PERAN OBAT TRADISIONAL DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK KELUARGA DI ERA DIGITAL
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
2017
PERAN OBAT TRADISIONAL DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KELUARGA DI ERA DIGITAL
Ditha Prasanti
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
Telp/Fax/Hp: 08562205143, e-mail: [email protected]
Abstrak. Obat tradisional bukanlah hal yang asing lagi bagi sebagian masyarakat di
Indonesia. Obat tradisional juga memiliki kedudukan yang khusus dalam masyarakat, yakni
sebagai warisan budaya lokal dalam bidang kesehatan. Pada era ini, obat tradisional pun
masih digunakan oleh masyarakat baik sebagai alternatif utama maupun pilihan dalam
pengobatan penyakit yang dialaminya. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian tentang peran obat tradisional dalam komunikasi terapeutik keluarga.
Apalagi mengingat perkembangan era modern saat ini, peneliti ingin mengetahui peran obat
tradisional digunakan dalam komunikasi terapeutik keluarga di era digital ini. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Peneliti
menggunakan teknik sampling purposive dengan mengambil 3 orang informan. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga di era digital meliputi :obat tradisional digunakan sebagai
pertolongan pertama dalam komunikasi terapeutik keluarga; obat tradisional sebagai warisan
budaya turun temurun dalam komunikasi terapeutik keluarga; obat tradisional sebagai metode
penyembuhan back to nature dalam komunikasi terapeutik keluarga; (2) Adapun faktor
penunjang yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional dalam komunikasi terapeutik
keluarga meliputi faktor budaya dan faktor sosial.
Kata Kunci: Peran, Obat Tradisional, Komunikasi Terapeutik, Keluarga
Abstract. Traditional medicine is familiar to most people in Indonesia. Traditional medicine
also has a special position in society, namely as local cultural heritage in the field of health.
In this era, traditional medicine is still used by people as the main alternative to the selection
in the treatment of diseases that happened. In this study, researcher are interested to raise
the research on the role of traditional medicine in therapeutic communication family.
Especially considering the development of today's modern era, researcher wanted to know
the role of traditional medicine used in therapeutic communication family in this digital era.
Researcher used a qualitative approach with descriptive qualitative method. Researcher
using purposive sampling technique by taking 3 people informant. The data collection
techniques are observation, interviews, and documentation. Results of research have shown
that : (1) the role of traditional medicine in therapeutic communication family, include:
a.traditional medicine is used as a first aid in therapeutic communication family; b.
traditional medicine as a cultural heritage passed down through the family therapeutic
communication; c. traditional medicine as a healing method back to nature in family
therapeutic communication; (2)The supporting factors that affect the use of traditional
medicines in therapeutic communication family include cultural factors and social factors.
Keywords: Role, Traditional Medicine, Therapeutic Communication, Family
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
17
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
I. Pendahuluan
Obat
tradisional
memiliki
kedudukan
yang
khusus
dalam
masyarakat, yakni sebagai warisan budaya
turun temurun dari leluhur di bidang
kesehatan.
Obat
tradisional
juga
diperlukan masyarakat terutama dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
menjaga stamina dan kebugaran tubuh.
Pengobatan
tradisional
masih
banyak digunakan sebagai alternatif dalam
masyarakat, hal ini menjadi bukti bahwa
masyarakat masih mengakui khasiat dari
pengobatan tradisional, dengan demikian
jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan
obat harus tetap dilestarikan dan dijaga
agar dapat dimanfaatkan sebagai resepresep tradisional warisan orang tua
terdahulu dalam upaya menunjang
pelayanan kesehatan (Wijayakusuma &
Dalimartha: 2001).
Pemerintah secara formal sudah
memberikan perhatian yang seksama
terhadap muncul dan berkembangnya
pengobatan tradisional ini. Pengobatan
tradisional dalam Undang-Undang RI No.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1
butir 16 mengatakan bahwa Pelayanan
kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan atau perawatan dengan cara dan obat
yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggung jawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat (Sembiring &
Sismudjito, 2015: 35).
Perkembangan
pengobatan
tradisional dibarengi dengan adanya
kesadaran etnik masyarakat tertentu
terhadap potensi nilai budaya lokal.
Anderson dan Foster (1999), menyebutkan
bahwa salah satu ciri dari jenis pengobatan
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
tradisional adalah menunjukkan identitas
budaya bangsa (nasionalisme).
Indonesia sebagai produk budaya
dari masyarakat setempat. Dalam kajian
komunikasi
kesehatan,
obat-obatan
tradisional
yang
diproduksi
oleh
masyarakat yang ada di beberapa daerah di
Indonesia itu sangat beragam. Masyarakat
di suatu daerah tertentu memiliki obat
tradisional
yang
berbeda
dengan
masyarakat dari daerah yang lain.
Keanekaragaman hayati yang terdapat di
lingkungan tempat mereka hidup serta
kearifan lokal yang mereka miliki, menjadi
salah
satu
penyebab
munculnya
bermacam-macam produk budaya dalam
bentuk obat tradisional (Darmastuti,
2011:).
Beberapa contoh obat tradisional
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia
tersebut misalnya, Kencur yang sering
digunakan untuk mengobati sakit batuk.
Kencur
yang
sudah
dihancurkan,
kemudian diambil airnya untuk diminum.
Di
beberapa
daerah,
masyarakat
menggunakan daun jambu yang ditumbuk
dan dihancurkan, kemudian diambil airnya
untuk mengobati diare (Prasanti & El
Karimah, 2016: 368).
Contoh obat tradisional yang
disebutkan di atas hanyalah beberapa
contoh produk budaya yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia yang berhubungan
dengan kesehatan. Masih banyak produkproduk budaya yang berhubungan dengan
kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia lainnya sebagai hasil kearifan
lokal masyarakat Indonesia (Darmastuti,
2011: 122).
Meskipun pelayanan kesehatan
modern telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memilih
pengobatan tradisional tetap tinggi.
18
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional,
2013
ditemukan
sekitar
63,10%
masyarakat memilih pengobatan sendiri
dan
21,41%
penduduk
Indonesia
melakukan pengobatan secara tradisional,
sekitar 3,96 % dengan pengobatan lain
(Susenas: 2007).
Menurut Sujatno dari RSHS/staf
pengajar Unpad (dalam Pikiran Rakyat, 24
September 2001), banyak dokter yang
sudah
mengakui
keampuhan
obat
tradisional. Di antara dokter-dokter yang
selalu memberi resep obat-obatan kimiawi
kepada pasiennya, malah memberi obat
tradisional pada anggota keluarganya.
Mereka menilai obat tradisional lebih
aman ketimbang obat kimiawi tapi
efektifitasnya tidak kalah (Atep Afia:
2011).
Namun ada juga dokter yang berani
secara terbuka mengakui khasiat obat
tradisional, Dr.Boyke Dian Nugraha,
DpOG, MARS, ginekolog dan konsultan
sex dari Rumah Sakit Kanker Dharmais,
Jakarta (Dalam Koran Tempo, 23 Maret
2001), mengemukakan bahwa keunggulan
bahan-bahan alami adalah aman dipakai,
tanpa efek samping. “Makanya saya selalu
ingin mengobati pasien saya dengan
bahan-bahan alami”. Menurutnya terlalu
banyak mengkonsumsi obat-obatan yang
mengandung bahan kimia berisiko terkena
penyakit, seperti kanker. Sejak dulu ia dan
keluarganya selalu berusaha mengobati
penyakit dengan bahan-bahan alami.
Bahan alami (dalam bentuk food
supplement) yang biasanya diresepkan
Boyke antara lain madu, lidah buaya dan
mengkudu (Atep Afia, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti
tertarik untuk mengangkat penelitian
tentang peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga di era
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
digital. Fenomena ini sangat menarik
untuk diteliti, apalagi jika dikaitkan
dengan proses komunikasi terapeutik
keluarga. Peneliti melihat fenomena
penggunaan obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui peran
obat tradisional tersebut dalam komunikasi
terapeutik keluarga di era digital ini.
Bahkan, kalangan masyarakat yang
menggunakan obat tradisional ini berasal
dari berbagai kalangan, mulai dari
pendidikan, ekonomi, sampai dengan suku.
Meskipun
zaman
sudah
berubah,
peninggalan budaya warisan nenek
moyang tentang pengobatan tradisional
masih kental digunakan oleh sebagian
besar masyarakat di era digital ini (Prasanti
& Karimah, 2016: 368).
Penggunaan Obat Tradisional
Obat
tradisional
dan
cara
pengobatan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia mempunyai peranan
ya-ng sangat besar dari generasi yang satu
ke generasi berikutnya. Penggunaan obat
tradisional dan cara pengobatan tradisional
ini terus digunakan secara turun temurun
dalam
menyelesaikan
permasalahan
kesehatan mereka. Bahkan, pengunaan
obat tradisional dan cara pengobatan
tradisional ini tetap digunakan dan
dilakukan pada zaman modern ini
(Prasanti & Karimah, 2016: 369).
Setiap manusia pada dasarnya akan
berusaha terhindar dari situasi sakit karena
kondisi
sakit
akan mengakibatkan
seseorang mengalami berbagai kendala
dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Kesehatan juga menjadi kebutuhan bagi
setiap individu, baik orang yang sakit
maupun yang sehat. Pada dasarnya, hal ini
menjelaskan bahwa kesehatan adalah
19
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
kebutuhan manusia dari berbagai kalangan
baik dilihat dari sisi ekonomi, sosial,
geografi,
psikologi
perkembangan,
maupun status kesehatan. Orang yang sakit
membutuhkan penyembuhan sedangkan
orang sehat membutuhkan adanya
peningkatan kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang optimal.
Seperti halnya di Indonesia,
sebanyak 49,5% atau setengah penduduk
Indonesia masih menggunakan pengobatan
tradisional berupa jamu-jamuan, 4,5%
diantaranya
mengkonsumsi
obat
tradisional setiap hari dan sisanya
mengkonsumsi
sekali-sekali.
Obat
tradisional tersebut dapat berupa racikan
sendiri, dari pengobat tradisional maupun
buatan
industri.
Negara
Indonesia
memiliki kekayaan tersendiri dalam
pengobatan tradisional, dari 30.000 spesies
tumbuhan yang ada 7000 diantaranya
merupakan
tumbuhan
yang
dapat
digunakan sebagai obat yang tersebar di
seluruh daerah. Indonesia juga memiliki
sekitar 280.000 orang praktisi pengobatan
tradisional
pada
berbagai
daerah
(Sembiring & Sismudjito, 2015:37).
Obat tradisional telah diterima
secara luas di hampir seluruh Negara
didunia. Menurut WHO, negaranegara di
Afrika,
Asia
dan
AmerikaLatin
menggunakan obat
herbal
sebagai
pelengkap pengobatan primeryang mereka
terima. Bahkan diAfrika, sebanyak 80%
dari populasimenggunakan obat herbal
untuk pengobatan primer (Artikel WHO,
2003).
Faktor
pendorong
terjadinya
peningkatan penggunaan obat herbal
dinegara maju adalah usia harapan hidup
yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya
kegagalan penggunaan obat modern untuk
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
penyakit tertentu di antaranya kanker serta
semakin luas akses informasi mengenai
obat herbal di seluruh dunia (Sukandar:
2006).
WHO merekomendasi penggunaan
obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan
kesehatan
masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan kanker. WHO juga
mendukung
upaya-upaya
dalam
peningkatan keamanan dan khasiat dari
obat tradisional (Artikel WHO, 2003).
Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional
memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit dari pada obat modern. Selain itu,
obat tradisional juga lebih murah jika
dibandingkan dengan obat farmasi. Hal ini
menyebabkan peranan obat tradisional di
masyarakat Indonesia khususnya sangatlah
penting dan dirasakan manfaatnya. Selalu
mendapatkan kesehatan yang prima
merupakan impian semua orang. Berbagai
resep dengan memanfaatkan berbagai obat
tradisional mungkin sudah sering didengar.
Dengan memanfaatkan buah-buahan,
daun-daunan atau hal lain yang umum
dijumpai di dapur sebagai bumbu masak
atau pelengkap masakan, ternyata dapat
pula dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan. Khasiatnya sudah
dapat dibuktikan selama beberapa generasi
(Lusia, 2006: 2).
II. Kajian Pustaka
Komunikasi Terapeutik Keluarga
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara
sadar,
bertujuan
dan
kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
20
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Dalam dunia kesehatan, banyak kegiatan
komunikasi terapeutik yang terjadi.
Menurut Mulyana komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal yaitu
komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain
sacara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal (Mundakir, 2006:116).
Komunikasi terapeutik sangat
penting dan berguna bagi pasien, karena
komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku pasien dan
membantu pasien dalam mengatasi
persoalan yang dihadapinya (Dyana,
2015:78).
Menurut
Heri
Purwanto
komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan
untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi professional yang mengarah
pada tujuan untuk penyembuhan pasien
(Mundakir, 2006:116).
Ada tiga hal mendasar dan
memberi
ciri-ciri
dari
komunikasi
terapeutik, yaitu keikhlasan (genuineness),
empati (empathy), dan kehangatan
(warmth) (Taufik, 2010:30).
1. Keikhlasan (Genuineness)
Dalam
rangka membantu pasien, dokter harus
menyadari tentang nilai, sikap, dan
perasaan yang dimiliki terhadap
pasien. Apa yang dokter pikirkan dan
rasakan tentang individu dan dengan
siapa
dia
berinteraksi
selalu
dikomuniasikan pada individu baik
secara verbal maupun nonverbal.
2. Empati (Empathy)
Empati
merupakan
perasaan
“pemahaman” dan “penerimaan” dokter
terhadap perasaan yang dialami pasien
dan kemampuan merasakan “dunia
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
pribadi pasien”. Empati merupakan
sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak
dibuat-buat (objektif) didasarkan atas
apa yang dialami orang lain.
3. Kehangatan (Warmth)
Hubungan yang saling membantu
(helping relationship) dibuat untuk
memberikan
kesempatan
pasien
mengeluarkan uneg-unegnya (perasaan
dan nilainilai) secara bebas. Suasana
yang hangat, permisif, dan tanpa adanya
ancaman menunjukkan adanya rasa
penerimaan. Sehingga pasien akan
mengekspresikan perasaannya secara
lebih mendalam. Kondisi ini akan
membuat
dokter
mempunyai
kesempaan lebih luas untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan
pasien.
Kehangatan
juga
dapat
dikomunikasikan secara nonverbal.
Penampilan yang tenang, suara yang
meyakinkan, dan pegangan tangan yang
halus menunjukkan rasa belas kasihan
atau kasih sayang.
III. Metode Penelitian
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskipsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
“Metodologi
adalah
proses,
prinsip, dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari
21
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
jawaban” (Mulyana, 2008: 145). Menurut
Sugiyono (2007: 1), metode penelitian
kualitatif merupakan suatu penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada objek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan, analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
Penelitian kualitatif bertujuan
mempertahankan bentuk dan isi perilaku
manusia dan menganalisis kualitaskualitasnya,
alih-alih
mengubahnya
menjadi
entitas-entitas
kuantitatif
(Mulyana, 2008: 150).
Metode yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan analisis data kualitatif. Disebut
sebagai
metode
deskriptif
karena
penelitian ini tidak menggunakan hipotesis
dan
variabel
melainkan
hanya
menggambarkan
dan
menganalisis
kejadian yang ada tanpa perlakuan khusus
atas objek-objek yang diteliti.
Mengenai tipe deskriptif, Jalaludin
Rakhmat dalam buku Metode Penelitian
Komunikasi
menjelaskan
bahwa
“Penelitian
deskriptif
hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat
prediksi”.
(Rakhmat, 2002: 24). Lebih lanjut
Jalaludin Rakhmat menjelaskan “Ciri lain
metode deskriptif ialah titik berat pada
observasi
dan
suasana
alamiah
(naturalisasi setting). Peneliti bertindak
sebagai pengamat. Ia hanya membuat
kategori pelaku, mengamati gejala, dan
mencatatnya dalam buku observasi”.
(Rakhmat, 2002: 25)
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
Peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti
mengambil 4 orang informan dengan
menggunakan teknik sampling purposive.
Hal ini relevan dengan latar belakang
penelitian ini untuk menggambarkan
tentang peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga di era
digital.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan
melakukan
observasi,
wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi.
1)
Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah pengamatan. Pengamatan
dilakukan dengan cara participant
observation, terhadap objek yang diteliti
yaitu yang berkaitan peran obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga.
2)
Wawancara
Wawancara yang dilakukan penulis dalam
penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
pandangan, kejadian, kegiatan, pendapat,
perasaan dari nara sumber (subjek matter
expert). Wawancara yang dilakukan yaitu
untuk mengetahui mengenai peran obat
tradisional dalam komunikasi terapeutik
keluarga. Penggunaan teknik ini sangat
penting bagi penelitian kualitatif, terutama
untuk melengkapi data dan upaya
memperoleh data yang akurat dan sumber
data yang tepat.
3)
Studi Dokumentasi
Menurut Burhan Bungin (2007: 121),
metode dokumenter adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis.
Dokumentasi
dalam
penelitian
ini
diperlukan terutama untuk memperkaya
landasan-landasan
teoritis
dan
mempertajam analisis penelitian yang
berkaitan dengan topik penelitian ini.
22
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik sampling purposive,
yakni memilih informan sesuai dengan
kebutuhan
peneliti.
Jadi,
peneliti
mengambil 3 informan yaitu:
1. Asri, ibu rumah tangga
2.Krisna, lulusan kesehatan masyarakat
3. Siti, tenaga kesehatan
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan, ada temuan
menarik di lapangan berkaitan dengan
topik penelitian ini, yakni peran obat
tradisional dalam komunikasi terapeutik
keluarga.
Peran
Obat
Tradisional
dalam
Komunikasi Terapeutik Keluarga
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa peran obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga,
dikelompokkan sebagai berikut:
1.Obat tradisional sebagai pertolongan
pertama dalam komunikasi terapeutik
keluarga.
Hal ini tercermin dalam deskripsi hasil
wawancara informan di bawah ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan, peneliti menghasilkan temuan
tentang peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Asri, seorang ibu rumah tangga,
berusia 36 tahun, menceritakan proses
komunikasi terapeutik yang terjadi dalam
keluarganya. Asri memberikan temuan
yang baru dalam penelitian ini bahwa
peran obat tradisional sebagai pertolongan
pertama dalam komunikasi terapeutik
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
keluarga. Hal ini dipaparkan dalam hasil
wawancara sebagai berikut:
“Kalo buat keluarga aku sekarang,
obat tradisional ini sangat penting.
Yah berperan banget, soalnya
keluarga aku emang pengguna obat
tradisional. Sebenernya ini semua
bermula dari pengalaman aku juga.
Dulu, kalo anak aku sakit, aku
sama suami langsung bawa ke
dokter tanpa berpikir panjang, ya
karena kami panik juga sih. Ini
terus berlanjut, sampai usia anak
aku udah 3 tahun, aku ditegur sama
orang tua, ko dikit-dikit tuh ke
dokter terus. Aku ngerasa kaget
juga jadi mikir, iya juga, karena
kebanyakan anti biotik jadinya
kebal sama obat yang generik gitu.
Akhirnya, pas suatu saat anak aku
badannya panas tinggi, aku
ngikutin kata mamah, dibalurin
pake bawang merah dari ubunubun kepala sampai telapak
kakinya. Alhasil, ini manjur
banget. Panasnya langsung turun
dalam semalam, ada perkembangan
signifikan. Aku lega banget. Aku
jadi merasa kalau obat tradisional
ini emang first aid alias
pertolongan pertama buat keluarga
aku. Aku dah buktiin sendiri jadi
sekarang pertama kali yang
dilakukan adalah balurin pake
bawang merah sebagai obat
tradisional. Jadi, kalau ditanya
peran obat tradisional buat apa,
bagi keluarga aku, obat tradisional
ini sebagai pertolongan pertama.”
Berdasarkan
hasil
penuturan
informan pertama di atas, peneliti melihat
bahwa peran obat tradisional sebagai
pertolongan pertama dalam komunikasi
terapeutik keluarga. Hal ini ditunjukkan
dengan cerita informan mengenai proses
komunikasi terapeutik keluarga informan.
23
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Krisna,
lulusan
kesehatan
masyarakat, yang telah memiliki seorang
anak, informan ini juga ternyata
menggunakan obat tradisional sebagai
pertolongan pertama dalam komunikasi
terapeutik keluarga yang dialaminya.
“Aku emang pake obat tradisional,
keluarga aku juga, mama papa
maksudnya. Kalau ditanya soal
peran obat tradisional bagi aku
sendiri nih ya, dalam keluarga
khususnya, ya sebagai pertolongan
pertama. Soalnya emang aku bakal
cari obat tradisional dulu kalo anak
atau suami aku sakit. Mungkin
karena
udah
terbiasa
ya,
maksudnya keluarga aku juga pake
obat tradisional, jadinya kayak
tradisi turun temurun gitu ya. Tapi
emang iya sih, dari aku kecil, aku
dibiasain pake obat tradisional
juga.”
Informan yang ketiga, Siti,
seorang
tenaga
kesehatan
juga
menceritakan
pengalamannya
dalam
menggunakan
obat
tradisional.
Menurutnya, obat tradisional ini adalah
pertolongan pertama dalam komunikasi
terapeutik keluarga.
2.Peran obat tradisional sebagai warisan
budaya turun temurun dari leluhur dalam
komunikasi terapeutik keluarga
Hal ini tercermin juga dalam hasil
wawancara peneliti dengan informan yang
menunjukkan
adanya
peran
obat
tradisional sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur/ nenek moyang dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Peneliti melihat bahwa peran obat
tradisional sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur ini merupakan hal
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
yang unik, berikut penuturan
wawancara dengan Krisna:
2017
hasil
“Menurut aku, obat tradisional itu
adalah warisan nenek moyang yang
harus dilestarikan. Hal ini karena
peran obat tradisional itu sendiri ya
sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur. Coba deh,
darimana kita tau semua khasiat
obat tradisional itu, aku tau dari
mama aku, mama tau dari ibunya,
nenek juga tau dari ibunya,
hehehe…ya begitulah seterusnya.
Artinya, peran obat tradisional itu
sendiri juga sebagai warisan
budaya lokal yang turun temurun
dilestarikan
oleh
masyarakat
Indonesia ini. “
Berdasarkan hasil wawancara di
atas, peneliti dapat mengetahui adanya
peran yang lain dari obat tradisional ini
adaah sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur dalam komunikasi
terapeutik keluarga.
3.Peran obat tradisional sebagai metode
penyembuhan back to nature dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Siti, informan yang juga bekerja
sebagai tenaga kesehatan ini menjelaskan
tentang peran obat tradisional yang lain
yakni sebagai metode penyembuhan back
to nature dalam komunikasi terapeutik
keluarga.
Pada era digital ini, perkembangan
informasi tentang obat tradisional semakin
menyebar dengan cepat. Jika dibandingkan
dengan zaman dahulu, nenek moyang
mewariskan budaya ini melalui word of
mouth, sedangkan saat ini informasi
menyebar dengan dukungan internet dan
media sosial.
24
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Siti
juga
menceritakan
pengalamannya dalam hasil wawancara
sebagai berikut:
“Peran obat tradisional yang gak
kalah penting adalah ya sebagai
metode penyembuhan, istilah yang
karena kan sifatnya juga alami ya,
obat. Emang sih kita harus cari tau
juga
bener
ga
khasiatnya,
kandungannya udah teruji atau
belum secara medis, ya supaya
aman juga. Misalnya, daun sirih
kan udah kaya manfaat nih, atau
madu juga bisa nyembuhin luka,
lidah buaya juga biasa banyak
dipake
juga
sebagai
obat
tradisional. Artinya, emang di era
saat ini, udah back to nature ya.
Hampir semuanya bisa diakses
juga pake media internet tadi, jadi
informasi pun menyebar cepat.
Atau ada juga yang gini, udah lama
pake obat kimia eh taunya ga
sembuh-sembuh, terus keluarga
tersebut cari tau dan dikasih tau
atau biasa disebut juga tanaman
arin,
akhirnya
pake
obat
tradisional. “
Selain Siti, informan lainnya, Asri
juga mempertegas pernyataan dari
Siti yang menceritakan bahwa
peran obat tradisional sebagai
metode penyembuhan back to
nature
dalam
komunikasi
terapeutik keluarga. Hal ini
dibuktikan dengan cerita informan
sebelumnya yang menggambarkan
penggunaan
obat
tradisional
sebagai metode penyembuhan back
to nature dalam komunikasi
terapeutik keluarga.
Faktor Penunjang Penggunaan Obat
Tradisional
dalam
Komunikasi
Terapeutik Keluarga
2017
lagi tren sekarang itu dikenal back
to nature. Artinya, masyarakat juga
udah kenal dan pada tau tentang
khasiat obat tradisional ini,
disebutnya kembali lagi ke alam,
maka peneliti dapat menyimpulkan dari
hasil wawancara dan observasi yang telah
dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti
mengelompokkan faktor tersebut dalam
uraian sebagai berikut:
1.Faktor budaya
Hal ini tercermin pada hasil
wawancara peneliti dengan informan yang
menyebutkan bahwa peran obat tradisional
sebagai warisan turun temurun dari nenek
moyang.
Artinya,
faktor
budaya
memegang
peranan
penting
yang
menunjang penggunaan obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga.
2.Faktor sosial
Hal ini tercermin juga pada hasil
wawancara peneliti dengan informan yang
menyebutkan adanya factor sosial yang
menunjang penggunaan obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga.
Para informan menjelaskan bahwa peran
obat
tradisional
sebagai
metode
penyembuhan back no nature ini telah
menyebar dengan cepat berkat internet dan
media sosial di era digital ini. Artinya,
informasi pun semakin menyebar cepat
Karena adanya faktor sosial ini sehingga
factor sosial pun menjadi penunjang
penggunaan obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Jika berbicara masalah faktor
penunjang penggunaan obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga,
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
25
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
V. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah dilakukan, peneliti
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa : (1) obat
tradisional
digunakan
sebagai
pertolongan
pertama
dalam
komunikasi terapeutik keluarga ; (2);
obat tradisional sebagai warisan
budaya
turun
temurun
dalam
komunikasi terapeutik keluarga; (3)
obat tradisional sebagai metode
penyembuhan back to nature dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
2. Adapun
faktor
mempengaruhi
tradisional
penunjang
yang
penggunaan
obat
dalam
komunikasi
terapeutik keluarga meliputi faktor
budaya dan faktor sosial.
2017
diupayakan untuk menghindari dampak
yang berisiko buruk pada kesehatan.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Foster dan Anderson. 1999. Antropologi
Kesehatan. Jakarta: UI-Pres (terjemahan
oleh Priyanti Pakan Suyadarma)
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mundakir (2006). Komunikasi Kepera watan:
Aplikasi
Dalam Pelayanan, Edisi
Pertama, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Prasanti, Ditha & Kismiyati El Karimah. 2016.
Chapter of Book. Media, Communication,
and Society Empowerment. Yogyakarta:
Buku Litera.
Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti
berkaitan dengan penelitian yang telah
dilakukan tentang peran obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga,
sebagai
berikut:
Penelitian
ini
telah
menghasilkan temuan baru tentang peran
obat
tradisional
terapeutik
proses
dalam
keluarga.
komunikasi
komunikasi
Ternyata
dalam
terapeutik
sebuah
keluarga, obat tradisional memiliki peran
yang
peneliti
beragam.
Meskipun
menyarankan
demikian,
sebaiknya
penggunaan obat tradisional tersebut juga
memerhatikan evidence based-nya, yang
telah teruji kandungan khasiatnya dari
Sugiyono.
2007.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik. Edisi
ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah
(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UNPAD
Taufik M & Juliane. 2010. Komunikasi
Terapeutik dan Konseling dalam Praktek
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Artikel Elektronik
Atep
Afia Hidayat. 2011. Peran Obat
Tradisional Makin Menguat, diakses dari
htt://www.kompasiana.com
pada 19
Maret 2017.
Susenas. 2007. microdata.bps.go.id, diakses
pada 10 Februari 2017.
sumber yang tepat dan kredibel. Hal ini
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
26
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
2017
World
Health
Organization.
2003.Schistosomiasis and soil transmitted
helminths country profile: Indonesia.
http://www.who.int/wormcontrol/databan
k/Indonesia_ncp3.pdf, diakses pada 20
Maret 2017.
Jurnal Elektronik
Dyana Utamy. 2015. Komunikasi Terapeutik
Dokter Dan Pasien Dalam Pengobatan
Homeopati Di Pusat Pengobatan Al
Jawad Pekanbaru .
Jurnal Jom FISIP
Vol. 2 No. 1 – Februari
Lusia Oktora Ruma Kumala Sari., 2006.
Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan
Pertimbangan
Manfaat
Dan
Keamanannya,
Majalah
Ilmu
Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006.
Salmen Sembiring dan Sismudjito. 2015.
Pengetahuan dan Pemanfaatan Metode
Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat
Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe.
Jurnal Perspektif Sosiologi, Vol.3 No.1,
Oktober 2015.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
27
2017
PERAN OBAT TRADISIONAL DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KELUARGA DI ERA DIGITAL
Ditha Prasanti
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
Telp/Fax/Hp: 08562205143, e-mail: [email protected]
Abstrak. Obat tradisional bukanlah hal yang asing lagi bagi sebagian masyarakat di
Indonesia. Obat tradisional juga memiliki kedudukan yang khusus dalam masyarakat, yakni
sebagai warisan budaya lokal dalam bidang kesehatan. Pada era ini, obat tradisional pun
masih digunakan oleh masyarakat baik sebagai alternatif utama maupun pilihan dalam
pengobatan penyakit yang dialaminya. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian tentang peran obat tradisional dalam komunikasi terapeutik keluarga.
Apalagi mengingat perkembangan era modern saat ini, peneliti ingin mengetahui peran obat
tradisional digunakan dalam komunikasi terapeutik keluarga di era digital ini. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Peneliti
menggunakan teknik sampling purposive dengan mengambil 3 orang informan. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga di era digital meliputi :obat tradisional digunakan sebagai
pertolongan pertama dalam komunikasi terapeutik keluarga; obat tradisional sebagai warisan
budaya turun temurun dalam komunikasi terapeutik keluarga; obat tradisional sebagai metode
penyembuhan back to nature dalam komunikasi terapeutik keluarga; (2) Adapun faktor
penunjang yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional dalam komunikasi terapeutik
keluarga meliputi faktor budaya dan faktor sosial.
Kata Kunci: Peran, Obat Tradisional, Komunikasi Terapeutik, Keluarga
Abstract. Traditional medicine is familiar to most people in Indonesia. Traditional medicine
also has a special position in society, namely as local cultural heritage in the field of health.
In this era, traditional medicine is still used by people as the main alternative to the selection
in the treatment of diseases that happened. In this study, researcher are interested to raise
the research on the role of traditional medicine in therapeutic communication family.
Especially considering the development of today's modern era, researcher wanted to know
the role of traditional medicine used in therapeutic communication family in this digital era.
Researcher used a qualitative approach with descriptive qualitative method. Researcher
using purposive sampling technique by taking 3 people informant. The data collection
techniques are observation, interviews, and documentation. Results of research have shown
that : (1) the role of traditional medicine in therapeutic communication family, include:
a.traditional medicine is used as a first aid in therapeutic communication family; b.
traditional medicine as a cultural heritage passed down through the family therapeutic
communication; c. traditional medicine as a healing method back to nature in family
therapeutic communication; (2)The supporting factors that affect the use of traditional
medicines in therapeutic communication family include cultural factors and social factors.
Keywords: Role, Traditional Medicine, Therapeutic Communication, Family
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
17
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
I. Pendahuluan
Obat
tradisional
memiliki
kedudukan
yang
khusus
dalam
masyarakat, yakni sebagai warisan budaya
turun temurun dari leluhur di bidang
kesehatan.
Obat
tradisional
juga
diperlukan masyarakat terutama dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
menjaga stamina dan kebugaran tubuh.
Pengobatan
tradisional
masih
banyak digunakan sebagai alternatif dalam
masyarakat, hal ini menjadi bukti bahwa
masyarakat masih mengakui khasiat dari
pengobatan tradisional, dengan demikian
jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan
obat harus tetap dilestarikan dan dijaga
agar dapat dimanfaatkan sebagai resepresep tradisional warisan orang tua
terdahulu dalam upaya menunjang
pelayanan kesehatan (Wijayakusuma &
Dalimartha: 2001).
Pemerintah secara formal sudah
memberikan perhatian yang seksama
terhadap muncul dan berkembangnya
pengobatan tradisional ini. Pengobatan
tradisional dalam Undang-Undang RI No.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1
butir 16 mengatakan bahwa Pelayanan
kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan atau perawatan dengan cara dan obat
yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggung jawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat (Sembiring &
Sismudjito, 2015: 35).
Perkembangan
pengobatan
tradisional dibarengi dengan adanya
kesadaran etnik masyarakat tertentu
terhadap potensi nilai budaya lokal.
Anderson dan Foster (1999), menyebutkan
bahwa salah satu ciri dari jenis pengobatan
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
tradisional adalah menunjukkan identitas
budaya bangsa (nasionalisme).
Indonesia sebagai produk budaya
dari masyarakat setempat. Dalam kajian
komunikasi
kesehatan,
obat-obatan
tradisional
yang
diproduksi
oleh
masyarakat yang ada di beberapa daerah di
Indonesia itu sangat beragam. Masyarakat
di suatu daerah tertentu memiliki obat
tradisional
yang
berbeda
dengan
masyarakat dari daerah yang lain.
Keanekaragaman hayati yang terdapat di
lingkungan tempat mereka hidup serta
kearifan lokal yang mereka miliki, menjadi
salah
satu
penyebab
munculnya
bermacam-macam produk budaya dalam
bentuk obat tradisional (Darmastuti,
2011:).
Beberapa contoh obat tradisional
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia
tersebut misalnya, Kencur yang sering
digunakan untuk mengobati sakit batuk.
Kencur
yang
sudah
dihancurkan,
kemudian diambil airnya untuk diminum.
Di
beberapa
daerah,
masyarakat
menggunakan daun jambu yang ditumbuk
dan dihancurkan, kemudian diambil airnya
untuk mengobati diare (Prasanti & El
Karimah, 2016: 368).
Contoh obat tradisional yang
disebutkan di atas hanyalah beberapa
contoh produk budaya yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia yang berhubungan
dengan kesehatan. Masih banyak produkproduk budaya yang berhubungan dengan
kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia lainnya sebagai hasil kearifan
lokal masyarakat Indonesia (Darmastuti,
2011: 122).
Meskipun pelayanan kesehatan
modern telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memilih
pengobatan tradisional tetap tinggi.
18
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional,
2013
ditemukan
sekitar
63,10%
masyarakat memilih pengobatan sendiri
dan
21,41%
penduduk
Indonesia
melakukan pengobatan secara tradisional,
sekitar 3,96 % dengan pengobatan lain
(Susenas: 2007).
Menurut Sujatno dari RSHS/staf
pengajar Unpad (dalam Pikiran Rakyat, 24
September 2001), banyak dokter yang
sudah
mengakui
keampuhan
obat
tradisional. Di antara dokter-dokter yang
selalu memberi resep obat-obatan kimiawi
kepada pasiennya, malah memberi obat
tradisional pada anggota keluarganya.
Mereka menilai obat tradisional lebih
aman ketimbang obat kimiawi tapi
efektifitasnya tidak kalah (Atep Afia:
2011).
Namun ada juga dokter yang berani
secara terbuka mengakui khasiat obat
tradisional, Dr.Boyke Dian Nugraha,
DpOG, MARS, ginekolog dan konsultan
sex dari Rumah Sakit Kanker Dharmais,
Jakarta (Dalam Koran Tempo, 23 Maret
2001), mengemukakan bahwa keunggulan
bahan-bahan alami adalah aman dipakai,
tanpa efek samping. “Makanya saya selalu
ingin mengobati pasien saya dengan
bahan-bahan alami”. Menurutnya terlalu
banyak mengkonsumsi obat-obatan yang
mengandung bahan kimia berisiko terkena
penyakit, seperti kanker. Sejak dulu ia dan
keluarganya selalu berusaha mengobati
penyakit dengan bahan-bahan alami.
Bahan alami (dalam bentuk food
supplement) yang biasanya diresepkan
Boyke antara lain madu, lidah buaya dan
mengkudu (Atep Afia, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti
tertarik untuk mengangkat penelitian
tentang peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga di era
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
digital. Fenomena ini sangat menarik
untuk diteliti, apalagi jika dikaitkan
dengan proses komunikasi terapeutik
keluarga. Peneliti melihat fenomena
penggunaan obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui peran
obat tradisional tersebut dalam komunikasi
terapeutik keluarga di era digital ini.
Bahkan, kalangan masyarakat yang
menggunakan obat tradisional ini berasal
dari berbagai kalangan, mulai dari
pendidikan, ekonomi, sampai dengan suku.
Meskipun
zaman
sudah
berubah,
peninggalan budaya warisan nenek
moyang tentang pengobatan tradisional
masih kental digunakan oleh sebagian
besar masyarakat di era digital ini (Prasanti
& Karimah, 2016: 368).
Penggunaan Obat Tradisional
Obat
tradisional
dan
cara
pengobatan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia mempunyai peranan
ya-ng sangat besar dari generasi yang satu
ke generasi berikutnya. Penggunaan obat
tradisional dan cara pengobatan tradisional
ini terus digunakan secara turun temurun
dalam
menyelesaikan
permasalahan
kesehatan mereka. Bahkan, pengunaan
obat tradisional dan cara pengobatan
tradisional ini tetap digunakan dan
dilakukan pada zaman modern ini
(Prasanti & Karimah, 2016: 369).
Setiap manusia pada dasarnya akan
berusaha terhindar dari situasi sakit karena
kondisi
sakit
akan mengakibatkan
seseorang mengalami berbagai kendala
dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Kesehatan juga menjadi kebutuhan bagi
setiap individu, baik orang yang sakit
maupun yang sehat. Pada dasarnya, hal ini
menjelaskan bahwa kesehatan adalah
19
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
kebutuhan manusia dari berbagai kalangan
baik dilihat dari sisi ekonomi, sosial,
geografi,
psikologi
perkembangan,
maupun status kesehatan. Orang yang sakit
membutuhkan penyembuhan sedangkan
orang sehat membutuhkan adanya
peningkatan kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang optimal.
Seperti halnya di Indonesia,
sebanyak 49,5% atau setengah penduduk
Indonesia masih menggunakan pengobatan
tradisional berupa jamu-jamuan, 4,5%
diantaranya
mengkonsumsi
obat
tradisional setiap hari dan sisanya
mengkonsumsi
sekali-sekali.
Obat
tradisional tersebut dapat berupa racikan
sendiri, dari pengobat tradisional maupun
buatan
industri.
Negara
Indonesia
memiliki kekayaan tersendiri dalam
pengobatan tradisional, dari 30.000 spesies
tumbuhan yang ada 7000 diantaranya
merupakan
tumbuhan
yang
dapat
digunakan sebagai obat yang tersebar di
seluruh daerah. Indonesia juga memiliki
sekitar 280.000 orang praktisi pengobatan
tradisional
pada
berbagai
daerah
(Sembiring & Sismudjito, 2015:37).
Obat tradisional telah diterima
secara luas di hampir seluruh Negara
didunia. Menurut WHO, negaranegara di
Afrika,
Asia
dan
AmerikaLatin
menggunakan obat
herbal
sebagai
pelengkap pengobatan primeryang mereka
terima. Bahkan diAfrika, sebanyak 80%
dari populasimenggunakan obat herbal
untuk pengobatan primer (Artikel WHO,
2003).
Faktor
pendorong
terjadinya
peningkatan penggunaan obat herbal
dinegara maju adalah usia harapan hidup
yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya
kegagalan penggunaan obat modern untuk
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
penyakit tertentu di antaranya kanker serta
semakin luas akses informasi mengenai
obat herbal di seluruh dunia (Sukandar:
2006).
WHO merekomendasi penggunaan
obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan
kesehatan
masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan kanker. WHO juga
mendukung
upaya-upaya
dalam
peningkatan keamanan dan khasiat dari
obat tradisional (Artikel WHO, 2003).
Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional
memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit dari pada obat modern. Selain itu,
obat tradisional juga lebih murah jika
dibandingkan dengan obat farmasi. Hal ini
menyebabkan peranan obat tradisional di
masyarakat Indonesia khususnya sangatlah
penting dan dirasakan manfaatnya. Selalu
mendapatkan kesehatan yang prima
merupakan impian semua orang. Berbagai
resep dengan memanfaatkan berbagai obat
tradisional mungkin sudah sering didengar.
Dengan memanfaatkan buah-buahan,
daun-daunan atau hal lain yang umum
dijumpai di dapur sebagai bumbu masak
atau pelengkap masakan, ternyata dapat
pula dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan. Khasiatnya sudah
dapat dibuktikan selama beberapa generasi
(Lusia, 2006: 2).
II. Kajian Pustaka
Komunikasi Terapeutik Keluarga
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara
sadar,
bertujuan
dan
kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
20
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Dalam dunia kesehatan, banyak kegiatan
komunikasi terapeutik yang terjadi.
Menurut Mulyana komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal yaitu
komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain
sacara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal (Mundakir, 2006:116).
Komunikasi terapeutik sangat
penting dan berguna bagi pasien, karena
komunikasi yang baik dapat memberikan
pengertian tingkah laku pasien dan
membantu pasien dalam mengatasi
persoalan yang dihadapinya (Dyana,
2015:78).
Menurut
Heri
Purwanto
komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan
untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi professional yang mengarah
pada tujuan untuk penyembuhan pasien
(Mundakir, 2006:116).
Ada tiga hal mendasar dan
memberi
ciri-ciri
dari
komunikasi
terapeutik, yaitu keikhlasan (genuineness),
empati (empathy), dan kehangatan
(warmth) (Taufik, 2010:30).
1. Keikhlasan (Genuineness)
Dalam
rangka membantu pasien, dokter harus
menyadari tentang nilai, sikap, dan
perasaan yang dimiliki terhadap
pasien. Apa yang dokter pikirkan dan
rasakan tentang individu dan dengan
siapa
dia
berinteraksi
selalu
dikomuniasikan pada individu baik
secara verbal maupun nonverbal.
2. Empati (Empathy)
Empati
merupakan
perasaan
“pemahaman” dan “penerimaan” dokter
terhadap perasaan yang dialami pasien
dan kemampuan merasakan “dunia
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
pribadi pasien”. Empati merupakan
sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak
dibuat-buat (objektif) didasarkan atas
apa yang dialami orang lain.
3. Kehangatan (Warmth)
Hubungan yang saling membantu
(helping relationship) dibuat untuk
memberikan
kesempatan
pasien
mengeluarkan uneg-unegnya (perasaan
dan nilainilai) secara bebas. Suasana
yang hangat, permisif, dan tanpa adanya
ancaman menunjukkan adanya rasa
penerimaan. Sehingga pasien akan
mengekspresikan perasaannya secara
lebih mendalam. Kondisi ini akan
membuat
dokter
mempunyai
kesempaan lebih luas untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan
pasien.
Kehangatan
juga
dapat
dikomunikasikan secara nonverbal.
Penampilan yang tenang, suara yang
meyakinkan, dan pegangan tangan yang
halus menunjukkan rasa belas kasihan
atau kasih sayang.
III. Metode Penelitian
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskipsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
“Metodologi
adalah
proses,
prinsip, dan prosedur yang kita gunakan
untuk mendekati problem dan mencari
21
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
jawaban” (Mulyana, 2008: 145). Menurut
Sugiyono (2007: 1), metode penelitian
kualitatif merupakan suatu penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada objek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan, analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.
Penelitian kualitatif bertujuan
mempertahankan bentuk dan isi perilaku
manusia dan menganalisis kualitaskualitasnya,
alih-alih
mengubahnya
menjadi
entitas-entitas
kuantitatif
(Mulyana, 2008: 150).
Metode yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan analisis data kualitatif. Disebut
sebagai
metode
deskriptif
karena
penelitian ini tidak menggunakan hipotesis
dan
variabel
melainkan
hanya
menggambarkan
dan
menganalisis
kejadian yang ada tanpa perlakuan khusus
atas objek-objek yang diteliti.
Mengenai tipe deskriptif, Jalaludin
Rakhmat dalam buku Metode Penelitian
Komunikasi
menjelaskan
bahwa
“Penelitian
deskriptif
hanyalah
memaparkan situasi atau peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat
prediksi”.
(Rakhmat, 2002: 24). Lebih lanjut
Jalaludin Rakhmat menjelaskan “Ciri lain
metode deskriptif ialah titik berat pada
observasi
dan
suasana
alamiah
(naturalisasi setting). Peneliti bertindak
sebagai pengamat. Ia hanya membuat
kategori pelaku, mengamati gejala, dan
mencatatnya dalam buku observasi”.
(Rakhmat, 2002: 25)
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
Peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti
mengambil 4 orang informan dengan
menggunakan teknik sampling purposive.
Hal ini relevan dengan latar belakang
penelitian ini untuk menggambarkan
tentang peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga di era
digital.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan
melakukan
observasi,
wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi.
1)
Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah pengamatan. Pengamatan
dilakukan dengan cara participant
observation, terhadap objek yang diteliti
yaitu yang berkaitan peran obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga.
2)
Wawancara
Wawancara yang dilakukan penulis dalam
penelitian dimaksudkan untuk mengetahui
pandangan, kejadian, kegiatan, pendapat,
perasaan dari nara sumber (subjek matter
expert). Wawancara yang dilakukan yaitu
untuk mengetahui mengenai peran obat
tradisional dalam komunikasi terapeutik
keluarga. Penggunaan teknik ini sangat
penting bagi penelitian kualitatif, terutama
untuk melengkapi data dan upaya
memperoleh data yang akurat dan sumber
data yang tepat.
3)
Studi Dokumentasi
Menurut Burhan Bungin (2007: 121),
metode dokumenter adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis.
Dokumentasi
dalam
penelitian
ini
diperlukan terutama untuk memperkaya
landasan-landasan
teoritis
dan
mempertajam analisis penelitian yang
berkaitan dengan topik penelitian ini.
22
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik sampling purposive,
yakni memilih informan sesuai dengan
kebutuhan
peneliti.
Jadi,
peneliti
mengambil 3 informan yaitu:
1. Asri, ibu rumah tangga
2.Krisna, lulusan kesehatan masyarakat
3. Siti, tenaga kesehatan
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan, ada temuan
menarik di lapangan berkaitan dengan
topik penelitian ini, yakni peran obat
tradisional dalam komunikasi terapeutik
keluarga.
Peran
Obat
Tradisional
dalam
Komunikasi Terapeutik Keluarga
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa peran obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga,
dikelompokkan sebagai berikut:
1.Obat tradisional sebagai pertolongan
pertama dalam komunikasi terapeutik
keluarga.
Hal ini tercermin dalam deskripsi hasil
wawancara informan di bawah ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan, peneliti menghasilkan temuan
tentang peran obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Asri, seorang ibu rumah tangga,
berusia 36 tahun, menceritakan proses
komunikasi terapeutik yang terjadi dalam
keluarganya. Asri memberikan temuan
yang baru dalam penelitian ini bahwa
peran obat tradisional sebagai pertolongan
pertama dalam komunikasi terapeutik
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
2017
keluarga. Hal ini dipaparkan dalam hasil
wawancara sebagai berikut:
“Kalo buat keluarga aku sekarang,
obat tradisional ini sangat penting.
Yah berperan banget, soalnya
keluarga aku emang pengguna obat
tradisional. Sebenernya ini semua
bermula dari pengalaman aku juga.
Dulu, kalo anak aku sakit, aku
sama suami langsung bawa ke
dokter tanpa berpikir panjang, ya
karena kami panik juga sih. Ini
terus berlanjut, sampai usia anak
aku udah 3 tahun, aku ditegur sama
orang tua, ko dikit-dikit tuh ke
dokter terus. Aku ngerasa kaget
juga jadi mikir, iya juga, karena
kebanyakan anti biotik jadinya
kebal sama obat yang generik gitu.
Akhirnya, pas suatu saat anak aku
badannya panas tinggi, aku
ngikutin kata mamah, dibalurin
pake bawang merah dari ubunubun kepala sampai telapak
kakinya. Alhasil, ini manjur
banget. Panasnya langsung turun
dalam semalam, ada perkembangan
signifikan. Aku lega banget. Aku
jadi merasa kalau obat tradisional
ini emang first aid alias
pertolongan pertama buat keluarga
aku. Aku dah buktiin sendiri jadi
sekarang pertama kali yang
dilakukan adalah balurin pake
bawang merah sebagai obat
tradisional. Jadi, kalau ditanya
peran obat tradisional buat apa,
bagi keluarga aku, obat tradisional
ini sebagai pertolongan pertama.”
Berdasarkan
hasil
penuturan
informan pertama di atas, peneliti melihat
bahwa peran obat tradisional sebagai
pertolongan pertama dalam komunikasi
terapeutik keluarga. Hal ini ditunjukkan
dengan cerita informan mengenai proses
komunikasi terapeutik keluarga informan.
23
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Krisna,
lulusan
kesehatan
masyarakat, yang telah memiliki seorang
anak, informan ini juga ternyata
menggunakan obat tradisional sebagai
pertolongan pertama dalam komunikasi
terapeutik keluarga yang dialaminya.
“Aku emang pake obat tradisional,
keluarga aku juga, mama papa
maksudnya. Kalau ditanya soal
peran obat tradisional bagi aku
sendiri nih ya, dalam keluarga
khususnya, ya sebagai pertolongan
pertama. Soalnya emang aku bakal
cari obat tradisional dulu kalo anak
atau suami aku sakit. Mungkin
karena
udah
terbiasa
ya,
maksudnya keluarga aku juga pake
obat tradisional, jadinya kayak
tradisi turun temurun gitu ya. Tapi
emang iya sih, dari aku kecil, aku
dibiasain pake obat tradisional
juga.”
Informan yang ketiga, Siti,
seorang
tenaga
kesehatan
juga
menceritakan
pengalamannya
dalam
menggunakan
obat
tradisional.
Menurutnya, obat tradisional ini adalah
pertolongan pertama dalam komunikasi
terapeutik keluarga.
2.Peran obat tradisional sebagai warisan
budaya turun temurun dari leluhur dalam
komunikasi terapeutik keluarga
Hal ini tercermin juga dalam hasil
wawancara peneliti dengan informan yang
menunjukkan
adanya
peran
obat
tradisional sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur/ nenek moyang dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Peneliti melihat bahwa peran obat
tradisional sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur ini merupakan hal
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
yang unik, berikut penuturan
wawancara dengan Krisna:
2017
hasil
“Menurut aku, obat tradisional itu
adalah warisan nenek moyang yang
harus dilestarikan. Hal ini karena
peran obat tradisional itu sendiri ya
sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur. Coba deh,
darimana kita tau semua khasiat
obat tradisional itu, aku tau dari
mama aku, mama tau dari ibunya,
nenek juga tau dari ibunya,
hehehe…ya begitulah seterusnya.
Artinya, peran obat tradisional itu
sendiri juga sebagai warisan
budaya lokal yang turun temurun
dilestarikan
oleh
masyarakat
Indonesia ini. “
Berdasarkan hasil wawancara di
atas, peneliti dapat mengetahui adanya
peran yang lain dari obat tradisional ini
adaah sebagai warisan budaya turun
temurun dari leluhur dalam komunikasi
terapeutik keluarga.
3.Peran obat tradisional sebagai metode
penyembuhan back to nature dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Siti, informan yang juga bekerja
sebagai tenaga kesehatan ini menjelaskan
tentang peran obat tradisional yang lain
yakni sebagai metode penyembuhan back
to nature dalam komunikasi terapeutik
keluarga.
Pada era digital ini, perkembangan
informasi tentang obat tradisional semakin
menyebar dengan cepat. Jika dibandingkan
dengan zaman dahulu, nenek moyang
mewariskan budaya ini melalui word of
mouth, sedangkan saat ini informasi
menyebar dengan dukungan internet dan
media sosial.
24
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
Siti
juga
menceritakan
pengalamannya dalam hasil wawancara
sebagai berikut:
“Peran obat tradisional yang gak
kalah penting adalah ya sebagai
metode penyembuhan, istilah yang
karena kan sifatnya juga alami ya,
obat. Emang sih kita harus cari tau
juga
bener
ga
khasiatnya,
kandungannya udah teruji atau
belum secara medis, ya supaya
aman juga. Misalnya, daun sirih
kan udah kaya manfaat nih, atau
madu juga bisa nyembuhin luka,
lidah buaya juga biasa banyak
dipake
juga
sebagai
obat
tradisional. Artinya, emang di era
saat ini, udah back to nature ya.
Hampir semuanya bisa diakses
juga pake media internet tadi, jadi
informasi pun menyebar cepat.
Atau ada juga yang gini, udah lama
pake obat kimia eh taunya ga
sembuh-sembuh, terus keluarga
tersebut cari tau dan dikasih tau
atau biasa disebut juga tanaman
arin,
akhirnya
pake
obat
tradisional. “
Selain Siti, informan lainnya, Asri
juga mempertegas pernyataan dari
Siti yang menceritakan bahwa
peran obat tradisional sebagai
metode penyembuhan back to
nature
dalam
komunikasi
terapeutik keluarga. Hal ini
dibuktikan dengan cerita informan
sebelumnya yang menggambarkan
penggunaan
obat
tradisional
sebagai metode penyembuhan back
to nature dalam komunikasi
terapeutik keluarga.
Faktor Penunjang Penggunaan Obat
Tradisional
dalam
Komunikasi
Terapeutik Keluarga
2017
lagi tren sekarang itu dikenal back
to nature. Artinya, masyarakat juga
udah kenal dan pada tau tentang
khasiat obat tradisional ini,
disebutnya kembali lagi ke alam,
maka peneliti dapat menyimpulkan dari
hasil wawancara dan observasi yang telah
dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti
mengelompokkan faktor tersebut dalam
uraian sebagai berikut:
1.Faktor budaya
Hal ini tercermin pada hasil
wawancara peneliti dengan informan yang
menyebutkan bahwa peran obat tradisional
sebagai warisan turun temurun dari nenek
moyang.
Artinya,
faktor
budaya
memegang
peranan
penting
yang
menunjang penggunaan obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga.
2.Faktor sosial
Hal ini tercermin juga pada hasil
wawancara peneliti dengan informan yang
menyebutkan adanya factor sosial yang
menunjang penggunaan obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga.
Para informan menjelaskan bahwa peran
obat
tradisional
sebagai
metode
penyembuhan back no nature ini telah
menyebar dengan cepat berkat internet dan
media sosial di era digital ini. Artinya,
informasi pun semakin menyebar cepat
Karena adanya faktor sosial ini sehingga
factor sosial pun menjadi penunjang
penggunaan obat tradisional dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
Jika berbicara masalah faktor
penunjang penggunaan obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga,
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
25
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
V. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah dilakukan, peneliti
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa : (1) obat
tradisional
digunakan
sebagai
pertolongan
pertama
dalam
komunikasi terapeutik keluarga ; (2);
obat tradisional sebagai warisan
budaya
turun
temurun
dalam
komunikasi terapeutik keluarga; (3)
obat tradisional sebagai metode
penyembuhan back to nature dalam
komunikasi terapeutik keluarga.
2. Adapun
faktor
mempengaruhi
tradisional
penunjang
yang
penggunaan
obat
dalam
komunikasi
terapeutik keluarga meliputi faktor
budaya dan faktor sosial.
2017
diupayakan untuk menghindari dampak
yang berisiko buruk pada kesehatan.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Foster dan Anderson. 1999. Antropologi
Kesehatan. Jakarta: UI-Pres (terjemahan
oleh Priyanti Pakan Suyadarma)
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mundakir (2006). Komunikasi Kepera watan:
Aplikasi
Dalam Pelayanan, Edisi
Pertama, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Prasanti, Ditha & Kismiyati El Karimah. 2016.
Chapter of Book. Media, Communication,
and Society Empowerment. Yogyakarta:
Buku Litera.
Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti
berkaitan dengan penelitian yang telah
dilakukan tentang peran obat tradisional
dalam komunikasi terapeutik keluarga,
sebagai
berikut:
Penelitian
ini
telah
menghasilkan temuan baru tentang peran
obat
tradisional
terapeutik
proses
dalam
keluarga.
komunikasi
komunikasi
Ternyata
dalam
terapeutik
sebuah
keluarga, obat tradisional memiliki peran
yang
peneliti
beragam.
Meskipun
menyarankan
demikian,
sebaiknya
penggunaan obat tradisional tersebut juga
memerhatikan evidence based-nya, yang
telah teruji kandungan khasiatnya dari
Sugiyono.
2007.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik. Edisi
ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah
(PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UNPAD
Taufik M & Juliane. 2010. Komunikasi
Terapeutik dan Konseling dalam Praktek
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Artikel Elektronik
Atep
Afia Hidayat. 2011. Peran Obat
Tradisional Makin Menguat, diakses dari
htt://www.kompasiana.com
pada 19
Maret 2017.
Susenas. 2007. microdata.bps.go.id, diakses
pada 10 Februari 2017.
sumber yang tepat dan kredibel. Hal ini
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
26
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836
2017
World
Health
Organization.
2003.Schistosomiasis and soil transmitted
helminths country profile: Indonesia.
http://www.who.int/wormcontrol/databan
k/Indonesia_ncp3.pdf, diakses pada 20
Maret 2017.
Jurnal Elektronik
Dyana Utamy. 2015. Komunikasi Terapeutik
Dokter Dan Pasien Dalam Pengobatan
Homeopati Di Pusat Pengobatan Al
Jawad Pekanbaru .
Jurnal Jom FISIP
Vol. 2 No. 1 – Februari
Lusia Oktora Ruma Kumala Sari., 2006.
Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan
Pertimbangan
Manfaat
Dan
Keamanannya,
Majalah
Ilmu
Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006.
Salmen Sembiring dan Sismudjito. 2015.
Pengetahuan dan Pemanfaatan Metode
Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat
Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe.
Jurnal Perspektif Sosiologi, Vol.3 No.1,
Oktober 2015.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017
27