PSIKOPATOLOGI DAN PSIKOTERAPI MENURUT PS
PSIKOPATOLOGI DAN PSIKOTERAPI MENURUT
PSIKOLOGI BUDDHIS
A. PENGANTAR
Pada makalah ini akan dibahas tentang Psikopatologi dan Psikoterapi dari
psikologi Budhisme. Dimana pada jaman sekarang ini ilmu psikologi klinis sudah
berkembang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi tentang psikopatologi dan
psikoterapi. Psikopatologi sendiri adalah ilmu atau studi yang mempelajari tentang
gangguan jiwa, perilaku maladaptive dan tekanan mental. Kemudian psikoterapi sendiri
adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan
perilaku seseorang dengan interaksi formal antara dua pihak atau lebih yaitu antara klien
dan psikoterapis yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien.
Salah satu sumber yang sangat kaya dari psikologi- psikologi yang dirumuskan
dengan baik itu adalah agama – agama timur. Kebanyakan agama besar di asia berintikan
psikologi yang kurang diketahui oleh massa penganut kepercayaan tersebut tetapi sangat
dikenal oleh para profesional masing – masing. Sebagaimana terdapat banyak teori
kepribadian dilingkungan peradaban barat, begitu pula terdapat banyak psikologi timur.
Kendati terdapat perbedaan – perbedaan besar dalam hal kepercayaan dan pandangan
tentang dunia diantara agama – agama yang mengandung psikologi-psikologi timur,
namun psikologi – psikologi itu tidak terlalu berbeda. Salah satu persamaannya adalah
dalam hal penggunaan metode fenomenologis : semuanya berusaha menggambarkan
kodrat pengalamn langsung sang pribadi. Selanjutnya, semua psikologi ini mengeluhkan
tentang manusia sebagaimana adanya dan mempostulasikan suatu cara berada ideal yang
dapat dicapai oleh setiap orang yang tekun mencarinya. Apa yang universal pada
psikologi – psikologi yang berasal dari negeri – negeri yang berlainan ini tidak terletak
pada segi – segi spesifik teori – teori mereka tentang tingkah laku, melainkan pada usaha
mereka mengembangkan suatu pengetahuan sistematik tentang budi manusia.
Pendekatan psikologi – psikologi Asia didasarkan pada introspeksi dan pemeriksaan diri
sendiri yang menuntut banyak energi, berbeda dengan psikologi2 barat yang lebih
bersandar pada observasi tingkah laku.
1
Jalan untuk transformasi ini selalu melalui suatu perubahan yang menyeluruh
dalam kepribadian seseorang, sehingga kualitas- kualitas ideal ini dapat menjadi sifat –
sifat yang tetap. Akhirnya, semua psikologi Timur mengakui bahwa jalan utama ke arah
transformasi diri ini adalah meditasi.
Pada psikologi timur ini yang banyak berperan yaitu agama budha dimana
prinsip – prinsip psikologisnya dikemukakan oleh penemu agama ini yaitu budha
Gautama. Dan ilmu psikologi budha yang paling sistematik tersusun paling rinci
diberinama Abhidhama yang berarti ajaran pokok. Psikologi ini menguraikan wawasan
asli dari budha Gautama tentang kodrat manusia. Karena psikologi ini berasal dari ajaran
– ajaran pokok agama budha maka abhidama ini merupakan inti dari berbagai cabang
budhisme.
Pada abhidhama ini sendiri, sama halnya seperti psikologi barat yang mengenal
ada mental yang sehat atau kesehatan mental, mengenal adanya konsep faktor jiwa yang
sehat dan tidak sehat. Dimana akhirnya dari situ kita akan bisa mengetahui apa itu
pskopatologi menurut budhisme dan apa itu psikoterapi menurut budhisme.
B. TEORI
Dinamika kepribadian adalah gerak kepribadian yang terjelma dalam tingkah
laku, baik nampak maupun tidak nampak, terjadi karena interaksi antara faktor-faktor
jiwa sehat dan tidak sehat. Jika terjadi dominasi dari faktor-faktor tidak sehat tertentu
maka akan menghasilkan psikopatologi.
1. Unsur-Unsur Kepribadian
Kepribadian adalah perpaduan dari sekumpulan proses impersonal (bersifat
pribadi) yang timbul dan menghilang. Munculnya perilaku dalam suatu individu
merupakan gabungan dari pikiran, penginderaan, hawa nafsu dan sebagainya. Hanya
kesadaran penuh akan diri lah yang dapat menghubungkan dari waktu ke waktu,
biasanya disebut Bhava.
Objek psikologi Abhidamma adalah:
a. Penginderaan dari panca indera
b. Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam
c. Setiap keadaan jiwa yang terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa, yang disebut
faktor jiwa.
Prinsip-prinsip keadaan jiwa, baik sehat maupun tidak sehat:
a. Setiap keadaan jiwa hanya sebagian kecil kumpulan faktor yang hadir.
b. Kualitas-kualitas keadaan jiwa ditentukan oleh faktor-faktor mana yang
digabungkan.
2
c. Abhidhamma yakin bahwa setiap keadaan jiwa berasal dari pengaruh biologis
dan pengaruh situasi, di samping pemindahan pengaruh psikologis sebelumnya.
d. Setiap keadaan jiwa pada gilirannya menentukan kombinasi khusus faktor-faktor
dalam keadaan jiwa berikutnya.
Peranan faktor-faktor jiwa adalah:
a. Kunci menuju karma (prinsip bahwa setiap perbuatan dimotivasi oleh keadaankeadaan jiwa yang melatarbelakanginya.
b. Suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral adalah netral.
c. Oleh sebab itu sifat moral tingkah laku ditinjau dari motif-motif yang
melatarbelakangi orang untuk melakukan perbuatan itu.
d. Perbuatan seseorang memiliki campuran fator-faktor jiwa negatif.
e. Intinya bahwa segala apa yang ada pada manusia adalah sebagai akibat yang
dipikirkannya, yakni berdasarkan pikirannya, dan dibentuk oleh pikirannya juga.
2. Macam-Macam Faktor Jiwa
a. Kusula
: Berarti murni, baik, sehat.
b. Akusula
: Berarti tidak murni, tidak baik, tidak sehat.
Ada tujuh sifat netral yang ada dalam setiap keadaan jiwa. Faktor-faktor tersebut
merupakan jenis kerangka dasar kesadaran tempat tertanamnya faktor-faktor jiwa
sehat dan tidak sehat. kombinasi khusus faktor-faktor tersebut berbeda-beda dari
momen ke momen.
a. Phasa
: Appersepsi adalah kesadaran semata-mata (penghayatan maksimal)
b. Sanna
ke suatu objek.
: Persepsi, adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata
pada suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera.
c.
d.
e.
f.
Cetana
Vedana
Ekaggata
Manasikara
Misalnya penglihatan, pendengaran, pembauan, dsb.
: Kemauan, yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek.
: Perasaan, aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu.
: Keterarahan kepada satu titik, yakni pemusatan kesadaran.
: Perhatian spontan, yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja
karena daya tarik dari objek.
g. Jivitindriya : Energy psikis, yang memberi vitalitas dan mempersatukan keenam
faktor jiwa lainnya.
3. Faktor-Faktor Jiwa Tidak Sehat
A. Beberapa contoh faktor tidak sehatnya pada jiwa dari kelompok kognitif, antara
lain sebagai berikut:
1) Moha
: Delusi, bersifat perceptual, sentral, yakni kegelapan jiwa,
2) Aditthi
penyebab persepsi salah pada objek kesadaran.
: Pandangan salah, pemahaman tidak tepat karena pengaruh
delusi. Karena pandangan atau pemahaman salah, maka semua
3
yang tertuju menjadi tidak menyenangkan. Misalnya, pandangan
diri sebagai yang tetap model barat, secara timur hal-hal tersebut
3) Vicikiccha
adalah aditthi.
: Kebingungan,
4) Ahirika
5) Anottapa
6) Mana
menentukan atau membuat suatu keputusan yang tepat.
: Sikap tidak tahu
: Tanpa belas kasihan, bengis, kejam, sadis.
: Egoism, egoistis, mementingkan diri sendiri
mencerminkan
ketidak
mampuan
untuk
B. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok afektif ialah :
1) Uddhacca : Keresahan , rasa tidak tentram
2) Kukkucca : Kekhawatiran, yakni keadaan bingung, linglung,penyesalan.
3) Lobha
: Tamak, rakus serakah.
4) Macchariya : Kekikiran , pelit .
5) Issa
: Iri hati, menyebabkan keterikatan pada objek.
6) Dosa
: Kemuakan, merupakan sisi negatifnya dan selalu berhubungan
dengan delusi .
7) Thina
: Kontraksi , pengerutan, kejang-kejang,gemetar
8) Middha
: Kebekuan,sikap dingin .
Faktor-faktor tersebut penyebab jiwa menjadi kaku, tidak luwes, dan jika dominan
maka orang menjadi lamban.
Faktor-faktor jiwa sehat bersifat polar dengan lawannya. Jalan tengah tidak
ada. Prinsip polar tersebut dijadikan cara untuk membuat jiwa yang sehat, yakni
mengganti faktor-faktor tidak sehat. Hal ini merupakan prinsip resiprokal yang
menghambat timbale balik .
Sementara itu berapa faktor jiwa sehat dari kognitif ialah sebagai berikut :
a. Panna
: Pemahaman, insight, lawan dari delusi, persepsi yang jelas. Panna
b. Sati
dan moha tidak dapat hadir bersama .
: Sikap penuh perhatian, mind fulnness, pemahaman yang jelas dan
kontinyu pada objek. Panna dan sati menyebabkan orang menjadi
tenang selalu, dapat untuk menekan semua faktor tidak sehat.
c. Hiri
: Rendah hati, menghambat tidak tahu malu .
d. Ottappa
: Sikap penuh hati-hati, sikap tanpa penyesalan .
e. Cittujjukata : Kejujuran, gandengan dari ottappa ( kejujuran )
f. Saddaha
: Kepercayaan, yakni kepastian berdasarkan pada persepsi yang tepat.
Kombinasi dari hiri, ottapa, cittjjukata dan saddha.
4. Tipe-Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian menurut ajaran Abhidhamma adaah sebagai berikut:
1. Bahwa tipe-tipe kepribadian menurut Abhidhamma, secara langsung diturunkan
dari prinsip bahwa faktor-faktor jiwa muncul dalam kekuatan yang berbeda-beda.
4
2. Motif pada manusia berasal dari analisis mengenai faktor-faktor jiwa dan pengaruh
fakor-faktor tersebut pada tingkah laku. Motif itu menentukan keadaan jiwa
seseorang untuk mencari sesuatu atau menjauhinya.
3. Tipe-tipe manusia menurut Visudhimagga antara lain ialah:
a. Tipe orang suka kenikmatan: berpenampilan menarik, sopan dan menjawab
dengan hormat jika disapa. Mereka melakukan tugas-tugas mereka dengan
seni, rapi, sangat berhati-hati. Jika melihat objek yang menyenagkan, mereka
akan berhati-hati untuk mengaguminya, terpesona oleh tindakan, dan tidak
memperhatikan kekurangannya. Jika mereka meninggalakan objek yang yang
b.
indah dengan rasa sesal.
Tipe orang pembenci: berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan
serampangan dan tergesa-gesa, berdiri dengan tegang, dan marah jika
dibangunkan. Jika bekerja, mereka kasar dan sembrono, jika menyapu
berbunyi keras dan gaduh. Berpakaian ketat dan tidak rapi. Senang pada
makanan pedas dan asam, makan tergesa-gesa dan tidak memperhatikan cita
rasa, tidak suka makanan hambar. Mereka tidak tertarik pada objek-objek yang
indah, memperhatikan kekurangan sampai yang kecil-kecil, sementara
mengabaikan kebaikan-kebaikannnya, sering marah, penuh kebencian, kejam,
c.
mudah iri hati dan kikir.
Tipe orang delusi, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pakaiannya compang-camping, benangnya berselawiran, kasar seperti
rami,berat dan tidak enak dipakai.
Mangkuknya dari tanah liat yang buruk atau mangkuk logam yang berat,
bentuknya tidak serasi, memuakkan,tidak rata, tidak ada di desa
sekitarnya.
Desa yang cocok adalah desa yang tidak teratur, orangnya lalu-lalang
seolah-olah tidak melihatnya.
Orang yang menyalaminya adalah orang-orang yang kasar, kotor, tak
sedap dipandang mata, makanan kotor, berbau dan menjijikkan.
Makannya bubur yang telah hancur, dadih basi (langit-langit susu), bubur
yang asam, kari dari sayuran tua-tua, atau apa saja asal dapat mengisi
perut. Mengisi mulut sepenuh-penuhnya, ceroboh, mengotori muka
(dalam bahasa jawa gabres).
Cara berdiri seenaknya, suka tidur terlentang, bangun lamban, suka
menggerutu, banyak keluh kesah, tempat tidur tidak rapi.
Sebagai pekerja mereka tidak terampil, jorok, mereka menyapu dengan
kaku dan serampangan, tidak bersih.
5
Mereka tidak mempunyai ide baik atau jelek pada benda, percaya saja apa
yang dikatakan oleh orang lain, lalu turut memuja atau mencelanya.
Sering berkelakuan malas, kaku, kacau, mudah menyerah, dan bingung,
dapat juga keras kepala dan bandel.
3A. DINAMIKA PSIKOPATOLOGI
Psikopatologi di dalam Buddhis adalah ketika manusia dipenuhi atau didominasi
oleh faktor-faktor jiwa yang tidak sehat seperti delusi, pandangan yang salah, sikap tak
tahu malu, kecerobohan, egoirsme, keresahan, ketamakan, kemuakan, iri hati, kekikiran,
kekhawatiran, pengerutan, kebekuan dan kebingungan. Faktor-faktor jiwa yang tidak
sehat tersebut mengganggu usaha manusia untuk mengheningkan jiwa dalam samadi
(meditasi)
Secara operasional, indikator untuk mengkategorikan seseorang dalam kepribadian
yang sehat atau gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
a) Pribadi sehat Tidak ada faktor-faktor tidak sehat atau selalu ada faktor sehat.
b) Jiwa terganggu Ada faktor jiwa tidak sehat yang menguasai kejiwaan
seseorang.
c) Kriterium untuk kesehatan jiwa Adanya faktor-faktor yang sehat dan ketiadaan
faktor-faktor yang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis
seseorang.
Sehingga, menurut Abhidhamma orang yang sehat adalah
- Karuna yaitu kebaikan hati yang penuh kasih. Dalam Psikologi Humanistik dikenal
-
dengan Unconditional positive regard.
Mudita yaitu merasakan nikmat dalam kebahagiaan orang lain.
Tidak tertarik akan hal-hal duniawi. Karena dalam kitab suci Buddha mengatakan
-
bahwa “Semua orang yang tertarik hal-hal duniawi adalah gila”
Annusaya yaitu telah dipahami bahwa kecenderungan dari jiwa mengarah ke
-
keadaan-keadaan jiwa tidak sehat.
Meditasi yaitu sebagai sarana menuju kepribadian sehat dengan bhava.
Dinamika psikologis yang terjadi dalam diri manusia menurut Buddhis adalah
sebagai berikut:
a. Faktor faktor jiwa yang sehat dan tidak sehat saling menghambat.
b. Tetapi tidak selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang faktor-faktor
sehat dan tidak sehat.
c. Kehadiran yang satu menekan faktor tandingannya.
d. Dalam beberapa hal satu faktor sehat akan menghambat sekumpulan faktor tidak
sehat, misalnya ketidakterikatan mampu secara sendiri menghambat ketamakan,
kekikiran, iri hati dan kemuakan
6
e. Faktor-faktor kunci tertentu juga mampu menghambat sekumpulan faktor
tandingan secara keseluruhan, misalnya jika terdapat delusi, maka tidak satu pun
faktor baik dapat timbul atau hadir bersamanya.
f. Kamma atau karma seseoranglah sebagai penentu, apakah ia akan mengalami
keadaan jiwa sehat atau keadaan jiwa tidak sehat.
g. Suatu kombinasi faktor merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh biologis dann
pengaruh-pengaruh situasi di samping juga merupakan pindahan pengaruh dari
keadaan jiwa sebelumnya. Biasanya berupa suatu kelompok, entah positif atau
negatif (baik atau buruk).
h. Dalam setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa tersebut
muncul dengan kekuatan-kekuatan yang berbeda.
i. Faktor apa saja yang paling kuat, akan menentukan bagaimana seseorang
mengalami dan bertindak dalam suatu momen tertentu.
j. Walaupun mungkin semua faktor buruk hadir, namun keadaan yang dialami akan
sangat berbeda, tergantung pada apakah, misalnya ketamakan dan kebekuan yang
mendominasi jiwa.
k. Hierarki kekuatan dan faktor-faktor tersebut menetukan apakah keadaan spesifik
itu akan menjadi positif atau negatif.
l. Jika faktor tertentu atau sekumpulan faktor seringkali muncul dalam keadaan jiwa
seseorang, maka faktor tersebut akan menjadi sifat kepribadian.
m. Jumlah keseluruhan faktor-faktor jiwa yang sudah menjadi kebiasaan pada
seseorang, menentukan sifat-sifat kepribadiannya.
n. Daftar sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat sebagai
berikut:
Faktor jiwa yang sehat
a.
Perseptual (kognitif)
a) Pemahaman
b) Sikap penuh perhatian
c) Sikap rendah hati
d) Sikap penuh hati-hati
e) Kepercayaan
b.
Afektif
a) Ketenangan
b) Ketidak-terikatan
c) Ketidak-muakan
d) Kenetralan
e) Kegembiraan
f) Fleksibilitas
g) Kemampuan adaptasi
Faktor jiwa tidak sehaat
a)
b)
c)
d)
e)
Delusi
Pandangan yang salah
Sikap tak tahu malu
Kecerobohan
Egoisme
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Keresahan
Ketamakan
Kemuakan
Iri hati
Kekikiran
Kekhawatiran
Pengerutan
7
h) Kecakapan
i) Kejujuran
h) Kebekuan
i) Kebingungan
3B. BERBAGAI MODEL & PROSES PSIKOTERAPI
Tujuan dalam psikoterapi adalah untuk melatih manusia mengalahkan gejalagejala psikologis yang dominan sehingga menjadikan jiwa manusia seimbang dan dapat
disebut sebagai manusia yang harmonis. Setelah seseorang menyadari faktor tidak sehat
dalam dirinya, belum berarti apa-apa. Seseorang tersebut sebaiknya mencari strategi
untuk mencapai keadan sehat. Pendekatan yang dianjurkan ialah melakukan meditasi
atau samadi.
Kegiatan meditasi ada dua cara, meditasi dengan berkonsentrasi dan metode
meditasi dengan bersikap netral terhadap apapun yang muncul dan hilang dalam
kesadaran. Metode yang pertama disebut meditasi konsentrasi dan metode yang kedua
disebut meditasi penuh perhatian.
1. Meditasi Konsentrasi
Pada meditasi konsentrasi, meditator (pelaku meditasi) berusaha fokus pada
satu objek atau satu titik. Selama proses meditasi, meditator berusaha melampaui apa
yang dianggap batas normal dalam berfokus dengan satu objek dalam kesadaran.
William James berkata bahwa mungkin tidak seorang pun secara terus menerus dapat
mempertahankan hanya satu objek yang tidak berubah. Dan memang itulah tujuan
meditasi. Semakin mendalam konsentrasi, maka semakin stabil jiwa meditator dan
meditator dapat menyadari apa saja yang dia pikirkan dan rasakan (awareness).
Dengan banyak latihan meditasi, seorang meditator dapat mencapai kondisi dimana
hambatan-hambatan terhadap konsentrasi dapat diatasi.
Faktor-faktor yang mempercepat konsentrasi ialah:
a. Vicara dan vitakka, artinya perhatian yang diterapkan dan dipertahankan,
memusatkan perhatian hanya pada satu objek secara terus menerus.
b. Piti : Perasaan terpesona
c. Viriya : energi, tenaga
d. Uphekka : Ketenangan hati
Tingkatan samadi terdapat dua macam, ialah:
1. Konsentrasi: Pada tingkat ini membangun ketenangan hati. Konsentrasi ialah
“Jalan Masuk”, keadaan faktor-faktor ini akan berfluktuasi. Dengan
konsentrasi terus menerus pada satu objek, fluktuasi akan berubah
menjadi stabilitas dan mediator akan mengalami pemusatan total
dengan keadaan normal duniawinya. Maka meditator samapilah
8
pada tingkat kedua.
2. Jhana, keadaan diluar kesadaran. Dalam beberapa tradisi Buddha dan Hindu
disebut samadi. Dalam jhana persepsi-persepsi dan pikiran-pikiran
normal berhenti sama sekali.
Tingkatan jhana ada beberapa macam yang menggambarkan bahwa tingkatan
samadi semakin mendalam pada jhana-jhana berikutnya. Dalam jhana pertama,
meditator secara total terarah pada satu objek, sehingga jiwanya seperti melebur di
dalamnya. Rasa lebur itu dibarengi dengan kebahagiaan, perasaan terpesona, dan
lenyapnya pikiran dan perasaan lain dari jiwanya.
Diluar jhana terdapat tujuh tingkatan lainnya. Semakin tinggi tingkatannnya
ditandakan dengan semakin intens disertai perasaan bahagia yang semakin sukar
untuk dilukiskan. Pada jhana yang tinggi, perasaan bahagia akan digantikan dengan
ketenangan batin yang kuat. Hal ini akan membuat faktor tidak sehat akan terhamabt
dan faktor-faktor tidak sehat akan berkuasa. Jika jhana semakin dalam, maka
penghilangan faktor tidak sehat akan semakin efisien.
2. Meditasi dengan Sikap Penuh Perhatian
Pada metode ini, meditator berusaha mencapai kesadaran penuh kepada sikap
dan semua isi jiwa. Meditator tidak membiarkan perhatiannya berpusat pada pikiran
atau perasaan tertentu, tetapi berusaha mempertahankan peran sebagai “saksi” yang
netral terhadap semua itu. Meditator tidak menolak atau mengejar, tetapi setelah halhal tersebut tercatat lalu dikeluarkan dari kesadaran. Tiap kesadaran yang muncul
dianggap sama. Tidak ada yang diistimewakan sebagai figure atau latar belakang.
Sebagai meditator pemula terasa sukar untuk melepaskan persepsi dan pikiran.
Meditator akan terus menerus terseret dalam rentetan pikiran yang membuyarkan
sikap penuh perhatian.
Sikap penuh perhatian akan bekerja sangat baik jika konsentrasi kuat, agar
jiwa selalu siap mencatat persepsi dan pikiran. Namun konsentrasi tersebut tidak
boleh terlalu kuat, hingga menghentikan proses tersebut. Jika sikap penuh perhatian
meningkat, maka ilusi normal tentang kontinuitas jiwa dan pikiran logis didapatkan,
meditator akan menyadari satuan-satuan acak dan terpisah-pisah sehingga jiwa terusmenerus akan membangun suatu kenyataan.
9
Dalam samadi dengan penuh perhatian terdapat 3 tingkatan, ialah:
1.
Tahap Vipassana
Pada tahap ini, konsentrasi sangat kuat sehingga tidak satu momen pun
terlupakan. Maka masuklah kedalam tahap pemahaman atau insight atau
vipassana. Datangnya vipassana ditandai dengan persepsi yang semakin halus dan
tepat pada segala macam kegiatan kejiwaan.
2.
Tahap Nirvana
Dalam tahap nirvana, meditator tidak mengalami apa pun, juga tidak menglami
kebahagiaan dan ketenangan hati. Nirvana adalah keadaan lebih hampa dari
jhana. Masuk kedalam tahap nirvana ini dipandang sebagai jalan menuju
kepribadian yang sehat.
3.
Tahap Arahat
Tingkat ini adalah ideal kepribadian yang sehat. Arahat merupakan hakikat dari
kesehatan jiwa dan kepribadian menurut Abhidhamma. Tahap ini cenderung
permanen atau menetap. Bahwa setiap motif, persepsi, perbuatan yang
sebelumnya dipengaruhi faktor tidak sehat akan lenyap.
4.
CONTOH KASUS
Ketika seseorang mencuri karena iri dengan barang milik orang lain dan tidak
malu bila di cap sebagai seorang pencuri.
Misalnya si A memiliki kalung emas yang sangat indah dan mahal. Si B melihat dan iri
terhadap si A yang seorang kaya yang memiliki barang-barang mewah. Lalu saat si A
sedang lengah, si B diam-diam mencuri kalung emas miliki si A. Setelah si A sadar
bahwa kalung emasnya hilang, si A melaporkan kepada pihak berwajib. Setelah
ditelusuri, kalung tersebut ditemukan berada di si B. si B mengelak tidak mencuri
padahal barang bukti ada di si B.
Seorang pemuda bernama B berumur 28 tahun dibawa keluarganya ke rumah
sakit jiwa Semarang. Ia pernah sekolah sampai SMA dan berasal dari Cirebon. Ia pernah
menikah tapi kemudian bercerai. Pekerjaannya membantu orangtuanya di apotek.
Keluhan utama keluarga tentang pasien adalah karena B sering marah-marah, ngomongngomong sendiri ingin pindah rumah, dan mencoba membunuh dirinya. Ia mulai
menujukkan penyakitnya tahun 1980. Sebelumnya ia punya pengalaman menderita
kencing darah (diduga karena buang air kecil di tempat keramat). Pada usia 24 tahun ia
pernah ke Jakarta dan dipaksa teman-temannya untuk minum, namun karena B tidak mau
teman-temannya memukul kepala B. Ia pernah dirawat berberapa kali di RSJ, namun
10
belum sembuh ia sudah minta pulang. Usaha ingin membunuh diri didorong oleh komik
yang ia baca. Tokoh komik itu diceritakan membunuh dirinya lalu masuk ke dalam
sumur. Suatu hari B mendapat halusinasi, melihat api neraka yang sangat panas, dan
pemiliknya meminta B membakar dirinya sendiri agar terlepas dari masalah-masalah
hidupnya. Lalu B ke dapur mengambil minyak tanah dan menyiramkannya ke badannya
lalu menyulut dengan api. Setelah terbakar B berlari menuju sumur dan
mencemplungkan diri ke dalam sumur. Ia menderita luka bakar yang cukup parah.
Dari cerita tersebut, dapat dinyatakan bahwa B di dominasi oleh keadaan jiwa
tidak sehat yaitu delusi, adhitti dan ahirika.
5.
REFERENSI
Fudyartanto, Ki. 2003. Psikologi Kepribadian Timur. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Hall, C.S. & Lindszey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 2, Teori-Teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius
Lubis, D. Bachtiar. 2011. Understanding that Heals (Mengerti yang
Menyembuhkan). Malang: Alta Pustaka
11
PSIKOLOGI BUDDHIS
A. PENGANTAR
Pada makalah ini akan dibahas tentang Psikopatologi dan Psikoterapi dari
psikologi Budhisme. Dimana pada jaman sekarang ini ilmu psikologi klinis sudah
berkembang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi tentang psikopatologi dan
psikoterapi. Psikopatologi sendiri adalah ilmu atau studi yang mempelajari tentang
gangguan jiwa, perilaku maladaptive dan tekanan mental. Kemudian psikoterapi sendiri
adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan
perilaku seseorang dengan interaksi formal antara dua pihak atau lebih yaitu antara klien
dan psikoterapis yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien.
Salah satu sumber yang sangat kaya dari psikologi- psikologi yang dirumuskan
dengan baik itu adalah agama – agama timur. Kebanyakan agama besar di asia berintikan
psikologi yang kurang diketahui oleh massa penganut kepercayaan tersebut tetapi sangat
dikenal oleh para profesional masing – masing. Sebagaimana terdapat banyak teori
kepribadian dilingkungan peradaban barat, begitu pula terdapat banyak psikologi timur.
Kendati terdapat perbedaan – perbedaan besar dalam hal kepercayaan dan pandangan
tentang dunia diantara agama – agama yang mengandung psikologi-psikologi timur,
namun psikologi – psikologi itu tidak terlalu berbeda. Salah satu persamaannya adalah
dalam hal penggunaan metode fenomenologis : semuanya berusaha menggambarkan
kodrat pengalamn langsung sang pribadi. Selanjutnya, semua psikologi ini mengeluhkan
tentang manusia sebagaimana adanya dan mempostulasikan suatu cara berada ideal yang
dapat dicapai oleh setiap orang yang tekun mencarinya. Apa yang universal pada
psikologi – psikologi yang berasal dari negeri – negeri yang berlainan ini tidak terletak
pada segi – segi spesifik teori – teori mereka tentang tingkah laku, melainkan pada usaha
mereka mengembangkan suatu pengetahuan sistematik tentang budi manusia.
Pendekatan psikologi – psikologi Asia didasarkan pada introspeksi dan pemeriksaan diri
sendiri yang menuntut banyak energi, berbeda dengan psikologi2 barat yang lebih
bersandar pada observasi tingkah laku.
1
Jalan untuk transformasi ini selalu melalui suatu perubahan yang menyeluruh
dalam kepribadian seseorang, sehingga kualitas- kualitas ideal ini dapat menjadi sifat –
sifat yang tetap. Akhirnya, semua psikologi Timur mengakui bahwa jalan utama ke arah
transformasi diri ini adalah meditasi.
Pada psikologi timur ini yang banyak berperan yaitu agama budha dimana
prinsip – prinsip psikologisnya dikemukakan oleh penemu agama ini yaitu budha
Gautama. Dan ilmu psikologi budha yang paling sistematik tersusun paling rinci
diberinama Abhidhama yang berarti ajaran pokok. Psikologi ini menguraikan wawasan
asli dari budha Gautama tentang kodrat manusia. Karena psikologi ini berasal dari ajaran
– ajaran pokok agama budha maka abhidama ini merupakan inti dari berbagai cabang
budhisme.
Pada abhidhama ini sendiri, sama halnya seperti psikologi barat yang mengenal
ada mental yang sehat atau kesehatan mental, mengenal adanya konsep faktor jiwa yang
sehat dan tidak sehat. Dimana akhirnya dari situ kita akan bisa mengetahui apa itu
pskopatologi menurut budhisme dan apa itu psikoterapi menurut budhisme.
B. TEORI
Dinamika kepribadian adalah gerak kepribadian yang terjelma dalam tingkah
laku, baik nampak maupun tidak nampak, terjadi karena interaksi antara faktor-faktor
jiwa sehat dan tidak sehat. Jika terjadi dominasi dari faktor-faktor tidak sehat tertentu
maka akan menghasilkan psikopatologi.
1. Unsur-Unsur Kepribadian
Kepribadian adalah perpaduan dari sekumpulan proses impersonal (bersifat
pribadi) yang timbul dan menghilang. Munculnya perilaku dalam suatu individu
merupakan gabungan dari pikiran, penginderaan, hawa nafsu dan sebagainya. Hanya
kesadaran penuh akan diri lah yang dapat menghubungkan dari waktu ke waktu,
biasanya disebut Bhava.
Objek psikologi Abhidamma adalah:
a. Penginderaan dari panca indera
b. Pikiran-pikiran yang dianggap sebagai indera keenam
c. Setiap keadaan jiwa yang terdiri atas sekumpulan sifat-sifat jiwa, yang disebut
faktor jiwa.
Prinsip-prinsip keadaan jiwa, baik sehat maupun tidak sehat:
a. Setiap keadaan jiwa hanya sebagian kecil kumpulan faktor yang hadir.
b. Kualitas-kualitas keadaan jiwa ditentukan oleh faktor-faktor mana yang
digabungkan.
2
c. Abhidhamma yakin bahwa setiap keadaan jiwa berasal dari pengaruh biologis
dan pengaruh situasi, di samping pemindahan pengaruh psikologis sebelumnya.
d. Setiap keadaan jiwa pada gilirannya menentukan kombinasi khusus faktor-faktor
dalam keadaan jiwa berikutnya.
Peranan faktor-faktor jiwa adalah:
a. Kunci menuju karma (prinsip bahwa setiap perbuatan dimotivasi oleh keadaankeadaan jiwa yang melatarbelakanginya.
b. Suatu tingkah laku pada hakikatnya secara moral adalah netral.
c. Oleh sebab itu sifat moral tingkah laku ditinjau dari motif-motif yang
melatarbelakangi orang untuk melakukan perbuatan itu.
d. Perbuatan seseorang memiliki campuran fator-faktor jiwa negatif.
e. Intinya bahwa segala apa yang ada pada manusia adalah sebagai akibat yang
dipikirkannya, yakni berdasarkan pikirannya, dan dibentuk oleh pikirannya juga.
2. Macam-Macam Faktor Jiwa
a. Kusula
: Berarti murni, baik, sehat.
b. Akusula
: Berarti tidak murni, tidak baik, tidak sehat.
Ada tujuh sifat netral yang ada dalam setiap keadaan jiwa. Faktor-faktor tersebut
merupakan jenis kerangka dasar kesadaran tempat tertanamnya faktor-faktor jiwa
sehat dan tidak sehat. kombinasi khusus faktor-faktor tersebut berbeda-beda dari
momen ke momen.
a. Phasa
: Appersepsi adalah kesadaran semata-mata (penghayatan maksimal)
b. Sanna
ke suatu objek.
: Persepsi, adalah pengenalan pertama bahwa kesadaran semata-mata
pada suatu objek yang tersebut termasuk dalam salah satu indera.
c.
d.
e.
f.
Cetana
Vedana
Ekaggata
Manasikara
Misalnya penglihatan, pendengaran, pembauan, dsb.
: Kemauan, yakni reaksi terkondisi yang menyertai suatu objek.
: Perasaan, aneka penginderaan yang dibangkitkan oleh objek itu.
: Keterarahan kepada satu titik, yakni pemusatan kesadaran.
: Perhatian spontan, yakni pengarahan perhatian yang tidak disengaja
karena daya tarik dari objek.
g. Jivitindriya : Energy psikis, yang memberi vitalitas dan mempersatukan keenam
faktor jiwa lainnya.
3. Faktor-Faktor Jiwa Tidak Sehat
A. Beberapa contoh faktor tidak sehatnya pada jiwa dari kelompok kognitif, antara
lain sebagai berikut:
1) Moha
: Delusi, bersifat perceptual, sentral, yakni kegelapan jiwa,
2) Aditthi
penyebab persepsi salah pada objek kesadaran.
: Pandangan salah, pemahaman tidak tepat karena pengaruh
delusi. Karena pandangan atau pemahaman salah, maka semua
3
yang tertuju menjadi tidak menyenangkan. Misalnya, pandangan
diri sebagai yang tetap model barat, secara timur hal-hal tersebut
3) Vicikiccha
adalah aditthi.
: Kebingungan,
4) Ahirika
5) Anottapa
6) Mana
menentukan atau membuat suatu keputusan yang tepat.
: Sikap tidak tahu
: Tanpa belas kasihan, bengis, kejam, sadis.
: Egoism, egoistis, mementingkan diri sendiri
mencerminkan
ketidak
mampuan
untuk
B. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok afektif ialah :
1) Uddhacca : Keresahan , rasa tidak tentram
2) Kukkucca : Kekhawatiran, yakni keadaan bingung, linglung,penyesalan.
3) Lobha
: Tamak, rakus serakah.
4) Macchariya : Kekikiran , pelit .
5) Issa
: Iri hati, menyebabkan keterikatan pada objek.
6) Dosa
: Kemuakan, merupakan sisi negatifnya dan selalu berhubungan
dengan delusi .
7) Thina
: Kontraksi , pengerutan, kejang-kejang,gemetar
8) Middha
: Kebekuan,sikap dingin .
Faktor-faktor tersebut penyebab jiwa menjadi kaku, tidak luwes, dan jika dominan
maka orang menjadi lamban.
Faktor-faktor jiwa sehat bersifat polar dengan lawannya. Jalan tengah tidak
ada. Prinsip polar tersebut dijadikan cara untuk membuat jiwa yang sehat, yakni
mengganti faktor-faktor tidak sehat. Hal ini merupakan prinsip resiprokal yang
menghambat timbale balik .
Sementara itu berapa faktor jiwa sehat dari kognitif ialah sebagai berikut :
a. Panna
: Pemahaman, insight, lawan dari delusi, persepsi yang jelas. Panna
b. Sati
dan moha tidak dapat hadir bersama .
: Sikap penuh perhatian, mind fulnness, pemahaman yang jelas dan
kontinyu pada objek. Panna dan sati menyebabkan orang menjadi
tenang selalu, dapat untuk menekan semua faktor tidak sehat.
c. Hiri
: Rendah hati, menghambat tidak tahu malu .
d. Ottappa
: Sikap penuh hati-hati, sikap tanpa penyesalan .
e. Cittujjukata : Kejujuran, gandengan dari ottappa ( kejujuran )
f. Saddaha
: Kepercayaan, yakni kepastian berdasarkan pada persepsi yang tepat.
Kombinasi dari hiri, ottapa, cittjjukata dan saddha.
4. Tipe-Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian menurut ajaran Abhidhamma adaah sebagai berikut:
1. Bahwa tipe-tipe kepribadian menurut Abhidhamma, secara langsung diturunkan
dari prinsip bahwa faktor-faktor jiwa muncul dalam kekuatan yang berbeda-beda.
4
2. Motif pada manusia berasal dari analisis mengenai faktor-faktor jiwa dan pengaruh
fakor-faktor tersebut pada tingkah laku. Motif itu menentukan keadaan jiwa
seseorang untuk mencari sesuatu atau menjauhinya.
3. Tipe-tipe manusia menurut Visudhimagga antara lain ialah:
a. Tipe orang suka kenikmatan: berpenampilan menarik, sopan dan menjawab
dengan hormat jika disapa. Mereka melakukan tugas-tugas mereka dengan
seni, rapi, sangat berhati-hati. Jika melihat objek yang menyenagkan, mereka
akan berhati-hati untuk mengaguminya, terpesona oleh tindakan, dan tidak
memperhatikan kekurangannya. Jika mereka meninggalakan objek yang yang
b.
indah dengan rasa sesal.
Tipe orang pembenci: berdiri dengan kaku, tempat tidur dibereskan dengan
serampangan dan tergesa-gesa, berdiri dengan tegang, dan marah jika
dibangunkan. Jika bekerja, mereka kasar dan sembrono, jika menyapu
berbunyi keras dan gaduh. Berpakaian ketat dan tidak rapi. Senang pada
makanan pedas dan asam, makan tergesa-gesa dan tidak memperhatikan cita
rasa, tidak suka makanan hambar. Mereka tidak tertarik pada objek-objek yang
indah, memperhatikan kekurangan sampai yang kecil-kecil, sementara
mengabaikan kebaikan-kebaikannnya, sering marah, penuh kebencian, kejam,
c.
mudah iri hati dan kikir.
Tipe orang delusi, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pakaiannya compang-camping, benangnya berselawiran, kasar seperti
rami,berat dan tidak enak dipakai.
Mangkuknya dari tanah liat yang buruk atau mangkuk logam yang berat,
bentuknya tidak serasi, memuakkan,tidak rata, tidak ada di desa
sekitarnya.
Desa yang cocok adalah desa yang tidak teratur, orangnya lalu-lalang
seolah-olah tidak melihatnya.
Orang yang menyalaminya adalah orang-orang yang kasar, kotor, tak
sedap dipandang mata, makanan kotor, berbau dan menjijikkan.
Makannya bubur yang telah hancur, dadih basi (langit-langit susu), bubur
yang asam, kari dari sayuran tua-tua, atau apa saja asal dapat mengisi
perut. Mengisi mulut sepenuh-penuhnya, ceroboh, mengotori muka
(dalam bahasa jawa gabres).
Cara berdiri seenaknya, suka tidur terlentang, bangun lamban, suka
menggerutu, banyak keluh kesah, tempat tidur tidak rapi.
Sebagai pekerja mereka tidak terampil, jorok, mereka menyapu dengan
kaku dan serampangan, tidak bersih.
5
Mereka tidak mempunyai ide baik atau jelek pada benda, percaya saja apa
yang dikatakan oleh orang lain, lalu turut memuja atau mencelanya.
Sering berkelakuan malas, kaku, kacau, mudah menyerah, dan bingung,
dapat juga keras kepala dan bandel.
3A. DINAMIKA PSIKOPATOLOGI
Psikopatologi di dalam Buddhis adalah ketika manusia dipenuhi atau didominasi
oleh faktor-faktor jiwa yang tidak sehat seperti delusi, pandangan yang salah, sikap tak
tahu malu, kecerobohan, egoirsme, keresahan, ketamakan, kemuakan, iri hati, kekikiran,
kekhawatiran, pengerutan, kebekuan dan kebingungan. Faktor-faktor jiwa yang tidak
sehat tersebut mengganggu usaha manusia untuk mengheningkan jiwa dalam samadi
(meditasi)
Secara operasional, indikator untuk mengkategorikan seseorang dalam kepribadian
yang sehat atau gangguan jiwa adalah sebagai berikut:
a) Pribadi sehat Tidak ada faktor-faktor tidak sehat atau selalu ada faktor sehat.
b) Jiwa terganggu Ada faktor jiwa tidak sehat yang menguasai kejiwaan
seseorang.
c) Kriterium untuk kesehatan jiwa Adanya faktor-faktor yang sehat dan ketiadaan
faktor-faktor yang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis
seseorang.
Sehingga, menurut Abhidhamma orang yang sehat adalah
- Karuna yaitu kebaikan hati yang penuh kasih. Dalam Psikologi Humanistik dikenal
-
dengan Unconditional positive regard.
Mudita yaitu merasakan nikmat dalam kebahagiaan orang lain.
Tidak tertarik akan hal-hal duniawi. Karena dalam kitab suci Buddha mengatakan
-
bahwa “Semua orang yang tertarik hal-hal duniawi adalah gila”
Annusaya yaitu telah dipahami bahwa kecenderungan dari jiwa mengarah ke
-
keadaan-keadaan jiwa tidak sehat.
Meditasi yaitu sebagai sarana menuju kepribadian sehat dengan bhava.
Dinamika psikologis yang terjadi dalam diri manusia menurut Buddhis adalah
sebagai berikut:
a. Faktor faktor jiwa yang sehat dan tidak sehat saling menghambat.
b. Tetapi tidak selalu terdapat hubungan satu lawan satu antara sepasang faktor-faktor
sehat dan tidak sehat.
c. Kehadiran yang satu menekan faktor tandingannya.
d. Dalam beberapa hal satu faktor sehat akan menghambat sekumpulan faktor tidak
sehat, misalnya ketidakterikatan mampu secara sendiri menghambat ketamakan,
kekikiran, iri hati dan kemuakan
6
e. Faktor-faktor kunci tertentu juga mampu menghambat sekumpulan faktor
tandingan secara keseluruhan, misalnya jika terdapat delusi, maka tidak satu pun
faktor baik dapat timbul atau hadir bersamanya.
f. Kamma atau karma seseoranglah sebagai penentu, apakah ia akan mengalami
keadaan jiwa sehat atau keadaan jiwa tidak sehat.
g. Suatu kombinasi faktor merupakan hasil dari pengaruh-pengaruh biologis dann
pengaruh-pengaruh situasi di samping juga merupakan pindahan pengaruh dari
keadaan jiwa sebelumnya. Biasanya berupa suatu kelompok, entah positif atau
negatif (baik atau buruk).
h. Dalam setiap keadaan jiwa tertentu, faktor yang membentuk keadaan jiwa tersebut
muncul dengan kekuatan-kekuatan yang berbeda.
i. Faktor apa saja yang paling kuat, akan menentukan bagaimana seseorang
mengalami dan bertindak dalam suatu momen tertentu.
j. Walaupun mungkin semua faktor buruk hadir, namun keadaan yang dialami akan
sangat berbeda, tergantung pada apakah, misalnya ketamakan dan kebekuan yang
mendominasi jiwa.
k. Hierarki kekuatan dan faktor-faktor tersebut menetukan apakah keadaan spesifik
itu akan menjadi positif atau negatif.
l. Jika faktor tertentu atau sekumpulan faktor seringkali muncul dalam keadaan jiwa
seseorang, maka faktor tersebut akan menjadi sifat kepribadian.
m. Jumlah keseluruhan faktor-faktor jiwa yang sudah menjadi kebiasaan pada
seseorang, menentukan sifat-sifat kepribadiannya.
n. Daftar sifat-sifat kepribadian menurut faktor-faktor jiwa sehat dan tidak sehat sebagai
berikut:
Faktor jiwa yang sehat
a.
Perseptual (kognitif)
a) Pemahaman
b) Sikap penuh perhatian
c) Sikap rendah hati
d) Sikap penuh hati-hati
e) Kepercayaan
b.
Afektif
a) Ketenangan
b) Ketidak-terikatan
c) Ketidak-muakan
d) Kenetralan
e) Kegembiraan
f) Fleksibilitas
g) Kemampuan adaptasi
Faktor jiwa tidak sehaat
a)
b)
c)
d)
e)
Delusi
Pandangan yang salah
Sikap tak tahu malu
Kecerobohan
Egoisme
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Keresahan
Ketamakan
Kemuakan
Iri hati
Kekikiran
Kekhawatiran
Pengerutan
7
h) Kecakapan
i) Kejujuran
h) Kebekuan
i) Kebingungan
3B. BERBAGAI MODEL & PROSES PSIKOTERAPI
Tujuan dalam psikoterapi adalah untuk melatih manusia mengalahkan gejalagejala psikologis yang dominan sehingga menjadikan jiwa manusia seimbang dan dapat
disebut sebagai manusia yang harmonis. Setelah seseorang menyadari faktor tidak sehat
dalam dirinya, belum berarti apa-apa. Seseorang tersebut sebaiknya mencari strategi
untuk mencapai keadan sehat. Pendekatan yang dianjurkan ialah melakukan meditasi
atau samadi.
Kegiatan meditasi ada dua cara, meditasi dengan berkonsentrasi dan metode
meditasi dengan bersikap netral terhadap apapun yang muncul dan hilang dalam
kesadaran. Metode yang pertama disebut meditasi konsentrasi dan metode yang kedua
disebut meditasi penuh perhatian.
1. Meditasi Konsentrasi
Pada meditasi konsentrasi, meditator (pelaku meditasi) berusaha fokus pada
satu objek atau satu titik. Selama proses meditasi, meditator berusaha melampaui apa
yang dianggap batas normal dalam berfokus dengan satu objek dalam kesadaran.
William James berkata bahwa mungkin tidak seorang pun secara terus menerus dapat
mempertahankan hanya satu objek yang tidak berubah. Dan memang itulah tujuan
meditasi. Semakin mendalam konsentrasi, maka semakin stabil jiwa meditator dan
meditator dapat menyadari apa saja yang dia pikirkan dan rasakan (awareness).
Dengan banyak latihan meditasi, seorang meditator dapat mencapai kondisi dimana
hambatan-hambatan terhadap konsentrasi dapat diatasi.
Faktor-faktor yang mempercepat konsentrasi ialah:
a. Vicara dan vitakka, artinya perhatian yang diterapkan dan dipertahankan,
memusatkan perhatian hanya pada satu objek secara terus menerus.
b. Piti : Perasaan terpesona
c. Viriya : energi, tenaga
d. Uphekka : Ketenangan hati
Tingkatan samadi terdapat dua macam, ialah:
1. Konsentrasi: Pada tingkat ini membangun ketenangan hati. Konsentrasi ialah
“Jalan Masuk”, keadaan faktor-faktor ini akan berfluktuasi. Dengan
konsentrasi terus menerus pada satu objek, fluktuasi akan berubah
menjadi stabilitas dan mediator akan mengalami pemusatan total
dengan keadaan normal duniawinya. Maka meditator samapilah
8
pada tingkat kedua.
2. Jhana, keadaan diluar kesadaran. Dalam beberapa tradisi Buddha dan Hindu
disebut samadi. Dalam jhana persepsi-persepsi dan pikiran-pikiran
normal berhenti sama sekali.
Tingkatan jhana ada beberapa macam yang menggambarkan bahwa tingkatan
samadi semakin mendalam pada jhana-jhana berikutnya. Dalam jhana pertama,
meditator secara total terarah pada satu objek, sehingga jiwanya seperti melebur di
dalamnya. Rasa lebur itu dibarengi dengan kebahagiaan, perasaan terpesona, dan
lenyapnya pikiran dan perasaan lain dari jiwanya.
Diluar jhana terdapat tujuh tingkatan lainnya. Semakin tinggi tingkatannnya
ditandakan dengan semakin intens disertai perasaan bahagia yang semakin sukar
untuk dilukiskan. Pada jhana yang tinggi, perasaan bahagia akan digantikan dengan
ketenangan batin yang kuat. Hal ini akan membuat faktor tidak sehat akan terhamabt
dan faktor-faktor tidak sehat akan berkuasa. Jika jhana semakin dalam, maka
penghilangan faktor tidak sehat akan semakin efisien.
2. Meditasi dengan Sikap Penuh Perhatian
Pada metode ini, meditator berusaha mencapai kesadaran penuh kepada sikap
dan semua isi jiwa. Meditator tidak membiarkan perhatiannya berpusat pada pikiran
atau perasaan tertentu, tetapi berusaha mempertahankan peran sebagai “saksi” yang
netral terhadap semua itu. Meditator tidak menolak atau mengejar, tetapi setelah halhal tersebut tercatat lalu dikeluarkan dari kesadaran. Tiap kesadaran yang muncul
dianggap sama. Tidak ada yang diistimewakan sebagai figure atau latar belakang.
Sebagai meditator pemula terasa sukar untuk melepaskan persepsi dan pikiran.
Meditator akan terus menerus terseret dalam rentetan pikiran yang membuyarkan
sikap penuh perhatian.
Sikap penuh perhatian akan bekerja sangat baik jika konsentrasi kuat, agar
jiwa selalu siap mencatat persepsi dan pikiran. Namun konsentrasi tersebut tidak
boleh terlalu kuat, hingga menghentikan proses tersebut. Jika sikap penuh perhatian
meningkat, maka ilusi normal tentang kontinuitas jiwa dan pikiran logis didapatkan,
meditator akan menyadari satuan-satuan acak dan terpisah-pisah sehingga jiwa terusmenerus akan membangun suatu kenyataan.
9
Dalam samadi dengan penuh perhatian terdapat 3 tingkatan, ialah:
1.
Tahap Vipassana
Pada tahap ini, konsentrasi sangat kuat sehingga tidak satu momen pun
terlupakan. Maka masuklah kedalam tahap pemahaman atau insight atau
vipassana. Datangnya vipassana ditandai dengan persepsi yang semakin halus dan
tepat pada segala macam kegiatan kejiwaan.
2.
Tahap Nirvana
Dalam tahap nirvana, meditator tidak mengalami apa pun, juga tidak menglami
kebahagiaan dan ketenangan hati. Nirvana adalah keadaan lebih hampa dari
jhana. Masuk kedalam tahap nirvana ini dipandang sebagai jalan menuju
kepribadian yang sehat.
3.
Tahap Arahat
Tingkat ini adalah ideal kepribadian yang sehat. Arahat merupakan hakikat dari
kesehatan jiwa dan kepribadian menurut Abhidhamma. Tahap ini cenderung
permanen atau menetap. Bahwa setiap motif, persepsi, perbuatan yang
sebelumnya dipengaruhi faktor tidak sehat akan lenyap.
4.
CONTOH KASUS
Ketika seseorang mencuri karena iri dengan barang milik orang lain dan tidak
malu bila di cap sebagai seorang pencuri.
Misalnya si A memiliki kalung emas yang sangat indah dan mahal. Si B melihat dan iri
terhadap si A yang seorang kaya yang memiliki barang-barang mewah. Lalu saat si A
sedang lengah, si B diam-diam mencuri kalung emas miliki si A. Setelah si A sadar
bahwa kalung emasnya hilang, si A melaporkan kepada pihak berwajib. Setelah
ditelusuri, kalung tersebut ditemukan berada di si B. si B mengelak tidak mencuri
padahal barang bukti ada di si B.
Seorang pemuda bernama B berumur 28 tahun dibawa keluarganya ke rumah
sakit jiwa Semarang. Ia pernah sekolah sampai SMA dan berasal dari Cirebon. Ia pernah
menikah tapi kemudian bercerai. Pekerjaannya membantu orangtuanya di apotek.
Keluhan utama keluarga tentang pasien adalah karena B sering marah-marah, ngomongngomong sendiri ingin pindah rumah, dan mencoba membunuh dirinya. Ia mulai
menujukkan penyakitnya tahun 1980. Sebelumnya ia punya pengalaman menderita
kencing darah (diduga karena buang air kecil di tempat keramat). Pada usia 24 tahun ia
pernah ke Jakarta dan dipaksa teman-temannya untuk minum, namun karena B tidak mau
teman-temannya memukul kepala B. Ia pernah dirawat berberapa kali di RSJ, namun
10
belum sembuh ia sudah minta pulang. Usaha ingin membunuh diri didorong oleh komik
yang ia baca. Tokoh komik itu diceritakan membunuh dirinya lalu masuk ke dalam
sumur. Suatu hari B mendapat halusinasi, melihat api neraka yang sangat panas, dan
pemiliknya meminta B membakar dirinya sendiri agar terlepas dari masalah-masalah
hidupnya. Lalu B ke dapur mengambil minyak tanah dan menyiramkannya ke badannya
lalu menyulut dengan api. Setelah terbakar B berlari menuju sumur dan
mencemplungkan diri ke dalam sumur. Ia menderita luka bakar yang cukup parah.
Dari cerita tersebut, dapat dinyatakan bahwa B di dominasi oleh keadaan jiwa
tidak sehat yaitu delusi, adhitti dan ahirika.
5.
REFERENSI
Fudyartanto, Ki. 2003. Psikologi Kepribadian Timur. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Hall, C.S. & Lindszey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 2, Teori-Teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius
Lubis, D. Bachtiar. 2011. Understanding that Heals (Mengerti yang
Menyembuhkan). Malang: Alta Pustaka
11