabun)
Suatu molekul sabaun mengandung suatu rantai hidrokarbon
panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar benar larut dalam air.
Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsikan kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh
dua difat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut
dalam zat non polar, seperti tetesan-tetsan minyak. Kedua, ujung anion
molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekulmolekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak
menolak antara tetes-tetes sabun minya, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tetap tersuspensi. (Fessenden, 1982)
Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing) menjadi sabun
menurut cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (besifat
basa).Sabun dapat dibuat melalui proses kontinu. Pada proses kontinu, lemak
atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH) berlebih dalam sebuah ketel.
Jika penyabunan telah selesai, garam ditambahkan untuk emngendapkan
sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali
dikeluarkan oleh gliserol kembali melalui penyulingan. Endapan sabun gubal,
yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan
dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan
direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang
lama kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini
dapat dijual tanpa pengolahan lebih lanjut yaitu sebagai sabun industri yang
murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung
dalam pembuatan sabun goso. Beberapa perlakuan diperlukan untuk
mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun
wangi, sabun cuci, sabun cair, atau sabun apung.
Pada proses kontinu,yaitu yang biasa dilakukan dengan air pada suhu
dan tekanan tinggi dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau
minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar,asam
lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yng berlawanan
dengan cara penyulingan. Asam asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali
untuk membuat sabun. Molekul- molekul sabun terdiri dari rantai seperti
hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus ionik yang sangat polar pada
salah satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik (tertarik atau larut
dalam air). Dapat dikatakan bahwa molekul demikian adalah schizophrenik
atau mempunyai dua kepribadian. Jika sabun diguncang dengan air ia
membentuk dispersi koloid bukan larutan yang sesungguhnya. Larutan sabun
ini mengandung agregrat dari molekul molekul sabun yang dinamakan misel
yang berhubungan dengan air. Pada sabun biasa bagian luar dari misel
bermuatan negatif dan ion natrium yang positif berada didekat misel.
Pada waktu betindak dalam melepaskan kotoran,molekul-molekul sabun
mengelilingi dan mengemulsikan butiran minyak atau lemak. Ekor molekul
sabun yang lipofilik larut dalam minyak.ujung rantai yang hidrofilik
memanjang menuju ke air. Dengan cara ini butiran minyak dimantapan dalam
larutan air karena muatan permukaan yang negatif tidak akan bersentuhan
langsung dengan molekul pengotor. Sifat lain dari sabun yang menonjol
adalah rendahnya tegangan permukaan yang memberikan kekuatan
pembasahan pada sabun jika dibandingkan dengan air biasa. Gabungan
kekuatan pengemulsi dan sifat permukaanlah yang memungkinkan sabun
dapat melarutakan lemak,minyak,oli dari permukaan yang kotor. Sabun
mengemulsikannya dan mencucunya. Asas dalam cara pencucian ini juga
berlaku pada deterjen sintetik.(Achmadi, 1983)
Reaksi- reaksi
1. Hidrolisis
a) Dengan air berlebihan
b) Dengan larutan basa (NaOH) ini disebut penyabunan
c) Enzima : Steapsin (lipase dari pancreas)
d) Hidrolisis dengan H2O berlebihan dapat dilakukan dengan :
- Katalisator (H+) : - asam
- emulgator
contoh : C17H35COOC6H5SO3H
- Tanpa katalisator tetapi suhu tinggi 340° - 350°
2. Penghidrogenan (pengerasan minyak)
Dialirkan ke dalam campuran minyak ditambah serbuk Ni, suhu 150° 200° tekanan 2 atm
Berdasar : adisi H2 (penghidrogenan) pada ikatan – ikatan C=C . Lebih
banyak C=C dijenuhkan lebih keras konsistensi minyak itu.
Penghidrogenan ini dapat diatur. Penggunaan dari penghidrogenan ini
pembuatan margarine dari minyak.
3. Penguraian (kerusakan ketengikan) lemak
- Hidrolisis
- Kegiatan bakteri
- Auto Oksidasi :
Oksidasi oleh udara dari ikatan – ikatan rngkap dimana terjadi
peroksida yang mudah dipecah dan dapat memulai oksidasi yang lain.
Proses ini dikatalisiskan oleh cahaya, O2, H2O, beberapa logam (Cu,
Fe) dan suhu tinggi. Pada oksidasi ini terjadi aldehida – aldehida,
keton – keton dan asam – asam lemak dengan berat molekul rendah
-
dan zat – zat ini baunya tidak enak dan tengik
Anti Oksidan
Menghalangi auto oksidasi ini adalah zat – zat yang sangat mudah di
oksidasi. Karena ini menghalangi oksidasi zat bersangkutan. Disini
dipakai anti oksidan yang larut dalam minyak (lemak) misalnya
hidrokinon, vitamin E. Tidak dapat dipakai anti oksidans yang larut
dalam air misalnya vitamin C = asam L-askorbat.
(Riawan, 2002)
II.2. SIFAT BAHAN
1. Alkohol (Etanol)
Sifat Fisika:
a. Bentuk
b. Warna
c. Bau
d. Titik Didih
e. Titik Lebur
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
: Cairan
: Tidak Berwarna
: Seperti Alkohol
: 78.5°C
: -114.1°C
: 46 g/mol
b. Densitas
c. Kelarutan
: 0.8 g/ml
: Mudah larut dalam air dingin, air panas, methanol,
dan dietil eter. Larut dalam aseton
d. Fungsi
: Sebagai pelarut untuk melarutkan KOH
(Anonim, 2015)
2. KOH
Sifat Fisika :
a. Bentuk
b. Warna
c. Titik Didih
d. Titik Lebur
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
b. Densitas
c. Kelarutan
d. Fungsi
: Padat
: Putih
:1320°C
:380°C
: 56.10 g/mol
: 2.044 g/ml
: Sangat larut dalam etil alcohol, etil eter
: Sebagai titran pada penetapan angka asam, sebagai
reagen yang akan bereaksi dengan lemak / minyak
(Anonim, 2015)
3. HCl
Sifat Fisika :
a. Bentuk
: Cairan
b. Warna
: Tidak berwarna
c. Bau
: Berbau Tajam
d. Titik Didih: e. Titik Lebur
: -15.35 °C
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
: 36.47 g/mol
b. Densitas
: 1.48 g/ml
c. Kelarutan
: Larut dalam etil alcohol, etil eter, aquadest
d. Fungsi
: Sebagai titran pada penetapan angka penyabunan
(Anonim, 2015)
4. Indikator PP
Sifat Fisika :
a. Bentuk
: Bubuk
b. Warna
: Putih
c. Bau
: Tidak berbau
d. Titik Didih
: < 78.5 °C
e. Titik Lebur
: -114.1 °C
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
: 318.32 g/mol
b. Densitas
: 0.8 g/ml
c. Kelarutan
: Mudah larut dalam air dingin, air panas,
methanol,dietil eter . Larut dalam aseton
d. Fungsi
: Sebagai indicator saat titrasi
(Anonim, 2015)
5. Metil Orange
Sifat Fisika:
a. Bentuk
: Bubuk
b. Warna
: Orange – Kuning
c. Titik Didih: Terurai
d. Titik Lebur
: > 300°C
Sifat Kimia:
a. Berat Molekul
: 327.34 g/mol
b. Densitas
: - g/ml
c. Kelarutan
: Larut sebagian dalam air panas, larut dalam air
dingin, tidak larut dalam dietil eter, alcohol, larut dalam pirimidin
d. Fungsi
: Sebagai indicator saat titrasi
(Anonim, 2015)
6. Minyak / Lemak
Sifat Fisika:
a. Bentuk
b. Warna
c. Titik Didih: d. Titik Lebur
Sifat Kimia:
: Padat
: Tak Berwarna
: 35°C
a.
b.
c.
d.
Berat Molekul
Densitas
Kelarutan
Fungsi
(Anonim, 2015)
: - g/mol
: 0.952 g/ml
: Tidak larut dalam air dingin
: Sebagai bahan yang diidentifikasi
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan-bahan yang digunakan
1.
Lemak
2.
Minyak
3.
Alkohol
4.
KOH
5.
Indicator pp
6.
Indicator Methyl Orange
7.
HCl
III.2. Alat-alat yang digunakan
1. Spatula
2. Corong
3. Labu Ukur
4. Gelas Ukur
5. Beaker Glass
6. Pipet Tetes
7. Erlenmeyer
8. Neraca Analitik
9. Kaca Arloji
10. Penangas Air
11. Buret
12. Statif
III.3. Gambar Alat
Beaker Glass
Pipet
Spatula
Corong
penangas air
Neraca Analiitik
Erlenmeyer
Kaca Arloji
buret
III.4. Prosedur percobaan
a. Penetapan angka asam
Gelas Ukur
statif
Labu ukur
1. Timbang ±20 gr lemak / minyak, masukkan kedalam Erlenmeyer,
tambahkan 50 ml alcohol 95% netral.
2. Setelah itu sambung dengan pendingin tegak dan panaskan sampai
mendidih, dan kocok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak
bebasnya.
3. Setelah dingin, titrasi dengan larutan KOH 0,1 N dengan
menggunakan indicator pp.
4. Akhir titrasi tercapai bila perubahan warna menjadi merah muda.
Angka asam =
volume KOH x N KOH x BM KOH
berat bahan (gram)
b. Penetapan angka penyabunan
1. Timbang lemak / minyak dengan teliti 3 gr.
2. Letakkan dalam Erlenmeyer 200 ml.
3. Kemudian tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholis.
4. Setelah itu disambung sengan pendingin balik dan didihkan selama
±30 menit.
5. Kemudian kocok dengan kuat.
6. Dinginkan dan titrasi dengan larutan HCl 0,5 N dengan menggunakan
indicator Methyl Orange.
7. Kemudian laukakn pula terhadap blanko dengan prosedur yang sama.
Angka
penyabunan=
volume ( titrasi blanko−titrasi sam ple ) xN HClxBM KOH
berah bahan( gram)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 1983. “Kimia Organik Buku Kliah Singkat Edisi keenam”.
Jakarta:Erlangga.
Anonim. 2013. “Pengertian dan Fungsi Lemak”.http://softilmu.blogspot.co.id/20
13/07/pengertian-dan-fungsi-lemak.html/diakses pada 26 Oktober 2015 puk
ul 22.00
Anonim. 2015. ”Alkohol”. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol/diakses pada pada
26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. ”Asam
Klorida”. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_Klorida/
diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. ”Kalium Hidroksida”. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalium_
Hidroksida/diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim.
2015. ”Lemak”.http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak/diakses pada 26
Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015.”Minyak”.http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak/diakses pada 26
Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. “Methyl Orange”. http://en.wikipedia.org/wiki/Methyl_Orange
diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. “Phenolphthalein”. http://id.wikipedia.org/wiki/Phenolphthalein/
diakses pada 25 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB.
Fessenden.1982.”Kimia Organik Edisi ketiga”.Jakarta: Bina Aksara.
Fessenden.1997.”Dasar-Dasar Kimia Organik”.Jakarta: Bina Aksara.
Riawan, Drs. S. 2002. “Kimia Organik edisi I”. Jakarta : Erlangga
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JATIM
Praktikum
Percobaan
: KIMIA ORGANIK
: PENETAPAN ANGKA ASAM
DAN ANGKA PENYABUNAN
Tanggal
: 05 NOVEMBER 2015
Pembimbing : IR.KINDRIARI NURMA W, MT
Nama
NPM/Semester
Romb/Group
NPM/Teman Praktek
: IKKE PUTRI AYU D
: 1431010032 / III
: III/H
: 1431010022 / DION EKO
PUTRA
DRAFT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai
trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat.
Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair.
Angka penyabunan adalah reaksi asam lemak oleh adanya basa lemah. Angka
penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat moekul dari suatu
lemak atau minyak. Kandungan asam lemak yang tinggi dapat berpengaruh
terhadap rendahnya angka penyabunan.
Pada praktikum ini untuk melakukan penetapan angka asam bahan yang
digunakan adalah lemak/minyak, alcohol 95%, KOH, indicator pp. Dengan
menimbang 20 gran lemak atau minyak dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
dan ditambahkan 50 cc alcohol 95% netral.Setelah itu panaskan sampai
mendidih dan kocok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya.
Setelah dingin titrasi dengan larutan KOH dengan memakai indicator pp.
Sedangkan pada penetapan angka penyabunan bahan yang digunakan adalah
lemak/minyak, KOH alkoholis, HCl, indicator Methyl Orange. Dengan
menimbang minyak atau lemak 3 gram di masukkan ke erlenmeyer 200 cc
tambahkan 50 cc larutan KOH alkalis. Setelah itu didihkan selama 30 menit.
Dinginkan dan titrasi dengan larutan HCL dengan menggunakan Methyl
Orange.
Yang melatar belakangi praktikum kali ini yaitu bertujuan untuk
menentukan tingkat keasaman lemak,dan mengetahui cara penetapan angka
asam . Praktikan juga dapat mengetahui cara penetapan angka penyabunan
serta dapat menentukan angka penyabunan dalam lemak atau minyak. Serta
untuk mengetahui reaksi kimia saat mengidentifikasinya. Oleh karena itu
dilaksanakannya praktikum ini agar kita lebih memahami dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
I. 2. TUJUAN
1. Mengetahui cara penetapan angka asam dan menentukan tingkat keasaman
lemak
2. Mengetahui cara penetapan angka penyabunan
3. Menentukan angka penyabunan dalam lemak/minyak.
I.3. MANFAAT
1. Praktikan dapat mengetahui cara penetapan angka asam dan menentukan
tingkat keasaman lemak
2. Praktikan dapat mengetahui cara penetapan angka penyabunan
3. Praktikan dapat menentukan angka penyabunan dalam lemak/minyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TEORI SECARA UMUM
Lemak (bahasa yunani Lipos berarti Lemak) adalah senyawa yang tak
larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut organic yang relatif non polar misalnya dietil
eter atau chloroform. Oleh sebab itu senyawa ini dibagi menurut sifat fisiknya
yaitu senyawa yang larut dalam pelarut non polar dan yang tidak larut dalam
air dan tidak dibagi menurut strukturnya. Oleh sebab itu tidak mengherankan,
bahwa golongan lemak masuk dalam bermacam-macam bentuk senyawa.
(Fessenden, 1997)
Berdasarkan ikatan kimianya asam lemak dibedakan menjadi 2,yaitu:
a.
Asam lemak Jenuh,bersifat non-esensial karena dapat disintesis
oleh tubuh dan pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar.Asam
lemak jenuh berasal dari lemak hewani,misalnya mentega.
b.
Asam lemak tidak jenuh, bersifat esensial karena tidak dapat
disintesis oleh tubuh dan umunya berwujud cair pada suhu kamar.Asam
Lema tidak jenuh berasal dari lemak nabati,misalnya minyak goreng.
(Anonim, 2013)
Lemak binatang, lemak nabati, senyawa bersifat lemak yang
mengandung fosfat, lilin, terpena, steroid, dan prostaglandin semuanya
termasuk lemak. Struktur lemak bermacam-macam, semua lemak mempunyai
sifat struktur yang spesifik, yaitu mempunyai gugusan hidrokarbon hidrofob
yang banyak sekali dan hanya sedikit, jika ada, gugusan hidrokarbon hidrofil.
Hal ini menggambarkan sifat struktur lemak yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut non polar.Struktur lemak pada umumnya sama,
perbedaannya tidak begitu mencolok, misalnya antara lemak daging dan
minyak yang bersifat lemak yaitu minyak jagung. Kedua senyawa tersebut
merupakan trimester yang terbentuk dari triol gliserol dan asam karboksilat
yang mempunyai tiga rantai panjang dan disebut asam lemak. Senyawa
triester ini disebut triasilgliserol atau trigliserida tanpa memperhatikan apakah
senyawa tersebut diisolasi dari lemak atau minyak.
Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada suhu kamar,
lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah
minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada suhu 21-25ºC,
hamper sama dengan suhu kamar didaerah beriklim dingin dan dibawah suhu
kamar didaerah tropis.Lemak dan minyak pada umumnya merupakan
trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa kekecualian. Oleh sebab itu
kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda,
missal satu asam palmiat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang
spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi,
misalnya
makanan
yang
dimakan
dan
suhu
yang
mempengaruhi
kehidupannya. Binatang berdarah panas cenderung melakukan biosintesa
lemak yang berbentuk cair pasa suhu tubuhnya. (Fessenden, 1997)
Jika lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali, ikatar ester putus
dan dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya. Reaksi berikut adalah
penyabunan pada tripalmitin.
O
CH2OC(CH2)14CH3
CHOH
O
CHOC(CH2)14CH3 + 3Na+OH- kalor
CHOH + 3CH3(CH2)14CO2-Na+
O
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
Tripalmitin
gliserol
(dari minyak kelapa)
natrium palmitat
(sabun)
Suatu molekul sabaun mengandung suatu rantai hidrokarbon
panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar sedangkan ujung ion bersifat
hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar benar larut dalam air.
Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsikan kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh
dua difat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut
dalam zat non polar, seperti tetesan-tetsan minyak. Kedua, ujung anion
molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekulmolekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak
menolak antara tetes-tetes sabun minya, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tetap tersuspensi. (Fessenden, 1982)
Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing) menjadi sabun
menurut cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (besifat
basa).Sabun dapat dibuat melalui proses kontinu. Pada proses kontinu, lemak
atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH) berlebih dalam sebuah ketel.
Jika penyabunan telah selesai, garam ditambahkan untuk emngendapkan
sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali
dikeluarkan oleh gliserol kembali melalui penyulingan. Endapan sabun gubal,
yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan
dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan
direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang
lama kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini
dapat dijual tanpa pengolahan lebih lanjut yaitu sebagai sabun industri yang
murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung
dalam pembuatan sabun goso. Beberapa perlakuan diperlukan untuk
mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun
wangi, sabun cuci, sabun cair, atau sabun apung.
Pada proses kontinu,yaitu yang biasa dilakukan dengan air pada suhu
dan tekanan tinggi dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau
minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar,asam
lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yng berlawanan
dengan cara penyulingan. Asam asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali
untuk membuat sabun. Molekul- molekul sabun terdiri dari rantai seperti
hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus ionik yang sangat polar pada
salah satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik (tertarik atau larut
dalam air). Dapat dikatakan bahwa molekul demikian adalah schizophrenik
atau mempunyai dua kepribadian. Jika sabun diguncang dengan air ia
membentuk dispersi koloid bukan larutan yang sesungguhnya. Larutan sabun
ini mengandung agregrat dari molekul molekul sabun yang dinamakan misel
yang berhubungan dengan air. Pada sabun biasa bagian luar dari misel
bermuatan negatif dan ion natrium yang positif berada didekat misel.
Pada waktu betindak dalam melepaskan kotoran,molekul-molekul sabun
mengelilingi dan mengemulsikan butiran minyak atau lemak. Ekor molekul
sabun yang lipofilik larut dalam minyak.ujung rantai yang hidrofilik
memanjang menuju ke air. Dengan cara ini butiran minyak dimantapan dalam
larutan air karena muatan permukaan yang negatif tidak akan bersentuhan
langsung dengan molekul pengotor. Sifat lain dari sabun yang menonjol
adalah rendahnya tegangan permukaan yang memberikan kekuatan
pembasahan pada sabun jika dibandingkan dengan air biasa. Gabungan
kekuatan pengemulsi dan sifat permukaanlah yang memungkinkan sabun
dapat melarutakan lemak,minyak,oli dari permukaan yang kotor. Sabun
mengemulsikannya dan mencucunya. Asas dalam cara pencucian ini juga
berlaku pada deterjen sintetik.(Achmadi, 1983)
Reaksi- reaksi
1. Hidrolisis
a) Dengan air berlebihan
b) Dengan larutan basa (NaOH) ini disebut penyabunan
c) Enzima : Steapsin (lipase dari pancreas)
d) Hidrolisis dengan H2O berlebihan dapat dilakukan dengan :
- Katalisator (H+) : - asam
- emulgator
contoh : C17H35COOC6H5SO3H
- Tanpa katalisator tetapi suhu tinggi 340° - 350°
2. Penghidrogenan (pengerasan minyak)
Dialirkan ke dalam campuran minyak ditambah serbuk Ni, suhu 150° 200° tekanan 2 atm
Berdasar : adisi H2 (penghidrogenan) pada ikatan – ikatan C=C . Lebih
banyak C=C dijenuhkan lebih keras konsistensi minyak itu.
Penghidrogenan ini dapat diatur. Penggunaan dari penghidrogenan ini
pembuatan margarine dari minyak.
3. Penguraian (kerusakan ketengikan) lemak
- Hidrolisis
- Kegiatan bakteri
- Auto Oksidasi :
Oksidasi oleh udara dari ikatan – ikatan rngkap dimana terjadi
peroksida yang mudah dipecah dan dapat memulai oksidasi yang lain.
Proses ini dikatalisiskan oleh cahaya, O2, H2O, beberapa logam (Cu,
Fe) dan suhu tinggi. Pada oksidasi ini terjadi aldehida – aldehida,
keton – keton dan asam – asam lemak dengan berat molekul rendah
-
dan zat – zat ini baunya tidak enak dan tengik
Anti Oksidan
Menghalangi auto oksidasi ini adalah zat – zat yang sangat mudah di
oksidasi. Karena ini menghalangi oksidasi zat bersangkutan. Disini
dipakai anti oksidan yang larut dalam minyak (lemak) misalnya
hidrokinon, vitamin E. Tidak dapat dipakai anti oksidans yang larut
dalam air misalnya vitamin C = asam L-askorbat.
(Riawan, 2002)
II.2. SIFAT BAHAN
1. Alkohol (Etanol)
Sifat Fisika:
a. Bentuk
b. Warna
c. Bau
d. Titik Didih
e. Titik Lebur
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
: Cairan
: Tidak Berwarna
: Seperti Alkohol
: 78.5°C
: -114.1°C
: 46 g/mol
b. Densitas
c. Kelarutan
: 0.8 g/ml
: Mudah larut dalam air dingin, air panas, methanol,
dan dietil eter. Larut dalam aseton
d. Fungsi
: Sebagai pelarut untuk melarutkan KOH
(Anonim, 2015)
2. KOH
Sifat Fisika :
a. Bentuk
b. Warna
c. Titik Didih
d. Titik Lebur
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
b. Densitas
c. Kelarutan
d. Fungsi
: Padat
: Putih
:1320°C
:380°C
: 56.10 g/mol
: 2.044 g/ml
: Sangat larut dalam etil alcohol, etil eter
: Sebagai titran pada penetapan angka asam, sebagai
reagen yang akan bereaksi dengan lemak / minyak
(Anonim, 2015)
3. HCl
Sifat Fisika :
a. Bentuk
: Cairan
b. Warna
: Tidak berwarna
c. Bau
: Berbau Tajam
d. Titik Didih: e. Titik Lebur
: -15.35 °C
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
: 36.47 g/mol
b. Densitas
: 1.48 g/ml
c. Kelarutan
: Larut dalam etil alcohol, etil eter, aquadest
d. Fungsi
: Sebagai titran pada penetapan angka penyabunan
(Anonim, 2015)
4. Indikator PP
Sifat Fisika :
a. Bentuk
: Bubuk
b. Warna
: Putih
c. Bau
: Tidak berbau
d. Titik Didih
: < 78.5 °C
e. Titik Lebur
: -114.1 °C
Sifat Kimia :
a. Berat Molekul
: 318.32 g/mol
b. Densitas
: 0.8 g/ml
c. Kelarutan
: Mudah larut dalam air dingin, air panas,
methanol,dietil eter . Larut dalam aseton
d. Fungsi
: Sebagai indicator saat titrasi
(Anonim, 2015)
5. Metil Orange
Sifat Fisika:
a. Bentuk
: Bubuk
b. Warna
: Orange – Kuning
c. Titik Didih: Terurai
d. Titik Lebur
: > 300°C
Sifat Kimia:
a. Berat Molekul
: 327.34 g/mol
b. Densitas
: - g/ml
c. Kelarutan
: Larut sebagian dalam air panas, larut dalam air
dingin, tidak larut dalam dietil eter, alcohol, larut dalam pirimidin
d. Fungsi
: Sebagai indicator saat titrasi
(Anonim, 2015)
6. Minyak / Lemak
Sifat Fisika:
a. Bentuk
b. Warna
c. Titik Didih: d. Titik Lebur
Sifat Kimia:
: Padat
: Tak Berwarna
: 35°C
a.
b.
c.
d.
Berat Molekul
Densitas
Kelarutan
Fungsi
(Anonim, 2015)
: - g/mol
: 0.952 g/ml
: Tidak larut dalam air dingin
: Sebagai bahan yang diidentifikasi
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan-bahan yang digunakan
1.
Lemak
2.
Minyak
3.
Alkohol
4.
KOH
5.
Indicator pp
6.
Indicator Methyl Orange
7.
HCl
III.2. Alat-alat yang digunakan
1. Spatula
2. Corong
3. Labu Ukur
4. Gelas Ukur
5. Beaker Glass
6. Pipet Tetes
7. Erlenmeyer
8. Neraca Analitik
9. Kaca Arloji
10. Penangas Air
11. Buret
12. Statif
III.3. Gambar Alat
Beaker Glass
Pipet
Spatula
Corong
penangas air
Neraca Analiitik
Erlenmeyer
Kaca Arloji
buret
III.4. Prosedur percobaan
a. Penetapan angka asam
Gelas Ukur
statif
Labu ukur
1. Timbang ±20 gr lemak / minyak, masukkan kedalam Erlenmeyer,
tambahkan 50 ml alcohol 95% netral.
2. Setelah itu sambung dengan pendingin tegak dan panaskan sampai
mendidih, dan kocok kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak
bebasnya.
3. Setelah dingin, titrasi dengan larutan KOH 0,1 N dengan
menggunakan indicator pp.
4. Akhir titrasi tercapai bila perubahan warna menjadi merah muda.
Angka asam =
volume KOH x N KOH x BM KOH
berat bahan (gram)
b. Penetapan angka penyabunan
1. Timbang lemak / minyak dengan teliti 3 gr.
2. Letakkan dalam Erlenmeyer 200 ml.
3. Kemudian tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholis.
4. Setelah itu disambung sengan pendingin balik dan didihkan selama
±30 menit.
5. Kemudian kocok dengan kuat.
6. Dinginkan dan titrasi dengan larutan HCl 0,5 N dengan menggunakan
indicator Methyl Orange.
7. Kemudian laukakn pula terhadap blanko dengan prosedur yang sama.
Angka
penyabunan=
volume ( titrasi blanko−titrasi sam ple ) xN HClxBM KOH
berah bahan( gram)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 1983. “Kimia Organik Buku Kliah Singkat Edisi keenam”.
Jakarta:Erlangga.
Anonim. 2013. “Pengertian dan Fungsi Lemak”.http://softilmu.blogspot.co.id/20
13/07/pengertian-dan-fungsi-lemak.html/diakses pada 26 Oktober 2015 puk
ul 22.00
Anonim. 2015. ”Alkohol”. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol/diakses pada pada
26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. ”Asam
Klorida”. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_Klorida/
diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. ”Kalium Hidroksida”. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalium_
Hidroksida/diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim.
2015. ”Lemak”.http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak/diakses pada 26
Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015.”Minyak”.http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak/diakses pada 26
Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. “Methyl Orange”. http://en.wikipedia.org/wiki/Methyl_Orange
diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2015. “Phenolphthalein”. http://id.wikipedia.org/wiki/Phenolphthalein/
diakses pada 25 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB.
Fessenden.1982.”Kimia Organik Edisi ketiga”.Jakarta: Bina Aksara.
Fessenden.1997.”Dasar-Dasar Kimia Organik”.Jakarta: Bina Aksara.
Riawan, Drs. S. 2002. “Kimia Organik edisi I”. Jakarta : Erlangga