PENTINGNYA IMPLEMENTASI REGULASI DAN REG

PENTINGNYA IMPLEMENTASI REGULASI DAN
REGULATOR PADA PENYIARAN TELEVISI
DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Etika
Regulasi dan Media

Oleh :
MAHARANI PRATIWI
0802514068

PEMINATAN BROADCASTING AND NEW MEDIA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
2018

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang
makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan
informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Perkembangan

teknologi komunikasi dan informasi telah membawa implikasi terhadap dunia
penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia.
Penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum
(public opinion). Menurut UU No. 32 Tahun 2002, penyiaran merupakan padanan
kata “broadcasting” adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana
pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan
menggunakan spectrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang
elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel dan/atau media lainnya
untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan
perangkat penerima siaran.1
Penyiaran juga merupakan keseluruhan proses penyampaian siaran yang
dimulai dari penyiapan materi produksi, proses produksi, penyiapan bahan siaran,
kemudian pemancaran sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh masyarakat
di satu tempat. Sebagai media massa, penyiaran termasuk media elektronik yang
terjadwal secara periodik yang merupakan saluran komunikasi massa jenis media
(tak langsung). Salah satu jenis penyiaran adalah penyiaran televisi. Penyiaran
televisi merupakan media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka
maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.2
Pada umumnya, setiap individu memiliki kebutuhan mendasar, seseorang

mengharapkan bahwa penggunaan penyiaran televisi akan memberikan sejumlah

1 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin. 2013. Dasar-Dasar Penyiaraan: Sejarah, Organisasi,
Operasional, dan Regulasi. Jakarta: KENCANA. Hal 94
2Morisan. 2005. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina
Prakarsa. Hal 3.

pemenuhan bagi kebutuhannya seperti pengetahuan, hiburan, pendidikan. 3 Oleh
karena itu, penyiaran televisi memiliki peran yang penting, dikarenakan televisi
merupakan salah satu media massa yang efesien untuk mencapai audiennya dalam
jumlah yang sangat banyak.4
Dengan berkembangnya penyiaran di Indonesia maka regulasi penyiaran
sangatlah penting untuk penyiaran di ruang publik, untuk memberikan informasi
yang bermutu, berimbang dan mencegah terjadinya penetrasi nilai-nilai moral dan
budaya tertentu agar tidak timbul permasalahan yang tidak diinginka oleh
masyarakat ataupun publik. Tetapi terkadang kebanyakan tayangan televisi tidak
memenuhi kriteria agar mewujudkan fungsi tersebut. Untuk itu, diperlukan
lembaga yang mengawasi dan mengatur konten acara televisi. Lembaga-lembaga
tersebut biasanya memberikan sejumlah peraturan atau undang-undang yang
disebut regulasi

Regulasi Media adalah aturan-aturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
yang mengatur hubungan dan operasinal media massa. Regulasi sangat penting
bagi keteraturan dan keseimbangan hubungan media dengan pemerintah,
masyarakat, sesama industri media dan global media. Regulasi media tidak jarang
dianggap sebagai suatu aturan yang bersifat membatasi, adanya kontrol penuh,
bahkan dianggap sebagai penghalang atas kebebasan berekspresi. Namun, harus
diakui bahwa regulasi media sangat diperlukan dalam situasi tertentu. Berikut
terdapat tiga alasan pentingnya regulasi media.5
Regulasi penyiaran di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Penyiaran
Nomor 32 Tahun 2002 dan UU tersebut membuat suatu badan regulator yang
disebut Komisi Penyiaran Indonesia yang membuat Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012 untuk mengatur
penyiaran yang ada di Indonesia. Dengan adanya UU tersebut, penyelenggaraan
penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih tertib dan juga dengan
3 Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran, Edisi Revisi. Jakarta: KENCANA. Hal 26.
4 Ibid. Hal 13.
5 Muhamad Mufid. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hal 67

adanya undang-undang tersebut yang memberi pengawasan atau yang menjadi

regulator terhadap penyiaran yang ada di Indonesia ialah Komisi Penyiaran
Indomesia (KPI), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah lembaga Negara yang
bersifat independen yang ada di pusat maupun daerah yang tugas dan
wewenangnya diatur dalam Undang-Undang

sebagai wujud peran serta

masyarakat di bidang penyiaran. KPI melakukan peran-perannya sebagai wujud
peran serta masyarakat yang berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili
kepentingan masyarakat akan penyiaran yang ada di Indonesia saat ini.6

PERMASALAHAN
Regulasi berisi batasan siaran yang boleh dan tidak untuk disiarkan.
Stasiun televisi terutama stasiun televisi swasta di Indonesia yang semakin lama
tidak benar-benar menjalankan fungsinya sebagai media yang mengedukasi dan
menghibur. Televisi mungkin hanya menjalankan satu fungsinya, yaitu menghibur
tetapi terkadang tidak mengedukasi sama sekali. Tentu saja dalam hal ini tugas
KPI sebagai satu regulator penyiaran di Indonesia yang memberi teguran kepada
media penyiaran di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti sebagai berikut: Bagaimana pentingnya Implemenasi

Regulasi dan Regulator Penyiaran Televisi di Indonesia?

KERANGKA PEMIKIRAN
6 Admin Website Komisi Informasi. Tanpa Tanggal. Diakses dari https://www.komisiinfor
masi.go.id/regulasi/download/id/137 pada tanggal 26 Januari 2018, pukul 22.00 WIB.

Regulasi penyiaran di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Penyiaran
Nomor 32 Tahun 2002 dan UU tersebut membuat suatu badan regulator yang
disebut Komisi Penyiaran Indonesia yang membuat Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012 untuk mengatur
penyiaran yang ada di Indonesia. Dengan adanya UU tersebut, penyelenggaraan
penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih tertib dan juga dengan
adanya undang-undang tersebut yang memberi pengawasan atau yang menjadi
regulator terhadap penyiaran yang ada di Indonesia, sebagaimana di atur dalam
UU no. 32 tahun 2002 pasal 7. KPI ialah lembaga negara yang bersifat
independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran.
Terdapat beberapa regulasi tentang penyiaran yang antaralain ialah:
-

UU no 32 tahun 2002 tentang penyiaran, berisi pedoman lembaga

penyiaran baik lembaga penyiaran swasta, komunitas, berlangganan,
sampai lembaga penyiaran asing.

-

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)
UU no 32 tahun 2002 pasal 36 menjelaskan tentang larangan dan

kewajiban dari lembaga penyiaran. Ada satu hal dari pasal tersebut yang intinya
melarang lembaga penyiaran menyiarkan isi siaran yang bersifat fitnah,
menghasut, menyesatkan dan/atau bohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
perjudian, penyalahgunaan narkoba, dan mempertentangkan suku, agama, ras, dan
antargolongan. Terlebih lagi, isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan,
melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia,
atau merusak hubungan internasional.7
Berikut ialah fungsi, wewenang, tugas, dan kewajiban KPI yang tertuang
dalam pasal 7 ayat (2) dan pasal 8 UU Penyiaran8
7Admin
Website
Hukum

Online.
Tanpa
Tanggal,
Diakses
dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/11783/node/111/uu-no-32-tahun-2002-penyiaran
pada tanggal 27 Januari 2018 pukul 10.00 WIB.
8 KPI. 2012. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah: Eksistensi, Rekrutmen, Tata Hubungan, dan
Penganggaran. Jakarta: Bidang Kelembagaan KPI Pusat. Hal 23

-

Mengatur hal-hal mengenai penyiaran

-

Menetapkan standar program siaran

-


Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran

-

Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
standar program siaran

-

Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran

-

Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar
sesuai dengan hak asasi manusia

-

Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran


-

Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan
industri terkait

-

Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang

-

Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik
dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran

-

Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas di bidang penyiaran


Terkait konten acara yang disajikan oleh televisi dalam UU no 32 tahun
2002 pasal 36 mengenai isi siaran:
1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan
manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan,

kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan
nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
2. Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh
Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib
memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara
yang berasal dari dalam negeri.
3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada
khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata
acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib
mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai
dengan isi siaran.
4. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan
kepentingan golongan tertentu.
5. Isi siaran dilarang:
a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan
narkotika dan obat terlarang; atau
c. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
6. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau
mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau
merusak hubungan internasional.
ANALISA DAN DISKUSI
1. Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) berdasarkan Undang-Undang No.
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), berwenang mengawasi
pelaksanaan peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012 serta memberikan sanksi terhadap
pelanggaran P3 dan SPS. Berdasarkan pemantauan dan hasil analisis, KPI Pusat
telah menemukan pelanggaran pada Program Siaran “Selebrita Siang” yang
ditayangkan oleh stasiun TRANS 7 pada tanggal 10 Januari 2018 pukul 11.18
WIB. Program siaran tersebut menampilkan rekaman video stand up comedy
Joshua Suherman yang berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam
masyarakat. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas
penghormatan terhadap nilai-nilai SARA KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan
tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran
Indonesia. KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar
Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 6
serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 6
Ayat (1).9

BAB IV PENGHORMATAN TERHADAP NILAI-NILAI KESUKUAN,
AGAMA, RAS, DAN ANTARGOLONGAN
Pasal 6
(1)

Program siaran wajib menghormati perbedaan suku, agama, ras,
dan antargolongan yang mencakup keberagaman budaya, usia,
gender, dan/ atau kehidupan sosial ekonomi.

(2)

Program siaran dilarang merendahkan dan/atau melecehkan:
a. suku, agama, ras, dan/atau antargolongan; dan/atau
b. individu atau kelompok karena perbedaan suku, agama,
ras, antargolongan, usia, budaya, dan/atau kehidupan sosial
ekonomi.

9 Admin Website KPI. Tanpa Tanggal. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/edarandan-sanksi/34285-teguran-tertulis-program-siaran-selebrita-siang-trans-8 pada tanggal 26 Januari
2018, pukul 23.00 WIB

Contoh kasus diatas membuktikan bahwa penyiaran di Indonesia
membutuhkan regulasi dan regulator agar dapat memberikan siaran yang
mendidik bukan hanya menghibur saja serta menyebarkan informasi yang dapat
diterima publik secara bahasa dan prilaku. Jika tidak memperhatikan semua itu
maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan oleh pihak yang bersangkutan.
Seperti yang terjadi pada tanyangan “Selebrita Siang” tayangan tersebut telah
melanggar Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal
6 Ayat (1). Pasal 6 Ayat (1) yang berisi wajib menghormati perbedaan SARA, dan
acara “Selebrita Siang” telah melanggar Pasal 6 Ayat (1) karena menayangkan
adegan Stand Up Comedy Joshua yang isi kontenya mempersangkutpautkan
agama kedalam Stand Upnya, oleh karena itu seharusnya “Selebrita Siang” lebih
memperhatikan nisi konten siarannya.

2. Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) berdasarkan Undang-Undang No.
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), berwenang mengawasi
pelaksanaan peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012 serta memberikan sanksi terhadap
pelanggaran P3 dan SPS. Berdasarkan pemantauan dan hasil analisis, KPI Pusat
telah menemukan pelanggaran pada Program Siaran “Baper” yang ditayangkan
oleh stasiun RCTI pada tanggal 19 Maret 2017 mulai pukul 12.13 WIB. Program
tersebut memuat kata-kata candaan yang melecehkan orang dengan kondisi fisik
tertentu (bertubuh pendek dan bergigi tonggos), yakni “..emang dia nyingnying?”, “..kalah lu sama obeng tamiya”, “kunci kornet”, “batre jam”, “roda
koper”, “gasing”, “kancing jepret”, “cupang aduan” dan “boleh dicabut mpok,
bibirnya?”. KPI Pusat menilai muatan kata-kata demikian tidak pantas untuk
ditayangkan karena dapat ditiru oleh khalayak anak-anak dan remaja. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan anak-anak
dan remaja, perlindungan kepada orang dan masyarakat tertentu serta
penggolongan program siaran. KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut
telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun

2012 Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal 21 Ayat (1) serta Standar Program Siaran
Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 15 Ayat (1), Pasal 17 Ayat (1) dan
Ayat (2) huruf d serta Pasal 37 Ayat (4) huruf a.10
Contoh kasus diatas membuktikan bahwa penyiaran di Indonesia
membutuhkan regulasi dan regulator agar dapat memberikan siaran yang
mendidik bukan hanya fokus untuk menghibur saja. Seperti yang terjadi pada
acara “Baper” di RCTI yang isi kontennya hanya fokus untuk menghibur.
Program Acara Baper telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi
Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal 21 Ayat (1) serta
Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 15 Ayat
(1), Pasal 17 Ayat (1) dan Ayat (2) huruf d serta Pasal 37 Ayat (4) huruf a. Karena
pada Ep tersebut acara Baper telah menggeluarkan kata-kata candaan yang
berpotensi melecehkan fisik seseorang seperti bertubuh pendek dan bergigi
tonggos seperti pada pasal 17 ayat 1 dan 2 mengenai perlindungan orang-orang
tertentu. Kata-katesebut sebenarnya bisa menimbulkan kesalahpahaman terhadap
orang-orang yang memiliki fisik tertentu dan kata-kata lainnya yang dilontarkan
di program Baper tidak layak untuk didengar oleh anak-anak karena mereka masih
terlalu muda untuk mendengar kata-kata tersebut. Oleh karena itu penting bagi
media penyiaran untuk memperhatikan isi konten tayangan yang akan mereka
tayangan ke publik.
3. Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) berdasarkan Undang-Undang No.
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), berwenang mengawasi
pelaksanaan peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012 serta memberikan sanksi terhadap
pelanggaran P3 dan SPS. Berdasarkan aduan masyarakat, pemantauan dan hasil
analisis, KPI Pusat telah menemukan pelanggaran pada Program Siaran “Siapa
Takut Jatuh Cinta” yang ditayangkan oleh stasiun SCTV pada tanggal 27
10 Admin Website KPI. Tanpa Tanggal. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/edarandan-sanksi/33905-teguran-tertulis-program-siaran-baper-rcti, pada tanggal 26 Januari 2018, pukul
23.30 WIB

November 2017 mulai pukul 18.00 WIB. Program siaran tersebut menayangkan
adegan seorang pria berjaket biru seakan sedang mencium bibir wanita berpakaian
hijau. KPI Pusat menilai muatan tersebut tidak layak ditampilkan, terutama pada
khalayak remaja. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas
ketentuan tentang norma kesopanan dan kesusilaan, perlindungan remaja,
pelarangan adegan yang mengesankan ciuman bibir, dan penggolongan program
siaran. KPI Pusat memutuskan bahwa tayangan tersebut telah melanggar Pedoman
Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14
Ayat (2), Pasal 16 dan Pasal 21 serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran
Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 Ayat (2), Pasal 15 Ayat (1), Pasal 18 huruf k, dan
Pasal 37 Ayat (4) huruf f.11
Contoh kasus diatas membuktikan bahwa siaran televisi semakin lama
semakin tidak memperhatikan isi konten yang ada pada siaran tersebut seperti
sinetron “Siapa Takut Jatuh Cinta” yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran
Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 yang isi kontennya terdapat pelanggaran
norma kesopanan, kesusilaan, perlindungan remaja dan pelarangan adegan yang
mengesankan ciuman bibir, dan penggolongan program siaran, yang seharusnya
siaran sinetron tersebut mengikuti aturan P3SPS dan UU no 32 tahun 2002 agar
isi siaran lebih berkualitas.

11 Admin Website KPI. Tanpa Tanggal. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/id/edarandan-sanksi/33905-teguran-tertulis-program-siaran-baper-rcti, diakses pada tanggal 26 Januari 2018
pukul 23.45 WIB.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa peran regulasi dan
regulator sangatlah penting dalam penyiaran terutama penyiaran yang ada pada
televisi. Karena jika tidak ada sebuah regulasi dan regulator yang mengatur dan
mengawasi sudah pasti isi konten yang ada dalam penyiaran televisi akan
bertindak semaunya yang hanya mementingkan keuntungan untuk pihak-pihak
yang bersangkutan agar mendapatkan rating sebesar-besarnya. Sebenarnya tujuan
adanya penyiaran terutama ditelevisi ialah untuk mempermudah masyarakat
mengetahui informasi dengan cepat, menghibur serta mendapatkan edukasi.
Bukan hanya hiburan saya yang di nomer satukan akan tetapi juga penyiaran
harus mengandung unsur mendidik dan member informasi.

`Saran
Berdasarkan pemaparan diatas penulis memiliki beberapa saran untuk
pemilik media penyiaran yang ada di Indonesia khususnya media penyiaran
televisi dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan media tersebut. Pemilik media
penyiaran seharusnya lebih bertanggung jawab dengan isi konten yang ada dalam
isi acaranya karena bukan hanya beberapa orang saja yang menonton program
acara yang dibuat oleh media penyiaran akan tetapi masyarakat luat dapat
menonton acara tersebut. Masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan
tontonan yang bermanfaat bagi dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi. 2013. Dasar-Dasar Penyiaraan:
Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: KENCANA.
KPI. 2012. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah: Eksistensi, Rekrutmen, Tata
Hubungan, dan Penganggaran. Jakarta: Bidang Kelembagaan KPI Pusat.
Morissan. 2005. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi.
Tangerang: Ramdina Prakarsa.
Morissan. 2008. Manajemen Media Penyiaran, Edisi Revisi. Jakarta: KENCANA.
Mufid, Muhamad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Website
Admin Website
Hukum
Online. Tanpa Tanggal,
Diakses
dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/11783/node/111/uu-no-32tahun-2002-penyiaran pada tanggal 27 Januari 2018 pukul 10.00 WIB.
Admin Website Komisi Informasi. Tanpa Tanggal. Diakses dari
https://www.komisiinfor masi.go.id/regulasi/download/id/137 pada tanggal
26 Januari 2018, pukul 22.00 WIB.
Admin
Website
KPI.
Tanpa
Tanggal.
Diakses
dari
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/34285-teguran-tertulisprogram-siaran-selebrita-siang-trans-8 pada tanggal 26 Januari 2018, pukul
23.00 WIB
Admin
Website
KPI.
Tanpa
Tanggal.
Diakses
dari
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/33905-teguran-tertulisprogram-siaran-baper-rcti, pada tanggal 26 Januari 2018, pukul 23.30 WIB

Admin
Website
KPI.
Tanpa
Tanggal.
Diakses
dari
http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-sanksi/33905-teguran-tertulisprogram-siaran-baper-rcti, diakses pada tanggal 26 Januari 2018 pukul
23.45 WIB.