Korelasi Demografi Penduduk Usia Produkt

Ujian Akhir Semester Geoekonomi
Joshua F. Aristyawan / 071112031
Perbandingan Kontribusi Demografi Usia Produktif Pada Pertumbuhan Ekonomi di
Cina dan Indonesia
Menurut proyeksi terbari dari Persatuan Bangsa Bangsa, populasi penduduk dunia yang
berusia diatas 60 tahun akan mencapai jumlah 2 milyar pada tahun 2050. Dengan semakin
menuanya populasi di hampir seluruh negara, muncul kekhawatiran tentang dampak dari
perubahan dalam demografi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemampuan negara untuk
memberikan dukungan bagi populasi lanjut usianya terutama karena penduduk lanjut usia
yang berusia diatas 65 tahun secara umum kurang produktif secara ekonomi dibandingkan
dengan penduduk yang termasuk dalam kategori usia produktif (Banister et al, 2010).
Semakin meningkatnya populasi lanjut usia dapat menimbulkan dua akibat yaitu semakin
melambatnya atau bahkan terjadi stagnansi dalam pertumbuhan ekonomi karena produktifitas
yang menurun dan muncul beban yang sangat berat bagi penduduk usia produktif yang
jumlahnya semakin mengecil untuk menyokong penduduk usia lanjut sehingga memunculkan
tingkat dependensi yang sangat tinggi yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Hal yang sama juga terjadi di Cina. Pada awal masa pemerintahan Mao Zedong, Cina dilanda
oleh permasalahan demografi kritis yang disebabkan oleh menurunnya tingkat kelahiran dan
rendahnya usia harapan hidup. Karena itu pemerintah menganjurkan agar rakyat Cina
mempunyai anak sebanyak – banyaknya didasari oleh kepercayaan bahwa tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi akan semakin memperkuat Cina sebagai sebuah negara.

Hal ini kemudian menimbulkan lonjakan besar dalam jumlah penduduk di Cina dari 540 juta
pada tahun 1949 menjadi 940 juta pada tahun 1976 (Anonymous, 2013). Pertumbuhan
penduduk yang semakin tinggi ini kemudian menimbulkan banyak masalah terutama seperti
masalah kepadatan penduduk dan kemampuan negara untuk menyokong penduduk yang
begitu banyak. Oleh karena itu pemerintah Cina menerapkan kebijakan satu anak dimana satu
keluarga hanya boleh memiliki satu anak saja dalam upaya untuk menekan angka
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan secara resmi dijalankan mulai tahun 1979.
Memasuki tahun 2000an, Cina kembali dilanda oleh permasalahan demografi. Kebijakan satu
anak yang dijalankan pada tahun 1979 berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk
namun kebijakan tersebut berjalan terlalu jauh sehingga angka kelahiran di Cina menjadi
sangat rendah dan regenerasi populasi berjalan lambat yang berarti semakin berkurangnya

jumlah penduduk berusia produktif yang berusia antara 20 sampai dengan 64 tahun setiap
tahunnya. Ditambah lagi rendahnya juga tingkat kematian dari populasi yang sudah ada
sebelum kebijakan tersebut dijalankan sehingga Cina memiliki populasi usia lanjut atau usia
tidak produktif yang tinggi, sedangkan rendahnya tingkat kelahiran sejak kebijakan satu anak
dijalankan berarti semakin banyak jumlah penduduk usia non produktif yang harus disokong
oleh negara dan penduduk usia produktif yang jumlahnya semakin menipis dalam waktu
beberapa tahun kedepan.
Jika tren ini terus berlanjut, maka diperkirakan sekitar komposisi demografi penduduk

berusia diatas 60 tahun di Cina akan mencapai 30% dari total populasi Cina pada tahun 2050
(Banister et al, 2010). Hal ini menjadi permasalahan ketika Cina berusaha untuk bangkit
sebagai sebuah kekuatan ekonomi baru karena tenaga kerja menjadi aset yang sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tanpa adanya tenaga kerja yang memadai, maka
pertumbuhan ekonomi suatu negara akan melambat dan justru dapat mengalami kemunduran.
Karena itu jumlah penduduk usia produktif sangatlah penting bagi pertumbuhan ekonomi
suatu negara termasuk Cina. Meskipun begitu bukan berarti bahwa hal ini bisa menghentikan
upaya Cina untuk bangkit sebagai kekuatan ekonomi baru karena bahkan sejak
diberlakukannya kebijakan satu anak, tingkat pertumbuhan penduduk di Cina masih tetap
tinggi karena memiliki basis jumlah penduduk awal yang sudah kuat.
Karena itu yang akan menjadi fokus tulisan ini adalah bukan mengenai nasib Cina
kedepannya saat demografi usia penduduknya menurun tapi lebih kepada bagaimana
kontribusi demografi penduduk usia produktif pada pertumbuhan ekonomi Cina sejak tahun
1989 sampai dengan tahun 2014. Pemilihan kurun waktu ini memiliki dua alasan yang
pertama adalah karena periode waktu 1989 – 2010 ini dirasa penulis cukup panjang untuk
membandingkan demografi penduduk di Cina dengan pertumbuhan ekonominya. Alasan
yang kedua adalah karena pada tahun 1989 sampai dengan 1990 secara statistik merupakan
awal tren positif pertumbuhan ekonomi Cina dimana pada tahun – tahun sebelumnya
pertumbuhan ekonomi Cina tidak sebesar pada periode yang dimulai dari tahun 1989
tersebut. Selain itu pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global meskipun begitu baik Cina

dan Indonesia sama – sama masih bisa bertahan dan pada tahun 2010 perekonomian kedua
negara justru mengalami peningkatan yang signifikan dan hal itu didasari oleh adanya basis
penduduk usia produktif sebagai tenaga kerja yang produktif yang tidak dimiliki oleh negara
– negara barat terutama negara – negara Eropa yang akhirnya dapat kita lihat sangat susah
untuk bangkit setelah krisis ekonomi tahun 2008 tersebut.

1. Cina
Pada awal berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, pemerintah Cina sangat
mendukung pertumbuhan penduduknya karena didasari oleh kepercayaan bahwa jumlah
penduduk yang tinggi akan memperkuat negara. Karena itu Cina memiliki tingkat
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi sejak tahun 1949 sampai dengan 1976 dimana
populasi Cina saat itu mencapai 940 juta jiwa. Pada saat kebijakan satu anak mulai dijalankan
pada tahun 1979, Cina sudah terlanjur memiliki basis jumlah penduduk yang besar karena itu
meskipun tingkat persentase pertumbuhan penduduk di Cina berkurang namun jumlahnya
masih terus mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini sangat
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Cina yang meningkat secara positif dimulai pada
tahun 1990 dan akhirnya mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2005 melonjak
lebih tinggi lagi pada tahun 2010 (www.tradingeconomics.com).

Tabel 1.1 Peningkatan Gross Domestic Product Cina Periode 1989 - 2014

Dapat dilihat dari tabel 1.1 bahwa pertumbuhan ekonomi Cina jika diukur secara kasar
melalui GDP trennya selalu positif dan selalu mengalami peningkatan. Yang menarik disini
adalah sejak tahun 2005, tingkat pertumbuhan GDP Cina melonjak secara drastis jika
dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya dengan peningkatan yang lebih drastis lagi
pada tahun 2010 dan terus meningkat sampai tahun 2014. Hal ini terjadi karena pada saat
yang sama terjadi peningkatan pada jumlah penduduk usia produktif di Cina seperti yang
dapat dilihat pada tabel 1.2 di halaman selanjutnya.

Tabel 1.2 Piramida Penduduk Cina 1990 - 2010
Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia produktif Cina sangatlah besar jika
dibandingkan dengan total populasinya. Peningkatan demografi penduduk usia produktif
antara tahun 1990 sampai dengan 2010 cukup signifikan terutama jika melihat perbandingan
antara persentase jumlah penduduk usia produktif, persentase peningkatan penduduk usia
produktif, dan peningkatan populasi total penduduk Cina dari tahun ke tahun. Pada tahun
1990, jumlah populasi usia produktif Cina mencapai 55,4 % dari total populasi Cina saat itu
dengan komposisi 10,8 % berada pada kategori usia 20 sampai 24 tahun, 9,1 % berada pada
kategori 25 sampai dengan 29 tahun, 7,3 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34 tahun,
7,4 % berada pada kategori usia 35 sampai dengan 39 tahun, 5,4 % pada kategori usia 40
sampai dengan 44 tahun, 4,2 % pada kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 3,8 % pada
kategori usia 50 sampai dengan 54 tahun, 3,5 % pada kategori usia 55 sampai dengan 59

tahun, dan 2,9 % pada kategori usia 60 sampai dengan 64 tahun (United Nations, 2012). Pada
tahun 1995, populasi penduduk usia produktif di Cina kembali mengalami peningkatan yang
yaitu sebanyak 57,4 dari total populasi Cina pada saat itu. Komposisi penduduk usia
produktif Cina pada tahun 1995 adalah sebanyak 9,8 % pada kategoru usia 20 sampai dengan
24 tahun, 10 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29 tahun, 8,5 % pada kategori usia 30
sampai dengan 34 tahun, 6,8 % pada kategori usia 35 sampai dengan 39 tahun, 6,9 % pada
kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun, 5 % pada kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun,
3,8 % pada kategori usia 50 sampai dengan 54 tahun, 3,5 % pada kategori usia 55 sampai 59
tahun, dan 3,1 % pada kategori usia 60 sampai dengan 64 tahun.

Pada tahun 2000, tren demografi penduduk usia produktif masih mengalami peningkatan
dengan total 59,3 % dari jumlah populasi saat itu. Komposisi demografi penduduk usia
produktif Cina pada tahun 2000 adalah 7,5 % pada kategori usia 20 sampai dengan 24 tahun,
9,4 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29 tahun, 9,7% pada kategori usia 30 sampai
dengan 34 tahun, 8,2 % pada kategori usia 35 sampai dengan 39 tahun, 6,5 % pada kategori
usia 40 sampai dengan 44 tahun, 6,7 % pada kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 4,7 %
pada kategori usia 50 sampai dengan 54 tahun, 3,5 % pada kategori usia 55 sampai dengan 60
tahun, dan 3,1 % pada kategori usia 60 sampai dengan 64 tahun. Pada tahun 2005 dan 2010
populasi penduduk usia produktif Cina juga terus mengalami peningkatan dengan jumlah
mencapai 61,7 % dari total populasi Cina pada tahun 2005 dan 65,7 % pada tahun 2010.

Komposisi demografi penduduk usia produktif Cina pada tahun 2005 terdiri dari 8 % pada
kategori usia 20 sampai dengan 24 tahun, 7,2 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29
tahun, 9 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34 tahun, 9,3 % pada kategori usia 35
sampai dengan 39 tahun, 7,8 % pada kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun, 6,2 % pada
kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 6,3 % pada kategori usia 50 sampai dengan 54
tahun, 4,4 % pada kategori usia 55 sampai dengan 59 tahun, 3,3 % pada kategori usia 60
sampai dengan 64 tahun.
Pada tahun 2010, komposisi demografi penduduk usia produktif di Cina terdiri dari 9,8 %
pada kategori usia 20 sampai dengan 24 tahun, 7,8 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29
tahun, 7 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34 tahun, 8,7 % pada kategori usia 35
sampai dengan 39 tahun, 8,9 % pada kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun, 7,6 % pada
kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 5,9 % pada kategori usia 50 sampai dengan 54
tahun, 5,9 % pada kategori usia 55 sampai dengan 59 tahun, dan 4,1 % pada kategori usia 60
sampai dengan 64 tahun (United Nations, 2012). Dari data – data diatas dapat dilihat bahwa
jumlah penduduk usia produktif yang dapat berkerja dan berkontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi Cina sangatlah besar dan hal itu juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi Cina
terutama dalam hal GDP. Bahkan jika dikurangi dengan tingkat pengangguran di Cina jumlah
penduduk yang bekerja masih sangatlah tinggi karena dalam periode waktu antara 2002
sampai dengan 2014 saja tingkat pengangguran di Cina yang paling tinggi hanya 4,3 % dari
jumlah penduduk usia produktif (www.tradingeconomics.com). Jika dibandingkan dengan

data demografi penduduk usia produktif diatas maka jumlah penduduk yang berada pada usia
produktif dan bekerja masih diatas 50 % dari jumlah total populasi yang ada. Karena itu dapat
dilihat bahwa demografi penduduk usia produktif sangat berhubungan terhadap pertumbuhan

ekonomi Cina dimana jumlah penduduk usia produktif yang tinggi ditambah dengan tingkat
pengangguran yang rendah berarti Cina memiliki tenaga kerja produktif dalam jumlah tinggi
yang kemudian dapat merangasang perekonomian agar dapat bertumbuh dan hal itu dapat
dilihat dari peningkatan Gross Domestic Product Cina yang terus meningkat. Selain itu
dengan adanya suplai tenaga kerja dalam jumlah yang tinggi maka Cina memiliki competitive
edge dalam division of labor yaitu tenaga kerja yang murah karena suplainya yang banyak
sehingga juga dapat menarik banyak investor asing untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi Cina terutama setelah Cina melakukan liberalisasi ekonomi dan membuka pasar
domestiknya kepada kapital asing.
2. Indonesia
Secara paralel, Indonesia kurang lebih juga mengalami hal yang sama dengan Cina. Tren
pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1990 termasuk positif kecuali pada saat periode
1998 – 1999 dimana terjadi krisis ekonomi yang melanda tidak hanya Indonesia namun juga
negara – negara asia lainnya ditambah lagi dengan adanya reformasi politik yang
melengserkan presiden saat itu yaitu Soeharto. Namun memasuki tahun 2000an
perekonomian Indonesia berangsur membaik dan sama seperti Cina kembali mengalami

peningkatan pada tahun 2005 dan 2010 seperti yang digambarkan pada tabel 1.3. Pada saat
yang sama, demografi penduduk usia produktif di Indonesia juga terus mengalami
peningkatan yang cukup stabil. Perekonomian Indonesia setelah krisis ekonomi 1998 – 1999
bisa cepat bangkit kembali juga karena adanya jumlah tenaga kerja yang besar di Indonesia
terutama dalam bentuk penduduk usia produktif yang menjadi basis bagi pembangunan
kembali ekonomi di Indonesia.

Tabel 2.1 Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Periode 1989 – 2014

Tabel 2.2 Piramida Penduduk Indonesia Periode 1990 – 2010
Dari grafik piramida penduduk diatas dapat dilihat bahwa tren demografi penduduk usia
produktif di Indonesia mirip dengan Cina dimana secara progresif sejak tahun 1990 jumlah
penduduk usia produktif semakin meningkat. Terlihat pada tahun 1990 jumlah penduduk usia
produktif Indonesia berjumlah sebanyak 48,8 % dari total populasi Indonesia saat itu dan
terus mengalami peningkatan dalam periode 20 tahun selanjutnya. Pada tahun 1995, jumlah
penduduk usia produktif di Indonesia mencapai 51,4 % dari total populasi Indonesia, 53,3 %
pada tahun 2000, 55,6 % pada tahun 2005, dan 56,5 % pada tahun 2010. Komposisi
demografi penduduk usia produktif Indonesia pada tahun 1990 terdiri dari 9,9% pada
kategori usia 20 sampai dengan 24 tahun, 8,7 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29
tahun, 7,3 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34 tahun, 5,6 % pada kategori usia 35

sampai dengan 39 tahun, 4,3 % pada kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun, 4,0 % pada
kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 3,7 % pada kategori usia 50 sampai dengan 54
tahun, 3 % pada kategori usia 55 sampai dengan 59 tahun dan 2,3 % pada kategori usia 60
sampai dengan 64 tahun (United Nations, 2012).
Pada tahun 1995, komposisi demografi penduduk usia produktif juga relatif sama namun
mengalami peningkatan dalam jumlah. Pada kategori usia 20 sampai 24 tahun, terdapat
sebanyak 9,9 % dari total seluruh jumlah penduduk usia produktif, 9 % pada kategori usia 25
sampai dengan 29 tahun, 7,8 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34 tahun, 6,6 % pada
kategori usia 35 sampai dengan 39 tahun, 5 % pada kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun,
3,9 % pada kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 3,6 % pada kategori usia 50 sampai
dengan 54 tahun, 3,1 % pada kategori usia 55 sampai dengan 59 tahun, dan 2,5% pada

kategori usia 60 sampai dengan 64 tahun. Pada tahun 2000, komposisi demografi usia
penduduk Indonesia terdiri dari 9,9 % pada kategori usia 20 sampai dengan 24 tahun, 9,1 %
pada kategori usia 25 sampai dengan 29 tahun, 8,2 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34
tahun, 7,2 % pada kategori usia 35 sampai dengan 39 tahun, 6 % pada kategori usia 40
sampai dengan 44 tahun, 4,6 % pada kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 3,6 % pada
kategori usia 50 sampai dengan 54 tahun, 3,1 % pada kategori usia 55 sampai 59 tahun dan
2,5 % pada kategori usia 60 sampai dengan 64 tahun.
Pada tahun 2005 dan 2010 jumlah penduduk usia produktif Indonesia juga terus mengalami

peningkatan dengan komposisi demografi sebanyak 9 % pada kategori usia 20 sampai dengan
24 tahun, 9 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29 tahun, 8,2 % pada kategori usia 30
sampai dengan 34 tahun, 7,5 % pada kategori usia 35 sampai dengan 39 tahun, 6,5 % pada
kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun, 5,2 % pada kategori usia 45 sampai dengan 49
tahun, 4,2 % pada kategori usia 50 sampai dengan 54 tahun, 3,4 % pada kategori usia 55
sampai dengan 59 tahun, dan 2,6 % pada kategori usia 60 sampai dengan 64 tahun. Pada
tahun 2010 komposisi demografi penduduk usia produktif Indonesia terdiri dari 8,2 % pada
kategori usia 20 sampai dengan 24 tahun, 8,8 % pada kategori usia 25 sampai dengan 29
tahun, 8,2 % pada kategori usia 30 sampai dengan 34 tahun, 7,7 % pada kategori usia 35
sampai dengan 39 tahun, 6,9 % pada kategori usia 40 sampai dengan 44 tahun, 5,8 % pada
kategori usia 45 sampai dengan 49 tahun, 4,8 % pada kategori usia 50 sampai dengan 54
tahun, 3,6 % pada kategori usia 55 sampai dengan 59 tahun, dan 2,5 % pada kategori usia 60

sampai

dengan

64

tahun.


Tabel 2.3 Grafik Tingkat Pengangguran Indonesia Periode 1990 - 2012
Jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran Indonesia yang ada pada tabel 2.3, maka
dapat dilihat dan dibandingkan dengan grafik peningkatan GDP Indonesia pada tabel 2.1,
setiap kali tingkat pengangguran mengalami penurunan, maka GDP Indonesia meningkat.
Hal ini dikarenakan saat tingkat pengangguran menurun maka jumlah penduduk usia
produktif yang bekerja semakin meningkat dan berkontribusi terhadap perekonomian
Indonesia seperti dapat dilihat melalui indikator GDP Indonesia. Hal yang sama juga dapat
dilihat pada kasus Cina seperti yang telah dijelaskan diatas.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat korelasi dari demografi penduduk usia
produktif yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tenaga kerja menjadi aset
yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tanpa adanya tenaga kerja
yang memadai, maka pertumbuhan ekonomi suatu negara akan melambat dan justru dapat
mengalami kemunduran. Karena itu jumlah penduduk usia produktif sangatlah penting bagi
pertumbuhan ekonomi suatu negara karena dengan adanya penduduk usia produktif dalam
jumlah yang tinggi, maka perekonomian negara dapat berjalan dan bertumbuh dengan lancar

karena sebuah perekonomian harus didasari adanya jumlah tenaga kerja domestik yang
memadai karena sebuah negara yang memiliki dependency ratio yang tinggi akan membebani
negara karena terlalu banyaknya penduduk yang tidak produktif sehingga negara harus
menyokong mereka dan mempersulit pertumbuhan ekonomi.
Refrensi
Anonymous. 2013. "Total population, CBR, CDR, NIR and TFR of China (1949–2000)".
China Daily. Retrieved 2015-01-11.
Banister, Judith; Bloom, David. E; Rosenberg, Larry. 2010. “Population Aging and Economic
Growth in China”. PGDA Working Paper no. 53
United Nations. 2012. “World Population Prospects: The 2012 Revision”. Department of
Economic and Social Affairs, Population Division.
www.tradingeconomics.com
www.indexmundi.com
www.populationpyramid.net/