Kata Kunci: kemamuan guru, pengajaran, inkuiri Pendahuluan - View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI DENGAN SUPERVISI AKADEMIK PADA SEKOLAH DALAM WILAYAH BINAAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN
PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI DENGAN SUPERVISI
AKADEMIK PADA SEKOLAH DALAM WILAYAH BINAAN
Jumino
Jumino_ino@yahoo.com
Pengawas SMP Dinas Pendidikan Bangkalan

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan
kemampuan guru IPA, (b) Mengetahui pengaruh model pengajaran berbasis
inkuiri. Penelitian ini menggunakan tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah SMP Negeri Dalam
Wilayah Binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Data yang
diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Simpulan yang diambil adalah bahwa dengan pembelajaran inkuiry dapat
meningkatkan kemampuan guru IPA pada SMP dalam Wilayah Binaan di
Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Abstract: The purpose of this study are: (a) Knowing the science teacher
capacity building, (b) Determine the influence of inquiry-based teaching model.
This study uses the action (action research) three rounds. Each round consists of
four phases: design, activities and observations, reflections, and refisi. Goal of

this research is a public Yunior high school in Territory Bangkalan in academic
year 2015/2016. he data obtained as the result of formative tests, observation
sheet teaching and learning activities. The inference drawn is that by learning
inkuiry can improve the ability of science teachers in yunior high schools in
Regional Bangkalan Bangkalan in academic year 2015/2016.
Kata Kunci: kemamuan guru, pengajaran, inkuiri
materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran. Pengajaran berbasis inkuiri harus gesit, menyenangkan, bersemangat
dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving
about dan thinking aloud).

Pendahuluan
Begitu banyak permasalahan yang
menjadi PR bagi instansi terkait yang
hampir melanda setiap segi kehidupan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan, khususnya pendidikan
dasar dan menengah. Upaya peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia tidak

pernah berhenti. Berbagai terobosan baru
terus dilakukan oleh pemerintah melalui
Depdiknas, antara lain dalam pengelolaan
sekolah, peningkatan sumber daya tenaga
pendidikan, pengembangan / penulisan

Untuk memecahkan permasalahan
sebagaimana dikemukakan di atas penulis merencanakan aksi untuk pemecahan
masalah dengan menggunakan Penelitian
Tindakan Sekolah. Penelitian tindakan
sekolah ini akan dilaksanakan selama

367

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomer 2, Desember 2016, hlm 367 -379

kurang lebih tiga bulan yakni bulan September sampai dengan bulan November
2015. Hasil identifikasi masalah diketahui adanya kelemahan dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah :1) Masih banyak Guru yang belum mampu menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri,
2) Masih banyak Guru kurang mampu

menerapkan variasi metode dalam pembelajaran, 3). Masih banyak Guru yang
belum menerapkan penilaian dalam proses, 4) Masih terlalu banyak Guru yang
selalu mendominasi kegiatan pembelajaran, 5) Kegiatan supervisi akademik belum optimal dilakukan oleh pengawas sekolah, karena kebanyakan pengawas sekolah melakukan supervisi manajerial, 6)
Masih banyak Guru lebih bersifat instruktif dan memberi informasi daripada
membangkitkan motivasi dan mengaktifkan siswa, 7) Akibat dari kegiatan
pembelajaran yang demikian siswa menjadi pasif, kurang inisiatif, kurang mampu bertanya, kurang mampu memberikan
jawaban yang bersifat uraian. Dan masih
banyak lagi hal lain sebagai akibat model
pembelajaran konvensional.

memprioritaskan pemecahan masalah dengan menggunakan pembelajaran
Inkuiry. Karena dengan model ini penulis
yakin bahwa guru akan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam menerapkan pembelajaran modern, pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan undangundang maupun kebutuhan masyarakat di
abad 21, yakni Pembelajaran yang Aktif,
atau Cara Belajar Siswa Aktif. Tujuan
Peneliatan: Untuk mengetahui peningkatan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiry Pada
SMP Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Manfaat Penelitian: a) Manfaat bagi Guru ,untuk mengetahui kemampuan
guru dalam menerapkan pembelajaran inkuiry, b) Manfaat bagi Sekolah : untuk

meningkatkan kinerja guru utamanya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
pengajaran inkuiry, sehingga di sekolah
tersebut dapat menumbuhkan output atau
lulusan yang bermutu, kreatif dan inovatif.

Berdasar hasil identifikasi masalah
tersebut penulis menetapkan untuk

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian
bahwa prestasi merupakan hasil
yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu
pekerjaan / aktivitas tertentu.
Oleh karena itu setiap individu
harus belajar dengan sebaikbaiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang
mengatakan prestasi adalah kemampuan.
3. Pedoman Cara Belajar

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya

dan bidang intelektual pada
khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok.
2. Pengertian Prestasi Belajar

368

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri,Jumino

silnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang
berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat
dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi
atau hasil belajar yang baik.

Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri
dalam belajar. Pedoman/cara
yang satu cocok digunakan oleh
seorang siswa, tetapi mungkin
kurang sesuai untuk anak/siswa
yang lain. Hal ini disebabkan
karena mempunyai perbedaan

individu dalam hal kemampuan,
kecepatan dan kepekaan dalam
menerima materi pelajaran.
Faktor yang paling menentukan
keberhasilan belajar adalah para
siswa itu sendiri. Untuk dapat
mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang
baik.

C. Pengajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan
(inquiry) merupakan satu komponen
penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah
panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, Bruner (1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri, menyatakan sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak
untuk menghasilkan perpustakaan
hidup tentang bahan kajian itu, tetapi
lebih ditujukan untuk membuat siswa

berpikir. Untuk diri mereka sendiri,
meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka
turut mengambil bagian dalam proses,
bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak
mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa
diberi sederet silinder dengn ukuran
dan berat yang berbeda-beda. Siswa
diminta untuk menggelindingkan
silinder tersebut pada suatu bidang
miring. Bila percobaan itu dilakukan
dengan benar, siswa akan dapat menemukan prinsip-prinsip utama yang
menentuan kecepatan silinder tersebut.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu: a) Faktor yang ada pada diri sis-wa itu sendiri yang
kita sebut faktor individu. Faktor
individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi. b) Faktor yang ada pada
luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor

keluarga, keadaan rumah tangga,
guru, dan cara dalam mengajarnya,
lingkungan dan kesempatan yang
ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu
merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan ha-

369

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomer 2, Desember 2016, hlm 367 -379

but dikejar dan diperoleh melalui suatu siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan
model-model konsep yang didasarkan
pada data dan pengetahuan. Inkuiri
menciptakan berbagai kesempatan
bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat
memanfaatkannya untuk menentukan
situasi-situasi belajar yang tepat dan
memfasilitasi siswa dalam proses

pencarian ilmu.

Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai keuntungan. Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutan
pekerjaannya hingga mereka menemukan prinsip-prinsip utama yang
menentukan kecepatan silinder tersebut. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa
dan menangani informasi.
Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan menjawab. Inkuiri melibatkan
observasi dan pengukuran, pembutan
hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model.
Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan
keunggulan dan kelamahan metodemetodenya sendiri. Selama proses
inkuiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau
mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya bersifat openended, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyelidiki sendiri dan
mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak hanya satu jawaban yang benar). Siklus inkuiri adalah: (1) Observasi (Observation); (2) Bertanya (Questioning); (3) Mengajukan dugaan
(Hipothesis); (4) Pengumpulan data
(Data Gathering); dan Penyimpulan
(Conclusion).


Dalam proses inkuiri, siswa belajar
dan dilatih bagaimana mereka harus
berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan slah satu tujuan pendidikan.
Ketika siswa belajar berpikir kritis,
mereka kan memperlihatkan pikiranpikiran dan proses-proses sebagai
berikut:
a. Mengajukan pertanya seperti “Bagaimana itu kita tahu?” atau “Apa
buktinya?”
b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.
c. Mengetahui bahwa semua gagasan
ilmiah itu dapat berubah dan bahwa teori yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti
yang kita miliki sejuh nini.
d. Mengetahui bahwa diperlukan
bukti yang cukup untuk menarik
suatu kesimpulan yang kuat.
e. Memberi penjelasan atau interpretasi, memalkukan observasi
dan/atau prediksi.
f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang
diambil dan memgerikan penjelasan dengan rasa percaya diri.
Beyer (1988:57) mengidentifiksi 10

keterampilan berpikir kritis yang dpat

Inkuiri adalah satu proses yang
bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi
dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan terse-

370

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri,Jumino

Proses inkuiri tidak dapat dipisahkan dari konsep berpikir kritis. Konsep berpikir kritis tidak dapat pula dipisahkan dari konsep inteligensi. Inteligensi bukan sesuatu yang hanya dpat
diukur dengan tes, buan pula sesuatu
yang semata-mata pembawaan genetis
secara lahiriah. Howard Gardaner (1983) menunjukan bahwa intelgensi
dapat diubah. “Intelligence is the ability to solve problems or to create
products that are valued between one
or more cultural settings” (Johnson,
2002:141). Intelligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks di mana manusia itu hidup dan berkembang.

digunakan siswa untuk mempertimbangkan validitas (keabsahan) tuntutan atau argument, memahami periklanan, dan sebagainya.
(1) Membedakan fakta-fakta yang
dapat diverifikasi dan tuntutan
nilai-nilai yang sulit diverifikasi
(diuji kebenarannya).
(2) Membedakan antara informasi,
tuntutan, atau alasan yang relevan dengan yang tidak relevan.
(3) Menentukan kecermatan factual
(kebenaran) dari suatu penyataan.
(4) Menentukan kredibilitas (dapat
dipercaya) dari suaut sumber.
(5) Mengidentifikasi tuntutan atau
argument yang mendua.
(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakn.
(7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).
(8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.
(9) Mengenali ketidak- konsistenan
logika dalam suatu alur penalaran.
(10) Menentukan kekuatan suatu
argument atau tuntutan.
Beyer mengingatkan bahwa 10 keterampilan berpikir kritis di atas bukan merupakan suatu urutan langkahlangkah tetapi lebih merupakan daftar
cara yang dapat dilakukan. Dengan
cara-cara itu, siswa dapat menangani
informasi untuk mengevaluasi apakah
informasi itu benar atau masuk akal.
Tugas utama dalam mengajarkan berpikir kritis kepada siswa adalah membantu mereka belajar tidak hanya bagaimana menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu, tetapi juga menyampaikan kapan tiap-tiap strategi
berpikir kritis itu cocok untuk dipakai.

Menurut Gardaner, inteligensi
tidak dilahirkan, tapi dapat berkembang atau berkurang, bergantung pada
lingkungan atau konteks seseorang.
Lingkungan yang dimaksud adalah
teman, guru, orang tua, buku, alat-alat
belajar (pena, computer, kegiatankegiatan fisik, musik), dan hal-hal lain
yang mencapai otak melalui panca
indera. Dengan menggunakan kriteria
khusus untuk mengidentifikasi konsep
inteleigenais, Gardaner mengusulkan
delapan jenis inteligenwsi, yakni: linguistic, logical-mathematic, musical,
spatial, bodily-kinesthetic, interpersonal, intra-personal, dan naturalist.
Jenis pekerjan dan aktivitas yang dapat dikembangkan untuk kedelapan
jenis inteligensi ini dpat dicontohkan
sebagai beikut: (1) linguistic: wartawan, reporter, politikus, atau penulis; (2) logis-mathematis; ahli fisika, neurology, atau insinyur; (3)
spasial: pelukis, interior decorator,
atau pemain tennis; (4) bodily-kinesthic: penari balet, pemain golf, pembalap, atau petinju; (5) musik: pengarang lagu, penyanyi, atau organis/pianis; (6) interpersonal: hakim,

371

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomer 2, Desember 2016, hlm 367 -379

saleperson, atau guru; (7) intrapersonal:
biarawan/rohaniawan,
pujangga, atau ahli ilmu jiwa
/psikolog; dan (8) naturalist: ahli
botani, ahli kebun binatang, atau ahli
pertamanan.

Multiple Intelligences

Logika-matematika

Peka terhadap pola, keterampilan dan sistematika.

Linguistic/ilmu
bahasa

Peka terhadap bunyi, ritme,
dan makna kata

Musik

Kemapuan menghasilkan dan
menghargai ritme, tinggi rendah suara, dan warna suara

Spatial/jarak

Kemampuan untuk melakukan transformasi mengenai
persepsi awal seseorang dan
kemampuan
mengkreasi
kembali aspek-aspek pengalaman visual seseorang.

Bodilykinesthetic/fisikkinestetik

Kemampuan mengontrol gerak tubuh seseorangdan
kemampuan menangani objek secara terampil.

Inter personal/antarpribadi

Kemampuan untuk menjawab atu memberikan reaksi
secara tepat berbagai suasana
batin, temperamen, motivasi
dan keinginanorang lain.

Intapersonal/antarpribadi

Bagaimana menjiwai perasaan sendiri, kemampuan
mendiskriminasikan berbagi
perasaan seseorang, dan
kemampuan menarik kesimpulan
untuk
menuntun
tingkah laku seseorang

Naturalist/alamiah

Mengamati, mengalami dan
mengorganisasikan berbagai
pola dalam lingkungan alamiah

Kedelapan jenis inteligensi ini telah mengilhami para pendidik untuk
mengajar dengan dengan mengac pada salah satu dari delapan jenis inteligensi tersebut. “Hundred, perhaps
thousands, of classrooms around the
world rely today on Gardaner’s
theory of multiple intelligences to help
students realize their latent potential”
(Johnson, 2002:141). Apakah kelas
berfokus pada siswa yang kurang
mampu atau kelas yang siswasiswanya berbakat, para pendidik melihat manfaat mengajar yang sesuai
dengan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis inteligensi yang dikemukakan Gardaner.
Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis inteligensidi atas
dengan asumsi bahwa siswa belajar
dalam suatu lingkungan belajar yang
kaya yang memungkikan mereka menghubungkan makna dengan konteks.
“CTL’s component work together to
provide this rich environment, offering students many opportunities to
ignite the eight multiple intelligences”
(Amstrong, 1994:35). Guru CTL menyadari dan menghargai bahwa setiap
anak memiliki derajat yang berbeda
dalam hal inteligensinya dan bahwa
CTL sebagai suatu system holistic
berhubungan dengan delapan inteligensi yang dibawa setiap anak pada
lingkungan belajar.

Metode Penelitian
A. Desain Penelitian

Delapan inteligensi (Howard Gardaner, 1983)

372

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri,Jumino

hasil atau dampak dari diterapkannya
metode
pembelajaran
model
pembelajaran terbimbing.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat
dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada
siklus berikutnya.

Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahaptahap penelitian tindakan kelas
dapat dilihat pada gambar berikut.

B. Subyek dan Obyek Penelitian.

Putaran
1
Refleksi

Subyek penelitian dalam hal ini
adalah guru IPA dalam pembelajaran
Inkuiri pada SMP Wilayah Binaan di
Kabupaten
Bangkalan
Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jumlah guru
yang diamati atau menjadi subyek
penelitian adalah sebanyak 5 orang
yang terbagi di 5 SMP di Kabupaten
Bangkalan
Tahun
Pelajaran
2015/2016 yang semuanya adalah
guru IPA.

Rencana
awal/ran

Putaran
2

Tindakan
/
Rencana
yang

Refleksi

Putaran
3

Tindakan
/
Rencana
yang

Refleksi
Tindakan
/

Gambar 1

C. Instrumen Pengumpulan Data dan
Tehnik Pengumpulan Data

Alur Penelitian Tindakan

a. Instrumen Pengumpulan Data.
Instrumen yang digunakan
untuk pengupulan data dalam
penelitian ini adalah Instrumen
Penilaian Kinerja Guru atau yang
isebut IPKG. Dalam penelitian ini
digunakan dua instrumen yakni
IPKG 1 yang digunakan untuk menilai Rencana Pembelajaran yang
digunakan oleh Guru dan IPKG 2
yang digunakan untuk menilai
kgiatan pembelajaran guru.

Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan
penelitian
peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan
dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

IPKG 1 berisi tentang aspek
pengamatan
yang
berkenaan

373

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomer 2, Desember 2016, hlm 367 -379

dengan rencana
mencakup :

buhnya kebiasaan positif bagi
siswa.
11. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan.
12. Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan
efisien.
13. Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran.
14. Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa.
15. Menubuhkan keceriaan dan
antusiasme
siswa
dalam
belajar.
16. Memantau/melakukan
penilaian dalam proses.
17. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan.
18. Penggunaan gaya yang sesuai
dan bahasa baik tulis maupun
lisan dengan jelas baik dan
benar.
19. Melakukan
refleksi
atau
membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
20. Melakukan tindak lanjut
dengan memberikan arahan
atau kegiatan atau tugas
sebagai bagian remidial/
pengayaan.
b. Tehnik Pengumpulan Data

pembelajaran

1. Kejelasan perumusan tujuan
pembelajaran.
2. Pemilihan dan pengembangan
materi pembelajaran.
3. Pengorganisasian Materi pelajaran.
4. Pemilihan sumber / media
pembelajaran.
5. Kejelasan skenario pembelajaran.
6. Kesesuaian tehnik evaluasi yang direncanakan.
7. Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan.
IPKG 2 berisi aspek pegamatan
tentang kegiatan pembeajaran
kontekstal yang meliputi :
1.

Mempersiapkan siswa untuk
belajar.
2. Melakukan kegiatan apersepsi.
3. Penguasaan materi pembelajaran.
4. Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain
yang relevan.
5. Menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan
runtut sesuai dengan hierarkhi
belajar dan karakteristik siswa.
6. Mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan.
7. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengn tujuan.
8. Menguasai kelas.
9. Melaksanakan pembelajaran
dengan mengaktifkan siswa.
10. Melaksanakan pembelajaran
yang memungkinkan tum-

Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelajaran Inkury.
Dokumentasi digunakan untuk
menilai rencana pembelajaran
yang digunakan guru.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Siklus I
a. Perencanaan

374

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri,Jumino

Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal
2 Oktober 2015. Pembelajaran dilaksanakan masih banyak perlu mendapatkan penyempurnaan. Seperti pada rencana pembelajarannya masih
ada 6 orang guru yang belum tuntas
atau sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam pembelajaran Inkury. Dalam kegiatan pembelajarannya juga masih terdapat 2 orang guru
yang belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuann
yang ditetapkan dalam pembelajaran
Inkury.

Pada tahap ini peneliti melakukan
mengumpulkan para guru untuk mendapatkan penjelasan tentang cara
menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pembelajaran dengan
pembelajaran kooperatif. Bahan penjelasan dan pembahasan tentunya
berdasar pengamatan sebelumnya
yakni temuan di lapangan dalam
pelaksanaan Supervisi, utamaya
kekurangan apa yang ditemukan di
lapangan untuk disempurnakan pada
kegiatan perencaaan pembelajaran.
Selanjutnya dengan bimbingan Pengawas guru penyusunan rencana
pembelajaran yang digunakan pada
siklus I. Pada perencanaan ini Rencana pembelajaran yang disusun sesuai
dengan ketetentuan pada pembelajaran dengan model berbasis inkuiri
sebagaimana yang diteliti. Tahap
perencanaan ini dilaksanakan pada
tanggal 25 September 2015.

Untuk itu kekurangan yang terdapat pada siklus pertama ini akan
dijadikan bahan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Kekurangan ini
disempurnakan pada tahap perencanaan siklus kedua. Sesuai dengan
perencanaan awal bahwa kekurangan
pada suatu siklus akan menjadi bahan
perbaikan pada siklus berikutnya.

b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 26 sampai dengan
28 September 2015. Pada tahap ini
Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif sesuai dengan kriteria model berbasis inkuiri yang telah dibahas pada
tahap perencanaan.
c. Observasi
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pembelajaran
pada siklus I. Fokus observasi adalah
bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan guru.

Pada siklus pertama ternyata masih
terdapat 6 orang guru yang belum
tuntas dalam menyusun rencana pembelajaran dan terdapat 2 guru yang
belum tuntas dalam melaksanakan
pembelajaran kooperatif.
Hasil pengamatan atau observasi
pada siklus pertama dapat direkap
sebagai berikut.
Tabel 1
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
pertama.

N
O
I

RENTANG NILAI
RENCANA
PEMBELAJARAN
Kurang dari 28

d. Refleksi

375

JML
GURU

KET

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomer 2, Desember 2016, hlm 367 -379

1

Sama atau lebih dari
28

2

6

Belum berhasil

2

Berhasil

PELAKSANAAN.PE
MBELAJARAN
II

Kurang dari 80
Sama atau kebih dari
80

1

6

Belum berhasil

2

2

Berhasil

Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua
dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober
2015, di sekolah lokasi penelitian.
Peneliti mempelajari hasil refleksi
tindakan pada siklus I dan tindakan
yang dilaksanakan pada siklus II ini
masih tetap sama yaitu dengan penerapan pembelajaran Pakem mengadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada
siklus 2 ini yang membedakan dengan
siklus 1 adalah pada pegamat atau
observer yaitu menambah observer,
kecuali peneliti observer juga melibatkan kepala sekolah untuk mengamati
kegiatan pembelajaran Inkury.

Dengan demikian masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan
pembelajaran Inkuri.
Kekurangan tersebut disampaikan
kepada para guru sebagai subyek penelitian untuk direncanakan dan
disempurnakan pada kegiatan siklus
kedua. Pada tahap perencanaan siklus
kedua inilah guru menyusun rencana
pembelajaran dan semua fasilitas yang
diperlukan untuk menerapkan pembelajaran Inkury pada siklus kedua.
Dengan persiapan dan masukan yang
diberikan oleh peneliti atau pengawas
diharapkan perancanaan dan pelaksanaan pembelajaran Inkury dapat dilakukan lebih sempurna.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17 Oktober 2015 di lokasi penelitian. Guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mengacu pada
persiapan yang telah disempurnakan
dari siklus pertama. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan
siklus 1, siswa mulai banyak yang aktif bertanya maupun mengelurkan
pendapat yaitu ada 5 orang bahkan yang menjawab pertanyaan lebih banyak
lagi. Di samping itu aktifitas guru
sudah mulai terkendali artinya guru
tidak terlalu mendominasi kegiatan
lagi, guru mulai berperan sebagai
motivator dan fasilitator meskipun
masih sering muncul dominasi sekalikali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekuragan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Kekurangan pada penyusunan rencana pembelajaran seperti penyusunan
tujuan pembelajaran penyusunan alat
evaluasi maupun komponen lain disempurnakan pada siklus kedua.
Kekurangan pada pelaksanaan
pembelajaran Inkury terletak pada kegiatan bahwa guru terlalu mendominasi kegiatan sedangkan siswanya
relatif pasif, penggunaan media pembelajaran juga masih sangat kurang
optimal, sedangkan penilaian dalam
proses belum dilaksanakan oleh guru.

c. Observasi

376

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri,Jumino

I

Tahap observasi merupakan tahapan dalam penelitian dimana peneliti
dibantu oleh observer mengamati
kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan pembelajaran
inkury. Pada siklus kedua ini sengja
ditambah seorang observer agar pengamatan menjadi lebih cermat dan
lebih sempurna dengan demikian hasil
penelitian akan lebih akurat.

3
1

I

JML
GURU

d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap
untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun
oleh peneliti. Dari hasil observasi ternyata masih ada beberapa hal yang
perlu disempurnakan seperti penggunaan media pembelajaran artinya penggunaan media pembelajaran kurang
efektif, penilaian dalam proses belum
dilaksanakan oleh guru, serta guru
masih kurang maksimal dalam mengaktifkan siswa.

B. Pembahasan
Hasil pengamatan pada rencana
pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua terdapat perubahan yang
sangat signifikan. Hasil pengamatan
pada siklus pertama masih banyak ditemukan kekurangan sehingga prosentase keberhasilan masih dibawah
kiteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian. Hasil pengamatan
tentang
pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian rencana pembelajaran tidak ada seorang
gurupun yang mendapat nilai di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati,
artinya nilai minimal tiap aspek 4.
Perbandingan hasil pengamatan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.4.

KET

RENCANA
PEMBELAJARAN
Kurang dari 28

1

4
Sama atau lebih dari 28

2

Belum
berhasil

4
Berhasil
PELAKSANAAN.PEM
BELAJARAN

I

Belum
berhasil
Berhasil

Tabel 2
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
kedua.
RENTANG NILAI

5

2

Tahap ini dilaksanakan bersamaan
dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 15 sampai dengan 17 Oktober
2015. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar
dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa,
yang meliputi frekuensi bertanya dan
menjawab pertanyaan serta rekaman
situasi kelas yang lain seperti penggunaan media, penilaian dalam proses selama kegiatan belajar mengajar.
Observasi dilakukan oleh peneliti dan
kepala sekolah yang bertindak sebagai
observer.

N
O

Sama atau kebih dari 80

Kurang dari 80

377

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomer 2, Desember 2016, hlm 367 -379

Pelaksanaan Pembelajaran Masing
masing siklus
Tabel 3
Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang
Rencana Pembelajaran Masing masing
siklus
NO

JUMLAH
GURU

RENTANG
NILAI

S-I S-II

NO

JUMLAH
GURU

RENTANG
NILAI

S-I S-II S-III
1

Kurang dari 80

6

3

0

2

Sama
atau
Lebih dari 80

2

5

8

KET.

S-III

1

Kurang dari 28

6

4

1

2

Sama atau Lebih
dari 28

2

4

7

KET.

Belum
berhasil
Tuntas

Belum
berhasil
Tuntas

Berdasar rekapitulasi dan pebandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual
dapatlah disimpulkan bahwa :

Berdasar perbandingan nilai pada
tabel tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa: Pada siklus pertama
masih terdapat 6 orang guru yang belum mencapai nilai minimal keberhasilan dalam menyusun rencana
pembelajaran sedangkan pada siklus
kedua 4 guru telah tuntas atau berhasil
dalam menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ketiga tidak ada
seorang gurupun yang hasil/ nilai
penyusunan rencana pembelajarannya
kurang 28. Semua guru hasil/ nilai
penyusunan rencana pembelajarannya
adalah 28 kelas.

1. Pada siklus pertama masih terdapat
6 guru yang mendapatkan hasil
kurang dari 80 sedang yang tuntas
sebanyak 2 orang guru artinya
tingkat keberhasilannya mencapai
60%.
2. Pada siklus kedua terdapat 4 orang
guru yang mendapat nilai dibawah
kriteria keberhasilan,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 80%.
3. Pada siklus ketiga didapatkan kondisi guru bahwa tidak ada satupun
orang guru yang mendapatkan hasil dibawah 80 dalam pengamatan
yang dilakukan peneliti. Artinya
prosentase keberhasilan pada siklus ketiga mencapai 100 %, dengan
demikian guru telah mencapai kriteria keberhasilan dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiry.
Keberhasilan tersebut dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya :

Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa supervisi akademik dengan
pembelajaran Inkuiry dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran.
Perbandingan hasil pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4

a. Pelaksanaan supervisi dengan melibatkan banyak pihak untuk memberikn masukan kepada guru yang
disupervisi.

Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang

378

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri,Jumino

b. dengan yang ditandai dengan anggapan dan pembelajaran Inkuiry
kepada guru. Karena dengan pembelajaran Inkuiry ini guru tidak
merasa disalahkan, tetapi diajak
berfikir bersama atas permasalahan
yang dihadapi, atas kondisi yang
ada dan akhirnya pengawas sebagai nitra guru memfasilitasi kebutuhan guru dalam meningkatkan
kinerjanya.
c. Guru lebih terbuka jika diajak musyawarah layaknya mitra kerja
dalam membahas dan menyempurnakan kekurangan yang dilakukan
dalam pembelajaran di kelas.
d. Guru tidak lagi merasa takut jika
didatangi pengawas sekolah, bahkan diharapkan agar pengawas sering-sering datang ke sekolah. Hal
tersebut disebabkan karena kehadiran pengawas ke sekolah sangat
membantu guru dalam melaksanakan tugas.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan
Konsep
Pendidikan
Moral
Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Hadi,

Sutrisno. 1982. Metodologi
Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP.
Fak. Psikologi UGM.

Melvin, L. Siberman. 2004. Active
Learning, 101 Cara Belajar Siswa
Aktif. Bandung: Nusamedia dan
Nuansa.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning/CTL) dan Penerapannya
Dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang (UM Press).
Riduwan.
2004.
Belajar
Mudah
Penelitian untuk Guru-Karyawan
dan Peneliti Pemula. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004.
Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode
Pengajaran Nasional. Bandung:
Jemmars.

Simpulan
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapatlah disimpulkan bahwa :
“Supervisi Akademik dapat Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri baik
dalam Menyusun RPP maupun Penerapan Pembalajaran di SMP dalam wilayah
binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2015/2016”.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam
Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindon.

379