OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA HASIL PENG
OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA
HASIL PENGAMATAN PETAK TETAP DALAM RANGKA
PENGAMANAN PRODUKSI PADI
Disusun oleh :
TANTAN SHOBARI
POPT KECAMATAN CISALAK KABUPATEN SUBANG
SUB UNIT PPOPT WILAYAH SUBANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan kuasanya
dapat menyelesaikan karya tulis “Optimalisasi Pemanfaatan Data Hasil Pengamatan Dalam
Rangka Pengamanan Produksi Padi”. Salah satu tugas POPT adalah untuk mengamankan
produksi, maka perlu melakukan tindakan-tindakan dan metode yang menunjang
pengamanan produksi tersebut. Metode tersebut adalah pengamatan, untuk itu maka
optimalisasi data hasil pengamatan perlu dilakukan untuk berkontribusi dalam pengamanan
produksi padi terutama di jawa barat.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan karya tulis dibutuhkan bantuan dan arahan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Maulud Wahyudin, SP selaku Kordinator SUB UNIT PPOPT Wilayah Subang.
2. Bapak Sarip Aminudin selaku Kordinator POPT Kabupaten Subang
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil tulisan ini jauh dari kesempurnaan, dan
masih banyak kekurangan, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Subang,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………......
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………...
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………
1.4. Manfaat …………………………………………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Epidomologi Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav) ……………………..
2.2. Gejala Serangan …………………………………………………………….
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Lokasi Pengamatan Petak Tetap ………………………………
3.2. Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan ………………………………………….
3.3. Metode Pengamatan Petak Tetap …………………………………………..
3.4. Pengambilan Tanaman Contoh ……………………………………………..
3.5. Penilaian Serangan/Kerusakan ……………………………………………..
3.6. Penetapan Intensitas Serangan ……………………………………………..
IV. PEMBAHASAN
4.1. Rekapitulasi Keadaan OPT pada petak tetap ………………………………
4.2. Kumulatif Luas Tambah Serangan OPT …………………………………..
4.3. Optimalisasi Pemanfaatan Data Pengamatan Petan Tetap……………..…..
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………...….
5.2. Saran ………...……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………... Halaman
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………
1.4. Manfaat …………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………... Halaman
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………
1.4. Manfaat …………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perlindungan tanaman merupakan bagian utama dari system budidaya tanaman.
Perlindungan tanaman berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, kontinuitas dan efisiensi
produksi. Oleh karena itu perlindungan tanaman harus dipertimbangkan dalam setiap usaha
budidaya tanaman dan pemasaran hasil pertanian.
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi. Resiko ini adalah konsekuensi perubahan agroekosistem akibat kegiatan
budidaya tanaman, berbeda dengan ketidaktentuan iklim yang harus diterima sebagai
fenomena alam. Perubahan atau ketidaktentuan iklim berpengaruh langsung terhadap usaha
budidaya tanaman, dan akhirnya mempengaruhi perkembangan OPT.
Kegiatan perlindungan tanaman di dalam system produksi terus berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi. Untuk mengatasi kesenjangan informasi teknologi
pengendalian OPT pada tanaman serealia khususnya padi maka di perlukan suatu
rekomendais pengendalian.
1.2. Perumusan Masalah
Jumlah penduduk yang terus meningkat, harus di ikuti pula dengan ketersediaan
kebutuhan pangan. Namun luas areal semakin sempit, maka perlu ada penerapan teknologi
dan perlindungan tanaman dari OPT. kegiatan perlindungan tanaman dapat dilakukan salah
satunya adalah
dengan kegiatan pengamatan terhadap pertanaman, diantaranya adalah
pengamatan petak tetap, pengamatan keliling, pemberian laporan peringatan bahaya dan
rekomendasi pengendalian.
1.3. Tujuan
Optimalisasi pemanfaatan data hasil pengamatan dari petak tetap kaitannya dengan
pengamatn petak keliling, laporan peringatan bahaya, dan rekomendasi pengendalian OPT.
sehingga dapat di peroleh informasi dan tindak lanjut dari data hasil pengamatan tersebut.
1.4. Manfaat
Manfaat dari optimalisasi pemanfaatan data pengamatan ini adalah dapat menentukan
tindak lanjut / kebijakan yang akan di ambil dalam kaitannya dengan pengamanan produksi
padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Produksi padi Nasional ditargetkan surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014, dan
Provinsi Jawa Barat ditargetkan dapat menyumbang 30% nya yaitu 2,9 juta ton beras atau
setara dengan 5,16 juta ton GKG. Produksi padi di Jawa Barat dapat dihitung dengan cara
sbb: (1) perhitungan gabungan; dan (2) jumlah produksi padi di tiap kabupaten di Jabar. Jika
dilihat secara matematis, maka rumus produksi padi adalah sbb:
Produksi padi (ton GKG) = Luas panen (ha) x Produktivitas (ton/ha),
Apabila rumus tersebut diterapkan untuk hamparan dengan kondisi yang beragam (kesuburan
tanah, fisik tanah, ketersediaan air, draenase, OPT, berbagai kendala biotik dan abiotik
lainnya, tehnik budidaya yang diterapkan), maka rumus tersebut diurai menjadi penjumlahan
dari produksi dari setiap unit hamparan yang relatif seragam dan ditulis sbb:
∑Produksi padi (ton GKG) = ∑Luas panen (ha) x ∑Produktivitas (ton/ha)
Dengan rumus di atas terlihat bahwa (1) produksi padi akan meningkat dengan
meningkatkan luasan area yang berproduktivitas tinggi; (2) peningkatan produktivitas melalui
perakitan teknologi apapun, tidak akan meningkatkan produksi secara signifikan, apabila
diterapkan hanya pada luas panen yang sempit (luasan adopsi); (3) penyusutan luas areal
panen akan sangat signifikan menurunkan produksi padi, terutama areal yang
berproduktivitas tinggi. Dalam kasus Provinsi Jawa Barat dan mungkin di daerah lain yang
serupa, permasalahan peningkatan produksi padi adalah sbb: (1) tingginya alih fungsi lahan
(mengurangi luas panen); (2) menurunnya kesuburan tanah (penurunan produktivitas padi);
(3) buruknya infrastruktur jaringan irigasi (menurunkan produktivitas dan areal panen); (4)
meluasnya area yang berpotensi terkena gangguan bencana alam, seperti kebanjiran,
kekeringan, longsor, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dll. seiring dengan
perubahan iklim global; dan (5) sarana dan alat mesin pertanian pra dan pasca panen yang
mahal (sulitnya meningkatkan IP/areal panen, dan peningkatan produktivitas dan rendemen
gabah-beras). Kompleksnya permasalahan dalam memproduksi padi dan besarnya
peningkatan target produksi yang harus dicapai, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
akan beras, maka diperlukan rasionalisasi secara cepat dan tepat dalam menghitung target dan
peluang untuk menetapkan produksi padi
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Lokasi Pengamatan Petak Tetap
Lokasi pengamatan petak tetap yang di jadikan sampel adalah semua petak pengamatan petak
tetap pada MT 2014.
3.2. Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan yang di ambil adalah pada waktu Musim Tanam 2014.
3.3. Metoda Pengamatan Petak Tetap
Pengamatan tetap dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi
OPT, musuh alami serta intensitas serangan. Petak contoh ditetapkan untuk 3 (tiga) jenis
tanaman utama. Untuk tanaman padi dan tanaman utama lainnya diamati masing-masing 1
(satu) petak contoh, penentuan jenis tanaman utama lainnya yang diamati berdasarkan luas
tanaman terluas saat itu. Dengan demikian pada setiap wilayah pengamatan terdapat 3 (tiga)
petak tetap.
Penentuan lokasi petak tetap berdasarkan daerah endemis serangan OPT, mewakili hamparan
(varietas dan umur tanaman).
3.4. Metode Pengamatan Keliling
Pengamatan keliling atau patrol dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah
pengamatan bertujuan untuk mengetahui dan menghimpun informasi tentang luas pertanaman
terserang, luas pengendalian, luas areal waspada, luas bencana alam, penggunaan dan
peredaran serta penyimpanan pestisida. Wilayah pengamatan/ kecamatan harus diamati
seluruhnya oleh POPT-PHP dalam periode waktu pengamatan selama 2 (dua) minggu.
Wilayah Pengamtan dibagi kedalam 8 (delapan) subwilayah pengamatan (sub wilayah
pengamatan 1 – sub wilayah pengamatan 8).
Sub wilayah pengamatan adalah merupakan hamparan. Penempatan sub wilayah pengamtan
1 (satu) diupayakan berdekatan dengan sub wilayah pengamatan 2 (dua), sub wilayah
pengamatan 2 (dua) berdekatan dengan sub wilayah 3 (tiga) dan seterusnya.
Untuk menentukan lokasi pengamatan yang tepat dan akurat, POPT-PHP disarankan
menggali informasi dari petani/kelompok tani/petani pemandu, penyuluh atau aparat setempat
yang layak dipercaya diwilayah kerjanya. Informasi yang dihimpun antara lain : lokasi
serangan, luas pertanaman, jenis OPT, varietas yang ditanam, dan umur tanaman.
Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati 3 (tiga) petak contoh di setiap sub
wilayah pengmatan, petak contoh yang dipilih harus mewakili hamparan tersebut. Petak
contoh terletak oada perpotongan garis diagonal (A) dan pertengahan potongan-potongan
garis diagonal terpanjang (B dan C). dalam tiap petak contoh dilaksanakan pengamtan pada
unit-unit contoh yang tersebar. Jumlah rumpun yang diamati tiap unit petak contoh adalah 10
rumpun, sehingga terdapat 30 rumpun yang diamati. Kompnen-komponen yang di amati
adalah luas tanaman terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPTm stadia/umur
tanaman, varietas dan tindakan pengendalian yang pernah dilakukan petani.
Pengamatan OPT dilakukan 4 (empat) hari setiap minggu (senin-kamis) kecuali untuk
tangkapan rampu perangkap dan penakar curah hujan dilkaukan setiap hari. Subwilayah
pengamatan I diamati hari senin, subwilayah pengamtan 2 diamati hari selasa, subwilayah
pengamatan 3 diamati hari rabu dan subwilayah pengamatan 4 diamati hari kamis. Hasil
pengamatan dari subwilayah 1-4 adalah merupakan hasil pengamatan minggu pertama.
Pengamatan untuk minggu kedua dilanjutkan pada sub wilayah 5-8 dengan metode yang
sama dengan pengamatan pada subwilayah 1-4. Hasil pengamatan pada minggu ke 2
(subwilayah pengamtan 5-8) adalah merupakan hasil pengamtan tengah bulan pertama
(tanggal 1-15). Untuk pengamtan tengah bulan kedua (tanggal 16-31) dilakukan dengan
metode yang sama dengan pengamatan tengah bulan pertama (tanggal 1-15).
Hasil pengamatan keliling dilaporkan secara rutin pada setiap akhir periode
pengamatan. Laporan pengamatan minggu ke 1 dan ke 2, sedang pada periode laporan tengah
bulan kedua berisi hasil pengamatan minggu ke 3 dan ke 4.
Penaksiran luas serangan pada pengamatan keliling dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Menentukan wilayah penaksiran yaitu hamparan tanaman yang dibatasi oleh batasbatas yang jelas; antara lain : perkampungan, tanaman lain, sungai, jalan, dan lahan
kosong. Apabila perlu wilayah penaksiran dibagi menjadi bagian-bagian(sub wilayah
penaksiran) yang antara lain ditandai oleh : saluran pengairan, tiang listrik, dan
pohon.
b. Mengamati keadaan tanaman di tiap wilayah atau subwilayah penaksiran untuk
mengetahui intensitas serangan dan kepadatan populasi OPT.
c. Mneaksir luas serangan OPT [ada tiap wilauah penaksiran berdasarkan distribusi dan
sifat serangan OPT.
d. Penentuan luas serangan apabila dalam wilayah pengamatan terjadi serangan lebih
dari satu OPT, maka luas serangan yang dipilih adalah luas dan intensitas serangan
OPT yang tertinggi.
3.5. Pengambilan Tanaman Contoh
Pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan metode diagonal. Pada pengamatan
tetap, tiap petak contoh ditentukan 3 (tiga) unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis
diagonal. Petak contoh (A) dan di pertenganhan potongan garis diagonal dan diagonal yang
terpanjang (B dan C). tiap unit contoh diamati 10 rumpun contoh. Pengamatan rumpun
contoh dimulai pada rumpun ke-5 dengan interval 5 langkah. Sedangkan bila petak contoh
kecil, pengamatan rumpun contoh dilakukan dengan metode hurup ‘U”. interval waktu
pengamatan untuk pengamatan tetap ditentuakan satu minggu dan dilaporkan setiap dua
minggu.
3.6. Penilaian Serangan/Kerusakan
Penilian tingkat kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala serangan OPT yang
sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman oleh serangan OPT dikelompokan menjadi
kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak) dan tidak mutlak.
3.6.1. Kerusakan Mutlak
Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap
mutlak digunakan rumus sebagai berikut :
I=
a
x 100
a+b
Keterangan :
I
= Intensitas serangan (%)
a
= Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, malai, gabah, tunas, tanaman,
rumpun/bagian tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak.
b
= banyaknya contoh yang tidak rusak (tidak menunjukan gejala serangan)
Rumus tersebut digunakan untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan
kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada daun, pucul, bunga, buah, tunas, malai, gabah,
rumpun/bagaian tanaman sebagai berikut :
Padi
:
Penggerek batang (tunas dan malai), ganjur (tunas), tikus (tunas dan malai)m
walang sangit (gabah), ulat grayak (malai), babi hutan (rumpun), burung (malai), orongorong (tunas), uret (tunas), siput murbei (rumpun), penyakit blas dan busuk leher (leher malai
dan batang), tungro (rumpun), bercak coklat (gabah), noda palsu (gabah), kerdil rumput
(rumpun), kerdil kuning (rumpun), daun jingga (rumpun), kerdilhampa (malai), dan penyakit
kembang api (malai).
3.6.2. Kerusakan Tidak Mutlak
Untuk menilai serangan OPT yang tidak menimbulkan kerusakan mutlak digunakan
rumus seabgai berikut :
z
∑ ( ¿ x vi )
I = i =0
ZxN
x 100
Keterangan :
I
= Intensitas serangan (%)
ni
= Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan vi
vi
= Nilai skala kerusakan contoh ke-i
N
= Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati
Z
= Nilai skala kerusakan tertinggi
Rumus tersebut di atas digunakan untuk menilai serangan OPT pada tanaman
seabagai berikut :
Padi
: Penyakit blas (daun), bakteri hawar daun (daun), hawar pelepah daun (pelepah
daun), bakteri daun bergaris (daun), bercak coklat (daun), bercak daun coklat bergaris (daun),
bacterial red stripe (daun), ulat grayak (daun), hama putih (daun), hama putih palsu (daun),
belalang (daun), ulat daun (daun), wereng batang coklat (rumpun), kepinding tanah (rumpun),
lalat daun (daun), dan penyakit bakanae (tunas).
3.6. Penetapan Intensitas Serangan
Penetapan intensitas serangan OPT dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) macam
rumus yaitu dengan menggunakan rumus kerusakan mutlak dan kerusakan tidak mutlak.
Intensitas serangan OPT dikategorikan secara kuantitatif dan kualitatif. Intensitas serangan
kuantitatif dinyatakan dalam persen (%) yang menunjukan tanaman, bagian tanaman, atau
kelompok tanaman terserang. Sedangkan intensitas serangan secara kualitatif dinyatakan
dalam kategori serangan ringan, sedang, berat, dan puso. Kategori serangan tersebut secara
berjenjang dilaporakan oleh POPT-PHP, Kordinator POPT-PHP, LPHP/LAH, dan BPTPH.
Penetapan kategori serangan OPT dari intensitas serangan kuantitatif (%) ke intensitas
kualitatif yang terbagi ringan, sedang, berat, dan puso, secara umum dapat menggunakan
pedoman sebagai berikut :
Adapun kategori intensitas serangan hama secara umum dapat digunakan pedoman
sebagai berikut :
-
Serangan Ringan bila tingkat serangan ≤25%
-
Serangan Sedang bila tingkat serangan >25% - ≤50%
-
Serangan Berat bila tingkat serangan >50% - ≤85%
Sedangkan kategori serangan untuk jenis penyakit adalah sebagai berikut :
-
Serangan Ringan bila tingkat serangan ≤11%
-
Serangan Sedang bila tingkat serangan >11% - ≤25%
-
Serangan Berat bila tingkat serangan >25% - ≤85%
Kategori serangan puso baik untuk hama maupun penyakit adalah > 85%. Apabila terjadi
perubahan intensitas serangan dicatat pada kolom luas keadaan serangan pada periode
laporan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Rekapitulasi Keadaan Serangan OPT pada petak Tetap
REKAPITULASI KEADAAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
PADA PETAK TETAP
Kecamatan
: Cisalak
Kabupaten
: Subang
Bulan
Petak
Tetap
Periode
Pengamata
n
I
Musim Tanam
Jenis
Tanaman/Varietas/
Umur
Jenis
OPT
Intensitas
(%)
Kepadatan
Populasi
(ekor/rumpun
)
Minggu *)
I/
II /
III
IV
Minggu*)
I/
II /
III
IV
-
-
Lokal/ 9 Hst
WBC
-
III
Lokal/10 Hst
WBC
-
IV
Lokal/5 Hst
-
I
Ciherang/16 Hst
-
II
Lokal/ 21 Hst
Ciherang/4 Hst
II
P. 1 - 15
April
P. 16-31
III
-
WBC
-
PBP
-
Lokal/22 Hst
IV
Mei
HP
Ciherang/35 Hst
PBP
0.38
I
HPP
Lokal/ 40 Hst
-
-
-
-
-
-
0.0
1
-
3.3
3
-
1.0
2
-
0.26
0.1
3
PBP
0.53
0.2
Blas
3.3
2
Lokal/36 Hst
Tungro
PBP
3.3
0.5
Minggu *)
I/
II /
III
IV
-
-
Lycosa
1.8
1.2
Lycosa
1.6
Lycosa
0.13
Lycosa
0.16
Lycosa
0.13
Lycosa
0.07
0.07
-
1.0
2
PBP
-
Kepadatan
Populasi
(ekor/rumpun
)
2
-
III
IV
-
-
WS
II
Lokal/41 Hst
-
-
Lokal/17 Hst
P. 1 - 15
-
Jenis
Musu
h
Alami
:
2014
-
0.4
Lycosa
0.7
1.1
Lycosa
0.2
1.8
PD
0.2
Lycosa
2
1
Lycosa
0.5
1.02
-
0.8
-
Ciherang/51 Hst
PBP
0.35
Blas
0.05
I
Lokal/ 56 Hst
0.1
3
Tungro
P. 16-31
PBP
0.3
Blas
1.3
0.1
III
Lokal/52 Hst
Tungro
1.3
Ws
Blas
0.15
0.5
6
WS
P. 1 - 15
III
Lokal/ 77 Hst
Blas
0.17
0.5
3
Lokal/78 Hst
Blas
0.3
0.1
Lokal/73 Hst
Blas
0.02
IV
0.5
1
WS
I
WS
Lokal/ 88 Hst
Blas
III
Lokal/89 Hst
WS
IV
Lokal/84 Hst
Blas
1.11
Ciherang/105 Hst
Blas
2.96
Lokal/110 Hst
Blas
3.33
III
Lokal/111 Hst
WS
IV
Lokal/106 Hst
Blas
P. 16-31
I
II
1.11
P. 1 - 15
3.7
Ciherang/Panen
-
-
Lokal/ 5 Hst
-
-
III
DG1/8 Hst
-
-
IV
Lokal/Panen
-
-
Lokal/Pengolahan
-
-
II
P. 16-31
Agustus
I
II
P. 1 - 15
Lokal/15 Hst
Blas
1.4
8
0.14
Lycosa
0.2
1.8
Lycosa
0.5
0.8
Lycosa
0.5
0.8
Lycosa
0.13
0.16
Lycosa
0.1
0.4
Lycosa
0.1
0.23
Lycosa
0.17
0.1
0.2
0.07
0.27
0.4
0.2
0.13
0.17
Lycosa
0.07
0.03
0.2
0.1
Lycosa
0.07
0.13
-
Lycosa
0.17
-
Lycosa
0.07
-
Lycosa
0.07
-
-
-
-
-
-
-
Lycosa
-
-
-
-
0.7
4
-
-
-
-
-
-
Juli
I
-
-
Ciherang/83 Hst
II
0.4
-
-
WS
Juni
PD
0.2
-
-
I
II
0.5
-
IV
Ciherang/72 Hst
Lycosa
-
WS
II
Lokal/57 Hst
0.1
1
0.17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.3
-
-
Lycosa
-
-
-
-
-
0.03
-
0.07
DG1/23 Hst
PBP
1.11
Blas
1.48
-
III
IV
Lokal/Pengolahan
I
II
P. 16-31
DG1/33 Hst
PBP
3.33
Blas
2.22
Tungro
3.33
Blas
1.11
Tungro
3.33
-
Lokal/5 Hst
September
Lokal/22 Hst
I
Lokal/45 Hst
0.3
7
-
0.8
9
-
HP
-
1.1
1
-
PBP
-
0.4
1
-
Blas
1.11
PBP
-
WS
-
Blas
1.48
Tungro
3.33
HP
-
Lokal/34 Hst
PBP
-
Blas
-
PBP
0.21
Tungro
3.33
I
II
DG1/65 Hst
0.17
0.13
Lycosa
0.16
0.1
PBP
-
WS
-
Blas
1.48
0.03
-
-
Lokal/25 Hst
Lokal/57 Hst
PD
PD
-
WBC
III
P. 16-31
1.4
8
-
P. 1 - 15
IV
-
PBP
II
DG1/53 Hst
0.03
-
III
IV
-
1.13
-
Lokal/2 Hst
Lokal/25 Hst
III
0.3
Lycosa
-
0.1
3
-
-
-
-
-
4.4
4
-
0.6
3
2.0
8
-
0.03
-
-
Lycosa
PD
-
0.1
0.07
Lycosa
0.13
-
PD
0.03
-
Lycosa
0.26
0.33
0.07
PD
0.06
0.03
-
CC
-
-
0.06
-
2.22
-
PD
-
-
-
0.33
-
-
-
0.26
-
0.17
-
0.1
3
Lycosa
-
-
-
0.07
-
0.03
-
-
-
Lycosa
-
Lycosa
-
PD
-
Lycosa
0.03
-
PD
0.13
-
Lycosa
0.13
0.07
Pd
0.07
0.03
0.1
-
0.07
-
CC
0.07
0.03
0.03
0.23
-
0.03
-
WBC
Lokal/37 Hst
-
IV
Blas
1.3
-
0.3
-
-
PD
0.13
-
-
0.03
-
Berikut adalah gambaran siklus hidup secara umum OPT dan Musuh Alami pada pengamatan
petak tetap yang telah dilakukan pada MT 2014 :
OPT WBC
2.5
2
Kepadatan Populasi
1.5
1
0.5
0
Periode Pengamatan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT HP (Hama Putih)
6
5
Intensitas Serangan (%)
4
3
2
1
0
Periode Pengamatan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT PBP
3.5
3
Intensitas Serangan (%)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT HPP
0.6
0.5
Intensitas Serangan (%)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Periode Pengamatan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Populasi e/rmp
OPT WS
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT Blas
6
5
Intensitas Serangan (%)
4
3
2
1
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Kerusakan/rmp
OPT Tungro
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
ekor / rumpun
Musuh Alami Lycosa
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Periode laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Musuh Alami PD
0.25
0.2
ekor / rumpun
0.15
0.1
0.05
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Musuh Alami Cocinela
ekor/rumpun
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0
0
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
4.2. Kumulatif Luas Tambah Serangan OPT
REKAPITULASI KUMULATIF LUAS TAMBAH SERANGAN OPT
Kecamatan
: Cisalak
Kabupaten
: Subang
Musim
Tanam
: 2014
September
P. 1P.1615
31
Kumulatif
Keadaan
Serangan
(Ha)
Luas Tambah Serangan (Ha)
OPT
PBP
Desa
Cisalak
Mayang
Gardusayang
Cimanggu
Pakuhaji
Darmaga
April
P. 1P.1615
31
Mei
P. 1P.1615
31
Juni
P. 1P.1615
31
Juli
P. 1P.1615
31
Agustus
P. 1P.1615
31
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
1
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
2
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
Cigadog
Sukakerti
Cupunagara
Jumlah
Blas
Mayang
Gardusayang
Cimanggu
Pakuhaji
Darmaga
Cigadog
Cimanggu
Pakuhaji
Darmaga
Cigadog
Sukakerti
Cupunagara
Gardusayang
Cimanggu
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
-
1
-
-
1
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
2
1
-
-
1
-
1
1
-
2
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
1
-
3
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
1
-
Gardusayang
Mayang
-
-
-
Cisalak
Cisalak
-
-
.5
-
0
Mayang
Tung
ro
1
-
Cupunagara
Jumlah
-
0
Sukakerti
BLB
-
1
Cisalak
Jumlah
-
-
-
.5
-
2
2
-
1
2
1
2
-
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pakuhaji
Darmaga
Cigadog
Sukakerti
Cupunagara
Jumlah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
4.3. Optimalisasi Pemanfaatan Data Pengamatan Petak Tetap
Dengan mengoptimalkan data hasil pengamatan pada petak tetap MT 2014 dapat di
ambil manfaat yakni :
a. Memperoleh informasi keadaan kepadatan OPT
b. Memperoleh informasi kepadatan Musuh Alami
c. Mengetahui Intensitas Serangan
d. Mengetahui fluktuatif dari keadaan OPT pada petak tetap sebagai acuan dasar untuk
mengetahui keadaan OPT pada wilayah kerja
e. Mendapat gambaran siklus hidup dari berbagai OPT
f. Memperoleh karakteristik serta perilaku OPT yang memudahkan dalam pengendalian
Dengan mendapatkan informasi rinci pada petak tetap maka untuk mengetahui luas tanaman
terserang, tanaman waspada, dll akan lebih mudah karena informasi dasar pertumbuhan OPT
pada wilayah kerja telah terhimpun. Selain itu dengan melakukan rekapitulasi maka akan
memudahkan dalam melakukan peramalan OPT di masa yang akan dating, kaitannya dengan
kebutuhan untuk membuat rencana kerja. Kemudian teknik pengendalian juga akan dapat
dilakukan dengan tepat karena detail informasi mengenai karakteristik sifat OPT dan
Perkiraan serangan OPT dapat terhimpun.
Dari data hasil rakapitulasi OPT yang dominan adalah PBP dan Blas, hal tersebut Nampak
terhadap kondisi luas serangan OPT yakni yang dominan adalah PBP dan Blas. Maka
2
pengamatan petak tetap sangat bermanfaat dan optimalisasi dalam hal evaluasi serta
pengambilan keputusan dari data evaluasi pengolahan data tersebut akan selaras dan sejalan
dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Optimalisasi pemanfaatan data Pengamatan petak tetap dapat dilakukan dengan
melakukan anlisa data terhadap hasil pengamatan, selain itu juga dapat dengan membuat
rekapitaluasi dan digambarkan dengan grafik sehingga informasi dari data hasil pengamatan
akan terlihat secara jelas. Karena aka nada penambahan informasi tidak hanya kapadatan
populasi OPT, musuh alami, serta intensitas serangan, namun dapat di peroleh fluktuatif
keadaan serangan OPT, siklus hidup OPT, serta memudahkan dalam pengambilan keputusan,
penyusunan peramalan OPT pada masa yang akan datang.
5.2. Saran
Pengamatan tetap adalah bagian dari tugas POPT sehingga pendalaman ilmu dan
pemahaman akan OPT perlu dilakukan untuk mendeskripsikan gejala atau adanya populasi
OPT di lapangan, maka analisis data dan pengolahan data dapat dilakukan untuk memperoleh
informasi dari hasil pengamtan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Rekomendasi Pengendalian OPT Tanaman Serealia, Direktorat Perlindungan
Tanaman
Pangan,
Direktorat
Jendral Tanaman
Pangan,
Kementrian
Pertanian,
2011:Jakarta.
2. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Kementrian
Pertanian, 2012:Jakarta.
3. www.deptan.go.id
4. diperta.jabarprov.go.id
HASIL PENGAMATAN PETAK TETAP DALAM RANGKA
PENGAMANAN PRODUKSI PADI
Disusun oleh :
TANTAN SHOBARI
POPT KECAMATAN CISALAK KABUPATEN SUBANG
SUB UNIT PPOPT WILAYAH SUBANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan kuasanya
dapat menyelesaikan karya tulis “Optimalisasi Pemanfaatan Data Hasil Pengamatan Dalam
Rangka Pengamanan Produksi Padi”. Salah satu tugas POPT adalah untuk mengamankan
produksi, maka perlu melakukan tindakan-tindakan dan metode yang menunjang
pengamanan produksi tersebut. Metode tersebut adalah pengamatan, untuk itu maka
optimalisasi data hasil pengamatan perlu dilakukan untuk berkontribusi dalam pengamanan
produksi padi terutama di jawa barat.
Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan karya tulis dibutuhkan bantuan dan arahan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Maulud Wahyudin, SP selaku Kordinator SUB UNIT PPOPT Wilayah Subang.
2. Bapak Sarip Aminudin selaku Kordinator POPT Kabupaten Subang
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil tulisan ini jauh dari kesempurnaan, dan
masih banyak kekurangan, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Subang,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………......
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………...
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………
1.4. Manfaat …………………………………………………………………….
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Epidomologi Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav) ……………………..
2.2. Gejala Serangan …………………………………………………………….
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Lokasi Pengamatan Petak Tetap ………………………………
3.2. Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan ………………………………………….
3.3. Metode Pengamatan Petak Tetap …………………………………………..
3.4. Pengambilan Tanaman Contoh ……………………………………………..
3.5. Penilaian Serangan/Kerusakan ……………………………………………..
3.6. Penetapan Intensitas Serangan ……………………………………………..
IV. PEMBAHASAN
4.1. Rekapitulasi Keadaan OPT pada petak tetap ………………………………
4.2. Kumulatif Luas Tambah Serangan OPT …………………………………..
4.3. Optimalisasi Pemanfaatan Data Pengamatan Petan Tetap……………..…..
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………...….
5.2. Saran ………...……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………... Halaman
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………
1.4. Manfaat …………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………... Halaman
1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………...
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………
1.4. Manfaat …………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perlindungan tanaman merupakan bagian utama dari system budidaya tanaman.
Perlindungan tanaman berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, kontinuitas dan efisiensi
produksi. Oleh karena itu perlindungan tanaman harus dipertimbangkan dalam setiap usaha
budidaya tanaman dan pemasaran hasil pertanian.
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi. Resiko ini adalah konsekuensi perubahan agroekosistem akibat kegiatan
budidaya tanaman, berbeda dengan ketidaktentuan iklim yang harus diterima sebagai
fenomena alam. Perubahan atau ketidaktentuan iklim berpengaruh langsung terhadap usaha
budidaya tanaman, dan akhirnya mempengaruhi perkembangan OPT.
Kegiatan perlindungan tanaman di dalam system produksi terus berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi. Untuk mengatasi kesenjangan informasi teknologi
pengendalian OPT pada tanaman serealia khususnya padi maka di perlukan suatu
rekomendais pengendalian.
1.2. Perumusan Masalah
Jumlah penduduk yang terus meningkat, harus di ikuti pula dengan ketersediaan
kebutuhan pangan. Namun luas areal semakin sempit, maka perlu ada penerapan teknologi
dan perlindungan tanaman dari OPT. kegiatan perlindungan tanaman dapat dilakukan salah
satunya adalah
dengan kegiatan pengamatan terhadap pertanaman, diantaranya adalah
pengamatan petak tetap, pengamatan keliling, pemberian laporan peringatan bahaya dan
rekomendasi pengendalian.
1.3. Tujuan
Optimalisasi pemanfaatan data hasil pengamatan dari petak tetap kaitannya dengan
pengamatn petak keliling, laporan peringatan bahaya, dan rekomendasi pengendalian OPT.
sehingga dapat di peroleh informasi dan tindak lanjut dari data hasil pengamatan tersebut.
1.4. Manfaat
Manfaat dari optimalisasi pemanfaatan data pengamatan ini adalah dapat menentukan
tindak lanjut / kebijakan yang akan di ambil dalam kaitannya dengan pengamanan produksi
padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Produksi padi Nasional ditargetkan surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014, dan
Provinsi Jawa Barat ditargetkan dapat menyumbang 30% nya yaitu 2,9 juta ton beras atau
setara dengan 5,16 juta ton GKG. Produksi padi di Jawa Barat dapat dihitung dengan cara
sbb: (1) perhitungan gabungan; dan (2) jumlah produksi padi di tiap kabupaten di Jabar. Jika
dilihat secara matematis, maka rumus produksi padi adalah sbb:
Produksi padi (ton GKG) = Luas panen (ha) x Produktivitas (ton/ha),
Apabila rumus tersebut diterapkan untuk hamparan dengan kondisi yang beragam (kesuburan
tanah, fisik tanah, ketersediaan air, draenase, OPT, berbagai kendala biotik dan abiotik
lainnya, tehnik budidaya yang diterapkan), maka rumus tersebut diurai menjadi penjumlahan
dari produksi dari setiap unit hamparan yang relatif seragam dan ditulis sbb:
∑Produksi padi (ton GKG) = ∑Luas panen (ha) x ∑Produktivitas (ton/ha)
Dengan rumus di atas terlihat bahwa (1) produksi padi akan meningkat dengan
meningkatkan luasan area yang berproduktivitas tinggi; (2) peningkatan produktivitas melalui
perakitan teknologi apapun, tidak akan meningkatkan produksi secara signifikan, apabila
diterapkan hanya pada luas panen yang sempit (luasan adopsi); (3) penyusutan luas areal
panen akan sangat signifikan menurunkan produksi padi, terutama areal yang
berproduktivitas tinggi. Dalam kasus Provinsi Jawa Barat dan mungkin di daerah lain yang
serupa, permasalahan peningkatan produksi padi adalah sbb: (1) tingginya alih fungsi lahan
(mengurangi luas panen); (2) menurunnya kesuburan tanah (penurunan produktivitas padi);
(3) buruknya infrastruktur jaringan irigasi (menurunkan produktivitas dan areal panen); (4)
meluasnya area yang berpotensi terkena gangguan bencana alam, seperti kebanjiran,
kekeringan, longsor, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dll. seiring dengan
perubahan iklim global; dan (5) sarana dan alat mesin pertanian pra dan pasca panen yang
mahal (sulitnya meningkatkan IP/areal panen, dan peningkatan produktivitas dan rendemen
gabah-beras). Kompleksnya permasalahan dalam memproduksi padi dan besarnya
peningkatan target produksi yang harus dicapai, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
akan beras, maka diperlukan rasionalisasi secara cepat dan tepat dalam menghitung target dan
peluang untuk menetapkan produksi padi
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Lokasi Pengamatan Petak Tetap
Lokasi pengamatan petak tetap yang di jadikan sampel adalah semua petak pengamatan petak
tetap pada MT 2014.
3.2. Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan yang di ambil adalah pada waktu Musim Tanam 2014.
3.3. Metoda Pengamatan Petak Tetap
Pengamatan tetap dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi
OPT, musuh alami serta intensitas serangan. Petak contoh ditetapkan untuk 3 (tiga) jenis
tanaman utama. Untuk tanaman padi dan tanaman utama lainnya diamati masing-masing 1
(satu) petak contoh, penentuan jenis tanaman utama lainnya yang diamati berdasarkan luas
tanaman terluas saat itu. Dengan demikian pada setiap wilayah pengamatan terdapat 3 (tiga)
petak tetap.
Penentuan lokasi petak tetap berdasarkan daerah endemis serangan OPT, mewakili hamparan
(varietas dan umur tanaman).
3.4. Metode Pengamatan Keliling
Pengamatan keliling atau patrol dilaksanakan dengan menjelajahi wilayah
pengamatan bertujuan untuk mengetahui dan menghimpun informasi tentang luas pertanaman
terserang, luas pengendalian, luas areal waspada, luas bencana alam, penggunaan dan
peredaran serta penyimpanan pestisida. Wilayah pengamatan/ kecamatan harus diamati
seluruhnya oleh POPT-PHP dalam periode waktu pengamatan selama 2 (dua) minggu.
Wilayah Pengamtan dibagi kedalam 8 (delapan) subwilayah pengamatan (sub wilayah
pengamatan 1 – sub wilayah pengamatan 8).
Sub wilayah pengamatan adalah merupakan hamparan. Penempatan sub wilayah pengamtan
1 (satu) diupayakan berdekatan dengan sub wilayah pengamatan 2 (dua), sub wilayah
pengamatan 2 (dua) berdekatan dengan sub wilayah 3 (tiga) dan seterusnya.
Untuk menentukan lokasi pengamatan yang tepat dan akurat, POPT-PHP disarankan
menggali informasi dari petani/kelompok tani/petani pemandu, penyuluh atau aparat setempat
yang layak dipercaya diwilayah kerjanya. Informasi yang dihimpun antara lain : lokasi
serangan, luas pertanaman, jenis OPT, varietas yang ditanam, dan umur tanaman.
Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati 3 (tiga) petak contoh di setiap sub
wilayah pengmatan, petak contoh yang dipilih harus mewakili hamparan tersebut. Petak
contoh terletak oada perpotongan garis diagonal (A) dan pertengahan potongan-potongan
garis diagonal terpanjang (B dan C). dalam tiap petak contoh dilaksanakan pengamtan pada
unit-unit contoh yang tersebar. Jumlah rumpun yang diamati tiap unit petak contoh adalah 10
rumpun, sehingga terdapat 30 rumpun yang diamati. Kompnen-komponen yang di amati
adalah luas tanaman terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPTm stadia/umur
tanaman, varietas dan tindakan pengendalian yang pernah dilakukan petani.
Pengamatan OPT dilakukan 4 (empat) hari setiap minggu (senin-kamis) kecuali untuk
tangkapan rampu perangkap dan penakar curah hujan dilkaukan setiap hari. Subwilayah
pengamatan I diamati hari senin, subwilayah pengamtan 2 diamati hari selasa, subwilayah
pengamatan 3 diamati hari rabu dan subwilayah pengamatan 4 diamati hari kamis. Hasil
pengamatan dari subwilayah 1-4 adalah merupakan hasil pengamatan minggu pertama.
Pengamatan untuk minggu kedua dilanjutkan pada sub wilayah 5-8 dengan metode yang
sama dengan pengamatan pada subwilayah 1-4. Hasil pengamatan pada minggu ke 2
(subwilayah pengamtan 5-8) adalah merupakan hasil pengamtan tengah bulan pertama
(tanggal 1-15). Untuk pengamtan tengah bulan kedua (tanggal 16-31) dilakukan dengan
metode yang sama dengan pengamatan tengah bulan pertama (tanggal 1-15).
Hasil pengamatan keliling dilaporkan secara rutin pada setiap akhir periode
pengamatan. Laporan pengamatan minggu ke 1 dan ke 2, sedang pada periode laporan tengah
bulan kedua berisi hasil pengamatan minggu ke 3 dan ke 4.
Penaksiran luas serangan pada pengamatan keliling dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Menentukan wilayah penaksiran yaitu hamparan tanaman yang dibatasi oleh batasbatas yang jelas; antara lain : perkampungan, tanaman lain, sungai, jalan, dan lahan
kosong. Apabila perlu wilayah penaksiran dibagi menjadi bagian-bagian(sub wilayah
penaksiran) yang antara lain ditandai oleh : saluran pengairan, tiang listrik, dan
pohon.
b. Mengamati keadaan tanaman di tiap wilayah atau subwilayah penaksiran untuk
mengetahui intensitas serangan dan kepadatan populasi OPT.
c. Mneaksir luas serangan OPT [ada tiap wilauah penaksiran berdasarkan distribusi dan
sifat serangan OPT.
d. Penentuan luas serangan apabila dalam wilayah pengamatan terjadi serangan lebih
dari satu OPT, maka luas serangan yang dipilih adalah luas dan intensitas serangan
OPT yang tertinggi.
3.5. Pengambilan Tanaman Contoh
Pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan metode diagonal. Pada pengamatan
tetap, tiap petak contoh ditentukan 3 (tiga) unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis
diagonal. Petak contoh (A) dan di pertenganhan potongan garis diagonal dan diagonal yang
terpanjang (B dan C). tiap unit contoh diamati 10 rumpun contoh. Pengamatan rumpun
contoh dimulai pada rumpun ke-5 dengan interval 5 langkah. Sedangkan bila petak contoh
kecil, pengamatan rumpun contoh dilakukan dengan metode hurup ‘U”. interval waktu
pengamatan untuk pengamatan tetap ditentuakan satu minggu dan dilaporkan setiap dua
minggu.
3.6. Penilaian Serangan/Kerusakan
Penilian tingkat kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala serangan OPT yang
sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman oleh serangan OPT dikelompokan menjadi
kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak) dan tidak mutlak.
3.6.1. Kerusakan Mutlak
Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap
mutlak digunakan rumus sebagai berikut :
I=
a
x 100
a+b
Keterangan :
I
= Intensitas serangan (%)
a
= Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, malai, gabah, tunas, tanaman,
rumpun/bagian tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak.
b
= banyaknya contoh yang tidak rusak (tidak menunjukan gejala serangan)
Rumus tersebut digunakan untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan
kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada daun, pucul, bunga, buah, tunas, malai, gabah,
rumpun/bagaian tanaman sebagai berikut :
Padi
:
Penggerek batang (tunas dan malai), ganjur (tunas), tikus (tunas dan malai)m
walang sangit (gabah), ulat grayak (malai), babi hutan (rumpun), burung (malai), orongorong (tunas), uret (tunas), siput murbei (rumpun), penyakit blas dan busuk leher (leher malai
dan batang), tungro (rumpun), bercak coklat (gabah), noda palsu (gabah), kerdil rumput
(rumpun), kerdil kuning (rumpun), daun jingga (rumpun), kerdilhampa (malai), dan penyakit
kembang api (malai).
3.6.2. Kerusakan Tidak Mutlak
Untuk menilai serangan OPT yang tidak menimbulkan kerusakan mutlak digunakan
rumus seabgai berikut :
z
∑ ( ¿ x vi )
I = i =0
ZxN
x 100
Keterangan :
I
= Intensitas serangan (%)
ni
= Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh dengan skala kerusakan vi
vi
= Nilai skala kerusakan contoh ke-i
N
= Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diamati
Z
= Nilai skala kerusakan tertinggi
Rumus tersebut di atas digunakan untuk menilai serangan OPT pada tanaman
seabagai berikut :
Padi
: Penyakit blas (daun), bakteri hawar daun (daun), hawar pelepah daun (pelepah
daun), bakteri daun bergaris (daun), bercak coklat (daun), bercak daun coklat bergaris (daun),
bacterial red stripe (daun), ulat grayak (daun), hama putih (daun), hama putih palsu (daun),
belalang (daun), ulat daun (daun), wereng batang coklat (rumpun), kepinding tanah (rumpun),
lalat daun (daun), dan penyakit bakanae (tunas).
3.6. Penetapan Intensitas Serangan
Penetapan intensitas serangan OPT dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) macam
rumus yaitu dengan menggunakan rumus kerusakan mutlak dan kerusakan tidak mutlak.
Intensitas serangan OPT dikategorikan secara kuantitatif dan kualitatif. Intensitas serangan
kuantitatif dinyatakan dalam persen (%) yang menunjukan tanaman, bagian tanaman, atau
kelompok tanaman terserang. Sedangkan intensitas serangan secara kualitatif dinyatakan
dalam kategori serangan ringan, sedang, berat, dan puso. Kategori serangan tersebut secara
berjenjang dilaporakan oleh POPT-PHP, Kordinator POPT-PHP, LPHP/LAH, dan BPTPH.
Penetapan kategori serangan OPT dari intensitas serangan kuantitatif (%) ke intensitas
kualitatif yang terbagi ringan, sedang, berat, dan puso, secara umum dapat menggunakan
pedoman sebagai berikut :
Adapun kategori intensitas serangan hama secara umum dapat digunakan pedoman
sebagai berikut :
-
Serangan Ringan bila tingkat serangan ≤25%
-
Serangan Sedang bila tingkat serangan >25% - ≤50%
-
Serangan Berat bila tingkat serangan >50% - ≤85%
Sedangkan kategori serangan untuk jenis penyakit adalah sebagai berikut :
-
Serangan Ringan bila tingkat serangan ≤11%
-
Serangan Sedang bila tingkat serangan >11% - ≤25%
-
Serangan Berat bila tingkat serangan >25% - ≤85%
Kategori serangan puso baik untuk hama maupun penyakit adalah > 85%. Apabila terjadi
perubahan intensitas serangan dicatat pada kolom luas keadaan serangan pada periode
laporan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Rekapitulasi Keadaan Serangan OPT pada petak Tetap
REKAPITULASI KEADAAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
PADA PETAK TETAP
Kecamatan
: Cisalak
Kabupaten
: Subang
Bulan
Petak
Tetap
Periode
Pengamata
n
I
Musim Tanam
Jenis
Tanaman/Varietas/
Umur
Jenis
OPT
Intensitas
(%)
Kepadatan
Populasi
(ekor/rumpun
)
Minggu *)
I/
II /
III
IV
Minggu*)
I/
II /
III
IV
-
-
Lokal/ 9 Hst
WBC
-
III
Lokal/10 Hst
WBC
-
IV
Lokal/5 Hst
-
I
Ciherang/16 Hst
-
II
Lokal/ 21 Hst
Ciherang/4 Hst
II
P. 1 - 15
April
P. 16-31
III
-
WBC
-
PBP
-
Lokal/22 Hst
IV
Mei
HP
Ciherang/35 Hst
PBP
0.38
I
HPP
Lokal/ 40 Hst
-
-
-
-
-
-
0.0
1
-
3.3
3
-
1.0
2
-
0.26
0.1
3
PBP
0.53
0.2
Blas
3.3
2
Lokal/36 Hst
Tungro
PBP
3.3
0.5
Minggu *)
I/
II /
III
IV
-
-
Lycosa
1.8
1.2
Lycosa
1.6
Lycosa
0.13
Lycosa
0.16
Lycosa
0.13
Lycosa
0.07
0.07
-
1.0
2
PBP
-
Kepadatan
Populasi
(ekor/rumpun
)
2
-
III
IV
-
-
WS
II
Lokal/41 Hst
-
-
Lokal/17 Hst
P. 1 - 15
-
Jenis
Musu
h
Alami
:
2014
-
0.4
Lycosa
0.7
1.1
Lycosa
0.2
1.8
PD
0.2
Lycosa
2
1
Lycosa
0.5
1.02
-
0.8
-
Ciherang/51 Hst
PBP
0.35
Blas
0.05
I
Lokal/ 56 Hst
0.1
3
Tungro
P. 16-31
PBP
0.3
Blas
1.3
0.1
III
Lokal/52 Hst
Tungro
1.3
Ws
Blas
0.15
0.5
6
WS
P. 1 - 15
III
Lokal/ 77 Hst
Blas
0.17
0.5
3
Lokal/78 Hst
Blas
0.3
0.1
Lokal/73 Hst
Blas
0.02
IV
0.5
1
WS
I
WS
Lokal/ 88 Hst
Blas
III
Lokal/89 Hst
WS
IV
Lokal/84 Hst
Blas
1.11
Ciherang/105 Hst
Blas
2.96
Lokal/110 Hst
Blas
3.33
III
Lokal/111 Hst
WS
IV
Lokal/106 Hst
Blas
P. 16-31
I
II
1.11
P. 1 - 15
3.7
Ciherang/Panen
-
-
Lokal/ 5 Hst
-
-
III
DG1/8 Hst
-
-
IV
Lokal/Panen
-
-
Lokal/Pengolahan
-
-
II
P. 16-31
Agustus
I
II
P. 1 - 15
Lokal/15 Hst
Blas
1.4
8
0.14
Lycosa
0.2
1.8
Lycosa
0.5
0.8
Lycosa
0.5
0.8
Lycosa
0.13
0.16
Lycosa
0.1
0.4
Lycosa
0.1
0.23
Lycosa
0.17
0.1
0.2
0.07
0.27
0.4
0.2
0.13
0.17
Lycosa
0.07
0.03
0.2
0.1
Lycosa
0.07
0.13
-
Lycosa
0.17
-
Lycosa
0.07
-
Lycosa
0.07
-
-
-
-
-
-
-
Lycosa
-
-
-
-
0.7
4
-
-
-
-
-
-
Juli
I
-
-
Ciherang/83 Hst
II
0.4
-
-
WS
Juni
PD
0.2
-
-
I
II
0.5
-
IV
Ciherang/72 Hst
Lycosa
-
WS
II
Lokal/57 Hst
0.1
1
0.17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.3
-
-
Lycosa
-
-
-
-
-
0.03
-
0.07
DG1/23 Hst
PBP
1.11
Blas
1.48
-
III
IV
Lokal/Pengolahan
I
II
P. 16-31
DG1/33 Hst
PBP
3.33
Blas
2.22
Tungro
3.33
Blas
1.11
Tungro
3.33
-
Lokal/5 Hst
September
Lokal/22 Hst
I
Lokal/45 Hst
0.3
7
-
0.8
9
-
HP
-
1.1
1
-
PBP
-
0.4
1
-
Blas
1.11
PBP
-
WS
-
Blas
1.48
Tungro
3.33
HP
-
Lokal/34 Hst
PBP
-
Blas
-
PBP
0.21
Tungro
3.33
I
II
DG1/65 Hst
0.17
0.13
Lycosa
0.16
0.1
PBP
-
WS
-
Blas
1.48
0.03
-
-
Lokal/25 Hst
Lokal/57 Hst
PD
PD
-
WBC
III
P. 16-31
1.4
8
-
P. 1 - 15
IV
-
PBP
II
DG1/53 Hst
0.03
-
III
IV
-
1.13
-
Lokal/2 Hst
Lokal/25 Hst
III
0.3
Lycosa
-
0.1
3
-
-
-
-
-
4.4
4
-
0.6
3
2.0
8
-
0.03
-
-
Lycosa
PD
-
0.1
0.07
Lycosa
0.13
-
PD
0.03
-
Lycosa
0.26
0.33
0.07
PD
0.06
0.03
-
CC
-
-
0.06
-
2.22
-
PD
-
-
-
0.33
-
-
-
0.26
-
0.17
-
0.1
3
Lycosa
-
-
-
0.07
-
0.03
-
-
-
Lycosa
-
Lycosa
-
PD
-
Lycosa
0.03
-
PD
0.13
-
Lycosa
0.13
0.07
Pd
0.07
0.03
0.1
-
0.07
-
CC
0.07
0.03
0.03
0.23
-
0.03
-
WBC
Lokal/37 Hst
-
IV
Blas
1.3
-
0.3
-
-
PD
0.13
-
-
0.03
-
Berikut adalah gambaran siklus hidup secara umum OPT dan Musuh Alami pada pengamatan
petak tetap yang telah dilakukan pada MT 2014 :
OPT WBC
2.5
2
Kepadatan Populasi
1.5
1
0.5
0
Periode Pengamatan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT HP (Hama Putih)
6
5
Intensitas Serangan (%)
4
3
2
1
0
Periode Pengamatan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT PBP
3.5
3
Intensitas Serangan (%)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT HPP
0.6
0.5
Intensitas Serangan (%)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Periode Pengamatan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Populasi e/rmp
OPT WS
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
OPT Blas
6
5
Intensitas Serangan (%)
4
3
2
1
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Kerusakan/rmp
OPT Tungro
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
ekor / rumpun
Musuh Alami Lycosa
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Periode laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Musuh Alami PD
0.25
0.2
ekor / rumpun
0.15
0.1
0.05
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Musuh Alami Cocinela
ekor/rumpun
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0
0
0
Periode Laporan
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
4.2. Kumulatif Luas Tambah Serangan OPT
REKAPITULASI KUMULATIF LUAS TAMBAH SERANGAN OPT
Kecamatan
: Cisalak
Kabupaten
: Subang
Musim
Tanam
: 2014
September
P. 1P.1615
31
Kumulatif
Keadaan
Serangan
(Ha)
Luas Tambah Serangan (Ha)
OPT
PBP
Desa
Cisalak
Mayang
Gardusayang
Cimanggu
Pakuhaji
Darmaga
April
P. 1P.1615
31
Mei
P. 1P.1615
31
Juni
P. 1P.1615
31
Juli
P. 1P.1615
31
Agustus
P. 1P.1615
31
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
1
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
2
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
Cigadog
Sukakerti
Cupunagara
Jumlah
Blas
Mayang
Gardusayang
Cimanggu
Pakuhaji
Darmaga
Cigadog
Cimanggu
Pakuhaji
Darmaga
Cigadog
Sukakerti
Cupunagara
Gardusayang
Cimanggu
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
-
1
-
-
1
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
2
1
-
-
1
-
1
1
-
2
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
1
-
3
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
1
-
Gardusayang
Mayang
-
-
-
Cisalak
Cisalak
-
-
.5
-
0
Mayang
Tung
ro
1
-
Cupunagara
Jumlah
-
0
Sukakerti
BLB
-
1
Cisalak
Jumlah
-
-
-
.5
-
2
2
-
1
2
1
2
-
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pakuhaji
Darmaga
Cigadog
Sukakerti
Cupunagara
Jumlah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
4.3. Optimalisasi Pemanfaatan Data Pengamatan Petak Tetap
Dengan mengoptimalkan data hasil pengamatan pada petak tetap MT 2014 dapat di
ambil manfaat yakni :
a. Memperoleh informasi keadaan kepadatan OPT
b. Memperoleh informasi kepadatan Musuh Alami
c. Mengetahui Intensitas Serangan
d. Mengetahui fluktuatif dari keadaan OPT pada petak tetap sebagai acuan dasar untuk
mengetahui keadaan OPT pada wilayah kerja
e. Mendapat gambaran siklus hidup dari berbagai OPT
f. Memperoleh karakteristik serta perilaku OPT yang memudahkan dalam pengendalian
Dengan mendapatkan informasi rinci pada petak tetap maka untuk mengetahui luas tanaman
terserang, tanaman waspada, dll akan lebih mudah karena informasi dasar pertumbuhan OPT
pada wilayah kerja telah terhimpun. Selain itu dengan melakukan rekapitulasi maka akan
memudahkan dalam melakukan peramalan OPT di masa yang akan dating, kaitannya dengan
kebutuhan untuk membuat rencana kerja. Kemudian teknik pengendalian juga akan dapat
dilakukan dengan tepat karena detail informasi mengenai karakteristik sifat OPT dan
Perkiraan serangan OPT dapat terhimpun.
Dari data hasil rakapitulasi OPT yang dominan adalah PBP dan Blas, hal tersebut Nampak
terhadap kondisi luas serangan OPT yakni yang dominan adalah PBP dan Blas. Maka
2
pengamatan petak tetap sangat bermanfaat dan optimalisasi dalam hal evaluasi serta
pengambilan keputusan dari data evaluasi pengolahan data tersebut akan selaras dan sejalan
dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Optimalisasi pemanfaatan data Pengamatan petak tetap dapat dilakukan dengan
melakukan anlisa data terhadap hasil pengamatan, selain itu juga dapat dengan membuat
rekapitaluasi dan digambarkan dengan grafik sehingga informasi dari data hasil pengamatan
akan terlihat secara jelas. Karena aka nada penambahan informasi tidak hanya kapadatan
populasi OPT, musuh alami, serta intensitas serangan, namun dapat di peroleh fluktuatif
keadaan serangan OPT, siklus hidup OPT, serta memudahkan dalam pengambilan keputusan,
penyusunan peramalan OPT pada masa yang akan datang.
5.2. Saran
Pengamatan tetap adalah bagian dari tugas POPT sehingga pendalaman ilmu dan
pemahaman akan OPT perlu dilakukan untuk mendeskripsikan gejala atau adanya populasi
OPT di lapangan, maka analisis data dan pengolahan data dapat dilakukan untuk memperoleh
informasi dari hasil pengamtan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Rekomendasi Pengendalian OPT Tanaman Serealia, Direktorat Perlindungan
Tanaman
Pangan,
Direktorat
Jendral Tanaman
Pangan,
Kementrian
Pertanian,
2011:Jakarta.
2. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Kementrian
Pertanian, 2012:Jakarta.
3. www.deptan.go.id
4. diperta.jabarprov.go.id