PENDAMPINGAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TAMAN KANAK-KANAK AL-MADANI PONTIANAK TENGGARA Dian Dwi lestari, Mawardi, Sri Nugroho Jati PG-PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Email: irma_oktaviana66yahoo.com ABSTRAK - P
PENDAMPINGAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TAMAN KANAK-KANAK AL-MADANI PONTIANAK TENGGARA
Dian Dwi lestari, Mawardi, Sri Nugroho Jati PG-PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email: irma_oktaviana66@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pendampingan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus di Taman Kanak-kanak Al-Madani Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (a) gaya yang dilakukan guru dalam proses pendampingan yaitu menggabungkan dari ketiga gaya pendampingan otoriter, permisif dan demokratis (b) layanan yang diberikan oleh guru yaitu untuk menstimulasi potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus tersebut (c) hambatan yang sering temui guru pada saat melakukan pendampingan ialah oleh kurikulum dan fasilitas yang ada disekolah (d) solusi yang diberikan untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu melakukan kerja sama dengan pihak-pihak yang dapat membantu guru dalam proses pendampingan seperti: Kepala Sekolah, Yayasan, Dokter dan Psikolog. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gaya pendampingan yang dilakukan guru kelas B2 sudah cukup baik, layanan yang diberikan guru yaitu dengan memperlakuan anak secara hangat, lembut, tidak berkata kasar, dan melakukan penyesuaian diri terhadap anak, hambatan yang ditemui guru saat melakukan pendampingan yaitu bersumber dari anak dankurikulum.
Kata Kunci: Pendampingan, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
ABSTRACT
This research uses descriptive method with qualitative approach. Based on the results obtained: (a) the style of the teachers in the mentoring process that combines the three styles mentoring authoritarian, permissive and democratic (b) the services provided by the teacher is to stimulate the potential of children with special needs are (c) barriers often encounter the teacher when guidance is by the curriculum and the existing facilities in schools (d) given solution to overcome these obstacles is to work together with parties that can assist teachers in the process of assistance such as: Principal, Foundation, Doctors and Psychologists, Cooperation of the parties intended for the smooth process of learning.From the results of this study concluded that the style of mentoring teachers do class B2 is good enough, the service provided by the teacher is children in a warm, soft, not harsh words, and make adjustments to the child, the obstacles encountered by teachers when mentoring is sourced of children and the curriculum.
Keywords: Accompaniment, Child Learning Special needs (ABK)
PENDAHULUAN
dari sumber pesan melalui saluran/media Pembelajaran merupakan suatu sistem
tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber atau
pesan, saluran/media dan penerima pesan didik/pembelajar yang direncanakan atau
proses membelajarkan
subjek
komponen-komponen proses didesain, dilaksanakan, dan di evaluasi secara
adalah
yang akan sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat
komunikasi.
Proses
dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
didikan yang ada dalam kurikulum, sumber efektif dan efisien. Kokom komalasari (2013:
pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun 2). Proses pembelajaran merupakan proses
penulis buku dan media.
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan
Sedangkan, pembelajaran untuk anak
“natan”,
kesulit an
berkomunikasi dengan teman sebaya. needs ) membutuhkan suatu pola tersendiri
Selain itu ia juga mengalami sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,
keterlambatan dalam perkembangan fisik yang berbeda antara satu dengan yang
kemampuan kognitif lainnya. Sehingga dalam penyusunan program
motorik
serta
akademik dasar (seperti pembelajaran berbeda, hendaknya guru
pengetahuan
pengetahuan warna) membaca dan menulis memiliki data pribadi setiap peserta didiknya
rendah jika dibandingkan dengan teman Hal ini lebih dipertegas Menurut pasal
seusianya. Anak tersebut sekolah bersama
15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dengan anak yang tergolong normal, kelas bahwa jenis pendidikan bagi Anak
yang digunakan untuk proses pelaksanaan berkebutuan khusus adalah Pendidikan
pembelajarannya juga disamakan. Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003
Berdasarkan uraian latar belakang memberikan batasan bahwa Pendidikan
tersebut, maka timbul permasalahan untuk khusus merupakan pendidikan bagi peserta
1) Bagaimana gaya didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
diteliti
yaitu:
dalam proses mengikuti proses pembelajaran karena
pendampingan
guru
pembelajaran anak berkebutuhan khusus kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
(ABK) di Taman Kanak-kanak Al-Madani dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan
Pontianak, 2) Apa saja layanan yang telah bakat istimewa. Sehingga dalam proses
diberikan pendamping/guru dalam proses pembelajaran
pembelajaran anak berkebutuhan khusus berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan
(ABK) di Taman Kanak-kanak Al-Madani seseorang yang mendampinginya, agar anak
Pontianak, 3) Apa saja hambatan guru dalam paham dan mengerti terkait pembelajaran
pendampingan proses pembelajaran anak yang sedang berlangsung. Pendamping dalam
berkebutuhan khusus (ABK) di Taman hal ini dimaksudkan adalah guru.
Kanak-kanak Al-Madani Pontianak, 4) Guru adalah pelaku pembelajaran,
Bagaimana cara mengatasi hambatan guru sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor
dalam pendampingan proses pembelajaran yang terpenting. Di tangan gurulah letak
anak berkebutuhan khusus (ABK) di Taman keberhasilan pembelajaran. Khoiru Ahmadi,
Al-Madani Pontianak. Sofan Amri dan Tatik Elisah, (2011: 19).
Kanak-kanak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dalam pepatah jawa, guru adalah sosok yang
dalam proses digugu omongane lan ditiru kelakuane
pendampingan
Guru
pembelajaran nak berkebutuhan khusus (dipercaya
(ABK) di taman kanak-kanak Al-Madani tindakannya). Seorang guru harus menjaga
citra, wibawa, keteladanan, integritas, dan
TINJAUAN PUSTAKA
kredibilitasnya, walau bagaimana keadaanya
a. Pendampingan
dan dimana pun keberadaannya. Sebab, ia Kegiatan Pendampingan disebut sebagai tidak hanya mengajar didepan kelas, tapi juga
suatu proses karena didalamnya terdapat mendidik, membimbing, menuntun, dan
serangkaian kegiatan dan daya upaya yang membentuk karakter moral yang baik bagi
dilakukan pendidik baik secara individual anak didiknya.
maupun secara kolaboratif bagi pertumbuhan Namun kenyataan pada saat peneliti
dan perkembangan anak.
melaksanakan tugas
Kegiatan pendampingan perkembangan Pengalaman Lapangan di Taman Kanak-
kuliah
Praktek
Anak usia dini didasarkan pada prinsip- kanak Al-Madani Pontianak, tepatnya pada
prinsip dasar hakikat perkembangan anak usia bulan Februari. Peneliti melihat seorang anak
dini M. Ramli (2005:17). Morison dalam yang
buku M. Ramli (2005:17) menyatakan bahwa keterlambatan dan keterbatasan dalam aspek
“ pendampingan ialah suatu proses perawatan perkembangan seperti: kesulitan berbicara,
pertumbuhan dan misalnya mengucapkan kata “makan” menjadi
dan
pengasuhan
perkembangan anak usia dini secara optimal ” . Perawatan dimaksudkan sebagai upaya yang perkembangan anak usia dini secara optimal ” . Perawatan dimaksudkan sebagai upaya yang
terdapat beberapa bentuk kegiatan spesifik pengasuhan adalah segala upaya yang
yang dapat dilaksanakan guru dalam kaitan dilakukan
penerapan bimbingan di kelas, antara lain menstimulasi perkembangan aspek kognitif,
pendamping/guru
untuk
sebagai berikut:
bahasa dan sosial emosional yang telah
a. Guru membuka kegiatan belajar mengajar dimiliki masing-masing anak. Dalam
dengan upaya melakukan penyesuaian diri pertumbuhan dan perkembangan setiap anak
terhadap pribadi anak.
mengalami tahapan-tahapan yang berbeda
pembelajaran, guru antara satu dengan lainnya.
b. Dalam
proses
memperlakukan anak secara hangat, Tujuan dari pendampingan ialah untuk
lembut, ramah, tenang, dan tidak membantu anak dalam mengembangkan
menegangkan di kelas. potensi dan kemampuan yang dimiliki anak.
c. Guru menghargai martabat anak sebagai M. Ramli (2005:18) mengatakan bahwa
anak berkebutuhan khusus dengan cara tujuan secara umum guru melakukan
tidak memperlakukan siswa secara kasar, pendampingan adalah untuk membantu anak
tidak menekan perasaan anak dengan kata- usia dini mencapai pertumbuhan dan
kata kasar.
perkembangan yang optimal sesuai dengan
d. Guru memberikan perhatian terhadap tahapan-tahapan
pribadi anak agar bisa mengembangkan Sedangkan tujuan pendampingan secara
perkembangannya.
diri untuk mencapai optimalisasi diri khusus meliputi:
dengan memberikan bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar,
1. Mengembangkan
menegerjakan tugas, mengurus dan kepribadiannya seperti, motorik kasar,
keseluruhan
aspek
merawat diri sendiri, menyesuaikan diri, motorik halus, kognitif, bahasa dan sosial
dan komunikasi sosial. emosional.
e. Guru menanamkan kesadaran pada diri
2. Dapat melaksanakan
anak melalui pemberian pengarahan dan perkembangan dengan berhasil dan
tugas-tugas
pengertian-pengertian tentang berbagai berkembang ke arah pribadi yang unggul.
perilaku negatif yang ditampilkannya Tujuan dari pendampingan ialah untuk
dalam belajar.
membantu anak dalam mengembangkan
f. Guru bersifat empatik, terbuka melayani potensi dan kemampuan yang dimiliki anak.
menerima dan M. Ramli (2005:18) mengatakan bahwa
keluhan
anak,
memperlakukan secara wajar agar dapat tujuan secara umum guru melakukan
mengembangkan diri sendiri untuk pendampingan adalah untuk membantu anak
mencapai kemandirian. usia dini mencapai pertumbuhan dan
g. Guru mendorong perkembangan pribadi perkembangan yang optimal sesuai dengan
dan sosial anak melalui pemberian tahapan-tahapan perkembangannya.
dukungan untuk Dalam pelaksanaan pendampingan
rangsangan
dan
meningkatkan aktivitas belajar, latihan, proses pembelajaran anak usia dini,
kemampuan sosial, serta menanamkan pendidik/guru cenderung menggunakan gaya
kepercayaan diri pada anak bahwa pendampingan tertentu sebagai wujud dari
meskipun mengalami kekurangan tetapi pandangannya tentang pendidikan anak.
mereka masih bisa berkembang. Menurut M. Ramli (2005:26) gaya
h. Guru memahami pribadi anak yang pendampingan pembelajaran dikelompokkan
mengalami kesulitan dalam hal-hal abstrak menjadi tiga macam yakni : gaya otoriter,
berbagai aspek gaya permisif dan gaya demokratis.
melalui
penyajian
pembelajaran secara kongkrit atau Layanan yang diberikan pendamping
membawa langsung anak pada situasi yang atau guru terhadap anak berkebutuhan khusus
sesungguhnya.
disesuaikan dengan prinsip pembelajaran
i. Guru menyajikan informasi tentang aspek- anak berkebutuhan khusus.Maka berkenaan
berhubungan dengan dengan layanan tersebut, Joppy Liando dan
aspek
yang
pemahaman anak tentang nilai-nilai pemahaman anak tentang nilai-nilai
mereka tidak terlalu paham dengan apa yang pengembangan pribadi anak menjadi
dimaksudkan dan dikatakan oleh oran lain. individu yang dewasa untuk mendapatkan
b. Tunagrahita (Mental Retardation) penerimaan
(mental retardation ) masyarakat.
disebut sebagai anak dengan hendaya perkembangan (Child with development
b. Pembelajaran Anak Berkebutuhan
impairment ). Tunagrahita adalah individu
Khusus
yang memiliki tingkat intellegensia yang Kata dasar “pembelajaran” adalah
berada dibawah rata-rata disertai dengan belajar. Kata pembelajaran lebih menekankan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku pada kegiatan belajar peserta didik secara
yang muncul dalam masa perkembangan. sungguh-sungguh yang melibatkan aspek
Dewi Pandji (2013:6).
intelektual dan soaial emosional. Menurut Bandi Delphie (2006:17) Zainal Arifin (2009:10) mengemukakan
dengan hendaya “bahwa pembelajaran adalah suatu proses
karakteristik
anak
perkembangan (tunagrahita), sebagai berikut: atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif
1. Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial antara pendidik(guru) dengan peserta didik,
dan emosional sama seperti anak-anak sumber belajar dan lingkungan untuk
yang tidak menyandang tunagrahita. menciptakan
2. Selalu bersifat eksternal locus of control memungkinkan terjadinya tindakan belajar
sehingga mudah sekali melakukan peserta didik, baik dikelas maupun diluar
kesalahan (expectancy for filure). kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak,
3. Suka meniru perilaku yang benar dari untuk menguasai kompetensi yang telah
orang lain dalam upaya mengatasi ditentukan”.
kesalahan-kesalahan yang mungkin ia Anak dengan berkebutuhan khusus
lakukan (outerdirectedness). (children with special needs) pada umumnya
4. Mempunyai perilaku yang tidak dapat ialah anak-anak yang mengalami gangguan
mengatur diri sendiri.
dalam segi fisik dan mental.
permasalahan berkaitan Menurut Dewi Pandji (2013:3) Anak
5. Mempunyai
dengan perilaku sosial (social behavioral). berkebutuhan khusus atau yang sering disebut
6. Mempunyai masalah berkaitan dengan “anak - anak spesial” adalah julukan manis
karakteristik belajar.
untuk anak special needs. Anak spesial
7. Mempunyai masalah dalam bahasa dan merupakan anak-anak yang tidak bisa
pengucapan.
disamakan dengan kebanyakan anak-anak
8. Mempunyai masalah dalam kesehatan karena mereka terlahir berbeda, mempunyai
fisik.
kemampuan inteligensia dan mental yang
9. Kurang mampu untuk berkomunikasi. secara signifikan berbeda juga, baik itu lebih
rendah maupun lebih tinggi dan tentu saja,
c. Kesulitan belajar (learning disabilities) memerlukan perlakuan khusus yang tidak bisa
Anak-anak berkebutuhan khusus yang dipukul sama rata dengan anak-anak pada
termasuk dalam kategori ini sebenarnya tidak umumnya. Anak berkebutuhan khusus berarti
mengalami permasalahan dengan daya adalah anak-anak yang menyandang kelainan
inteligensia hanya saja diperlukan strategi ataupun kekurangan secara fisik dan mental.
belajar tersendiri yang dapat mangakomodir Menurut Dewi Pandji (2013:4) anak
potensi mereka yang terhambat. Gangguan berkebutuhan khusus atau anak special needs
tersebut meliputi:
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Gangguan bahasa (dyslexia)
a. Tunawicara
2) Gangguan matematika (discalculia) Tunawicara adalah gangguan bicara
3) Gangguan menulis (dysgraphia) yang dialami seseorang dan berpotensi
menghambat komunikasi verbal yang efektif menghambat komunikasi verbal yang efektif
Anak Berkebutuhan Khusus dan
analisa
pengumpulan data, redukasi data, penyajian yang terpadu dalam sebuah proses interaksi
data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data sosial yang mempengaruhi tingkat belajar
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak anak. Menurut Joppy Liando dan Aldjon
lapangan, selama Dapa (2007:191) kegiatan belajar mengajar
sebelum memasuki
dilapangan, dan setelah selesai dilapangan. dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai
Selanjutnya untuk pemeriksaan keabsahan tujuan
data digunakan triagulasi dan member check. pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien, guru perlu memperhatikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
prinsip-prinsip pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Berikut beberapa
a. Gaya Pendampingan Guru dalam
prinsip yang harus diperhatikan dalam
Proses Pembelajaran Anak
pembelajaran anak berkebutuhan khusus
Berkebutuhan Khusus
(ABK), antara lain sebagai berikut: Gaya pendampingan yang diterapkan
1. Prinsip motivasi oleh kedua guru tersebut dapat dilihat dari
2. Prinsip latar/konteks perilaku keseharian saat proses belajar
3. Prinsip keterarahan mengajar di kelas dan di luar kelas dalam
4. Prinsip hubungan sosialinteraksi banyak mendampingi anak berkebutuhan khusus arah.
(ABK). Guru berupaya mendampingi anak
5. Prinsip belajar
yang menemui kesulitan dalam mengerjakan (learning by doing)
dengan melakukan
tugas yang diberikan dengan cara memberi
6. Prinsip pemecahan masalah motivasi dan menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Pertumbuhan dan perkembangan
c. Hambatan Guru dalam Pendampingan
setiap anak mengalami tahapan-tahapan yang
Proses Pembelajaran Anak
berbeda antara satu dengan lainnya, terlebih
Berkebutuhan Khusus (ABK)
pada anak berkebutuhan khusus, yang Dalam proses pembelajaran tak jarang
memang membutuhkan perhatian khusus dan kita menjumpai masalah-masalah yang timbul
gaya yang berbeda dengan anak kebanyakan. dari berbagai pihak antara lain, guru, peserta
Gaya pendampingan yang dilakukan didik, lingkungan sekolah (fasilitas sekolah)
oleh guru tersebut bertujuan agar anak merasa sehingga dapat
nyaman, tenang, dan merasa dihargai, serta pembelajaran. Adapun salah satu komponen
menghambat
peroses
dapat mengeksplorasi semua kemampuan yang terlibat dalam proses pembelajaran baik
Pertumbuhan dan langsung maupun tidak langsung ialah
yang
dimilikinya.
perkembangan setiap anak mengalami pengelolaan kelas.
tahapan-tahapan yang berbeda antara satu Menurut
dengan lainnya, terlebih pada anak (2005:189) faktor-faktor yang menjadi
yang memang penghambat dalam pengelolaan kelas ialah:
berkebutuhan
khusus,
membutuhkan perhatian khusus dan gaya
1. Guru yang berbeda dengan anak kebanyakan.
2. Anak Guru mendampingi semua anak, tidak
3. Kurikulum hanya anak berkebutuhan khusus dalam
4. Fasilitas kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
5. Dinamika kelas pendapat Morison dalam M. Ramli (2005:17)
6. Lingkungan sekitar dan keluarga. menyatakan bahwa “ pendampingan ialah suatu proses perawatan dan pengasuhan
METODE PENELITIAN
pertumbuhan dan perkembangan anak usia Metode yang
digunakan dalam
dini secara optimal ”.
penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan
kualitatif,
penelitian
b. Layanan yang diberikan guru terhadap
menggunakan teknik observasi, wawancara
anak berkebutuhan khusus
dan teknik dokumen. Dari data tersebut di
Layanan yang diberikan guru kelas B2 Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap anak berkebutuhan khusus terlihat
tentang hambatan yang ditemui guru dalam bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru
pendampingan proses pembelajaran anak mendampingi anak berkebutuhan khusus
berkebutuhan khusus (ABK) di kelas B2 (ABK) serta anak-anak lain yang mengalami
Taman Kanak-kanak Al-Madani Pontianak, kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
terlihat bahwa hambatan yang ditemui itu seperti pada saat pelaksanaan praktek sholat
berasal dari faktor anak, fasilitas sekolah dan dan mengerjakan tugas yang ada di buku
kurikulum.
paket. Di dalam kurikulum pembelajaran Bandhi Delphie (2005: 93) Adanya
terdapat indikator-indikator yang sulit dicapai. Layanan khusus disebabkan karena adanya
Terlebih lagi Taman Kanak-kanak Al-Madani karakteristik-karakteristik tersendiri pada
adalah TK islam makanya banyak hapalan setiap anak yang berbeda satu dengan lainnya.
surah dan doa. Hal ini sangat sulit jika Sehingga memerlukan pendampingan yang
diterapkan kepada anak berkebutuhan khusus dilakukan guru dikelas saat pelaksanaan
(ABK) yang mengalami keterlambatan dan proses pembelajaran berlangsung. Layanan
keterbatasan dalam segi bicara dan kognitif. pendidikan dan pembelajaran untuk sekolah
Syafrida Elisa dan Ariyani Tri Wrastari, yang melayani anak berkebutuhan khusus
(2013:2) mengatakan bahwa “Seorang guru seharusnya sejalan dan tidak terlepas dari
diharapkan dapat memberikan kehidupan prinsip, kebijakan dan praktek dalam
kelas agar menjadi lebih hangat dan pada pendidikan berkebutuhan khusus.
waktu yang bersamaan dapat memberikan Guru membantu dan mengarahkan anak
pemahaman kepada murid yang lain untuk serta
dapat saling berinteraksi” . sederhana kepada anak agar lebih mudah ia
memberikan
gambaran-gambaran
Guru berupaya meminimalisir hambatan memahami dari setiap pembelajaran yang
yang mungkin terjadi saat pembelajaran sedang
dikelas, agar pembelajaran dapat berlangsung mengarahkan anak bisa jadi lebih terarah dan
secara efektif dan efisien serta dapat diterima tidak bingung. Guru lebih memusatkan
oleh semua anak baik normal maupun anak perhatiannya pada anak berkebutuhan khusus
anak yang berkebutuhan khusus. Semua anak tersebut, guru juga dapat bersikap ramah,
diharapkan mampu menguasai pembelajaran lembut dan menghargai martabat anak sebagai
yang ada.
anak berkebutuhan khusus. Contohnya saja dalam indikator Selain itu guru berupaya menstimulasi
pencapaian perkembangan terdapat indikator potensi yang dimiliki anak berkebutuhan
yang sulit dicapai oleh anak berkebutuhan khusus.
khusus yang mengalami keterlambatan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
Jika anak
telah
mampu
dalam segi instruksi tak lupa memberi pujian seperti,
bahkan
keterbatasan
pengucapannya. Maka dia kesulitan bahkan anak jempol.
tidak bisa untuk melakukannya dan masih Mendampingi
anak
berkebutuhan
banyak yang lainnya.
khusus belajar lebih banyak kita yang aktif, karena kita perlu memberikan perhatian yang
d. Cara mengatasi hambatan guru dalam
lebih kepadanya. Membesarkan hatinya,
pendampingan pembelajaran anak
memberi pujian jangan sampai membuat anak
berkebutuhan khusus
tersinggung. Intinya
Pemecahan masalah dari hambatan yang kekurangannya bahwa itu anak berkebutuhan
kita
menerima
ada mereka berpendapat bahwa kami selaku khusus yang memang sangat membutuhkan
guru selalu berbagi cerita kepada kepala perlakuan khusus juga.
sekolah terkait bagaimana caranya dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus, karena butuh penanganan khusus pula. Selain
c. Hambatan guru dalam pendampingan
itu pihak sekolah juga mengadakan kerja
proses pembelajaran anak
sama kepada salah satu psikolog, dengan
berkebutuhan khusus
bantuan dari psikolog maka kesulitan yang bantuan dari psikolog maka kesulitan yang
yang menunjang proses pembelajaran, dari Berdasarkan hasil wawancara pada ibu
kurikulum sekolah yang menggabungkan Ehan tentang solusi dalam menghadapi
materi umum dan keagaaman. hambatan dalam proses pembelajaran anak
4. Cara mengatasi hambatan tersebut yaitu berkebutuhan
melakukan kerjasama dengan pihak menjawab: Dalam hal ini kita sebagai guru
sekolah seperti kepala sekolah dan tidak bisa memaksakan anak, anak tidak bisa
yayasan. Sedangkan pihak luar sekolah ya tidak apa-apa, yang pasti kami akan
yaitu menjalin kerjasama kepada dokter senantiasa mendampingi supaya lama-lama
dan psikolog. Kerjasama dari pihak-pihak anak tersebut paling tidak bisa paham dengan
tersebut bertujuan demi kelancaran proses apa yang dimaksudkan dalam pembelajaran
pembelajaran.
tersebut. Pembelajarannya
disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki anak
b. Saran
berkebutuhan khusus (ABK) tersebut. Guru Berdasarkan pada hasil penelitian yang sebagai fasilitatornya
telah dilakukan, peneliti dapat menyarankan mengembangkan potensi yang ada.
dan
membantu
sebagai berikut:
1. Melakukan pendampingan terhadap anak
PENUTUP
berkebutuhan khusus (ABK) sebaiknya ada
a. Kesimpulan
guru tersendiri yang memang khusus untuk Berdasarkan paparan data yang telah
sesuai dengan dikemukakan didalam penelitian ini maka
mendampingi anak
kebutuhannya.
dapat peneliti
2. Pelaksanaan pembelajaran guru seharusnya pendampingan yang dilakukan guru dalam
simpulkan
bahwa
lebih banyak menggunakan media yang proses pembelajaran anak berkebutuhan
bervariasi, agar mudah dimengerti, (ABK) khusus di Taman Kanak-kanak Al-
dipahami dan dapat berjalan dengan lancar Madani Pontianak sangat baik. Walaupun
menyenangkan bagi anak masih dilakukan secara sederhana oleh guru
serta
berkebutuhan khusus.
kelas dan guru pendamping, untuk lebih
3. Sebaiknya guru, kepala sekolah dan pihak jelasnya dapat dilihat pada pemaparan
yayasan harus lebih aktif untuk dibawah ini:
mendiskusikan dan mencari solusi terbaik
1. Gaya pendampingan yang dilakukan guru terkait hambatan yang muncul dari segi kelas B2 dalam mendampingi anak
fasilitas yang ada di sekolah, agar fasilitas berkebutuhan khusus (ABK) dalam proses
di sekolah lebih berkembang. pembelajaran sudah cukup baik. Guru
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan kebebasan pada anak saat
mengembangkan penelitian terkait anak pembelajaran berlangsung dengan cara
berkebutuhan khusus yang lebih spesifik, mengarahkan dan memberikan motivasi
misalnya dalam aspek sosial emosional. pada anak, ada kalanya guru juga bersikap
Agar anak berkebutuhan khusus dapat tegas pada anak supaya anak bisa disiplin.
berinteraksi terhadap teman-teman yang
2. Layanan yang diberikan guru dalam
lain.
mendampingi proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu dengan
DAFTAR PUSTAKA
memperlakuan anak secara hangat, lembut, Ahmadi, Khoiru, Sofan Amri dan Tatik tidak berkata kasar, dan melakukan
Elisah. (2011). Strategi Pembelajaran penyesuaian diri terhadap anak. Selain itu
Sekolah
Terpadu “Pengaruhnya
juga berupaya untuk menstimulasi potensi
Terhadap Konsep pembelajaran
yang dimiliki anak berkebutuhan khusus Sekolah Swasta dan Negeri” . Jakarta: (ABK) tersebut.
Prestasi Pustaka Publisher.
3. Hambatan yang ditemui guru saat
melakukan pendampingan
yaitu
Pembelajaran,
Prinsip, Teknik,
bersumber dari anak, bisa dilihat dari
Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus (dalam setting
pendidikan inklusi). Bandung: PT Refika Aditama
Delphie, Bandi. (2005).
Bimbingan
Konseling Untuk Perilaku Non
Adaptif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Elisa, Syafrida dan Aryani Tri Wrastari.
(2012). Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari
Faktor Pembentuk Sikap. Jurnal Psikologi
Perkembangan dan Pendidikan.
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga. Vol 2, No 1 Februari 2012 . Halaman 1-10.
Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran
Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Liando, Joppy dan Aldjon Dapa. (2007).
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Perspektif Sistem
Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Jenderal Pendidikan
Direktorat
Direktorat Ketenagaan. Pandji, Dewi. (2013). Sudahkah Kita ramah
Tinggi
Anak Special Needs?. Jakarta: PT. Elex Media Komputerindo.
Ramli, M. (2005).
Pendampingan
Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan
pendidikan
tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Rusdinal dan Elizar. (2005). Pengelolaan
Kelas Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan
pendidikan
tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI PAUD DENGAN SISWA YANG TIDAK MENGIKUTI PAUD DI KELAS 1 MADRASAH IBTIDAIYAH DARUL ULUM KABUPATEN KUBU RAYA
Anita Oktaviani, Mawardi, Elin B. Somantri PG-PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email: anitaoktaviani1993@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakangi oleh kemampuan berhitung, dengan berbagai media dan metode yang tepat yang tidak merusak pola perkembangan anak, sehingga ketika anak telah memasuki kejenjang berikutnya yaitu Sekolah Dasar (SD) anak sudah memiliki kemampuan dalam berhitung. namun telah kita ketahui bahwa siswa itu berbeda antara satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbandingan kemampuan berhitung siswa yang mengikuti PAUD dengan siswa yang tidak mengikuti PAUD di kelas 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa di kelas 1A dan siswa di kelas 1B. Teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan penyebaran soal tes. Dari hasil penelitian, data profil siswa yang mengikuti PAUD dengan siswa yang tidak mengikuti PAUD di kelas 1A dan 1B dan observasi dilakukan dengan perhitungan uji-t dengan hasil t-hitung kemampuan berhitung siswa yang mengikuti PAUD 1.863 dengan tingkat Sig.(2- tailed = .069.) sedangkan hasil kemampuan berhitung siswa yang tidak mengikuti PAUD adalah t-hitung sebesar 1.952 dengan tingkat Sig. (2-tailed =.058.) Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat perbandingan kemampuan berhitung antara siswa mengikuti PAUD dengan siswa yang tidak mengikuti di kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Kabupaten Kubu Raya. Kata kunci: kemampuan berhitung, mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD
ABSTRACT
This research based on the numeracy skill, with a variety of media and the right methods that do not damage the pattern of students development, so when the students have entered the next level, Elementary School (SD) students already have the ability to count. As we know that students are different from one another This study aims to find out if there is comparison numeracy skills between students who took early childhood education programs with students who did not take early childhood education programs in class 1. This study used a quantitative approach with descriptive method. The subject of research is the students in the first grade consists of classes A and B. Technique of collection data used in this study is the observation and questioner. From the research, the profile data of students who took early childhood education programs and students who did not take early childhood education programs in classes 1A and 1B and the observations made by the t-test calculations with the result of t-test numeracy 1,863 students who took early childhood education programs to the level Sig. (2- tailed = .069.), while the results of numeracy skills of students who did not take early childhood education programs is the t-test with a level of 1,952 Sig. (2-tailed = .058.) The conclusion from this study that there is a comparison of numeracy skill among students attended early childhood education programs with students who did not attend early childhood education programs in first grade in Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Kabupaten Kubu Raya. Keywords: numeracy skills, took and did not take early childhood education programs
PENDAHULUAN
mulai dari penambahan, pengurangan, Pendidikan merupakan fakor utama
pembagian, sampaiperkalian. dalam kehidupan manusia, karena dengan
begitu pentingnya pendidikan
Mengingat
kemampuan berhitung bagi manusia, maka berkembang, sesuai dengan tujuan pendidikan
kemampuan berhitung ini perlu diajarkan di Indonesia yang terdapat dalam Undang-
sejak dini, dengan berbagai media dan metode Undang Sistem Pendidikan
yang tepat yang tidak merusak pola (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 bab 2
Nasional
perkembangan anak, sehingga ketika anak pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional
telah memasuki ke jenjang berikutnya yaitu yaitu :
Sekolah Dasar (SD) anak sudah memiliki “Pendidikan nasional bertujuan untuk
kemampuan dalam berhitung. berkembangnya potensi peserta didik agar
kenyataannya di menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
Namun
pada
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum, siswa kepada tuhan yang masa esa, berakhlak yang
kelas 1 tidak semuanya mengikuti mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baik dan menjadi warga Negara yang demokratis
yang melalui jalur formal dan nonformal. serta bertanggung jawab”.
Dari 49 siswa MI Darul Ulum yang terdiri Menurut Yuliani ( 2009 : 43) urgensi
dari kelas 1A dan 1B, hanya 18 anak yang pendidikan anak usia dini adalah untuk
mengikuti PAUD sedangkan 31 anak lainnya mengembangkan berbagai aspek kecerdasan
tidak pernah mengikuti PAUD langsung yang merupakan potensi bawaan. Kecerdasan
masuk MI di kelas 1.
yang dimiliki oleh anak hanya akan berarti Dengan alasan demikian maka peneliti apabila dapat diterapkan dalam kehidupan
judul : sehari-hari atau yang sering dikenal dengan
mengangkat
“ Perbandingankemampuan berhitung antara istilah kecakapan hidup (life skills).Dalam
siswa yang mengikuti PAUD dan tidak penelitian ini yang dimaksudkan dengan
mengikuti PAUD di kelas 1 Madrasah kecakapan hidup tidak ditekankan kepada
Ibtidaiyah Darul Ulum Kabupaten Kubu teknikal atau vokasional seperti tukang kayu,
Raya“.
menjahit, program komputer melainkan lebih diarahkan
TINJAUAN PUSTAKA
berhubungan dengan
aspek-aspek
1. Pendidikan Anak Usia Dini
pertumbuhan dan perkembangan anak.
a. Hakekat Anak Usia Dini Bagi peneliti pendidikan anak usia dini
Menurut Mansur (2011: 88) anak merupakan pembahasan yang sangat menarik,
usia dini adalah kelompok anak yang karena usia dini merupakan awal bagi
berada dalam proses pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal itu
yang bersifat akan membawa dampak bagi sejarah
perkembangan
memiliki pola perkembangan anak selanjutnya.Anak yang
unik.Mereka
pertumbuhan dan perkembangan yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan
dengan tingkat dapat
khusus
sesuai
pertumbuhandan perkembangannya. kesejahteraan fisik dan mental, etos kerja dan
Pada masa ini merupakan masa produktifitas. Pada akhirnya anak akan lebih
emas atau golden age, karena anak mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan
pertumbuhan dan potensi yang dimilikinya, salah satunya
mengalami
perkembangan yang sangat pesat dan adalah kemampuan anak dalam berhitung.
tidak tergantikan pada masa mendatang. Berhitung merupakan salah satu jenis
Menurut berbagai penelitian di bidang pengetahuan yang dibutuhkan manusia
terbukti bahwa 50% dalammenjalankan kehidupannya sehari-hari,
neurologi
kecerdasan anak terbentuk dalam kurun karena berhitung merupakan dasar dari
waktu 4 tahun pertama. Setelah anak beberapa aktivitas manusia yang tidak dapat
berusia 8 tahun perkembangan otaknya terlepas dari peranmatematika di dalamnya,
mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 80% dan pada usia 18 tahun
gerakan kasar, serta menerima Sesuai dengan Undang-undang
rangsangan sensorik (panca indra). Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14,
3) Anak mampu menggunakan bahasa upaya pembinaan yang ditujukan bagi
untuk pemahaman bahasa pasif dan anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan
dapat berkomunikasi secara efektif melalui Pendidikan anak usia dini
yang bermanfaat untuk berfikir dan (PAUD). Pendidikan anak usia dini
belajar.
dapat dilaksanakan melalui pendidikan Berdasarkan pendapat di atas, bahwa formal, nonformal dan informal.
tujuan dari pendidikan anak usia dini Pendidikan anak usia dini jalur formal
adalah untuk membentuk anak yang berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan
berkualitas dengan cara memberikan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain
stimulus yang tepat sehingga seluruh yang sederajat. Pendidikan anak usia
aspek perkembangan anak berkembang dini
sesuai dengan usianya sehingga anak kelompok bermain (KB), taman
jalur nonformal
berbentuk
benar-benar matang dan siap memasuki penitipan anak (TPA), sedangkan
jenjang berikutnya
PAUD pada jalur pendidikan informal
2. Kemampuan Berhitung
berbentuk pendidikan keluarga atau a.Pengertian Berhitung pendidikan
(2011:22) mengatakan lingkungan seperti bina keluarga balita
bahwa berhitung merupakan bagian dari dan posyandu yang terintegrasi PAUD
matematika.Kemampuan berhitung atau yang kita kenal dengan satuan
untuk menumbuh PAUD sejenis (SPS).
diperlukan
kembangkan keterampilan berhitung Peneliti
diperlukan dalam hakekat anak usia dini adalah anak yang
kehidupan sehari-hari, terutama konsep berada pada rentang usia 0-6 tahun yang
bilangan yang merupakan juga dasar sedang mengalami pertumbuhan dan
pengembangan kemampuan perkembangan yang sangat pesat,
bagi
matematika maupun kesiapan untuk sehingga diperlukan stimulasi yang tepat
mengikuti pendidikan dasar. agar dapat tumbuh dan berkembang
Sedangkan Sriningsih (2008:63) dengan maksimal. Pemberian stimulasi
bahwa kegiatan tersebut harus diberikan melalui
mengungkapkan
berhitung untuk anak usia dini disebut lingungan keluarga, PAUD jalur non
juga sebagai kegiatan menyebutkan formal seperti tempat penitipan anak
urutan bilangan atau membilang buta. (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan
Anak menyebutkan urutan bilangan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
tanpa menghubungkan dengan benda-
b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini benda konkret. Pada usia 4 tahun Tujuan pendidikan anak usia dini
mereka dapat menyebutkan urutan secara umum adalah mengembangkan
bilangan sampai sepuluh. Sedangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
usia 5 sampai 6 tahun dapat persiapan untuk hidup dan dapat
menyebutkan bilangan sampai seratus. menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Tujuan Pembelajaran Berhitung Secara khusus menurut
Depdiknas (2000:2) menjelaskan (2009:42) kegiatan pendidikan bertujuan
Yuliani
tujuan dari pembelajaran berhitung bagi agar :
anak usia dini secara umum adalah untuk
1) Anak mampu melakukan ibadah, mengetahui dasar-dasar pembelajaran mengenal dan percaya akan ciptaan
berhitung sehingga pada saatnya nanti Tuhan dan mencintai sesama.
anak akan lebih siap mengikuti
2) Anak mampu
pembelajaran berhitung pada jenjang keterampilan
mengelola
selanjutnya yang lebih kompleksMenurut gerakan-gerakan yang mengontrol
tubuh
termasuk
Piaget (Suyanto, 2005:161)menyatakan Dalam penelitian ini, metode yang bahwa:
digunakan adalah metode deskriptif dengn “T ujuan pembelajaran matematika
komparatif.Mengenai untuk
bentuk
penelitian
penelitian komparatif logicomathematical learning atau belajar
mengemukakan berpikir dan matematis dengan cara yang
Sugiyono(2013:57)
pendapatnya “penelitian komparatif adalah menyenangkan dan tidak rumit. Jadi
penelitian yang membandingkan keberadaan tujuannya bukan agar anak dapat
satu variabel atau lebih pada dua atau lebih menghitung sampai seratus atau seribu,
sampel yang berbeda, atau pada waktu yang tetapi memahami bahasa matematis dan
berbeda” .
penggunaannya untuk berpikir.” Suharsimi (2010:23) mengatakan bahwa
c. Prinsip-prinsip Berhitung
komparasi dapat Yew
dalam
penelitian
persamaan-persamaan dan mengungkapkan beberapa prinsip dalam
tentangbenda-benda, mengajarkan berhitung pada anak,
perbedaan-perbedaan
tentang orang, prosedur kerja, ide-ide, kritik diantaranya :
terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide “M embuat pelajaran yang menyenangkan,
kerja.Dapat juga mengajak anak terlibat secara langsung,
atau
prosedur
membandingkan kesamaan pandangan dan membangun keinginan dan kepercayaan
perubahan-perubahan pandangan orang, grup diri dalam menyesuaikan berhitung,
ataunegara, terhadap kasus, terhadap orang, hargai kesalahan anak dan jangan
peristiwa atau terhadap ide-ide.Dalam menghukumnya, fokus pada apa yang
penelitian ini peneliti ingin membandingkan anak capai. Pelajaran yang mengasyikan
perbedaan kemampuan berhitung antara yang dengan melakukan aktivitas yang
mengikuti PAUD dan yang tidak mengikuti menghubungkan
melakukan studi dengan kehidupan sehari-hari ” .
komparasi.Dalam penelitian ini tidak ada
d. Tahap Penguasaan Berhitung pengontrolan variabel, maupun manipulasi Burns & Lorton (Sudono, 2010: 22)
atau perlakuan dari peneliti.Penelitian menjelaskan lebih terperinci bahwa
alamiah, peneliti setelah konsep dipahami oleh anak, guru
dilakukan
secara
mengumpulkan data dengan menggunakan mengenalkan lambang konsep. Kejelasan
instrumen yang bersifat mengukur.Hasilnya hubungan antara konsep konkrit dan
dianalisis secara statistik untuk mencari lambang bilangan menjadi tugas guru
perbedaan diantar variabel-variabel yang yang sangat penting dan tidak tergesa-
diteliti.
gesa. Sedangkan Lambang merupakan
Sudijono (2009: 273) visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya
Menurut
penelitian komparatif pada intinya adalah lambang 7 untuk menggambarkan konsep
penelitian yang berusaha untuk menemukan bilangan
persamaan dan perbedaan tentang benda, menggambarkan konsep warna, besar
orang, prosedur kerja, ide, kritik terhadap untuk menggambarkan konsep ruang, dan
orang atau kelompok, terhadap suatu ide atau persegi empat untuk menggambarkan
prosedur kerja.Dapat juga digunakan untuk konsep bentuk.
membandingkan kesamaan pandangan dan
e. Manfaat Pengenalan Berhitung perubahan pandangan orang, grup atau negara Menurut Suyanto (2005:57) manfaat
terhadap kasus, peristiwa atau ide. utama pengenalan matematika, termasuk
Berdasarkan penjelasan di atas, maka didalamnya kegiatan berhitung ialah
diarahkan untuk mengembangkan aspek perkembangan
penelitian
ini
menyelidiki, dan kecerdasan anak dengan menstimulasi
membandingkan,
mengumpulkan, menganalisis data, untuk otak untuk berpikir logis dan matematis.
memecahkan masalah yang terjadi yang tersusun secara sistematis.
METODE PENELITIAN
TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN
penelitian yang dilakukan. Pedoman
DATA
observasi ini dibuat untuk mencatat
1. Teknik Pengumpulan Data hasil observasianak yang dilakukan
a. Observasi
oleh peneliti.
b. Soal Tes Matematika Sugiyono, 2013:310) observasi adalah
Merupakan soal yang telah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
peneliti tentang ilmuwan hanya
disiapkan
dan pengurangan berdasarkan
dapat bekerja
penjumlahan
bilangan sampai 20 yang harus mengenai dunia kenyataan yang
dikerjakan oleh anak.soal yang dibuat diperoleh melalui observasi.
dalam penelitian ini sebanyak 20 soal
b. Penyebaran Soal Tes dengan rincian 10 soal penjumlahan 1- Soal tes merupakan teknik
20, 10 soal pengurangan 1-20, jika pengumpulan data yang dilakukan
benar maka akan dengan cara memberi seperangkat
jawaban
mendapatkan skor 5 dan jika jawaban pertanyaan atau pertanyaan tertulis
salah akan mendapatkan skor 0. kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian kuantitatif peneliti
TEKNIK ANALISIS DATA
akan menggunakan instrument untuk Analisis data merupakan suatu kegiatan mengumpulkan
setelah data dari seluruh responden atau penelitian digunakan untuk mengukur
data.
Instrumen
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam variabel yang diteliti.
analisis data adalah mengelompokan data Menurut Amirul Hadi (2005:30)
berdasarkan variabel dari jenis responden, kuesioner
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, peryataan atau pertanyaan tertulis
adalah
seperangkat
melakukan perhitungan untuk menjawab dalam lembaran kertas atau sejenisnya
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan dan disampaikan kepada responden
untuk menguji hipotesis yang telah penelitian untuk diisi olehnya tanpa
ditentukan.
intervensi dari peneliti atau pihak lain. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Berdasarkan pendapat di atas,
mengolah atau menganalis data adalah maka kuesioner yang peneliti gunakan
sebagai berikut:
adalah soal matematika yang telah disiapkan
peneliti
tentang
1. Pengumpulan data
penjumlahan
2. Mengadakan pengecekan terhadap data- bilangan sampai 1-20 yang harus
dan
pengurangan
data yang terkumpul
3. Mengolah data yang meliputi pemeriksaan Kompetensi Dasar membilang banyak
data yang termasuk menyusun dan benda, mengurutkan banyak benda,
mengelompokan data yang sejenis melakukan
kedalam bentuk tabel dan grafik, serta pengurangan bilangan sampai 1-20
penjumlahan
dan
mengelompokan semua data yang masuk. dan menyelesaikan masalah yang
4. Menganalisa data yang telah disusun berkaitan dengan penjumlahan dan
sesuai dengan tujuan penelitian pengurangan sampai 1-20.
Untuk menguji perbedaan dua rata-rata dari satu sampel tentang suatu variabel yang diteliti, maka teknik statistik yang digunakan
2. Alat Pengumpul Data adalah uji t (Sugiyono, 2013: 271).
a. Pedoman Observasi Sesuai dengan tujuan penelitian ini Pedoman
maka dilakukan uji t rumus uji t yang pedoman yang dibuat untuk mencatat
observasi
adalah
digunakan adalah sebagai berikut: gejala-gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan /observasi dengan mengacu kepada tujuan digunakan adalah sebagai berikut: gejala-gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan /observasi dengan mengacu kepada tujuan
mengerjakan soal penjumlahan adalah 74,44 dan kemampuan anak mengerjakan soal pengurangan adalah 78,33.
Keterangan : Rata-rata kemampuan berhitung t = nilai t hitung
siswa kelas 1 yang masuk MIS Darul x 1 = rata-rata nilai sampel 1
Ulum melalui PAUD adalah 74,26 dimana x 2 = rata-rata nilai sampel 2
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata = Varian sampel 1
pelajaran Matematika di kelas 1 MIS = Varian sampel 2
Darul Ulum adalah 70. Hal ini = Jumlah sampel 1
bahwa kemampuan = Jumlah sampel 2
menunjukkan
berhitung anak yang dari PAUD di atas rata-rata minimal.
HASIL
2. Kemampuan berhitung siswa yang tidak Hasil olah data SPSS tentang
mengikuti PAUD di kelas 1 Madrasah perbandingan kemampuan berhitung antara
Ibtidaiyah Darul Ulum Kabupaten Kubu siswa yang mengikuti PAUD dan tidak
Raya.
mengikuti PAUD di kelas 1 Madrasah Untuk menjawab masalah sub 2 yakni Ibtidaiyah Darul Ulum Kabupaten Kubu
tentang kemapuan berhitung siswa kelas 1 Raya.Menunjukkan Mean atau rata-rata tiap
yang tidak dari PAUD, maka peneliti juga kelompok, yaitu pada kelompok 1 nilainya
membuat 10 soal penjumlahan dan 10 soal 76.1667 di mana lebih tinggi dari kelompok 2
pengurangan. Dari hasil data yang yaitu 66.6774 .
diperoleh rata-rata kemampuan anak Berdasarkan data observasi maka dapat
mengerjakan soal penjumlahan adalah dilakukan perhitungan dengan uji-t melalui
69,19 dan rata-rata kemampuan anak program spss 17 dengan hasil kemampuan
mengerjakan soal pengurangan adalah berhitung siswa yang mengikuti PAUD
adalah .069 pada sig.(2-tailed) dan hasil Rata-rata kemampuan berhitung siswa kemampuan berhitung siswa yang tidak
kelas 1 yang masuk MIS Darul Ulum mengikuti PAUD adalah . 058 pada sig.(2-
tidak melalui PAUD adalah 67,09 dimana tailed). Maka selisih antara siswa yang
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata mengikuti PAUD dengan siswa yang tidak
pelajaran Matematika di kelas 1 MIS mengikuti PAUD adalah .011. Jadi
Darul Ulum adalah 70. Hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat
bahwa kemampuan disimpulkan bahwa Ha diterima sedangkan
menunjukkan
berhitung anak yang tidak dari PAUD di Ho ditolak.
bawah rata-rata minimal. Berdasarkan
Menurut susanto (2011:98) adalah penelitian, di atas sudah jelaslah bahwa ada
rumusan
hipotesis
kemampuan yang dimiliki setiap anak perbandingan antara siswa yang mengikuti
mengembangkan PAUD dengan siswa yang tidak mengikuti
untuk
kemampuannya,karakteristik PAUD.
perkembangan dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya,sejalan
PEMBAHASAN
dengan perkembangan kemampuannya
1. Kemampuan berhitung siswa yang anak dapat meningkatkan ke tahap mengikuti PAUD di kelas 1 Madrasah
menganai jumlah,yang Ibtidaiyah Darul Ulum Kabupaten Kubu
pengertian
berhubungan dengan penjumlahan dan Raya
pengurangan.
3. Perbandingan kemampuan berhitung yakni tentang kemapuan berhitung siswa
Untuk menjawab masalah sub 1
antara siswa yang mengikuti PAUD dan kelas 1 yang tamatan PAUD, maka
tidak mengikuti PAUD di kelas 1 peneliti membuat 10 soal penjumlahan
Ibtidaiyah Darul Ulum dan 10 soal pengurangan. Dari hasil data
Madrasah
Kabupaten Kubu Raya.
Berdasarkan hasil penelitian, data kelas 2, dan siswa kelas 2 yang telah didapat serta hasil dari
diharapkan mampu perkalian 1 digit pengamatan secara langsung telah
sebelum naik ke kelas 3. dilaksanakan oleh peneliti yang dimulai
b. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada tanggal 19 September 2015 sampai
diharapkan guru memberi reward pada tanggal 01 Oktober 2015, maka ada