Laporan Praktikum Perancangan Sistem Ker

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran waktu kerja (Time Study) dikemukan oleh F.W. Taylor. Taylor melakukan penelitian terhadap rendahnya produktivitas pekerja -pekeja di tempatnya bekerja. Dia melihat para pekerja menghasilkan produk di bawah hasil sebenarnya yang mungkin dicapai. Anggapannya bahwa penyebab hal tersebut adalah pengukuran jam henti yang tidak baik. F.W. Taylor juga mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu lamanya waktu bekerja, lamanya waktu istirahat dan frekuensi istirahatnya. Dalam melakukan penelitiannya dia menggunakan pengukuran jam henti (Stopwatch Time Study).

Stopwatch Time Study merupakan studi gerakan-gerakan yang digunakan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Bagaimana pekerja dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan efektif dan efisien sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk mengetahui apakah pekerjaan dari pekerja tersebut berlangsung secara efektif atau tidak, maka diperlukan suatu metode untuk mengamati pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut.

Gerakan-gerakan yang ada dalam setiap pekerjaan haruslah sesuai dengan prinsip- prinsip ekonomi gerakan yang ada agar selain bisa menghasilkan hasil yang maksimal adalah memberi kenyamanan bagi pekerja tersebut. Adapun tujuan pokok dari studi gerakan dan waktu kerja ini adalah untuk memperoleh metode kerja yang lebih baik dan sederhana (memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan cara menghilangkan gerakan- gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan-gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal) dan mengukur dan menetapkan waktu baku untuk penyelesaian pekerjaan tersebut.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

1.2 Tujuan Penulisan

Dari praktikum ini diharapkan para praktikan:

1. Dapat memahami dan menerapkan studi gerakan kerja menggunkan Stopwatch Time Study

2. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus secara langsung dari suatu pekerjaan dengan menggunakan jam henti ( stop watch ) dan perhitunngan waktu baku.

3. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus, waktu normal, waktu baku dari suatu pekerjaan.

4. Dapat menganalisis metode terbaik dari prinsip ekonomi gerakan dan studi gerakan.

5. Dapat membandingkan pengaruh metode trhadap efisien geraka kerja dalam upaya perbaikan cara kerja.

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah pada praktikum Stopwatch Time Study adalah dibatasi pada pekerjaan dan elemen pekerjaan merakit piala yang terdiri dari 5 part. Percobaan terdiri dari 4 buah metode dengan masing-masing metode terdapat 2 variabel yang berubah, dan setiap metode terdiri dari max 30 kali percobaan.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan praktikum Modul 3 tentang Stopwatch Time Study adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan praktikum, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang dasar teori yang mendukung pemahaman tentang Stopwatch Time Study.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Berisi tentang pengumpulan data yang terdiri atas deskripsi gerakan, part list benda, tabel rekap rwaktu operasi tiap metode, pengolahan data yang berisi uji kecukupan data, waktu normal, waktu baku, perhitungan allowance, dan output standart.

BAB IV ANALISIS

Berisi tentang analisis dari metode yang digunakan, perbandingan tiap metode berdasarkan waktu siklus, penentuan performance rating dan allowance, waktu normal, waktu baku, dan metode terbaik.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan oleh operator terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik. Pengukuran kerja dapat diartikan sebagai teknik untuk menyeimbangkan kegiatan manusia yang dilakukan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu pengukuran waktu kerja secara langsung dan pengukuran waktu kerja secara tidak langsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung adalah sebuah kegiatan pengamatan dimana data yang diperoleh secara langsung dari suatu tempat yang diamati. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung adalah sebuah kegiatan pengamatan dengan tidak melakukan perhitungan secara langsung dan mengamati langsung tempat kerjanya melainkan hanya membaca tabel waktu yang ada dan mengerti jalannya pekerjaan melalui elem-elemen gerakan.

( Wignjosoebroto, Sritomo 2003 )

2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja Langsung

Pengukuran waktu kerja secara langsung adalah sebuah kegiatan pengamatan dimana data yang diperoleh secara langsung dari suatu tempat yang diamati. Dalam pengukuran waktu kerja langsung terdapat dua cara, yaitu dengan teknik sampling kerja atau memakai jam henti ( Stop watch ).

2.1.1.1 Pengukuran Waktu dengan Jam Henti ( Stop Watch Time Study )

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti merupakan suatu metode yang dapat optimal jika diaplikasikan pada pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repititive) . Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

1. Penetapan tujuan pengukuran yaitu menetapkan maksud dan tujuan kepada operator tersebut.

2. Melakukan penelitian pendahuluan

3. Memilih operator merupakan kegiatan untuk memilih jenis pekerjaan yang akan diukur dan siapa operator yang bersangkutan yang akan diukur.

4. Melatih operator (kondisi atau cara kerja yang tidak biasa)

5. Mengurangi pekerjaan atas elemen pekerjaan

6. Menyiapkan alat-alat pengukuran yang diperlukan

7. Mengamati waktu kerja operator

8. Menentukan siklus kerja yang akan diamati dengan penentuan tingkat ketelitian dan keyakinan

9. Menentukan Penyesuaian dan kelonggaran operator rate performance ini ditetapkan untuk semua elemen kerja yang ada.

10. Menghitung waktu baku ( Wignjosoebroto 2000 )

2.1.1.2 Sampling Pekerjaan ( Work Sampling )

Sampling kerja adalah metode yang digunakan untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari operator. Ratio delay study atau random observation method , penggunaannya di dalam sampling kerja pengamatan terhadap suatu objek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh, dapat dilaksanakan dengan pengambilan sampel secara acak. Banyaknya pengamatan dalam kegiatan sampling dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan. Aplikasi work sampling adalah penetapan waktu baku, penetapan waktu tunggu, dan disiplin kerja.

( Sritomo, 1989 )

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

2.1.2 Pengukuran Waktu Kerja Tidak Langsung

Pengukuran waktu kerja tidak langsung merupakan suatu kegiatan pengamatan dengan tidak melakukan perhitungan secara langsung dan mengamati langsung tempat kerjanya melainkan hanya membaca tabel waktu yang ada dan mengerti jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan. Pengukuran waktu kerja tidak langsung meliputi tentang metode standar data / formula, metode analisa regresi, predetermined motion time system .

2.1.2.1 Pengukuran Kerja dengan Metode Standar Data Formula

Pengukuran waktu kerja dengan metode standard data formula merupakan pengukuran kerja sering dilakukan hanya untuk satu jenis operasi atau suatu pekerjaan tertentu saja, sehingga tidak akan dapat dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Metode ini dikhususkan untuk diaplikasikan pada elemen kegiatan konstan seperti set-up, loading/unloading, handling machine , dan sebagainya. Kelebihan metode ini adalah dapat mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan serta dapat mengurangi aktivitas pengukuran kerja tertentu.

2.1.2.2 Pengukuran Kerja dengan Metode Analisa Regresi

Pengukuran Kerja dengan Metode Analisa Regresi adalah metode analisa regresi berguna untuk menyederhanakan pengukuran waktu dengan metode standar data yang dibutuhkan apabila elemen kerja yang diukur tidak berupa variabel tertentu. Kasus-kasus yang sering terjadi dimana elemen kerja tidak berupa variabel-variabel yang sama dengan yang telah didefinisikan dalam formula.

2.1.2.3 Penetapan Waktu Baku dengan Data Waktu Gerakan

Penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan merupakan suatu sistem gerak yang telah dikerjakan yang terdiri dari suatu kumpulan data waktu dan prosedur sistematik dengan menganalisa dan membagi-bagi setiap operasi kerja(manual) yang dilaksanakan oleh operator ke dalam gerakan-gerakan kerja, gerakan-gerakan anggota tubuh (body movements) ataupun elemen-elemen gerakan manual lainnya dan kemudian menetapkan

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

( Sritomo, 1989 )

2.2 Gerakan Fundamental (Therblig’s)

Gerakan fundamental atau Therblig’s adalah suatu gambar yang menunjukan simbol-simbol yang ditujukan untuk keadaan operator pada saat melakukan pekerjaannya. Sebagian besar dari elemen-elemen dasar Therblig ’s merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan sedang dilaksanakan, dimana lebih sering bersifat manual. Terdapat gerakan- gerakan dasar kerja kedalam 17 gerakan dasar therblig’s. Berikut ini masing-masing therbilig;s tersebut di definisikan sebagai:

Gambar 2.1 Gerakan Fundamental

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Elemen Therblig’s diklasifikasikan menjadi efektif dan inefektif:  Effective Therblig  Physical Basic Divisions  Menjangkau (reach)  Membawa (move)  Melepas (release)  Memegang (grasp)  Mengarahkan awal (Pre-position)

 Objective Basic Divisions  Memakai (use)  Merakit (Assamble)  Melepas rakitan (diassemble)

 Ineffective Therblig  Mental atau Semi Mental Basic Divisions  Mencari (search)  Memilih (select)  Mengarahkan (position)  Memeriksa (inspect)  Merencakan (plan)

 Delay  Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay)  Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay)  Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatigue)  Memegang untuk memakai (hold)

Secara garis besar masing-masing Therbligh tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:  Mencari (search) Gerakan elemen pekerja untuk menentukan lokasi suatu objek

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

 Memilih (select) Gerakan kerja untuk menemukan suatu objek diantara dua atau lebih obbjek yang

sama lainnya.  Memegang (Grasp)

Elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja.

 Menjangkau / Membawa tanpa beban (Transport Empty) Gerakan kerja tang yang menggambarkan berpindah posisi tanpa beban atau

hambatan  Membawa dengan beban (Transport Loaded)

Gerakan perpindahan tangan dengan tangan bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek).

 Memegang untuk memakai (Hold) Gerakan yang tangan memegang objeknya tetapi tangan tidak bergerak

 Melepas (release load) Gerakan melepas yang terjadi pada tangan operator melepaskan kembali terhadap obyek yang dipegang sebelumnya.

 Mengarahkan (Position) Gerakan yang terdiri dari menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat

 Mengarahkan awal (Pre-Position) Elemen kerja yang mengarahkan obyek pada suatu tempat sementara sehingga pada

saat kerja mengarahkan obyek benar-benar dilakukan maka obyek tersebut degan mudah akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang diinginkan

 Memeriksa (Inspection) Elemen yang langka yaitu untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi syarat

kualitas yang ditetapkan  Merakit (assemble)

Elemen garakan untuk menghubungkan antara dua obyek atau lebih menjadi satu kesatuan

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

 Mengurai rakit (Dissembly) Elemen gerak yang berupa kebalikan dari merakit (assemble)

 Memakai (use) Elemen gerakan yang salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai suatu

alat atau obyek untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung.  Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable Delay)

Kondisi keterlambatan kerja yang diakibatkan dnegan faktor diluar control dari operator dan merupakan interupsi terhadap proses kerja yang sedang berlangsung

 Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) Setiap waktu menganggur yang terjadi pada siklus kerja yang berlangsunb

merupakan tanggung jawab operator baik secara sengaja maupun tidak disengaja.  Merencanakan (plan)

Proses dimana operator berhenti sejenak bekerja dan memikir untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dikerjakan selanjutnya

 Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatique) Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja tetapi berlangsung secara periodik. (Wignjosoebroto, 1995)

2.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Ekonomi gerakan merupakan prinsip yang digunakan pada badan pekerja saat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dapat diatur dengan prinsip ekonomi gerakan dan menjadikan gerakan-gerakan yang ekonomis. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut adalah sebagai berikut:

 Eleminasi Kegiatan

1. Eleminasi semua kegiatan yang memungkinkan, langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan, tangan).

2. Eliminasi kegiatan yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan. Tempatkan

3. Eliminasi pada penggunaan tangan Program Studi Teknik Industri

Universitas Diponegoro

4. Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak sebharusnya

5. Eliminasi waktu menganggur atau idle time  Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja

1. Mengamati gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek dan terputus-putus.

2. Kombinasikan beberapa aktifitas yang mampu ditangani oleh peralatan kerja yang membuat desain yg multi purpose

3. Sebaiknya distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja diantara kedua tangan.

 Penyederhanaan Kegiatan

1. Mengurangi kegiatan pada kegiatan mencari-cari objek

2. Menempatkan benda kerja pada jangkauan tangan yang normal

3. Melakukan kegiatan dengan prinsip kebutuhan energi otot yang digunakan minimal.

Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakannya:

1. Tangan kanan dan tangan kiri tidak menganggur pada saat bekerja, kecuali pada saat istirahat

2. Tangan kanan dan tangan kiri saat memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama di saat bekerja

3. Gerakan kedua tangan harus bersifat simetris

4. Kurangi gerakan patah-patah, sebab akan terjadi kelambatan pada saat bekerja

5. Sebelumnya harus mempersiapkan rancangan kerja yang mudah Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat

kerja:

1. Bahan dan alat ditempatkan pada tempat yang tidak berpindah-pindah

2. Bahan dan alat ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang

digunakan:

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

1. Sebisa mungkin untuk menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai pekerjaan sekaligus

2. Kurangi aktivitas pekerjaan yang bersifat manual (Wignjosoebroto, 2003)

2.4 Melakukan Pengukuran Waktu

2.4.1 Waktu siklus

Waktu siklus merupakan waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku hingga proses di tempat kerja sehingga menghasilkan produk yang merupakan jumlah dari tiap elemen kerja. Waktu yang diperlukan untuk melakukan elemen-elemen kerja pada dasarnya akan sangat berbeda dari suatu siklus ke siklus kerja yang lainnya, walaupun tenaga kerja berkerja pada kecepatan normal dan uniform . Waktu siklus dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

X= ………………………………….(2.1)

Dimana:

X = Waktu Siklus

= Waktu Pengamatan n = Jumlah pengamatan yang akan dilakukan

(Sritomo,1989)

2.4.2 Performance Rating dengan Metode Westing House dan Waktu Normal

 Westing House Perfomance rating menurut Westing House mencakup antara lain kecakapan

( skill) dan usaha ( effort) yang dinyatakan oleh Bedeaux sebagai faktor yang mempengaruhi perfomansi manusia, lalu Westing House menambahkan faktor kondisi kerja (working condition ) dan konsistensi ( concistency) dari operator dalam melakukan kerja. Untuk mendukung ini Westing House membuat suatu tabel performance rating yang berisi nilai berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing- masing faktor tersebut.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Tabel 2.1 Perfomance Rating Sistem Westing House

A1 Superskill +0,13

A1 Superskill

B1 Excellent +0,08

B1 Excellent

C1 Good

C1 Good

D Average -0,05

D Average

E1 Fair

E1 Fair

E2

E2 -0,08

F1 Poor

F1 Poor

F2

F2 -0,17

A Ideal

A Ideal

B Excellent +0,02

B Excellent

C Good

C Good

D Average -0,03

D Average

E Fair

E Fair

F Poor

F Poor

(Sritomo Wignjosoebroto, 2003)  Waktu Normal

Waktu Normal merupakan waktu yang diperlukan oleh pekerja / operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam keadaan wajar dengan kemampuan rata-rata. Waktu Normal dapat dirumuskan sebagai berikut:

WN = Waktu Pengamatan

(Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

2.4.3 Allowance Allowance adalah waktu yang diberikan kepada operator yang berguna untuk

memberikan waktu kelonggaran pada saat bekerja. Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan mempengaruhi proses produksi ini dapat diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatigue allowance, dan delay allowance

a. Personal Allowance Pada dasarnya setiap pekerja/operator memiliki hak untuk mendapatkan kelonggaran waktu untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat pribadi.Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditetapkan dengan jalan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Untuk waktu kerja 8 jam sehari tanpa jam istirahat yang resmi, maka personal allowance -nya adalah 2-5% (10-24 menit) setiap harinya

b. Fatigue Allowance Merupakan kelonggaran waktu untuk pekerja/operator untuk melepaskan rasa lelah.Kelelahan fisik manusia pada umumunya disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah pekerjaan yang membutuhkan pikiran yang banyak yang dapat mengakibatkan lelah mental.Umumnya perusahaan memberikan satu kali periode istirahat pada pagi hari dan pada siang hari menjelang sore hari yang berkisar antara 5-15 menit.

c. Delay Allowance Delay atau keterlambatan biasa disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindarkan maupun yang dapat dihindarkan ( avoidable dan unavoidable delay ). Avoidable delay biasanya disebabkan oleh mesin, operator, maupun hal-hal lain yang di luar control.Sedangkan unavoidable delay seharusnya dapat dieleminir agar tidak mengganggu jalannya lini produksi.

(Wignjosoebroto, 2003)

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

2.4.4 Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal pada umumnya dalam menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam system kerja terbaik saat itu dengan mempertimbangkan allowance

(Sritomo, 1989)

2.4.5 Output Standart

Waktu atau output standart dihasilkan oleh pengukuran waktu kerja. Output standart tersebut kemudian akan bermanfaat untuk: - Man Power Planning - Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja - Penjadwalan produksi dan penganggaran - Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi - Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja

Waktu standar secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan ko ndisi yang harus diselesaikan.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data

3.1.1 Deskripsi Gerakan

a. Metode 1

Tabel 3.1 Deskripsi Gerakan Metode 1

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan langkah pertama

Pn yang akan diambil

Mencari letak kepala dan badan 1 pada

SH

layout.

Memasang badan 1 pada kepala Menjangkau kepala

dan badan 1 piala RE supaya bisa diambil. Memegang bagian

kepala piala. Membawa badan 1 untuk disassembly

M pada kepala piala.

Mengarahkan badan

1 ke sumbu kepala P

piala Merakit dan

memasang badan 1

A pada. kepala piala

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.1 Deskripsi Gerakan Metode 1

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan langkah selanjutnya

Pn Memasang badan 2 pada kepala assembly

yang akan diambil. Menjangkau badan 2

RE

pada layout. Memegang badan 2

2 pada layout agar bisa

dibawa. Melepas kepala assembly untuk

RL diletakkan pada

tempat assembly. Merencanakan langkah yang akan

Pn diambil selanjutnya.

Menjangkau alas dan RE tumpuan pada layout

Memasang alas pada tumpuan Memegang alas dan tumpuan agar bisa

H dibawa ke tempat

assembly

3 Membawa alas dan

tumpuan piala M menuju tempat

assembly. Mengarahkan alas

P pada tumpuan

Merakit dan memasang alas ke

A tumpuan piala.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.1 Deskripsi Gerakan Metode 1

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan langkah yang akan

Pn diambil selanjutnya. Menjangkau kepala assembly yang telah

RE diletakkan di tempat Memasang tumpuan assembly pada kepala

assembly. assembly

Memegang kepala assembly dan

H tumpuan assembly.

Mengarahkan tumpuan assembly

P ke kepala assembly Merakit tumpuan

assembly dan kepala

A assembly menjadi

piala yang utuh. Melepas piala yang

telah diassembly ke RL tempat assembly.

b. Metode 2

Tabel 3.2 Deskripsi Gerakan Metode 2

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan

Memasang alas pada tumpuan langkah pertama yang

Pn

akan diambil. Menjangkau alas dan

RE tumpuan pada layout.

1 Memegang alas dan tumpuan agar bisa

dibawa. Membawa alas dan

M tumpuan dari layout.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.2 Deskripsi Gerakan Metode 2

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Mengarahkan alas pada tumpuan agar

P bisa diassembly. Melepas tumpuan assembly ke tempat

RL

assembly. Merencanakan langkah selanjutnya

Pn yang akan diambil Mencari letak kepala dan badan 1 pada

SH

layout.

Memasang badan 1 pada kepala Menjangkau kepala dan badan 1 piala

RE supaya bisa diambil. Memegang bagian

kepala piala. Membawa badan 1

untuk disassembly M pada kepala piala.

Mengarahkan badan

1 ke sumbu kepala P

piala Merakit dan memasang badan 1

A pada. kepala piala

Memasang badan 2 pada kepala assembly Merencanakan langkah selanjutnya

Pn yang akan diambil. Menjangkau badan 2

RE

pada layout. Memegang badan 2 pada layout agar bisa

dibawa.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.2 Deskripsi Gerakan Metode 2

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Membawa badan 2 dari layout menuju

M tempat assembly. Mengarahkan badan

2 pada kepala P assembly agar bisa

dirakit. Merakit dan memasang badan 2

A pada sumbu kepala

assembly. Merencanakan langkah yang akan

Pn diambil selanjutnya. Menjangkau kepala assembly yang telah

RE Memasang tumpuan assembly pada kepala

diletakkan di tempat

assembly

assembly. Memegang kepala assembly dan

H tumpuan assembly.

4 Mengarahkan

tumpuan assembly ke P kepala assembly

Merakit tumpuan assembly dan kepala

A assembly menjadi

piala yang utuh. Melepas piala yang

telah diassembly ke RL tempat assembly.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Tabel 3.3 Deskripsi Gerakan Metode 3

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan langkah pertama yang

Pn

akan diambil Mencari letak kepala dan badan 1 pada

SH

layout. Menjangkau kepala

Memasang badan 1 pada kepala piala dan badan 1 piala RE supaya bisa diambil. Memegang bagian

kepala piala. Membawa badan 1 untuk disassembly

M pada kepala piala. Mengarahkan badan

1 ke sumbu kepala P

piala Melepas dan

meletakkan kepala RL assembly ke tempat

assembly. Merencanakan langkah selanjutnya

Pn Memasang alas pada tumpuan

yang akan diambil. Menjangkau alas dan

RE tumpuan pada layout.

Memegang alas dan tumpuan agar bisa

H dibawa ke tempat

assembly. Membawa alas dan tumpuan menuju

M tempat assembly

Mengarahkan alas P pada tumpuan

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.3 Deskripsi Gerakan Metode 3

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol

Merakitdan memasang alas pada

tumpuan Melepaskan tumpuan assembly ke tempat

RL assembly untuk

sementara. Merencanakan

langkah selanjutnya Pn yang akan diambil. Menjangkaubadan 2

RE Memasang badan 2 pada kepala assembly

pada layout Memegang badan 2

H dan kepala assembly

Membawa badan 2

3 menuju tempat

assembly. Mengarahkan badan

2 pada kepala

assembly. Merakit dan

emmasang badan 2

A ke kepala assembly. Merencanakan langkah selanjutnya

Pn yang akan diambil. Memasang kepala assembly pada tumpuan

Memegang tumpuan

assembly

assembly dan kepala

assembly. Membawa tumpuan assembly yang telah

4 diletakkan di tempat assembly. Mengarahkan tumpuan assembly ke

P kepala assembly. Merakit dan memasang tumpuan

A assembly ke kepala

assembly.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.3 Deskripsi Gerakan Metode 3

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol

Melepas dan meletakkan piala

RL yang telah jadi di

tempat assembly.

d. Metode 4

Tabel 3.4 Deskripsi Gerakan Metode 4

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan langkah pertama

Pn yang akan

diambil. Menjangkau alas dan tumpuan

RE pada layout.

Memegang alas dan tumpuan

H agar bisa dibawa.

Membawa alas dan tumpuan dari

layout. Mengarahkan

alas pada

P tumpuan agar

Memasang alas pada tumpuan bisa diassembly. Merakit dan memasang alas

A pada tumpuan. Melepas tumpuan

RL assembly ke

tempat assembly.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.4 Deskripsi Gerakan Metode 4

No

Langkah Kerja

Elemen Therblig Simbol Merencanakan langkah

Pn selanjutnya yang

akan diambil. Memasang badan 1 pada kepala Menjangkau

badan 1 pada RE

layout. Memegang

badan 1 agar bisa

dibawa. Membawa badan

1 menuju tempat M assembly Mengarahkan

badan1 pada P kepala piala. Merakit badan 1

A dan kepala piala.

Merencanakan langkah

Pn selajutnya yang

akan diambil. Menjangkau badan 2 pada

RE Memasang badan 2 pada kepala assembly

layout. Memegang badan 2 agar bisa

dibawa. Membawa badan

2 menuju tempat M assembly.

Mengarahkan badan 2 ke

P kepala assembly. Merakit badan 2 dan keapala

A assembly.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.4 Deskripsi Gerakan Metode 4

No

Elemen Therblig Simbol Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly Merencanakan

Langkah Kerja

langkah

Pn selajutnya yang

akan diambil. Memegang

tumpuan assembly yang

H diletakkan di tempat assembly. Membawa tumpuan

M assembly menuju

4 kepala assembly.

Mengarahkan tumpuan

P assembly pada

kepala assembly Merakit tumpuan

assembly dan

A kepala assembly. Melepas dan meletakkan piala

RL yang telah jadi di

tempat assembly.

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

3.1.2 Part List Benda

Tabel 3.5 Part List Benda

No Nama Part

Gambar

Jumlah

1 Kepala Piala

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lanjutan Tabel 3.5 Part List Benda

No Nama Part

3.1.3 Rekap Data Waktu Operasi tiap Metode

 Metode 1 Kombinasi

: jarak, langkah, layout

Penjelasan Metode :

15 cm

15 cm

20 cm

Langkah :

1. Memasang badan 1 pada kepala

2. Memasang badan 2 pada kepala assembly

3. Memasang alas pada tumpuan

4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Rekap Selisih Data : No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Memasang badan 1

Langkah

1 4.1 3.33 3.56 3.86 4.15 3.74 3.23 3.51 5.39 3.48 4.21 3.88 4.46 3.11 3.59 pada kepala

Memasang badan 2

2 3.01 2.73 7.11 5.66 5.78 6.44 5.78 6.74 6.78 5.88 4.61 5.83 5.31 6.04 5.2 pada kepala assembly

Memasang alas pada

3 5.85 3.06 2.96 3.28 2.84 3.1 3.05 3.21 3.38 2.71 2.86 2.96 2.71 3.23 3.01 tumpuan

Memasang tumpuan

4 assembly pada kepala

3.88 6.31 5.78 7.24 6.05 6.66 5.98 5.94 6.31 5.56 6.3 5.76 5.11 6.21 5.69 assembly

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅ Memasang badan 1

No Langkah

1 3.73 3.06 3.58 3.48 4.68 3.63 3.96 4.25 5.79 4.85 4.38 3.74 3.76 3.74 4.18 3.95 pada kepala

Memasang badan 2

2 4.44 5.03 4.99 4.16 5.68 4.08 5.33 4.89 4.83 4.69 5.11 5.95 4.53 4.81 4.63 5.20 pada kepala assembly

Memasang alas pada

3 3.73 3.24 3.03 3.2 3.36 3.03 2.91 2.94 3.43 2.88 2.98 2.96 2.61 2.85 3.28 3.16 tumpuan

Memasang tumpuan

4 assembly pada kepala 5.8 4.73 6.68 5.41 5.98 6.68 6.66 5.58 5.85 5.25 4.89 5.29 4.86 6.83 5.73 5.83 assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

 Metode 2 Kombinasi

: jarak, langkah, layout

Penjelasan Metode :

1 25 cm

10 cm

Langkah :

1. Memasang alas pada tumpuan

2. Memasang badan 1 pada kepala

3. Memasang badan 2 pada kepala assembly

4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

Rekap Selisih Data : No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Memasang alas

Langkah

1 3,66 4,2 3,49 3,41 4,11 4,23 4,18 4,46 4,28 4,89 4,81 4,81 4,2 3,83 4,95 pada tumpuan

Memasang badan 1

2 5,08 6,25 5,09 4,48 4,73 4,95 4,78 4,19 4,68 4,68 5,39 5,46 4,83 5,2 5,91 pada kepala

Memasang badan 2

3 pada kepala 2,9 2,36 2,2 2,71 2,51 2,84 2,76 2,23 2,56 2,81 2,63 2,61 2,66 2,85 2,48 assembly Memasang tumpuan

4 assembly pada

3,6 4,26 3,18 3,33 3,34 3,36 kepala assembly

No Langkah

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅ Memasang alas

1 4,14 5,08 4,08 3,9 4,21 3,86 4,88 4,59 4,04 3,59 4,13 3,95 4,33 4,88 4,24 4.25 pada tumpuan

Memasang badan 1

5 4,79 4,64 5,1 5,09 4,58 5,01 4,98 5,18 4,73 6,61 5.02 pada kepala

Memasang badan 2

3 pada kepala 2,86 2,71 3,03 2,93 2,41 2,66 2,61 3,44 2,63 2,73 2,58 2,81 2,63 2,43 2,63 2.67 assembly Memasang tumpuan

4 assembly pada 3,6 4,56 3,19 3,85 3,3 3,16 3,23 3,43 4,13 3,18 3,25 3,71 3,86 3,28 4,51 3.53 kepala assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

 Metode 3 Kombinasi

: jarak, langkah, layout

Penjelasan Metode :

15 cm

Langkah :

1. Memasang badan 1 pada kepala piala

2. Memasang alas pada tumpuan

3. Memasang badan 2 pada kepala assembly

4. Memasang kepala assembly pada tumpuan assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

Rekap Selisih Data : No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Memasang badan 1

Langkah

1 4,53 4,59 6,27 5,21 5,28 5,37 4,44 3,23 5,97 5,16 5,78 5,41 4,49 6,43 4,07 pada kepala piala

Memasang alas pada

2 3,41 3,42 2,95 3,2 2,88 3,2 2,96 2,75 2,75 3,65 3,2 3,2 3,02 2,74 2,89 tumpuan

Memasang badan 2

3 4,12 3,7 2,94 3,24 3,57 3,66 2,92 3,19 3,18 4,02 3,15 3,69 2,9 3,66 3,56 pada kepala assembly

Memasang kepala

4 assembly pada 3,78 2,98 3,19 2,56 3,55 3,72 3,87 2,8 3,33 3,96 3,43 3,6 2,58 3,2 3,78 tumpuan assembly

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅ Memasang badan 1

No Langkah

1 4,27 4,51 5,11 4,88 5,36 4,32 4,69 4,8 6,23 4,33 4,64 4,24 2,75 3,35 3,34 4.77 pada kepala piala

Memasang alas pada

2 2,8 2,88 3,02 3,26 2,48 3,02 3,19 2,96 2,56 2,91 2,92 3,5 4,45 4,3 4,29 3.16 tumpuan

Memasang badan 2

3 3,09 2,8 2,69 3,97 3.36 pada kepala assembly

Memasang kepala

4 assembly pada

3,1 3,47 2,99 3,4 3,17 3,07 3,36 3,15 3.30 tumpuan assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

 Metode 4 Kombinasi

: jarak, langkah, layout

Penjelasan Metode :

20 cm

10 cm

Langkah :

1. Memasang alas pada tumpuan

2. Memasang badan 1 pada kepala

3. Memasang badan 2 pada kepala assembly

4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

Rekap Selisih Data : No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Memasang alas

Langkah

1 3,33 3,81 3,88 3,71 3,11 3,71 3,04 3,56 2,88 3,36 3,36 4,45 3,78 3,8 3,39 pada tumpuan

Memasang badan 1

3 3,33 3,56 3,63 3,4 3,61 3,69 3,9 4,85 4,81 3,36 3,66 3,7 pada kepala

Memasang badan 2

3 pada kepala 2,56 2,45 2,48 2,56 2,25 2,44 2,46 2,69 2,23 2,28 2,73 2,31 2,65 2,51 2,7 assembly Memasang tumpuan

4 assembly pada 3,76 3,93 4,04 3,99 4,19 3,8 3,85 3,54 3,5 3,95 3,39 3,51 3,71 3,6 3,23 kepala assembly

No Langkah

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅ Memasang alas

1 3,44 3,71 4,03 3,08 3,49 4,19 4,54 4,4 3,48 3,43 3,43 3,95 3,83 4,28 4,66 3.70 pada tumpuan

Memasang badan 1

2 3,16 3,1 4,59 3,19 3,21 4,18 3,63 3,55 3,66 2,96 3,58 3,31 6,13 4,43 4,23 3.75 pada kepala

Memasang badan 2

3 pada kepala 2,51 2,74 2,34 2,44 2,58 2,54 2,39 2,71 2,68 2,71 2,2 2,53 2,56 2,46 2,18 2.50 assembly Memasang tumpuan assembly

4 3,59 2,56 4,01 2,96 4,01 2,6 2,94 3,6 3,45 3,53 3,34 3,81 4,38 3,51 4,09 3.61 pada kepala

assembly

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2015

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Uji Keseragaman Data

a. Metode 1

 Langkah 1

 Langkah 2

 Langkah 3

 Langkah 4

b. Metode 2

 Langkah 1

 Langkah 2

 Langkah 3

 Langkah 4

c. Metode 3

 Langkah 1

 Langkah 2

 Langkah 3

 Langkah 4

d. Metode 4

 Langkah 1

 Langkah 2

 Langkah 3

 Langkah 4

3.2.2 Uji Kecukupan Data

a. Metode 1

Langkah 3

b. Metode 2

Langkah 3

c. Metode 3

Langkah 3 Langkah 3

Langkah 2

3.2.3 Perhitungan Waktu Normal

3.2.3.1 Perhitungan Waktu Observasi Rata-Rata

a. Metode 1

b. Metode 2

c. Metode 3

d. Metode 4

3.2.3.2 Penentuan Performance Rating

a. Metode 1 Subjektif

 Keterampilan = Good (C1)

 Usaha

= Good (C2)

 Kondisi Kerja = Average (D)

 Konsistensi

= Good (C)

Tabel 3.6 Performance Rating Objektif Metode 1

Keadaan

Lambang Penyesuaian

ANGGOTA BADAN TERPAKAI

D 5 Lengan atas, lengan bawah, dst

PEDAL KAKI Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu

F 0 dibawah kaki

Lanjutan Tabel 3.6 Performance Rating Objektif Metode 1

Keadaan

Lambang Penyesuaian

PENGGUNAAN TANGAN

H 0 Keadaan tangan saling bantu atau bergantian

KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN

2 Konstan dan dekat

PERALATAN

Dapat ditangani dengan mudah BERAT BEBAN

B-1

0.45 kg JUMLAH

PR 2 = 1 + 0.09 = 1.09

P = PR 1 x PR 2 = 1.09 x 1.09 = 1.19

b. Metode 2 Subjektif

 Keterampilan = Good (C1)

 Usaha

= Good (C1)

 Kondisi Kerja = Average (D)

 Konsistensi

= Good (C)

Tabel 3.7 Performance Rating Objektif Metode 2

Keadaan

Lambang Penyesuaian

ANGGOTA BADAN TERPAKAI

D 5 Lengan atas, lengan bawah, dst

PEDAL KAKI

Lanjutan Tabel 3.7 Performance Rating Objektif Metode 2

Keadaan

Lambang Penyesuaian

Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah kaki

PENGGUNAAN TANGAN

H 0 Keadaan tangan saling bantu atau bergantian

KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN

2 Konstan dan dekat

PERALATAN

Dapat ditangani dengan mudah BERAT BEBAN

B-1

0.45 kg JUMLAH

PR 2 = 1 + 0.09 = 1.09

P = PR 1 x PR 2 = 1.12 x 1.09 = 1.22

c. Metode 3 Subjektif

 Keterampilan = Good (C2)

 Usaha

= Good (C2)

 Kondisi Kerja = Average (D)

 Konsistensi

= Good (C)

Tabel 3.8 Performance Rating Objektif Metode 3

Keadaan

Lambang Penyesuaian

ANGGOTA BADAN TERPAKAI

D 5 Lengan atas, lengan bawah, dst

Lanjutan Tabel 3.8 Performance Rating Objektif Metode 3

Keadaan

Lambang Penyesuaian

PEDAL KAKI Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu

F 0 dibawah kaki PENGGUNAAN TANGAN

H 0 Keadaan tangan saling bantu atau bergantian

KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN

2 Konstan dan dekat

PERALATAN

Dapat ditangani dengan mudah BERAT BEBAN

B-1

0.45 kg JUMLAH

PR 2 = 1 + 0.09 = 1.09

P = PR 1 x PR 2 = 1.06 x 1.09 = 1.16

d. Metode 4 Subjektif

 Keterampilan = Good (C1)

 Usaha

= Good (C2)

 Kondisi Kerja = Average (D)

 Konsistensi

= Good (C)

Jumlah

PR 1 = 1 +0.09 = 1.09

Objektif

Tabel 3.9 Performance Rating Objektif Metode 4

Keadaan

Lambang Penyesuaian

ANGGOTA BADAN TERPAKAI

D 5 Lengan atas, lengan bawah, dst

PEDAL KAKI Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu

F 0 dibawah kaki PENGGUNAAN TANGAN

H 0 Keadaan tangan saling bantu atau bergantian

KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN

2 Konstan dan dekat

PERALATAN

Dapat ditangani dengan mudah BERAT BEBAN

B-1

0.45 kg JUMLAH

PR 2 = 1 + 0.09 = 1.09

P = PR 1 x PR 2 = 1.09 x 1.09 = 1.19

3.2.3.3 Penentuan Waktu Normal

a. Metode 1 a. Metode 1

c. Metode 3

d. Metode 4

3.2.4 Penentuan Waktu Baku

3.2.4.1 Penentuan Allowance

Tabel 3.10 Penentuan Allowance

FAKTOR CONTOH PEKERJAAN NILAI (%)

A. Tenaga yang Digunakan

Bekerja di meja, duduk

1. Dapat Diabaikan

B. Sikap Kerja

1. Duduk

Bekerja duduk, ringan

C. Gerakan Kerja

1. Normal

Ayunan bebas dari palu

Lanjutan Tabel 3.10 Penentuan Allowance

FAKTOR CONTOH PEKERJAAN NILAI (%)

D. Kelelahan Mata

2. Pandangan yang hampir Pekerjaan-pekerjaan yang teliti

6 terus menerus

E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja

4. Normal

Temperatur 22-28

F. Keadaan Atmosfer

1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar

G. Keadaan Lingkungan Yang Baik

1. Bersih, sehat, cerah, dengan kebisingan rendah

2 Pribadi

Kelonggaran Kebutuhan

3.2.4.2 Penentuan Waktu Baku

 Metode 1 Wb

= Wn + (Wn x allowance) = 21.47 + (21.47 x 0.11) = 23.83 detik

 Metode 2 Wb

= Wn + (Wn x allowance) = 18.84 + (18.84 x 0.11) = 20.91 detik

 Metode 3 Wb

= Wn + (Wn x allowance)

= 16.93 + (16.93 x 0.11) = 18.79 detik

 Metode 4 Wb

= Wn + (Wn x allowance) = 16.04 + (16.04 x 0.11) = 17.80 detik

3.2.5 Penentuan Output Standard

 Metode 1 Os

= 1/Wb = 1/23.83 = 0.042 unit/detik = 151 unit/jam

 Metode 2 Os

= 1/Wb = 1/20.91 = 0.048 unit/detik = 173 unit/jam

 Metode 3 Os

= 1/Wb = 1/18.79 = 0.053 unit/detik = 191 unit/jam

 Metode 4 Os

= 1/Wb = 1/17.80 = 0.056 unit/detik = 202 unit/jam

3.2.6 Rekapitulasi Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku

Tabel 3.11 Rekapitulasi Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku

Metode Waktu Siklus (s)

Waktu Normal (s)

Waktu Baku (s)

1 18.04 21.47 23.83

2 15.44 18.84 20.91

3 14.59 16.93 18.79

4 13.48 16.04 17.80

BAB IV ANALISIS

4.1 Analisis Metode yang Digunakan

a. Metode 1

Pada metode 1 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30 kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 1 meliputi kombinasi jarak, langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam tiga wadah, yaitu part 1 diletakkan dalam satu wadah, part 2 dan 3 diletakkan dalam satu wadah, part 4 dan 5 diletakkan dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 15 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 20 cm. Langkah perakitan pada metode 1 dimulai dari memasang badan

1 pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, memasang alas pada tumpuan, dan memasang tumpulan assembly pada kepala assembly. Waktu yang dibutuhkan untuk merakit piala dengan 30 kali repetisi pada metode 1 adalah 9 menit. Akan tetapi terdapat satu data yang dibuang pada langkah 3 dikarenakan nilai waktu yang diperoleh terlalu ekstrim dan berada diluar batas atas dari persebaran data.

Tingkat kesulitan yang dialami operator pada metode 1 tidak terlalu tinggi karena jangkauan benda kerja masih berada pada jangkauan normal dengan urutan langkah kerja yang tidak membingungkan.

b. Metode 2

Pada metode 2 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30 kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 2 meliputi kombinasi jarak, langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua wadah, yaitu part 1, 2 dan 3 diletakkan dalam satu wadah, part 4 dan 5 diletakkan dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 25 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah perakitan pada metode 2 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang badan 1 pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan Pada metode 2 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30 kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 2 meliputi kombinasi jarak, langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua wadah, yaitu part 1, 2 dan 3 diletakkan dalam satu wadah, part 4 dan 5 diletakkan dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 25 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah perakitan pada metode 2 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang badan 1 pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan

Tingkat kesulitan yang dialami operator pada metode 2 tidak terlalu tinggi karena jangkauan benda kerja masih berada pada jangkauan normal dengan urutan langkah kerja yang tidak membingungkan.

c. Metode 3

Pada metode 3 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30 kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 3 meliputi kombinasi jarak, langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam satu wadah, yaitu part 1, 2, 3, 4 dan 5 diletakkan berurutan dalam satu wadah dengan jarak pallet dari benda kerja sebesar 15 cm. Langkah perakitan pada metode 3 dimulai dari memasang badan 1 pada kepala piala, memasang alas pada tumpuan, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan memasang tumpulan assembly pada kepala assembly. Waktu yang dibutuhkan untuk merakit piala dengan 30 kali repetisi pada metode 3 adalah 7.3 menit. Tingkat kesulitan yang dialami operator pada metode 3 tidak terlalu tinggi karena jangkauan benda kerja masih berada pada jangkauan normal dengan urutan langkah kerja yang tidak membingungkan.

d. Metode 4

Pada metode 4 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30 kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 4 meliputi kombinasi jarak, langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua wadah, yaitu part 1 diletakkan ke dalam satu wadah, part 2, 3, 4 dan 5 diletakkan ke dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 20 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah perakitan pada metode 4 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang badan 1 Pada metode 4 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30 kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 4 meliputi kombinasi jarak, langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua wadah, yaitu part 1 diletakkan ke dalam satu wadah, part 2, 3, 4 dan 5 diletakkan ke dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 20 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah perakitan pada metode 4 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang badan 1

Tingkat kesulitan yang dialami operator pada metode 4 tidak terlalu tinggi karena jangkauan benda kerja masih berada pada jangkauan normal dengan urutan langkah kerja yang tidak membingungkan.

4.2 Analisis Perbandingan Tiap Metode Berdasarkan Waktu Siklus

Tabel 4.1 Perbandingan Waktu Siklus

No

Metode

Waktu Siklus

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, yaitu perakitan piala menggunakan empat metode dengan repetisi masing-masing sebanyak 30 kali didapatkan waktu siklus yang berbeda-beda dari tiap metode. Pada metode 1, waktu siklus dalam perakitan piala sebesar 18.04 detik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa operator dapat menyelesaikan perakitan sebuah piala dalam waktu kurang lebih 18.04 detik. Pada metode 2, waktu siklus dalam perakitan piala sebesar 15.44 detik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa operator dapat menyelesaikan perakitan sebuah piala dalam waktu kurang lebih 15.44 detik. Pada metode 3, waktu siklus dalam perakitan piala sebesar 14.59 detik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa operator dapat menyelesaikan perakitan sebuah piala dalam waktu kurang lebih 14.59 detik. Pada metode 4, waktu siklus dalam perakitan piala sebesar 13.48 detik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa operator dapat menyelesaikan perakitan sebuah piala dalam waktu kurang lebih 13.48 detik.

Dari keempat nilai waktu siklus tersebut, dapat dilihat bahwa metode 4 memiliki waktu siklus terpendek dibandingkan metode yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode 4 memiliki kombinasi metode yang lebih baik dibandingkan ketiga metode lainnya.

4.3 Analisis Penentuan Performance Rating dan Allowance

4.3.1 Analisis Performance Rating

a. Metode 1

Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Penilaian yang dilakukan terhadap metode 1 menghasilkan nilai keterampilan Good (C1) karena keterampilan dari operator dirasa baik, nilai usaha Good (C2) karena usaha yang dilakukan oleh operator sudah cukup baik, nilai kondisi kerja Average (D) karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat kerja yang seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan kegiatan perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal ini dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode

1 tidak terlalu besar. Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan, peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5. Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki 1 tidak terlalu besar. Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan, peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5. Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki

Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 1 didapatkan nilai performance rating sebesar 1.19.

b. Metode 2