PENGUJIAN ZAT WARNA DARI EKSTRAK BUAH NAGA (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) DAN CENGKODOK (MELASTOMAS MALABATHRICUM) SEBAGAI INDIKATOR ALAMI

Vol. 5 No. 1, Februari 2017

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

PENGUJIAN ZAT WARNA DARI EKSTRAK BUAH NAGA
(HYLOCEREUS POLYRHIZUS) DAN CENGKODOK
(MELASTOMAS MALABATHRICUM) SEBAGAI INDIKATOR ALAMI
Tuti Kurniati*, Dedeh Kurniasih dan Purwanti S.M.D
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*E-mail: kurniati_tuti@ymail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji zat warna pada ekstrak buah naga (hylocereus polyrhizus)
dan tanaman cengkodok (melastoma malabathricum) sebagai indikator alami. Indikator alami
dapat dibuat dengan memanfaatkan kandungan zat warna (antosianin) pada tanaman yang memiliki
buah atau bunga. Maserasi dilakukan dengan menggunakan dua pelarut yaitu aquades dan etanol,
untuk mengetahui pelarut mana yang menghasilkan ekstrak terbaik. Hasil penelitian menunjukkan
pada buah naga dengan pelarut aquades menghasilkan ekstrak terbaik. Sedangkan pada tanaman

cengkodok ekstrak terbaik dihasilkan dari pelarut etanol (70%). Komposisi ekstrak terbaik pada
buah naga dan tanaman cengkodok adalah 1:1, artinya 1 gram buah naga atau tanaman cengkodok
memerlukan 1 ml pelarut. Waktu perendaman terbaik pada buah naga dan tanaman cengkodok
adalah 90 menit. Uji trayek pH pada larutan pH 1-14 yang diperoleh pada buah naga menghasilkan
pH 1-4 sebagai trayek pH indikator alami dan pada tanaman cengkodok menghasilkan pH 11-14
sebagai trayek pH indikator alami.
Kata kunci: buah naga, cengkodok, indikator alami, trayek pH
ABSTRACT
The purpose of this research was to test the dye on extracts of dragon fruit (Hylocereus polyrhizus)
and cengkodok (Melastoma malabathricum) as a natural indicator. This natural indicator was made
by utilizing the content of the dye (anthocyanin) in plants which have fruit or flowers. Maseration
was conducted by using two solvents consist of aquadest and ethanol to determine which one of
the best solvent. Aquadest solvent showed as the best extractor for dragon fruit. Meanwhile
ethanol solvent as the best extractor for cengkodok (70%). The best composition of the dragon fruit
and cengkodok was 1:1 of solvent meanth 1 gram of dragon fruit or cengkodok was dissolved in 1
ml of solvent. The best soaking time of dragon fruit and cengkodok was 90 minutes. Test the pH
range in a solution of pH 1-14 for dragon fruit gave pH from 1 to 4 as a pH indicator stretch
natural, and for cengkodok gave pH from 11 to 14 as a pH indicator stretch natural.
Keywords: cengkodok, dragon fruit, natural indicator, pH range


133

Vol. 5 No. 1, Februari 2017

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

PENDAHULUAN
Kalimantan Barat merupakan salah
satu bagian dari wilayah Indonesa dengan
tingkat
keanekaragaman
hayati
(biodiversitas) yang tinggi.
Meliputi
keanekaragaman jenis, antar etnis dan
ekosistem (Convention on Biological
Diversity, 1993). Namun, masih banyak
yang
belum
dimanfaatkan

dari
kenekaragaman tersebut, diantaranya
akar, batang, daun, bunga dan buah dari
tumbuhan.
Salah satu pemanfaatan dari
keanekaragaman hayati ini adalah
sebagai zat warna alami dan indikator
alami. Hampir semua tumbuhan yang
menghasilkan warna dapat digunakan
sebagai indikator titrasi asam basa karena
dapat berubah warna pada suasana asam
dan basa. Masing-masing tumbuhan
penghasil warna mempunyai karakter
warna tertentu pada setiap perubahan pH
walaupun kadang-kadang perubahan
warna tersebut kurang jelas atau hampir
mirip untuk perubahan pH tertentu.
Penggunaan indikator alami dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, warna, trayek
pH,

tingkat
kecermatan
dan
keakuratannya jika dibandingkan dengan
penggunaan
indikator
komersial
(Marwati, 2010).
Tanaman yang memiliki buah atau
bunga dengan kandungan antosianin
lebih banyak yang dapat digunakan
sebagai
indikator
alami.
Adanya
antosianin
inilah
yang
dapat
menghasilkan warna ungu pada ekstrak

tanaman. Zat warna alami dari antosianin
dapat dimanfaatkan sebagai indikator
alami (Kwartiningsih, et al. 2009).
Beberapa indikator dari bahan
alami yang telah ditemukan, diantaranya
dari bunga mawar (Catharantus roseus),

ISSN. 2503-4448

bunga pukul empat (Miriabillis yalapa),
bunga kana (Canna indica) (Shishir, dkk.
2006),
bunga
rosella
(Hibiscus
sabdariffa) dan bayam merah (Bisella
alba) (Izonfuo, 2006). Indikator titrasi
merupakan aspek penting dari analisis
titrimetri, karena kemampuannya untuk
menunjukkan titik akhir titrasi dengan

perubahan warna pada larutan yang akan
ditentukan nilai pH nya, atau untuk
mengetahui larutan tersebut bersifat
asam, basa ataupun garam. Perubahan
indikator pada pH tertentu disebut trayek
pH atau jarak pH. Indikator yang biasa
digunakan dalam praktikum titrasi asam
basa adalah pH meter atau indikator
kimiawi yang dijual di pasar dengan
harga yang relatif mahal.
Pada pembelajaran kimia salah
satu
kegiatan
praktikum
yang
dilaksanakan adalah menentukan pH
larutan dan penentuan titik akhir titrasi.
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar
siswa dapat secara aktif terlibat dalam
proses

mengamati,
mengobservasi,
berhipotesis, menganalisis serta menarik
kesimpulan dari fenomena yang diamati
(Zahara, 2015).
Pelaksanaan praktikum yang baik
tidak terlepas dari ketersediaan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan
praktikum. Ketersediaan ini dimaksudkan
agar dapat membantu siswa dalam
menemukan dan memahami konsep
materi yang sedang dipelajari. Hasil
survei yang dilakukan peneliti ke
laboratorium
terpadu
universitas
muhamamdiyah didapati bahwa masih
terbatasnya
ketersediaan
indikator,

seperti kertas lakmus dan indikator
fenolftalein (pp).
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah
134

Vol. 5 No. 1, Februari 2017

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

dengan memanfaatkan keanekaragaman
hayati yang ada di kalimantan barat
khususnya pontianak untuk menjadi
bahan indikator alami. Salah satunya
adalah dengan memanfaatkan buah naga
dan cengkodok yang keberadaannya
cukup melimpah di kalimantan barat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengujian Zat

Warna dari Ekstrak Buah Naga
(hylocereus polyrhizus) dan Cengkodok
(melastoma malabathricum) sebagai
Indikator Alami”.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serangkaian alat-alat
gelas, pH meter, timbangan analitik,
spektrofotometer UV Vis. Bahan yang
digunakan berupa buah naga (hylocereus
polyrhizus) dan Cengkodok (melastoma
candidum), kertas saring, larutan pH 112, etanol dan aquadest.
Prosedur Penelitian
a. Preparasi Sampel.
Buah naga dan buah cengkodok
dipotong-potong dan ditimbang sesuai
dengan yang dibutuhkan.
b. Maserasi
Sampel

dengan
menggunakan pelarut air dan etanol.
Maserasi buah naga dan cengkodok
dilakukan
dengan
menggunakan
pelarut air dan etanol. Masing-masing
sampel ditimbang sebanyak 10 gram
dan ditambahkan dengan 20 ml
aquadest. Kemudian diaduk hingga
rata dan direndam selama 30 menit.
Perlakuan yang sama dilakukan pada
pelarut etanol. Kemudian diamati

ISSN. 2503-4448

kepekatan warnanya. Jumlah sampel
yang terekstrak berbanding lurus
dengan tingkat kepekatannya.
c. Maserasi sampel dengan variasi

perbandingan
banyaknya
sampel:pelarut.
Maserasi sampel dengan variasi
lamanya waktu perendaman dilakukan
dengan waktu perendaman 30 menit,
60 menit dan 90 menit. Pelarut yang
digunakan adalah etanol 70% dan
aquadest, dengan perbandingan buah
dan pelarut adalah 1:1, 1:2 dan 1:3.
Hasil maserasi diukur kepekatan
warnanya dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 525
nm.
d. Maserasi Sampel dengan variasi
lamanya waktu perendaman.
Maserasi sampel dengan variasi
lamanya waktu perendaman dilakukan
dengan waktu perendaman 30 menit,
60 menit dan 90 menit. Hasil maserasi
diukur kepekatan warnanya dengan
spektrofotometer UV vis.
e. Uji indikator pada larutan NaOH dan
HCl.
Uji indikator dilakukan dengan
menggunakan larutan HCl dan NaOH.
Pengujian
dilakukan
dengan
meneteskan sampel pada variasi pH
asam (pH 1-6) dan basa (pH 8-14)
untuk mencari nilai pada pH berapa
sampel akan berubah warna.

135

Vol. 5 No. 1, Februari 2017

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Hasil maserasi dengan pelarut berbeda
(air dan etanol)
Tabel 1. Hasil Maserasi Sampel
dengan Aquadest dan Etanol
Sampel
Buah naga

pelarut
aquadest

etanol
Cengkodok

aquadest

etanol

Hasil
Warna
merah
pekat
Warna
merah
Warna
ungu
samar
Warna
ungu
pekat

Maserasi sampel buah naga dan
cengkodok dilakukan dengan 2 pelarut
berbeda yaitu aquades dan etanol. Pada
buah naga, air menjadi pelarut terbaik
karena antosianin pada buah
naga
merupakan pigmen golongan flavonoid
yang larut dalam air. Air sendiri
merupakan pelarut polar sehingga air
cukup baik untuk melarutkan antosianin
yang juga bersifat polar.
Pada tanaman cengkodok pelarut
terbaik adalah etanol yang menghasilkan
warna ungu pekat. Menurut Pudjaatmaka
(1990), adanya faktor kecocokan antara
kepolaran pelarut dengan zat yang
dilarutkan
menyebabkan
antosianin
mudah larut. Ini berarti kepolaran etanol
(70%)
cocok
dengan
kepolaran
antosianin pada ekstrak cengkodok.
Sehingga
dapat
menarik
ekstrak
antosianin pada cengkodok lebih banyak.

ISSN. 2503-4448

Hasil
maserasi
dengan
variasi
perbandingan banyaknya sampel :
pelarut
Untuk mengetahui perbandingan
terbaik banyaknya pelarut dan sampel
yang dimaserasi maka dilakukan variasi
perbandingan banyaknya sampel dengan
banyaknya pelarut. Pada penelitian ini
dilakukan
variasi
perbandingan
banyaknya sampel dan pelarut dengan
perbandingan 1:1, 1:2 dan 1:3.
Tabel 2. Hasil maserasi variasi
perbandingan buah naga : pelarut
Cengkodok
: Pelarut
1:1
1:2
1:3

Absorbansi (525 nm)
Aquadest
Etanol
1,320
1,261
0,983
1,040
0,989
0.884

Tabel 3. Hasil maserasi variasi
perbandingan cengkodok : pelarut
Buah Naga
: Pelarut
1:1
1:2
1:3

Absorbansi (525 nm)
Aquadest
Etanol
0,269
1,339
0,258
0,684
0,348
0,706

Berdasarkan hasil pengukuran
diperoleh nilai perbandingan 1:1 buah
naga : aquades (pelarut) memiliki hasil
terbaik menghasilkan absorbansi sebesar
1,320 pada panjang gelombang 525 nm.
Pada tanaman cengkodok juga diperoleh
hasil
pengukuran
terbaik
pada
perbandingan 1:1 (tanaman cengkodok :
etanol) yang menghasilkan absorbansi
sebesar 1,339 pada panjang gelombang
525 nm.

136

Vol. 5 No. 1, Februari 2017

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Hasil maserasi dengan variasi lamanya
waktu perendaman
Maserasi dengan variasi lamanya
waktu perendaman dilakukan dengan
tujuan untuk mencari waktu perendaman
terbaik. Variasi perendaman dilakukan
selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit.
Berikut hasilnya ditunjukkan pada Tabel
4.
Tabel 4. Hasil maserasi dengan Variasi
Lamanya Waktu Perendaman
Sampel

Lamanya
Absorbansi
perendaman (525 nm)
Buah naga
30 menit
1,401
60 menit
1,523
90 menit
1,613
Cengkodok
30 menit
0,920
60 menit
1,273
90 menit
1,507
Berdasarkan hasil absorbansi pada
perendaman 90 menit ekstrak buah naga
memiliki nilai absorbansi terbesar yaitu
1,613. Pada tanaman cengkodok pelarut
yang digunakan adalah etanol dengan
perbandingan 1:1. Hasil absorbansi pada
perendaman 90 menit memiliki nilai
absorbansi terbesar yaitu 1,507. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama
waktu perendaman maka semakin pekat
warna hasil maserasi sehingga semakin
tinggi
pula
nilai
absorbansinya.
kepekatan
warna
hasil
maserasi
menunjukkan makin banyaknya zat
warna antosianin yang terekstrak.
Menurut Neliyanti (2014) semakin
tinggi absorbansi ekstrak, menandakan
semakin banyak zat warna (pigmen)
antosianin yang terekstrak.

ISSN. 2503-4448

Uji trayek pH indikator alami pada
larutan NaOH dan HCl
Uji indikator alami dilakukan pada
larutan asam (HCl) dengan variasi asam
dari pH 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Sedangkan
pengujian pada larutan basa (NaOH)
dengan variasi basa dari pH 8, 9, 10, 11,
12, 13, dan 14.
Pada sampel buah naga dengan
pelarut air dan perbandingan 1:1
dilakukan pengujian variasi pH asam dari
pH 1-6 dan variasi pH basa dari pH 8-14.
Pengujian variasi pH asam pada variasi
pH asam dari pH 1-6 menghasilkan
warna merah pudar, untuk variasi pH
basa dari pH 8-10 diperoleh warna merah
pudar, warna ungu pudar pada pH 11 dan
warna hijau kekuningan pada pH 12-14.
Pada sampel cengkodok dengan
pelarut etanol dan perbandingan 1:1
pengujian variasi pH asam 1-3
menghasilkan warna merah terang, pH 4
menghasilkan warna merah pudar, dan
pH 5-6 menghasilkan warna biru gelap.
Sedangkan pada variasi pH basa pada pH
8-10 menghasilkan warna ungu gelap. pH
11 menghasilkan warna biru dan pH 1214
menghasilkan
warna
hijau
kekuningan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
maka dapat diketahui bahwa untuk buah
naga dan cengkodok dapat dijadikan
sebagai indikator alami. Buah naga
memiliki pH asam dengan perubahan
warna pada trayek pH 11-14 dan
cengkodok memiliki pH basa dengan
perubahan warna pada trayek pH 1-4.

137

Vol. 5 No. 1, Februari 2017

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Properties of Dye from Local Plant:
Bassella alba and Hibiscus
rosasinencis. Journal of Applied
Sciences
and
Environmental
Managemen. Vol 10 No 1 pp 5-8.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pelarut terbaik untuk buah naga
((hylocereus
polyrhizus)
adalah
aquadest dengan perbandingan sampel
dan pelarut adalah 1:1. Sedangkan
untuk
tanaman
Cengkodok
(melastoma malabathricum) pelarut
terbaiknya adalah etanol dengan
perbandingan terbaik 1:1 untuk sampel
dengan pelarut.
2. Lamanya perendaman yang terbaik
adalah selama 90 menit untuk tiap
sampel.
3. buah naga memiliki pH basa dengan
perubahan warna pada trayek pH 1114 dan cengkodok memiliki pH asam
dengan perubahan warna pada trayek
pH 1-4.
Saran
Penelitian sebaiknya dikembangkan
menjadi modul untuk kegiatan praktikum
kimia pada materi asam basa, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah
yang memiliki keterbatasan pada
indikator kimiawi.

ISSN. 2503-4448

Kwartiningsih, et al. (2009). Zat Warna
Alami Tekstil dari Kulit Manggis.
Ekuilibrium. Vol 8 No.1. Jurusan
Teknik Kimia. Fakultas Teknik
UNS.
Marwati, S. (2010). Kajian Penggunaan
Ekstrak Kubis Ungu (Brassica
oleracea L) sebagai Indikator
Alami Titrasi Asam Basa. Seminar
Nasional
Kimia.
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Universitas
Negeri
Yogyakarta : Yogyakarta 2010.
Neliyanti dan Idiawati, N. (2014).
Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat
Warna Alami dari Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L.) Domin).
ISSN 23031077. Fakultas MIPA
Universitas Tanjungpura. Volume
3 (2), halaman 30-37.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini dilaksanakan dengan
bantuan dana penelitian
Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Pontianak semester genap Tahun
Anggaran 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA
Izonfuo, L. T., Fekamhorhobo, G. K.,
Obomanu, G. K., Daworiye, L. T.,
(2006), Acid Base Indicator

Shisir, M. N., Laxman, J. R., Vinayak, R.
N., Jacky, D. R., Bhimrao, G. S.
(2006). Use of Miriabilis Jalapa L
Flower Extracts as a Natural
Indicator in Acid Base Titration.
Journal of Pharmacy Research.
Vol 1 Issue 2.
Zahara, R. (2015). Kurma, Pangan
Bergizi Lengkap.
http://sahirajwah.com/khasiatpenelitian-ilmiah/kurma pangan
bergizi lengkap.

138