PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM DONGENG GUNUNG TAMPOMAS DAN CADAS PANGERAN (dalam Kontek Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD)
PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM DONGENG GUNUNG TAMPOMAS DAN CADAS PANGERAN
(dalam Kontek Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD)
Windu Mandela
windumandela17@gmail.com STKIP Sebelas April Sumedang
ABSTRAK
Penelitian ini beranjak dari permasalahan yang timbul atas kurangnya nilai karakter yang tercermin dalam kepribadian para pemimpin. Seperti maraknya kasus korupsi, tidak dapat mengayomi anak buahnya, dan memberi contoh yang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai karakter belum terbina dan tercermin dengan baik. Selain itu juga, bahan pembelajaran pun monoton kurang menggunakan bahan ajar yang sebenarnya banyak terdapat di sekitar. Seperti halnya pemanfaatan cerita rakyat, dalam cerita rakyat ini terdapat nilai karakter yang dapat ditransformasikan ke dalam pribadi siswa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai karakter Tanggung-Jawab, Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras yang terkandung di dalam cerita rakyat Gunung Tampomas dan Cadas Pangeran Versi folklore Kab. Sumedang. Setelah itu memformulasikannya kedalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa SD kelas V. Jenis penelitian ini ialah kualitatif analisis deskrtiptif. Peneliti menganalisis nilai karakter dalam cerita kemudian mendeskripsikannya. Berdasarkan hasil analisis, terdapat nilai karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Cadas pangeran dan Gunung Tampomas.
Kata Kunci: Cerita Rakyat, Karakter, dan Pembelajaran.
Pendahuluan
Kehidupan berbangsa dan bernegara Pusat
bekalangan ini semakin mengkhawatirkan. Pendidikan
Kurikulum
Kementrian
Tanggung-jawab, Semangat mengeluarkan delapan
Kebangsaan, dan Kerja Keras semakin karakter. Ada pun dari delapan belas nilai
belas nilai
berkurang. Manusia semakin individualis karakter tersebut, tiga yang menjadi pusat
tidak terlalu memperdulikan individu yang kajian dalam penelitian ini, yakni
keadaan sekitarnya. Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan,
lain
atau
Bermusyawarah yang merupakan aplikasi dan Kerja Keras. Tiga nilai karakter ini
dari sikap demokrasi sudah berkurang. merupakan
Masyarakat kerap kali memaksakan membentuk nilai kepemimpinan. Nilai
kehendaknya tanpa memperdulikan rasa kepimpinan penting untuk ditanamkan
sosial dan tanggung-jawab. dalam kepribadian anak didik, sebab anak
Indonesia merupakan Negara yang didik akan menjadi generasi penerus
kaya akan suku bangsa, adat-istiadat, dan bangsa. Peran pendidikan sangat besar
bahasa, semuanya itu memiliki nilai luhur dalam
perihal kehidupan. Seiring perkembangan berkualitas.
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
(IPTEK), perlahan jatidiri bangsa kepemimpinan yang dapat diambil sebagai Indonesia yang tercerminkan dalam nilai
bahan pembelajaran.
kearifan lokal mulai tersisih budaya asing. Hal tersebut hendaknya menjadi tanda
Pendidikan Karakter dan Budaya
bahaya bagi dunia pendidikan, budaya
Bangsa
merupakan aset yang tidak ternilai Undang-undang Republik Indonesia sehingga perlu adanya upaya pelestarian.
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Perkembangan media yang begitu
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pesat banyak memberikan dampak positif
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan bagi sarana informasi. Akan tetapi, tidak
nasional yang harus digunakan dalam setiap
mengembangkan upaya pendidikan di memberikan dampak baik, terutama bagi
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas anak-anak. Tayangan kekerasan, film
menyatakan,
berbau hedon akan memberi pengaruh “Pendidikan nasional berfungsi buruk bagi perkembangan psikologisnya.
mengembangkan dan membentuk Segala tayangan yang tidak baik ini akan
watak serta peradaban bangsa memengarungi kondisi kejiawaan anak
yang bermartabat dalam rangka dan akan memberikan contoh karakter
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang tidak baik. Melihat kondisi demikian
bertujuan untuk berkembangnya harus ada antisipasi sedini mungkin,
potensi peserta didik agar menjadi seperti melalui jalur pendidikan.
manusia yang beriman dan Kekhawatiran
bertaqwa kepada Tuhan Yang budaya asing yang berbau negatif dan
akan
masuknya
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, mengikis nilai karakter budaya bangsa
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dapat disaring oleh nilai-nilai kearifan
dan menjadi warga negara yang lokal. Transformasi nilai kearifan lokal ini
demokratis dan bertanggung- pun beragam bentuknya, bisa melalui
jawab”.
arsitektur, lagu daerah, dan sastra (lisan/tulisan). Hal yang harus dilakukan
Tujuan pendidikan nasional itu ialah bagaimana caranya meramu nilai
merupakan rumusan mengenai kualitas karakter yang terdapat dalam kearifan
Indonesia yang harus lokal ini untuk dijadikan bahan ajar
manusia
dikembangkan oleh setiap satuan kepada anak didik sehingga dapat menjadi
pendidikan. Oleh karena itu, rumusan perisai dari pengaruh negatif.
tujuan pendidikan nasional menjadi dasar Proses transformasi nilai karakter
pengembangan Pendidikan Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan,
dalam
Karakter dan Budaya Bangsa. dan Kerja Keras dapat dipelajari dari
Karakter merupakan watak, tabiat, berbagai media, di antaranya melalui
akhlak, atau kepribadian seseorang yang Cerita rakyat Cadas Pangeran dan
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai Sasakala
kebijakan (virtues) yang diyakini dan Tanggung-jawab, Semangat Kebangsaan,
dapat digunakan sebagai landasan untuk dan Kerja Keras terdapat dalam ke-dua
cara pandang, berpikir, bersikap, dan cerita rakyat tersebut. Misalnya, ketika
bertindak.
Gunung Tampomas akan meletus, Proses sosial atau interaksi sosial Pangeran yang kali itu sedang memerintah
dapat menumbuhkan karakter masyarakat rela mengorbankan keris kesayangannya
Oleh karena itu, untuk dilempar ke kawah gunung agar
dan
bangsa.
pengembangan karakter bangsa hanya gunung tersebut tidak meletus. Begitu pun
dapat dibentuk melalui pengembangan dengan cerita Cadas Pangeran ada nilai
karakter indvidu yang membentuk sebuah karakter indvidu yang membentuk sebuah
tujuan pendidikan nasional. tertentu, maka pengembangan karakter individu hanya dapat dilakukan dalam
Nilai-nilai Pendidikan Karakter
lingkungan dan budaya dimana individu Pendidikan karakter bertujuan untuk tersebut tinggal. Artinya, pengembangan
mengembangkan nilai-nilai yang meliputi: karakter dan budaya bangsa hanya dapat
(1) mengembangkan potensi peserta didik dilakukan dalam suatu proses pendidikan
agar dapat menjadi manusia yang berhati, yang tidak melepaskan peserta didik dari
berpikiran, dan berprilaku baik; (2) lingkungan sosial, budaya masyarakat,
membangun bangsa yang berkaraker dan budaya bangsa.
Pancasila; (3) membangun potensi Lingkungan sosial dan budaya
warganegara agar memiliki sikap percaya bangsa ialah Pancasila: jadi pendidikan
diri, bangga kepada bangsa dan negaranya karakter dan budaya bangsa harus
serta mencintai umat manusia. berdasarkan nilai-nilai yang tertuang
Adapun fungsi dari pendidikan dalam butir Pancasila. Artinya, mendidik
(1) membangun dan karakter dan budaya bangsa adalah
karakter
adalah;
kehidupan kebangsaan yang multikultural; pengembangan nilai-nilai Pancasila pada
(2) membangun peradaban bangsa yang peserta didik melali pendidikan hati, otak,
cerdas, berbudi luhur, dan mampu dan fisik.
berkontribusi terhadap pengembangan Pengembangan karakter bangsa
umat manusia; dapat dilakukan melalui pengembangan
kehidupan
mengembangkan potensi dasar agar karakter individu seseorang yang akan
berhati baik, berpikiran baik, dan berkembang ke lingkungan sosial dan
berprilaku baik serta berketeladanan yang lingkungan budaya. Dengan kata lain,
baik, (3) membangun sikap warga negara pengembangan budaya dan karakter
yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu
mampu hidup berdampingan dengan proses pendidikan yang tidak melepaskan
bangsa lain dalam suatu harmoni. Agar peserta didik dari lingkungan sosial,
hal ini dapat berhasil dengan maksimal, budaya masyarakat, dan budaya bangsa
berbagai media harus dimanfaatka, berdasarkan ideologi Negara, yaitu
seperti: lingkungan keluarga, satuan atau Pancasila.
pendidikan, masyarakat, Pengembangan itu harus dilakukan
lembaga
pemerintah, dunia usaha, dan media massa melalui
(Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendiknas, pendekatan yang sesuai, dan pendidikan
serta pembelajaran yang sesuai, dilakukan
demikian, pendidikan secara bersama oleh semua pendidik
Dengan
karakter tidak mengajarkan mana yang melalui semua mata pelajaran, dan
benar dan salah, melainkan lebih dari itu, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
pendidikan karakter merupakan usaha pengembangan
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang Pendidikan budaya dan karakter bangsa
budaya
sekolah.
baik (habituation) sehingga peserta didik dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai
dan bertindak atau kebajikan yang menjadi nilai dasar
mampu
bersikap
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi budaya dan karakter bangsa. Adapun
kepribadiannya. Dengan kata lain, landasan pedagogis pendidikan budaya
pendidikan karakter yang baik (moral dan
knowing) , perasaan yang baik (moral pengembangan nilai-nilai yang berasal
feeling) dan prilaku yang baik (moral dari pandangan hidup atau ideologi
action) sehingga terbentuk perwujudan bangsa Indonesia, agama, budaya, dan action) sehingga terbentuk perwujudan bangsa Indonesia, agama, budaya, dan
“mnemonik” usaha untuk merekam, menyusun dan menyimpan pengetahuan demi pengajaran dan pewarisannya dari
Sastra Lisan, Tradisi Lisan, Folklore,
satu generasi ke generasi berikutnya.
dan Cerita Rakyat
Masyarakat pendukung tradisi lisan lebih Sastra lisan merupakan kesusas-
mementingkan retorika ceritanya daripada teraan
kebenaran faktanya. Pewarisan ini kesusasteraan warga suatu kebudayaan
yang mencakup
ekspresi
dilakuakan agar masyarakat yang menjadi yang disebarkan dan diturun-temurunkan
generasi berikutnya memiliki rasa secara lisan dari mulut ke mulut (Hutomo,
kepemilikan atau mencintai cerita masa 1991: 1). Sastra lisan bersifat komunal,
lalunya. Tardisi lisan dalam bentuk pesan- artinya milik bersama suatu anggota
pesan verbal yang berupa pernyataan- masyarakat tertentu dalam suatu daerah.
pernyataan lisan yang diucapakan, Hal inilah yang membuat sastra lisan lahir
dinyanyikan atau disampaikan lewat dalam suatu masyarakat di masa lampau.
musik. Asal tradisi lisan dari generasi Sastra lisan ini dapat memberikan warna
sebelumnya karena memiliki fungsi suatu daerah dan banyak mengandung
penafsiran, sedangkan di dalam sejarah nilai budaya dan kebudayaan lokal
lisan, tidak ada upaya untuk pewarisan. setempat.
Tradisi lisan adalah berbagai Teuuw (Endraswara, 2011: 151),
pengetahuan dan adat kebiasaan yang sastra lisan masih terdapat di berbagai
secara turun-menurun disampaikan secara pelosok masyarakat. Sastra lisan yang
lisan dan mencakup hal-hal tidak hanya terdapat di daerah terpencil, biasanya
berisi cerita rakyat, mite, dan legenda. cenderung lebih murni. Hal ini disebabkan
Tradisi lisan diartikan sebagai “segala masyarakat tersebut belum mengenal
wacana yang diucapkan meliputi yang teknologi dan juga buta aksara,
lisan dan hanya beraksara.” Menurut dibandingkan dengan sastra lisan yang
Suripan Sadi Hitomo (1991:11), tradisi berada di tengah masyarakat perkotaan
lisan itu mencakup beberapa hal, yakni (1) yang justru malah hanya terdengar
yang berupa kesusutraan lisan, (2) yang gaungnya dikarenakan mulai tersisih oleh
berupa teknologi tradisional, (3) yang kebudayaan luar.
berupa pengetahuan folk di luar pusat- Peristiwa-peristiwa pada masyarakat
pusat istana dan kota metropolitan, (4) yang belum mengenal tulisan, tidak
yang berupa unsur-unsur religi dan meninggalkan bukti-bukti tertulis. Jika
kepercayaan folk di luar batas formal menjelaskan suatu asal-usul tempat, maka
agama-agama besar, (5) yang berupa yang dijadikan bukti hanya bukti benda
kesenian folk di luar puast-pusat istana atau artefak dari benda itu sendiri.
dan kota metropolitan, dan (6) yang Penjelasan asal-usul tempat itu lebih
berupa hukum adat. Kemudian pudentia banyak berupa cerita lisan. Cerita tersebut
(1999:32-35) memberikan pemohonan akan terus menerus diceritakan dari mulut
tentang hakikat orality sebagai berikut. ke mulut, dari generasi ke generasi
sehingga menjadi sutu tradisi atau menjadi
1. Folklore
tradisi lisan. Tardisi lisan merupakan cara yang dilakukan oleh masyarakat yang
Penelitian terhadap sastra lisan, belum mengenal tulisan dalam merekam
terutama yang berkaitan dengan cerita dan mewariskan pengalaman masa lalu
rakyat akan bersinggungan dengan dari masyarakatanya.
folklore . Istilah folklore berasal dari Bahasa Inggris, yaitu folk dan lore.
Menurut Dundes (Danandjaya, 2007:1), tiga golongan besar, yaitu: Mite (myth), folk berarti sekelompok orang yang
Legenda (legend), dan Dongeng (folktale). memiliki ciri-ciri pengenalan fisik, sosial,
1) Mite (myth)
dan kebudayaan yang menunjukan Merupakan cerita prosa rakyat, yang perbedaan dengan sekelompok lainnya.
dianggap benar-benar terjadi serta Ciri-ciri tersebut berwujud dalam
dianggap suci oleh empunya cerita. warna kulit yang sama, taraf pendidikan
Biasanya, tokohnya merupakan orang suci yang juga sama, serta agama yang sama.
seperti dewa atau setengah dewa. Namun yang paling penting, menurut
Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di Dundes, kelompok tersebut telah memiliki
dunia yang bukan dikenal orang biasanya, tradisi, yaitu kebudayaan yang telah
dan terjadi di masa lampau. diwariskan secara turun menurun, paling
2) Legenda (legend) sedikit dua generasi, dan diakui sebagai
Merupakan prosa rakyat yang milik bersama dan mereka sadar akan
mempunyai kemiripan dengan mite, identitas mereka sendiri.
legenda dianggap benar-benar terjadi Lore adalah tradisi lisan dari folk itu
tetapi tidak dianggap suci, ditokohi oleh sendiri, yaitu sebagian kebudayaan yang
manusia meskipan kadang memiliki sifat diwariskan dengan lisan secara turun
luar biasa dan sering dibantu makhluk- menurun atau melalui contoh yang disertai
makhluk lain, tempat terjadinya di dunia dengan gerak isyarat atau alat bantu
seperti yang kita tempati. pengingat
3) Dongeng (folktale) (Danandjaya, 1997:2).
(mnemonic
device)
Merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar terjadi oleh empunya
2. Cerita Rakyat cerita dan dongeng ini pun tidak terikat Thu’aimah
oleh waktu dan tempat. mengemukakan bahwa cerita rakyat adalah yang bersumber hikayat-hikayat
a) Struktur Cerita Rakyat warisan bangsa, yang diungkapkan dari
Seperti karya sastra yang lain, cerita satu generasi ke generasi berikutnya tanpa rakyat memiliki unsur yang mempunyai disandarkan kepada pendirinya. keterkaitan antara yang satu dan lainnya Sementara Suwandi (1980: 2) yang dapat memberi makna menyeluruh mengemukakan bahwa cerita rakyat terhadap cerita rakyat tersebut. Unsur itu merupakan bentuk penutur cerita yang meliputi alur, latar, tokoh dan penokohan, pada dasarnya tersebar secara lisan, lingkungan penceritaan, tema dan amanat. diwariskan secara turun temurun di
1) Alur
kalangan masyarakat pendukungnya Cerita rakyat memiliki alur, akan
secara tradisional. tetapi kejadian-kejadian yang membangun
Berdasarkan pengertian-pengertian cerita tidak menggunakan
hukum di atas, peneliti dapat mengambil kausalitas yang kadang tidak diketahui kesimpulan bahwa cerita rakyat termasuk
penyebabnya.
juga ke dalam sastra lisan berbentuk cerita
2) Latar
lisan yang hidup dan bertahan pada suatu Latar memiliki peran penting dalam
lingkungan masyarakat
dan
membangun cerita, misalnya dalam disebarluaskan secara turun temurun melukiskan suasana penceritaan yang dalam lingkungan masyarakat tersebut. dilakukan oleh para tokoh. Sehingga dapat
a) Genre Cerita Rakyat menunjang peristiwa yang sedang terjadi
Menurut Bascom (Danandjaya, dalam cerita rakyat tersebut. Biasanya
2002:50), membagi cerita rakyat ke dalam latar dalam cerita rakyat tidak menentu,
misalnya berada di bawah samudra, di misalnya berada di bawah samudra, di
pembelajaran agar dapat meraih tujuan akal sehat. Sedangkan latar waktu
pembelajaran. Dengan bahan ajar, para biasanya bercerita dengan masa lampau.
siswa dapat mempelajari hal-hal yang
3) Tokoh dan Penokohan diperlukan dalam mencapai tujuan Tokoh dalam cerita rakyat tidak
pembelajaran tersebut. digambarkan oleh manusia saja, ada juga yang menggunakan tokoh tertentu, seperti
1. Fungsi Bahan Ajar binatang, tumbuhan, para dewa, iblis,
Bahan ajar memiliki fungsi sebagai siluman, dan tokoh lainnya yang
motivasi dalam kegiatan belajar mengajar diwatakan seperti manusia.
yang dilakukan oleh guru dengan materi Selain itu, tokoh sering berganti-
yang kontekstual agar siswa dapat ganti nama dalam cerita rakyat, hal ini
melaksanakan tugas belajar secara dapat berkaitan dengan tahapa hidup
optimal. Menurut Supriyadi (1997: 1), ada tokoh seperti anak, remaja, dan dewasa.
tiga fungsi bahan ajar yang terdapat Nama juga dalam sosok tokoh dapat
kaitannya dengan pembelajaran di menyatakan asal, pekerjaan, ciri fisik atau
sekolah. Ketiga fungsi ini ialah sebagai mentalnya seperti si miskin, si bisu dan
berikut:
lainnya.
1) Bahan ajar merupakan pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua
dalam proses Tema merupakan intisari cerita,
b) Tema dan Amanat
aktivitasnya
pembelajaran, sekaligus merupakan sementara amanat adalah pesan yang
kompetensi yang terkandung dalam suatu cerita. Seluruh
substansi
seharusnya diajarkan/ dilatihkan cerita rakyat pasti memiliki tema dan
kepada siswa.
amanat yang disisipkan oleh penuturnya.
2) Bahan ajar merupakan pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan
Bahan Ajar
dalam proses National Center for Vocational
aktifitasnya
pembelajaran, sekaligus merupakan Education Ltd/National Center for
substansi yang seharusnya dipelajari/ Competency Based Training (Majid 2007:
dikuasai.
173) menyatakan bahwa bahan ajar adalah
3) Bahan ajar merupakan alat evaluasi segala bentuk bahan yang digunakan
pencapaian/penguasaan hasil untuk membantu guru/instruktur dalam
pembelajaran.
melaksanakan kegiatan belajar mengajar
2. Manfaat Bahan Ajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa
Bahan ajar merupakan sarana, alat berupa bahan tertulis maupun tidak
atau instrument yang baik dan memberi tertulis.
terhadap tingkat Majid (2007: 174) menyatakan
pengaruh
besar
tujuan pembelajaran. bahwa bahan ajar merupakan seperangkat
keberhasilan
Manfaat dari bahan ajar ialah sebagai materi yang disusun secara sistematis,
berikut:
sehingga tercipta lingkungan atau suasana
1) Memperoleh bahan ajar yang sesuai yang memungkinkan peserta didik belajar
dengan tuntutan kurikulum dan dengan baik. Bahan yang dimaksudkan ini
sesuai dengan kebutuhan belajar bisa berupa bahan tertulis maupun tidak
siswa.
tertulis.
2) Tidak tergantung kepada buku teks Berdasarkan pengertian diatas, dapat
yang terkadang sulit didapat. dikatakan bahwa bahan ajar merupakan suatu unsur yang begitu penting untuk
3) Memperkaya wawasan, karena Sekaitan dengan structural terhadap dikembangkan
karya sastra menurut A. Teeuw menggunakan berbagai referensi.
dengan
(1988:135) mengemukakan bahwa kajian
4) Menambah khasanah pengetahuan structural bertujuan untuk membongkar dan pengalaman guru.
dan memaparkan secermat, seteliti,
5) Membangun
semendetail dan semendalam mungkun pembelajaran yang efektif antara
komunikasi
keterkaitan dan keterjalinan semua anisir guru dan siswa, karena siswa akan
dan aspek karya sastra yang bersama- merasa lebih percaya kepada
sama menghasilkan sebuah makna gurunya maupun dirinya.
menyeluruh.
6) Dapat dikumpulkan menjadi buku Karya sastra merupakan susunan dan dapat diterbitkan (Depdiknas,
unsure-unsur yang bersistem, uamh antara 2004: 1).
unsure-unsurnya terjadi hubungan timbale
3. Bentuk Bahan Ajar balik, saling menentukan. Jalinan kesatuan Bentuk
unsure-unsur dalam sastra bukan hanya dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal
1) Bahan cetak (printed) antara hand atau benda-benda yang berdiri sendiri- out, buku, modul, lembar kerja
sendiri, melainkan hal-hal itu saling siswa, brosur, leaflet, walichart,
terikat, saling berkaitan, dan saling foto/gambar, model market.
bergantung (Pradopo, 2009:188-119).
2) Bahan ajar dengar (audio) seperti Nurgiantoro (2002:36) mengemuka- kaset, radio, piringan hitam, compact
kan bahwa strukturalisme dapat dipandang disk audio.
sebagai salahsatu pendekataan kesastraan
3) Bahan ajar pandang dengar (audio yang menekankan pada kajian antar visual) seperti film, video, compact
unsure pembangun karya sastra. Analisis disk.
struktur karya sastra, dalam hal ini fiksi
4) Bahan ajar interaktif (interactive dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, teaching material) seperti compact
mengkaji, dan mendeksripsikan fungsi disk interaktif.
dan hubungan antar unsure intrinsik fiksi yang
bersangkutan (Nurgiantoro,
Teori Struktur
2002:37). Mula-mula diidentifikasi dan
1. Strukturalisme dalam Cerita Rakyat dideskripsikan, misalnya bagaimana Karya sastra menurut kaum
keadaan peristiwa, plot, tokoh, dan strukturalisme adalah sebuah totalitas
penokohan, latar, sudut pandang, dan lain- yang dibangun secara koherensif oleh
lain sehingga secara bersama-sama berbagai unsure pembangunnya. Struktus
membentuk sebuah totalitas atau karya sastra di sisi lain diartikan sebagai
kepaduan makna.
susunan, penegasan, dan gambaran semua Konsep fungsi dalam strukturalisme bahan dan bagian yang menjadi
memegang peranan penting, artinya komponennya secara bersama membentuk
unsur-unsur sebagai cirri khas tersebut kebulatan yang indah (Nurgiyantoro,
dapat berperan secara maksimal semata- 2010:35).
mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam Pengertian tersebut sesuai dengan
rangka menunjukkan antarhubungan pendapat Foley (Siswantoro, 2010:13),
yang terlibat (Ratna, bahwa struktur berarti bentuk keseluruhan
unsur-unsur
yang kompleks (complex whole). Setiap objek atau peristiwa ialah struktur, yang
2. Strukturalisme Claude Levi-Straus terdiri dari berbagai unsur, yang setiap
Istilah structural popular pada tahun unsure tersebut saling berhubungan.
1960-an, yang dipopulerkanoleh Claude
Levi-Strauss. Pemikiran
ulang untuk memperoleh gambaran dipengaruhi oleh Saussure, Marx, dan
Strauss
cerita secara lebih mendalam, sebagai Freud. Strauss sempat tinggal di Amerikan
dasar dalam meakukan analisis. dan berteman dengan Roman Jacobson,
c. Setiap episode mengandung deskripsi seorang ahli linguistic, dari sinilah lahir
tentang tindakan atau peristiwa konsep pemikiran tentang strukturalisme.
(mytheme atau cerytheme) yang Strauss memandang cerita rakyat atau
dialami tokoh.
mitos tidak berbeda dengan bahasa yang
d. Memperhatikan adanya suatu relasi tersusun
kalimat-kalimat yang menyusunnya. Cerita rakyat atau mitos
atas bagian-bagian
yang
atau
menunjukan hubungan tertentu antar pun menurut Strauss, memiliki hubungan
unsure cerita.
sintagmatisontal dan paradigmatic, yaitu hubungan horizontal dan vertical tidak u
Metodologi Penelitian
ahnya seperti suatu kalimat. Makna Ratna (2011: 34) berpendapat sebuah mitos terletak pada relasi
bahwa metode berasal dari kata methodos, antarmitem-mitem tersebut.
bahasa latin, sedangkan methodos itu Tujun utama teori strukturalisme
sendiri berasal dari akar kata meta dan Levi-Strauss adalah mengungkapkan
hodos. Meta artinya menuju, melalui, struktur humand mind melalui relasi antar
mengikuti, sesudah, sedangkan hodos elemen penyusunnya. Humand mind ini
berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian erat kaitannya dengan system proyeksi
lebih luas, meotde dianggap sebagai cara- yang membangkitkan berbagai macam
cara, strategi untuk memahami realitas, pesan.
sistematis untuk Cerita rakyat Gunung Tampomas
langkah-langkah
memecahkan rangkaian sebab akibat dan Cadas Pangeran selanjutnya dicirikan
berikutnya.
sebagai mitos. Mitos dalam kajian ni Menurut Koentjaraningrat (1997: 7- sejalan dengan pemikiran Levi-Strauss
8), metode merupakan cara kerja dalam yaitu tidak lebih dari sebuah dongeng
memahami objek yang menjadi sasaran (Endaswara, 2003:110).
penelitian. Peneliti dapat memilih Berdasarkan uraian di atas, maka
salahsatu daro berbagai metode yang ada pengkajian struktur kelisanan dari cerita
sesuai dengan tujuan, sifat, objek, sifat rakyat Gunung Tampomas dan Cadas
ilmu atau teori yang mendukung. Dalam Pangeran, akan menggunakan pendekatan
penelitian, objeklah yang menentukan strukturalisme Levi-Strauss, karena kajian
metode yang akan digunakan. strukturalisme Levi-Strauss adalah kajian
Berdasarkan dua pendapat di atas interelasi structural tentang struktur-
dapat ditarik kesimpulan, metode adalah struktur mitos.
cara kerja yang sistematis untuk menuju Analisis struktur yang diperkenalkan
dan memahami sasaran yang sedang atau Levi-Strauss, menurut Heddy Ahimsa
akan diteliti.
Putra (2001:211) adalah sebagai berikut: Jenis penelitian yang akan dilakukan
a. Membaca cerita secara keseluruhan oleh peneliti ialah kualitatif. Menurut terlebih dahulu untuk memperoleh
Wallen dan Warren (dalam Cahyani ed. gambaran mengenai alur, tokoh,
adalah studi yang cerita, peristiwa yang dialami dan
penekananannya berhubungan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan
aktivitas-aktivitas, situasi-situasi atau tokoh cerita.
bahan-bahan yang memerlukan deksripsi
b. Apabila cerita terlalu panjang, maka
sesuatu yang utuh.
cerita dibagi dalam beberpa episode. Metode penelitian yang akan Episode-episode itu perlu dibaca
digunakan dalam penelitian ini ialah digunakan dalam penelitian ini ialah
sebuah model pembelajaran B. Indonesia karakter demokrasi, sosial, dan tanggung-
bagi siswa kelas V SD. jawab, pada struktur cerita (tokoh dan penokohan) yang dilengkapi dalam kolom
Deskripsi Dan Analisis Data Penelitian
instrumen. Pendekatan yang digunakan dalam
A. Analisis Struktur dan Nilai Karakter penelitian ini ialah strukturalisme.
Cerita Gunung Tampomas Menurut
1. Analisis Struktur Strukturalisme
Penganalisaan data cerita yang telah pendekatan objektif). Lebih lanjut Ratna
(disamakan
dengan
menggunakan teori (2011: 73) mengatakan, pendekatan
dikumpulkan
structural yang dikembangkan Levi- objektif merupakan pendekatan yang
Strauss, yang menyamakan antara bahasa penting sebab pendekatan apa pun yang
dengan mitos. Jika bahasa tersusun atas dilakukan pada dasarnya bertumpu atas
unit terkecil seperti fonem dan morfem, karya sastra itu sendiri. Sedangkan
maka mitos tersusun atas gross constituent pemahaman dipusatkan pada analisa
unit atau mytheme. Mytheme merupakan terhadap unsur-unsur dalam dengan
bagian atau unsur terkecil dari mitos yang mempertimbangkan keterjalinan antar
biasanya berbentuk suatu kalimat singkat, unsur di satu pihak, dan unusr-unsur
yaitu kalimat yang terdiri dari subjek dan dengan totalitas di lain pihak.
predikat. Mytheme inilah yang harus Menurut kaum structural yang
didapatkan apabila ingin mengetahui dipelopori oleh kaum formalis, karya
makna dari sebuah mitos. Cerita rakyat sastra adalah sebuah totalitas yang
Gunung Tampomas selanjutnya dicirikan dibangun secara koherensif oleh berbagai
sebagai mitos.
unsur pembangunnya. Struktur karya
a. Ringkasan Cerita sastra dapat diartikan sebagai susunan,
Ada sebuah kerajaan yang subur penegasan, dan gambaran semua bahan
di daerah Sumedang, masyarakatnya dan bagian yang menjadi komponennya
hidup rukun, sumber makanan melimpah, yang
dan dipimpim oleh seorang raja yang kebulatan yang indah, Abrams (dalam
secara bersama
membentuk
oleh rakyatnya. Nurgiyantoro: 1994:36).
sangat
dicintai
Ketenangan mulai terusik ketika sebuah Selain istilah structural dunia
gunung terbesar di kerajaan tersebut akan kesastraan
mulai terusik strukturalisme. Menurut pandangann
ketenangannya, kalau gunung tersebut kaum
meletus maka kekacauan akan terjadi, menekankan pada kajian hubungan antar
ini, penelitian
kesasteraan
kerusakan akan terjadi dimana-mana, unsur
ditambah dengan banyaknya korban yang bersangkutan. Analisa struktur cerita
melayang. Raja pun bersikeras bagaimana rakyat
caranya agar dapat menghentikan bencana mengidentifikasi,
tersebut, hingga akhirnya dia lupa untuk mendeskripsikan fungsi dan hubungan
mengkaji
dan
makan dan minum, dan jatuh pingsan. antar unsur intrinsik cerita yang
Dalam pingsannya tersebut, raja mendapat bersangkutan.
ilham bahwa harus membuang keris Penelitian ini dilakukan untuk
kesayangannya, yang diwariskan dari menganalisa dan mendeskripsikan unsut
leluhur ke dalam kawah. intrinsik serta menggali nilai-nilai karakter
siuman, raja dalam cerita rakyat Sumedang yang telah
Setelah
menceritakan mimpi tersebut kepada dibukukan oleh Saini KM. berdasarkan
bangsawan dan rakyatnya, akan tetapi bangsawan dan rakyatnya, akan tetapi
dengan Gunung Tampomas, karena berharganya keris pusaka tersebut. Akan
emas yang dilempar oleh raja ke tetapi,
dalam kawahnya. dihiraukan oleh raja, dia pun langsung bergegas ke puncak gunung, ke bibir
c. Hubungan antar Peristiwa. kawah. Setelah di bibir kawah, beliau
mempunyai hubungan langsung melempar keris kedalam kawah.
P.1
perubahan suasana dengan P.2 dan P.3 Ajaib, gunung yang bergemuruh dan asap
karena kehidupan yang tenang tiba-tiba yang mengumpul perlahan-lahan mulai
mencekam ketika gunung di daerah tenang. Awan hitam yang mengepul di
tersebut akan meletus. P.3 memiliki sekitar daerah tersebut perlahan-lahan
hubungan sebab akibat dengan P.4, hilang. Maka selamatlah kerajaan tersebut
gunung yang akan meletus mengancam dari ancaman gunung meletus. Sampai
banyak korban. P.3 dan P.4 memiliki sekarang, gunung tersebut pun dinamakan
hubungan tanggung-jawab dengan P.5, Tampomas.
sebab gunung meletus akan menyebabkan
b. Peristiwa banyak korban, dan raja sebagai Setelah tahap mendeskripsikan
pemimpin memiliki kewajiban untuk cerita Gunung Tampomas kedalam sebuah
menyelamatkan rakyat dan kerajaan. P.5 ringkasan cerita, langkah selanjutnya ialah
memiliki hubungan prose dengan P.6, menentukan ceriteme. Ceritem-ceritem
dalam keadaan pingsan raja mendapatkan cerita Gunung Tampomas adalah sebagai
ilham. P.6 memiliki hubungan proses berikut:
dengan P.7, setelah mendapat ilham raja P.1) Kehidupan rakyat sangat makmur di
pun bergegas ke puncak gunung. P.8 suatu daerah, dan dipimpin oleh raja
memiliki hubungan sebab akibat dengan yang adil.
P.9, setelah dibuangnya keris emas ke P.2) Kehidupan yang tenang tiba-tiba
dalam kawah, gunung perlahan tenang. berubah menjadi mencekam.
P.9 memiliki hubungan sebab akibat P.3) Gunung terbesar di wilayah kerajaan
dengan P.10, setelah gunung tenang akan meletus.
rakyat pun mulai tenang dan beraktifitas P.4) Rakyat dan Raja gelisah karena akan
kembali. P.8 dan P.11 memiliki hubungan menimbulkan banyak korban.
proses penamaan, gunung tersebut P.5) Raja jatuh pingsan karena lama tidak
akhirnya dinamai dengan Gunung makan dan minum memikirkan
Tampomas.
nasib rakyat dan kerajaannya. P.6) Ada seorang kakek yang member
Sintagmatik dan ilham dalam mimpi agar raja
d. Hubungan
Paradigmatik Cerita Rakyat Gunung membuang keris kesayangannya ke
Tampomas
ceritem-ceritem yang P.7) Raja bergegas pergi ke puncah
dalam kawah.
Dari
ditemukan kemudian disusun hubungan kawah, ke bibir kawah.
sintagmatik dan paradigmatik seperti P.8) Raja membuang keris kesayangannya
tampak dalam tabel berikut: ke dalam kawah.
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3 Kolom 4
P.9) Gunung perlahan-lahan tenang, langit
Ada sebuah
gunung
mulai kembali cerah.
besar di suatu
P.10) Raja turun kembali ke pusat
kerajaan dan
kerajaan dan kehidupan berjalan
akan meletus.
seperti biasanya.
Raja berusaha
Kolom 1 Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
agar gunung tersebut tidak
jadi meletus.
Raja berdo’a kepada Allah SWT.
Raja bermimpi dengan seorang kakek-kakek
Raja menceritakan mimpinya kepada kerabat kerajaan
Raja naik ke puncak gunung, dan diam di bibir kawah
Raja melemparkan keris pusaka ke dalam kawah
Gunung kembali tenang
Rakyat bersyukur dan berterimakasih kepada Raja karena telah selamat
Gunung tidak jadi meletus, dan namanya dikenal sebagai Gunung Tampomas
2. Analisis Tokoh dan Nilai Karakter Cerita Rakyat Gunung Tampomas
2.1. Analisis Tokoh Dalam cerita Gunung Tampomas, terdapat tokoh utama bernama Pangeran (Raja sumedang). Data tersebut terdapat dalam petikan berikut:
GUNUNG TAMPOMAS Zaman dahulu kala tersebutlah sebuah kerajaan, Sumedang larang namanya. Kerajaan itu aman dan makmur. Penduduknya hidup dengan tenang dan senang. Mereka tidak pernah kekurangan makanan, pakaian, perumahan, atau keperluan-keperluan lainnya.
Kemakrutan itu teutama berkat tanah yang subur. Di sebuah utara ibu kota Kerajaan Sumedang Larang berdirilah sebuah gunung berapi, Gunung Gede namanya. Gunung itu berhutan lebat. Di samping itu indah dipandang dari kejauhan, hutan itu pun banyak member
manfaat bagi warga kerajaan. Di musim kemarau,
kerajaan tidak pernah kekurangan air. Sebaliknya di musim hujan, tidak pernah terjadi banjir.
Di samping kesuburan tanahnya, kerajaan dan rakyat Sumedang Larang dianugerahi keuntungan lain. Raja mereka yang masih muda belia adalah orang yang adil dan bijaksana. Sang raja adalah juga seorang perwira yang perkasa dan ditakuti oleh raja-raja lain yang bermaksud jahat dan
penjahat-penjahat yang suka menggangu ketentraman. Beliau pula yang mengajar rakyatnya agar tidak merusak
hutan
dan mengganggu margasatwa sehingga negeri Sumedang Larang tetap indah dan makmur.
Namun, ketentraman dan kedamaian warga kerajaan tiba-tiba berubah menjadi kecemasan dan ketakutan. Pada suatu tengah malam yang sepi tiba-tiba mereka dibangunkan oleh gempa dan bunyi gemuruh yang dahsyat. Orang-orang berlarian keluar rumah. Mereka takut rumah mereka runtuh dan akan menimpa serta menindih mereka. Anak-anak berjeritan, demikian pula kaum wanita. Bahkan banyak pria yang pucat dan gemetar.
Setiba di luar rumah, mereka melihat api berkobar-kobar di puncak Gunung Gede. Kobaran api itu semakin besar dan bunyi gemuruh semakin nyaring disertai guncangan gempa yang semakin kuat. Sadarlah mereka bahwa Gunung Gede akan meletus.
Dugaan mereka benar belaka. Keesokan harinya matahari hampir tidak kelihatan. Asap hitam dan debu bergulung-gulung naik ke angkasa dan menutup cahayanya. Hanya kilatan dan kobaran api yang
kadang-kadang menerangi alam sekitar. Melihat peristiwa yang dahsyat dan tidak disangka-sangka itu, sang raja sangat sedih. Beliau sadar kalau Gunung Gede meletus banyak rakyat yang akan menjadi korban. Di samping itu, lahar akan merusak hutan, sawah, dan palawija.
Rakyat yang selamat akan menderita berarti menantang maut.” Yang lain karena sumber kemakmuran akan rusak.
berkata, “Gusti, keris pusaka itu warisan Akan lama sekali kerajaan dapat bangkit
nenek moyang gusti. Janganlah gusti kembali dari kemiskinan dan penderitaan.
membuangnya ke dalam kawah. Hargai Dengan membawa dukacita yang
dan hormatilah pusaka kerajaan itu.” Akan besar itu, beliau memasuki istana. Di
tetapi, sang Raja tidak menghiraukan kata- ruangan khusus yang sepi, beliau
kata mereka dan segera bangkit bersemadi, memohon perlindungan dan
meninggakan istana.
petunjuk dari Tuhan Yang Maha Pengasih Dengan menunggang kudanya yang dan Penyayang. Berhari-hari beliau
kuat dan gagah, perjalanan ke kaki berdo’a, lupa makan maupun tidur. Pada
Gunung Gede ditempuh beliau dalam suatu ketika, karena lemah dan lapar,
waktu singkat. Kemudian beliau mendaki beliau pingsan. Di dalam pingsannya itu
tebing gunung yang curam. Kadang- beliau seakan-akan bermimpi. Beliau
kadang beliau harus berpegang pada akar- melihat seorang tua yang agung datang
akar pohon, kadang-kadang pada cabang membangunkan beliau dan membantu
dan ranting. Sementara itu asap panas beliau duduk. Orang tua itu berkata, “Hai,
serta semburan abu dan batu-batu besar Raja yang mulia, kalau Anda hendak
kecil menerpa beliau. Akan tetapi beliau menyelamatkan rakyat dan kerajaan,
terus berusaha. Walaupun lambat, masukkanlah keris emas pusaka nenek
akhirnya beliau tiba juga di tepi kawah. moyangmu itu ke dalam kawah Gunung
Udara luar biasa panasnya. Awan hitam Gede.”
menyebabkan sekeliling gelap semata. Melihat
Hanya kadang-kadang saja nyala api gemparlah isi istana. Seorang dukun
menerangi sekelilingnya disertai bunyi dipanggil dan diminta menyadarkan sang
gemuruh yang dahsyat memekakan raja. Setelah membaca mantra dan
telinga. Namun, semua itu tidak membuat memerciki wajah sang Raja dengan air
sang Raja mundur.
sejuk, dukun itu berkata, “Sadarlah Gusti, Setelah tegak berdiri di pinggir kawah warga
yang begejolak itu, sang Raja mengambil pertolongan gusti.” Sang Raja seakan-
kerajaan
mengharapkan
keris dari pinggangnya. Di dalam akan mendengar perkataan itu. Beliau
kegelapan itu sarung emas bertahtakan siuman, lalu duduk. “Saya harus segera
permata memancarkan cahayanya. Sang berangkat ke kawah Gunung Gede dan
Raja berkata dalam hati, “Keris ini sangat memasukkan keris pusaka,” kata sang
indah dan merupakan pusaka yang tidak Raja.
ternilai harganya. Saya mohon nenek Semua yang mendengar terkejut dan
moyangku merelakannya. Saya harus cemas. Mereka menyangka Sang Raja
menolong rakyat saya, warga kerajaan belum sadar benar. Mereka pun menyadari
Larang.” Lalu, beliau bahwa mendaki Gunung Gede dan
Sumedang
melemparkan keris pusaka itu ke dalam mendekati kawahnya sangat berbahaya.
kawah.
Mereka memohon agar sang Raja Suatu keajaiban terjadi. Kawah yang berbaring kembali dan beristirahat.
semula seperti mulut binatang buas yang “Tidak,” kata sang Raja. “Saya harus
sedang marah berangsur-angsur menjadi mencega h meletusnya Gunung Gede.”
tenang. Akhirnya bunyi gemuruh berhenti Lalu, beliau bangkit dan mengambil keris
bertepatan dengan menghilangnya asap pusaka
hitam, semburan batu-batuan, dan kilatan bertahtatakan permata. Semua yang hadir
yang bersarungkan
emas
api. Udara pun makin lama makin terang. berusaha mencegah niat Raja. “Gusti,
Angin sejuk bertiup menghalau awan mendaki Gunung Gede pada saat ini
hitam. Langit menjadi biru. Terdengarlah hitam. Langit menjadi biru. Terdengarlah
demikian, yang gagah dan perkasa, Raja lembah.
tersebut dapat melindungi kerajaan dan Sang raja berlutut dan bersyukur
rakyatnya dari gangguan orang lain. kepada Yang Maha Kuasa. Lalu, mulai
Seorang pemimpin haruslah memiliki menuruni tebing Gunung Gede. Beliau
demikian agar dapat member rasa aman. pulang ke ibu kota kerajaan Sumedang
Selain tanggung-jawab terhadap kerajaan Larang dan disambut rakyat dengan
dan rakyat, Raja Sumedang ini pun gembira dan rasa terima kasih. Sejak
tanggung-jawab sebagai peristiwa itu, Gunung Gede tidak
memiliki
pemimpin untuk memimpin rakyat agar memperlihatkan tanda-tanda akan meletus
tidak merusak alam sekitar. Rasa lagi. Bahkan akhirnya kawahnya pun
tanggung-jawab untuk mencintai alam padam. Sementara itu namanya pun
dengan menjaganya harus juga tercermin berubah. Orang menyebutnya Gunung
dalam sikap seorang pemimpin. Tampomas, yaitu gunung yang menerima
Selain kutipan di atas, sebagai Raja emas. Sampai sekarang gunung itu berdiri
Sumedang, beliau merasa memiliki anggun di sebelah utara kota Sumedang.
tanggung-jawab yang besar dalam melindungi rakyat yang dimpimpinnya.
a. Tokoh Utama Hal ini dideskripsikan dalam kutipan, Raja Sumedang adalah tokoh
ketika Gunung Tampomas akan meletus utama dalam cerita rakyat Gunung
dan Raja merasa akan ada sebuah tragedi Tampomas. Dalam cerita ini, Raja
besar menimpa rakyatnya, akan ada Sumedang merupakan sosok yang sangat
banyak rakyat meninggal dan alam akan mencintai rakyatnya dan memiliki rasa
ruksak dengan waktu yang lama sampai tanggung-jawab yang tinggi sebagai
baik kembali. Kekhawatiran Raja ini pemimpin untuk dapat melindungi
merupakan cermin akan rasa tanggung- segenap rakyatnya. Hal ini dapat dilihat
jawabnya untuk melindungi rakyat. Hal dalam kutipan berikut:
ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“…Raja mereka yang masih muda “Melihat peristiwa yang dahsyat dan belia adalah orang yang adil dan
tidak disangka-sangka itu, sang raja sangat bijaksana. Sang raja adalah juga seorang
sedih. Beliau sadar kalau Gunung Gede perwira yang perkasa dan ditakuti oleh
meletus banyak rakyat yang akan menjadi raja-raja lain yang bermaksud jahat dan
korban. Di samping itu, lahar akan penjahat-penjahat yang suka menggangu
merusak hutan, sawah, dan palawija. ketentraman. Beliau pula yang mengajar
Rakyat yang selamat akan menderita rakyatnya agar tidak merusak hutan dan
karena sumber kemakmuran akan rusak. mengganggu margasatwa sehingga negeri
Akan lama sekali kerajaan dapat bangkit Sumedang Larang tetap indah dan
kemiskinan dan makmur.”
Dari kutipan di atas dapat dilihat Sebagai pemimpin, ada nilai karakter bahwa Raja Sumedang kali itu merupakan
lainnya yang dimiliki oleh Raja Sumedang raja yang gagah perkasa dan ditakuti oleh
ketika itu, nilai tersebut ialah Kerja keras. raja-raja lainnya yang bermaksud jahat
Ketika suasana gempar akan meletusnya terhadap
wilayah kekuasaan Raja gunung Tampomas, sang raja menerima Sumedang. Sikapnya yang demikian
membuang keris merupakan cermin dari rasa tanggung-
bisikan
untuk
kesayangannya ke dalam kawah. Setelah jawabnya kepada kerajaan dan rakyat
mendapat bisikan untuk membuang keris mendapat bisikan untuk membuang keris
raja tidak membuang keris tersebut ke meskipun sebelumnya banyak yang
sang raja tetap meminta raja tidak melakukan hal
dalam
kawah,
melakukannya. Hal tersebut dilakukan demikian. Banyak hal yang dihadapi oleh
agar gunung tidak jadi meletus sehingga raja di perjalanan, medan yang terjal serta
rakyat dan alam di sekitarnya dapat bahaya yang dimunculkan dari mulut
terselamatkan.
kawah tidak membuat raja tersebut mengurungkan niatnya.
b. Tokoh Tambahan Rakyat yang dimpimpin oleh Raja “Dengan menunggang kudanya yang
Sumedang ketika itu, merupakan rakyat kuat dan gagah, perjalanan ke kaki
yang sangat mencintai rajanya. Hal ini Gunung Gede ditempuh beliau dalam
disebabkan oleh sosok raja yang memiliki waktu singkat. Kemudian beliau mendaki
tanggung-jawab besar terhadap apa yang tebing gunung yang curam. Kadang-
dimpimpinnya. Adapun kecintaan rakyat kadang beliau harus berpegang pada akar-
terhadap Raja Sumedang dapat dilihat dari akar pohon, kadang-kadang pada cabang
kutipan berikut:
dan ranting. Sementara itu asap panas “Semua yang mendengar terkejut dan serta semburan abu dan batu-batu besar
cemas. Mereka menyangka Sang Raja kecil menerpa beliau. Akan tetapi beliau
belum sadar benar. Mereka pun menyadari terus berusaha. Walaupun lambat,
bahwa mendaki Gunung Gede dan akhirnya beliau tiba juga di tepi kawah.
mendekati kawahnya sangat berbahaya. Udara luar biasa panasnya. Awan hitam
Mereka memohon agar sang Raja menyebabkan sekeliling gelap semata.
berbaring kembali dan beristirahat. Hanya kadang-kadang saja nyala api
“Tidak,” kata sang Raja. “Saya harus menerangi sekelilingnya disertai bunyi
mencegah meletusnya Gunung Gede.” gemuruh yang dahsyat memekakan
Lalu, beliau bangkit dan mengambil keris telinga. Namun, semua itu tidak membuat
bersarungkan emas sang Raja mundur.”
pusaka
yang
bertahtatakan permata. Semua yang hadir berusaha mencegah niat Raja. “Gusti,
Sifat Kebangsaan pun dimiliki oleh mendaki Gunung Gede pada saat ini Raja
berarti menantang maut.” mengorbankan keris emas yang menjadi
Demikianlah yang terjadi antara raja warisan
dan rakyatnya. Raja dan rakyat saling keselamatan rakyatnya. Padahal keris
mengasihi sehingga ada sebuah ikatan tersebut bisa dikatakan sebagai satu-
emosional dan keharmonisan dari yang satunya pusaka yang sangat disayangi
memimpin dan dipimpinnya. olehnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
2. 2. Analisis Nilai-nilai Karakter berikut:
terhadap Tokoh Cerita Gunung Tampomas
“Yang lain berkata, “Gusti, keris Sebelum melanjutkan ke tahap analisis pusaka itu warisan nenek moyang gusti.
nilai-nilai karakter terhadap tokoh cerita Janganlah gusti membuangnya ke dalam
Gunung Tampomas, penulis menekankan kawah. Hargai dan hormatilah pusaka
ada tiga nilai karakter yang dianalisis, kerajaan itu.” Akan tetapi, sang Raja tidak
yakni yang berkaitan dengan nilai menghiraukan kata-kata mereka dan
kepemimpinan, yaitu Tanggung-jawab, segera bangkit meninggalkan istana.”
Semangat Kebangsaan, dan Kerja Keras. Nilai-nilai karakter ini berpedoman kepada Nilai Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa yang dikeluarkan oleh Akan lama sekali kerajaan dapat bangkit Kementrian Pendidikan Nasional Badan
kemiskinan dan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum Kesedihan raja muncul ketika melihat
a. Nilai-nilai Karakter Tokoh Cerita gunung akan meletus. Sebagai pemimpin Rakyat Gunung Tampomas
yang memiliki rasa tanggung-jawab, raja bersikeras
berpikir untuk dapat Analisis Karakter Tokoh Cerita Rakyat
meletusnya gunung Gunung Tampomas
menghentikan
tersebut. Apabila gunung sampai meletus
NAMA TOKOH Nilai Karakter
Deskripsi
akan mengakibatkan banyak korban dan
kerusakan alam di mana-mana. Akhirnya
V jawab raja pun mengorbankan keris kesayangan - jawab dari leluhurnya untuk menyelamatkan
Kerja Keras
Kerja Keras
2) Analisis Nilai Karakter Semangat
b. Deskripsi Nilai-nilai Karakter Tokoh Kebangsaan Raja Sumedang
Cerita Gunung Tampomas Nilai karakter Semangat Kebangsaan
1) Analisis Nilai Karakter Semangat bersinggungan dengan cara berpikir,
berwawasan yang Sikap dapat melaksanakan tugas dan
Kebangsaan Raja Sumedang
bertindak,
dan
menempatkan kepentingan bangsa dan kewajiban yang seharusnya dilakukan
negara di atas kepentingan diri dan oleh seorang pemimpin, terhadap diri
Dengan kata lain, sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya
kelompoknya.
seseorang dianggap memiliki Semangat terdapat dalam diri Raja Sumedang. Nilai
ketika menanggalkan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
Kebangsaan
kepentingan sendiri dan mendahulukan “…Raja mereka yang masih muda
kepentingan orang lain. Nilai karakter ini belia adalah orang yang adil dan
tercermin dalam sosok Raja Sumedang, bijaksana. Sang raja adalah juga seorang
seperti yang dikutipkan berikut: perwira yang perkasa dan ditakuti oleh
“Yang lain berkata, “Gusti, keris raja-raja lain yang bermaksud jahat dan
pusaka itu warisan nenek moyang gusti. penjahat-penjahat yang suka menggangu
Janganlah gusti membuangnya ke dalam ketentraman. Beliau pula yang mengajar
kawah. Hargai dan hormatilah pusaka rakyatnya agar tidak merusak hutan dan
kerajaan itu.” Akan tetapi, sang Raja tidak mengganggu margasatwa sehingga negeri
menghiraukan kata-kata mereka dan Sumedang Larang tetap indah dan
segera bangkit meninggalkan istana.” makmur.”
berkorban demi Selain pada kutipan di atas, nilai
Sikap
rela
kepentingan orang banyak tercerminkan karakter tanggung-jawab pun dapat dilihat