MAKALAH A.L KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
KERANGKA KONSEP ASKEP
“ALAT KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN HORMONAL”

OLEH :
RADA NIKMATUL MAULA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG
2017

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi
hak-hak reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak,
jarak kelahiran anak secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa

paksaan dari pihak manapun. Dengan pemenuhan hak-hak reproduksi
diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal, kondisi kesehatan
seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah dalam
kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan
hak-hak reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga
kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga
yang bahagia.
Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif
menekan tingkat kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal
seperti pil, suntik, susuk. Alat kontrasepsi nonhormonal memiliki efek
samping yang lebih rendah dan harga lebih terjangkau. Problem KB
hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti kegemukan, bercak hitam
pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi
nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya
bersifat menghambat pembuahan.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak
digunakan wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya
untuk mencegah kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia
subur semakin meningkat, diketahui dari data website resmi pemerintah
Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 jumlah pasangan menikah usia

subur

sebanyak

218.125

pasangan.

Kecenderungan

peningkatan

pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka
kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga,
sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana
untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk
dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja
maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).

1.2

Rumusan Masalah
1. Apa definisi alat kontrasepsi non hormonal ?
2. Bagaimana pemakaian alat kontrasepsi non hormonal ?

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bagaimana kontraindikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
Apa saja indikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi non hormonal ?
Apa saja yang termasuk alat kontrasepsi non hormonal ?
Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ?
Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ?

apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan,
sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut
Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang
bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang
tidak mengandung hormon (estrogen dan progesteron). (Maryani, 2008).
Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan

suami

istri


untuk

mendapatkan

obyektif-obyektif

tertentu,

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga (WHO 2006).
KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa
bantuan orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan
lebih efektif jika penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida
Ayu Chanranika.2010).
Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non
hormonal dan hormonal. jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom,
AKDR dan kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis
kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil, injeksi dan implan)

dan kombinasi (pil dan injeksi). Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012).
2.2 MANFAAT KONTRASEPSI
a. Kontrasepsi
 Efektifit bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak manggangu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrsepsi lainnya
harus ditunda
b.

Non kontrasepsi






Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB
Dapat mencegah penularan IMS
Mencegah ejakulasi dini
Membantu mencegah terjadinya kanker srviks (mengurangi iritasi



bahan karsinogonik eksogen pada servik)
Saling berinteraksi sesama pasien

2.3. MACAM-MACAM KONTRASEPSI NON HORMONAL
2.3.1 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah)
Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah / mengahalangi
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan
menggunakan metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan

kimia (yang menjadi cirri khas metode perintang ) juga tidak memerlukan
obat-obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah adalah sbb:
1. Metode Amenorea Laktasi
a. Definisi

metode

amenorea

mengendalikan

laktasi

pemberian

air

adalah
susu.

kontrasepsi
kontrasepsi

yang
MAL


mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk
menekan ovulasi.
metode ini memiliki 3 syarat yang harus di penuhi :



ibu belum mengalami haid.
bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan



malam.
bayi berusia kurang dari 6 bulan

b. Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan
sebelum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara

eklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan).
c. Cara kerja
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya
ovulasi. Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan
adalah prolaktin dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka
kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan
hormon

penghambat

(inhibitor).

Hormon

penghambat

akan

mengurangi kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidak
terjadi ovulasi.

d. Indikasi
Metode amenorea laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita
yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a)

wanita yang menyusui secara eksklusif.

b)

Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c) wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
e. Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL
a) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.

2. Senggama Terputus (koitus interuptus)
a. Definisi
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum
terjadinya ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria
menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu
kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik
penis

keluar

dari

vagina. Cara

Kerja Alat

kelamin

(Penis)

dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari
cara

ini

adalah

tidak

membutuhkan

biaya,

alat

maupun

persiapan. kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri
yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan
neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu Efektif bila digunakan dengan
benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai
pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek samping, Dapat
digunakan

setiap

waktu,Tidak

Kontrasepsi, Meningkatkan

membutuhkan

keterlibatan

pria

biaya

dalam

Non

keluarga

berencana, Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat
dan pengertian yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita yang suami
atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi.
b. Indikasi
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu metode yang lainnya
e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan
yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
c. Kontraindikasi
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis ·
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan
pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.
3. Suhu basal

a. Definisi Dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan
pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral,
per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36
derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu
dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada
suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Metode suhu tubuh dilakukan dengan wanita mengukur suhu
tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Setelah
ovulasi suhu basal ( BBt / basal body temperature ) akan sedikit turun
dan akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan menetap sampai masa
ovulasi berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormone
progesterone disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan suhu
tubuh basal wanita naik. Adapun kelemahan dari metode ini
adalah membutuhkan

motivasi, Perlu

diajarkan

oleh

spesialis

keluarga berencana alami, Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh
penyakit, Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang
sama setiap hari akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh
basal, Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehinggamempersulit
untuk mencapai kehamilan, Membutuhkan masa pantang yang lama,
karena

ini

hanyalah

Sedangkan Keuntungan

dari

mendeteksi
metode

ini

pasca

ovulasi.

adalah Meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur,
Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara
mendeteksi ovulasi, Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh
lain seperti lender serviks, Berada dalam kendali wanita, Dapat
digunakan

mencegah

atau

meningkatkan

kehamilan. Efek

SampingPantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress
atau frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau
tablet wanita sewaktu senggama. Daya guna teoritis adalah 15
kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian adalah 20
– 30 kehamilan per 100 wanita/tahun.

b. Indikasi
a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan.
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur.
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain.
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
c. Kontraindikasi
a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
4. Metode lendir serviks
a. Definisi
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan
kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan
lendir yang jernih, encer, dan licin. Metode lendir serviks yakni
pengamatan dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan lendir
serviks dapat

dilakukan

dengan merasakan perubahan rasa

pada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada waktu
tertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air
(encer) sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali
menjadi lebih padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang
mengalami keputihan (sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer,
bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini menunjukan akan terjadi
ovulasi. Sehingga senggama harus dihindari dengan menggunakan
alat kontrasepsi. Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada
saat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi
transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik
diantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur
dapat dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Kelebihandari
metode

ini

metode

adalah mudah digunakan, tidak
mukosa

berencana alami

memerlukan

serviks merupakan

lain

yang

metode keluarga

mengamati

tanda-tanda

kesuburan. Sedangkan kekurangannya

yaitu Tidak

digunakan

dikombinasikan

sendiri,

sebaiknya

metode kontrasepsi lain, Tidak

cocok

menyukai

alat

menyentuh

biaya,

efektif

untuk wanitayang

bila

dengan
tidak

kelaminnya, Wanita yang

memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan, Wanita yang

menghasilkan

sedikit

lendir.

Efek

sampingnya yaitu Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.
b. Indikasi

a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur
maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
b)
c)
d)
e)

pramenopause.
Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
Perempuan kurus atau gemuk.
Perempuan yang merokok.
Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi
sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat,

mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi,
f) hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
c. Kontraindikasi
a) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah
kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko
tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah
abortus), kecuali MOB.
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
d) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama
(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.
5. Sistem kelender
a. Definisi
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara / metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan

tidak

melakukan senggama atau

hubungan

seksual pada masa subur/ovulasi. Prinsip metode pantang berkala ini
adalah

tidak

melakukan

senggama

pada

masa

subur

yaitu

pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer
dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus
siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18
hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam
jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya
merupakan masa aman. Keuntungan dari metode ini adalah Metode
kalender atau pantang berkala lebih sederhana, Dapat
oleh

setiap wanita yang

atau pemeriksaan

sehat, Tidak

khusus, Tidak

digunakan

membutuhkan

mengganggu

pada

alat
saat

berhubungan seksual, Tidak memerlukan biaya dan tempat pelayanan
kontrasepsi, Tidak

ada

efek

samping. Keterbatasan / kekurangan antara

lain memerlukan

kerjasama yang baik antara suami istri, Harus ada motivasi dan
disiplin pasangan dalam menjalankannya, Pasangan suami istri tidak

dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, Pasangan suami istri
harus tahu masa subur dan masa tidak subur,Harus mengamati
sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus menstruasi yang
tidak teratur (menjadi penghambat), Lebih efektif bila dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain.
b. Indikasi
a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur
maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain
hipertensi sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau
hebat.
c. Kontraindikasi
a) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah
abortus).
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.
2.3.2 Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat.
1. Kondom
a. Kondom pria
Kondom untuk pria merupakan bahan karet atau lateks,
poliuretan (plastik) atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan
elastis.Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi
untuk menangkap semen selama ejakulasi untuk mencegah sperma
masuk kedalam sperma. Kondom lateks dan poli uretan merupakan
kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan mengerangi
resiko penyakit menular seksual. Satu-satunya alasan kegagalan
kontrasepsi adalah defek pada kondom itu sendiri. Defek yang
dimaksud antara lain kelemahan bahan, yang dapat menyebabkan
kondom robek akibat dorongan ejakulasi atau ada lubang yang sangat
kecil, yang membuat kondom tidak efektif. Walaupun penggunaan
kondom telah di gunakan secara luas, beberapa pasangan masih
memiliki perasan negative terhadap kondom. Beberapa pasangan
merasa kondom membuat sensasi terasa tumpul, beberapa yang lain
merasa bahwa kondom menciptakan penghalang diantara mereka saat

mereka menginginkan persaan utuh yang diperoleh selama hubungan
seksualnya.
b. Kondom wanita
Kondom terbuat dari lapisan polyiretane tipis dengan cincin
dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup,
yang dimasukkan ke dalam vaginadan cincin kaku yang lebih besar
pada ujung terbuka di bagian depan yang tetap berada diluar vagina
dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya memiliki 1 ukuran dan
tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayan kesehatan professional.
Kondom tersebut harus di lumasi terlebih dahulu dan tersedia
sekaligus dengan pelumas tambahan atau sediaan spermisida dapat
digunakan bersama dengan kondom tersebut. Kondom untuk wanita
tidak hanya mencegah kehamilan tetepi juga merupakan alat yang
efektif melawan HIV, gonorea, klamidia dan trikomoniasis bila
digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan dengan kondom untuk
pria, kondom ini memungkinkan resiko yang lebih kecil terhadap PMS
yang ditularkan lewat kulit, seperti human papiloma virus ( HPV / kutil
genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid, karena
alat kontrasepsi tersebut menutupi

sebagian besar area, yang

sepadan dan menjadi penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal
penis.
a) Definisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau bahan
alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk
silindris, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Beberapa
bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan
efektifitasnya (misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai
aksesoris

aktifitas

seksual.

Kondom

menghalangi

masuknya

spermatozoa kedalam taktus genetalia interna vagina. Modifikasi
tersebut dilakukan dalam hal : bentuk, warna, pelumas, bahan.
Kondom adalah suatu karet tipis, berwarna atau tidak berwarna,
dipakai untuk menutupi zakar yang tegang sebelum dimasukan ke
dalam vagina sehingga mani tertampung didalamnya dan tidak masuk

vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Kondom
yang menutupi zakar yang berguna untuk mencegah penularan
penyakit menular (BKKBN.2008).
b) Cara Pemakaian Kondom
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya
berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi
mani yang akan dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan
lalu dipasang pada waktu zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar,
mani tertampung diujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar,
jagalah jangan sampai ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom
pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah sekali
pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008)
c) Cara Kerja
 Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah
kedalam saluran reproduksi perempuan.
 Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV /
AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vilin)
d) Indikasi Pemakaian Kondom
 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung
spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan
laboratorium.
 Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
 Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang
diminum.
 Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36
jam.
 Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu
diagnosis yang pasti.
 Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
 Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia
atau yang dipakai.
 Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.
e) Kontraindikasi
1. Absolut
 Pria dengan ereksi yang tidak baik.
 Riwayat syok septik.

 Tidak bertannggung jawab secara seksual.
 Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
 Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
 Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.
f) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap
kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian
kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12
kehamilan per 100 perempuan pertahun.
g) Keterbatasan
 Efektifitas tidak terlalu tinggi
 Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
 Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk




mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam

hal limbah
h) Keuntungan
 Mencegah kehamilan
 Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan

i)

seksual (PMS)
 Dapat diandalkan, Relatif murah
 Sederhana, ringan dan disposible
 Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up
 Reversible
 Pria ikut serta aktif dalam program KB
Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya
1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet
kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat
pemakaian tergesa-gesa / kurangnya pelicin.
 Pengobatan :
a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan
cara lain
b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk
memakai kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan
kondom jangan terburu-buru
2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita
merasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama

dibiarkan kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk.
Akibat air mani yang membahu karena adanya benda asing
didalamnya dan terjadi infeksi
 Penganggulangan dan pengobatan :
a. Keluarkan kondom dari liang senggama

wanita

dan

bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila
terdapat infeksi beri antibiotik
3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
 Penanganan:
a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida
digabung kondom
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat
berhubungan
 Penanganan :
a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian
Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol atau
mikroginon)
4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
 Penanganan :
a. Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir biarpun dengan
kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain
(Prawirohardjo, Sarwono.2008)
2. Diafragma
a) Definisi
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan
sel telur. Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet lateks yang
lebih tebal dari pada kondom dan memiliki pegas logam fleksibel pada
bingkai diagfragma pegas tersebut memungkinkan penekanan ketika
diagfragma dimasukan sehingga diafragma dapat kembali kebentuk
seperti semula dan mengikuti bentuk dalam jaringan vagina ketika
ditempatkan didalam. Ketika berada dalam posisi yang benar ,dengan
sisi kubah berada dibawah dan bingkai diagfragma menempel ketat
pada dinding vagina anterior dan lateral, diagfragma secara
keseluruhan dapat menutupi

serviks. Penghalang tersebut bila

dikombinasikan dengan jelly atau dengan krim spermisida yang dioles
mengelilingi bingkai diagfragma dan didalam kuba, dapat menolak
sperma masuk kelubang serviks sehingga sperma tidak bertemu sel
telur. Diafragma juga memberi perlindungan terhadap PMS, seperti

klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia serviks dan
penyakit radang panggul. Diafragma tidak dapat melindungi wanita
dari HIV . Saat ini ada 4 jenis Diafragma yang berbeda konstruksi
pegas logam pada bingkainya serta lebar bingkai diafragma:
 Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis


baja stainless yang sangat ringan.
Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan



melingkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi



pegas datar dan pegas kumparan .
Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan
ataupun pegas lengkung.

b) Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada beberapa keadaan
berikut :
 Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau





ketiga)
Sistokel (derajat dua atau tiga)
Antervensi atau retroversi uterus yang berat
Fistula vesikovagina atau rektro vagina
Alergi terhadap karet diagfragma atau

terhadap

sediaan

spermisida yang terdapat didalam diagfragma.
3. Cervical Cap
Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk bundar
kerucut, dengan cincin tebal yang sesuai dengan bentuk serviks ,
sehingga dapat melekat erat pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam
forniks serviko vaginal. Pada prinsipnya,

cervical cap tidak seperti

diafragma yang menciptakan penghalang terhadap sperma dengan cara
menutupi serviks dan juga menampung spermisida untuk mencegah
kehamilan. Cara tersebut dapat mengurangi risiko penyakit menular
seksual , tetapi tidak dapat melindungi terhadap HIV. Sejumlah
kontraindikasi yang berkaitan dengan penggunaan cervical cap adalah
sebagai berikut :
a)

Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal

b)

Adanya keganasan uterus atau serviks

c)

Riwayat sindrom syok toksis

d)

Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini

e)

Alergi terhadap lateks dan spermisida.

4. Pelindung Lea

a) Definisi
Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet silikon
dengan diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran. Apabila
wanita ingin menggunakannya , tidak diperlukan pengepasan. Apabila
digunakan bersama spermisida, angka keberhasilannya jauh melebihi
metode kontrapsesi lain.

5. FemCap
Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon nonalergi . Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang
luas (seperti topi pelaut) yang menciptakan alur diantara kubah dan
topi tersebut. Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil,
tetapi kesulitan untuk melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini
memiliki tali pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan mencabut
FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah
dan risiko kehamilan pun lebih besar.
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD
a). Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah
digunakan

selama

periode

tertentu.

IUD

merupakan panjang.

dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam
terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga. Cara kerja Yaitu
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubba fallopi
dan mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri.
b). Indikasi

Usia reproduksi (25 – 49 tahun).

Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)

Tidak menghendaki metode hormonal.
c). Kontraindikasi

Sedang hamil atau kemungkinan hamil

Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat


di evaluasi).
Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis servisitif).



Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim.

d). Efek samping


Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada



masa menstruasi.
Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama 2 hari

pemasangan.
 Kram atau nyeri selama menstruasi.
 Keputihan.
2.4 KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Baziad 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi
(Manuaba, 2010).
2.4.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap

kelenjar

hipofisis

melalui

hipotalamus sehingga

terjadi

hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010). Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk
membantu

pengaturan

hormon

realising

factors of

hipotalamus,

membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium
dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja
secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari
endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan
hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual,
retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau
keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa
perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran
air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam
perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping
demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan
kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor
dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan
hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan
hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika
dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan,
acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus
(keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan
pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi,
disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans
(Wiknjosastro,

2007).

Komponen

estrogen

menyebabkan

mudah

tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan
serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne
(jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan
sering kram (Manuaba, 2010).
2.4.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
a. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon

ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi,

tetapi

juga

menimbulkan

gejala-gejala

pseudo

pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,599,9% dan 97% (Handayani, 2010).
c.

Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam
dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,


jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon



bervariasi.
Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan
tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis

d.

hormon bervariasi setiap hari.
Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
 Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a)
Tidak mengganggu hubungan seksual
b)
Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c)
Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d)
Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e)
Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
g)

dihentikan
Membantu

mencegah:

kehamilan

ektopik,

kanker

ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
 Amenorhea
























Perdarahan haid yang berat
Perdarahan diantara siklus haid
Depresi
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah
Perubahan libido
Hipertensi
Jerawat
Nyeri tekan payudara
Pusing
Sakit kepala
Kesemutan dan baal bilateral ringan
Mencetuskan moniliasis
Pelumasan yang tidak mencukupi
Perubahan lemak
Disminorea
Kerusakan toleransi glukosa
Hipertrofi atau ekropi serviks
Perubahan visual
Infeksi pernafasan
Peningkatan episode sistitis
Perubahan fibroid uterus.

2. Kontrasepsi Suntik
a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2
per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
b. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara
di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Mencegah ovulasi

b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
d. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan
seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,
tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih
35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
e. Keterbatasan
Adapun keterbatasan

dari

kontrasepsi

Suntik

menurut

Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan
3. Kontrasepsi Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.






Nyaman
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan

bercak, dan amenorea
 Aman dipakai pada masa laktasi.
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6
mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kirakira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

 Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75
mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Lendir serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi.
d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan kejadian endometriosis.
e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa

perdarahan

bercak

(spooting),

hipermenorea

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.

atau

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI
1.

PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.

B. Wawancara
1.

Jumlah anak yang direncanakan

2.

Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan

lain-lain ?
3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
4.

Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan,

nyeri saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
5.

Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya

/kultur, kebiasaan merokok
6.

Harapan pada jenis kelamin anak tertentu

7.

Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan

siklus haid seperti amenore, spotting, metroragia,
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak
dari anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b.

Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari
hormonal, Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi
karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.

c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek
hormonal).
d.

Kardiovaskuler : Palpitasi.

e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f.

Payudara : hyperpigmentasi

g.

Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)

h.

Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam,
varises, ukuran uterus yang mengalami kelainan

i.

Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi
post pemasangan implant pada tangan atas.

D. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka
diperiksa:
a.

Hb, biasanya < 10gr/dl

b.

Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)

c.

Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)

4.

Pemeriksaan Psikososial

a.

Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan

b.

Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi

c.

Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi

d.

Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan,
pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1

KESIMPULAN
Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau
pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur
interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan
umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB biasanya
digunakan

alat

/mengendalikan

kontrasepsi
pertumbuhan

yang

digunakan

penduduk

untuk

khususnya

di

mengatur
Indonesia.

Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB
ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan
menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat,
keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang
timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi
dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian
yang benar, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga
kesehatan.
4.2

SARAN
1.

Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya
mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai
dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.

2.

Bagi tenaga kesehatan
a.

Sebagai

tenaga

kesehatan

hendakna

meningkatkan

keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk
melakukan infomconsent pada klien.

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP
http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal
28 agustus 2016
Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi
Kontraepsi. Jakarta : YBPSP
Sarwono Prawiro hardjo. 2008.
Kontrasepsi.Jakarta: YBPSP

Buku

panduan

Praktis

Pelayanan

Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN
Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
Jakarta : yayasan bina pustaka
Prawihardjo, Sarwono. 1999. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga.
Jakarta : yayasan bina pustaka
Prawihardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam.
Jakarta : yayasan bina pustaka