ANALISIS PERMASALAHAN EKONOMI KOTA STUDI

2

3

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Analisis Permasalahan
Ekonomi Kota (Studi Kasus: Permukiman Kumuh Bhaskara Sawah, Kelurahan Kalisari,
Surabaya) untuk pemenuhan tugas mata kuliah Ekonomi Kota ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg.
Dan Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST. MT. MSc. beserta tim dosen atas bimbingannya selaku
dosen mata kuliah Ekonomi Kota. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu
dan memberikan masukan-masukan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama kami sebagai
mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota.
Surabaya, Mei 2016


Penulis

4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................................1
1.1

Latar Belakang............................................................................................................................................1

1.2

Tujuan...........................................................................................................................................................2

1.3

Sistematika Penulisan................................................................................................................................3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................................4
2.1

Konsep Urbanisasi.....................................................................................................................................4

2.2

Urbanisasi dalam pertumbuhan Ekonomi...............................................................................................7

2.3

Permukiman Kumuh...................................................................................................................................8

2.4

Analisis SWOT............................................................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................................................12
3.1


Gambaran Umum Wilayah......................................................................................................................12

3.1.2

Jenis Pekerjaan.................................................................................................................................13

3.1.3

Kepemilikan Lahan..........................................................................................................................14

3.1.4

Pasokan Listrik dan Air Bersih.......................................................................................................15

3.1.5

Urbanisasi.........................................................................................................................................15

3.2


Identifikasi Masalah..................................................................................................................................15

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................................................................18
4.1

Analisa SWOT...........................................................................................................................................18

4.2

Konsep Penanganan................................................................................................................................21

BAB V PENUTUP......................................................................................................................................................22
5.1

Kesimpulan................................................................................................................................................22

5.2

Lesson Learned........................................................................................................................................23


DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................24

5

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Pada hakikatnya, kota merupakan suatu tempat yang akan berkembang terus
menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya. Dalam
perkembangannya, segala aspek akan ikut tumbuh dan berkembang serta memunculkan
permasalahan yang kompleks pula. Perkembangan dan perubahan suatu kota terjadi
pada kondisi fisik, ekonomi, sosial dan politik. Dalam perubahan dan perkembangan kota,
para perencana kota diharapkan mempertahankan atau memelihara sesuatu yang baik
tentang kota dan berupaya merencanakan pertumbuhan dan perubahannya (Catanese &
Snider, 1988).

Saat ini kota menjadi tempat terkonsentrasinya populasi manusia tempat mereka

mempertahankan hidup dan kehidupannya selayak mungkin sebagai manusia. Dalam
prosesnya, pertumbuhan populasi tersebut akan semakin menekan Kota guna
menanggapi dan mengakomodasi seluruh kebutuhan penduduknya tanpa terkecuali.
Kebutuhan-kebutuhan itupun sangat dinamis seiring dengan berkembangnya zaman dan
peradaban manusia. Namun permasalahannya adalah terletak pada luas lahan suatu kota
tidak akan bertambah dalam arti terbatas pada batas dan daya dukung tertentu. Saat
dimana kebutuhan dan upaya pengakomodasiannya sudah melebihi batas daya dukung
tersebut, maka permasalahan pun akan muncul dalam berbagai aspek kehidupan di kota.
Permasalahan-permasalahan ini dasarnya memang bersumber dari tekanan pertumbuhan
penduduk yang kemudian mempengaruhi tingkat kebutuhan. Permasalahan yang muncul
terkadang tidak hanya sekedar muncul dan memberi dampak yang sesaat, namun
dampak yang ditimbulkan oleh permasalahan sering kali berkelanjutan dalam jangka
waktu yang lama, bahkan dapat terulang di masa-masa selanjutnya.

Artinya,

permasalahan kota yang muncul dapat merubah pola perilaku maupun aktivitas suatu
kota, dan hal ini dapat berupa dampak negative, positif maupun netral. Namun biasanya
dampak negative akan selalu mendominasi karena kompleksnya sistem kehidupan di
Kota.


Seiring dengan perkembangan jaman, kota – Kota besar di Indonesia memang
memiliki daya tarik bagi

masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaaan. Ketertarikan

inilah yang menimbulkan fenomena urbanisasi. Urbanisasi saat ini telah banyak
berkembang. Bukan hanya membuat perpindahan penduduk dari desa ke kota, namun
juga menyebabkan sub-urban dekat kota menjadi tempat pilihan masyarakatnya. Adanya
sebutan desa-kota, membuat urbanisasi sangat melekat dengan masyarakat. Di Indonesia
sendiri, berdasarkan perhitungan dari Badan Pusat Statistik, secara kumulatif diketahui
bahwa sampai tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia yang pernah melakukan migrasi
adalah 11,4 juta jiwa, sedangkan pada tahun 1990 angka tersebut meningkat menjadi
17,8 juta jiwa. Hal ini membuktikan adanya faktor sosial pada masyarakat untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik dengan cara berpindah.

Namun, para pelaku urbanisasi di Indonesia cenderung memiliki tingkat pendidikan
yang rendah sehingga tidak mampu bersaing dan menjadi pengangguran. Kejadian
tersebut selalu berulang dan menjadi salah satu faktor utama kemiskinan di kota besar.
Pembangunan kota di Indonesia pun memiliki tantangan besar dalam mengatasi masalah

ini sejak beberapa dekade lalu. Fenomena ini dipandang para ahli sebagai bom waktu,
karena suatu saat bisa menjadi ledakan sosial dan mengancam peri-kehidupan manusia
terutama di daerah perkotaan. Pertambahan penduduk yang pesat meningkatkan
kebutuhan akan perumahan, dan berdampak pada perubahan lingkungan seperti alih
fungsi lahan. sehingga dampaknya dirasakan oleh daerah yang bersangkutan dan
lingkungan sekitarnya seperti bencana banjir dan sebagainya.
Uraian diatas mengetahui bagaimana sisi negatif dari perkembangan kota
merupakan fenomena yang memiliki sebab mengakar dan masih menjadi momok
pemerintah. Makalah ini akan mengidentifikasi secara rinci mengenai masalah yang ada di
perkotaan salah satunya urbanisasi dan memberikan konsep penanganan dari masalah
tersebut.
1.2

Tujuan

Tujuan dari penyusunan malakah ini adalah sebagai berikut :

1. Mereview beberapa referensi yang terkait dengan faktor penyebab timbulnya
persoalan ekonomi kota, dampak dan implikasinya, serta konsep penanganan
persoalan ekonomi kota yang telah diidentifikasi.


2. Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya persoalan ekonomi kota dan mampu
menilai dampak / implikasi persoalan ekonomi kota.

3. Menyusun konsep penanganan untuk mengatasi persoalan ekonomi kota.

4. Menyusun lesson learned terkait pembahasan makalah yang sudah dijelaskan dalam
makalah

1.3

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :



BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang terkait permasalahan ekonomi kota khususnya Urbanisasi

yang berada di kota Jakarta, tujuan serta sistematika penulisan makalah



Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan teori Ekonomi Kota yang berkaitan dengan permasalahan kota,
salah satunya urbanisasi, dan pemaparan penanganan mengenai permasalahan kota
sehingga dapat menunjang dari fakta empiri yang ada



Bab III PEMBAHASAN

Bab ini menekankan pada gambaran umum dan identifikasi masalah perkotaan



Bab IV ANALISIS


Bab ini berisi analisa permasalahan dan konsep penanganan permasalahan yang
dibahas dalam makalah ini.



BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, lesson learned berdasarkan apa yang telah dibahas mulai
BAB I hingga BAB IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Urbanisasi

Menurut Kingsley Davis (1965) urbanisasi adalah jumlah penduduk yang memusat di
daerah perkotaan atau meningkatnya proporsi tersebut.

Menurut Bintarto (1986:15) urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses dalam
artian:



Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota ; kota menjadi lebih padat
sebagai akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil kenaikan fertilitas
penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang
bermukim dan berkembang di kota.



Bertambahnya jumlah kota dalam suatu Negara atau wilayah sebagai akibat dari
perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi.



Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana kehidupan kota.

Urbanisasi biasanya dapat diukur dengan melihat proporsi jumlah penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan. Untuk mengukur tingkat urbanisasi di suatu daerah biasanya
dengan menghitung perbandingan jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan
dengan jumlah penduduk seluruhnya dalam suatu wilayah.
Urbanisasi

selayaknya

menjadi

peluang

bagi

perkotaan

yang

notabene

membutuhkan tenaga kerja untuk mendukung jalannya kegiatan perekonomian di kota.
Namun pada kenyataannya, urbanisasi di Indonesia malah menimbulkan permasalahan
karena tidak adanya pengendalian didalam prosesnya. Disamping itu, fakta bahwa
Indonesia memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi yang tidak sebanding dengan
perkembangan industrialisasi mendorong fenomena urbanisasi berlebih.
Faktor Urbanisasi
Pengaruh-pengaruh

terjadinya

urbanisasi bisa dalam

bentuk sesuatu yang

mendorong atau memaksa, biasa disebut faktor pendorong seseorang untuk melakukan
perpindahan. Jika pengaruh dalam bentuk menarik perhatian seseorang agar melakukan
urbanisasi biasa disebut faktor penarik. Jadi urbanisasi dibagi dalam beberapa faktor,
yakni faktor penarik dan faktor pendorong.

a. Faktor Penarik

Faktor yang menarik perhatian masyarakat yang akan maupun

yang sudah

melakukan dibagi dalam beberapa faktor :



Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah masyarakat desa yang akan
melakukan urbanisasi akan berfikir kalau kehidupan dikota itu indah karena mereka
akan merasa bahwa mereka itu modern dan hidup dalam kemewahan



Sarana dan prasarana yang lebih lengkap Faktor inilah yang membuat masyarakat
semakin tertarik untuk melakukan urbanisasi, karena di kota lengkapnya sarana dan
prasarana dapat menunjang kehidupan mereka



Banyak lapangan kerja dikota Berbagai banyak macam pekerjaan di kota juga dapat
menarik perhatian masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka



Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas. Para urban
tidak hanya mencari pekerjaan di kota-kota besar akan tetapi ada juga yang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena lebih baik akan
kualitasnya

b. Faktor Pendorong.

Pengaruh untuk melakukan urbanisasi tidak hanya dengan adanya faktor penarik saja,
tetapi faktor pendorong pun juga berpengaruh terhadap masyarakat yang melakukan
urbanisasi. Faktor pendorong diantaranya :



Lahan pertanian yang semakin sempit lahan pertanian di desa yang semakin sempit,
yang pada umumnya pekerjaan masyarakat desa bertani membuat masyarakat
bingung untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Karena lahan
di desa semkin sempit maka warga desa pun mengambil inisiatif untuk mencari
pekerjaan di kota, agar dapat memenuhi kehidupan

Terbatasnya sarana dan prasarana di desa kurangnya sarana dan prasarana di desa



adalah salah satu faktor warga desa melakukan perpindahan ke tempat yang memiliki
sarana dan prasarana yang memadai
Memiliki impian kuat menjadi orang kaya adanya suatu keinginan yang kuat untuk



menjadi orang kaya dapat membuat masyarakat desa terdorong untuk melakukan
urbanisasi
Dampak Negatif Urbanisasi

Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh urbanisasi bagi perkembangan kota di
Indonesia menurut Fitri Ramdhani Harahap (2013) yaitu :

Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.



Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti oleh
kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini lahan kosong di daerah perkotaan telah
banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai area permukiman, perdagangan dan
perindustrian yang legal maupun illegal.



Menambah polusi udara di daerah perkotaan.

Pertambahan penduduk yang tinggi mengakibatkan pertambahan kendaraan
bermotor semakin bertambah sehingga menimbulkan polusi udara. Sebagian besar
persoalan polusi di perkotaan timbul karena jumlah kendaraan maupun oleh industriindustri yang tumbuh. Selain polusi udara, adanya pertambahan volume kendaraan juga
menimbulkan kemacetan.



Penyebab bencana alam.

Para urban yang menggunakan lahan kosong dan daerah aliran sungai (DAS)
sebagai lahan untuk permukiman mereka mengakibatkan lingkungan tersebut yang

seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya
banjir.



Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi.

Adanya penduduk urban yang tidak memiliki Skiil mengakibatkan penduduk
tersebut sulit mendapatkan pekerjaan sehingga meningkatkan pengangguran dan
menimbulkan kemiskinan yang berujung pada kriminalitas karena adanya tuntutan
kebutuhan hidup.



Merusak tata kota.

Pada negara berkembang, kota-kotanya tidak siap dalam menyediakan
perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Akibatnya muncul perkampungan
kumuh dan liar yang tidak tertata.

Dampak negatif ini seperti efek domino yang saling berkaitan satu sama lain.
Dengan kondisi pelaku urbanisasi yang tidak memiliki pekerjaan di kota, maka akan
meningkatkan angka pengangguran. Jika mereka menjadi pengangguran maka mereka
tidak akan mempunyai pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Contohnya untuk memenuhi kebutuhan primer mereka yakni tempat tinggal. Harga
lahan di perkotaan yang cenderung tinggi menyulitkan mereka untuk menyewa rumah
yang layak. Kondisi demikian dapat berpotensi menimbulkan pemukiman informal yang
terkesan kumuh. Selain itu, taraf ekonomi yang rendah dan ketidakmampuan untuk
menghasilkan income dapat menyebabkan angka kriminalitas semakin meningkat di
perkotaan.
Dampak Positif Urbanisasi

Kemudian, sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk yang ditunjang
dengan perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas yang
semakin meningkat, urbanisasi memiliki implikasi terhadap berbagai sektor kehidupan
(Bintoro, 1986:13) adalah:

a. Sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi. Bermacam-macam
usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdagangan dan jasa timbul dari
mereka yang bermodal kecil sampai bermodal besar. Perkembangan di bidang
wiraswasta juga tampak meluas misalnya saja peternakan, kerajinan tangan dan lain
– lain.

b. Berkembangnya bidang pendidikan mulai tingkat sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.

c. Meluasnya kota kearah pinggiran kota sehingga transportasi menjadi lebih lancar.

d. Meningkatnya harga tanah, baik di kota maupun pinggiran kota.

e. Berkembangnya industrialisasi sebab tenaga kerja murah dan melimpah, pasaran
meluas industri cenderung lebih berkembang.

Dampak positif ini dapat dirasakan apabila memenuhi kriteria dan sesuai dengan
kondisi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, masyarakat desa yang memiliki kemampuan
dalam berwirausaha dapat mencoba peruntungan dengan membuka usaha di kota.
Dengan begitu, selain ia dapat meningkatkan perekonomian dirinya sendiri, ia juga
memiliki andil dalam proses perkembangan ekonomi di perkotaan. Selain itu ia juga
memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat lainnya. Namun, jika masyarakat desa
datang ke kota tanpa memiliki keahlian, maka ia hanya akan memberi dampak negatif
kepada kota tersebut.
2.2

Urbanisasi dalam pertumbuhan Ekonomi

Dari penjelasan beberapa dampak akibat pertumbuhan ekonomi diatas, penulis
menemukan suatu pola yang saling berkaitan. Pola tersebut didasari oleh faktor
urbanisasi di perkotaan yang merupakan salah satu dampak dari pertumbuhan ekonomi
di perkotaan yang cukup pesat. Urbanisasi memiliki peluang sebagai salah satu sebab
utama yang dapat mendorong dampak-dampak diatas sesuai dengan pendekatan
ekonomi perkotaan.

Pertumbuhan ekonomi perkotaan menjadi magnet bagi penduduk yang ingin mencari
lapangan pekerjaan di kota sehingga menimbulkan kegiatan urbanisasi.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika urbanisasi terlaksana secara
terkontrol dibawah pengendalian, maka akan dapat mendorong perekonomian suatu kota.
Namun pada kenyataannya, para pelaku urbanisasi pergi ke kota untuk mencari pekerjaan
yang notabene datang dari desa sebagian besar tidak memiliki keterampilan atau
kemampuan serta tingkat pendidikan mereka yang masih rendah menyebabkan
ketidaksesuaian dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Permasalahan ini termasuk
kedalam masalah ketenagakerjaan yang tidak sejalan dengan kualifikasi lowongan yang
tersedia di perkotaan. Hal ini menimbulkan dampak lain dari segi ekonomi pelaku
urbanisasi yang tidak semakin membaik namun malah semakin memburuk di kota.
Kemiskinan, kriminalitas, dan slum area atau penggunaan lahan yang tidak sesuai
peruntukkannya merupakan contoh konkrit dari gagalnya kegiatan urbanisasi di perkotaan
ditambah dengan meningkatnya jumlah pengangguran menjadikan permasalahan kota
menjadi semakin kompleks. Oleh karena itu, urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu
bagai sebuah kota dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial.
Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari kebijaksanaan
perkotaan, khususnya ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah. Hubungan positif
antara konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan
makin membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang
dikenal dengan nama daerah perkotaan (Firman 2005:3).
Sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk tanpa ditunjang dengan
perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas yang semakin
meningkat, dapat menimbulkan permasalahan terhadap kota. Salah satu permasalahan
akibat urbanisasi dalam pembahasan makalah ini adalah meningkatnya permukiman
kumuh di perkotaan.
2.3 Permukiman Kumuh
Pengertian Permukiman menurut Pasal 1 Angka (5) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2011. “Permukiman” adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Menurut Diana, ciri permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat
hunian dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan tidak teratur, kualitas
rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak memadainya prasarana dan sarana dasar
seperti air minum, jalan, air limbah dan sampah. Kawasan kumuh adalah kawasan
dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah
maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik
standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air
bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta
kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi
Suparlan adalah :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara
tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud
sebagai :
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat
digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah
RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW
atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya
mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu
juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya
pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda
tersebut.
2.4

Analisis SWOT

Analisis SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Sedangkan menurut Freddy

Rangkuti, analisis SWOT diartikan sebagai : “analisa yang didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)”.
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal
yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif
akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi
sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi yang
berhasil.

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan
mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor
eksternal dan faktor internal yaitu strength, opportunities, weaknesesses, threats.

Kekuatan (strength) adalah sumberdaya keterampilan atau keunggulan-keunggulan
dalam suatu wilayah, perusahaan, atau organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus
yang memberikan keunggulan komparatif. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber
daya keuangan, citra, kepemimpinan, dan faktor-faktor lain.

Faktor-faktor kekuatan yang dimaksud adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau organisasi adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi
yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran.
Dikatakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber keterampilan, produk andalan
dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat daripada pesaing dalam memuaskan
kebutuhan pasar yang sudah direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang
bersangkutan.

Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan
atau organisasi. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan
pemasaran, citra merek dapat merupakan sumber kelemahan. Faktor-faktor kelemahan,
jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu perusahaan,
yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan

kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang
memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut
bisa terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau
kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan
keuntungan yang kurang memadai.

Peluang (opportunity) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan atau organisasi. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah
satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada
situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan
dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan atau
organisasi.Faktor peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi
suatu satuan bisnis. Yang dimaksud dengan berbagai situasi tersebut antara lain:

 Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk.

 Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian.
 Perubahan dalam kondisi persaingan.
 Perubahan

dalam

peraturan

perundang-undangan

yang

membuka

berbagai

kesempatan baru dalam kegiatan berusaha.
 Hubungan dengan para pembeli yang akrab.
 Hubungan dengan pemasok yang harmonis.

Ancaman (threath) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi
posisi sekarang yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya
pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok
penting, perubahan teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi
ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Ancaman merupakan kebalikan pengertian

peluang, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis, jika tidak diatasi, ancaman
akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan. Ringkasnya, peluang dalam lingkungan eksternal mencerminkan
kemungkinan dimana ancaman adalah kendala potensial.

BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Wilayah

Wilayah Bhaskara Sawah secara geografis termasuk ke dalam Kelurahan Kalisari,
Kecamatan Mulyorejo. Namun daerah Bhaskara Sawah ini tidak tercatat secara adsministratif
pada Kelurahan Kalisari. Tidak ada kepengurusan secara adsministratif pada perkampungan
ini, hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya pembagian RW ataupun RT. Wilayah Bhaskara
Sawah memiliki luas wilayah ± 4042,5 m2 atau sekitar 0,40425 Ha yang terdiri dari 210 rumah
dengan ukuran ± 3m x 5m tiap rumah.

Adapun batas wilayah Perkampungan Bhaskara Sawah adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara

: Jalan Bhaskara Selatan

Sebelah Timur

: Persawahan dan Jalan Kalisari Damen

Sebelah Selatan

: Persawahan dan Jalan Kalisari Damen

Sebelah Barat

: Jalan Raya Mulyosari

Gambar 3.1.1 Peta Kawasan Perkampungan Bhaskara Sawah
3.1.1.1 Jumlah Penduduk

Setiap

tahunnya

diperkirakan

masyarakat

yang

mendiami

kawasan

perkampungan Bhaskara Sawah ini semakin bertambah. Penambahan tersebut
disebabkan oleh para pendatang dan pelaku urbanisasi serta didukung oleh angka
kelahiran bayi dari masyarakat yang sudah menetap di kawasan tersebut. Berikut ini
adalah data yang didapatkan pada rentang tahun 2012-2014.

Tabel 3.1.1.1.1Jumlah Penduduk Perkampungan Bhaskara Sawah Tahun 2012-2014
Tahun
Jumlah (Jiwa)

2012
801

2013
924

2014
1050

Sumber : Hasil Analisis 2016
Tabel 3.1.1.1.2 Jumlah Penduduk Bhaskara Sawah Tahun 2014 menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Tahun
2014

Laki – Laki

Presentase
Laki – Laki

549

Presentase

Perempuan

52,29%

Jumlah
Total

Perempuan

501

47,71%

1050

Sumber : Hasil Analisis 2016
Tabel

TAHUN

.1.1.1.
Jumlah

TK. PENDIDIKAN

L

JUMLAH
P

TOTAL

TK/Belum Sekolah

83

105

188

Tidak Sekolah

62

16

78

SD/MI/Sederajat

312

270

582

SMP/MTs/Sederajat

56

52

108

SMA/SMK/Sederajat

36

58

94

Diploma (D1/D2/D3/D4)

0

0

0

Sarjana (S1/S2/S3)

0

0

0

JUMLAH

549

501

1050

2014

Penduduk Bhaskara Sawah Tahun 2014 menurut Tingkat Pendidikan

3

Sumber : Hasil Analisis 2016
3.1.2 Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan di Perkampungan Bhaskara Sawah dapat di kelompokkan menjadi
lima jenis pekerjaan, yakni tidak bekerja atau pengangguran, Ibu rumah tangga, pelajar,
pedagang, dan lain – lain. Jenis pekerjaan lain – lain ini bisa dikatakan serabutan, yakni
meliputi kuli bangunan, bengkel, supir,pemulung, dan ladang musiman.
Tabel 3.1.2.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan Penduduk Perkampungan
Bhaskara Sawah Tahun 2014
TAHUN

PEKERJAAN
Tidak Bekerja (Pengangguran)
Ibu Rumah Tangga
Pelajar

2014

78

Pedagang

Lain-Lain

JUMLAH

JUMLAH
31
251
203

Kuli bangunan
Bengkel
Supir
Pemulung
Ladang

266
16
15
47
13
920

Sumber : Hasil Analisis 2016
3.1.3

Kepemilikan Lahan

Sampai saat ini, kepemilikan lahan tempat terbangunnya rumah-rumah
penduduk masih belum dapat diidentifikasi, namun kawasan ini dikelola oleh satu
keluarga sebagai pengelola utama. Melalui wawancara langsung yang dilakukan dengan
pemimpin kawasan tersebut, diketahui bahwa sebagian besar penduduk yang menetap

di kawasan ini mayoritas sudah berdomisili lebih dari 10 tahun dan termasuk
berkembang dan bertumbuh dikawasan tersebut, sehingga ketika ditanya mengenai
kepemilikan dari tanah yang mereka tempati, kebanyakan dari mereka berkata tidak
tahu karena dahulu yang mulai menempati kawasan tersebut adalah golongan orangtua
mereka. Sebagian diantara mereka yang tergolong baru menempati lokasi tersebut juga
tidak mengetahui mengenai kepemilikan legal dari tanah tersebut. Mereka hanya
menyewa rumah semi-permanen yang sudah tersedia atau malah tidak tersedia dalam
arti mereka harus membangun sendiri rumah mereka dari bahan-bahan seadanya.
Harga sewa rumah atau tanah yang mereka tempati berkisar antara Rp 125.000-Rp
280.000 yang harus dibayarkan tiap bulannya kepada pengelola perkampungan
tersebut.
3.1.4

Pasokan Listrik dan Air Bersih

Pada kawasan perkampungan Bhaskara Sawah ini, seperti yang diketahui
sebelumnya bahwa kawasan ini dapat dikakan illegal karena tidak memiliki izin
penggunaan lahan yang jelas, sehingga pada segi pemenuhan kebutuhan aliran listrik
dan air bersih masih dapat dikategorikan sulit. Aliran listrik yang terdapat di kawasan
perkampungan ini sebagian besar menggunakan token listrik. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, penduduk perkampungan Bhaskara Sawah membeli
dirigen yang berisi air bersih dari penjual eceran. Kebutuhan air besih untuk 1 hari
diperkirakan akan membutuhkan hingga 5 dirigen air bersih, menurut hasil wawancara
langsung dengan salah satu penduduk perkampungan Bhaskara Sawah.
3.1.5

Urbanisasi

Berdasarkan survei primer yang telah dilakukan, diketahui bahwa 1050 jiwa
penduduk (100%) Perkampungan Bhaskara Sawah adalah pendatang dari berbagai
daerah seperti, Madura, Lumajang, Nganjuk, Madiun, Mojosari, Ponorogo, Ujung
Pandang, Ambon, dan lain – lain. Berdasarkan survei primer, diketahui bahwa setiap
tahun pendatang yang pindah dari Perkampungan Bhaskara Sawah hanya sekitar 2%
atau sekitar 10 hingga 15 penduduk saja. Sedangkan pendatang bertambah setiap
tahun sekitar 100 hingga 125 jiwa. Menurut komposisi tersebut, Perkampungan

Bhaskara Sawah dikatakan sebagai daerah atau perkampungan para pendatang yang
migrasi maupun urbanisasi.
3.2

Identifikasi Masalah

Permasalahan utama yang langsung dapat diidentifikasi dari kawasan perkampungan
Bhaskara Sawah adalah kesan perkampungan kumuh yang ditunjukkan dengan kondisi
bangunannya yang semi permanen dan terbuat dari bahan seadanya, letaknya yang tidak
tertata, dan lingkungannya yang kotor.

Gambar 3.2.1 Kondisi Kawasan Perkampungan Bhaskara Sawah

Penduduk yang mendiami kawasan perkampungan ini sebagian besar merupakan
penduduk pendatang dari berbagai daerah di Indonesia, namun mayoritas datang dari daerahdaerah di Jawa Timur. Beberapa diantara pendatang tersebut diketahui sudah tinggal di
kawasan perkampungan ini selama kurang lebih 20 tahun. Sehingga, mereka sudah memiliki
rantai keluarga yang juga menetap di perkampungan ini. Ditambah, mereka sebagai penduduk
pendatang tidak memiliki KTP Surabaya melainkan masih KTP asal daerah mereka.

Dalam wawancara langsung dengan beberapa penduduk perkampungan Bhaskara
Sawah diketahui bahwa, alasan mereka berpindah ke Surabaya adalah untuk mencari
pekerjaan dalam rangka peningkatan taraf ekonomi kehidupan mereka. Namun pada
kenyataannya, dengan melihat data tingkat pendidikan penduduk perkampungan ini yang
notabene mayoritas merupakan lulusan SMA/sederajat, kemungkinan besar mereka tidak akan

mendapatkan pekerjaan dalam sektor formal seperti yang mereka harapkan. Sehingga
akhirnya, setelah mereka pindah ke Surabaya, pekerjaan yang akan mereka dapatkan adalah
dari sektor informal seperti kuli bangunan dan pemulung, bahkan ada diantara mereka yang
akhirnya hanya menjadi pengangguran di kota Surabaya ini. Hal ini tentunya tidak akan
merubah kondisi perekonomian mereka, malah akan semakin memberatkan karena
pendapatan yang mereka terima tidak sebanding dengan biaya hidup di kota Surabaya. Pada
akhirnya, kondisi ini akan menambah kompleksnya permasalahan di perkotaan.

Salah satu permasalahan yang merupakan turunan dari permasalahan urbanisasi ini
adalah munculnya kawasan slum area/permukiman kumuh seperti yang terjadi di kawasan
perkampungan Bhaskara Sawah ini. Dengan berpindahnya mereka dari daerah asal ke kota
Surabaya, tentunya mereka akan mencari tempat tinggal yang terjangkau. Dengan tingkat
ekonomi mereka yang menengah kebawah, mereka akan berusaha untuk mencari tempat
tinggal yang ditawarkan seekonomis mungkin. Kondisi ini akan memenyebabkan timbulnya
kawasan kumuh dengan bangunan semi-permanen yang terbuat dari bahan seadanya seperti
tripleks dan karton bekas. Hal ini akan menurunkan citra kota menjadi tampak tidak tertata rapi
dan kumuh. Selain itu, kawasan yang dijadikan perkampungan kumuh merupakan kawasan
illegal yang pada dasarnya tidak diperuntukkan bagi permukiman. Selain itu, tanah tempat
berdirinya bangunan semi-permanen kepemilikannya tidak jelas, sehingga menambah masalah
ketidaklegalan kawasan perkampungan ini.

Gambar 3.2.2 Kondisi Permukiman di Kawasan Perkampungan Bhaskara Sawah

Namun, sebagian permukiman terdapat papan kepemilikan tanah yang dipasang
ditembok rumah tersebut. Berdasarkan wawancara kepada narasumber bahwa papan-papan
tersebut sebagian besar adalah papan yang dibuat sendiri tanpa adanya berkas legal
kepemilikan tanah yang sebenarnya. Permasalahan ini terkait dengan kerugian secara ekonomi
yang akan ditanggung oleh Negara karena adanya penggunaan lahan yang tidak tercatat oleh
Negara.

Ketidaklegalan ini tentunya dikatakan berbahaya bagi penduduk perkampungan
Bhaskara Sawah karena sewaktu-waktu rumah mereka berpotensi digusur oleh pemerintah
ataupun pemilik tanah disekitar kawasan perkampungan ini. Sebagai contohnya, dalam waktu
dekat salah satu pengembang akan mendirikan apartemen di sekitar kawasan perkampungan
tersebut. Pihak pengembang apartemen mengambil lahan dari perkampungan Bhaskara
Sawah. Sehingga rencananya, pada akhir Idul Fitri yakni sekitar bulan Juli-Agustus, setengah
dari kawasan perkampungan ini akan diratakan dengan tanah.

Pokok permasalahan dari timbulnya permukiman kumuh Bhaskara Sawah dengan
segala turunan masalahnya dikarenakan oleh adanya aktivitas urbanisasi yang dilakukan oleh
penduduk yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia menuju Kota Surabaya. Alasan
mereka melakukan urbanisasi adalah untuk mencari pekerjaan demi memperbaiki taraf
ekonomi kehidupan mereka. Namun karena kurangnya kemampuan dan keahlian serta kualitas
lulusan pendidikan yang masih rendah, pada akhirnya mereka hanya mendapatkan pekerjaan
yang terdapat pada sektor informal. Pendapatan pekerjaan ini tentunya tidak sebanding dengan
pengeluaran mereka di kota besar seperti Surabaya. Sehingga pada akhirnya, tingkat ekonomi
penduduk Bhaskara Sawah tidak menunjukkan perubahan, sebaliknya tingkat ekonomi mereka
malah akan semakin menurun, hal ini berlaku juga bagi tingkat perekonomian di Kota Surabaya.

BAB IV PEMBAHASAN
4.1

Analisa SWOT
Berdasarkan kajian literature mengenai urbanisasi dan analisis SWOT, maka
analisis SWOT untuk permasalahan kota berupa urbanisasi adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan (Strength)
Dari sisi perekonomian urbanisasi pada tingkatan tertentu dari sisi ekonomi justru
akan menguntungkan kota tujuan urbanisasi. Dalam teori umum semakin meningkat
persentase penduduk suatu kota semakin meningkatkan produk domestik bruto dan
capaian pembangunan manusia dari penduduk di kota itu. Sehingga urbanisasi
berpengaruh besar bagi dunia industri, dengan banyaknya kaum urban yang secara
berbondong-bondong datang ke kota, tentu pihak-pihak industri tidak perlu lagi bersusah
payah mencari sumber daya manusia untuk mengisi sebagai tenaga kerja pada industri
mereka. Apalagi jika mereka sebelumnya telah memiliki keterampilan yang cukup, tentu
hal tersebut menjadi suatu modal berharga bagi dunia industri.
Berbicara tentang keterampilan tenaga kerja, urbanisasi juga dapat terjadi karena
kelulusan suatu jenjang pendidikan, dalam arti warga-warga desa atau para lulusanlulusan smu, diploma, sarjana yang berpendidikan tinggi atau berskill tinggi akan
membantu kemajuan perkotaan baik dalam bidang perindustrian dimajukan oleh lulusanlulusan atau warga desa yang mempunyai skill khusus dibidang perindustrian sehingga
memberi kontribusi yang cukup tinggi bagi sebuah perusahaan.
Dibidang pendidikan, bagi mahasiswa lulusan sarjana yang mempunyai skill dalam
bidang suatu pendidikan, ini juga dapat membantu berkembangnya proses pendidikan
perkotaan, sekaligus dapat membantu warga-warga kota yang kurang mampu, seperti
para pengemis, orang-orang miskin dan sebagainya maka orang seperti lulusan sarjana
itu sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan yang tinggal diperkotaan.
Urbanisasi juga merubah cara pandang masyarakat pedesaan. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa mayarakat yang tinggal di perkotaan umumnya berfikir lebih luas.
Mereka tidak hanya berpikir bagaimana untuk mencari pekerjaan, tetapi juga bagaimana
menghasilkan suatu pekerjaan yang dapat menghidupi kehidupannya sehari-hari.

Pada kawsan studi yaitu di Permukiman Bhaskara Sawah, para pelaku urbanisasi
datang untuk bekerja dengan menjadi tukang bangunan atau satpam untuk proyek –
proyek yang dilaksanakan disekitar kawasan mereka, yaitu Mulyosari. Tak sedikit anak –
anak Permukiman Bhaskara Sawah yang mengenyam bangku pendidikan di Surabaya,
jadi setidaknya anak – anak disini mendapatkan pendidikan 12 tahun dan ketermpilan dari
sekolahnya tersebut.

b. Kelemahan (Weakness)

Sebagai suatu fenomena di setiap perkotaan, urbanisasi selau memiliki kelemahan,
contohnya kebanyakan warga desa yang melakukan urbanisasi tidak memiliki skill yang
memadai sehingga warga tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk berkerja di
perkantoran atau industri-industri lainnya. Hal ini hanya akan meningkatkan beban
pemerintah karena

angka pengangguran dan angka kemiskinan kota yang semakin

tinggi.

Dari aspek infrastruktur, masalahnya timbul karena kemampuan pemerintah yang
belum cukup memadai dalam penyediaan dan pemeliharaannya. Berbagai infrastruktur
untuk pemenuhan kebutuhan dasar, seperti perumahan, air bersih, lampu penerangan,
sarana pendidikan, kesehatan, dan transportasi, membutuhkan dana yang sangat besar.
Di

sisi

lain,

perluasan

fasilitas

infrastruktur

memerlukan

ruang

(space),

dan

pemenuhannya sangat sulit dilakukan mengingat sempitnya lahan di perkotaan. Tak
jarang dalam pemenuhan space itu terjadi konflik antara masyarakat dan pemerintah.

Tingkat tingginya urbanisasi di perkotaan yang tidak dapat dikontrol dan sebagainya
akan menimbulkan masalah sosial. Alih-alih kemajuan yang didapatkan dari urbanisasi,
justru urbanisasi merupakan sumber berbagai permasalahan pelik kota. Kemiskinan,
pengangguran, pemukiman kumuh, banyaknya gepeng (gelandangan dan pengemis),
tingkat kriminalitas tinggi. Masalah itu muncul umumnya karena kesenjangan yang sangat
ekstrem, terkait dengan kondisi sosial-ekonomi penduduk, sehingga tak jarang
kesenjangan itu menimbulkan konflik, baik horizontal maupun vertikal. Masalah keamanan
itu juga terjadi dalam memperebutkan akses, khususnya dalam lapangan pekerjaan.

Kegagalan dalam mendapatkan pekerjaan akan sangat mudah memancing tindakan
kriminal.hal – hal diatas adalah sebagian contoh akibat langsung maupun tidak langsung
dari urbanisasi.
Kelemahan itu semua juga muncul akibat dari tidak adanya peraturan yang jelas
dalam pengaturan urbanisasi dan belum adanya jalan keluar dalam menghadapi arus
urbanisasi yang semakin tinggi dan tidak merata serta kurangnya kontrol pemerintah dan
kurangnya pemerataan pemerintah dalam memberikan swasembada pada daerah-daerah
yang kekurangan sumber-sumber kebutuhan untuk menunjang warganya menjadi lebih
baik.
Kelemahan – kelemahan ini juga belaku bagi penduduk di Permukiman Bhaskara
Sawah. karena infrastruktur yang disediakan tidak terjangkau oleh mereka, maka pelaku
urbanisasi memutuskan untuk membangun rumah petak yang berada di Jalan Bhaskara
Sawah. kurangnya kesiapan oleh pelaku urban mengakitbakan timbulnya permukiman
kumuh yang kurang sedap untuk dipandang.

c. Peluang (Opportunity)

Banyak peluang yang bisa diperoleh di perkotaan bagi para pelaku urbanisasi, karena
kota merupakan pusat pemerintahan, peluang berdagang, peluang berwiraswasta,
terutama peluang bagi warga desa yang telah memenuhi kriteria dan memiliki skill yang
lebih memudahkan dalam mendapatkan apa yang diinginkan di kota. Masyarakat yang
melakukan urbanisasi umumnya mencari daerah perkotaan yang memiliki banyak
lapangan pekerjaan, sehingga membuka peluang bagi mereka untuk dapat memperoleh
pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peluang mendapat pekerjaan di kota memang
lebih besar karena umumnya daerah perkotaan menjadi pusat perindustrian. Karena
setiap peluang dan kesempatan ada disana untuk memenuhi tingkat kebutuhan tersebut,
maka proses migrasi tak terelakkan lagi.

Untuk para pelaku urbanisasi diharapkan mampu kembali menuju daerah masing –
masing dan mengembangkan potensi daerah lainnya dengan membuka lapangan kerja
baru di sektor industri jasa. Hal ini diharapkan akan tercipta pengembangan dan lapangan

kerja baru untuk daerah lain selain diperkotaan, dan membuat perputaran arus urbanisasi
menjadi merata. Tentu saja dalam pelaksanaannya merupakan tugas wajib bagi
pemerintah, dengan dukungan masyarakat.
Bagi pelaku urbanisasi yang dapat melihat peluang tersebut maka mereka mampu
mendapatkan kesuksesan dikota besar. Semua itu berbalik pada diri pelaku urbanisasi
tersebut dalam melihat dan memanfaatkan segala peluang-peluang yang berada di
perkotaan.

d. Ancaman (Threats)

Dapat diketahui bahwa urbanisasi membawa dampak positif yang mampu
meningkatkan perekonomian di kota – kota Indonesia karena gelombang ketenagakerjaan
yang masuk sangat besar. Namun hal tersebut mmendapatkan ancaman dari luar sistem
urbanisasi tersebut, yaitu Kota – kota tujuan urbanisasi sudah tidak mampu lagi
menampung jumlah penduduknya (oversize people). Akibatnya pemerintah kota tidak
dapat memenuhi kebutuhan para perantau, seperti perumahan, air minum, pekerjaan,
pendidikan, dan kesehatan.

Adanya operasi yustisi yg diadakan oleh pemerintah setempat untuk menertibkan
pendatang yang tidak memenuhi syarat yang dilakukan di sejumlah daerah pemukiman
setempat. Persyaratan ketat yang diberlakukan pemerintah tersebut menjadi suatu
hambatan utama terjadinya urbanisasi, namun tidaklah menjadi masalah bagi mereka
yang memiliki berbagai cara untuk dapat tinggal di kota. Selain itu semakin sempitnya
peluang usaha atau lahan tempat tinggal menjadi hambatan lain bagi pendatang baru
untuk pindah ke kota.

Apabila Pemkot Surabaya menerapkan operasi yustisi ini, pasti penduduk
Permukiman Bhaskara sawag akan terkena imbasnya, hal ini membuat penduduk yang
potensial untuk mendukung perekonomian Surabaya pergi kembali ke wilayah masing –
masing. Namun secara tidak langsung, tindakan tersebut juga merupakan cara bagi
pemerintah untuk mengatasi beban kemiskinan kota.

4.2

Konsep Penanganan
Urbanisasi merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh di kawasan

perkotaan yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan tingkat
kesejahteraan. Pada dasarnya, permasalahan permukiman kumuh akibat dampak urbanisasi
dapat ditanggulangi dengan adanya:
-

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan terutama di daerah pedesaan
Peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin
Peningkatan pelayanan dasar bagi penduduk desa dan pengembangan institusi
penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan
peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan

-

lingkungan pemukiman pada umumnya.
Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan membongkar
lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah
susun yang memenuhi standart permukiman yang layak. Sehingga, dengan penempatan
rumah susun pajak yang dibayarkan oleh masyarakat dapat meningkatkan pemasukan
ekonomi daerah dalam bentuk pendapatan asli daerah yang berfungsi sebagai perbaikan
pembangunan dan kesejahteraan masyarkat.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa urbanisasi
dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi pada suatu kota. Urbanisasi dapat terjadi akibat
faktor-faktor pendorong dan penarik di daerah asal sehingga timbul keinginan untuk melakukan
urbanisasi. Faktor-faktor pendorong dan penarik yang dimaksud diantaranya adalah kurang
berkembangnya sarana dan prasarana di daerah asal sehingga demi meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat memilih untuk melakukan urbanisasi.
Urbanisasi sendiri mempunyai dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap
perekonomian kota, dimana dampak tersebut dipengaruhi oleh kepadatan penduduk,
berkurangnya ketersediaan lahan, peningkatan kebutuhan permukiman, peningkatan kebutuhan
transportasi perkotaan, timbulnya masalah pada aspek ketenagakerjaan dan kenaikan tingkat
kemiskinan. Masalah-masalah diatas menjadi aspek yang akan mempengaruhi laju dan
pertumbuhan ekonomi suatu kota.

Dalam studi kasus ini wilayah Bhaskara Sawah, Kelurahan Kalisari terdapat permukiman
kumuh yang menjadi salah satu permasalahan kota Surabaya. Permukiman ini dibangun diatas
tanah yang kepemilikannya kurang jelas,dan penduduknya tidak tercatat secara administrasi
sehingga keberadaannya tidak legal. Penduduk yang menempati kawasan tersebut bervariasi
dari seluruh Indonesia. Alasan mereka melakukan urbanisasi adalah mencari pekerjaan demi
memperbaiki taraf ekonomi kehidupan mereka. Namun, kurangnya kemampuan dan keahlian
serta kualitas lulusan pendidikan yang masih rendah, pada akhirnya mereka hanya
mendapatkan pekerjaan yang terdapat pada sektor informal. Pendapatan yang dihasilkan
penduduk tersebut tentunya tidak sebanding dengan pengeluaran untuk kebutuhan di kota
besar seperti Surabaya. Sehingga, tingkat ekonomi penduduk Bhaskara Sawah tidak
menunjukkan perubahan dan sebaliknya tingkat ekonomi penduduk akan semakin menurun, hal
ini berlaku juga bagi tingkat perekonomian di Kota Surabaya.
Jika dikaitkan dengan aspek ekonomi, keberadaan permukiman kumuh tersebut dapat
memberikan dampak buruk bagi perekenomian kota Surabaya. Status bangunan yang tidak
jelas menyebabkan tidak adanya sumbangan pajak kepada Pemerintah Kota Surabaya. Hal
tersebut mengakibatkan menurunnya

pendapatan asli daerah yang berfungsi

untuk

pembangunan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Selain itu, harga lahan diperkotaan
semakin mahal dikarenakan lahan yang semakin berkurang dan pendapatan daerah yang
semakin menurun.
5.2 Lesson Learned
Berdasarkan pembahasan mengenai urbanisasi pada bab – bab sebelumnya. Maka
didapatkan pembelajaran yang dapat diambil yaitu :


Urbanisasi merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi laju dan



perkembangan perkenomian suatu kota.
Adanya faktor pendorong dari desa dan faktor penarik dari kota menyebabkan tingkat
urbanisasi di kota-kota besar semakin bertambah. Tanpa ada pengendalian dan
penanganan yang baik maka dapat berdampak negative bagi perkotaan. Baik dari segi



lingkungan maupun perekonomian.
Implikasi dari terjadinya arus urbanisasi yang